Anda di halaman 1dari 25

Nama : Louisa Sasinta Kirana

NIM : 116180045
Mata Kuliah : Perancangan Pabrik Metalurgi Ekstraksi
Kelas :A

TUGAS PPME 5

1. Cost of grinding

Fungsi energi pada gambar tersebut untuk apa? bagaimana menghitungnya? seperti apa
testnya? hubungan kepada peralatan/ perlengkapan? parameter yang terkait serta
bagaimana optimalisasinya?
Jawab:
 Fungsi Energi
Energi berfungsi untuk mengatasi friksi mekanis dan menghancurkan bahan pada saat
grinding.
 Cara Menghitung Energi dan Cara Mengetahui Testnya
Menghitung energi yang diperlukan untuk grinding dengan menghitung BWI. Testnya
dengan tes penggerusan dan optimalisasinya ketika nanti pabrik sudah berjalan
Rumus Bond:

Dimana,
W = Daya mill yang dibutuhkan (kwh/ton)
Wi = Bond Work Index suatu bijih (kwh/ton)
P80 = Ukuran produk (mikron)
F80 = Ukuran umpan pabrik (mikron)
 Hubungan dan Parameternya
Dari rumus BWI diatas kita bisa menentukan Operation Work Index (Wi) suatu pabrik
pengolahan yang diperoleh dari hasil aktual pengukuran di pabrik. Dalam hal ini yang
diukur adalah daya input mill yang diberikan ke sirkuit penggilingan serta ukuran umpan
dan produk dari sirkuit penggilingan. Terdapat parameter-parameternya bisa diubah, yaitu:
- Daya yang diperlukan
- Ukuran butir namun dengan alat yang sama
- Menghitung tonase maksimum pabrik untuk ukuran produk tertentu dan sebagainya

Parameter yang terkait ada ukuran p80 feed dan produk, lama penggerusan

W = Daya mill yang tersedia (kwh/ton)

Wi = Operating Work Index (kwh/ton)

P80 = Ukuran produk (mikron)

F80 = Ukuran umpan pabrik (mikron)

2. Bagaimana menentukan ukuran grinding media? Bagaimana menentukan jumlah grinding


media? Bagaimana menentukan pengaruh nya ke parameter lain? Bagaimana menentukan
hubungannya dengan target produksi?
Jawab:
 Menentukan Ukuran Grinding Media
Untuk kompartemen I, ukuran grinding ball antara 50-100 mm dan untuk kompartemen II
antara 15-50 mm. Ukuran dari grinding ball tersebut tergantung pada beberapa faktor,
antara lain:
- Ukuran maksimal umpan yang akan digiling
- Kehalusan produk
- Diameter dan panjang mill
Kapasitas mill tergantung pada penampang dan diameter gilingan. Disisi lain, kehalusan
bahan di outlet mill tergantung pada waktu retensi bahan di penggilingan. Faktor utama
yang mempengaruhi waktu retensi adalah panjang gilingan. Oleh karena itu, rasio panjang
terhadap diameter (L/D) penggilingan merupakan faktor penting untuk desain mill yang
optimal. (Shabana:2010)

Dimana,
Di = diameter dalam shell, (m)
N = Mill motor power, (kw)
C = power consumption factor, (-)
λ = rasio panjang diameter, (-)
f = filling degree, (-)
ɣ𝚀 = Bulk density, (ton⁄m3)
K = percentage of critical speed, (%)
Untuk dapat menentukan jumlah grinding media, harus memperhatikan beberapa faktor,
antara lain:
- Filling degree ( f )
Filling degree adalah volume dari muatan media penggiling yang dinyatakan sebagai
persentase dari volume total gilingan lihat table dibawah ini: 

Tabel 1. Filling degree

(cement course/ seminar : 1995)


- Faktor konsumsi daya (c) 
Faktor konsumsi daya (c) tergantung pada tingkat pengisian dan ukuran grinding
media. oleh karena itu nilai c tidak dapat dihitung secara teoritis. Lihat faktor
konsumsi daya dibawah ini:
Gambar 1. Faktor Konsumsi Daya
- Rasio panjang diameter, 𝛌
Untuk memastikan stabilitas tabung penggilingan, Bernutat telah mengembangkan
persamaan yang mana diameter telah ditentukan dari perhitungan sebelumnya.

