Anda di halaman 1dari 15

Teknologi Mekanik I

BAB 3. KERJA PELAT

3.1. Pendahuluan

Kerja pelat adalah proses pembuatan benda kerja yang menggunakan pelat baja
sebagai bahannya. Proses pembuatan produk dari pelat ini biasanya melalui tahap-
tahap, sebagai berikut :
Menghitung kebutuhan pelat yang akan digunakan
Mengukur
Memberi tanda (menggores/menitik) pada bagian yang diperlukan
Memotong
Membengkokkan (bending)
Menyambung

3.2. Peralatan kerja pelat dan penggunaanya

3.2.1. Mistar ukur & Busur baja

Mistar ukur digunakan untuk mengukur dan juga untuk pengarah penggores
membuat tanda (yang berupa garis) pada pelat yang akan dikerjakan lebih lanjut.
Alat yang sering digunakan untuk mengukur pada pekerjaan pelat antara lain

a b

c
Gambar 3.1. (a) Mistar dengan pengarah (b) Mistar siku (c) Busur baja

3.2.2. Penggores & Jangka penggores

Penggores/jangka penggores adalah suatu alat untuk membuat tanda (berupa


garis) pada permukaan pelat untuk membantu proses pengerjaan berikutnya.

1
Teknologi Mekanik I

Gambar 3.2. Penggores & Jangka penggores

3.2.3. Pemotong

Mesin potong dengan penggerak hidrolik


Mesin potong ini digunakan untuk memotong pelat dengan ketebalan 1 s.d 7 mm
dengan hasil potongan lurus sepanjang pelat (tidak lazim digunakan untuk
memotong sebagian dari panjang pelat)

pisau potong bagian atas


penekan pelat panel
kontrol
listrik
pengarah pelat

pedal pengendali
Gambar 3.3. Mesin potong dengan penggerak hidrolik

Mesin gergaji pita

pengarah daun gergaji


batu gerinda

pemotong daun gergaji


saluran udara pendingin
penyambung meja mesin
daun gergaji

Gambar 3.4. Mesin gergaji pita


Teknologi Mekanik I
Mesin potong manual
Mesin potong meja

pisau potong bagian stoper


atas
pisau potong bagian
bawah
pengarah
pelat
pedal penggerak pisau
atas

Gambar 3.5. Mesin potong meja

Mesin potong tuas

tuas penggerak pisau atas

pelat penahan

pelat yang
dipotong pisau atas

pisau bawah

Gambar 3.6. Mesin potong tuas

Mesin pemotong lingkaran

Mesin ini khusus untuk memotong pelat menjadi bentuk lingkaran.

pelat yang dipotong

pisau potong

Gambar 3.7. Mesin gunting lingkaran


Teknologi Mekanik I

Gunting

Gambar 3.8. Gunting tangan

3.2.4. Pembengkok

Mesin pembengkok hidrolik


Mesin ini diperlengkapi dengan bermacam-macam ukuran die dan punch sehingga
mampu untuk membengkokkan pelat dengan berbagai variasi ukuran sudut
bengkokan.

Gambar 3.9. Mesin pembengkok

Mesin pembengkok manual


Mesin ini digunakan untuk membengkokkan pelat dengan hasil bengkokan
mengikuti kelurusan mistar tekuk dan balok pembengkoknya (removable upper and
lower jaws).Agar dapat membengkokkan berbagai ketebalan pelat, balok
pembengkoknya harus dapat diatur seperti gambar 3.13.
Teknologi Mekanik I

bandul penyeimbang
tuas penggerak rahang
atas

rahang bawah

Gambar 3.10. Mesin pembengkok meja

balok pembengkok mistar tekuk

Gambar 3.11. Pengaturan balok pembengkok

Gambar 3.12. Mistar tekuk


Teknologi Mekanik I

Mistar tekuk dapat diganti sesuai radius penekukan yang dikehendaki (normal,
bulat, tumpul atau tajam)

Mesin rol
Mesin rol adalah mesin yang berfungsi untuk menekuk lembaran pelat hingga
menjadi berbentuk silindris/ tabung.

