Anda di halaman 1dari 28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Persiapan Bahan

Bahan yang akan diuji adalah jenis Piston dari sepeda motor Yamaha 2

tak dan 4 tak. Untuk piston 2 tak yaitu dengan jenis piston sepeda motor

Yamaha F1ZR 110 cc terdapat pada gambar 3.1 dan piston 4 tak yaitu jenis

piston sepeda motor Yamaha Jupiter Z 110 cc seperti gambar 3.2.

Gambar 3.1 Piston 2 Tak Motor

Yamaha F1ZR 110 cc.

64
65

Gambar 3.2 Piston 4 Tak Motor Yamaha Jupiter Z 110 cc.

Dimensi awal atau ukuran bahan uji sebelum pembentukan bahan uji

piston 2 Tak dan 4 Tak dengan dimensi awal sebelum pemotongan bahan uji

berukuran seperti pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Dimensi Awal Sebelum Perlakuan Panas

Dimensi Awal Sebelum Perlakuan Untuk Bahan Uji Piston 2 Tak

Yamaha F1ZR 110 cc Dan Piston 4 Tak Yamaha Jupiter Z 110 cc.
Dimensi 2 Tak 4 Tak
Tebal 5 mm 5 mm
Diameter 52 mm 52 mm
Panjang 61 mm 39 mm

3.2 Persiapan Alat Pengujian

Sebelum masuk pada proses pembentukan dan pengujian bahan uji

diawali dengan persiapan atau pemeriksaan komponen alat uji yang akan

digunakan pada penelitian analisa terjadinya over heating pada Piston Sepeda

Motor 2 Tak Yamaha F1ZR 110 cc dan Piston Sepeda Motor 4 Tak Yamaha

Jupiter Z 110 cc berupa mesin alat uji nilai komposisi logam WAS Foundry

Master dengan metode Optical Emission Spectroscopy, mesin alat uji

kekerasan dengan metode Rockwell, lalu mesin alat uji struktur mikro benda

uji metallography, dan melakukan analisa sebelum dan setelah perlakuan

Heat Treatment selama 60 menit dengan temperatur menegah 300◦ C – 500◦

C.
66

3.2.1 Persiapan Alat Perkakas Bahan Uji

Sebelum melakukan pembentukan bahan uji sesuai dengan ukuran

untuk melakukan analisa pengujian dibutuhkan alat perkakas, diantaranya

sebagai berikut:

3.2.1.1 Ragum

Ragum adalah suatu alat penjepit untuk menjepit benda kerja

yang akan dikikir, dipahat, digergaji, di tap, di snei, dan lain lain.

Ragum ini dibuat dengan cara di cor dan dituang untuk ragum ukuran

besar. Cara penggunaannya dengan cara memutar tangkai (handle)

ragum. maka mulut ragum akan menjepit atau membuka/melepas

benda kerja yang sedang dikerjakan. Gambar ragum seperti pada

Gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3 Ragum

3.2.1.2 Gergaji Tangan


67

Gergaji ialah sejenis alat yang digunakan untuk memotong

sesuatu. Bilah gergaji biasanya bergerigi dan bentuk gigi gergaji

bergantung kepada bahan yang dipotong, contohnya kayu atau logam

seperti pada Gambar 3.4 berikut.

Gambar 3.4 Gergaji Tangan

3.2.1.3 Kikir Tangan

Kikir adalah alat perkakas tangan yang berguna untuk

pengikisan benda kerja. Kegunaan kikir pada pekerjaan penyayatan

untuk meratakan dan menghaluskan suatu bidang, membuat rata dan

menyiku antara bidang satu dengan bidang lainnya, membuat rata dan

sejajar, membuat bidang-bidang berbentuk dan sebagainya, dapat

dilihat seperti Gambar 3.5 berikut.

Gambar 3.5 Kikir Tangan


68

3.2.1.4 Tang Kombinasi Dan Tang Khusus

Tang kombinasi memiliki ujung rahang yang bergerigi rapat,

untuk menjepit kawat atau kabel. Di tengahnya, bagian yang bergerigi

renggang, untuk mengunci mur. Rahang tajam sebagai pemotong

kawat dan kabel. Lalu tang khusus berupa penjepit benda uji dengan

fungsi mencapit benda uji tanpa perlu melakukan kontak langsung dari

tangan, gambar tang seperti pada Gambar 3.6 berikut.