satu kompartemen rasio (L / D) = 1,5

dua kompartemen rasio (L / D) = 3,0

tiga kompartemen rasio (L / D) = 4,5


- Bulk density, ɣ𝚀
Bulk density yaitu berat keseluruan material dalam suatu wadah dibagi volume total
dari material tersebut :

Bola baja 100 – 60 mm : 4,4 ton / m3


Bola baja 50 – 30 mm : 4,6 ton / m3
Bola baja 30 – 20 mm : 4,8 ton / m3
(shabana : 2010 )
- Percentage of critical speed (k)
Kecepatan kritis relatif dengan kecepatan gaya sentrifugal. Agar mill bekerja dalam
kondisi optimal, kecepatan putaran harus sedekat mungkin sampai 75 % dari
kecepatan kritis dan kecepatan normal berkisar antara 67 sampai 78 %.(shabana :
2010)
- Ball Mills Data Sheet

Tabel 2. Standart Ukuran Ball Mill


Tabel 3. (IS)Standart Baut dan Mur

 Penentuan Pengaruh Grinding Media Terhadap Parameter Lainnya


Dalam menentukan grinding media, harus memperhatikan utamanya diameter dan panjang
mill tube bergantung pada berbagai faktor. Parameter-parameter yang paling penting
adalah kapasitas, kekerasan material, ukuran pakan, kehalusan produk jadi, rangkaian
sirkuit terbuka atau tertutup, dan sistem penggilingan.
 Hubungan Dengan Target Produksi
Dalam melakukan grinding, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses
penggerusan. Salah satunya media penggerus, semakin banyak (jumlah media penggerus)
dalam suatu grinding maka target produksi yang akan dicapai akan semakin tidak efektif,
dikarenakan grinding media tidak sesuai dengan kapasitas pada masing-masing alat
grinding.

3. Apa fungsi liner? bagaimana bentuknya? hubungannya dengan target proses area ini?
Jawab:
 Fungsi Liner
Liner berfungsi untuk melindungi bagian dalam mill dan biasanya digunakan untuk
menggerus materialnya secara langsung (bukan fungsi utama). Liner yang digunakan
harus tahan terhadap gaya tumbuk (deformasi, breakage), friksi dan korosi.
 Bentuk Liner
Terdapat dua grup liner di grinding mill yaitu liner dengan high profile dan low profile.
Liner dengan high profile dirancang untuk memberi media daya angkat yang lebih tinggi.
Jenis ini akan digunakan di mill yang dirancang untuk primary grinding. Grinding mill
yang bekerja pada tahap secondary grinding akan menggunakan lapisan low profile.
Alasannya adalah saat gaya angkat berkurang, gesekan bertambah. Untuk berfungsi secara
efektif, maka membutuhkan jenis aksi penggilingan ini untuk mendapatkan kontak
maksimum dari area permukaan tinggi. Ada dua faktor lain yang harus diperhatikan oleh
desain liner selain degree of lift (tingkat pengangkatan), yaitu jenis dan ukuran dari
grinding media. Untuk melakukan ini, telah dikembangkan profil liner yang berbeda yang
ditunjukan oleh Gambar 2.
Gambar 2. Tipe Liner
- Head Liner
Tube mill dibuat dalam tipe conical (dengan trunnion bearing) atau tipe even (dengan
slide shoe bearing).

Gambar 3. Head Liner

- Shell Liner
a. Lifting Liner
Lifting liner dipasang di dalam kompartemen I. Liner ini harus mengangkat dan
melepas grinding media sehingga dapat menghancurkan partikel yang berukuran
besar.

Gambar 4. Tipe Lifting Liner

b. Classifying Lining
Pada bagian inlet di kompartemen II, material kasar butuh grinding ball yang lebih
besar untuk reduksi ukuran yang lebih efisien sehingga tumbukan lebih dibutuhkan
dibandingkan dengan gesekan (friksi). Sementara di bagian outlet kompartemen II,
grinding ball yang lebih kecil diperlukan untuk gesekan (friksi). Oleh karena itu,
kompartemen II biasanya dilengkapi dengan classifying liner. Liner ini otomatis
memisahkan grinding media dimana grinding ball yang lebih besar di bagian inlet dan
yang lebih kecil di bagian outlet. Prinsip dasar pemisahan grinding media dapat
dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 5. Classifying Liner


 Hubungan liner dengan target proses
Hubungannya liner dengan target prosesnya berfungsi sebagai pelindung bagian dalam
Mill. Liner yang digunakan harus tahan terhadap gaya tumbuk (deformasi, breakage),
friksi dan korosi. Sehingga, liner harus sangat diperhatikan dalam suatu pemilihan alat
grinding. Karena dalam setiap alat grinding mempunyai spesifikasi atau kapasitas masing-
masing terhadap liner tersebut. Jika dihubungkan dengan umur alat (grinding), liner bisa
menjadi salah satu alternatif untuk dapat mengurangi biaya preparasi alat kembali.

