Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR NASIONAL XI

SDM TEKNOLOGI NUKLIR


YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________

PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN PELET UO2


MENGGUNAKAN ALAT ROUGHNESS TESTER SURTRONIC 25
Pranjono, Torowati, Banawa Sri Galuh, MM. Lilis Windaryati
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
Kawasan Puspiptek Serpong
email : pranjono@batan.go.id
ABSTRAK
PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN PELET UO2 MENGGUNAKAN ALAT
ROUGHNESS TESTER SURTRONIC 25. Telah Dilakukan Pengukuran Kekasaran Permukaan pelet UO2
Menggunakan Alat Roughness Tester Type Surtronic-25. Pada pelaksanaan pengukuran, digunakan 3 buah
sampel standar sedangkan untuk pelet UO2 sebanyak 10 buah. Sebelum dilakukan pengukuran dilakukan
pengujian sampel standar sebagai referensi untuk mengetahui akurasi dan kestabilan alat. Tiga buah sampel
standar yang digunakan adalah dengan nilai kekasaran 0,1 m ; 1,0 m dan 3,0 m. hasil pengukuran
terhadap ketiga sampel standar tersebut adalah untuk sampel standar 0,1 diperoleh hasil rata rata 0,104 m
dengan standar deviasi 0,003 m, untuk sampel standar 1,0 m diperoleh hasil rata rata pengukuran adalah
0,998 m dengan standar deviasi 0,003 m dan untuk sampel standar 3,0 m diperoleh hasil rata rata
pengukuran adalah 2,969 m dengan standar deviasi 0,007 m. Pengukuran pelet UO2 dilakukan pada 3 titik
pengukuran, masing-masing dilakukan dengan 5 kali pengulangan.. Dari hasil pengukuran terhadap 10 pelet
pada ketiga titik permukaan, nilai rata-rata kekasaran yang tertinggi adalah sebesar 0,730 m dengan standar
deviasi 0,014 m . Nilai tertinggi kekasaran permukaan pelet ini, masih dibawah nilai kekasaran permukaan
yang dipersyaratkan yaitu kurang dari 1,20 m.
Kata kunci : Kekasaran permukaan, pelet UO2, Surtronic 25.

ABSTRACT
SURFACE ROUGHNESS MEASUREMENT OF UO2 PELLET USING ROUGHNESS TESTER
SURTRONIC 25. Roughness test on UO2 sintered pellet by using Roughness Tester Type Surtronic-25 had
been carried out. In the measurement, three standard samples have been used and ten UO2 sintered pellets.
Before conducting the measurement, standard samples were measured as reference to know the accuracy
and stability of roughness tester. Three standard samples that had been used were sample with roughness
value 0.1 m ; 1.0 m and 3.0 m. The results shows the average roughness for standard sample 0.1 m is
0.104 m with deviation standard 0.003 m, the average roughness for standard sample 1.0 m is 0.998 m
with deviation standard 0.003 m and the average roughness for standard sample 3.0 m is 2.969 m with
deviation standard 0.007 m. The roughness measurement of UO2 sintered pellet had been carried out on
three measurement points, five times on each measurement. The result for ten pellets on three surface points,
the highest roughness value average is 0.730 m with deviation standard 0.014 m. The highest roughness of
sintered pellet surface is lower than the required roughness value which is lower than 1.20 m.
Key word : Surface Roughness, Pellet UO2, Surtronic 25

_______________________
________________________________________________
_____________________
253

SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________

PENDAHULUAN
Instalasi Elemen Bakar Ekperimental
(IEBE) didesain untuk memproduksi bahan
bakar
tipe
CIRENE,
dan
dalam
perkembangannya dilakukan pula penelitian
dan pengembangan jenis bahan bakar tipe
lainnya yaitu PHWR dan PWR. Secara garis
besar pembuatan bahan bakar ketiga jenis
tersebut di atas memiliki kesamaan dalam
proses pembuatan pelet bahan bakar yaitu
dengan melalui proses kompaksi dan sintering
untuk mendapatkan pelet bahan bakar yang
memenuhi persyaratan. Perbedaan dari ketiga
jenis bahan bakar tersebut yang paling jelas
terlihat adalah dimensi dari pelet UO2 yang
dibuat. Secara umum persyaratan yang
ditentukan agar sebuah pelet dapat digunakan
sebagai bahan bakar adalah sama. Sedangkan
persyaratan khusus biasanya ditentukan untuk
penelitian dan pengembangan dari bahan
bakar tersebut hingga diperoleh bahan bakar
yang dapat digunakan di reaktor dengan
menghasilkan efisiensi yang tinggi dan kinerja
bahan bakar yang lebih baik.
Pelet UO2 tersebut dibuat dari serbuk
UO2 melalui proses peletisasi. Teknik
peletisasi yang ada di BEBE adalah cold
pressing yang diikuti dengan sintering dan
grinding. Cold pressing dilakukan dengan alat
double acting press yang mempunyai cetakan pelet
berupa piston (punch) dan lobang metris (dies)
dimana punch dan dies tersebut mempunyai
ukuran yang sesuai dengan desain pelet elemen
bakar.

