Anda di halaman 1dari 43

ASKEP TONSILITIS PADA ANAK

Ditulis pada November 5, 2012


TONSILITIS

1. A.

DEFINISI

Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada
anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga
mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )

1. B.

ETIOLOGI

Penyebab tonsilitis bermacam macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections )

1. C.

PROSES PATOLOGI

Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke
tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi
dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi
juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat
berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan,
nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.

1. D.

PATHWAYS

1. E.

MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :


1. nyeri tenggorok
2. nyeri telan
3. sulit menelan
4. demam
5. mual
6. anoreksia
7. kelenjar limfa leher membengkak
8. faring hiperemis
9. edema faring
10. pembesaran tonsil
11. tonsil hiperemia
12. mulut berbau
13. otalgia ( sakit di telinga )
14. malaise

1. F.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut
adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :

1. Leukosit : terjadi peningkatan


2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

1. G.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :
1. tonsilitis kronis
2. otitis media

1. H.

PENATALAKSANAAN

Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah :


1. penatalaksanaan medis

antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin,


eritromisin dll

antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.

analgesik

1. penatalaksanaan keperawatan

kompres dengan air hangat

istirahat yang cukup

pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat

kumur dengan air hangat

pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien

1. I.

FOKUS PENGKAJIAN

1. keluhan utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
1. riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek
terapi dll
2. riwayat kesehatan lalu

riwayat kelahiran

riwayat imunisasi

penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )

riwayat hospitalisasi

1. pengkajian umum
usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda tanda vital dll
1. pernafasan
kesulitan bernafas, batuk
ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :

T0 : bila sudah dioperasi

T1 : ukuran yang normal ada

T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah

T3 : pembesaran mencapai garis tengah

T4 : pembesaran melewati garis tengah

1. nutrisi
sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor
kurang
1. aktifitas / istirahat
anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
1. keamanan / kenyamanan
kecemasan anak terhadap hospitalisasi

1. J.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada tonsilitis akut adalah :


1. hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil
2. nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
3. resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
adanya anoreksia
4. intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5. gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi pada
tuba eustakii

1. K.

FOKUS INTERVENSI
1. DP : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil

Intervensi :

Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak

Pantau suhu lingkungan

Batasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien

Berikan kompres hangat

Berikan cairan yang banyak ( 1500 2000 cc/hari )

Kolaborasi pemberian antipiretik

1. DP : nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil


Intervensi :

Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi )

Kaji TTV

Berikan posisi yang nyaman

Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan
mengeluarkannya pelan pelan melalui mulut

Berikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian anak

Kolaborasi pemberian analgetik

1. DP : resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
adanya anoreksia
Intervensi :

Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit

Timbang BB tiap hari

Berikan makanan dalam keadaan hangat

Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi seringsajikan makanan dalam bentuk yang
menarik

Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan

Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan

1. DP : intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan


Intervensi :

Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas

Observasi adanya kelelahan dalam melakukan aktifitas

Monitor TTV sebelum, selama dan sesudah melakukan aktifitas

Berikan lingkungan yang tenang

Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi klien

1. DP : gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi


pada tuba eustakii
Intervensi :

Kaji ulang gangguan pendengaran yang dialami klien

Lakukan irigasi telinga

Berbicaralah dengan jelas dan pelan

Gunakan papan tulis / kertas untuk berkomunikasi jika terdapat kesulitan dalam
berkomunikasi

Kolaborasi pemeriksaan audiometri

Kolaborasi pemberian tetes telinga

DAFTAR PUSTAKA

1.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC; 2001.
2.
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made
Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999
3.
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI; 2001
4.
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi.
Jakarta : EGC ; 1997
http://monicaestercarolinn.wordpres.com/2011 /11/05.askep- tonsilitis-padaanak
tgl:18/02/2014; jm:08.06wib

Sabtu, 02 Juni 2012


ASKEP TONSILITIS PADA ANAK

TONSILITIS PADA ANAK

I.

KONSEP PENYAKIT
1.1 PENGERTIAN
Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil
menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari
invasi organisme patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun
ukuran tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar
daripada remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme
perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA. (Wong, 2008 :
940)
Jika sering trinfeksi, tonsil dapat menjadi sumber infeksi. Dengan berulangnya
infeksi, jaringan limfoid dapat menjadi hipertrofi atau mengecil dan fibrotik.
Karena itu tonsil pada anak yang lebih tua dapat besar atau kecil. Dengan
adanya tonsilitis berulang, seringkali jaringan limfoid tonsil membesar. Kadangkadang, meskipun jarang, pembesaran tonsil menyebabkan obstruksi pada
waktu bernapas, terutama malam hari. Kemudian terjadi serangan apnea yang
dapat berlanjut terus. Juga terjadi pembesaran adenoid. Pada keadaan ini, aliran
udara tersumbat dan anak kemudian bernapas dengan mulut. Juga, karena tuba
Eustasius tersumbat, dapat terjadi otitis media atau glue ear, menyebabkan tuli.
(Jhon Rendle-Short, 1994 :205)
Infeksi akut saluran nafas bagian atas pada anak-anak merupakan hal yang
sering dijumpai oleh dokter umum. banyak terdapat antara pengobatan dengan
operasi dan pengobatan medikamentosa pada penyakit-penyakit ini, karena baik
pengobatan medikamentosa ataupun pengobatan dengan operasi ditentukan
oleh perubahan fisiologis yang terjadi selama masa pertumbuhan anak. Sangat
diketahui lebih dalam mengenai fisiologi tonsil dan adenoid. Tonsil dan adenoid
membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran nafas dan saluran
pencernaan yang dikenal sebagai cincin waldeyer. Bagian-bagian lain cincin ini
dibentuk oleh tonsil lidah dan jaringan limfe di mulut tuba eustachii. Kumpulan
jaringan ini pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan, melindungi
anak terhadap