4. Abrasivity Test: tesnya seperti apa tujuannya apa, hubungannya ke 3 hal di atas apa?
Jawab:
Abrasivitas material feed adalah kemampuan sebuah feed yang dapat menyebabkan
keausan pada komponen crusher. Untuk crusher, yang menarik adalah adanya kehilangan
logam sebagai bentuk keausan tertentu. Terdapat berbagai jenis test abrasif, yaitu:
- Bond Abrasion Index
Indeks abrasi Bond (Ai) digunakan sebagai ukuran abrasivitas relatif material
batuan yang berbeda pada logam dan penting dipahami untuk desain pabrik proses
dan operasi dalam crushing, screening, dan terutama grinding (Bond, 1963).
Tes yang paling dikenal adalah indeks abrasi Bond, dimana muatan yang
ditentukan dari umpan pada fraksi tertentu ditempatkan di sebuah drum berputar.
Paddle di dalam drum berputar melalui material. Massa logam hilang dari paddle
setelah diberikan waktu kemudian dinyatakan sebagai indeks abrasi. Tes ini
diperkenalkan pada akhir 1940-an dan masih digunakan secara luas. Tes ini terutama
memeriksa abrasi aliran, yaitu gaya keausan normal cenderung rendah gaya yang
disebabkan oleh kecepatan diferensial dan abrasi.

Tabel 4. Tipikal Nilai Indeks Abrasi Bond

- Tes Cerchar, Indeks Abrasivitas Cerchar- CAI


Test Cerchar dilakukan dengan menggores permukaan batuan yang baru saja pecah
dengan pin tajam dari baja paduan yang diberi perlakuan panas. Indeks Abrasivitas
Cerchar (CAI) kemudian dihitung sebagai diameter rata-rata ujung pin baja yang
terkelupas dalam sepersepuluh mm setelah 10 mm bergerak melintasi permukaan
batuan. Keuntungan dari pengujian ini adalah dapat dilakukan pada sampel batuan
yang tidak beraturan. Nilai CAI terkait langsung dengan masa pakai pemotong di
lapangan. Nilai CAI bervariasi antara kurang dari 0,5 untuk soft rock (seperti serpih
dan batugamping) hingga lebih dari 5,0 untuk hard rock (seperti kuarsit).

Gambar 6. Test Cerchar


Uji CAI harus dilakukan pada permukaan batuan yang baru saja pecah. Jika
digunakan permukaan batuan yang halus dengan potongan gergaji, CAI yang
diperoleh cenderung lebih rendah dan dapat dikoreksi dengan menggunakan
persamaan berikut (Käsling dan Thuro, 2010; Alber et al., 2014):

Berdasarkan CAI yang diukur, abrasivitas batuan dapat diklasifikasikan menurut


Tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Abrasifitas Berdasarkan CAI

Gambar 7. Nilai CAI untuk berbagai jenis batuan berdasarkan data dari Plinninger et al.
(2003), Maloney (2010), dan Deliormanlı (2012).
- Uji Abrasi NTNU, pemberian nilai Nilai Abrasi - AV / AVS
Abrasi pengujian batu yang telah dihancurkan pada partikel <1mm, seperti
yang diilustrasikan dalam gambar , kemudian dikorelasikan bersama dengan uji
Kerapuhan uji dan uji bor miniatur Sievers-J untuk memperkirakan parameter
drillability DRI (Indeks tingkat pengeboran) dan BWI (Bit Indeks Keausan).
Nilai Abrasi yang diwakili AV / AVS abrasi tergantung waktu dari tungsten
karbida / baja pemotong yang disebabkan oleh batu yang telah dihancurkan. Alat uji
yang sama seperti untuk AV digunakan untuk mengukur AVS, tetapi sebagai gantinya
dari potongan uji tungsten karbida yang digunakan untuk AV, uji AVS menggunakan
potongan baja uji diambil dari ring cutter.