Hasil dari cold pressing ini adalah


berupa green pelet. Green pelet ini
selanjutnya disinter dalam tungku sinter untuk
mendapatkan sifat-sifat pelet yang memenuhi
persyaratan operasi reaktor. Setelah proses
sintering selesai pelet sinter digerinda dengan
menggunakan mesin gerinda tanpa pusat
(centerless grinding machine ) ,
Sebagai akibat dari proses grinding
terhadap pelet UO2 hasil sinter, hal ini akan
berpengaruh terhadap nilai kekasaran
permukaan dari pelet itu sendiri. Untuk dapat
digunakan sebagai bahan bakar nuklir maka
harus memenuhi persyaratan tertentu baik
ditinjau dari sifat fisis maupun sifat kimianya.
Salah satu persyaratan tersebut adalah
terpenuhinya nilai kekasaran permukaan,
dimana nilai kekasaran permukaan pelet
kurang dari 1,2 m.

Pengukuran ini bertujuan untuk


mengetahui
besarnya
nilai
kekasaran
permukaan pelet UO2 hasil sinter setelah pelet
mengalami penyesuaian dimensi akibat
proses grinding, disamping itu juga dilakukan
pengukuran sampel standar untuk mengetahui
unjuk kerja alat Roughness Tester. Cara yang
dilakukan adalah dengan mengukur kekasaran
permukaan standar roughness dilanjutkan
dengan mengukur kekasaran permukaan pelet
UO2 menggunakan alat Roughness Tester
Surtronic 25 dengan metode kontak langsung.
TEORI
Salah satu karakteristik geometris yang
ideal dari suatu komponen adalah permukaan
yang halus. Dalam prakteknya memang tidak
mungkin untuk mendapatkan suatu komponen
dengan permukaan yang betul betul halus. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya
faktor manusia (operator) dan faktor-faktor
dari mesin-mesin yang digunakan untuk
membuatnya
Menurut istilah keteknikan, permukaan
adalah suatu batas yang memisahkan benda
padat dengan sekitarnya. Dalam prakteknya,
bahan yang digunakan untuk benda
kebanyakan dari besi atau logam. Oleh karena
itu, benda-benda padat yang bahannya terbuat
dari tanah, batu, kayu dan karet tidak akan
disinggung dalam pembicaraan mengenai
karakteristik permukaan dan pengukurannya.
Bentuk dari suatu permukaan pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu
permukaan yang kasar (roughness) dan
permukaan yang bergelombang (waviness).
Permukaan yang kasar berbentuk gelombang
pendek yang tidak teratur dan terjadi karena
getaran pisau (pahat) potong atau proporsi
yang kurang tepat dari pemakanan (feed)
pisau potong dalam proses pembuatannya.
Permukaan
yang
bergelombang
mempunyai bentuk gelombang yang lebih
panjang dan tidak teratur yang dapat terjadi
karena beberapa faktor misalnya posisi senter
yang tidak tepat, adanya gerakan tidak lurus
(non linier) dari pemakanan (feed), getaran
mesin, tidak imbangnya (balance) batu
gerinda, perlakuan panas (heat treatment)
yang kurang baik, dan sebagainya. Dari
kekasaran (roughness) dan gelombang
(wavivess) inilah kemudian timbul kesalahan

_______________________
________________________________________________
_____________________
254

SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________

bentuk. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 1


berikut :

Gambar 2. Alat Roughness Tester Surtronic


25
Gambar 1 Bentuk Permukaan Benda Padat
Roughness/kekasaran
didefinisikan
sebagai ketidak halusan bentuk yang
menyertai proses produksi yang disebabkan
oleh
pengerjaan
mesin,
sedangkan
penggelombangan adalah komponen tekstur
dimana kekasaran saling menumpuk. Hal ini
disebabkan
oleh
faktor-faktor
seperti
penyimpangan mesin, getaran, berbagai
penyebab regangan pada bahan dan pengaruhpengaruh lainnya.
Nilai kekasaran dinyatakan dalam
Roughness Average (Ra). Ra didefinisikan
sebagai
rata-rata
aritmatika
dan
penyimpangan mutlak profil kekasaran dari
garis tengah rata-rata.
Alat Surtronic 25
Alat Roughness Tester Type Surtronic
25 adalah
suatu sistem disain modular
pengukur permukaan yang portable, dengan
komponen-komponen terdiri dari traverse
unit, pick up yang dilengkapi dengan
transducer dan dilengkapi juga dengan
thermal printer.
Travers unit merupakan sistem utama
dari alat Roughness Tester komponen ini
sebagai unit pengolah data. Pick up ialah
suatu komponen penjelajah yang dilengkapi
transducer dengan jenis induktansi variabel,
dengan pemegang (holder) yang akan
dihubungkan dengan traverse unit.
Pengolahan hasil pengukuran dengan
menggunakan mikroprosesor yang hasilnya
ditampilkan pada sebuah display dalam
bentuk nilai numerik dari nilai kekasaran.

