Anda di halaman 1dari 57

1

PERATURAN DAERAH
KABUPATEN BANDUNG BARAT
NOMOR 8 TAHUN 2011
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENATAAN BANGUNAN DAN
RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANDUNG BARAT,
Menimbang: a.

bahwa perkembangan penyelenggaraan penataan bangunan dan


lingkungan di daerah semakin kompleks baik dari segi intensitas,
teknologi, kebutuhan prasarana dan sarana, maupun lingkungannya;

b.

bahwa setiap pendirian bangunan wajib disertai dengan Izin Mendirikan


Bangunan (IMB) sesuai penataan ruang terlebih dahulu guna melindungi
kepentingan umum, memelihara lingkungan hidup serta sebagai sarana
perlindungan, pengendalian, penyederhanaan dan penjaminan kepastian
hukum;

c.

bahwa berdasarkan Pasal 141 dan Pasal 142 Undang-Undang Nomor 28


Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dapat dipungut
retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

d.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,


b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan
Tata Bangunan dan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

Mengingat : 1.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

2.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

3.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan


Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);

4.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

5.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);

2
6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);

8.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten


Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4688);

9.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi


Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 61,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
12. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5043);
13. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049);
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara
Nomor 5059);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembarsn Negara Republik Indonesia Nomor 4592);

3
19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3696);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaat Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesi Thun 2010 Nomor
119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesi Nomor 5161);
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

Tentang

24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tentang


Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan;
25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung;
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan;
27. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 3 Tahun 2008
tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 2);
28. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 7 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (Lembaran Daerah
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008 Nomor 7);
29. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 9 Tahun 2008
tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten
Bandung Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008
Nomor 9);
30. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 4 Tahun 2010
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Bandung Barat Tahun 2010 Nomor 4);

4
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BANDUNG BARAT
dan
BUPATI BANDUNG BARAT
MEMUTUSKAN:
Menetapkan

: PERATURAN
DAERAH
TENTANG
PENYELENGGARAAN
PENATAAN BANGUNAN DAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN
BANGUNAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:


1.

Daerah adalah Kabupaten Bandung Barat.

2.

Bupati adalah Bupati Bandung Barat.

3.

Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah


Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4.

Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.

5.

Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, yang selanjutnya disebut Dinas, adalah perangkat
daerah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang pembangunan dan
pengendalian bangunan.

6.

Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang .

7.

Penyelenggaraan tata bangunan adalah serangkaian kegiatan penataan bangunan dan


penyelenggaraan Izin Mendirikan Bangunan.

8.

Penataan bangunan dan lingkungan adalah kegiatan pembangunan untuk


merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan
bangunan dan lingkungan/kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang
dan pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang terdiri atas
proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan.

9.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun
suatu kawasan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang memuat rencana
program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana
investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan.

5
10. Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya disingkat IMB, adalah izin yang diberikan
oleh Pemerintah Daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan
persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.
11. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disebut RTRW adalah arahan
kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten.
12. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan, yang selanjutnya disebut RDTRK, adalah
penjabaran rencana tata ruang wilayah kabupaten ke dalam rencana pemanfaatan
kawasan, yang memuat zonasi atau blok alokasi pemanfaatan ruang.
13. Keterangan Rencana Kabupaten yang selanjutnya disebut KRK adalah informasi
tentang persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang didasarkan pada RTRW,
RDTRK, Rencana Teknik Ruang Kabupaten dan/atau RTBL dan diberlakukan oleh
Pemerintah Daerah pada lokasi tertentu.
14. Pematokan adalah kegiatan untuk membatasi bidang tanah sesuai dengan bentuk
bidang tanah yang akan dipetakan.
15. Pengukuran dan pemetaan bidang tanah adalah seluruh jenis kegiatan pengukuran dan
pemetaan dalam rangka inventarisasai data lapangan untuk keperluan perencanaan
garisan teknis rencana Kabupaten, ketetapan rencana Kabupaten, keterangan rencana
Kabupaten, penerbitan dan/atau IMB.
16. Peta Situasi adalah gambar situasi yang berisi informasi rencana Kabupaten pada
suatu bidang datar dengan menggunakan skala tertentu.
17. Bangunan gedung adalah suatu wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
18. Bangunan gedung fungsi khusus adalah bangunan gedung yang fungsinya mempunyai
tingkat kerahasiaan tinggi untuk kepentingan nasional, atau yang penyelenggaraannya
dapat membahayakan masyarakat di sekitarnya dan/atau mempunyai risiko bahaya
tinggi.
19. Klasifikasi bangunan adalah klasifikasi dari fungsi bangunan sebagai dasar pemenuhan
tingkat persyaratan administratif dan persyaratan teknisnya.
20. Prasarana bangunan gedung adalah konstruksi bangunan yang berdiri sendiri dan tidak
merupakan pelengkap yang menjadi satu kesatuan dengan bangunan
gedung/kelompok bangunan gedung pada satu tapak kavling/persil.
21. Koefisien Dasar Bangunan, yang selanjutnya disingkat KDB adalah koefisien
perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap luas persil/kaveling/ blok
peruntukan.
22. Koefisien Lantai Bangunan, yang selanjutnya disingkat KLB adalah koefisien
perbandingan antara luas keseluruhan lantai bangunan terhadap luas
persil/kaveling/blok peruntukan.
23. Penyelenggaraan Perizinan Pemanfaatan Ruang Kabupaten adalah kegiatan
Pemerintah Daerah untuk melaksanakan, mengurus, mengatur unsur/komponen
penataan Kabupaten yang meliputi penerbitan IMB.
24. Penyelenggara perizinan adalah Dinas yang bertanggung jawab dan berwenang dalam
bidang perizinan pemanfaatan ruang Kabupaten.
25. Partisipasi masyarakat dan/atau peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan
masyarakat, yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat,
untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaran penataan ruang.
26. Orang adalah orang perorangan atau badan yang memohon dan/atau menerima IMB.

6
27. Permukiman adalah areal tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan tempat hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan serta merupakan bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan
lindung, baik kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan.
28. Perumahan adalah kawasan dengan fungsi utama sebagai tempat hunian/tinggal yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
29. Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan
non perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga
atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan yang proses
pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai tahap terbitnya dokumen yang
dilakukan dalam satu tempat.
30. Pembinaan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka
tertibnya pengendalian IMB.
31. Pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah
Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
32. Retribusi IMB adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
IMB yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
33. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk
pemungut atau pemotong retribusi tertentu.
34. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi
wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah.
35. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti
pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan
formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
36. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat
ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.
37. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB,
adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau
seharusnya tidak terutang.
38. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau
denda.
39. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan bidang retribusi daerah.
40. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi, yang selanjutnya disebut penyidikan,
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang
perpajakan daerah dan retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
41. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
42. Pendapatan daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
43. Kas daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bupati
untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran
daerah.

7
44. Rekening kas umum daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang
ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar
seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
45. Hari adalah hari kerja yang berlaku pada Pemerintah Daerah.
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
Maksud penyelenggaraan penataan bangunan adalah untuk mewujudkan pengendalian
pemanfaatan ruang di daerah agar terjamin keselamatan penghuni dan lingkungan serta
tertib pembangunan, sesuai dengan rencana strategis kabupaten.
Pasal 3
Tujuan penyelenggaraan penataan bangunan adalah
a.

mewujudkan bangunan yang dapat menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan,


kemudahan dan keamanan pengguna;

b.

mewujudkan penataan bangunan dan lingkungan yang layak huni, berjati diri, produktif,
dan berkelanjutan.

c.

meningkatkan mutu bangunan yang fungsional, handal dan sesuai dengan standar
persyaratan teknis yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan;

d.

terselenggaranya tertib bangunan sesuai dengan tata ruang dan tata lingkungan yang
sehat, serasi, dan lestari.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 4

Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi:


a.

penyelenggaraan penataan bangunan;

b.

IMB; dan

c.

retribusi.
BAB II
PENYELENGGARAAN PENATAAN BANGUNAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5

(1)

Pemerintah derah berwenang menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan.

8
(2)

Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), yang diwujudkan dalam bentuk perencanaan tata bangunan dan lingkungan
yang berkelanjutan meliputi:
a.

pemenuhan persyaratan penataan bangunan dan lingkungan;

b.

peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan


ruang publik;

c.

perwujudan perlindungan lingkungan; dan

d.

peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.


Bagian Kedua
Persyaratan Penataan Bangunan
Pasal 6

(1)

Persyaratan penataan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf
a, meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur
bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan.

(2)

Persyaratan penataan bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dimuat dan
ditetapkan dalam RTBL.
Pasal 7

(1)

Penetapan RTBL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) didasarkan pada pola
penataan bangunan gedung dan lingkungan kawasan.

(2)

Pola penataan bangunan gedung dan lingkungan kawasan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), meliputi:

(3)

a.

Perbaikan;

b.

pengembangan;

c.

pembangunan baru; dan/atau

d.

pelestarian kawasan.

Lingkungan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:


a.

kawasan terbangun;

b.

kawasan yang dilindungi dan dilestarikan;

c.

kawasan baru yang potensial berkembang; dan/atau

d.

kawasan yang bersifat campuran.


Pasal 8

RTBL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), merupakan pengaturan persyaratan
penataan bangunan sebagai tindak lanjut RTRW dan/atau RDTRK.
Pasal 9
(1)

RTBL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), disusun berdasarkan kemitraan
Pemerintah Daerah, swasta, dan/atau masyarakat sesuai dengan tingkat permasalahan
pada lingkungan/kawasan yang bersangkutan.

(2)

Penyusunan RTBL sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat materi pokok
tentang:
a.

ketentuan program bangunan dan lingkungan;

(3)

b.

rencana umum dan panduan rancangan;

c.

rencana investasi;

d.

ketentuan pengendalian rencana; dan

e.

pedoman pengendalian pelaksanaan.

RTBL sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Keterangan Rencana Kabupaten
Pasal 10

(1)

KRK dimaksudkan untuk memberikan arahan teknis garis rencana Kabupaten dalam
rangka pembuatan gambar rencana dan/atau rancang bangun bangunan, sebagai
dasar penyusunan rencana teknis bangunan, pensertifikatan tanah, sewa tanah milik
Pemerintah Daerah, dan penerbitan IMB, sehingga sesuai dengan rencana Kabupaten.

(2)

Penyusunan rencana teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan :
a.

untuk bangunan rumah tinggal tunggal sederhana dan rumah tinggal deret
sederhana dapat oleh pemilik atau Pemerintah Daerah.

b.

untuk bangunan lainnya oleh Penyedia Jasa Perencanaan Bangunan bersertifikat


sesuai peraturan perundang-undangan untuk Penyedia Jasa Perencanaan
Bangunan.
Pasal 11

(1)

KRK merupakan pelayanan Pemerintah Daerah kepada perorangan dan/atau badan


atas perletakan bidang tanah atau bangunan yang dikuasainya terhadap arahan garis
rencana Kabupaten.

(2)

KRK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengacu pada RTRW, RDTRK dan/atau
RTBL untuk lokasi yang dimohon keterangannya.

(3)

Penyelenggaraan pelayanan KRK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterbitkan


oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundangan.

(4)

Dalam rangka akurasi data lapangan, untuk keperluan proses KRK, pemohon harus
melampirkan orientasi data awal pengukuran lahan/tanah dari Dinas yang memiliki
tugas pokok dan fungsi melaksanakan survey dan investigasi di lingkungan Pemerintah
Daerah.

(5)

Arahan rencana Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan


ketentuan yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan dan berisi:
a.

fungsi bangunan gedung yang dapat dibangun pada lokasi yang bersangkutan;

b.

ketinggian maksimum bangunan yang diizinkan;

c.

jumlah lantai/lapis bangunan gedung di bawah permukaan tanah dan Koefisien


Ketinggian Bangunan (KKB) yang diizinkan, apabila membangun di bawah
permukaan tanah;

d.

garis sempadan dan jarak bebas minimum bangunan gedung yang diizinkan;

e.

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) tertinggi yang diizinkan;

f.

Koefisien Luas Bangunan (KLB) terluas yang diizinkan;

g.

Koefisien Daerah Hijau (KDH) terendah yang diizinkan;

h.

Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB) tertinggi yang diizinkan;

10
i.

Garisan rencana jaringan utilitas Kabupaten;

j.