Gambar 3.6 Tang Kombinasi Dan Tang Khusus

3.2.1.5 Mesin Polishing

Mesin polishing berguna untuk membantu proses pengkilap

atau pengahlus permukaan benda uji dengan campuran polishing itu

dapat berupa krim, pasta atau cairan. Mesin polishing dapat dilihat

pada Gambar 3.7.


69

Gambar 3.7 Mesin Polishing

3.2.2 Alat Uji Komposisi Kandungan Logam

Digunakan untuk analisa logam, proses kontrol, pengecoran logam

(besi, aluminium, tembaga). Jenis logam yang dapat dianalisa: Iron base

( Low alloy steel, cast iron, stainless Steel, manganese steel) Copper

base(bronze, Brass, high purity copper) Aluminium base( Low alloy

aluminium dll). Prinsip kerja alat ini yaitu: mengukur intensitas dari energi

atau radiasi yang dipancarkan dalam bentuk sinar oleh atom-atom yang

mengalami perubahan tingkat energi elektron (eksitasi, de-eksitasi). Uji

komposisi kandungan logam yang terdapat pada jenis piston 2 tak Yamaha

F1ZR 110 cc dan piston 4 tak Yamaha Jupiter Z 110 cc. Alat uji komposisi

kandungan logam dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Mesin Uji : WAS Foundry Master

Metode Uji : Optical emission Spectroscopy

Bahan : Al Based
70

Gambar 3.8 Alat Uji Nilai Komposisi Logam

3.2.3 Alat Uji Kekerasan

Pengujian kekerasan adalah kemampuan suatu bahan terhadap beban

dalam perubahan yang tetap. Ketika suatu benda yang akan diuji diberikan

gaya tertentu yang mendapat pengaruh pembebanan, benda uji akan

mengalami deformasi. Dengan melakukan tekanan pada benda yang diuji

maka dapat dianalisis seberapa besar tingkat kekerasan dari bahan tersebut

melalui besarnya beban yang diberikan terhadap luas bidang yang menerima

pembebanan tersebut. Dibawah ini merupakan alat pengujian Hardness Test

pada Gambar 3.9.

Nama Alat : Rockwell Hardness Test

Merk : AFFRI Serie 206.RT-206.RTS

Loading : Maximum 150 KP

Minimum 60 KP
71

Spesifikasi : HR C Load : 150 KP

Indentor : Kerucut Diamond 1200

HR B Load : 100 KP

Indentor : Steel Ball Ø 1/16”

HR A Load : 60 KP

Indentor : Kerucut Diamond 1200

Gambar 3.9 Alat Uji Rockwell Hardness Test

3.2.4 Alat Uji Struktur Mikro

Sebelum melakukan pengujian analisa struktur mikro sebaiknya

mengetahui setiap proses atau langkah dalam pengujian analisa struktur mikro

yaitu Cutting, Mounting, Grinding, Polishing, lalu Etching. Pada setiap proses
72

atau langkah tersebut menggunakan berbagai alat dan bahan yang berbeda

seperti alat potong gergaji besi, alat penghalus permukaan bahan uji yaitu

ampelas kasar hingga ampelas halus, cairan HF, air dan alkohol untuk proses

etsa, alat penghalus permukaan mounting seperti mesin ampelas dan

tambahan pasta autosol agar permukaan bahan uji dapat terbaca pada input

data computer. Berikut adalah komponen alat uji metallography Gambar

3.10.

Spesifikasi Metalurgical Microscope Union MC 86381.

Tyepiece : NWF 10 X.

Objective : MSFX, MF 10 X, MF 20 X, MF 40 X.

Viewing Head : Binocular body complete with interpupillary

distance.

Illuminator : Koehler-type illuminator complete with aperture

and fiel diaphragms, filter slots and bulb cord.

Uses EL-38 (8V/15) tungsten filament bulb.

Mechanical Stage : Graduated 150x160 mm in size 30x30 mm cross

motion, reading to 0,1 mm by vernier. Provided

with low position stage controls.