TATA KERJA
A. Bahan
Bahan yang digunakan adalah Pelet
UO2 hasil sinter yang telah mengalami
penggerindaan, sampel standar kekasaran
(Roughness Specimen) berbentuk pelat logam
dengan nilai kekasaran 0,1 m, 1,0 m, 3,0
m.
B. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam pengukuran
adalah Roughness Tester Type Surtronic-25
buatan Taylor Hobson.
C. Langkah Kerja
1. Penyiapan Bahan
Permukaan pelet UO2 dibersihkan
dengan tisu halus untuk menghilangkan debu
dan lemak yang menempel pada permukaan
sampel. Hal lain yang perlu diyakinkan bahwa
tempat pengukuran terbebas dari getaran atau
vibrasi. Setelah itu memberi tanda pada
daerah atau lokasi pada pelet UO2 sebagai titik
yang akan diukur kekasarannya. .
2. Penyiapan Peralatan
Serangkaian pick-up dipasangkan pada
traverse unit dan dihubungkan rangkaian
pick-up dengan pick-up cable. Traverse unit
ditempatkan pada stand dan disambungkan
kabel pick-up pada traverse unit, batere power
9 V dimasukkan sebagai sumber power
traverse unit.

_______________________
________________________________________________
_____________________
255

SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________

3. Pengukuran Sampel Standar


Sampel standar ditempatkan pada pada
bidang datar. Traverse unit diatur dengan cara
menaikkan atau menurunkan dengan memutar
holder stand. Stylus diposisikan pada posisi
tegak lurus dengan bidang datar dari sampel
standar, pengukuran dilakukan dengan
menekan tombol MEASURE, hasil dari
pengukuran secara otomatis akan ditampilkan
pada display yang ada pada traverse unit.
Pengukuran dilakukan dengan pengulangan
15 kali.
4. Pengukuran Kekasaran Permukaan Pelet
UO2
Pelet UO2 ditempatkan pada tempat
penyangga serta diposisikan dengan arah
horisontal mengikuti pergerakan stylus. Stylus
diatur sampai menyentuh permukaan pelet
UO2. Pengukuran dilakukan dengan menekan
tombol MEASURE dan secara otomatis hasil
dari pengukuran akan ditampilkan pada layar
monitor. Analisa dilakukan dengan cara
pengulangan 5 kali pada masing-masing titik
pelet UO2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pengukuran terhadap standar
kekasaran permukaan dengan berbagai nilai
kekasaran dimulai dari Ra 0,1 m dan 1,0 m
serta 3,0 m diperoleh hasil pengukuran yang
dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Pengukuran Standar Kekasaran

Dari tabel 1 hasil pengukuran kekasaran


permukaan terhadap standar didapat hasil
yang bervariasi, untuk standar 0,1 m nilai
pengukuran terendah adalah 0,101 m adapun
nilai pengukuran tertinggi adalah 0,108 m.
Nilai nilai pengukuran tersebut masih dalam
batas keberterimaan sesuai dengan nilai yang
dijinkan dalam sertifikat standar yang
dikeluarkan oleh laboratorium Rubert.Co
dimana didalam sertifikat untuk nilai standar
0,1m nilai kekasaran hasil pengujiannya
adalah 0,105 m dengan batas minimum
0,101 m dan batas atas adalah 0,108 m.
Rata rata hasil pengukuran terhadap sampel
standar 0,1 m adalah 0,104 m dengan
standar deviasi 0,003 m, pengukuran
dilakukan dengan pengulangan 15 kali. Hasil
pengukuran terhadap standar kekasaran
permukaan 1,0 diperoleh nilai terkecil
0,991m dan terbesar adalah 1,00 m, hasil
pengukuran tersebut masih dalam batas
keberterimaan sesuai sertifikat dimana hasil
pengukurannya 0,997 m dengan batas bawah
0,989 m dan batas atas adalah 1,005 m.
Hasil pengukuran dengan 15 kali pengulangan
terhadap sampel standar 1,0 m diperoleh rata
rata pengukuran 0,998 m dengan standar
deviasi 0,003 m. Pengukuran terhadap
sampel standar 3,0 m dengan pengulangan
pengukuran 15 kali diperoleh rata rata hasil
pengukuran adalah 2,969 m dengan standar
deviasi 0,007 m. Nilai hasil pengukuran
tersebut masih dalam batas keberterimaan
sesuai dengan sertifikat, dimana untuk standar
3,0 nilai nilai yang tertuang dalam sertifikat
adalah 2,975 m dengan batas bawah 2,964
m dan batas atas 2,986 m. Keseluruhan
hasil pengukuran terhadap 3 buah sampel
standar masih dalam batas keberterimaan
dengan demikian alat Roughness Tester
Surtronic 25 yang digunakan untuk
pengukuran pelet UO2 hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan.
Pengukuran pelet UO2 dilakukan pada 3
titik pengukuran dengan posisi putaran 1200.
Setiap pelet diukur dengan pengulangan 5
pada setiap titiknya.
Adapun hasil
pengukuran kekasaran permukaan pelet UO2
dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut.