Ketentuan-ketentuan lain yang bersifat khusus.

(6)

Garisan teknis rencana Kabupaten yang tercantum dalam KRK digambarkan pada peta
situasi dengan skala 1:1.000.

(7)

Hal-hal yang bersifat teknis dalam penyelenggaraan KRK akan diatur dalam Peraturan
Bupati.
BAB III
KLASIFIKASI BANGUNAN
Pasal 12

Bangunan diklasifikasikan berdasarkan:


a.

bangunan gedung; dan

b.

bangunan bukan gedung.


Pasal 13

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, berfungsi sebagai:


a.

hunian;

b.

keagamaan;

c.

usaha;

d.

sosial dan budaya; dan

e.

ganda/campuran.

Fungsi hunian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a.

hunian rumah tinggal sederhana; dan

b.

hunian rumah tinggal tidak sederhana.

Fungsi keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a.

masjid/mushola;

b.

gereja;

c.

vihara;

d.

klenteng;

e.

pura; dan

f.

bangunan pelengkap keagamaan.

Fungsi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas:
a.

perkantoran komersil;

b.

pasar modern;

c.

ruko;

d.

rukan;

e.

mal/supermarket;

f.

restoran; dan

g.

bangunan usaha lain sejenisnya.

Fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri atas:
a.

bangunan olahraga;

11

(6)

b.

bangunan pemakaman;

c.

bangunan kesenian/kebudayaan

d.

bangunan pasar tradisional

e.

bangunan terminal/halte bus;

f.

bangunan pendidikan;

g.

bangunan kesehatan;

h.

kantor pemerintahan;

i.

bangunan panti jompo dan panti asuhan; dan

j.

bangunan sosial dan budaya lain sejenisnya.

Fungsi bangunan ganda/campuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, terdiri
atas:
a.

hotel;

b.

apartemen;

c.

mal/shopping center;

d.

sport hall; dan/atau

e.

hiburan.
Pasal 14

Bangunan bukan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b, terdiri atas;
a.

pelataran untuk parkir, lapangan tenis dan lain-lain sejenisnya;

b.

pondasi, pondasi tangki, dan lain-lain sejenisnya;

c.

pagar tembok/besi dan tanggul/turap, dan lain-lain sejenisnya;

d.

septic tank/bak penampungan bekas air kotor, dan lain-lain sejenisnya;

e.

sumur resapan, dan lain sejenisnya;

f.

teras tidak beratap atau tempat pencucian, dan lain-lain sejenisnya;

g.

dinding penahan tanah, dan lain-lain sejenisnya;

h.

jembatan penyebrangan orang, jembatan jalan perumahan, dan lain-lain sejenisnya;

i.

penanaman tangki, landasan tangki, bangunan pengolahan air, gardu listrik, gardu
telepon, menara, tiang listrik/telepon, dan lain-lain sejenisnya;

j.

kolam renang, kolam ikan air deras, dan lain-lain sejenisnya;

k.

gapura, patung, bangunan reklame, monument, dan lain-lain sejenisnya.


BAB IV
IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
Bagian Kesatu
Kewenangan dan Pelaksanaan IMB
Pasal 15

(1)

Bupati berwenang menyelenggarakan IMB dilaksanakan oleh Dinas

(2)

Bupati dapat melimpahkan sebagian kewenangan penerbitan IMB sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) kepada Camat.

12
(3)

(4)

Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan dengan


mempertimbangkan:
a.

efisiensi dan efektivitas;

b.

mendekatkan pelayanan pemberian IMB kepada masyarakat; dan

c.

fungsi bangunan, klasifikasi bangunan, batasan luas tanah, dan/atau luas


bangunan yang mampu diselenggarakan Kecamatan.

Camat melaporkan pelaksanaan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) kepada Bupati dengan tembusan kepada Dinas.
Bagian Kedua
Prinsip dan Manfaat Pemberian IMB
Paragraf 1
Prinsip
Pasal 16

Pemberian IMB diselenggarakan berdasarkan prinsip:


a.

prosedur yang sederhana, mudah, dan aplikatif;

b.

pelayanan yang cepat, terjangkau, dan tepat waktu;

c.

keterbukaan informasi bagi masyarakat dan dunia usaha; dan

d.

aspek rencana tata ruang, kepastian status hukum pertanahan, keamanan dan
keselamatan, serta kenyamanan.
Paragraf 2
Manfaat Pemberian IMB
Pasal 17

(1)

(2)

Bupati Memanfaatkan pemberian IMB untuk:


a.

pengawasan, pengendalian, dan penertiban bangunan;

b.

mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang menjamin keandalan


bangunan dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;

c.

mewujudkan bangunan yang fungsional sesuai dengan tata bangunan dan serasi
dengan lingkungannya; dan

d.

syarat penerbitan sertifikat laik fungsi bangunan.

Pemilik IMB mendapat manfaat untuk:


a.

pengajuan sertifikat laik jaminan fungsi bangunan; dan

b.

memperoleh pelayanan utilitas umum.


Pasal 18

(1)

Setiap orang yang akan mendirikan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 dan bangunan bukan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 wajib
memiliki IMB terlebih dahulu.

13
(2)

(3)

Kegiatan pendirian bangunan yang wajib memiliki IMB sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terdiri atas:
a.

pembangunan baru;

b.

rehabilitasi/renovasi
pengurangan; dan

c.

pelestarian/pemugaran.

meliputi

perbaikan/perawatan,

perubahan,

perluasan/

Kegiatan pendirian bangunan yang tidak diwajibkan memiliki IMB meliputi:


a.

Fasilitas TNI/POLRI dan Pemerintah yang bersifat rahasia;

b.

Bangunan-bangunan darurat untuk kepentingan yang bersifat sementara tidak


lebih dari seratus (100) hari;

c.

Bangunan jalan dan bangunan air yang dibiayai dan dilaksanakan oleh
pemerintah kecuali yang bersifat usaha komersial.
Bagian Ketiga
Permohonan IMB
Pasal 19

(1)

Untuk mendapatkan IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), Pemohon
wajib menyampaikan permohonan sesuai dengan persyaratan.

(2)

Permohonan IMB disampaikan kepada Bupati melalui Pejabat yang ditunjuk.

(3)

Pejabat yang ditunjuk melakukan verifikasi permohonan IMB berupa pemeriksaan


administrasi dan/atau pemeriksaan lapangan.

(4)

Hasil pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dituangkan dalam
suatu berita acara.

(5)

Proses verifikasi permohonan izin, dapat dilaksanakan oleh suatu tim.

(6)

Apabila dibentuk suatu tim verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5), maka
dibentuk pula sekretariat yang berkedudukan di Dinas yang mempunyai tugas pokok
dan fungsi di bidang perizinan.

(7)

Penunjukan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tim verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), dan sekretariat tim verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(6), ditetapkan dalam Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Persyaratan IMB
Paragraf 1
Umum
Pasal 20

Permohonan pengajuan IMB harus dilengkapi dengan persyaratan dokumen IMB, yang
terdiri atas:
a.

administrasi; dan

b.

rencana teknis.

14
Paragraf 2
Persyaratan Dokumen Administrasi
Pasal 21
Persyaratan dokumen administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a, terdiri
atas:
a.

tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau perjanjian pemanfaatan tanah;

b.

data kondisi/situasi tanah (letak/lokasi dan topografi);

c.

data pemilik bangunan;

d.

surat pernyataan bahwa tanah tidak dalam status sengketa;

e.

surat pemberitahuan pajak terhutang-pajak bumi dan bangunan (SPPT-PBB) tahun


berkenaan;

f.

dokumen analisis mengenai dampak dan gangguan terhadap lingkungan, atau upaya
pemantauan lingkungan (UPL)/upaya pengelolaan lingkungan (UKL) bagi yang terkena
kewajiban; dan

g.

dokumen administratif lain.


Paragraf 3
Persyaratan Dokumen Rencana Teknis
Pasal 22

Persyaratan dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b, terdiri
atas:
a.

gambar rencana/arsitektur bangunan;

b.

gambar sistem struktur;

c.

gambar sistem utilitas;

d.

perhitungan struktur dan/atau bentang struktur bangunan disertai hasil penyelidikan


tanah bagi bangunan 2 lantai atau lebih;

e.

perhitungan utilitas bagi bangunan gedung bukan hunian rumah tinggal;

f.

data penyedia jasa perencanaan; dan

g.

dokumen rencana teknis lain.


Paragraf 4
Proses Pengesahan Dokumen Permohonan IMB
Pasal 23

(1)

Pemeriksaan terhadap dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal


22 dilakukan dengan mempertimbangkan keterangan jenis dokumen dan kelengkapan
gambar rencana serta perhitungannya.

(2)

Penilaian terhadap dokumen rencana teknis ini dilakukan dengan melakukan evaluasi
administratif dan teknis yang mempertimbangkan aspek lokasi, fungsi, klasifikasi
dan/atau kompleksitas bangunan gedung.

(3)

Persetujuan rencana teknis diberikan dalam bentuk persetujuan tertulis pada dokumen
rencana teknis yang telah memenuhi kriteria/aturan oleh pejabat berwenang.

15
Pasal 24
Pengesahan dokumen rencana teknis bangunan gedung yang telah disetujui dilakukan oleh
Pemerintah Daerah, kecuali untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah.
Pasal 25
Penilaian teknis bangunan gedung yang dianggap berbahaya dan/atau berisiko tinggi,
memiliki kerahasiaan tinggi, penggunaannya untuk publik atau terbuka untuk umum, dan
bangunan gedung tertentu, dilakukan dengan mengikutsertakan pertimbangan tim ahli
bangunan gedung.
Bagian Kelima
Penerbitan, Penolakan, Pembekuan, dan Pencabutan IMB
Paragraf 1
Kewenangan dan Pendelegasian Kewenangan Atas Penerbitan, Penolakan,
Pembekuan, dan Pencabutan IMB
Pasal 26
(1)

Penerbitan, penolakan, pembekuan, dan pencabutan IMB merupakan kewenangan


Bupati, melalui proses Permohonan Izin Mendirikan Bangunan.

(2)

Penerbitan, penolakan, pembekuan, dan pencabutan IMB sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), dapat didelegasikan dari Bupati kepada Pejabat yang ditunjuk.

(3)

Pendelegasian sebagian wewenang Bupati kepada Pejabat yang ditunjuk sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 2
Penerbitan IMB
Pasal 27

(1)

Jangka waktu penyelesaian pelayanan IMB ditetapkan paling lama 12 hari kerja
terhitung sejak diterimanya berkas permohonan dengan lengkap dan valid, serta tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

(2)

Jangka waktu penyelesaian pelayanan IMB untuk bangunan yang pemanfaatannya


membutuhkan pengelolaan khusus dan/atau memiliki kompleksitas tertentu yang dapat
menimbulkan dampak terhadap masyarakat dan lingkungan ditetapkan paling lama 21
hari kerja terhitung sejak diterimanya berkas permohonan dengan lengkap dan valid,
serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

(3)

Segala kekurangan yang berkaitan dengan permohonan IMB, harus disampaikan


kepada pemohon secara tertulis.

(4)

Dalam hal permohonan lengkap, benar, dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dan IMB
belum diterbitkan, permohonan IMB dianggap disetujui.

(5)

Apabila berlaku keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Bupati atau pejabat
yang ditunjuk wajib menerbitkan IMB.

16
Pasal 28
(1)

Penerbitan IMB dilaksanakan berdasarkan klasifikasi bangunan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12.

(2)

Penerbitan IMB gedung di bagian wilayah Kabupaten yang berkembang pesat dan
jadwal pelaksanaan konstruksi yang optimum, Pemerintah Daerah dapat
mempertimbangkan penerbitan IMB dengan tahapan yang merupakan satu kesatuan
dokumen sepanjang tidak melampaui batas waktu yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundangan pelayanan umum, serta tidak bertentangan dengan KRK yang
telah diterbitkan.

(3)

Penerbitan IMB untuk pembangunan bangunan cagar budaya, diproses dengan


mempertimbangkan pendapat dari Tim Pertimbangan Pelestarian Kawasan dan/atau
Bangunan Cagar Budaya.

(4)

Penerbitan IMB untuk pembangunan prasarana bangunan gedung, diproses


sebagaimana bangunan umum, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan

(5)

Proses penerbitan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan
ayat (4), diatur dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 3
Dokumen IMB
Pasal 29

(1)

(2)

Dokumen IMB terdiri atas:


a.