Focusing Control : Stage height is adjustable by the control knob

and fixed by locking knob. Fine controls are

workable in arrange of 2 mm.


73

Photo Mechani : Optical path selector for visual observation and

photography, built in reflecting mirror and

camera port.

Polarizing Filters : Built-in Slideway, complete with analyzer,

rotatable through 0-9º and polarizer filter.

Microscope Stand : Inverrted stand, complete with built-in plane glass

reflector, built in power supply transformer,

variable light intensity control, output sockets.

Color Filters : Green filter for visual obsrervation and

monochromatic film photography, and blu filter

for color photography.

Gambar 3.10 Alat

Uji Metallography
74

3.2.5 Alat Uji Heat Treatment

Perlakuan untuk menghilangkan tegangan dalam dan menguatkan baja

dari kerapuhan disebut dengan memudakan (tempering). Tempering

didefinisikan sebagai proses pemanasan logam setelah dikeraskan pada

temperatur tempering (di bawah temperatur kritis), yang dilanjutkan dengan

proses pendinginan. Logam yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak

cocok untuk digunakan, melalui proses tempering kekerasan dan kerapuhan

dapat diturunkan sampai memenuhi persyaratan penggunaan. Kekerasan

turun, kekuatan tarik akan turun pula sedang keuletan dan ketangguhan baja

akan meningkat. Meskipun proses ini menghasilkan logam yang lebih lunak,

proses ini berbeda dengan proses anil (annealing) karena di sini sifat-sifat fisis

dapat dikendalikan dengan cermat. Pada temperatur 200°C sampai 300°C laju

difusi lambat hanya sebagian kecil. karbon dibebaskan, hasilnya sebagian

struktur tetap keras tetapi mulai kehilangan kerapuhannya.

Di antara temperatur 500°C dan 600°C difusi berlangsung lebih cepat,

dan atom karbon yang berdifusi di antara atom besi dapat membentuk

sementit. Gambaran proses heat treatment dapat dilihat pada Gambar 3.11.
75

Gambar 3.11 Alat Pengujian Heat Treatment

3.3 Pembentukan Bahan Uji

Pada langkah pembentukan bahan uji sangat diperlukan sebagai acuan

standar pada setiap proses pengujian yang akan dilakukan, daintaranya

sebagai berikut :

3.3.1 Pembentukan Bahan Pengujian Komposisi Logam

Pada material bahan untuk kompoisisi Logam ialah berupa piston

sepeda motor jenis Piston motor 2 Tak Yamaha F1ZR 110 cc dapat dilihat

pada Gambar 3.12 sedangkan Piston motor 4 Tak Yamaha Jupiter Z 110 cc

pada Gambar 3.13.

Gamabar 3.12 Piston 2 Tak Yamaha F1ZR 110 cc Setelah Dilakukan

Pengujian Komposisi Logam.


76

Gambar 3.13 Piston 4 Tak Yamaha Jupiter Z 110 cc Setelah Dilakukan

Pengujian Komposisi Logam.

3.3.2 Pembentukan Bahan Uji Kekerasan

Pada pengujian Hardness Test yang dilakukan ialah menggukan

pengujian jenis Rockwell. Pengujian rockwell dilakukan untuk mengetahui

nilai kekerasan material bahan dalam bentuk daya tahan dari material bahan

piston sepeda motor 2 Tak Yamaha F1ZR 110 cc dan piston sepeda motor 4

Tak Yamaha Jupiter Z 110 cc terhadap indentor berupa bola baja atau kerucut

intan yang di tekan pada permukaan material bahan uji piston tersebut.

Persiapan pembentukan bahan uji piston 2 Tak motor Yamaha F1ZR 110 cc

dan piston 4 Tak motor Yamaha Jupiter Z 110 cc berupa pemotongan sisi atas

bagian permukaan dari masing - masing piston tersebut dengan menggunakan

gergaji besi lalu piston diletakan pada ragum pencekam benda uji piston.