Gambar 8. Uji Abrasi NTNU

Kedua tes tersebut didefinisikan sebagai berikut:


a. AV: Nilai abrasi adalah nilai rata-rata dari penurunan berat material yang diukur
dalam miligram 2 -4 bit uji tungsten karbida setelah 5 menit, yaitu 100 putaran
pengujian, dengan menggunakan alat abrasi dan batu yang dihancurkan dalam
bentuk bubuk.
b. AVS: Seperti yang dijelaskan untuk AV, tetapi dengan 1 menit, yaitu 20 putaran
pengujian seperti Untuk standar AVS-test.

Prosedur Uji Abrasi NTU:


i. Sampel representative disipakan sebanyak kurang lebih 2 kg dalam bentuk bubuk
ii. Penghancuran dilakukan dengan perlahan di beberapa mesin penghancur langkah-
langkah untuk menghindari produksi ukuran halus yang berlebihan.
Penghancuran awal dilakukan di jaw crusher dengan bukaan outlet disesuaikan
dengan 10mm. Penghancuran lebih lanjut dilakukan menggunakan crusher yang
lebih kecil, Outlet bukaan disesuaikan hingga kira-kira 3mm-4mm lebih kecil dari
crusher pertama.
iii. Material yang dihancurkan diayak dengan ukuran 1mm mesh. Pecahan <1mm
adalah dipindahkan ke pan yang sesuai dan fraksi> 1mm digerus lagi setelahnya ,
Proses ini berulang sampai distribusi ukuran butir 99% <1mm dan 70 ± 5%
<0,5mm.
iv. Smapel yang dihancurkan harus tercampur rata sebelum menuangkannya ke
dalam corong di bergetar pengumpan terhubung ke alat abrasi. Alat uji adalah set-
up dengan memulai rotasi baja disk bersama dengan unit hisap dan secara
bertahap menyesuaikan getaran feeder sampai terbentuk lapisan tipis dan seragam
menutupi penampang.
v. 2 - 4 buah uji baja pemotong disiapkan dengan menggerus sampai ukuran yang
ditentukan, perlu perhatian ekstra untuk menghindari panas berlebih. Tepinya dari
permukaan uji digiling, diasah dan diperiksa secara visual untuk memastikannya
permukaan mulus dan lurus. Uji bit juga harus benar-benar bersih dan kering
sebelum menimbang dengan berat mendekati 0,001g.
vi. Salah satu variable kontrol dai pengujiaan adalah dijepit di bawah beban dan
ditempatkan dengan perlahan pada cakram baja. Permukaan uji harus sejajar
horizontal dengan cakram baja, sebagaimana mestinya disesuaikan dengan
penjepitan benda uji dan suspensi beban.
vii. Waktu pengujian adalah 1 menit. Jumlah sampel bubuk yang diumpankan ke
cakram baja harus cukup, tapi tidak berlebihan. Oleh karena itu penting untuk
mengatur pengumpan getar selama pengujian untuk menghindari tumpukan
bubuk. Operator juga harus memastikan bahwa benda uji berjalan di tengah trek
dan tidak menempel pada cakram baja.
viii. Potongan tes dari 2 - 4 tes paralel adalah dibilas dan dikeringkan sampai
bersih sebelum menimbang. Penurunan berat dihitung, dan hasilnya biasanya
tidak menyimpang lebih dari 5 unit (mg).
 Hubungan Abrasi Test dengan 3 hal diatas
Indeks abrasi digunakan sebagai indikator keausan logam dan umur penghancur dan
pabrik. Indeks abrasi yang tinggi, misalnya> 0,6 akan menyarankan preferensi untuk
sirkuit pabrik penghancur SAG satu tahap untuk menghindari beberapa tahap
penghancuran dan biaya pengoperasian penggantian liner yang mahal. Untuk sebuah;
nilai> 0,15 non-autogenous impact crusher dianggap tidak ekonomis dan untuk nilai A>
0,7 double jaw toggle crusher lebih disukai daripada single toggle crusher.
Ikatan telah mengembangkan sejumlah korelasi antara indeks abrasi dan keausan logam di
pabrik yang beroperasi. Gambar dibawah ini menunjukkan grafik hubungan, antara lain :
5. Setting Test (tesnya seperti apa tujuannya apa, hubungannya ketiga hal diatas apa)
Jawab:
Pemilihan metode dan prosedur uji pengendapan dan pengentalan tergantung sampai batas
tertentu pada suhu, karakteristik flokulasinya, kejernihan supernatan yang diperlukan dan
peralatan yang tersedia.
Metode tabung panjang dapat digunakan untuk semua bahan yang mengendap tanpa
antarmuka yang jelas. Namun, jika makanan yang dimaksud diflokulasi dengan baik,
secara alami atau buatan, metode pengujian yang disederhanakan seperti yang ditunjukkan
di bawah ini dapat digunakan untuk mendapatkan data yang bermakna.
- Prosedur Terperinci Untuk Uji Penyelesaian Sederhana
Tes pengendapan sederhana dilakukan untuk menentukan kinerja klarifikasi pasta,
flokulasi secara alami atau karena aditif kimia, dari jenis yang memberikan
konsentrasi konstan padatan tersuspensi di seluruh supernatan setelah periode 10
hingga 15 menit.
i. Tempatkan material dalam silinder ukur dan isi hingga 1000 ml dengan air. Kocok
dengan baik setelah menambahkan flokulan.
ii. Diamkan dan perhatikan kedalaman antarmuka sebagai fungsi waktu (detik).
iii. Flokulasi adalah fungsi temporal yang mengikuti hubungan empiris.
iv. C = k tm dimana C adalah konsentrasi padatan tersuspensi. Sampel supernatan
untuk analisis padatan tersuspensi harus diambil setelah waktu pengendapan 10,
15, 30, 60, 90 dan 120 menit.
v. Plot log-log dari data ini umumnya akan memberikan garis lurus dengan
kemiringan m.
vi. Waktu retensi statis dihitung untuk kejernihan luapan yang diinginkan dan laju
pengendapan massal yang diamati dapat digunakan, dengan faktor penskalaan yang
sesuai yang menentukan zona pengendapan dan persyaratan kedalaman.