Keputusan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tentang IMB; dan

b.

lampiran-lampiran, yang meliputi:


1.

fungsi dan klasifikasi bangunan gedung;

2.

gambar situasi dan gambar rencana teknis yang merupakan berkas terpisah;

3.

pembekuan dan pencabutan IMB; dan

4.

penghitungan besarnya retribusi IMB.

Format dokumen IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan
Bupati.
Pasal 30

(1)

Dalam memproses IMB, wajib mencantumkan biaya secara jelas, pasti, dan terbuka.

(2)

Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicantumkan dalam Lampiran
Keputusan Bupati/Pejabat yang ditunjuk tentang pemberian IMB.

(3)

Setiap penerimaan biaya perizinan yang dibayar oleh pemohon IMB wajib disertai bukti
pembayaran.
Paragraf 4
Penolakan IMB
Pasal 31

(1)

Apabila persyaratan tidak lengkap dan/atau bertentangan dengan peraturan perundangundangan, dalam waktu 3 bulan sejak diterimanya permohonan, Bupati atau Pejabat
yang ditunjuk wajib memberikan penolakan atas permohonan izin.

17
(2)

Penolakan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan secara tertulis dan
disertai dengan alasan-alasannya.

(3)

Ketentuan teknis mengenai penolakan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 5
Pembekuan IMB
Pasal 32

(1)

Bupati dapat membekukan IMB apabila terjadi sengketa, pengaduan dari pihak ketiga,
pelanggaran atau kesalahan teknis dalam membangun.

(2)

Pembekuan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan secara tertulis
dan disertai dengan alasan-alasannya.

(3)

Pemegang IMB diberikan kesempatan untuk memberikan penjelasan atau sanggahan


terhadap keputusan pembekuan IMB.

(4)

Ketentuan teknis mengenai pembekuan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 6
Pencabutan IMB
Pasal 33

(1)

Bupati dapat mencabut IMB apabila:


a.

IMB yang diterbitkan berdasarkan kelengkapan persyaratan IMB yang diajukan


dan keterangan pemohon ternyata kemudian dinyatakan tidak benar oleh putusan
pengadilan;

b.

adanya pelaksanaan pembangunan dan/atau penggunaan bangunan yang


menyimpang dari ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam izin.

(2)

Pencabutan IMB diberikan secara tertulis kepada pemegang IMB dengan disertai
alasan.

(3)

Pemegang IMB diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatannya atas


pencabutan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan mengemukakan alasan
keberatannya dan ditujukan kepada Bupati melalui Pejabat yang ditunjuk selambatlambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal pencabutan.
Bagian Keenam
Masa Berlaku IMB
Pasal 34

(1)

IMB berlaku selama bangunan masih berdiri dan/atau tidak ada perubahan fungsi atau
fisik bangunan.

(2)

Perubahan fungsi atau fisik bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a.

perubahan struktur; dan

b.

perubahan luas bangunan.

18
Pasal 35
IMB dinyatakan batal dengan sendirinya apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
terhitung dari tanggal penetapan belum dimulai kegiatan pembangunannya, atau
dilaksanakan tetapi hanya berupa pekerjaan persiapan, kecuali ada pemberitahuan
sebelumnya disertai alasan secara tertulis dari Pemegang IMB.
Bagian Ketujuh
Perubahan Izin
Pasal 36
(1)

Setiap pemegang izin wajib mengajukan permohonan perubahan izin dalam hal
melakukan perubahan bangunan.

(2)

Perubahan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:


a.

perubahan fisik bangunan;

b.

penambahan fisik bangunan;

c.

perluasan lahan dan bangunan; dan/atau

d.

perubahan fungsi bangunan.

(3)

Dalam hal terjadi perubahan penggunaan ruang di sekitar lokasi bangunannya setelah
diterbitkan IMB, pemilik bangunan tidak wajib mengajukan permohonan perubahan
IMB.

(4)

Apabila ada perubahan status kepemilikan tanah dan/atau bangunan, pemilik bangunan
tidak wajib mengajukan perubahan IMB selama tidak ada perubahan bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(5)

Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dipenuhi oleh pemilik
bangunan, Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat mencabut IMB.
BAB V
KEWAJIBAN, HAK DAN LARANGAN PENERIMA IZIN
Bagian Kesatu
Kewajiban Pemohon Izin
Pasal 37

Pemohon izin wajib:


a.

melakukan langkah-langkah penanganan dampak lingkungan yang muncul atas


pendirian bangunan dan dinyatakan secara jelas dalam dokumen izin;

b.

memenuhi seluruh persyaratan perizinan;

c.

menjamin semua dokumen yang diajukan adalah benar dan sah;

d.

membantu kelancaran proses pengurusan izin; dan

e.

melaksanakan seluruh tahapan prosedur perizinan.

19
Bagian Kedua
Hak Pemohon Izin
Pasal 38
Pemohon izin mempunyai hak:
a.

mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas-asas dan tujuan


pelayanan serta sesuai standar pelayanan minimal yang telah ditentukan;

b.

mendapatkan kemudahan untuk memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang


sistem, mekanisme, dan prosedur perizinan;

c.

memberikan saran untuk perbaikan pelayanan;

d.

mendapatkan pelayanan yang tidak diskriminatif, santun, bersahabat, dan ramah;

e.

menyampaikan pengaduan kepada penyelenggara pelayanan; dan

f.

mendapatkan penyelesaian
perundang-undangan.

atas pengaduan

yang

diajukan

sesuai

peraturan

Bagian Ketiga
Larangan Penerima Izin
Pasal 39
Penerima izin dilarang:
a.

mendirikan bangunan tidak sesuai dengan ketentuan IMB yang telah diterima; dan

b.

mendirikan bangunan dengan bahan-bahan dan/atau peralatan yang dapat merusak


lingkungan.
BAB VI
STANDAR PELAYANAN IMB
Pasal 40

(1)

Penyelenggara IMB wajib menyusun dan menetapkan standar pelayanan perizinan


berdasarkan klasifikasi, kategori yang diselenggarakan dengan memperhatikan
kepentingan pemohon izin.

(2)

Standar pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun


berdasarkan kategori dan jenis yang meliputi prosedur dan produk layanan perizinan.
Pasal 41

Penyelenggara pelayanan IMB mempunyai kewajiban:


a. menyelenggarakan pelayanan IMB yang berkualitas sesuai dengan standar pelayanan
yang telah ditetapkan;
b. mengelola pengaduan dari penerima layanan sesuai mekanisme yang berlaku;
c.

menyampaikan pertanggungjawaban secara periodik atas penyelenggaraan pelayanan


IMB yang tata caranya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati;

d. mematuhi ketentuan yang berlaku dalam penyelesaian sengketa pelayanan IMB;


e. mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait
kewenangannya dalam penyelenggaraan pelayanan IMB;

dengan

tugas

dan

20
f.

menetapkan standar pelayanan meliputi penetapan standar persyaratan, standar biaya


dan standar waktu; dan

g. masing-masing penyelenggra pelayanan perizinan wajib menginformasikan standar


pelayanan IMB kepada masyarakat.
Pasal 42
(1)

Setiap penyelenggara pelayanan IMB berhak mendapatkan penghargaan atas


prestasinya dalam penyelenggaraan pelayanan IMB.

(2)

Ketentuan mengenai tata cara penilaian dan pemberian penghargaan atas prestasi
penyelenggara pelayanan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Bupati.
Pasal 43

Penyelenggara pelayanan IMB wajib memiliki tata perilaku sebagai kode etik dalam
memberikan pelayanan IMB, sebagai berikut:
a. bertindak jujur, disiplin, proporsional dan profesional;
b. bertindak adil dan tidak diskriminatif;
c.

peduli, teliti, dan cermat;

d. bersikap ramah dan bersahabat;


e. bersikap tegas dan tidak memberikan pelayanan yang berbelit-belit;
f.

bersikap mandiri dan dilarang menerima imbalan dalam bentuk apapun; dan

g. transparan dalam pelaksanaan dan mampu mengambil langkah-langkah yang kreatif dan
inovatif.
Pasal 44
(1)

(2)

Penyelenggara pelayanan IMB yang tidak memenuhi kewajiban dan/atau melanggar


larangan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi
administrasi berupa:
a.

pemberian peringatan;

b.

pembayaran ganti rugi;

c.

penundaan atau penurunan pangkat atau golongan;

d.

pembebastugasan dari jabatan dalam waktu tertentu;

e.

pemberhentian dengan hormat; dan/atau

f.

pemberhentian dengan tidak hormat.

Tata cara penerapan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 45

Penyelenggara IMB dibentuk secara efisien dan efektif sesuai tugas dan fungsi pelayanan
IMB.
Pasal 46
Penyelenggara IMB sebagaimana dimaksud Pasal 45 mempunyai fungsi:
a.

pelaksanaan pelayanan;

b.

pengelolaan pengaduan masyarakat;

21
c.

pengelolaan informasi; dan

d.

pengawasan internal.
Pasal 47

(1)

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan IMB dapat dilakukan melalui pelayanan


terpadu satu pintu.

(2)

Untuk pemberian pelayanan pada satu pintu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses izin.
BAB VII
RETRIBUSI IMB
Bagian Kesatu
Nama, Objek, Subjek, Dan Penggolongan Retribusi IMB
Pasal 48

Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi atas pelayanan
penerbitan Izin Mendirikan Bangunan.
Pasal 49
Terhadap pendirian bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan
bangunan bukan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang diwajibkan untuk
memiliki IMB, dikenakan retribusi IMB yang wajib dibayar oleh subjek retribusi IMB.
Pasal 50
(1)

Objek retribusi IMB adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan.

(2)

Subjek retribusi IMB yaitu orang atau badan yang memperoleh pelayanan penerbitan
IMB.

(3)

Retribusi IMB digolongkan ke dalam retribusi perizinan tertentu.


Pasal 51

Tidak termasuk objek retribusi IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) adalah
pemberian izin untuk bangunan milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
Pasal 52
(1)

(2)

Bupati dapat memberikan pengurangan dan/atau keringanan penarikan retribusi IMB


berdasarkan kriteria:
a.

bangunan fungsi sosial budaya; dan

b.

bangunan fungsi hunian bagi masyarakat penghasilan rendah.

Bupati dapat memberikan pembebasan retribusi IMB berdasarkan kriteria:


a.

bangunan fungsi keagamaan; dan

b.

bangunan bukan gedung sebagai sarana dan prasarana umum yang tidak
komersial.

22
Bagian Kedua
Tata Cara Penghitungan Retribusi IMB
Pasal 53
(1)

Perhitungan retribusi IMB meliputi penghitungan besarnya retribusi IMB, indeks


penghitungan retribusi IMB, dan tarif atau harga dasar bangunan IMB.

(2)

Penghitungan besarnya retribusi IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
komponen retribusi IMB, penghitungan besarnya retribusi dan tingkat penggunaan jasa.

(3)

Indeks penghitungan retribusi IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
penetapan indeks, skala indeks dan kode.

(4)

Tarif dan/atau harga dasar bangunan IMB adalah harga tarif satuan objek pajak dalam,
dimensi panjang, luas, dan/atau volume yang ditetapkan oleh Bupati.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi IMB
Pasal 54

(1)

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi IMB didasarkan pada tujuan untuk
menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian IMB yang
bersangkutan.

(2)

Biaya penyelenggaraan pemberian IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
biaya pengendalian penyelenggaraan yang meliputi pengecekan, pengukuran lokasi,
pemetaan, pemeriksaan, penerbitan dokumen IMB, pengawasan di lapangan,
penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian IMB
tersebut.
Bagian Keempat
Penetapan Struktur Dan Tarif Dasar Retribusi IMB
Pasal 55

(1)

Besaran retribusi IMB ditetapkan dengan rumus perhitungan sebagai berikut:


a.

b.

besarnya retribusi IMB dihitung dengan penetapan :


1.

lingkup komponen retribusi;

2.

lingkup kegiatan meliputi pembanguan baru, rehabilitasi dan/atau renovasi,


perubahan dan/atau pengurangan serta pelestarian dan/atau pemugaran;

3.

volume dan/atau besaran kegiatan, indeks, harga dasar bangunan untuk


bangunan dan prasarana bangunan.

penghitungan besarnya retribusi IMB dengan rumus:


1.

untuk bangunan:
a)

pembangunan baru:
Luas x Indeks terintegrasi x 1,00 x Harga Satuan
Dasar Bangunan

b)

rehabilitasi dan/atau renovasi dan pelestarian dan/atau pemugaran:


Luas x Indeks terintegrasi x Tingkat kerusakan x Harga Dasar Bangunan

23
c)

merubah fungsi bangunan :


Luas x Indeks x Harga Dasar Bangunan

2.

untuk prasarana bangunan:


a)

pembangunan baru:
Luas x Indeks x 1,00 x Harga Dasar Bangunan

b)

rehabilitasi dan/atau renovasi dan pelestarian dan/atau pemugaran:


Luas x Indeks x Tingkat kerusakan x Harga Dasar Bangunan

3.

