Askep Tonsilitis PD Anak
Askep Tonsilitis PD Anak
1. A.
DEFINISI
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada
anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga
mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )
1. B.
ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis bermacam macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections )
1. C.
PROSES PATOLOGI
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke
tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi
dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi
juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat
berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan,
nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.
1. D.
PATHWAYS
1. E.
MANIFESTASI KLINIS
1. F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut
adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. G.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :
1. tonsilitis kronis
2. otitis media
1. H.
PENATALAKSANAAN
analgesik
1. penatalaksanaan keperawatan
1. I.
FOKUS PENGKAJIAN
1. keluhan utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
1. riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek
terapi dll
2. riwayat kesehatan lalu
riwayat kelahiran
riwayat imunisasi
riwayat hospitalisasi
1. pengkajian umum
usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda tanda vital dll
1. pernafasan
kesulitan bernafas, batuk
ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
1. nutrisi
sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor
kurang
1. aktifitas / istirahat
anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
1. keamanan / kenyamanan
kecemasan anak terhadap hospitalisasi
1. J.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. K.
FOKUS INTERVENSI
1. DP : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil
Intervensi :
Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak
Kaji TTV
Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan
mengeluarkannya pelan pelan melalui mulut
1. DP : resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
adanya anoreksia
Intervensi :
Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi seringsajikan makanan dalam bentuk yang
menarik
Gunakan papan tulis / kertas untuk berkomunikasi jika terdapat kesulitan dalam
berkomunikasi
DAFTAR PUSTAKA
1.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC; 2001.
2.
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made
Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999
3.
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI; 2001
4.
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi.
Jakarta : EGC ; 1997
http://monicaestercarolinn.wordpres.com/2011 /11/05.askep- tonsilitis-padaanak
tgl:18/02/2014; jm:08.06wib
I.
KONSEP PENYAKIT
1.1 PENGERTIAN
Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil
menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari
invasi organisme patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun
ukuran tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar
daripada remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme
perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA. (Wong, 2008 :
940)
Jika sering trinfeksi, tonsil dapat menjadi sumber infeksi. Dengan berulangnya
infeksi, jaringan limfoid dapat menjadi hipertrofi atau mengecil dan fibrotik.
Karena itu tonsil pada anak yang lebih tua dapat besar atau kecil. Dengan
adanya tonsilitis berulang, seringkali jaringan limfoid tonsil membesar. Kadangkadang, meskipun jarang, pembesaran tonsil menyebabkan obstruksi pada
waktu bernapas, terutama malam hari. Kemudian terjadi serangan apnea yang
dapat berlanjut terus. Juga terjadi pembesaran adenoid. Pada keadaan ini, aliran
udara tersumbat dan anak kemudian bernapas dengan mulut. Juga, karena tuba
Eustasius tersumbat, dapat terjadi otitis media atau glue ear, menyebabkan tuli.
(Jhon Rendle-Short, 1994 :205)
Infeksi akut saluran nafas bagian atas pada anak-anak merupakan hal yang
sering dijumpai oleh dokter umum. banyak terdapat antara pengobatan dengan
operasi dan pengobatan medikamentosa pada penyakit-penyakit ini, karena baik
pengobatan medikamentosa ataupun pengobatan dengan operasi ditentukan
oleh perubahan fisiologis yang terjadi selama masa pertumbuhan anak. Sangat
diketahui lebih dalam mengenai fisiologi tonsil dan adenoid. Tonsil dan adenoid
membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran nafas dan saluran
pencernaan yang dikenal sebagai cincin waldeyer. Bagian-bagian lain cincin ini
dibentuk oleh tonsil lidah dan jaringan limfe di mulut tuba eustachii. Kumpulan
jaringan ini pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan, melindungi
anak terhadap
jaringan limfe yang lain, jaringan limfe pada cincin waldeyer menjadi hipertrofi
pada masa anak-anak dan menjadi atrofi pada masa pubertas. Karena kumpulan
jaringan ini berfungsi sebagai suatukesatuan, maka pada fase aktifnya,
Tonsillitis akut
Tonsil
kronik
merupakan
radang
kronik
pada
tonsil.
Disebabkan
oleh
Tonsilitis falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak
putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat
leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang
tersangkut.