Bahan uji dipotong dengan ukuran permukaan panjang 50 mm, tebal 5

mm dan lebar 10 mm sesuai dengan standart pada pengujian Hardness Test

seperti pada gambar 3.14 adalah proses pemotongan benda uji piston dan
77

gambar 3.15 adalah hasil pemotongan benda uji sesuai dengan dimensi yang

sudah ditetapkan.

Gamabar 3.14 Proses Pemotongan Benda Uji Piston Untuk Uji Kekerasan

Gamabar 3.15 Hasil Proses Pemotongan

3.3.3 Pembentukan Bahan Pengujian Struktur Mikro

Pembentukan sisi bagian samping dari piston dengan ukuran

pemotongan menggunakan gergaji tangan dengan ukuran yang sudah


78

ditetapkan yaitu panjang 10 mm dan lebar 10 mm yang disebut sebagai proses

cutting yaitu mengetahui prosedur proses pemotongan sampel dan

menentukan teknik pemotongan yang tepat dalam pengambilan sampel

metalografi, sehingga didapat benda uji yang representative. Proses

pembentukan bahan uji piston dapat dilihat seperti pada gambar 3.16. Dan

hasil pembentukan bahan uji piston dapat dilihat pada Gambar 3.17 berikut.

Gambar 3.16 Pembentukan Bahan Uji Piston Untuk Pengujian

Metallography
79

Gambar 3.17 Hasil Pembentukan Bahan Uji

3.4 Metode Pengujian

Benda uji piston yang telah dilakukan uji komposisi kandungan logam

berlanjut pada proses pembentukan bahan uji untuk melakukan uji kekerasan

material dan uji struktur mikro sebelum dilakukannya proses perlakuan panas.

Proses perlakuan panas yaitu sebagai rekayasa dari kondisi piston dalam

ruang bakar yang ada pada sepeda motor 2 tak Yamah F1ZR 110 cc dan 4 tak

Yamaha Jupiter Z 110 cc.

3.4.1 Uji Kekerasan

Proses uji kekerasan (Rockwell Hardness Tets) cara ini berupa

penekanan indentor yang tidak te deformasi kedalam permukaan logam, yang

di uji (specimen) kekerasannya. Sehingga terjadi suatu bekas penekanan

(lekukan) yang kemudian dijadikan dasar untuk penelitian kekerasannya.

Proses pengujian kekerasan ini menggunakan alat uji rockwell. Tujuan

dilakukan pengujian kekerasan pada Piston 2 tak Yamaha F1ZR 110 cc dan

Piston 4 tak Yamaha Jupiter Z 110 cc adalah untuk mengetahui kekerasan

serta tahanan yang diberikan oleh indentor kepada Piston 2 tak Yamaha F1ZR

110 cc dan Piston 4 tak Yamaha Jupiter Z 110 cc yang diuji terhadap tekanan
80

benda keras lain yang tidak berdeformasi, supaya tidak berdeformasi secara

tetap (deformasi plastis).

Pengujian kekerasan rockwell dengan ukuran sampel uji yaitu 50 mm

x 5 mm x 10 mm. Berikut merupakan ukuran dimensi untuk sampel uji

kekerasan dapat dilihat pada Gambar 3.18.

Gambar 3.18 Dimensi Sampel Uji Kekerasan

Untuk memulai pengujian kekerasan ini adalah menyalakan alat uji

rockwell, memilih indentor yang sesuai dapat mengatur berapa KP beban yang

diberikan kepada sampel uji dan menyiapkan sampel uji. Jika sudah siap maka

sampel uji dari proses sebelum adanya perlakuan panas dan sesudah perlakuan

panas (hardening) disimpan pada alat uji rockwell yang nantinya indentor

akan menekan sampel uji hingga secara otomatis alat uji rockwell akan

menampilkan hasil nilai kekerasan dari sampel uji. Proses uji kekerasan
81

rockwell Piston 2 tak Yamaha F1ZR 110 cc dan Piston 4 tak Yamaha Jupiter

Z 110 cc dapat dilihat pada Gambar 3.19.