(2)

untuk bangunan diluar bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf b


angka 1 dan prasarana bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf b
angka 2, besaran tarif Retribusi IMB ditetapkan sebesar 1% dari anggaran
biaya pembangunan pokok dan bangunan pelengkapnya.

Tingkat penggunaan jasa atas pemberian IMB menggunakan indeks berdasarkan


fungsi, klasifikasi, dan waktu penggunaan bangunan serta indeks untuk prasarana
bangunan sebagai tingkat intensitas penggunaan jasa dalam proses perizinan dengan
cakupan kegiatan berupa pengecekan, pengukuran lokasi, pemetaan, pemeriksaan,
penerbitan dokumen IMB, pengawasan di lapangan, penegakan hukum,
penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian IMB tersebut.
Pasal 56

(1)

Penetapan indeks sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2) adalah indeks
tingkat penggunaan jasa sebagai faktor pengali terhadap harga dasar bangunan untuk
mendapatkan besarnya retribusi IMB, yang meliputi:
a.

indeks untuk penghitungan besarnya retribusi IMB berdasarkan fungsi dan


klasifikasinya dengan mempertimbangkan spesifikasi bangunan gedung pada
tingkat kompleksitas, permanensi, risiko kebakaran, kepadatan, ketinggian
dan/atau jumlah lantai, kepemilikan dan jangka waktu penggunaan bangunan
gedung.

b.

indeks untuk penghitungan besarnya retribusi IMB prasarana bangunan


ditetapkan untuk setiap jenis prasarana bangunan.

(2)

Skala indeks sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah skala indeks berdasarkan
peringkat terendah hingga tertinggi dengan mempertimbangkan perbandingan dalam
intensitas penggunaan jasa.

(3)

Skala indeks sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terlampir pada Lampiran yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 57

(1)

Tarif Retribusi IMB tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

(2)

Tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditinjau kembali 3 (tiga) tahun
sekali.

(3)

Peninjauan kembali tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan
dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian daerah.

(4)

Hasil peninjauan kembali tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

24
BAB VIII
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Wilayah Pemungutan
Pasal 58
Wilayah pemungutan dilaksanakan di Kabupaten Bandung Barat.
Bagian Kedua
Tata Cara Pemungutan
Pasal 59
(1)

Retribusi dipungut
dipersamakan.

dengan

menggunakan

SKRD

atau

dokumen

lain

yang

(2)

Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
karcis, kupon, dan kartu langganan.

(3)

Penetapan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi diatur dalam Peraturan Bupati.
Pasal 60

(1)

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari
retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan
menggunakan STRD.

(2)

Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didahului dengan
Surat Teguran.

(3)

Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi diatur dalam Peraturan Bupati.


Bagian Ketiga

Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, Tempat Pembayaran, Angsuran, Dan Penundaan


Pembayaran Retribusi
Pasal 61
(1)

Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan


pembayaran retribusi diatur dalam Peraturan Bupati.

(2)

Semua penerimaan retribusi disetor ke Kas Daerah.


Bagian Keempat
Pemanfaatan
Pasal 62

(1)

Pemanfaatan dari penerimaan retribusi IMB diutamakan untuk mendanai kegiatan yang
berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan IMB.

25
(2)

(3)

Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi IMB sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), ditetapkan untuk:
a.

penerbitan dokumen izin;

b.

pengawasan di lapangan;

c.

penegakan hukum;

d.

penatausahaan; dan

e.

biaya dampak negatif dari pemberian IMB.

Alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi selain yang diatur pada ayat (2), diatur
dalam Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Keberatan
Pasal 63

(1)

Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati melalui pejabat yang
ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2)

Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasanalasan yang jelas.

(3)

Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal
SKRD diterbitkan, kecuali jika wajib retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu
itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4)

Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu
keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan wajib retribusi.

(5)

Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan


penagihan retribusi.
Pasal 64

(1)

Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan
diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan
Surat Keputusan Keberatan.

(2)

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian
hukum bagi wajib retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh
Bupati.

(3)

Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,
menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

(4)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat, dan Bupati
tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 65

(1)

Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran


retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

(2)

Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan
sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

26
BAB IX
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 66
(1)

Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan


pengembalian kepada Bupati.

(2)

Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
harus memberikan keputusan.

(3)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati
tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran retribusi
dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) bulan.

(4)

Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran


retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi
terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5)

Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6)

Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua)


bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas
keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi.

(7)

Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), diatur dalam Peraturan Bupati.
BAB X
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 67

(1)

Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui


waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib retribusi
melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2)

Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:
a.

diterbitkan Surat Teguran; atau

b.

ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik langsung maupun tidak
langsung.

(3)

Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.

(4)

Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang
retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5)

Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan
pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi.
Pasal 68

(1)

Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan
penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

27
(2)

Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang


kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Retribusi

yang

sudah

(3)

Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dalam
Peraturan Bupati.
BAB XI
PEMERIKSAAN
Pasal 69

(1)

Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban retribusi daerah dalam rangka melaksanakan peraturan perundangundangan di bidang retribusi daerah.

(2)

Wajib retribusi yang diperiksa wajib:

(3)

a.

memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang


menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek retribusi
yang terutang;

b.

memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap


perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c.

memberikan keterangan yang diperlukan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan retribusi diatur dalam Peraturan
Bupati.
BAB XII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 70

(1)

Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat diberi insentif atas dasar
pencapaian kinerja tertentu.

(2)

Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.

(3)

Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
BAB XIII
PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 71

(1)

Bupati berkewajiban melakukan pembinaan termasuk meliputi pengembangan sistem,


teknologi, sumber daya manusia, dan jaringan kerja.

(2)

Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebutuhan daerah
yang melalui:
a.

koordinasi secara berkala;

28
b.

pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi;

c.

pendidikan, pelatihan, pemagangan; dan

d.

perencanaan, penelitian, pegembangan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan


pelayanan perizinan.
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 72

(1)

Pengawasan dilaksanakan terhadap proses pemberian IMB dan pelaksanaan IMB.

(2)

Pengawasan terhadap proses pemberian IMB secara fungsional dilakukan oleh Dinas
yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pengawasan.

(3)

Pengawasan terhadap pelaksanaan IMB dilakukan oleh Dinas yang berwenang


memproses izin dan Satuan Polisi Pamong Praja.

(4)

Tata cara pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam peraturan
Bupati.
Bagian Ketiga
Pengendalian
Pasal 73

(1)

Pengendalian dilaksanakan terhadap pelaksanaan IMB dan dampak dari pendirian


bangunan yang memiliki IMB.

(2)

Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Dinas yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang perizinan dan bidang bangunan.

(3)

Tata cara pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan
Bupati.
BAB XIV
PERAN MASYARAKAT
Pasal 74

(1)

Dalam setiap tahapan dan waktu penyelenggaraan perizinan, masyarakat berhak


mendapatkan akses informasi dan akses partisipasi.

(2)

Akses informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a.

tahapan dan waktu dalam proses pengambilan keputusan pemberian izin.

b.

rencana pendirian bangunan dan perkiraan dampaknya terhadap lingkungan dan


masyarakat.

(3)

Akses partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi pengajuan pengaduan
atas keberatan atau pelanggaran perizinan dan/atau kerugian akibat pendirian
bangunan.

(4)

Pemberian akses partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diberikan mulai dari
proses pemberian perizinan atau setelah perizinan dikeluarkan.

(5)

Ketentuan pengajuan pengaduan atas keberatan atau pelanggaran sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

29
BAB XV
SANKSI ADMINISTRASI
Bagian Kesatu
Sanksi Administrasi Dalam Perizinan
Paragraf 1
Umum
Pasal 75
Setiap orang dapat dikenakan sanksi administrasi dalam hal:
a.

melanggar ketentuan IMB sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini; dan/atau

b.

melanggar peraturan perundang-undangan.


Paragraf 2
Pejabat Yang Berwenang Mengenakan Sanksi
Pasal 76

(1)

Bupati berwenang mengenakan sanksi administrasi.

(2)

Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan terhadap setiap orang yang
memohon dan menerima IMB.
Pasal 77

(1)

Bupati dapat mendelegasikan kewenangan pengenaan sanksi administrasi kepada


Kepala Dinas/pejabat yang diberi wewenang yang tugas, pokok dan fungsinya di bidang
perizinan.

(2)

Pendelegasian kewenangan sebagaiman dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 3
Jenis Sanksi Administrasi
Pasal 78

Jenis sanksi administrasi meliputi:


a.

teguran tertulis;

b.

paksaan pemerintahan;

c.

denda administrasi ;

d.

pembekuan izin;

e.

pencabutan izin; dan/atau

f.

sanksi administrasi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

30
Pasal 79
(1)

Setiap orang yang melanggar kewajiban dan larangan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Daerah ini, dapat dikenai sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 78.

(2)

Pengenaan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dikenakan
secara:

(3)

a.

bertahap;

b.

bebas; atau

c.

kumulatif.

Untuk menentukan pengenaan sanksi administrasi secara bertahap, bebas atau


kumulatif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pejabat yang berwenang mengenakan
sanksi mendasarkan pada pertimbangan:
a. tingkat atau berat-ringannya jenis pelanggaran yang dilakukan oleh penerima IMB;
b. tingkat penaatan penerima IMB terhadap pemenuhan perintah atau kewajiban yang
ditentukan dalam keputusan IMB; dan/atau
c.

rekam jejak ketaatan penerima IMB.


Paragraf 4
Teguran Tertulis
Pasal 80

(1)

Teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf a, dilakukan apabila


penanggung jawab pendiri bangunan melakukan sesuatu tindakan yang akan
mengarah pada pelanggaran terhadap persyaratan izin dan/atau peraturan perundangundangan.

(2)

Tata cara mengenai pelaksanaan sanksi administrasi teguran tertulis sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 5
Paksaan Pemerintahan
Pasal 81

(1)

(2)

Paksaan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf b, berupa:


a.

penghentian sementara kegiatan pembangunan;

b.

pembongkaran;

c.

penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaran;

d.

penghentian sementara seluruh kegiatan; dan/atau

e.

tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan


memulihkan fungsi lingkungan.

Pengenaan paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dijatuhkan tanpa didahului teguran apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:
a.

ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup;

b.

dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran
dan/atau perusakannya; dan/atau

c.

kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan
pencemaran dan/atau perusakannya.

31
(3)

Tata cara mengenai pelaksanaan sanksi paksaan pemerintahan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 6
Denda Administrasi
Pasal 82

(1)

Penerima Izin dapat dikenakan sanksi denda administrasi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 78 huruf c, atas setiap keterlambatan dalam melaksanakan sanksi
paksaan pemerintahan.

(2)

Pengawas menyampaikan laporan tertulis kepada Bupati, adanya dugaan pelanggaran


yang diancam sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3)

Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bupati melakukan


koordinasi dengan instansi terkait.

(4)

Tata cara mengenai pelaksanaan sanksi denda administrasi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 7
Pembekuan Izin
Pasal 83

(1)

Pembekuan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf d, dilakukan apabila:


a.

pemegang izin tidak melakukan kegiatan yang seharusnya dilakukan;

b.

pemegang izin belum menyelesaikan secara teknis apa yang telah menjadi
kewajibannya;

c.

pemegang izin melakukan hal-hal tertentu di luar apa yang terdapat dalam
persyaratan izin.

(2)

Pengenaan sanksi administrasi berupa pembekuan izin dilakukan apabila penanggung


jawab pendiri bangunan tidak melaksanakan paksaan pemerintahan.

