Anda di halaman 1dari 13

Penguiion hipotesis stotistik untuk

duo sompel berhubungon

Dalam bab sebelumnya, penggunaan metode statistik untuk pembandingan


data dari dua sampel bebas telah dijelaskan. Rancangan percobaan untuk pembandingan
seperti itu lumrah dalam ilmu farmasi dan ilmu-ilmu terkait, dan'
sesungguhnya, uji-uji statistik untuk rancangan percoban seperti itu cukup
mudah. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu, penerapan jenis rancangan percobaan
statistik ini dapat terbatas. Salah satu masalah pokok berkaitan dengan
rancangan percobaan dua sampel bebas adalah variabilitas biologis atau varia'
bilitas pasien. Sebagai akibat dari variabilitas tersebut, variansi untuk setiap
kelompok data meningkat dan, oleh karena itu, perbedaan yang lebih besar
antar-reratasampel diperlukan untuk menolak hipotesis nol. Dalam penelitian
klinis atau p"n"iitiutt dengan hewan, variabilitas seperti itu dapat cukup besar
untuk meningkatkan kesalahan (tipe II) pada pengukuran statistik. oleh sebab
itu, dalam situasi ini, hipotesis nol dapat diterima padahal sesungguhnya salah'
Salah satu metode untuk mengurangi variabilitas adalah dengan mening=
katkan jumlah hewan atau pasien dalam penelitian, tetapi hal ini menirnbulkan
peningiatan biay a, terutama apabila melibatkan sukarelawan manusia. Salafo
satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan rancangan pF
cobaan p as an gan - s e p a d an, y ang meng gunakan setiap subj ek se bagai kontrol
dirinya sendiri lcambar 9.1). Ada beberapa langkah dalam rancangan ini
uanya satu kelompok pasien dipanggil untuk mengikuti penelitian dan, akibatnya,'
jumlah total pasien yang diperlukan untuk menjamin kekuatan statisot
yanjtepat mungkin hanya separuh dariyang diperlukan untuk rancangan drn
sampel bebas. Kelompok sukarelawan mendapat perlakuan pertama dan peng

ukuian respon biologis yang sesuai dilakukan. Selanjutnya, ada masa peng.
hilangan fespon pertama untuk menjamin bahwa perlakuan A telah hilang darlil
setiap'pasien, r"hinggu mengurangi gangguan terhadap sifat-sifat ,biologir
perlakuan B. Setelah masa penghilangan respon ini (lamanya tergantung um
paruh biologis obat yang diselidiki), perlakuan B diberikan kepada seti
sukarelawan dan, sekali lagi, respon biologis yang menyertainya dicatat.
tahap ini, pembandingan secara statistik dua kelompok data untuk per
A dan perlakuan B dapat dilakukan dengan menggunakan metode para
atau metode nonparametrik yang sesuai'

lalam rancangan di atas; setiap pasien menerima maslng-maslng per.,,n dan, oleh karena itu, dimungkinkan menggunakan setiap pasietl se'.-.,r kontrol biologisnya sendiri. Dengan demikian, variasi biologis untr'rk
I ,-,::daan antarsubjek menjadi kurang penting karena, dalam hal data inter: -iiaLl data rasio, variasi ini adalah'perbedaan antara pengaruh setiap per:, ..rn urtuk setiap pasien yang akan dianalisis da\am analisis statistik'
r.aLlpul-l dua pasien mungkin berbeda cukup besar respon biologisnl'a ter,:ap perlakuan tertentu, variabilitas perbedaatr antarperlakuan akan ber.:rng. Seperti dinyatakan sebelumnya, analisis data yang diperoleh dari
- r.angan pasangan-sepadan"dapat dilakukan baik dengan menggunakan
=:.,de parametrik mallpun rnetode nonparametrik. Dalarn bab ini akan di: jskan rancangan dan mekanisme satu metode pararnetrik-uii t santpel ber" ;:ngan-dan dua metode nonparametrik-uii Mclventar dan uii peringkat

.,,.r:nda Wilcoxon, dengan bantuan contoh-contoh dalarn bidang farmasi.


rtoh-contoh ini akan memberi gambaran lebih lanjLrt tentang kegunaan
_.1r penerapan rancangan percobaan pasangan sepadan dalarn ilmu kefannasi-- dan ilmu-ilmu terkait.