infeksi melalui udara dan makanan. Seperti halnya jaringan-

jaringan limfe yang lain, jaringan limfe pada cincin waldeyer menjadi hipertrofi
pada masa anak-anak dan menjadi atrofi pada masa pubertas. Karena kumpulan
jaringan ini berfungsi sebagai suatukesatuan, maka pada fase aktifnya,

pengangkatan suatu bagian jaringan tersebut menyebabkan hipertrofi sisa


jaringan.
Tonsil-tonsil dan adenoid ukurannya kecil pada waktu lahir. Selama masa
anak-anak keduanya mengalami hipertrofi fisiologis, adenoid pada umur 3 tahun,
dan tonsil pada usia 5 tahun. Karena adenoid membesar, terbentuk pernafasan
melalui mulut, tonsil akibatnya menghadap udara inspirasi, sehingga tonsil
membesar.
Pada umur 5 tahun, anak mulai sekolah dan lebih terbuka kesempatan
untuk terinfeksi dari anak yang lain. Hal ini juga menyebabkan tonsil membesar.
Setiap usia 5 tahun kedua struktur ini menciut, tetapi tonsil membesar lagi pada
usia 10 tahun. Kedua struktur ini akirnya mengalami atrofi pada usia pubertas,
adenoid menghilang keseluruhannya, sedangkan tonsil-tonsil menjadi sangat
kecil. (R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 114)
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006) :

Tonsillitis akut
Tonsil

kronik

merupakan

radang

kronik

pada

tonsil.

Disebabkan

oleh

streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus


piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
-

Tonsilitis falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak
putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat
leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang
tersangkut.

Tonsilitis Lakunaris
Bila

bercak

yang

permukaan tonsil.

berdekatan

bersatu

dan

mengisi

lacuna

(lekuk-lekuk)

Tonsilitis Membranosa (Septis sore Throat)


Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut
menyerupai membrane. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang
dan berwarna putih kekuning-kuningan.

Tonsilitis Kronik
Radang akut pada pada tonsil. Tonsillitis akut biasanya sering terjadi pada anakanak terbanyak pada usia kira-kira 5 tahun dan puncak berikutnya pada usia 10
tahun. faktor predisposisi : rangsangan kronik (makanan) pengaruh cuaca,
pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.

1.2 ETIOLOGI
Tonsilitis sering terjadi bersama faringitis karena banyaknya jaringan limfoid dan
sering terjadi ISPA. Tonsilitis merupakan penyebab morbiditas yang banyak
terjadi pada anak kecil. Agens penyebabnya adalah dapat berupa virus atau
bakteri. (Wong, 2008 : 940)
Menurut Adams George (1999) Tonsilitis bakterialis supuralis akut. paling
sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
-

Pneumococcus

Staphilococcus

Haemalphilus influenza

Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.


Menurut Iskandar N (1993) Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.

Streptococcus B hemoliticus grup A

Streptococcus viridens

Streptococcus pyogenes

Staphilococcus

Pneumococcus

Virus

Adenovirus

ECHO

Virus influenza serta herpes


Menurut Medicastore Firman S (2006) Penyebabnya adalah infeksi bakteri
streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri
dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.
Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan
meradang, menyebabkan tonsillitis.

1.3 MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi tonsilitis disebabkan oleh inflamasi. Pada saat tonsil palatum
membesar karena edema, keduanya dapat bertemu di garis tengah (kissing
tonsils) yang menyumbat jalan nafas atau makanan. Anak mengalami kesulitan
menelan dan bernapas. Jika terjadi pembesaran adenoid, ruang di belakang
lubang hidung posterior menjadi tersumbat, sehingga mempersulit atau bahkan
tidak memungkinkan udara mengalir dari lubang hidung ke tenggorokan.
Akibatnya, anak bernapas melalui mulut.(Wong, 2008 : 940)
Tanda-tanda tonsillitis pada anak :
-

Nyeri tenggorokan atau nyeri menelan ringan, yang menghebat waktu


serangan akut
Kadang rasa benda asing di tenggorokan dan mulut berbau

Badan lesu

nafas menurun

sakit kepala

Obstruksi nasi

sering pilek-pilek

telinga rasa buntu/ pendengaran kurang (oklsusi tuba/atitis media)

tenggorokan terasa kering

nyeri pada tenggorok yang makin hebat untuk menelan karena sakitnya anak
tidak mau makan

Nyeri yang hebat itu sering memancar ke telinga disebut referred pain

Panas badan sangat tinggi

Nyeri kepala

Muntah

Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata

kriptus membesar dan terisi detritus

Nyeri abdomen

Pucat

Letargi

Disfagia (sakit saat menelan)

Suara serak

sakit pada otot dan sendi


(pedoman diagnosis dan terapi, 1988 : 33,36)

1.5 KOMPLIKASI
Faringitis merupakan komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam
rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman
streptokokus.dan komplikasi lain yang bisa dialami yaitu :
Otitis media akut.
Abses parafaring
Abses peritonsil
Bronkitis

Nefritis akut
Artritis
miokarditis.
Dermatitis.
Pruritis.
Furunkulosis
(R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 117)

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


-

Pemeriksaan usap tenggorok


Pemeriksaan

ini

sebaiknya

dilakukan

sebelum

memberikan

pengobatan,

terutama bila keadaan memungkinkan. Dengan pemeriksaan ini kita dapat


mengetahui kuman penyebabkan dan obat yang masih sensitive terhadapnya.
(R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 117)
-

Pemeriksaan darah lengkap yaitu :


Pemeriksaan

Hasil

Normal

WCB / Leko

14

4,0 11,0 x 109/L

RBC / Eri

4,25

4,1 5,1 x 1012/L

HGB / Hb

12,7

11,5 16,5 g/L

HCT / PCV

40,5

35 57 %

PLT / Thrombo

354

150 400 x 109/L

LED

14 30

12 18 mm/jam

Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan lekosit pada anak,
apabila ada menandakan anak terkena infeksi.
-

Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada
dalam

tubuh pasien merupkan akteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam
rematik,
-

glomerulnefritis, dan demam jengkering.


Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
(Billy Anthony Tohar,2007 : 1) diakses melalui
(http://www.scribd.com/doc/24369016/Tonsilitis)

1.7 PENATALAKSANAAN
Penderita dengan daya tahan tubuh cukup baik, penyakit akan sembuh
sendiri dan cukup dengan :
1.
2.
3.
4.
a.
-

Istirahat
Makan lunak
Analgetika, antiperetika
Gargarisma kan
Penatalaksanaan tonsilitis akut
Antibiotik
Golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat
isap

dengan

klindomisin.

desinfektan,
Antibiotik

bila

yang

alergi

adekuat

dengan
untuk

diberikan

mencegah

eritromisin
infeksi

atau

sekunder,

kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.


Umumnya serangan tonsillitis akibat virus dapat tanpa antibiotika. Antibiotika
diberikan apabila : tidak ada perbaikan setelah diobati secara penatalaksanaan
untuk selama dua hari dan demamnya tetap tinggi. Dan kedua bila penyebabnya
adalah kuman steptokokus hemolitikus.
Penisilin masih merupakan obat yang cocok untuk tonsillitis akut. Sebaiknya
diberikan intramuskuler dengan dosis 250.000 unit tiap 6 jam. Dosis oral 125 mg
tiap 6 jam selama 5 hari agar tidak mudah residif. Tetrasiklin tidak berkasiat lagi
terhadap streptokokus hemolitikus karena itu sebaiknya tidak diberikan lagi. (R.
Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 117)
Selain itu jenis anti biotik yang dapat diberikan juga yaitu Eritromisin 25-50
mg/kg. BB dibagi dalam 3-4 x sehari, selama 5 hari, Ampisilin, 25-50 mg/kg. BB
bagi dalam 3-4 x sehari, selama 5 hari (pedoman diagnosis dan terapi,
-

1988 : 33,36)
Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi

b.
-

kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
Pemberian antipiretik.
Penatalaksanaan tonsilitis kronik
Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.

c.
-

II.

Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi


konservatif tidak berhasil.
Operasi tonsilektomi/ pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

KONSEP ASUHAN KEPRAWATAN


Identitas Anak
2.1 Identitas Anak
a.

Usia
Tonsillitis akut biasanya sering terjadi pada anak-anakterbanyak pada usia
kira-kira 5 tahun dan puncak berikutnya pada usia 10 tahun (Pedoman Diagnosis
Dan Terapi, 1988 : 36)
Tonsil-tonsil dan adenoid ukurannya kecil pada waktu lahir. Selama masa
anak-anak keduanya mengalami hipertrofi fisiologis, adenoid pada umur 3 tahun,
dan tonsil pada usia 5 tahun. Karena adenoid membesar, terbentuk pernafasan
melalui mulut, tonsil akibatnya menghadap udara inspirasi, sehingga tonsil
membesar.
Pada umur 5 tahun, anak mulai sekolah dan lebih terbuka kesempatan untuk
terinfeksi dari anak yang lain. Hal ini juga menyebabkan tonsil membesar. Setiap
usia 5 tahun kedua struktur ini menciut, tetapi tonsil membesar lagi pada usia 10
tahun. Kedua struktur ini akirnya mengalami atrofi pada usia pubertas, adenoid
menghilang keseluruhannya, sedangkan tonsil-tonsil menjadi sangat kecil. (R.

b.

Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 114)


Jenis Kelamin
Jenis kelamin tidak mempengaruhi terjadinya tonsillitis. Semua anak dapat
mengalami tonsillitis. Hal itu dipengaruhi dari makanan yang mereka makan,
perawatan hygiene yang kurang. (R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 116)

2.2 KELUHAN
Anak kelihatan sakit dan demam. Bila seseorang anak menderita demam,
tenggorokannya harus diperiksa. Terutama pada anak-anak yang masih karena
mereka belum dapat mengeluh secara khusus mengenai tenggorokannya.

Sedangkan pada anak yang lebih besar biasanya mengeluh sakit di tenggorokan
dan sukar menelan. Tonsilnya meradang, merangkak, dan dilapisi nanah secara
eskudat. Kelenjar limfe jugulodis membesar dan nyeri bila diraba (R. Pracy, J
siegler, P.M. Stell, 1983 : 116)

2.3 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan merasa
sangat nyeri terutama saat menelan dan membuka mulut disertai dengan
trismus (kesulitan membuka mulut). Bila laring terkena, suara akan menjadi
serak.