(3)

Tata cara mengenai pelaksanaan administrasi berupa pembekuan izin sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 8
Pencabutan Izin
Pasal 84

(1)

Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf e, dilakukan apabila


pemegang izin telah terbukti melanggar persyaratan dalam izin dan/atau telah
melanggar peraturan perundang-undangan.

(2)

Pengenaan sanksi administrasi berupa pencabutan izin dilakukan apabila penanggung


jawab pendiri bangunan tidak melaksanakan paksaan pemerintahan.

(3)

Tata cara mengenai pelaksanaan sanksi administrasi berupa pencabutan izin


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

32
Bagian Kedua
Sanksi Administrasi Dalam Retribusi
Pasal 85
(1)

Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, wajib retribusi dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan ditagih dengan menggunakan STRD.

(2)

Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan
Surat Teguran.

(3)

Tata cara mengenai pelaksanaan sanksi administrasi dibidang retribusi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 86

Penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan pidana dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai


Negri Sipil yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 87
(1)

Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik memiliki kewenangan sebagaimana yang


diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana.

(2)

Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi pemberitahuan dimulainya


penyidikan dan penyampaian hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui penyidik
Kepolisian Republik Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 88

(1)

Setiap orang yang mendirikan bangunan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2), diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan
dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2)

Setiap pemilik IMB yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 37 dan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 karena
kesengajaan, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau denda
paling banyak Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

(3)

Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak menghapuskan kewajiban
pembayaran tunggakan pembayaran retribusi dan bunga.

33
Pasal 89
Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban membayar retribusi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan
paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pasal 90
Sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 89
tergolong sebagai tindak pidana pelanggaran.
Pasal 91
Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 dan Pasal 89, tindak pidana
yang menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta penataan
ruang, diancam pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 92
(1)

IMB yang diterbitkan sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan, tetap berlaku sesuai
masa berlakunya izin.

(2)

Peraturan Bupati yang mengatur mengenai teknis pelaksanaan IMB dan retribusi IMB
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 93

(1)

Apabila telah terbentuk perangkat daerah yang mempunyai fungsi pelayanan perizinan
terpadu satu pintu, kewenangan pelayanan IMB dapat dialihkan pelaksanaannya
kepada perangkat daerah tersebut.

(2)

Pelaksanaan pengalihan tugas pokok dan fungsi pelayanan perizinan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

IMB

Pasal 94
(1)

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis
pelaksanaan, diatur dalam Peraturan Bupati.

(2)

Peraturan pelaksana dari Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lambat satu tahun
sejak tanggal pengundangan Peraturan Daerah ini.
Pasal 95

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

34
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Barat.
Ditetapkan di Bandung Barat
pada tanggal 15 April 2011
BUPATI BANDUNG BARAT,
ttd.
ABUBAKAR
Diundangkan di Bandung Barat
pada tanggal 15 April 2011
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BANDUNG BARAT,
ttd.
MAS ABDUL KOHAR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2011 NOMOR 8

LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH


KABUPATEN BANDUNG BARAT
NOMOR 8 TAHUN 2011
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENATAAN BANGUNAN DAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

BESARAN HARGA DASAR BANGUNAN


I. HARGA DASAR BANGUNAN GEDUNG
A. FUNGSI HUNIAN
1. KLASIFIKASI SEDERHANA
a. Jumlah Lantai : 1- 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

1 Rumah Tinggal Tunggal

Batu/Bata

Kayu/Bata

Plesteran/Ubin PC/Keramik Bata Merah/Batako

Kayu

Kayu

Genting/Asbes

800.000,00

0,5

4.000,00

2 Rumah Tinggal Jarak/Deret/Susun


3 Rumah Tinggal Sementara
4 Rumah Tinggal Campuran

Batu/Bata

Kayu/Bata

Plesteran/Ubin PC/Keramik Bata Merah/Batako

Kayu

Kayu

Genting/Asbes

Batu/Beton
Batu/Beton

Kayu/Beton
Kayu/Beton

Keramik
Keramik

Kayu
Kayu

Kayu
Kayu

Genting
Genting

800.000,00
1.000.000,00
1.000.000,00

0'5
0,5
0,5

4.000,00
5.000,00
5.000,00

Bata Merah
Bata Merah

2. KLASIFIKASI TIDAK SEDERHANA


a. Jumlah Lantai > 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

1 Rumah Tinggal Tunggal

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

2 Rumah Tinggal Jarak/Deret/Susun

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

3 Rumah Tinggal Sementara

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

4 Rumah Tinggal Campuran

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu

Genting/Sirap/ Beton

1.200.000,00

0,5

6.000,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu

Genting/Sirap/ Beton

1.200.000,00

0,5

6.000,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu

Genting/Sirap/ Beton

1.250.000,00

0,5

6.250,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu

Genting/Sirap/ Beton

1.250.000,00

0,5

6.250,00

3. KLASIFIKASI KHUSUS
a. Jumlah Lantai > 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

1 Rumah Tinggal Tunggal

Beton

Beton/Baja

Keramik/ Marmer/Granit

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.500.000,00

0,5

7.500,00

2 Rumah Tinggal Jarak/Deret/Susun

Beton

Beton/Baja

Keramik/ Marmer/Granit

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.500.000,00

0,5

7.500,00

3 Rumah Tinggal Sementara

Beton

Beton/Baja

Keramik/ Marmer/Granit

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.750.000,00

0,5

8.750,00

4 Rumah Tinggal Campuran

Beton

Beton/Baja

Keramik/ Marmer/Granit

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.750.000,00

0,5

8.750,00

B. FUNGSI KEAGAMAAN
1. KLASIFIKASI SEDERHANA
a. Jumlah Lantai : 1- 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

1 Mesjid/Mushola

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

2 Gereja

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

3 Vihara

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

4 Klenteng

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

5 Pura

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

6 Bangunan Pelengkap Keagamaan

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

2. KLASIFIKASI TIDAK SEDERHANA


a. Jumlah Lantai > 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

1 Mesjid/Mushola

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

2 Gereja

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

3 Vihara

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

4 Klenteng

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

5 Pura

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

6 Bangunan Pelengkap Keagamaan

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.200.000,00

0,2

2.400,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.200.000,00

0,2

2.400,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.200.000,00

0,2

2.400,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.200.000,00

0,2

2.400,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.200.000,00

0,2

2.400,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.200.000,00

0,2

2.400,00

3. KLASIFIKASI KHUSUS
a. Jumlah Lantai > 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

1 Mesjid/Mushola

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

2 Gereja

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

3 Vihara

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

4 Klenteng

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

5 Pura

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

6 Bangunan Pelengkap Keagamaan

Batu/Beton

Kayu/Beton/Baja

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.400.000,00

0,2

2.800,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.400.000,00

0,2

2.800,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.400.000,00

0,2

2.800,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.400.000,00

0,2

2.800,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.400.000,00

0,2

2.800,00

Bata Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/ Beton

1.400.000,00

0,2

2.800,00

C. FUNGSI USAHA
1. KLASIFIKASI SEDERHANA
a. Jumlah Lantai : 1- 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI

RANGKA
ATAP

1 Perkantoran Komersil

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

2
3
4
5
6
7
8

Beton
Batu/Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton

Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja

Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja

Pasar Modern
Ruko
Rumah Kantor
Mall/Supermarket
Restoran
Industri
bangunan Usaha lain Sejenisnya

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer/ Granit

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP
Genting /
Alumunium/Asbes
Genting /Beton
Genting /Beton
Genting /Beton
Genting /Beton
Genting /Beton
Genting /Beton
Genting /Beton

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

900.000,00

1,0

9.000,00

800.000,00
800.000,00
800.000,00
900.000,00
800.000,00
800.000,00
800.000,00

1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0

8.000,00
8.000,00
8.000,00
9.000,00
8.000,00
8.000,00
8.000,00

2. KLASIFIKASI TIDAK SEDERHANA


a. Jumlah Lantai > 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

1
2
3
4
5
6
7
8

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

Perkantoran Komersil

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium/Asbes

Pasar Modern
Ruko
Rumah Kantor
Mall/Supermarket
Restoran
Industri
bangunan Usaha lain Sejenisnya

Beton
Batu/Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton

Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja

Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja

Genting /Beton

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer/ Granit

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Genting /Beton
Genting /Beton
Genting /Beton
Genting /Beton
Genting /Beton
Genting /Beton

1.100.000,00
1.000.000,00
1.000.000,00
1.000.000,00
1.100.000,00
1.000.000,00
1.000.000,00
1.000.000,00

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)
0,9
0,9
0,9
0,9
0,9
0,9
0,9
0,9

9.900,00
9.000,00
9.000,00
9.000,00
9.900,00
9.000,00
9.000,00
9.000,00

3. KLASIFIKASI KHUSUS
a. Jumlah Lantai > 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO
1
2
3
4
5
6
7
8

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

Perkantoran Komersil

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Asbes

Pasar Modern
Ruko
Rumah Kantor
Mall/Supermarket
Restoran
Industri
bangunan Usaha lain Sejenisnya

Beton
Batu/Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton

Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja
Beton/Baja

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer
Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer/ Granit

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Keramik/Marmer

Bata Merah/ Beton

Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja

Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja
Kayu/Baja

Genting /Beton

Bata Merah/ Beton

Genting /Beton
Genting /Beton
Genting /Beton
Genting /Beton
Genting /Beton
Genting /Beton

1.300.000,00
1.200.000,00
1.200.000,00
1.200.000,00
1.300.000,00
1.200.000,00
1.200.000,00
1.200.000,00

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8

10.400,00
9.600,00
9.600,00
9.600,00
10.400,00
9.600,00
9.600,00
9.600,00

D. FUNGSI SOSIAL DAN BUDAYA


1. KLASIFIKASI SEDERHANA
a. Jumlah Lantai : 1- 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

1 Bangunan Olahraga

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

2 Bangunan Pemakaman

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

3 Bangunan Kesenian/Kebudayaan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

4 Bangunan Pasar Tradisional

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

5 Bangunan Terminal/Hallte Bus

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

6 Bangunan Pendidikan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

7 Bangunan Kesehatan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

8 Bangunan Kantor Pemerintahan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.250.000,00

0,2

2.500,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

400.000,00

0,2

800,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

800.000,00

0,2

1.600,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

800.000,00

0,2

1.600,00

9 Bangunan Panti Jompo/Panti Asuhan


10 Bangunan Sosial Budaya Lain Sejenisnya

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

800.000,00

0,2

1.600,00

2. KLASIFIKASI TIDAK SEDERHANA


a. Jumlah Lantai > 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

1 Bangunan Olahraga

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

2 Bangunan Pemakaman

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

3 Bangunan Kesenian/Kebudayaan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

4 Bangunan Pasar Tradisional

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

5 Bangunan Terminal/Hallte Bus

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

6 Bangunan Pendidikan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

7 Bangunan Kesehatan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

8 Bangunan Kantor Pemerintahan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

9 Bangunan Panti Jompo/Panti Asuhan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

10 Bangunan Sosial Budaya Lain Sejenisnya

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.250.000,00

0,2

2.500,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.100.000,00

0,2

2.200,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.200.000,00

0,2

2.400,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

600.000,00

0,2

1.200,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.200.000,00

0,2

2.400,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.200.000,00

0,2

2.400,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.100.000,00

0,2

2.200,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

800.000,00

0,2

1.600,00

3. KLASIFIKASI KHUSUS
a. Jumlah Lantai > 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

1 Bangunan Olahraga

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

2 Bangunan Pemakaman

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

3 Bangunan Kesenian/Kebudayaan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

4 Bangunan Pasar Tradisional

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

5 Bangunan Terminal/Hallte Bus

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

6 Bangunan Pendidikan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

7 Bangunan Kesehatan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

8 Bangunan Kantor Pemerintahan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

9 Bangunan Panti Jompo/Panti Asuhan

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

Kayu/Beton

Kayu/Beton/Baja

10 Bangunan Sosial Budaya Lain Sejenisnya

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit
Kayu/Keramik/
Marmer/Granit

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.250.000,00

0,2

2.500,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.200.000,00

0,2

2.400,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.250.000,00

0,2

2.500,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

650.000,00

0,2

1.300,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.200.000,00

0,2

2.400,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.200.000,00

0,2

2.400,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.200.000,00

0,2

2.400,00

Batu Merah

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting/Sirap/Beton

1.000.000,00

0,2

2.000,00

E. FUNGSI GANDA/CAMPURAN
1. KLASIFIKASI SEDERHANA
a. Jumlah Lantai : 1- 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