_______________________
________________________________________________
_____________________
256

SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________

Tabel 2 Hasil Pengukuran Kekasaran


Permukaan Pelet UO2

KESIMPULAN
Dari hasil pengukuran kekasaran
permukaan pelet UO2 dan sampel standar
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Hasil pengukuran tersebut diatas kemudian


dibandingkan dengan batasan maksimum
yang diijinkan sebesar 1,2 m. Grafik hasil
pengukuran pelet dapat dilihat pada grafik
sebagai berikut

1.

Alat Roughness Tester type Surtronic


25 yang dipakai untuk mengukur
kekasaran permukaan pelet UO2
mempunyai akurasi dan presisi yang
baik.

2.

Nilai kekasaran permukaan pelet UO2


tertinggi adalah 0,730 m dengan
standar deviasi 0,014 m, dari aspek
kekasaran permukaan pelet UO2 yang
dibuat di laboratorium Instalasi Elemen
Bakar
Eksperimental
memenuhi
persyaratan spesifikasi yang diijinkan
yaitu kurang dari 1,20 m.

DAFTAR PUSTAKA
1.

2.
3.

4.
Gambar 2. Grafik Pengukuran Kekasaran
Permukaan Pelet UO2
Dari tabel 2 terlihat bahwa pada ketiga
titik pengukuran dari setiap pelet mempunyai
nilai yang berbeda. Hal ini dapat terjadi oleh
beberapa faktor seperti penyimpangan mesin,
getaran, tebal gerak makan terhadap pelet
yang digerinda, dan juga dapat terjadi akibat
kekerasan pelet. Hasil pengukuran kekasaran
permukaan tertinggi pada pelet nomor urut 1
(satu), yaitu rata rata 0,730 m dengan standar
deviasi 0,014 m. Nilai ini masih dibawah
nilai kekasaran permukaan pelet UO2 yang
diijinkan yaitu kurang dari
1,2 m.

5.

6.

7.

Sasongko Heru, Petunjuk Pelaksanaan


Kendali Mutu Laboratosrium Fabrikasi
Bahan Bakar Nuklir, EBE-PEBNBATAN.
Surtronic 25 User Guide, Taylor Hobson
Precision, UK, 2006.
Agus Sartono, Pembuatan Pelet UO2
Sinter untuk PIN bahan Bakar Uji Tipe
PWR, Hasil Hasil Penelitian EBN, ISSN
0854 5561, 2009.
Tri Yulianto, Kajian Kemungkinan
Modifikasi Peralatan Fabrikasi Untuk
Fabrikasi Elemen Bakar Jenis HWR dan
LWR, Prosiding Presentasi Ilmiah Daur
Bahan Bakar Nuklir PEBN-BATAN,
Jakarta, 1996
Whitehouse, D.J., The Equation of The
Mean Line of Surface Texture Found by
Electric Wave Filter, Rank Taylor
Hobson, 1965.
ASME B46.1, Surface Texture (Surface
Roughness, Waviness, and Lay), Three
Park Avenue, New York, 2009.
Pranjono,
Pengukuran
Kekasaran
Permukaan Tutup Kelongsong Zirkaloi
Menggunakan Alat Roughness Tester
Surtronic
25,
Prosiding
Seminar
Pengelolaan Perangkat Nuklir, PTBBNBATAN, Serpong, 2013

_______________________
________________________________________________
_____________________
257

SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________

TANYA JAWAB
Pertanyaan
1. Mengapa pellet UO2 harus diukur
kekerasan permukaannya?
2. Apakah proses penggerindaan yang
mempengaruhi kekasaran permukaan?
Jawaban
1. Karena berkaitan dengan perpindahan
panas maupun berpengaruh pada
kegagalan fatique.
2. Yang berpengaruh terhadap kekasaran
permukaan adalah gerak makan
gerinda, kecepatan putar, dan juga
kekerasan pellet yang digerinda.

_______________________
________________________________________________
_____________________
258

Anda mungkin juga menyukai