Pada

pemeriksaan

tampak

faring

hiperemis,

tonsil

membengkak,

hiperemis : terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan


menjadi sati (tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu. Tampak arkus
palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak melewati garis tengah.
Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anakanak. Pembesaran adenoid dapat menyebabkan pernafasan mulut, telinga
mengeluarkan cairan, kepala sering panas, bronchitis, nafas bau dan pernafasan
bising. (pedoman diagnosis dan terapi, 1988 : 33,36)
2.4 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pasien dengan tonsillitis diturunkan dari keluarga. Penyakit yang mungkin di
derita oleh keluarga adalah gangguan infeksi pernafasan. Tetapi tonsilitis lebih
disebabkan karena anak mengkonsumsi makanan seperti makanan manis,
mengandung banyak pengawet dan perawatan mulut yang tidak baik. (R.
Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 116)
2.5 RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN IBU
Tidak ada penyakit selama ibu hamil yang menjadi latar

belakang dari

tonsillitis. Hanya saja kemungkinan besar anak terserang tonsillitis dikarenakan


anak dilahirkan premature. Hal itu disebabkan dari kegunaan organ tubuh yang
belum matur sehingga akan menyebabkan cepat dan gampang diserang
penyakit. Hal itu termasuk dengan tonsil pada anak.
2.6 ACTIVITY DAILY LIVE
a. Nutrisi
Pada anak yang memiliki gejala tonsillitis akan memiliki keluhan susah untuk
menelan, nafsu makan berkurang, mengeluh sakit ketika menelan, kadang-

kadang anoreksia. Hal itu ditandai dengan keadaan mulut kering. Biasanya
dengan keluhan ini berat badan anak menurun yang disebabkan oleh kurangnya
nutrisi dari makanan yang bisa masuk ke dalam tubuh akibat dari tonsilitis
b.

Istirahat dan Tidur


Pasien yang menderita tonsillitis akan mengalami gangguan tidur. Hal ini
disebabkan karena nyeri yang dimiliki akibat dari pembengkakan pada tonsil.
Kesulitan tidur ini akan menghambat pertumbuhan dan daya tahan tubuh dari
anak.

c.

Hygiene Personal
Pasien yang menderita tonsilitis mandi 2x sehari, saat BAB dan BAK peampres
langsung diganti oleh ibu. Terpenuhi karena Hygiene Personalnya dipenuhi oleh
Ibunya dan dengan bantuan perawat

d.

Eliminasi
Haluaran urine pada anak yang menderita tonsillitis menurun. Hal itu disebabkan
oleh ketidak mampuan anak untuk menelan air, sehingga anak tidak mau
meminum air akibat rasa sakit yang dirasakan ketika menelan. Hal itu
menyebabkan haluaran urin menjadi menurun.
(R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 118)

2.7 RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


a.

Riwayat Pertumbuhan
Sebagian anak yang

menderita

tonsillitis

berkembang secara normal. Hanya saja

penyakit

dapat

tumbuh

dan

makanan dan minuman tidak masuk

secara maksiamal sehingga berat badan anak akan secara perlahan turun. Lama
kelamaan anak kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama karena infeksi saluran
nafas.
Usia

Rata-Rata Berat Badan (kg)

3 hari

3,0

10 hari

3,2

3 bulan

5,4

6 bulan

7,3

9 bulan

8,6

1 tahun

9,5

2 tahun

11,8

4 tahun

16,2

6 tahun

20,0

10 tahun

28,7

14 tahun

45,0

18 tahun

54,0

Tabel 1.1 Rata-rata berat normal sesuai usia


(Wong, 2004: 134)

2.8 KESEHATAN LINGKUNGAN


Kesehatan lingkungan sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.
Pada lingkungan dengan tingkat polusi yang tinggi resiko seseorang untuk
terinfeksi virus juga sangat tinggi. Selain itu juga dapat mengakibatkan infeksi
pada pernafasan. Hal itu merupakan awal penyebab pembengkakan pada tonsil
yang akan menyebabkan infeksi pada tonsil.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan TTV :
a.

Suhu : bila terjadi infeksi tonsillitis suhu akan naik (hipertermi, > 37,5oC)
Usia

Nilai

suhu

(celcius)
3
6
1
3
5
7

bulan
bulan
tahun
tahun
tahun
tahun

37,5
37,5
37,7
37,2
37
36,8

derajat

9 tahun
11 tahun
13 tahun

36,7
36,7
36,6

Tabel 1.2 Nilai normal suhu anak rata-rata


(Weni Kristiyana Sari, 2010 : 5)

b.

Tekanan darah :
Pada pasien dengan penyakit tonsillitis maka akan terjadi peningkatan tekanan
darah.

USIA

SISTOLIK (mmHg)

DIASTOLIK (mmHg)

Neonatus
6-12 bulan
1-5 tahun
5-10 tahun
10-15 tahun

80
90
95
100
115

45
60
65
60
60

Tabel 1.3 Nilai tekanan darah pada bayi dan anak-anak


(Aziz Alimul, 2005: 278)

c.

Nadi
Pada pasien yang memiliki tonsillitis biasanya nadinya cepat (takikardi)

Usia

Waktu

Bayi baru lahir


1
minggu-3
bulan
3

bulan-2

bangun

Tidur

Demam

(kali/menit)

(kali/menit)

(kali/menit)

100-180
100-220
70-120
60-90
50-90

80-160
80-200
70-120
60-90
50-90

tahun
2-10 tahun
10
tahun-

220
220
200
200
200

dewasa
Tabel 1.4 Nilai nadi pada anak
(Weni Kristiyana Sari, 2010 : 6)
d.

Respirasi
Pada pasien dengan tonsillitis memiliki respirasi yang meningkat.

Umur

Nilai

pernafasan

(kali/menit)
Bayi baru lahir
1-11 bulan
2 tahun
4 tahun
6 tahun
8 tahun
10-12 tahun
14 tahun
16 tahun
18 tahun

35
30
25
23
21
20
19
17
17
16-18

Tabel 1.5 Nilai pernafasan rata-rata setiap menit sesuai umur


(Weni Kristiyana Sari, 2010 : 6)
B1 (breathing)
Inspeksi
Pada pasien dengan tonsillitis terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
pernafasan, serta penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi
Ekspansi paru meningkat, fremiktus traktil dada berkurang atau tidak ada
Perkusi
Pada dada terdengar suara normal, diafragma mendatar dan menurun,
penanjakan hati mengecil, batas paru dan hati lebih rendah, pekak jantung
berkurang.