Uii stotislik porometrik untuk duo sompel


sepodon; uii f berpqsqngqn
9.1.1 Pengonlor dqn mekonisme uii f berposongon
Uji I berpasangan merupakan metode statistik parametrik yang serupa
uji I satu sampel dalam hal mekanisme dan penafsiran. Uji r satu
menguji kebermaknaan perbedaan antara sekelompok data dan nilai
sedangkalr uji r berpasangan menguji kebennaknaan rerata perbedaan
pasangan data dan nilai tetap, yang ditentukan dari'hipotesis nol. ,
terhadap model statistik uji r berpasangan serupa dengan anggapan vang
dijelaskan baik untuk uji r satu sampel maupun uji I dua sampel r
Walaupun telah berulang kali dijelaskan, anggapan ini masih perlu
timbangkan karena jika kondisi model percobaan sesuai dengan a
/ berpasangan, uji itu adalah metode yang terkuat untuk analisis datakarena
itu, dianggap bahwa:
. data telah diukur pada skala interval atau skala rasio
o kedua kelompok data telah disampel dari populasi yang terdistribusi
normal
o populasi asal kedua kelompok data itu mempunyai varians yang serupa
. rerata dan simpangan baku kedua kelompok data itu adalah perkiraan 1

untuk kecenderungan memusat dan variabilitas populasi asal sampel.


Selain itu, uji I berpasangan menghendaki agar dua anggapan
valid:
. Karena uji ini adalah uji berpasangan, jumlah kelompok data dalarn
kelompok perlakuan harus sama.
Perhitungan statistik / berpasangan mula-mula melibatkan perhitungan
(dan simpangan baku) perbedaan antara setiap pasangan data'.Oleh
uji ini menganggap bahwa beda rerata hitung diperoleh dari populasr
terdistribusi secara normal.
Perhitungan statistik I rnenggunakan persamaan yang sejenis dengan
yang dijelaskan untuk uji t satu sampel:

dengan t,,,,o,uduluh statistik I hitung pada kondisi rancangan percobaan (1


jumlah d6rajat bebas, jumlah arah dan aras nyata); 5,, adalah rerata ten
(terhitung) dari beda antara pasangan data; 5,,,, adalah rerata teoritis dari
Dengufrrrn hipofress sfiotrsfik ur
hedla antara pasangan data teram
pensgunaan u.jir bt
data.
e dan
ut rnl.
r+.1 Sebuah pentsalwan ft
hshan alarn \ang telah dila

klaim ini dapat dicantumkat


wlah diminta untuk ntentperktu
tffiNek kzrenq itu, perusaltaan telah
i;;rs dan mencatat berat hatfu,
wk;arelalran itu diminta nrcngo)
satu bulan, kemudiqn berr
u nmik ini disajikan dalam kbe
*xok, s intpulkanlah apakuh
rulak.
preiaksanaan uji klinik. param(
tenlebih dahulu.
Wryatakan hipotesis nol
thur,nsa- hipotesis nol menyatakan t
prengaruh terhadap penurunan bel
alian ada perbedaan berat bad
berat pasien pada awal percot
cobaan
kata lain
berat pasien pada awal percobaz
=0
dengan persamaan untuk n
perbedaan seperti yang diteta
oaja kecuali jika ditetapkan da
0, yang menunjukkan bah
ilmdua perlakuan itu terjadi, sesuai
Jenyatakan hipotesis alternatil

ccntoh ini, hipotesis alternatif mr


bermakna te
antarpasangan data, seperti ditentukan oleh hipotesis nol; .so.ou adalah si