Dimana,

R = kecepatan stabilisasi rata-rata, m / jam

CG = Konsentrasi awal dalam padatan

CF = konsentrasi padatan akhir

R adalah tingkat yang ditentukan x faktor skala 0,8

Baji kejernihan sering kali dapat digunakan untuk menilai keefektifan flokulasi
atau kejernihan air dengan cepat.

 Hubungan Settling Test dengan ketiga hal diatas


Dalam Uji Pengendapan bertujuan untuk mengetahui mineral atau material yang
terendapkan dalam proses penggerusan. Jika dalam proses penggerusan dalam cara basah
utamanya, terdapat material yang tidak mengendap, maka proses penggerusan akan tidak
efektif dan akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan dalam sekali penggerusan. Oleh
karena itu, sebelum sampel atau material masuk dalam proses penggerusan akan lebih baik
jika, kita menguji nya dengan cara settling test agar kita bisa mengetahui mineral yang
cocok di gerus dalam keadaan basah maupun kering.

6. Density Test (tesnya seperti apa tujuannya apa, hubungannya ke 3 hal di atas apa)?
Jawab:
Density test merupakan hal yang sangat penting untuk bahan mentah dan produk jadi,
yang bertujuan untuk mengetahui persen padatan dalam pengukuran. NSL Analytical
menyediakan layanan pengujian kerapatan bubuk untuk menganalisis, antara lain:
- Kepadatan Semu
- Kepadatan Tap
- Kepadatan Massal
- Kepadatan Kerangka
- Kepadatan Dinamis sampel bubuk
- Kepadatan Sejati, 
- Kepadatan Terlihat
- Kepadatan Spesifik dari spesimen padat. 