B2 (Blood)
Pada pasien dengan tonsilitis terlihat peningkatan tekanan darah dan nadi, serta
terjadi pula peningkatan suhu karena infeksi pada tonsil sehingga terjadi
pembengkakan tonsil.

B3 (brain)

Pada infeksi perlu dikasi tingkat kesadarannya. Di samping itu, di perlukan


pemeriksaan

GCS,

untuk

menentukan

tingkat

kesadaran

klien

apakah

composmentis, somnolen,dll.

B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan
kecukupan intake cairan, output urine menurun

B5 (Bowel)
-

Mual/muntah (anoreksia)
Nafsu makan memburuk
Tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan karena pembengkakan tonsil
Penurunan berat badan menetap.

B6 (Bone)
Penderita tonsillitis merasa keletihan, kelemahansecara umum memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut
diakibatkan karena kebutuhan nutrisi dan cairan pasien berkurang akibat nyeri
saat menelan makanan dan minuman.
TONSILEKTOMI
Indikasi tindakan tonsilektomi masih menimbulkan banyak pertentang. Rata-rata
200.000 anak setahun mengalami tonsilektomi di inggris, banyak diantaranya
tidak merasakan manfaat operasi ini, apalagi tentu mereka yang meninggal
karena operasi.
Sebab timbulnya pertentangan dalam menetapkan indikasi ini adalah karena
tidak adanya tanda-tanda obyektif yang menjadi patokan dalam pertentangan
ini. tidak ada hal yang menyakinkan untuk menentukan anak yang mana
sebaiknya diangkat tonsilnya atau apakah operasi dapat memberikan perbaikan
pada anak itu. Yang mengherankan adalah tidak adanya suatu usaha untuk
membuktikan akan keuntungan dari operasi yang telah dilakukan berjuta-juta
kali

Mungkin karena persoalan ini diputuskan atas pertimbangan subjektif semata,


maka beberapa kelainan yang menarik dari tonsilektomi yang telah terjadi. Dari
statistic depertemen kesehatan (di inggris) tampak bahwa penyakit saluran
nafas lebih sering terdapat pada orang yang keadaan social ekonomi yang
rendah dan kalau di inggris terdapat lebih banyak di daerah barat laut daripada
di daerah pantai selatan. Karena itu tonsilektomi lebih banyak dilakukan pada
orang dengan keadaan ekonomi yang rendah di daerah barat laut tersebut.
Tetapi dalam pengukuran kejadian tonsilektomi dari contoh yang memenuhi
syarat

seperti

sewaktu

merekrut

angkatan

bersenjata,

tampak

bahwa

tonsilektomi sangat sering dilakukan pada anak-anak dengan keadaan ekonomi


tinggi, terutama mereka yang tinggal di daerah selatan inggris.
Sejauh tidak ada pembuktian yang dapat menunjukkan tempat operasi ini, akal
sehat mengingatkan kita bahwa semua anak tumbuh tanpa penyakit-penyakit
ini. seorang anak seolah-olah menjadi korban operasi yang tidak menyenangkan
dan mengandung bahaya jika ia menderita tonsillitis yang berulang-ulang
dengan berat sehingga sesuatu operasi dilaksanakan. Hal ini hanya dapat
diputuskan oleh sejarah. Pemeriksaan mulut hanya menghasilkan suatu fakta,
yaitu tonsil ada. Tak ada keterangan lain yang dapat dipakaio untuk membantu
memutuskan apakah tonsil perlu diangkat atau tidak.
Dalam menyusun riwayat penyakit ada 2 hal yang harus didapatkan : pertama,
apakah benar tonsil merupakan sumber utamna sakitnya seorang anak.
Tonsillitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri, berlangsung kirakira 5 hari dengan disertai disfagia dan demam. Bila serangan berulang tidak
cocok dengan gambaran diatas, anak tersebut mungkin menderita flaringitis
kronis akibat infeksi hidung atau sinus, sepsis gigi, atau pernafasan mulut. Nyeri
tenggorokan karena flaringitis kronis cenderung untuk menetap, kadang-kadang
lebih berat di pagi hari dan tanpa disertai disflagia maupun demam.
Kedua apakah serangan berulang tonsillitis ini menghasilkan cukup alas an untuk
menetapkan tonsilektomi?? Jika seorang anak sering menderita serangan berat
tonsillitis akut, maka sekolahnya terganggu dan karena tidak dapat makan
selama serangan, maka berat badan tidak akan naik bahkan turun. Kedua factor
ini, gangguan pelajaran dan kehilangan berat badan dapat membantu indikasi
tonsilektomi. Sehingga kalau pelajarannya tidak banyak terganggu, berat badan
cukup, dan tampak sehat, maka biarkan dahulu tubuhnnya dapat mengatasi
sendiri penyakit tersebut.

Seorang anak yang pernah menderita abses peritonsil harus diangkat tonsilnya
karena

ditakutkan

serangan

berikutnya

akan

menimbulkan

komplikasi

penyebaran infeksi ke daerah leher bagian depan. Tetapi abses peritonsil lebih
sering terjadi pada orang dewasa sebagai komplikasi tonsillitis.
Kesimpulannya seorang anak yang pernah mendapat serangan tonsillitis akut,
katakanlah 5-6 kali setahun, terganggu pelajarannya dan tidak naik berat
badannya perlu untuk diangkat tonsilnya. Dan bila seorang anak cukup sehat
dan segar, gangguan terhadap pelajarannya hanya sedikit, biarkan dahulu
dengan keadaan tersebut.
KEADAAN-KEADAAN YANG MENANGGUHKAN TINDAKAN TONSILEKTOMI
1.