Tonsilitis Lakunaris
Bila
bercak
yang
permukaan tonsil.
berdekatan
bersatu
dan
mengisi
lacuna
(lekuk-lekuk)
Tonsilitis Kronik
Radang akut pada pada tonsil. Tonsillitis akut biasanya sering terjadi pada anakanak terbanyak pada usia kira-kira 5 tahun dan puncak berikutnya pada usia 10
tahun. faktor predisposisi : rangsangan kronik (makanan) pengaruh cuaca,
pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.
1.2 ETIOLOGI
Tonsilitis sering terjadi bersama faringitis karena banyaknya jaringan limfoid dan
sering terjadi ISPA. Tonsilitis merupakan penyebab morbiditas yang banyak
terjadi pada anak kecil. Agens penyebabnya adalah dapat berupa virus atau
bakteri. (Wong, 2008 : 940)
Menurut Adams George (1999) Tonsilitis bakterialis supuralis akut. paling
sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
-
Pneumococcus
Staphilococcus
Haemalphilus influenza
Streptococcus viridens
Streptococcus pyogenes
Staphilococcus
Pneumococcus
Virus
Adenovirus
ECHO
Badan lesu
nafas menurun
sakit kepala
Obstruksi nasi
sering pilek-pilek
nyeri pada tenggorok yang makin hebat untuk menelan karena sakitnya anak
tidak mau makan
Nyeri yang hebat itu sering memancar ke telinga disebut referred pain
Nyeri kepala
Muntah
Nyeri abdomen
Pucat
Letargi
Suara serak
1.5 KOMPLIKASI
Faringitis merupakan komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam
rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman
streptokokus.dan komplikasi lain yang bisa dialami yaitu :
Otitis media akut.
Abses parafaring
Abses peritonsil
Bronkitis
Nefritis akut
Artritis
miokarditis.
Dermatitis.
Pruritis.
Furunkulosis
(R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 117)
ini
sebaiknya
dilakukan
sebelum
memberikan
pengobatan,
Hasil
Normal
WCB / Leko
14
RBC / Eri
4,25
HGB / Hb
12,7
HCT / PCV
40,5
35 57 %
PLT / Thrombo
354
LED
14 30
12 18 mm/jam
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan lekosit pada anak,
apabila ada menandakan anak terkena infeksi.
-
Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada
dalam
tubuh pasien merupkan akteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam
rematik,
-
1.7 PENATALAKSANAAN
Penderita dengan daya tahan tubuh cukup baik, penyakit akan sembuh
sendiri dan cukup dengan :
1.
2.
3.
4.
a.
-
Istirahat
Makan lunak
Analgetika, antiperetika
Gargarisma kan
Penatalaksanaan tonsilitis akut
Antibiotik
Golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat
isap
dengan
klindomisin.
desinfektan,
Antibiotik
bila
yang
alergi
adekuat
dengan
untuk
diberikan
mencegah
eritromisin
infeksi
atau
sekunder,
1988 : 33,36)
Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi
b.
-
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
Pemberian antipiretik.
Penatalaksanaan tonsilitis kronik
Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
c.
-
II.
Usia
Tonsillitis akut biasanya sering terjadi pada anak-anakterbanyak pada usia
kira-kira 5 tahun dan puncak berikutnya pada usia 10 tahun (Pedoman Diagnosis
Dan Terapi, 1988 : 36)
Tonsil-tonsil dan adenoid ukurannya kecil pada waktu lahir. Selama masa
anak-anak keduanya mengalami hipertrofi fisiologis, adenoid pada umur 3 tahun,
dan tonsil pada usia 5 tahun. Karena adenoid membesar, terbentuk pernafasan
melalui mulut, tonsil akibatnya menghadap udara inspirasi, sehingga tonsil
membesar.
Pada umur 5 tahun, anak mulai sekolah dan lebih terbuka kesempatan untuk
terinfeksi dari anak yang lain. Hal ini juga menyebabkan tonsil membesar. Setiap
usia 5 tahun kedua struktur ini menciut, tetapi tonsil membesar lagi pada usia 10
tahun. Kedua struktur ini akirnya mengalami atrofi pada usia pubertas, adenoid
menghilang keseluruhannya, sedangkan tonsil-tonsil menjadi sangat kecil. (R.
b.