Gambar 3.13. Mesin rol

Mesin penekuk bentuk-bentuk khusus

Gambar 3.14. Rol pembuat alur radius

Tang penekuk

Gambar 3.15. Tang penekuk


Teknologi Mekanik I
3.3. Sambungan

Sambungan pada pekerjaan pelat adalah ikatan antara bagian-bagian pelat


sehingga membentuk suatu alat/benda yang mempunyai fungsi tertentu sesuai yang
direncanakan.
Berbagai jenis sambungan pelat antara lain :

3.3.1. Pelipatan
Cara yang banyak dilakukan untuk menyambung pelat tipis ialah pelipatan.
Jenis pelipatan antara lain :
a. Clip

b. Clip S

c. Standing seam

d. Hammer lock seam

e. Hummer lock pipe seam

f. Pittsburg seam

g. Snap lock pittsburg seam


Teknologi Mekanik I

3.3.2. Perekatan (pengeleman)

Perekatan adalah pengikatan/penyambungan dua permukaan pelat dengan cara


menambahkan perekat pada kedua permukaan kontak pelat yang akan disambung.
Pada dasarnya hanya sambungan-sambungan yang mendapat beban geser yang
cocok menggunakan perekat.

Gambar 3.16. Perekatan pada lembaran pelat

Permukaan-permukaan yang akan direkatkan tidak perlu dibuat kasar, tetapi harus
bersih dan bebas dari minyak.

Gambar 3.17. Perekatan pada sambungan pipa

3.3.3. Pematerian (solder)

Menyolder adalah menyambung dua logam (dari bahan yang sama maupun tidak)
dengan suatu logam penyambung (solder) dengan titik cair lebih rendah dari pada
logam yang disambung.
Berdasarkan temperatur kerjanya solder dibedakan menjadi dua yaitu :
Solder lunak (di bawah 450C)
Menyolder lunak dapat dilakukan pada semua jenis logam (karena temperatur
kerjanya rendah), dengan bahan solder paduan timah hitam (Pb) dengan timah
Teknologi Mekanik I
putih (Sn), pada temperatur kerja antara 183C hingga 270C (tergantung komposisi
paduannya lihat tabel 3.1)

a b c d

Gambar 3.18. Peralatan pemanas solder lunak


Tabel 3.1. Solder timah hitam, timah putih

Celah soldernya tidak boleh lebih besar dari 0,15 mm.


Keuntungan penyolderan lunak ialah, bahwa dengan alat sederhana dan pada
temperatur yang rendah dapat diperoleh sambungan yang kuat dan rapat, yang
tidak perlu dibuat dari logam yang sama.
Solder keras (di atas 450C)
Menyolder keras dapat dilakukan pada beberapa jenis logam (karena temperatur
kerjanya tinggi), dengan bahan solder paduan tembaga (Cu) dengan zinc (Zn), pada
temperatur kerja antara 620C hingga 1090C (tergantung komposisi paduannya
lihat tabel 3.2)

Gambar 3.19. Peralatan pemanas solder keras


Teknologi Mekanik I

Celah solder yang disarankan adalah 0,05 sampai 0,10 mm. Agar solder dapat
melekat pada logam yang disambung harus ditambahkan borax.
Kelebihan solder keras dibanding solder lunak adalah sambungannya lebih kuat.

3.3.4. Pengelasan

Las berfungsi untuk menyambung logam dengan cara memanaskan logam tersebut
hingga mencair bersama bahan tambahmya (elektroda atau kawat las) dan
membiarkan keduanya (logam induk dan bahan tambah) membeku kembali
sehingga diperoleh ikatan yang kuat.

3.3.5. Pengelingan

Sambungan menggunakan paku keling hanya cocok untuk menahan tegangan


geser. Dua buah pelat disusun sejajar sedemikian rupa menurut perhitungan
kekuatan dan dibuat lubang (bersama-sama atau satu persatu), menurut standar
paku keling yang akan digunakan, kemudian paku keling dimasukkan pada masing-
masing lubang untuk diikatkan.

paku keling

arah gaya
arah
gaya pelat yang disambung

distribusi distribusi
tegangan tegangan

Gambar 3.20. Sambungan paku keling dan distribusi tegangan yang


terjadi

Karena adanya lubang pada pelat, maka akan terjadi distribusi tegangan yang tidak
merata, hal ini mengakibatkan kunstruksi sambungan paku keling menjadi lemah.
Jenis paku keling diantaranya adalah :
Paku keling pejal
Teknologi Mekanik I

Paku keling pejal dilengkapi dengan kepala lantak (berbentuk setengah bulat atau
rata), dan batang paku keling yang sebagian dari padanya dipersiapkan untuk
dibuat sebagai kepala tutup.