Radang akut saluran bagian atas


Tonsilektomi tidak boleh dilakukan selama atau tiga minggu sesudah serangan
akut tonsillitis karena dikawatirkan timbulnya bahaya pendarahan sekunder.

2.

Adanya gangguan pembekuan darah


Apabila masa pembekuan darah memanjang seperti pada hemophilia atau
purpura, operasi jangan dilakukan

3.

Langit-langit bercelah
Keadaan ini inkompetensi pada sfringter nasofaring, bahkan sesudah rekontruksi
pun mungkin belum memadai dan belum dapat mencapai dinding posterior,
sehingga terdapat gangguan bicara pada anak. Tonsil baru boleh diangkat bila
menyebabkan gejala yang berat, dan harus oleh seorang ahli karena setiap parut
dapal palatum mole akan menambah inkompetensi sfringter tersebut.

4.

Demam rematik dan nefritis


Dahulu tonsilektomi dianjurkan pada keadaan ini untuk mencegah berulangnya
penyakit. Banyak dokter ahli akan dan ahli THT pada saat ini merasa bahwa
kambuhnya penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian penisilin dalam jangka
waktu

yang

lama,

jadi

tidaklah

perlu

cepat-cepat

melakukan

tindakan

tonsilektomi. Tetapi meskipun diberi antibiotic untuk pencegahan, sering seorang


anak terus menerus mendapat serangan tonsillitis sterptokokus dan untuk
mencegah berulangnya demam rematik serta nefritis maka tonsilistomi patut

dilakukan pada keadaan ini. operasi harus dilakukan di bawah perlindungan


penisilin.
5.

Poliomyelitis
Tonsil dan adenoid sebaiknya tidak diambil pada waktu terjadinya epidemic
penyakit ini karena akan menambah tingginya resiko ketularan. Pada anak-anak
yang baru saja diambil tonsilnya resiko terjadi poliomyelitis bulber bertambah
besar.

6.

Hipertrofi tonsil
Hipertrofi tonsil bukanlah indikasi mutlak tonsilektomi karena hal itu merupakan
sesuatu yang normal terjadi pada masa pertumbuhan anak. Dan lumrah bahwa
tonsil akan membesar bukan saja tidak masuk akal tetapi mungkin juga tidak
berguna.

7.

Indikasi lain
Di masa lalu tonsilektomi dikerjakan pada keadaan-keadaan yang tidak ada
hubungannya sama sekali seperti misalnya enuresis, retardasi mental, sepsis
fokal, kurang nafsu makan, pilek-pilek, pembesaran kelenjar getah bening leher,
dan asma. Tidak ada alas an yang tepat untuk melakukan operasi pada keadaan
tersebut.

Tonsilektomi menurut Firman S (2006)


a.

b.

Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
Teknik Pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan
terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi
mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari
jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah.
Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine.

Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara


lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam
ruang post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang
berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada
c.

dasar tonsil.
Perawatan Paska-bedah
Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.

Memantau tanda-tanda perdarahan


Menelan berulang
Muntah darah segar
Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
Diet
Memberikan cairan bila muntah telah reda
Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih

nyaman dari ada kepingan kecil).


Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).
Menawarkan makanan
Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.
Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada

pagi hari setelah perdarahan.


Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama

1 minggu.
Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
Mengajari pasien mengenal hal berikut
Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera

selama 1-2 minggu.


Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8

setelah operasi.

NO
1

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi serebral sekunder
akibat hipoksia jaringan.

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan peningkatan kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori
yang mencukupi sekunder akibat infeksi.

Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan infeksi

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak adekuatan sumber energi

Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya organisme sekunder


akibat pembedahan

Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.

Nyeri berhubungan proses pembedahan

Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan dehidrasi

http://arinkuu.blogspot.com/2012/06/askep-tonsilitis-pada-anak.html
tgl:18/02/2014;jm:08.14wib

sesraduniaperawat

This WordPress.com site is the cats pajamas


Menu
Lanjut ke konten

Beranda

Perihal

ASKEP TONSILITIS
19 November 2012 by sesraduniaperawat

BAB I
PENDAHULUAN

1. A.

Latar Belakang

Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki
keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar
ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan
tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan.
Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan
inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang
terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).

B.

Tujuan Penulisan

1.

Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien tonsilitis


2.

Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat menjelaskan :


1. Definisi penyakit tonsilitis
2. Etiologi penyakit tonsilitis.
3. Manifestasi klinik penyakit tonsilitis.
4. Patofisiologi penyakit tonsilitis.
5. Komplikasi penyakit tonsilitis.
6. Klasifikasi penyakit tonsilitis
7. Pemeriksaan Penunjang tonsilitis
8. Penatalaksanaan penyakit tonsilitis
9. Woc penyakit tonsilitis
10.Asuhan keperawatan kilen tonsilitis.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 KONSEP DASAR

A. DEFINISI
Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki
keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar
ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan
tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan.
Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan
inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang
terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).

B. ETIOLOGI
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcuc,
viridans dan Streptococcuc pyrogen sebagai penyebab terbanyak, selain itu dapat juga
disesbabkan oleh Corybacterium diphteriae, namun dapat juga disebabkan oleh virus
(Mansyjoer, 2001).