raku beda antara pasangan data teramati (terhitung); dan l/adalah banyak- ' , pasangan data.
\'fekanisme dan penggunaan uji / berpasangan dijelaskan dalam contoh::ol.] berikut ini.
- U\TOH 9.1 '" Sebuah perusahaan telah merancangJbrmulasi tablet yang
' .iigandung bahan alam yang telah dilaporkan mendorong penurunan berat
" ;.itm. Agar klaim ini dapat dicanlumkttn dalam literatur produk, perusahaan
'sebut telah diminta untuk memperkuat klaim ini dengan ntelakukan uji
t:" rik. Oleh karena itu, perusahaan telah merekrut 10 orang sukarelawan pria
,'.t ssa obesitas dan mencatat beral badan awal mereka. Selanjutnyu, ntusinp4' .,'.irtg sukarelawan itu diminta mengonsum.si sattr tablet tersebtrt dua kali
.::-tri selann satu bulan, kemudian berat badan mereka ditimbang kembali.
- ,:;il ttji klinik ini disajikan dalam Tabel 9.1. Dengan ntenggunakan uji stak
yang cocok, simpulkanlah apakah bahan alam ini bermanfaat secara
'::s alau lidak.
i.:elum pelaksanaan uji klinik, pararneter-parameter rallcangan percobaan
, ;lapkan terlebih dahulu.
M enyatakan hipotesis nol
'::efti biasa, hipotesis nol menyatakan bahwa formulasi itu tidak akalr metn: -:'rr ai pengaruh terhadap penurunan berat badan pada sukareiawan obesitas.
,:r. tidak akan ada perbedaan berat badan sukarelawau sebelum dan setelah

. "linik.
Ho: berat pasien pada awal percobaan : berat pasien pada akhir percobaan

, .1 dengan kata lain


Hr: berat pasien pada ar,val percobaan - berat pasien pada akliir percobaan
--0
' : rbungan dengan persamaan untuk menghitung statistik /, suku Fa,, Irle",:rrkkan perbedaan seperti yang ditetapkan oleh hipotesis nol. Sering kali,
:." :entu saja kecuali jika diteiapkan dalarn rancangan percobaan, suku Fa,,
,L .l dengan 0, yang rnenunjukkan bahwa diharapkan tidak ada perbedaan
*-,.ra kedua perlakuan itu terjadi, sesuai dengan hipotesis nol.
M e nyataka n h i potes is a lte rn atif
, . :r:r contoh ini, hipotesis alternatif menyatakan bahwa formulasi itu akan
-::plurvoi pengaruh yang benlakna terhadap penurunan berat badan pada

sukarelawan obesitas, yaitu produk itu akan mengurangi berat badan


relawan secara bermakna.
Hu, berat pasien pada awal percobaan > berat pasien pada akhir
cobaan
(iii) MenYatakan aras nyata
Dalam contoh ini, dianggap bahwa aras nyata (u) adalah 0,05'
(iv) Menyatakan iumtah arah rancangan percobaan
Jumlah arah suatu rancangan percobaan mencerminkan banyaknya
yang dapat digunakan untuk menolak hipotesis nol. Dalam contoh 9.1.
-hanya

tertarik dengan apakah form'ulasi yang mengandung bahan alam itu


ngurangi berat sukarelawan atau tidak. Karena hanya ada satu hasil yang
nienimbulkan penolakan hipotesis nol, ini adalah salah satu contoh rance
satu arah.
(v) Memilih uii statistik yang paling sesuai
Setelah pengurnpulan data percobaan, langkah berikutnya adalah pene
apakah akan menggunakan uji statistik parametrik atlu.no.nparametrik. I
pakaian uji parametrik harus selalu diuji terlebili dahulu karena, jika k
untuk pemakaiannya terpenuhi, uji parametrik mempunyai kekuatan
lebih besar daripada uji nonparametrik. Khususnya, untuk uji statistik 1
melibatkan pasangan data sepadan, persoalan utama adalah apakah distri
perbedaan rerata telah diperoleh dari populasi d istribus i rerata yan g terdi
r';ara normal atau tidak. Ini mungkin kelihatannya sangat rumit, tetapi agar
:udah dipahami, kita harus membayangkan situasi tempat uji klinik yang
:lielaskan dalam Tabel 9.1 dilakukan dengan melibatkan tidak hanya 10 orang
':karelawan tetapi sejumlah besar sukarelawan (populasi). Perbedaan berat
:.dan setiap sukarelawan antara awal dan akhir percobaan dihitung dan dir'mbarkan
sebagai distribusi frekuensi. Kenormalan distribusi inilah yang
r-engesahkan penggunaan uji t dua-sampel berpasangan. Dalam contoh ini,
,{:a hanya melibatkan 10 orang sukarelawan dan oleh karena itu kita harus
- 3nganggap bahwa populasi terdistribusi secara normal sebelum menganjur{:n pengguna-an uji t berpasangan. Akan tetapi, suatu ukuran kepercayaan
uoat diperoleh dengan menguji rerata dan median perbedaan berat badan 10
::ng sukarela-wan itu" Rerata dan median dihitung sebesar 4,2 kg (rerata)
:,n 21,5 kg (median). Karena nilai ini hampir sarta, maka kita menganggap
:.hu'a perbedaan berat badan terdistribusi secara normal dan kita menggllna-

