Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
MADARIJUS-SALIKIN
(PENDAKIAN MENUJU ALLAH)
Penjabaran Kongkret
“Tyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in”
(Tiga Jilid Lengkap)
Penerjemah:
Kathur Suhardi
alls
——
PUSTAKA AL-KAUTSAR
Penerbit Buku Islam UtamaPerpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
AbJauziyah, Tbnu Qayyim
Madarijus-Salikin Jalan Menuju Allah)/ Ibnu Qayyim Al-Jauziyah;
penerjemah: Kathur Suhardi; --Cet. 1—
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998.
481 + xxiv hal.: 24cm.
Judul Asli: Madarijus-Salikin Baina Manazili lyyaka Na’budu wa lyyaka Nasta’in
ISBN 979-592-110-X
1. Tafsir Al-Qur’an I. Judul. Il. Suhardi, Kathur
Judul asli: Madarijus-Salikin Manazili lyyaka Na'budu wa lyyaka Nasta’in
Pengarang: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Muhaggiq: Muhammad Hamid Al-Faggy
Penerbit: Darul Pikr. Beirut, 1408 H.
‘asta’in.
MADARIJUS-SALIKIN (PENDAKIAN MENUJU ALLAH)
Penjabaran Kongkrit “Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in”
Penerjemah: Kathur Suhardi
Editor: Team Al-Kautsar
Setting: Robiul Huda
Desain sampul: Dea Advertising
Cetakan: Pertama, Desember 1998
Cetakan: Kedua, Agustus 1999
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR
Mn, Kebon Nanas Utara 11/12
Jakarta Timur 13340
Telp. (021) 8199992, Fax. 8517706.
Anggota IKAPI DKI
Dilarang memperbanyak isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
All Rights Reserved
Hak terjemahan dilindungi undang-undangPENGANTAR PENERBIT
Segala puji bagi Allah. Salam dan shalawat semoga tetap tercurah
bagi junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam beser-
ta segenap shahabat dan keluarganya serta para pengikutnya yang setia
hingga hari kiamat nanti.
Kesuksesan seseorang di zaman sekarang ini banyak di nilai dari
keberadaan dan status sosial ekonomi seseorang. Orang yang disebut
sukses seringkali hanya diukur dengan perhitungan-perhitungan materi
dan kekayaan duniawi, padahal bisa jadi orang tersebut di mata Allah
dinilai sebagai orang yang gagal dan terkecoh dengan godaan duniawi.
Padahal tugas utama manusia selaku seorang hamba adalah ber-
ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah dengan sekuat tenaga dan
segala daya. Kita terus dituntut untuk memperkaya rohani kita dan bu-
kan jasmani kita agar sukses menjadi hamba yang dekat dan dicintai
Allah. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah sebagai ulama yang sangat utama dalam
karyanya ini mengajak kita untuk bersusah payah mendaki jalan yang
berat dan penuh lika-liku dan cobaan agar kita bisa sampai pada tujuan-
nya secara selamat tanpa terkecoh dan tertipu oleh tipuan dan jebakan di
sepanjang jalan.
Dalam edisiaslinya, kitab Madarijus-Salikin diterbitkan dalam 3 jilid
tebal. Selain karena ketebalannya yang amat memberatkan kami, buku
tersebut juga sangat berat dan sulit dipahami dan ditelaah, maka dengan
berat hati kami terpaksa memberanikan diri untuk meringkasnya sehing-
ga bisa seperti ini. Toh di Timur Tengah, kitab-kitab klasik yang tebal ba-
nyak dibuat ringkasannya untuk memudahkan ditangkap pesannya. Se-
hingga upaya kami bisa dibilang sah-sah saja, sepanjang kami berhati-
Kata Pengantar viihati dan tetap berupaya semaksimal mungkin untuk mendekati seperti
aslinya. Sebab tanpa upaya ini rasanya sulit buku ini dapat kami tampil.
kan secara utuh. Untuk itu kami mohon maaf atas kelancangan ini. Teri-
ma kasih.
Penerbit
viii Madarijus SalikinKATA PENGANTAR PENERJEMAH
Masya Allah dan segala puji Allah. Itulah komentar kami yang perta-
ma terhadap karya-karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah secara umum, yang
karena taufik Allah kami berkesempatan menerjemahkan beberapa buah
di antaranya, dan secara khusus terhadap kitab ini. Dengan kelempangan
istiqamahnya, dengan kedalaman bashirah-nya, dengan kekuatan akidah-
nya, dengan ketajaman mata penanya, dengan kelembutan bahasanya,
dan dengan segala potensi yang dikaruniakan Allah kepadanya, dia mam-
pu menjabarkan berbagai masalah aqidiyah dan sulukiyah seperti aliran
air yang tiada henti-hentinya, dengan suara gemerisik, enak didengar
dan indah untuk dinikmati. Tapi bagi ahli bid’ah, ahli thariqah, sufi dan
orang-orang yang menyimpang, ketajaman penanya ini menorehkan luka
dan membuat hati mereka berdarah. Apalagi kitab ini dimaksudkan untuk
meluruskan berbagai pengertian dan kandungan yang ditulis di dalam
kitab Manazilus-Sa‘irin karangan Abu Isma’il Al-Harawy, sebuah kitab yang
membahas masalah tharigah ilallah (perjalanan kepada Allah), yang
kemudian diklaim sebagai dunia sufi, atau di negeri kita ini lebih terkenal
dengan istilah torigot.