C. TANDA DAN GEJALA


Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan merasa sangat
nyeri terutama saat menelan dan membuka mulut disertai dengan trismus (kesulitan
membuka mulut). Bila laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak
faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis : terdapat detritus (tonsillitis folibularis),
kadang detritus berdekatan menjadi sati (tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu.
Tampak arkus palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak melewati garis tengah.
Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak-anak.
Pembesaran adenoid dapat menyebabkan pernafasan mulut, telinga mengeluarkan
cairan, kepala sering panas, bronchitis, nafas baud an pernafasan bising.

D. PEMERIKSAAN / EVALUASI DIAGNOSTIK


Dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan pengumpulan riwayat kesehatan yang
cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang berkaitan. Usap tonsilar
dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Jika tonsil adenoid ikut terinfeksi maka
dapat menyebabkan otitis media supuratif yang mengakibatkan kehilangan pendengaran,
pasien harus diberikan pemeriksaan audiometik secara menyeluruh sensitivitas/ resistensi
dapat dapat dilakukan jika diperlukan.

E. TONSILEKTOMI
Pembesaran tonsil jarang merupakan indikasi untuk pengakalan kebanyakan anakanak mempunyai tonsil yang besar, yang ukuranya akan menurun sejalan dengan perlambatan
usia.
Tonsilektomi dilakukan hanya jika pasien mempunyai masalah-masalah berikut :
1. Menderita tonsillitis berulang
2. Hipertrifi tonsil dan adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi.
3. Serangan otitis media purulens berulang.
4. Diduga kehilangan pendengaran akibat otitis media serosa yang
terjadidalam kalbunya dengan pembasaran konal dan adenoid.
5. Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa.
6. Indikasi khusus anak adalah tonsillitis rekurens yang kambuh lebih dari 3
kali, hyperplasia setelah infeksi mononukleus dan riwayat demam
rheumatik dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis
kronik yang sukar diatasi dengan antibiotic.
7. Tonsilektomi pada orang dewasa dapat dikerjakan dalam narkose atau
dengan anestesi local, pada anak biasanya dilakukan dalam narkose.

G. PENATALAKSANAAN
Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan status
nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan tonsilektomi,
demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan menelan dan nyeri saat
menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan / anoreksia. Pada penderita tonsillitis yang
tidak memerlukan tindakan operatif (tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk

menghindari perluasan infeksi, sedangkan untuk mengubahnya dapat diberikan antibiotic,


obat kumur dan vitamin C dan B.
Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan karena
resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan kenyamanan adalah kepala
dipalingkan kesamping untuk memungkinkan drainage dari mulut dan faring untuk mencegah
aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien menunjukkan reflek menelanya telah
pulih.
Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau berwarna
merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernafasan meningkat
dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat harus mempunyai alat yang
disiapkan untuk memeriksa temapt operasi terhadap perdarahan, sumber cahaya, cermin,
kasa, nemostat lengkung dan basin pembuang. Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien
dibawa ke ruang operasi, dilakukan anastesi umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah.
Jika tidak terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien diinstruksikan
untuk menghindari banyak bicara dan bentuk karena hal ini akan menyebabkan nyeri
tengkorak.
Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan larutan normal
salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental yang mungkin ada. Diet
cairan atau semi cair diberikan selama beberapa hari serbet dan gelatin adalah makanan yang
dapat diberikan. Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah harus dihindari. Susu dan
produk lunak (es krim)
mungkin dibatasi karena makanan ini cenderung meningkatkan jumlah mucus yang
terbentuk.

H.WOC

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Proses inflamasi

Nyeri telan

Obstruksi pada tuba eustakii

Sulit makan & minum

kelemahan

Resiko perubahanstatus nutrisi < dari


kebutuhan tubuh
Intoleransi
aktifitas

Gangguan persepsi sensori :


pendengaran

BAB III
ASKEP TEORITIS

I. PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :

kelemahan
kelelahan (fatigue)

b. Sirkulasi
Tanda :

Takikardia

Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)


c. Integritas Ego
Gejala :

Stress
Perasaan tidak berdaya

Tanda : Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat,


perhatian menyempit.
d. Eliminasi
Gejala :

Perubahan pola berkemih

Tanda :

Warna urine mungkin pekat

e. Maknan / cairan
Gejala :

Anoreksia
Masalah menelan
Penurunan menelan

Tanda :

Membran mukosa kering


Turgor kulit jelek

f. Nyeri / kenyamanan
Gejala :

Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan.


Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.

- Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang dimasukkan melalui oral, obatobatan.
Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.2

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan bafas tidak efektif berhubungan dengan dengan obstruksi


nafas karena adanya benda asing; produksi secret berlebih.
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedah
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
dengan anoreksia ; kesulitan menelan.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman,
pemajaran / mengingat.
5. Resiko kekurangan vol. cairan berhubungan dengan resiko perdarahan
akibat tindakan operatif tondilektomi.

III. INTERVENSI & RASIONALISASI


1. Dx Kep : Bersihan jalan nafas tidak efektif berdasarkan dengan jalan nafas
karena adanya benda asing; produksi secret berlebih.

Batasan Karakteristik :
-

Dupnea

Orthopnea

Kesulitan bicara

Perrubahan ritme dan frekuensi pernafasan

Gelisah

Suara nafas tambahan

Sianosis

Penurunan suara nafas

Batuk tidak efektif

Produksi secret / spulum

Tujuan :
-

Dupria, Orthopnea, kranosis tidak ada

Ritme dan frekuensi pernafasan alam batas normal

Gelisah dapat dikeluarkan

Tidak ada suara nafas tambahan.