2.2 KELUHAN
Anak kelihatan sakit dan demam. Bila seseorang anak menderita demam,
tenggorokannya harus diperiksa. Terutama pada anak-anak yang masih karena
mereka belum dapat mengeluh secara khusus mengenai tenggorokannya.
Sedangkan pada anak yang lebih besar biasanya mengeluh sakit di tenggorokan
dan sukar menelan. Tonsilnya meradang, merangkak, dan dilapisi nanah secara
eskudat. Kelenjar limfe jugulodis membesar dan nyeri bila diraba (R. Pracy, J
siegler, P.M. Stell, 1983 : 116)
Pada
pemeriksaan
tampak
faring
hiperemis,
tonsil
membengkak,
belakang dari
kadang anoreksia. Hal itu ditandai dengan keadaan mulut kering. Biasanya
dengan keluhan ini berat badan anak menurun yang disebabkan oleh kurangnya
nutrisi dari makanan yang bisa masuk ke dalam tubuh akibat dari tonsilitis
b.
c.
Hygiene Personal
Pasien yang menderita tonsilitis mandi 2x sehari, saat BAB dan BAK peampres
langsung diganti oleh ibu. Terpenuhi karena Hygiene Personalnya dipenuhi oleh
Ibunya dan dengan bantuan perawat
d.
Eliminasi
Haluaran urine pada anak yang menderita tonsillitis menurun. Hal itu disebabkan
oleh ketidak mampuan anak untuk menelan air, sehingga anak tidak mau
meminum air akibat rasa sakit yang dirasakan ketika menelan. Hal itu
menyebabkan haluaran urin menjadi menurun.
(R. Pracy, J siegler, P.M. Stell, 1983 : 118)
Riwayat Pertumbuhan
Sebagian anak yang
menderita
tonsillitis
penyakit
dapat
tumbuh
dan
secara maksiamal sehingga berat badan anak akan secara perlahan turun. Lama
kelamaan anak kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama karena infeksi saluran
nafas.
Usia
3 hari
3,0
10 hari
3,2
3 bulan
5,4
6 bulan
7,3
9 bulan
8,6
1 tahun
9,5
2 tahun
11,8
4 tahun
16,2
6 tahun
20,0
10 tahun
28,7
14 tahun
45,0
18 tahun
54,0
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan TTV :
a.
Suhu : bila terjadi infeksi tonsillitis suhu akan naik (hipertermi, > 37,5oC)
Usia
Nilai
suhu
(celcius)
3
6
1
3
5
7
bulan
bulan
tahun
tahun
tahun
tahun
37,5
37,5
37,7
37,2
37
36,8
derajat
9 tahun
11 tahun
13 tahun
36,7
36,7
36,6
b.
Tekanan darah :
Pada pasien dengan penyakit tonsillitis maka akan terjadi peningkatan tekanan
darah.
USIA
SISTOLIK (mmHg)
DIASTOLIK (mmHg)
Neonatus
6-12 bulan
1-5 tahun
5-10 tahun
10-15 tahun
80
90
95
100
115
45
60
65
60
60
c.
Nadi
Pada pasien yang memiliki tonsillitis biasanya nadinya cepat (takikardi)
Usia
Waktu
bulan-2
bangun
Tidur
Demam
(kali/menit)
(kali/menit)
(kali/menit)
100-180
100-220
70-120
60-90
50-90
80-160
80-200
70-120
60-90
50-90
tahun
2-10 tahun
10
tahun-
220
220
200
200
200
dewasa
Tabel 1.4 Nilai nadi pada anak
(Weni Kristiyana Sari, 2010 : 6)
d.
Respirasi
Pada pasien dengan tonsillitis memiliki respirasi yang meningkat.
Umur
Nilai
pernafasan
(kali/menit)
Bayi baru lahir
1-11 bulan
2 tahun
4 tahun
6 tahun
8 tahun
10-12 tahun
14 tahun
16 tahun
18 tahun
35
30
25
23
21
20
19
17
17
16-18
B2 (Blood)
Pada pasien dengan tonsilitis terlihat peningkatan tekanan darah dan nadi, serta
terjadi pula peningkatan suhu karena infeksi pada tonsil sehingga terjadi
pembengkakan tonsil.