Pada hakikatnya tidak ada yang perlu diributkan dengan kata
thariqah itu sendiri. Apalagi jika thariqah itu ilallah. Karena memangsetiap
orang Muslim harus senantiasa berada dalam perjalanan kepada Allah,
dan bahkan setiap manusia, Mukmin maupun kafir, akan kembali kepada
Allah (ilaihin-nusyur). Setiap orang Muslim harus membekali diri dalam
menempuh perjalanannya, harus melewati manzilah-manzilah yang
memang seharusnya untuk dilewati. Tapi kata thariqah ini menjadi istilah
tersendiri ketika ia dinisbatkan kepada golongan tertentu, dengan
pakaian, amaliah, perilaku, sikap, doktrin, norma-norma dan segala ciri-
cirinya tertentu, disertai dengan penggunaan istilah-istilah tertentu pula,
Kata Pengantar ixyang sama sekali tidak ada dalam kehidupan orang-orang salafush-sha-
lih, apalagi dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tentu saja banyak ajaran
yang harus di-lakoni setiap hari dan bahkan setiap saat oleh siapa pun
yang bergabung ke golongan ahli tharigah. Terlebih lagi jika dia sudah
mencapai tataran tertentu dari berbagai tataran yang mereka ciptakan.
Yang buntut-buntutnya mengarah kepada ghuluw. Memang di satu sisi
mereka bisa melepaskan diri dari pesona keduniaan, dan hal ini juga
merupakan keadaan atau kedudukan yang harus dipelihara oleh orang
yang sedang mengadakan perjalanan kepada Allah. Tapi sekiranya syetan
menyusup ke dalam hatinya, lalu berbisik, “Engkau adalah calon penghu-
nisurga”, maka apa kira-kira yang terjadi dengan dirinya? Dia pun menja-
min seseorang yang menjalani kehidupan seperti dirinya atau masuk ke
dalam golongan ahli thariqah, akan menjadi penghuni surga. Atau
mungkin ada pula anggapan mereka tentang ilmu Jadunny, ilmu atau
ma’rifat yang langsung disusupkan Allah ke dalam hati. Sehingga dengan
ilmu /adunny ini mereka tidak perlu mempelajari ilmu-ilmu zhahir, seperti
ilmu syariat, wajib, sunat, makruh, haram, halal dan ilmu apa pun yang
harus dibaca, dihapalkan dan ditekuni dengan amal.
Hal-hal seperti inilah yang ingin dilempangkan Ibnu Qayyim Al-
Jauziyah dan juga lain-lainnya, termasuk penjelasan tentang berbagai
istilah yang digunakan ahli thariqah, khususnya dalam kitab Manazilus-
Sa’irin. Boleh jadi Ibnu Qayyim mempunyai pandangan tersendiri yang
bernilai positif terhadap kitab tersebut, sehingga dia menyempatkan diri
untuk mengupasnya kembali, menjelaskan dan meluruskan isinya yang
dirasa kurang pas.
Tentang kitab (Madarijus-Salikin) ini sendiri seakan mempunyai dua
visi. Satu visi berupa tulisan Ibnu Qayyim dan visi lain merupakan kritik
atau pun pembenahan terhadap kandungan kitab Manazilus-Sa’‘irin. Pada
permulaannya Ibnu Qayyim mengupas Al-Fatihah, yang merupakan in-
duk Al-Qur’an dan yang mengintisarikan semua kandungan di dalam Al-
Qur'an. Kemudian yang lebih inti lagi adalah pembahasan tentang makna
iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, yang menjadi ruh dari keseluruhan
Kitab ini. Pada sisi inilah ketaajuban layak disampaikan kepada Ibnu
Qayyim oleh siapa pun yang membacanya. Begitu dalam pengkajiannya
dan begitu luas pembahasannya.
Pembahasan berikutnya berkisar pada masalah perjalanan kepada
Allah dengan manzilah, etape, tempat persinggahan, keadaan dan kedu-
dukan-kedudukannya. Di antaranya yang dikupas dalam masalah ini,
bahwa manusia memiliki dua substansi, sesuai dengan hikmah penciptaan
Allah: Substansi rohani dan substansi jasadi. Yang pertama merupakan
alam atas/tinggi dengan segala kelembutannya, dan yang kedua meru-
pakan alam bawah/rendah dengan segala kekasatannya. Sementara pada
diri manusia juga ada dua kekuatan yang saling menolak. Yang satu mena-
tiknya ke atas dan yang satu menariknya ke bawah. Sasaran yang dikehen-
daki dalam perjalanan ini adalah berpaling dari alam bawah dan membe-
x Madarijus Salikin