1 Hotel

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

900.000,00

1,0

9.000,00

2 Apartement

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

900.000,00

1,0

9.000,00

3 Mall/Shopping Centre

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

1.000.000,00

1,0

10.000,00

4 Sport Hall

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

1.000.000,00

1,0

10.000,00

5 Bangunan Hiburan

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

1.000.000,00

1,0

10.000,00

2. KLASIFIKASI TIDAK SEDERHANA


a. Jumlah Lantai > 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

1 Hotel

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

1.100.000,00

0,9

9.900,00

2 Apartement

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

1.100.000,00

0,9

9.900,00

3 Mall/Shopping Centre

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

1.200.000,00

0,9

10.800,00

4 Sport Hall

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

1.200.000,00

0,9

10.800,00

5 Bangunan Hiburan

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

1.200.000,00

0,9

10.800,00

3. KLASIFIKASI KHUSUS
a. Jumlah Lantai > 2 Lantai
b. Jenis Struktur dan Konstruksi :
NO

JENIS BANGUNAN

PONDASI

RANGKA
BANGUNAN

JENIS STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


PENUTUP
DINDING
KUDA-KUDA
LANTAI

RANGKA
ATAP

HARGA DASAR
(Rp. /M2)
PENUTUP ATAP

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

1 Hotel

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

1.300.000,00

0,8

10.400,00

2 Apartement

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

1.300.000,00

0,8

10.400,00

3 Mall/Shopping Centre

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

1.400.000,00

0,8

11.200,00

4 Sport Hall

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

1.400.000,00

0,8

11.200,00

5 Bangunan Hiburan

Batu/Beton

Kayu/Baja

Plesteran/Keramik

Bata Merah/Batako/ Beton

Kayu/Baja

Kayu/Baja

Genting /Alumunium

1.400.000,00

0,8

11.200,00

II. HARGA DASAR BUKAN BANGUNAN GEDUNG


NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

JENIS BANGUNAN PELENGKAP

Plataran Prkir, Lapang Tenis dan Lain Sejenisnya


Pagar Tembok/Besi, Tanggul/Turap dan Lain Sejenisnya
Septic Tank/Bak/Penampungan bekas Air kotor dan Lain sejenisnya
Sumur Resapan dan Lain sejenisnya
Teras tidak berdinding, Tempat Pencucian, Rabat dan Lain Sejenisnya
Dinding Penahan Tanah dan Lain sejenisnya
Jembatan Penyebrangan orang/umum
Jembatan Jalan Perumahan dan lain sejenisnya
Penanaman Tanki, Landasan Tanki, Bangunan Pengolahan Air, Gardu Listrik
dan lain Sejenisnya.
Kolam Renang, Kolam Ikan Air deras dan Lain sejenisnya
Gapura, Patung, Bangunan Reklame, Monumen dan Lain Sejenisnya.
Gorong-gorong :

UKURAN

M2
M2
M3
M3
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
Ukuran < 50 Cm
Ukuran > 50 Cm

PERHITUNGAN - IMB
TARIF
INDEX %
(Rp/M2)

(Rp./M1/M2/M3)

150.000,00
400.000,00
300.000,00
300.000,00
50.000,00
500.000,00
500.000,00
1.000.000,00

0,5
o.5
o.5
o.5
o.5
o.5
o.5
o.5

750,00
2.000,00
1.500,00
1.500,00
250,00
2.500,00
2.500,00
5.000,00

800.000,00
800.000,00
300.000,00
150.000,00
300.000,00

o.5
o.5
o.5
o.5
o.5

4.000,00
4.000,00
1.500,00
750,00
1.500,00
.

BUPATI BANDUNG BARAT,


ttd.
ABUBAKAR

LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH


KABUPATEN BANDUNG BARAT
NOMOR 8 TAHUN 2011
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENATAAN BANGUNAN DAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PERHITUNGAN LUAS BANGUNAN DAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)


A. PERHITUNGAN LUAS BANGUNAN
Nama

Alamat

Peruntukan

Lokasi

B. PERHITUNGAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

NO

KLASIFIKASI BANGUNAN

I BANGUNAN GEDUNG
1. FUNGSI HUNIAN
a. Rumah Tinggal Tunggal
b. Rumah Tinggal Jamak/deret/Susun
c. Rumah Tinggal Sementara
d. Rumah Tinggal Campuran
bangunan bertingkat - 3/4 Retribusi Lantai dasar
bangunan ketinggian > 4 m' = 50 % Ret. Lantai dasar
bangunan tanpa dinding = 50 % Ret. Lantai dasar

2. FUNGSI USAHA
a. Bangunan Gedung Industri
b. Bangunan Gedung Perdagangan
c. Bangunan Gedung tempat Penyimpanan
d. Bangunan Gedung Perhotelan
e. Bangunan gedung Perkantoran
f. Bangunan Gedung Wisata & Rekreasi
g. Bangunan Gedung Terminal
bangunan bertingkat - 3/4 Retribusi Lantai dasar
bangunan ketinggian > 4 m' = 50 % Ret. Lantai dasar
bangunan tanpa dinding = 50 % Ret. Lantai dasar

3. FUNGSI SOSIAL BUDAYA


a. Bangunan Gedung Pendidikan
b. Bangunan Gedung Pelayanan Kesehatan
c. Bangunan Gedung Kebudayaan
d. Bangunan Gedung Olahraga
bangunan bertingkat - 3/4 Retribusi Lantai dasar
bangunan ketinggian > 4 m' = 50 % Ret. Lantai dasar
bangunan tanpa dinding = 50 % Ret. Lantai dasar

4. FUNGSI KEAGAMAAN
a. Bangunan Mesjid/Musholla
b. bangunan Gereja
c. Bangunan Pura
d. Bangunan Vihara
e. Bangunan Kelenteng
bangunan bertingkat - 3/4 Retribusi Lantai dasar
bangunan ketinggian > 4 m' = 50 % Ret. Lantai dasar
bangunan tanpa dinding = 50 % Ret. Lantai dasar

II BANGUNAN PELENGKAP
1 Gorong-gorong Ukuran f < 50 cm
Gorong-gorong Ukuran f > 50 cm
2 Pagar Tembok/Bramdmuur
3 Pagar Tembok / Benteng
4 Jembatan
5 Jalan Tanah/Koral
6 Jalan Beton/Jalan Aspal
7 Selokan/Greppel
8 Tanki Air
9 Bak/Kolam
10 Rabat/Lantai Terbuk/Brandmuur
11 Keermuur/TPT (Tembok Penahan Tanah)
12 Septic Tank
13 Pagar Teralis/Besi

TARIF
TIDAK
SEDERHANA
KHUSUS
SEDERHANA
Index X HDB Index X HDB Index X HDB

4.000
4.000
5.000
5.000

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

3/4

50%
50%

X
X
X

Rp. .
Rp. .
Rp. .

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

7.500
7.200
6.000
6.300
4.800
3.750
3.000

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

3/4

X
X
X

Rp. .
Rp. .
Rp. .
Rp.
2.400 Rp.
2.400
Rp.
2.400 Rp.
2.400
Rp.
2.400 Rp.
2.500
Rp.
2.500 Rp.
2.500
Rp. .
Rp. .
Rp. .

M2
M2
M2
M2

50%
50%

2.000
2.000
2.000
2.500
X
X
X

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

2.000
2.000
2.000
2.000
2.000

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

M2
M2
M2
M2
M3

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

3/4

X
X
X

Rp. .
Rp. .
Rp. .

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
3/4

50%
50%

8.000
7.650
6.400
6.650
5.100
4.000
3.200

2.400
2.400
2.400
2.400
2.400

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

7.500
7.500
8.750
8.750

JUMLAH

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

50%
50%

6.000
6.000
6.250
6.250

LUAS
BANGUNAN

M2
M2
M2
M2

10.000
9.900
8.800
10.500
6.600
5.500
4.400

750
1.500
500
2.000
5.000
250
750
375
2.500
1.750
250
2.500
1.500
2.000

Rp.
Rp.
Rp.
M2
M2
M2
M2
M3
M4
M5

2.800
2.800
2.800
2.800
2.800

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
Jumlah

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Pindahan Jumlah Rp.

III BANGUNAN STRUKTUR BERDIRI SENDIRI


1%
Rencana Anggaran Biaya (RAB)
IV BANGUNAN INSIDENTIL
1 Direksikeet

1%

X Rp.
Rp.
Rp.

2 Bangunan Sementara dengan masa Penggunaan > 100 hari

500.000
500.000

Rp.
Rp.

Jumlah Retribusi Rp. .

V PERUBAHAN BANGUNAN
1
2
3
4

Rubah Fungsi Bang = 20 % X Luas Bang. X harga Dasar x Koef


Perbaikan Sedang = 50 % x Ret. Bangunan
Perbaikan Ringan = 70 % x Ret. Bangunan
Perbaikan Total = 90 % x Ret. Bangunan

20 %
50 %
70 %
90 %

X
X
X
X

Rp. ..
Rp. ..
Rp. ..
Rp. ..

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

VI PEMUTAKHIRAN DATA
1 Balik Nama IMB = 20 % X Luas Bang. X harga Dasar x Koef
2 Izin Ulang IMB = 20 % X Luas Bang. X harga Dasar x Koef

20 % X
20 % X

Rp. Rp.
Rp. Rp.

5%
5%
0.3 %
10 %

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

VII BIAYA ADMINISTRASI


1
2
3
4
5

Biaya Pengesahan Gambar (Hunian, Sosial, Budaya, Olahraga)


Biaya Pengesahan Gambar (usaha dan Khusus)
Biaya Pengesahan Gambar Bangunan Struktur Berdiri sendiri
Biaya Pemeriksaan dan Pengawasan Bangunan
Biaya Plang / Papan IMB

X
X
X
X

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Jumlah Total Retribusi Rp.

Terbilang :
(.
)

Ket :
HDB : Harga Dasar Bangunan.

PEMUTAKHIRAN DATA
NO

JENIS PEMUTAKHIRAN

INDEKS

1.

Balik Nama IMB

20%

2.

Izin Ulang IMB

20%

75.000

REHABILITASI DAN/ATAU RENOVASI DAN PELESTARIAN DAN/ATAU PEMUGARAN


NO

JENIS PERUBAHAN BANGUNAN

TINGKAT KERUSAKAN

Perbaikan Ringan

50 %

Perbaikan Sedang

70 %

Perbaikan Total

90 %

BANGUNAN BERUBAH FUNGSI


NO
1

JENIS PERUBAHAN BANGUNAN


Rubah Fungsi Bangunan

TINGKAT KERUSAKAN
20 %

BUPATI BANDUNG BARAT,


ttd.
ABUBAKAR

LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN BANDUNG BARAT
NOMOR 6 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
Struktur Besaran Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Puskesmas, Puskesmas
Keliling, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Laboratorium adalah sebagai
berikut :
NO
JENIS PELAYANAN KESEHATAN
SATUAN
A PELAYANAN RAWAT JALAN
1. Pelayanan Umum, KIA-KB, Gigi
Per Kunjungan
2. Pelayanan Spesialis
Per Kunjungan
Tindakan Medis
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana
1. Pemasangan Implant
Per Tindakan
2. Pencabutan Implant
Per Tindakan
3. Pemasangan IUD
Per Tindakan
4. Pencabutan IUD
Per Tindakan
5. Kontrol IUD
Per Tindakan
6. Injeksi KB
Per Tindakan
7. Vasektomi
Per Tindakan
8. Perawatan Payudara
Per Kunjungan
9. Senam hamil
Per Kunjungan
10. Senam nifas
Per Kunjungan
11. Test perkembangan anak (DIDTK)
Per Kunjungan
b. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Konservasi
1 Tambalan tetap amalgam per gigi
Per Tindakan
2 Tambalan tetap glass ionomer per gigi
Per Tindakan
3 Tambalan tetap composite per gigi (kecil)
Per Tindakan
4 Tambalan tetap composite per gigi (besar)
Per Tindakan
5 Tambalan sementara per gigi (tergantung
Per Tindakan
besarnya)
6 Tambalan sementara direct/indirect pulp
Per Tindakan
capping per gigi
7 Tambalan sementara devitalisasi per gigi
Per Tindakan
8 Trepanasi per gigi
Per Tindakan
9 Pengisian kamar pulpa per gigi (termasuk
Per Tindakan
tambalan sementara)
10 Pembersihan karang gigi satu regio
Per Tindakan
11 Perawatan saluran akar gigi satu gigi(setiap
Per Tindakan
kali kunjungan)
12 Incisi Abses pada mulut
Per Tindakan
13 Anasthesi lokal pada tindakan konservasi
Per Tindakan
14 Kontrol pasca tindakan
Per Tindakan
Exodontia
1 Pencabutan gigi tetap dengan anestesi topikal
per gigi
2 Pencabutan gigi tetap dengan anestesi injeksi
per gigi
3 Pencabutan gigi tetap dengan komplikasi per
gigi