,,n uji parametrik. Sekarang kita telah menyadari bahwa uji r dua sampel
:.:rasangan adalah uji statistikyang paling cocok untuk Contoh 9.1, tetapi uji
:r harus mencerminkan sifat rancangall percobaan yang dijelaskan dalam
- - r:oh ini. Secara khusus, alasan kenapa uji t dua sampel bebas tidak dapat
I :unakan dalam situasi ini harus dijelaskan. Dalam Contoh 9.1, setiap pasien
-r,:rindak sebagai kontrol dirinya sendiri, yaitu perbedaan berat badan untuk
,o:.ap sukarelawan digunakan dalam analisis statistik. Sebagairnana dapat di-:t dari Tabel 9.1, sukarelawan yang direkrut untuk penelitian ini mempunyai
r: :,tang berat badan awal yang besar ( I 06- I 5 6 kg) dan karena besarnya rentang
r , iebih efisien untuk menggunakan setiap orang sebagai kontrol dirinya
r:liri. Untuk menggunakan uji I dua sampel bebas, rancangan percobaan
{--lrusnya diubah:
r Sejumlah besar pasien akan diperlukan (mungkin dua kelompok yang terdiri dari
10 sukarelawan). r Kedua kelompok harus ditimbang pada awal penelitian dan satu kelompok harus
menerima formulasi yang mengandung bahan alam sedangkan kelompok lainnya
harus menerima perlakuan plasebo (yaitu formulasi yang serupa yang tidak
mengandung zaL aktif . Setelah 4 pekan, kedua keiompok sukarelawan itu harus
ditimbang kembali dan berat badan kedua kelompok itu dibandingkan secara
statist i k.
r, :laupun pendekatan ini mempunyai'keuntungan yaitu waktu penyelesaian
:rg lebih cepat, salah satu kelemahannya adalah variabilitas berat badan
-::akelompok. Karena penghitungan statistik I menggunakan kesalahan baku
:-:bedaan rerata sebagai penyebut, perbedaan rerata teramati pada kedua
. -trmpok ini harus iebih besar untuk memungkinkan hipotesis nol ditolak.
- .;h karena itu, pembaca harus selalu mengLrji apakah kedua kelompok per.^:ran itu berhubungan (berpadanan) dengan cara teftentu'

Dengan menganggap bahwa perbedaan-perbedaan dalarr pasang&n sc


padan terdistribLrsi secara norrnal, dan karena sifat berpasangau dari dat.,
tnetode statistik yang paling cocol< untul< menganalisis kelompok data yar drjelaskan dalam Contoh 9.1 adalah Lrji t dLra sampel berpasangan.
(vi) Melakukananalisis'statistik
Pelaksanaan Lrji t berpasangan dilakukan secara berlahap sebagai berikLrt.
Tcthap I Menghitung perbedaan kedua kelompok dato
Perbedaan pada kedua kelompok data dan rerata sefta simpangan baku perbeci,,an ini dihitLrng dan dikumpr"rlkan dalam bentLrk tabel (Tabel 9.2). Dalarn pe
hitungan rerata dan simpangan baku perbedaau antara kedua perlakuan (dalr.r
contoh ini awal dan akhir Lrji ktinik), tanda-tanda (positif atau negatif) senr,
nilai harus dipertirnbangkan.
kthap 2 Menghittutg stati,stik t
Statistik r dihitung dengan menggunakan persanlaan berikut.