Gambar 3.19 Proses Uji Kekerasan Piston 2 tak Yamaha F1ZR 110 cc dan

Piston 4 tak Yamaha Jupiter Z 110 cc

Setelah dilakukannya uji kekerasan pada sampel uji sebanyak yang

diinginkan maka akan didapat hasil yang berbeda-beda dari tiap sampel uji

dari proses sebelum adanya perlakuan panas dan sesudah perlakuan panas

(hardening). Hasil dari proses pengujian rockwell dapat dilihat pada Gambar

3.20.
82

Gambar 3.20 Hasil Uji Kekerasan Rockwell Piston Yamaha

3.4.2 Uji Struktur Mikro

Struktur mikro dengan metalografi adalah suatu pengetahuan yang

khusus mempelajari struktur logam dan mekanisnya, dalam metalografi

dikenal pengujian makroskopi dan pengujian mikroskopi. Tujuan dari

pengujian ini adalah untuk melihat struktur dan fasa yang terkandung pada

sampel uji. Langkah-langkah pengujian metalografi dapat dilihat pada

Diagram Alir 3.21.

Mulai

Persiapan Material Piston 2 Tak


Yahama F1ZR 110 cc dan Piston
Yamaha 4 Tak Jupiter Z 110 cc

Pemotongan

Penyalutan (Mounting)

Pengamplasan

Polishing

Etching

Struktur mikro
83

Analisa

Kesimpulan

Selesai

a) Pemotongan

Pemotongan sampel uji cukup dalam dimensi yang tidak terlalu besar (

10 mm x 10 mm x10 mm) dan tidak boleh terjadi panas berlebihan dalam

proses pemotongan untuk menghindari rusaknya struktur specimen tersebut

akibat panas. Hasil proses pemotongan berupa specimen dapat dilihat pada

Gambar 3.22.

Gambar 3.22 Hasil Pemotongan

Sampel Uji Material Piston

b) Penyalutan (Mounting)

Karena sampel uji berukuran kecil sukar untuk dipegang untuk

melakukan proses kerja selanjutnya,maka perlu dilakukan mounting atau

penyalutan terlebih dahulu. Bahan mounting menggunakan bahan

thermoplastik, seperti resin. Bahan mounting ini mencair pada temperatur

150°C. Proses penyalutan dapat dilihat pada Gambar 3.23.


84

Gambar

3.23 Proses Penyalutan Sampel Uji Material Piston

c) Pengamplasan (Grinding)

Pengamplasan pada sampel uji ini bertujuan untuk menghaluskan

permukaan sampel uji dengan goresan yang searah. Amplas yang digunakan

adalah dari nomor 150, 400, 800, 1000, 1200, 1500.

d) Pemolesan (Polishing)

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa goresan sampel uji

dari proses pengamplasan. Pemolesan dilakukan pada mesin poles dengan

media kain beludru dan memakai autosol. Hasil dari proses pemolesan dapat

dilihat pada Gambar 3.24.


85

Gambar 3.24 Hasil Proses Pemolesan Sampel Uji Material Piston

e) Pengetsaan (Etching)

Mengetsa (etching) dengan etching reagents (bahan etsa) dilakukan

untuk memperoleh gambaran yang nyata dari permukaan sampel uji, sehingga

dalam keadaan siap diletakkan dibawah mikroskop. Bahan etsa yang dipakai

adalah jenis cairan kimia HF 5% dan Alkohol 99,5% selama 10 detik lalu

dibersihkan dengan udara kompresor aar benda uji bersih dari cairan kimia.

Proses pengetsaan dapat dilihat pada Gambar 3.25.

Gambar 3.25 Proses Pengetsaan Sampel Uji Metalografi Material Piston

f) Proses pengamatan sampel uji

Sampel uji yang telah melalui beberapa tahapan perlakuan seperti di

atas, selanjutnya sampel uji tersebut diamati dibawah mikroskop optis dengan

pembesaran 40 X untuk melihat struktur mikro yang terbentuk setelah di


86

hardening. Proses pengamatan sampel uji metalografi dapat dilihat pada

Gambar 3.26.