Teknik Density Test:

- Archimedes water displacement for solid specimens


- Helium gas pycnometry for both powders and solid specimens
- Programmed mechanical consolidation for powders and granulated samples
- Avalanche powder rheometry for dynamic density analysis
- Optical microscopy and Field Emission Scanning Electron Microscopy (FE-SEM) for
porosity characterization

Kepadatan Partikel & Bubuk

Pada material non-porous, True (atau Absolute) Density dapat diukur dengan
menggunakan Archimedes 'Principle of fluid displacement. Secara tradisional,
perpindahan air telah digunakan untuk memberikan perkiraan nilai kerapatan material.
Namun, piknometri gas modern (sering kali menggunakan gas helium) memberikan
pengukuran True Density yang jauh lebih presisi, terutama untuk bahan yang hidrofobik
atau memiliki kekasaran permukaan yang halus.Tabel di bawah ini menunjukkan
perbedaan utama antara perpindahan air Archimedes dan teknik piknometri gas, bersama
dengan persyaratan sampel dan ketepatan pelaporan hasil yang khas.
Ketika sampel bubuk dianalisis menggunakan piknometri helium (ASTM B923), True
atau Skeletal Density yang dihasilkan menggambarkan kepadatan partikel yang menyusun
bubuk. Hanya material yang tidak berpori yang dijelaskan dengan istilah True Density,
dengan Kerapatan Skeletal diterapkan pada material dengan porositas yang signifikan.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah, Kerapatan Skeletal termasuk porositas
yang tidak dapat diakses (tertutup), tetapi bukan volume rongga antar partikel, yang
mudah ditembus oleh gas helium. 

- True / Absolute Density (gambar # 1, Gbr. A) - mengasumsikan porositas tertutup


tidak ada atau dapat diabaikan
- Kerapatan Rangka (gambar # 2, Gbr. A) - termasuk porositas tertutup tetapi tidak
volume antarpartikel
- Densitas Tampak / Massal (gambar # 3, Gbr. A) - volume lapisan luar dapat diabaikan
untuk partikel kecil
- Densitas Tampak (atau Massal) mengacu pada kepadatan bedak bubuk dalam volume
pengukuran yang ditentukan. Dengan menentukan ukuran partikel maksimum dan
volume wadah minimum, teknik yang digunakan untuk mengukur kerapatan lapisan
memastikan bahwa volume lapisan luar (antara lapisan dan wadah) dapat diabaikan.

The Apparent Density serbuk logam diukur menggunakan corong Hall atau Carney sesuai
dengan ASTM B212 dan ASTM B417. Kami meminta setidaknya 75g materi untuk
menyelesaikan tes ini. Untuk bahan granular lainnya, Densitas Massal Longgar diukur
sesuai dengan ASTM D7481, yang membutuhkan setidaknya 50 cm3 sampel.
 Hubungan Density Test dengan 3 Hal diatas
Density test merupakan hal yang sangat penting untuk bahan mentah dan produk jadi,
pengukuran kepadatan harus dilakukan dengan sangat hati-hati - mulai dari pengambilan
sampel proses awal hingga kalibrasi hasil dan analisis statistik kumpulan data. Kepadatan
bahan bubuk mempengaruhi operasi produksi dan, pada akhirnya, sifat produk. Kepadatan
spesimen produk padat kemudian memberikan umpan balik yang sangat diperlukan untuk
pengoptimalan produksi.

7. Crushing (penjelasan dan lain2), cara menentukan jumlah crusher dan hal2 terkait
equipment di area ini ? Berdasarkan buku (basic in mineral processing).
Jawab:
Cara penentuan crushing bisa dari kekerasan material yang akan di remuk. Jenis
kekerasannya akan mempengaruhi pemilihan crusher.  Semakin kekerasannya tinggi maka
energy yang dibutuhkan untuk mengoperasikan crusher maka akan semakin tinggi pula.
Hal ini harus dipertimbangkan ketika daya konsumsi energinya yang berlebih. Perlu
adanya fase precobaan sebelum masuk ke skala produksi, hal ini dimaksudkan melakukan
pengujian alat pada material yang akan digunakan nantinya sehingga pada skala produksi
bisa didapat efisiensi yang tinggi 

a. Primary Crusher
Untuk soft feed dan non-abarasive feed (indeks kerja Bond rendah), Horizontal
Impactor (HSI) merupakan pilihan jika kapasitasnya tidak terlalu tinggi. Untuk feed
yang lebih keras, ada pilihan antara gyratory atau jaw crusher.
Catatan: HSI hanya dapat digunakan jika indeks abrasi lebih rendah dan pabrik tidak
mempermasalahkan produksi yang buruk. Jika tidak, jaw crusher lebih disukai untuk
pabrik agregat berkapasitas lebih rendah.)