/--\
(6,,, -6" ) '(,r0) I t* ,\r,",r., / tJ lv
Untul< Contoh 9.l, 6,,, adalah rerata terhitLrng perbedaan antarkelompok (4.kg); 3u,, adalah perbedaan hipotetis antara kedua ltelompok, seperti yang il '
tentukan oleh hipotesis nol (0); .r,,.0" adalalr simpangan bakLr terhitLrng d:,
perbedaan antarkelompok (3,08 kg); dan 1/ adalah bauyaknya pasangan suk,.relau,au dalarn penelitian (10). Oleh karena itLr:
/- (5,,-6,) (4.20*o) 4-20
11r -rJJ

'L)
*
.*, /J.v - J.oS/Jo o.q7

(vii) Menafsirkan statistik hitung


Penafsiran statistik l hitung sama dengan penafsiran yang dijelaskan untuk L
/ dengan satu sarnpel atau dua sampel bebas. Oleh kareua itu, statistik hitLr: ditafsirkan dengan mengetahui terlebih dahulu nilai I kritis yang ureneutuk:-,
daerah penerimaan dan perrolakau hipotesis nol. Parameter-paraureter pi'cobaan penting yang menentukan nilai ini adalah.
o u-0,05
o rancangan percobaan satu arali a 9 cf (.Dalarn uji r berpasangair, jumlah derajat kebebasan dihitung
dengan Ir:.'
neurangkan I darijumlah total pasangan data; 10- I - 9.)

3erdasarkan infonnasi ini nilai r kristis adalah l,83 (9 df, o:0,05, satu arah).
,'ieh karena itu, mengingat ini adalah uji satu arah, jika nilai statistik / kurang
::ri 1 ,83, hipotesis nol diterima, tetapi j ika nilai I hitung > I ,83, hipotesis nol
-rrolak. Akibatnya, karena nilai r hitung lebih besar dari nilai / kritis, hipotesis
-.rl ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa formulasi yang mengan:,rng bahan alam mendorong penurunan berat badan dalam uji klinik.
Contoh terdahulu merupakan penjelasan tentang mekanisme uji r ber-

:rsangan satu arah yang mempunyai nilai perbedaan antara data berpasangan
lng selalu positif.

Ukuron sqmpel don kekuolon uii f duo sompel


berposongon
Sebelumnya dalarn bab ini, sebuah analogi telah diarnbil antara rnekanisme ir.;i
/ satu sampel dan uji / dua sampel. Oleh karena itu, mungkin tidak mengherallkan
untuk megetahui bahwa penghitungan ukuran sampel, kekuatarr dan juga
perbedaan minimum yang dapat dideteksi LrntLlk uji / satll sampel dan uji I dua
sarnpel jLrga sama. Seperti biasa, penghitungan suku-sltklt ini memerlukan
informas i tentan g param eter-parameter berikut:
o aras nyata (a) yang dipilih
o simpangan baku perbedaan masing-masing sampel berpasangan (s)

probabilitas melakukan kesalahan tipe II (B) (lihat Bab 5) r perbedaan antararerata masing-masing
perbedaan dan nilai hipotetis yang diduga
penting secara klinis atau experimental (6).
Kekuatan uji dua sampel berpasangan dihitung dengan carayang
sama dengan kekuatan uji satu sampel menggunakan persamaan berikut.

5
'BGr, t- --- to(rt)
r/rJ*" /l/
dengan 6 adalah perbedaan rerata antaramasing-nrasing pasangan data yang
diperkirakan memberikan perbedaan praktis; sj"o" adalah varians perbedaan

antara masing-masing pasangan data; 1/adalah banyaknya pasangan data, t,ra,


adalah nilai t yang sepadan dengan aras nyata (u) yang dinyatakan, banyaknya
arah dan banyaknya derajat kebebasan; dun tu,o,, adalah nllai t yang berhuburrgan
dengan melakukan kesalaltan tipe II jumlah derajat kebebasan tertentu
dalam suatu rancangan percobaan satu arah.

Anda mungkin juga menyukai