INTERVENSI
-

RASIONALISASI

Kajian / pantau frekuensi pernafasan

- Auskutasi bunyi nafas, cabit adanya - Takipnea dapat ditemukan pada penerimaan atau
bunyi nafas
selama adanya proses infeksi akut.
- Adanya obstruksi jln nafas dapat / tidak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius.

- Catat adanya dispnea, gelisah,


ansiebis distress pernafasan, penggunaan - Disfungsi pernafasan adalah variable yang
otot Bantu
tergantung pada tahap proses kronis selain proses
akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit.
- Peninggian tempat tidur mempermudah fungsi
pernafasan dengan menggunakan gravitasi
- Kajian pasien untuk posisi yang
nyaman, mis : Peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur. - Oral hygiene dapat mencegah proses infeksi
berlanjut dan dapat mengontrol pengeluaran secret.
- Lakukan oral hygiene dengan teratur.
- Suchoring membantu pengeluaran secret pada
pasien yang tidak mampu mengeluarkan secret
secara mandiri melalui bentuk efektif.
-

Bila perlu lakukan suctioning


- Pemberian oksigen dapat membantu klien
mencukupi kebutuhan oksigen yang mungkin tidak
tercukupi dengan baik akibat obstruksi jalan nafas.

Oksigenasi

2. Dx. Kep : Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan ; insisi


bedah

Batasan karakteristik
-

Komunikasi tentang nyeri yang didiskripsikan

Mengatupkan rahang atau pergelangan tangan

Ketidaknyamanan paa area bedah / nyeri karena menelan

Perilaku Distraksik, gelisah

Perilaku berhati-hati

Tujuan :
-

Melaporkan / menunjukkan nyeri hilang/ terkotrol

Melaporkan bias beristurahat

INTERVENSI

RASIONALISASI

- berikan tindakan nyaman (pijatan - Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien


punggung,perubhan posisi) dan
memfokuskan perhatian pd sesuatu disamping diri
aktifitas hiburan
sendiri/ketidaknyamanan
- Menelan menyebabkan aktifitas otot ygdpt
menimbulkan nyeri karena adanya edema/regangan
jahitan

- Dorong pasien untuk


mengeluarkan saliva atau penghisap
mulut dengan hati-hati bila tdk
- Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yg
mampu menelan
memerlukan evaluasi lanjut/intervensi jaringan yg
terinflamasi dan kongesti,dpt dgn mudah mengalami
- Selidiki perubahan karakteristik trauma dgn penghisapan kateter,selang makanan
nyeri,periksa mulut jahitan atau
trauma baru
- Alat menentukan adanya nyeri,kebutuhan terhadap
keefektifan obat

mencegah kelekahan / terlalu lelah dan dapat

- Catat indikator non verbal dan


respon automatik terhadap
nyeri,evaluasi efek analgesik

- Jadwalkan aktifitas perawatan


untuk keseimbangan dengan
periode tidur / istirahat adekuat

meningkatkan koping terhadap stress / ketidaknyamanan.


- Meningkatkan rasa sehat, tidak menurunkan
kebutuhan analgesic dan meningkatkan penyembuhan

- Anjurkan penggunaan perilaku


manajemen stress contoh : teknik
relaksasi, bimbingan imajinasi.
- Memperbaiki kenyamanan, meningkatkan
penyembuhan dan menurunkan bau mulut. Bahan
* Kolaborasi
pencuci mulut berisi alcohol / fenol harus dihindari
karena mempunyai efek mengeringkan.
- Berikan irigasi oral, anestesi
sprei dan kumur-kumur. Anjurkan - Derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak
pasien melakukan irigasi sendiri
psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh

- Berikan analgetik

6. Dx kep : Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan resiko


perdarahan

akibat tindakan operatif


Batasan karakteristik
Tujuan :
-

Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat

TTV stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas yang baik

Turgor kulit normal, membrane mukosa lembab

Pengeluaran urine individu yang sesuai

INTERVENSI

RASIONALISASI

- Catat pemasukan dan


pengeluaran catatan
inroperasi

- Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam


mengidentifikasi pengeluaran cairan / kebutuhan penggantian
dan pilihan yang mempengaruhi intervensI.
- Munculnya mual /
muntah, riwayat pasien
mabuk perjalanan

- Semakin lama durasi anestesi, semakin besar rasio mual yang


mempunyai kecenderungan mabuk perjalanan mempunyai resiko
mual/ muntah yang lebih tinggi pada masa pascaoperasi.
- Kulit yang dingin / lembab, denyut yang lemah
mengindikasikan untuk penggantian cairan tambahan.

- Pantau suhu kulit,


palpasi denyut perifer

* Kolaborasi
- Berikan cairan
parenteral, sesuai petunjuk

- Gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan.


Catat waktu penggantian nol rupulasi yang potensial bagi
penurunan komplikasi.

BAB 1V
PENUTUPAN

A.Keimpulan
Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki
keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar
ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan
tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan.
Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan
inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang
terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcuc,
viridans dan Streptococcuc pyrogen sebagai penyebab terbanyak, selain itu dapat juga
disesbabkan oleh Corybacterium diphteriae, namun dapat juga disebabkan oleh virus
(Mansyjoer, 2001)

B.Saran
Dengan askep ini diharapakan para perawat mampu meaplikasikan nya dalam tindakan
keperawatan nantinya,selain itu di harapakan dalam melakukan asuhan keperawatan harus
mampu memahami masalah kehidupan nantinya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta :
EGC
2. Doengoes, Marilynn E (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Jakarta :
EGC
3. -. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima
Medika

http:/sesaraduniaperawat.wordpres.com/201111/19/askep-tonsilitis

Anda mungkin juga menyukai