ayat Alquran dan isi kitab-kitab kuning yang mengupas hadis-hadis dan ayat AlQuran.
Ketika pecah perang dunia kedua dan sekutu membombardir Bima, termasuk yang menjadi
sasaran adalah Istana Bima, Sultan dan keluarga bersama KH.Usman Abidin juga hidup
dalam pengungsian. Selama di tempat pengungsian, kegiatan mengaji AlQuran dan
menelaah isi kitab kuning tetap dilangsungkan. Untuk penerangan malam hari memakai
lampu templok atau ili peta( Bima) yang biasa terbuat dari biji Jarak yang digoreng
hangus,kemudian ditumbuk bersama kapas lalu dililitkan pada sebatang lidi dari bamboo.
Setelah keadaan dirasakan cukup aman, sultan dan keluarga termasuk KH.Usman Abidin dan
keluarga dan beberapa kelompok halaqah penelaahan kitab kuning kembali ke
Istana.Kedudukan KH.Usman Abidin tidak lagi semata-mata menjadi guru ngaji, tetapi
diangkat oleh Sultan Salahuddin sebagai penasehatnya di bidang keagamaan.
Kenangan lain Ruma Mari bersama KH.Usman Abidin adalah ketika ulama istana ini
membisikkan kepadanya agar harta kerajaan berupa emas dan logam mulia lainnya
dikeluarkan zakatnya. Permintaan tersebut disampaikannya kepada Sultan Muhammad
Salahuddin. Sejak saat itu diterbitkanlah pedoman dan penetapan ,nisab dan jenis-jenis harta
yang wajib dikeluarkan zakatnya, termasuk zakat fitri. Penetapan pedoman berzakat itu, lalu
disusul dengan dikeluarkannya pengumuman tentang kewajiban zakat bagi penduduk muslim
di lingkungan Kesultanan Bima.