Gambar 3.21. Paku keling pejal

Paku keling ini tersedia dari bahan baja, tembaga dan aluminium, untuk diameter
lebih kecil dari 8 mm dapat dilakukan pengelingan dingin, untuk paku keling baja
lebih besar dari 8 mm harus dilakukan pemanasan hingga memijar pada paku
keling, agar kepala tutup dapat dibuat.
Paku keling berlubang
Paku keling berlubang sering dijumpai terbuat dari bahan non fero, dengan ukuran
kecil (  7 mm).
Paku keling berlubang antara lain :
a. Drive pin rivet

a b

b. Blind rivet

Gambar 3.22. Blind rivet

3.3.6. Pengikatan dengan menggunakan baut

Pengikatan menggunakan baut dilakukan bila sambungan tersebut diharapkan


dapat dibongkar-pasang (sambungan tidak permanen). Baut yang digunakan
mempunyai bentuk ulir khusus dimana tidak diperlukan mur (ulir dalam).
Beberapa baut tersebut antara lain :
Teknologi Mekanik I

Gambar 3.23. Contoh baut

3.4. Teori pembengkokan (bending)


Teknologi Mekanik I

Gambar 3.24. Pelat yang dibengkokkan

Beberapa istilah pada proses pembengkokan antara lain :


Jari-jari pembengkokan (bend radius) adalah jari jari lingkaran yang menyinggung
permukaan bagian dalam benda kerja.
Garis pembengkokan (bend lines) berada pada ujung permukaan dalam yang
dibentuk oleh jari-jari pembengkokan.
Pada garis pembengkokan jari-jari pembengkokan tegak lurus terhadap permukaan
bagian dalam benda kerja.
Axis pembengkokan (bend axis) berada di tengah-tengah jari jari pembengkokan.

Gambar 3.25. Arah tegangan yang terjadi


Teknologi Mekanik I

B = L1 + A + L2
2N
A  R  C  atau A  R  C  0,01745 N
360
Dimana C adalah faktor yang dipengaruhi oleh ketebalan pelat (T) & Jari-jari
pembengkokan (R)
Dari percobaan hubungan tersebut adalah:
R2T C= 0,33 T A =(R + 0,33 T) 0,01745 N
R = 2.T s.d 4 T C= 0,4 T A =(R + 0,4 T) 0,01745 N
R4T C= 0,5 T A =(R + 0,5 T) 0,01745 N

Untuk kasus sudut pembengkokan 90

2N 2 90 
A  R  C   R  C   R  C   R  C 1,5708
360 360 2
R2T C= 0,33 T A =(R + 0,33 T) 1,5708
R = 2.T s.d 4 T C= 0,4 T A =(R + 0,4 T) 1,5708
R4T C= 0,5 T A =(R + 0,5 T) 1,5708

a b

Contoh kasus gambar a = (2,3 + 0,32) 0,785 = 2,1 mm


B = L1 + A1 + L2 + A2 + L3
T = 0,8 mm R1 = 4,5 mm = 25 + 7,7 + 50 + 2,1 + 30
L1 = 25 mm N1 = 90 = 114,8 mm
L2 = 50 mm R2 = 2,3 mm
L3 = 30 mm N2 = 45
A1 = (4,5 + 0,5 x 0,8) 1,5708 Contoh kasus gambar b
= (4,5 + 0,4) 1,5708 = 7,7 mm
T = 1,5 mm R1 = 2,3 mm
A2 = (2,3 + 0,4 x 0,8) 0,01745 N L1 = 25 mm N1 = 90
Teknologi Mekanik I
L2 = 50 mm R2 = 6,5 mm = (6,5 + 0,75) 0,698 = 5,1 mm
L3 = 30 mm N2 = 40 B = L1 + A1 + L2 + A2 + L3
A1 = (2,3 + 0,33 x 1,5) 1,5708 = 25 + 4,4 + 50 + 5,1 + 30
= (2,3 + 0,495)1,5708 = 4,4 mm = 114,5 mm

A2 = (6,5 + 0,5 x 1,5) 0,01745 N


Pertanyaan : Peralatan kerja pelat dibagi menjadi dua apa saja?
Jawab : 1. peralatan potong
2. peralatan pembengkokan

Pertanyaan : Ada berapa cara penyambungan pelat ? dan jelaskan!


Jawab : 6 jenis

Pelipatan
Pengeleman
Pematerian/solder
Pengelasan
Pengelingan
Pengikatan menggunakan baut

Pertanyaan : Ada berapa jenis pelipatan pelat? Sebutkan!


Jawab : 1. Clip, 2. Clip,s, 3. Standing seam,
4. Hammer lock seam, 5. Hummer lock pipe seam
6. Pittsburg seam, 7 Snap lock pittsburg seam

Anda mungkin juga menyukai