Crusher biasanya berukuran dari ukuran feed teratas. Pada ukuran feed tertentu, untuk
mengetahui kapasitasnya, kita dapat memilih mesin yang benar. Ukuran yang benar
dari setiap crusher tidaklah mudah dan grafik di bawah ini hanya dapat digunakan
sebagai panduan.
Contoh feed adalah bijih batuan keras yang diledakkan dengan ukuran puncak 750 mm.
Kapasitas 4750 t / jam.
Gambar 9. Primary jaw crusher – Feed size vs capacity

b. Secondary Crusher
Dalam sirkuit peremukan batu, tahap kedua biasanya mulai menjadi penting untuk
mengontrol ukuran dan bentuk. Karena itu, jaw crusher dalam banyak kasus
didiskualifikasi sebagai secondary crusher. Sebaliknya, cone crusher lebih sering
digunakan. Juga dalam sirkuit kominusi (crushing dan grinding) untuk bijih dan
mineral, cone crusher sering digunakan di tahap secondary crushing.
Menggunakan HSI sekunder berarti seperti biasa batasan dalam kekerasan umpan dan
abrasivitas.

Gambar 10. Secondary crushers – Feed size vs capacity (GPS range)

Gambar 11. Cone crusher – Feed size vs capacity (HP and MP range)
c. Final Crushing
Pengukuran dan pembentukan akhir akan berlangsung pada tahap ini yang
memengaruhi nilai produk akhir. Untuk sirkuit batu keras abrasif cone crusher,
Vertical Shaft Impactors (VSI) atau High Pressure Grinding Rolls (HPGRs) dapat
digunakan.
- VSI – A rock on rock autogeneous crushing impactor
Biasanya menggunakan impaksi batu ke logam. Ini berarti pembatasan dalam
sirkuit penghancur dengan bahan umpan keras, ketika keausan bisa sangat tinggi.
Penabrak VSI jenis Barmac menggunakan teknologi impaksi batu ke batu di mana
sebagian besar desain dilindungi oleh batu. Ini berarti bahwa kita dapat
menggunakan keuntungan dari teknik impaksi juga pada batuan abrasif yang keras.
Tindakan penghancuran terjadi di “rock clouds” di ruang penghancur, bukan di
atas pelindung batu.

Gambar 12. VSI – Function

 High Pressure Grinding Rolls (HPGRs) - HRC™


HPGR menggunakan dua ban counter-rotating - satu fixed dan satu floating untuk
menghancurkan bijih secara efektif. Silinder hidrolik menerapkan tekanan yang
sangat tinggi ke sistem, menyebabkan kominusi antar partikel saat umpan
bergerak di antara dua ban.
Prinsip operasi dasar di balik HPGR membuatnya sangat hemat energi:
Umpan dimasukkan ke zona penghancuran, di mana tekanan tinggi diterapkan ke
alas material dengan cara yang sangat terkontrol.
- Kering
- Pengurangan ukuran melalui kompresi, penerapan tekanan terkontrol - hemat
energy
- Sirkuit terbuka atau tertutup
- Parameter operasi yang fleksibel (kecepatan dan tekanan)
- Tidak menggunakan grinding media
- Waktu retensi singkat
- Ukuran umpan dibatasi oleh celah operasi, minus 90 mm tergantung pada
ukuran unit
- Tingkat kebisingan rendah
- Biaya pengoperasian rendah

Gambar 13. VSI crusher – Feed size vs capacity

Gambar 14. HPGR - HRC™ 800 - 1450 – Feed size vs capacity


Sumber:
Alber, M., Yaralı, O., Dahl, F., Bruland, A., Käsling, H., Michalakopoulos, T. N., Cardu, M.,
Hagan, P., Aydın, H., Özarslan, A., 2014. ISRM suggested method for determining the
abrasivity of rock by the CERCHAR abrasivity test. Rock Mech. Rock Eng. 47, 261–266.
B.Nilsen, dkk.2006. Abrasivity testing for rock and soils. Tunnels & Tunnelling
International. Norwegian University of Science and Technology
Metso Corporation. 2015. Basics In Mineral Processing. Metso Corporation: Edition 10
https://www.sciencedirect.com/topics/engineering/abrasivity#:~:text=The%20Bond
%20abrasion%20index%20(Ai,grinding%20(Bond%2C%201963).
https://www.researchgate.net/publication/266794609_Abrasivity_testing_for_rock_and_soil

Anda mungkin juga menyukai