B3 (brain)
GCS,
untuk
menentukan
tingkat
kesadaran
klien
apakah
composmentis, somnolen,dll.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan
kecukupan intake cairan, output urine menurun
B5 (Bowel)
-
Mual/muntah (anoreksia)
Nafsu makan memburuk
Tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan karena pembengkakan tonsil
Penurunan berat badan menetap.
B6 (Bone)
Penderita tonsillitis merasa keletihan, kelemahansecara umum memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut
diakibatkan karena kebutuhan nutrisi dan cairan pasien berkurang akibat nyeri
saat menelan makanan dan minuman.
TONSILEKTOMI
Indikasi tindakan tonsilektomi masih menimbulkan banyak pertentang. Rata-rata
200.000 anak setahun mengalami tonsilektomi di inggris, banyak diantaranya
tidak merasakan manfaat operasi ini, apalagi tentu mereka yang meninggal
karena operasi.
Sebab timbulnya pertentangan dalam menetapkan indikasi ini adalah karena
tidak adanya tanda-tanda obyektif yang menjadi patokan dalam pertentangan
ini. tidak ada hal yang menyakinkan untuk menentukan anak yang mana
sebaiknya diangkat tonsilnya atau apakah operasi dapat memberikan perbaikan
pada anak itu. Yang mengherankan adalah tidak adanya suatu usaha untuk
membuktikan akan keuntungan dari operasi yang telah dilakukan berjuta-juta
kali
seperti
sewaktu
merekrut
angkatan
bersenjata,
tampak
bahwa
Seorang anak yang pernah menderita abses peritonsil harus diangkat tonsilnya
karena
ditakutkan
serangan
berikutnya
akan
menimbulkan
komplikasi
penyebaran infeksi ke daerah leher bagian depan. Tetapi abses peritonsil lebih
sering terjadi pada orang dewasa sebagai komplikasi tonsillitis.
Kesimpulannya seorang anak yang pernah mendapat serangan tonsillitis akut,
katakanlah 5-6 kali setahun, terganggu pelajarannya dan tidak naik berat
badannya perlu untuk diangkat tonsilnya. Dan bila seorang anak cukup sehat
dan segar, gangguan terhadap pelajarannya hanya sedikit, biarkan dahulu
dengan keadaan tersebut.
KEADAAN-KEADAAN YANG MENANGGUHKAN TINDAKAN TONSILEKTOMI
1.
2.
3.
Langit-langit bercelah
Keadaan ini inkompetensi pada sfringter nasofaring, bahkan sesudah rekontruksi
pun mungkin belum memadai dan belum dapat mencapai dinding posterior,
sehingga terdapat gangguan bicara pada anak. Tonsil baru boleh diangkat bila
menyebabkan gejala yang berat, dan harus oleh seorang ahli karena setiap parut
dapal palatum mole akan menambah inkompetensi sfringter tersebut.
4.
yang
lama,
jadi
tidaklah
perlu
cepat-cepat
melakukan
tindakan
Poliomyelitis
Tonsil dan adenoid sebaiknya tidak diambil pada waktu terjadinya epidemic
penyakit ini karena akan menambah tingginya resiko ketularan. Pada anak-anak
yang baru saja diambil tonsilnya resiko terjadi poliomyelitis bulber bertambah
besar.
6.
Hipertrofi tonsil
Hipertrofi tonsil bukanlah indikasi mutlak tonsilektomi karena hal itu merupakan
sesuatu yang normal terjadi pada masa pertumbuhan anak. Dan lumrah bahwa
tonsil akan membesar bukan saja tidak masuk akal tetapi mungkin juga tidak
berguna.
7.
Indikasi lain
Di masa lalu tonsilektomi dikerjakan pada keadaan-keadaan yang tidak ada
hubungannya sama sekali seperti misalnya enuresis, retardasi mental, sepsis
fokal, kurang nafsu makan, pilek-pilek, pembesaran kelenjar getah bening leher,
dan asma. Tidak ada alas an yang tepat untuk melakukan operasi pada keadaan
tersebut.
b.
Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
Teknik Pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan
terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi
mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari
jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah.
Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine.
dasar tonsil.
Perawatan Paska-bedah
Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
1 minggu.
Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
Mengajari pasien mengenal hal berikut
Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera
setelah operasi.
NO
1
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi serebral sekunder
akibat hipoksia jaringan.
http://arinkuu.blogspot.com/2012/06/askep-tonsilitis-pada-anak.html
tgl:18/02/2014;jm:08.14wib
sesraduniaperawat
Beranda
Perihal
ASKEP TONSILITIS
19 November 2012 by sesraduniaperawat
BAB I
PENDAHULUAN
1. A.
Latar Belakang
Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki
keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar
ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan
tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan.
Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan
inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang
terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki
keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar
ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan
tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan.
Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan
inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang
terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).
B. ETIOLOGI
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcuc,
viridans dan Streptococcuc pyrogen sebagai penyebab terbanyak, selain itu dapat juga
disesbabkan oleh Corybacterium diphteriae, namun dapat juga disebabkan oleh virus
(Mansyjoer, 2001).
E. TONSILEKTOMI
Pembesaran tonsil jarang merupakan indikasi untuk pengakalan kebanyakan anakanak mempunyai tonsil yang besar, yang ukuranya akan menurun sejalan dengan perlambatan
usia.
Tonsilektomi dilakukan hanya jika pasien mempunyai masalah-masalah berikut :
1. Menderita tonsillitis berulang
2. Hipertrifi tonsil dan adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi.
3. Serangan otitis media purulens berulang.
4. Diduga kehilangan pendengaran akibat otitis media serosa yang
terjadidalam kalbunya dengan pembasaran konal dan adenoid.
5. Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa.
6. Indikasi khusus anak adalah tonsillitis rekurens yang kambuh lebih dari 3
kali, hyperplasia setelah infeksi mononukleus dan riwayat demam
rheumatik dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis
kronik yang sukar diatasi dengan antibiotic.
7. Tonsilektomi pada orang dewasa dapat dikerjakan dalam narkose atau
dengan anestesi local, pada anak biasanya dilakukan dalam narkose.
G. PENATALAKSANAAN
Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan status
nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan tonsilektomi,
demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan menelan dan nyeri saat
menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan / anoreksia. Pada penderita tonsillitis yang
tidak memerlukan tindakan operatif (tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk
H.WOC
Penyebaran limfogen
Proses inflamasi
Nyeri telan
kelemahan
BAB III
ASKEP TEORITIS
I. PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
kelemahan
kelelahan (fatigue)
b. Sirkulasi
Tanda :
Takikardia
Stress
Perasaan tidak berdaya
Tanda :
e. Maknan / cairan
Gejala :
Anoreksia
Masalah menelan
Penurunan menelan
Tanda :
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
- Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang dimasukkan melalui oral, obatobatan.
Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.2
Batasan Karakteristik :
-
Dupnea
Orthopnea
Kesulitan bicara
Gelisah
Sianosis
Tujuan :
-
INTERVENSI
-
RASIONALISASI
- Auskutasi bunyi nafas, cabit adanya - Takipnea dapat ditemukan pada penerimaan atau
bunyi nafas
selama adanya proses infeksi akut.
- Adanya obstruksi jln nafas dapat / tidak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius.
Oksigenasi
Batasan karakteristik
-
Perilaku berhati-hati
Tujuan :
-
INTERVENSI
RASIONALISASI
- Berikan analgetik
INTERVENSI
RASIONALISASI
* Kolaborasi
- Berikan cairan
parenteral, sesuai petunjuk
BAB 1V
PENUTUPAN
A.Keimpulan
Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki
keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar
ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan
tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan.
Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan
inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang
terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcuc,
viridans dan Streptococcuc pyrogen sebagai penyebab terbanyak, selain itu dapat juga
disesbabkan oleh Corybacterium diphteriae, namun dapat juga disebabkan oleh virus
(Mansyjoer, 2001)
B.Saran
Dengan askep ini diharapakan para perawat mampu meaplikasikan nya dalam tindakan
keperawatan nantinya,selain itu di harapakan dalam melakukan asuhan keperawatan harus
mampu memahami masalah kehidupan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta :
EGC
2. Doengoes, Marilynn E (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Jakarta :
EGC
3. -. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima
Medika
http:/sesaraduniaperawat.wordpres.com/201111/19/askep-tonsilitis