Gambar 3.26 Proses Analisa Sampel Uji

Metalografi Material Piston

g) Alat Pengamaan sampel uji

Alat pengamatan sampel uji berupa lensa khusus yang dapat berfungsi

untuk memotret gambar struktur yang telah diamati dibawah mikroskop,

sehingga lensa khusus ini harus terpasang pada mikroskop untuk dapat

melakukan pengambilan gambar permukaan struktur mikro dengan mudah

dan cepat. Alat yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.27

.
87

Gambar 3.27 Proses Pengamatan Sampel Uji Metalografi

3.4.3 Uji Perlakuan Panas

Proses hardening merupakan perlakuan panas yang dilakukan untuk

menghasilkan suatu benda yang keras. Proses ini dilakukan dengan cara

menaikkan temperatur dengan temperatur yang diinginkan dan selanjutnya

ditahan dengan waktu tertentu. Pada proses hardening ini merupakan awal

dari tahapan-tahapan heat treatment dengan menggunakan tungku crusibel.

Sebelum memulai pengujian, beberapa hal yang harus diperhatikan antara

lain:

a) Menyiapkan sampel uji yang akan di hardening.

b) Menggunakan sarung tangan agar pada saat memasukkan sampel uji

ke dalam tungku mengurangi rasa panas yang dirasakan.

c) Menyiapkan dan menggunakan penjepit besi berguna untuk menjepit

sampel uji dan memasukkan ke dalam tungku sehingga tidak langsung

berkenaan dengan tangan.

d) Menyalakan dan mengatur temperatur temperatur tungku hingga

mencapai pengujian pertama pada temperatur 300ºC selama 60 menit,

pengujian kedua pada temperatur 400ºC selama 60 menit, hingga

pengujian ketiga pada temperatur 500ºC selama 60 menit.


88

e) Menyiapkan jam atau alarm berguna untuk mengingatkan lama waktu

proses berlangsung.

Kemudian setelah semuanya siap baru akan dilakukan pengujian

dengan memasukkan sampel uji menggunakan penjepit besi ke dalam tungku

pada kondisi temperatur tungku 30ºC hingga temperatur tungku naik mencapai

yang diatur pada temperatur 300ºC, selanjutkan ditahan dengan waktu selama

60 menit. Setelah pengujian perlakuan panas pada temperatur pertama selesai

lalu dilakukan kembali pengujian analisa nilai kekerasan bahan uji dan

kandungan struktur mikro pada bahan uji, pengujian analisa kembali

dilakukan hingga pada pengujian pada temperatur 400ºC dan 500ºC .Proses

hardening di dalam tungku dapat dilihat pada Gambar 3.28.


89

Gambar 3.28 Proses Perlakuan Panas Piston 2 Tak Jenis Yamaha F1ZR 110 cc Dan

Piston 4 Tak Jenis Yamaha Jupiter Z 110 cc

3.5 Skema Penelitian

Skema penelitian dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan mengenai

proses metode penelitian Piston 2 Tak Yamaha F1ZR 110 cc dan Piston 4 Tak

Yamaha Jupiter Z 110 cc dari awal proses pengujian hingga akhir proses

pengujian yang terstruktur. Alur penelitian dibuat agar topik yang dibicarakan

mengenai analisa piston tidak keluar ke pembahasan lain nya. Berikut adalah

diagram alir atau flowchart yang dapat dilihat pada Gambar 3.29 mengenai

metode penelitian Piston 2 Tak Yamaha F1ZR 110 cc dan Piston 4 Tak

Yamaha Jupiter Z 110 cc.


90

Mulai

Persiapan Material
Studi Literatur Persiapan Alat
Piston 2 Tak F1ZR 110
cc dan Piston 4 Tak
Jupiter Z 110 cc

Tanpa Perlakuan Panas Selama 60 Perlakuan Panas Selama 60 Menit


Menit Material Piston dengan Material Piston dengan temperatur
temperatur 300oC, 400oC dan 500oC 300oC, 400oC dan 500oC
91

Pengujian Sebelum Perlakuan Panas : Pengujian Setelah Perlakuan Panas :

 Uji Komposisi Kandungan Logam  Uji Komposisi Kandungan


 Uji Kekerasan Logam
 Uji Metalografi  Uji Kekerasan
 Uji Metalografi

Analisa Data

Hasil

Selesai

Gambar 3.29 Alur Penelitian

Anda mungkin juga menyukai