Per Tindakan
Per Tindakan
Per Tindakan

BESARAN
2.000
20.000

15.000
25.000
25.000
15.000
10.000
10.000
50.000
10.000
10.000
10.000
10.000

15.000
15.000
35.000
45.000
10.000
15.000
15.000
15.000
20.000
25.000
10.000
15.000
5.000
5.000

10.000
15.000
25.000

NO
4

JENIS PELAYANAN KESEHATAN

SATUAN

Pencabutan satu gigi dengan suntikan Citoject

Per Tindakan

5 Pencabutan satu gigi M3 (posisi normal)


6 Hecting 1 - 3 jahitan
7 Buka jahitan/post pencabutan gigi dengan
tindakan
8 Penanggulangan Dry Socket
9 Kontrol post pencabutan gigi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
B.
a.
b.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Pedodontia
Pencabutan gigi anak dengan anestesi topikal
per gigi
Pencabutan gigi anak dengan anestesi injeksi
per gigi
Perawatan darurat (trepanasi) per gigi
Tambalan sementara per gigi
Tambalan sementara direct/indirect pulp
capping per gigi
Tambalan sementara devitalisasi per gigi
Tambalan sementara pengisian kamar pulpa
per gigi
One Visite Endodonticbper gigi
Tambalan amalgam per gigi
Tambalan glass ionomer per gigi
Pembersihan plak per regio
Kontrol pasca tindakan
Periodontia
Macro scalling per regio
Buka jahitan/Buka Pack
Kontrol pasca tindakan

Per Tindakan
Per Tindakan
Per Tindakan
Per Tindakan
Per Tindakan

Per Tindakan
Per Tindakan
Per Tindakan
Per Tindakan
Per Tindakan
Per Tindakan
Per Tindakan

BESARAN
20.000
35.000
10.000
10.000
20.000
5.000

10.000
15.000
10.000
10.000
15.000
15.000

Per Tindakan
Per Tindakan
Per Tindakan
Per Tindakan
Per Tindakan

15.000
20.000
15.000
20.000
15.000
5.000

Per Tindakan
Per Tindakan
Per Tindakan

25.000
10.000
5.000

PELAYANAN GAWAT DARURAT dan BEDAH


Pelayanan gawat darurat (tanpa tindakan
Per Kunjungan
medis)
Tindakan Medis Pelayanan Gawat Darurat dan Bedah
Erasio Portionis Uteri
Per Tindakan
Perawatan luka tanpa jahitan
Per Tindakan
Perawatan luka dengan 1-2 jahitan
Per Tindakan
Perawatan luka lebih dari 2 jahitan, tiap
Per Tindakan
jahitan
Perawatan luka dengan buka jahitan (aff
Per Tindakan
hecting) 1 - 5
Perawatan luka dengan buka jahitan (aff
Per Tindakan
hecting) 6 - 10
Perawatan luka dengan buka jahitan (aff
Per Tindakan
hecting) 11 - 20
Perawatan luka dengan buka jahitan (aff
Per Tindakan
hecting) > 20
Perawatan luka bakar s/d 5%
Per Tindakan
Perawatan luka bakar > 5 - 10%
Per Tindakan
Perawatan luka bakar > 10 - 50%
Per Tindakan
Perawatan luka bakar > 50%
Per Tindakan
Insisi Abses
Per Tindakan
Insisi Abses Besar
Per Tindakan
Eksterpasi
Per Tindakan
Eksterpasi besar lain
Per Tindakan

10.000
10.000
7.000
10.000
4.000
10.000
15.000
20.000
25.000
15.000
20.000.25.000
30.000
15.000
20.000
25.000
40.000

NO
JENIS PELAYANAN KESEHATAN
SATUAN
17 Khitan (sirkumsisi)
Per Tindakan
18 Bilas Cerumen prop/GMP
Per Tindakan
19 Tindik
Per Tindakan
20 Katerisasi
Per Tindakan
21 Lavement pengobatan
Per Tindakan
22 Glycerin spuit
Per Tindakan
23 Insisi Hordeolum
Per Tindakan
24 Ekstraksi benda asing di telinga/hidung
Per Tindakan
25 Suntikan
Per Tindakan
26 Infus
Per Tindakan
27 Transfusi
Per Tindakan
28 Venaseksi
Per Tindakan
29 Sonde hidung (dewasa)
Per Tindakan
30 Bilas Lambung (dewasa)
Per Tindakan
31 Punksi Lumbal
Per Tindakan
32 Punksi Pleura
Per Tindakan
33 Punksi Ascites
Per Tindakan
34 WSD (Water Seal Drainage)
Per Tindakan
35 Resusitasi
Per Tindakan
36 Oksigen /mm3
Per Tindakan
37 Nebulizer
Per Tindakan
38 Tampon hidung
Per Tindakan
39 Cabut kuku
Per Tindakan
40 Pemasangan mitella/ spalk
Per Tindakan
41 Ransel Verban
Per Tindakan
42 Breast pump
Per Tindakan
43 Skin test
Per Tindakan
C PELAYANAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a Hematologi
1
Darah Lengkap (Hb, Leko, Trombo, Ery, MCV,
Per Pemeriksaan
MCH, MCHC, Hematokrit, Diff Count, LED)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Darah Rutin (Hb, Leko, Trombo, Hematokrit)


Hb, Photometer
Hb Sahli
Jumlah Lekosit, Mikroskopis
Jumlah Trombosit, Mikroskopis
LED
Golongan Darah tanpa rhesus
Golongan Darah dengan rhesus
Hematokrtit, Mikrohematokrit
Jumlah Eritrosit, Mikroskopis
Jumlah Eosinofil, Mikroskopis
Jumlah Retikulosit, Mikroskopis
Hitung Jenis Lekosit (diff), Mikroskopis
Morfologi Darah Tepi, morfologi
Morfologi Sumsum Tulang
Waktu Perdarahan
Waktu Pembekuan
Rumple Leed
Retraksi Bekuan
Ketahanan Osmotik
Fibrinogen
Agregasi Trombosit
Masa Trombin
Protombin Plasma

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

BESARAN
125.000
10.000
10.000
15.000
10.000
10.000
25.000
15.000
2.000
8.000
10.000
30.000
10.000
25.000
200.000
150.000
125.000
125.000
25.000
6.000
20.000
10.000
20.000
10.000
15.000
10.000
5.000

30.000
20.000
8.000
5.000
8.000
10.000
9.000
7.000
12.000
7.000
8.000
8.000
9.000
9.000
30.000
45.000
7.000
7.000
10.000
8.000
15.000
90.000
73.000
104.500
71.000

NO
JENIS PELAYANAN KESEHATAN
26 Tromboplastin Masa Partial
27 Faktor Pembekuan
b Kimia Klinik
1 Glukosa
2 Kolesterol Total
3 Trigliserid
4 Ureum
5 Kreatinin
6 SGOT
7 SGPT
8 Alkali Phosphatase
9 Gamma GT
10 Bilirubin Total
11 Bilirubin Direk
12 Protein Total
13 Albumin
14 Asam Urat
15 HDL-C
16 LDL-C
17 Cholesterol LDL Direct
18 Apo (B)
19 CK
20 Calsium, fotometri
20 HbA1C
21 LDH
c Urinalisa
Urine Rutin (Carik Celup, Makroskopis,
1
Mikroskopis)
2 Sedimen
3 Reduksi
4 Protein
5 Bilirubin
6 Keton
d Skrining Narkoba
Narkoba (Amphetamin, Metamphetamine,
1
Coccain, Morphin, THC, BZN, Barbiturat)
e Pemeriksaan Faeces
1 Faeces Rutin (Makroskopis, mikroskopis)
2 Darah Samar
Sisa Percernaan (Protein, Karbohidrat,
3
Lemak)
f Mikrobiologi
1 Mikroskopis GO
2 Mikroskopis BTA
3 Mikroskopis Lepra
4 Mikroskopis Candida
5 Mikroskopis Diphterie
6 Mikroskopis Jamur /Fungi
7 Mikroskopis Malaria / Filaria
8 Mikroskopis Trichomonas
9 Mikroskopis Amoeba
10 Mikroskopis Telur Cacing
11 Mikroskopis Sarcoptes scabei
12 Mikroskopis Schistosoma
13 Telur Cacing Konsentrasi
14 Telur Cacing Metode Kato Katz

SATUAN
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

BESARAN
38.500
155.000

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

13.000
15.000
18.000
12.000
12.000
15.000
15.000
22.000
31.000
12.000
12.000
11.000
15.000
15.000
18.000
18.000
30.000
93.500
70.000
30.000
85.000
30.000

Per Pemeriksaan

19.000

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

9.000
7.000
5.500
5.500
5.500

Per Pemeriksaan

150.000

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

15.000
25.000

Per Pemeriksaan

10.000

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

11.000
12.000
12.000
11.000
11.000
19.000
15.000
15.000
15.000
15.000
10.000
15.000
12.000
14.000

NO
JENIS PELAYANAN KESEHATAN
15 Biakan Mikrobiologi (Kultur MO)
16 Biakan Gaal (Bactec & manual)
17 Biakan (M. TBC)
18 Biakan GO
19 Biakan Diphterie
20 Biakan Jamur/Fungi
21 Biakan V. Cholera
22 Biakan Urine
23 Biakan Faeces / R. Swab
24 Biakan Salmonella selain darah
25 Hitung Kuman
26 Resistensi Aerob
27 Resistensi M. TBC
28 Biakan dan Resistensi
29 Biakan dan Hitung Kuman
30 Biakan, Hitung Kuman dan Resistensi
31 Biakan An aerob
32 E. Coli Identifikasi
33 MPN Coliform
34 MPN Coli Tinja
35 Clostridium spp
36 Campylobacter jejuni
37 Staphylococcus spp
38 Streptococcus spp
39 Acinetobacter spp
40 Aeromonas spp
41 Bacilus spp
42 Bakteriodes fragilis
43 Bordetella spp
44 Branhamella catarrhalis
45 Brucella spp
46 Citrobacter spp
47 Edwardsiella spp
48 Enterobacter spp
49 Enterococcus
50 Fusobacterium necrophorum
51 Haemophilus spp
52 Helicobacter pylori
53 Klebsiella spp
54 Neisseria meningitidis
55 Nocardia spp
56 Proteus spp
57 Providencia spp
58 Pseudomonas spp
59 Shigella spp
60 Serratia marcescens
61 Yersinia spp
62 Biakan Legionella
63 Biakan Larva A. Duodenale/N. Americanus
64 Biakan jaringan Phylamydia spp
65 Biakan jaringan Mycoplasma spp
g Imunologi
Hepatitis
1 HbsAg Rapid Test
2 HBsAg / ELFA
3 Anti HBs Titer

SATUAN
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

BESARAN
88.000
72.000
30.000
50.000
52.000
37.000
49.000
88.000
110.000
50.000
27.000
53.000
95.000
132.000
105.000
150.000
91.000
50.000
50.000
50.000
88.000
88.000
50.000
80.000
50.000
50.000
50.000
87.000
77.000
44.000
57.000
50.000
50.000
50.000
61.000
88.000
77.000
91.000
50.000
50.000
61.000
50.000
50.000
61.000
50.000
50.000
50.000
91.000
22.000
825.000
825.000

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

27.500
55.000
71.500

NO
JENIS PELAYANAN KESEHATAN
4 HBeAg Rapid
5 HBeAg / ELFA
6 Anti Hbe
7 HBc IgM / ELFA
8 Anti HBc Total II / ELFA
9 HAV IgM / ELFA
10 Anti HCV / Rapid Test
11 Anti HCV Total / MEIA
HIV
1 Anti HIV skrining / Rapid Test
2 Anti HIV skrining / MEIA
3 Anti HIV skrining / ELFA
4 Test HIV konfirmasi
TORCH
1 Toxo IgG II / ELFA
2 Toxo IgM / ELFA
3 Toxo IgG Avidity / ELFA
4 Rubella IgG II / ELFA
5 Rubella IgM II / ELFA
6 CMV IgG / ELFA
7 CMV IgM / ELFA
8 CMV IgG Avidity / ELFA
9 Herpes - 1 IgG / mikroelisa
10 Herpes - 2 IgG / mikroelisa
11 Herpes IgM / mikroelisa
Demam Berdarah
1 DHF Titer / HI
2 Dengue IgG/IGM/Rapid Test
3 Dengue IgG / rapid Test
4 Dengue IgM / Rapid Test
5 Dengue Antigen
Penyakit Infeksi
1 ASO / ASTO / Aglutinasi
2 ASO / ASTO Titer / Aglutinasi
3 CRP / Aglutinasi
4 CRP Titer / Aglutinasi
5 Hs CRP
6 Widal / Aglutinasi
7 Salmonella typhi IgG Rapid Test
8 Salmonella typhi IgM / Rapid Test
9 Leptospira IgM / Rapid Test
10 Leptospira IgG / Rapid Test
11 Rotavirus Ag / Rapid Test
12 Influenza A & B Ag / Rapid Test
13 Anti H. Pylori / Rapid Test
14 Malaria P.f/P.v / Rapid Test Ab
15 Malaria P.f/P.v / Rapid Test Ag
16 Anti TB IgG / Rapid Test
17 Helicobacter pylori IgG / ELFA
18 Helicobacter pylori IgM
19 Rotavirus Ag / ELFA
20 Varicella Zoster IgG / ELFA
21 Chikungunya IgG / IFA
22 Syphylis / Rapid Test
23 RPR /VDRL / Aglutinasi
24 TPHA / IHA

SATUAN
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

BESARAN
52.000
154.000
154.000
148.500
93.500
170.500
35.500
126.500

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

125.000
130.000
130.000
209.000

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

99.000
99.000
170.500
99.000
121.000
99.000
121.000
55.000
99.000
99.000
99.000

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

38.500
170.500
88.000
99.000
170.500

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

30.000
89.000
22.000
66.000
77.000
40.000
60.500
60.500
71.500
60.500
110.000
126.500
49.500
52.000
63.000
46.500
137.500
163.000
118.000
126.500
176.000
33.000
18.000
44.000

NO
JENIS PELAYANAN KESEHATAN
25 TPHA Titer / IHA
26 Chlamydia Ag / Rapid Test
27 Chlamydia IgG
28 Chlamydia IgM'
29 Chlamydia Ag / ELFA
h. Pemeriksaan Obat dan Bahan Berbahaya
NARKOBA
1. Amphetamin
2. Opiat/Morphin
3. Canabioid/THC
4. Benzodiazetine
5. Coccain
i. Pemeriksaan Lainnya
1 EKG
2 Pap smear
3 USG mamae
4 USG abdomen lengkap
5 USG sistem reproduksi
6 USG ibu hamil
7 USG Ginjal
Radiologi
1 Foto Thorax
2 Foto Abdomen
3 Ektremitas
4 Schedele
5 BNO Polos
6 Lumbo Sakral (LS)
7 Dental Foto
8 Panoramic
Laboratorium Kesehatan Masyarakat
a. KIMIA AIR
1 Alumunium
2 Amonium Bebas
3 Arsen
4 Barium
5 Benda Terapung
6 Besi
7 BOD
8 Bor
9 COD
10 Detergen
11 Disolved Oxygen
12 Fenol
13 Fluorida
14 Fosfat
15 Kadmium
16 Kejernihan
17 Kekeruhan
18 Kesadahan Ca
19 Kesadahan Mg
20 Kesadahan Total
21 Klor Bebas
22 Klorida
23 Kobal
24 Krom
25 Logam Berat

SATUAN
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

BESARAN
132.000
60.500
253.000
253.000
253.000

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

40.000
40.000
40.000
40.000
40.000

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

40.000
40.000
110.000
165.000
110.000
50.000
60.500

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

55.000
55.000
70.000
110.000
55.000
110.000
35.000
60.000

Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan
Per Pemeriksaan

47.500
36.500
35.000
74.000
20.000
33.000
11.000
100.000
92.500
85.000
93.500
25.500
34.000
49.500
74.000
3.500
17.500
22.000
30.000
22.000
12.000
14.000
55.000
35.000
22.000

NO
JENIS PELAYANAN KESEHATAN
SATUAN
BESARAN
26 Mangan
Per Pemeriksaan
13.000
27 Natrium
Per Pemeriksaan
120.000
28 Nikel
Per Pemeriksaan
55.000
29 Nitrat
Per Pemeriksaan
44.000
30 Nitrit
Per Pemeriksaan
14.000
31 Perak
Per Pemeriksaan
55.000
32 pH
Per Pemeriksaan
12.000
33 Selenium
Per Pemeriksaan
77.000
34 Seng
Per Pemeriksaan
45.000
35 Sianida
Per Pemeriksaan
45.000
36 Suhu
Per Pemeriksaan
6.500
37 Sulfat
Per Pemeriksaan
32.000
38 Sulfida
Per Pemeriksaan
143.000
39 TDS
Per Pemeriksaan
22.000
40 Timbal
Per Pemeriksaan
65.000
41 Tembaga
Per Pemeriksaan
35.000
42 TSS
Per Pemeriksaan
22.000
43 Warna
Per Pemeriksaan
24.000
44 Zat Organik
Per Pemeriksaan
13.500
45 Zat Terendap
Per Pemeriksaan
22.000
b. Air Bersih Terbatas Paket
Per Pemeriksaan
400.000
c. Air Kolam Renang
Per Pemeriksaan
220.000
Air Minum Secara Kimia
Per Pemeriksaan
800.000
Air Bersih Secara Kimia
Per Pemeriksaan
400.000
Air Buangan (Limbah)
Per Pemeriksaan
1.200.000
Air Badan Air
Per Pemeriksaan
1.800.000
D . PELAYANAN RAWAT INAP
a. Pelayanan rawat inap Kelas A
1. Biaya kamar
60.000
Per Hari
2. Biaya makan pasien
30.000
Per Hari
3. Jasa pengawasan medis dokter umum
10.000
Per Visite
4. Jasa pengawasan medis dokter spesialis
20.000
Per Visite
5. Jasa perawatan
8.000
Per Hari
6. Biaya kebersihan
5.000
Per Hari
b. Pelayanan rawat inap Kelas B
1. Biaya kamar
40.000
Per Hari
2. Biaya makan pasien
24.000
Per Hari
3. Jasa pengawasan medis dokter umum
8.000
Per Visite
4. Jasa pengawasan medis dokter spesialis
12.000
Per Visite
5. Jasa perawatan
6.000
Per Hari
6. Jasa kebersihan
5.000
Per Hari
c. Pelayanan rawat inap Kelas C
1. Biaya kamar
20.000
Per Hari
2. Biaya makan pasien
20.000
Per Hari
3. Jasa pengawasan medis dokter umum
6.000
Per Visite
4. Jasa pengawasan medis dokter spesialis
10.000
Per Visite
5. Jasa perawatan
5.000
Per Hari
6. Jasa kebersihan
5.000
Per Hari
d. Pelayanan rawat inap untuk bayi yang memerlukan perawatan khusus
1. Pemakaian inkubator (Rooming In)
20.000
Per Hari
2. Jasa pengawasan medis dokter umum
6.000
Per Visite
3. Jasa pengawasan medis dokter spesialis
10.000.Per Visite
4. Jasa pengawasan paramedis
5.000
Per Hari
e. Tindakan Pertolongan Persalinan
Persalinan Normal di Puskesmas DTP /PONED (3hari)
1. Perawatan Ibu
42.000
Per Paket (3 Hari)

NO
JENIS PELAYANAN KESEHATAN
SATUAN
BESARAN
2. Perawatan bayi
30.000
Per Paket (3 Hari)
3. Visite dokter
18.000
Per Paket (3 Hari)
4. Jasa pertolongan persalinan
100.000
Per Paket (3 Hari)
5. Asuhan kebidanan
15.000
Per Paket (3 Hari)
6. Ruang Bersalin
75.000
Per Paket (3 Hari)
7. Pemakaian alat-alat/obat-obatan khusus
55.000
Per Paket (3 Hari)
8. Kartu Ibu dan Anak
5.000
Per Paket (3 Hari)
9. Cucian
10.000
Per Paket (3 Hari)
Jumlah
350.000
Persalinan Patologis di Puskesmas DTP / PONED
1. Vakum Ekstraksi
200.000
Per Tindakan
2. Forcep
200.000
Per Tindakan
3. Kuret
200.000
Per Tindakan
4. Placenta Manual
125.000
Per Tindakan
5. Deptone
4.000
Per Tindakan
6. Suction
10.000
Per Tindakan
7. Jahitan luka perineum per jahitan
7.500
Per Tindakan
E. PENGGUNAAN AMBULANCE
a. Retribusi penggunaan mobil Ambulance/puskesmas keliling ditetapkan sebagai
berikut:
1. Pemakaian kurang atau sampai dengan 3 km dihitung seharga 10 liter bahan
bakar;
2. Pemakaian setiap 3 km selanjutnya dihitung seharga 1 liter bahan bakar;
3. Jarak tempuh dihitung pulang pergi;
b. Untuk ke luar Kabupaten yang harus menginap, biaya penginapan dan makan bagi
supir dan pembantunya ditanggung penyewa;
c. Pengangkutan korban-korban kecelakaan dan orang-orang sakit yang tidak mampu
atas permintaan Polri, ditanggulangi secara terpadu;
Tarif tindakan, alat dan atau obat yang digunakan dalam mobil ambulance
d.
ditentukan sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.
F. PELAYANAN KESEHATAN LAINNYA
a. Pelayanan Kesehatan Pemeriksaan Badan untuk maksud-maksud tertentu
(keuring)
Per Orang
1. Pemeriksaan kesehatan untuk melanjutkan
5.000
Per Orang
2. Pemeriksaan kesehatan untuk melamar
10.000
pekerjaan
Per Orang
3. Pemeriksaan kesehatan untuk kepentingan
25.000
perusahaan asuransi jiwa bagi calon
pemegang polis (berlaku ketentuan dari
masing-masing)
Per Orang
4. Pemeriksaan kesehatan karyawan Salon dan
15.000
Penjamah Makanan
Per Satuan
5. Buku pemeriksaan kesehatan karyawan
10.000
Salon dan Penjamah Makanan
6. Pemeriksaan kesehatan untuk calon jemaah
haji ditentukan sebagai berikut:
(a)
Tingkat Puskesmas
Per Orang
40.000
(b)
Tingkat Kabupaten
Per Orang
60.000
7. Khusus untuk pemeriksaan Laboratorium dan
Per Orang
8. Pemeriksaan Buta Warna
5.000
9. Pemeriksaan kesehatan calon pegawai negeri
Per Orang
10. Pengamatan penyakit menular melalui
50.000
pemeriksaan kesehatan di asrama transit bagi
calon TKI
Per Orang
11. Biaya pemeriksaan luar pada penderita untuk
15.000
keperluan tertentu

NO
JENIS PELAYANAN KESEHATAN
12. Biaya pemeriksaan luar pada penderita
tertanggung PT Jamsostek/Asuransi
Jiwasraya/Jasaraharja dan asuransi lainnya
b.
1.
2.
3.
4.

Rehabilitasi Medik
Latihan fisik/Fisoterapy
Diathermi/UKG
Ultra Violet/ Infra merah
Massage

c. Konsultasi Kesehatan
1. Jasa konsultasi gizi untuk penderita penyakit
2. Jasa konsultasi kesehatan lingkungan

d. Fogging dalam rangka pemberantasan


penyakit Demam Berdarah

SATUAN
Per Orang

BESARAN
30.000

Per Kunjungan
Per Kunjungan
Per Kunjungan
Per Kunjungan

15.000
20.000
25.000
30.000

Per Kunjungan
Per Kunjungan

3.000
3.000

Per Tindakan

1.500.000

BUPATI BANDUNG BARAT,


ttd.

ABUBAKAR

Anda mungkin juga menyukai