Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fosfor

Fosfor merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman. Fosfor tidak terdapat secara bebas di alam. Fosfor ditemukan sebagai fosfat
dalam beberapa mineral, tanaman dan merupakan unsur pokok dari protoplasma.
Fosfor terdapat dalam air sebagai ortofosfat. Sumber fosfor alami dalam air berasal
dari pelepasan mineral-meneral dan biji-bijian (Bausch, 1974).

Fosfat terdapat dalam tiga bentuk yaitu

H2PO4-, HPO42-, dan PO43-. Fosfat

umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortofosfat primer H2PO4- atau
ortofosfat sekunder HPO42- sedangkan PO43- lebih sulit diserap oleh tanaman. Bentuk
yang paling dominan dari ketiga fosfat tersebut dalam tanah bergantung pada pH
tanah (Engelstad, 1997). Pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak menyerap ion
ortofosfat primer, dan pada pH yang lebih tinggi ion ortofosfat sekunder yang lebih
banyak diserap oleh tanaman (Hanafiah, 2005).

Ortofosfat merupakan bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan secara langsung


oleh tanaman, sedangkan polifosfat harus terlebih dahulu mengalami hidrolisis
membentuk ortofosfat sebelum dimanfaatkan sebagai sumber fosfor. Reaksi ionisasi
asam ortofosfat adalah sebagai berikut :
H3PO4 H+ + H2PO4H2PO4 - H+ + HPO42HPO42 - H+ + PO43-

Semua polifosfat mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat. Perubahan ini


tergantung pada suhu. Pada suhu yang mendekati titik didih, perubahan polifosfat
menjadi ortofosfat berlangsung cepat. Kecepatan ini meningkat dengan menurunnya

Universitas Sumatera Utara

nilai pH. Perubahan polifosfat meenjadi ortofosfat pada air limbah yang mengandung
bakteri berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada air
bersih (Effendi, 2003).

Sumber fosfat yang dalam tanah sebagai fosfat mineral yaitu batu kapur fosfat,
sisa-sisa tanaman dan bahan organik lainnya. Perubahan fosfor organik menjadi fosfor
anorganik dilakukan oleh mikroorganisme. Selain itu, penyerapan fosfor juga
dilakukan oleh liat dan silikat (Isnaini, 2006).

Fosfat anorganik maupun organik terdapat dalam tanah. Bentuk anorganiknya


adalah senyawa Ca, Fe, Al, dan F. Fosfor organik mengandung senyawa yang berasal
dari tanaman dan mikroorganisme dan tersusun dari asam nukleat, fosfolipid, dan fitin
(Rao, 1994). Bentuk fosfor anorganik tanah lebih sedikit dan sukar larut. Walaupun
terdapat CO2 didalam tanah tetapi menetralisasi fosfat tetap sukar, sehingga dengan
demikian P yang tersedia dalam tanah relatif rendah. Fosfor tersedia didalam tanah
dapat diartikan sebagai P- tanah yang dapat diekstraksikan atau larut dalam air dan
asam sitrat. P- organik dengan proses dekomposisi akan menjadi bentuk anorganik.

Pengaruh CO2 terhadap fosfor tanah adalah sebagai berikut :


Ca3(PO4)2 + 4 H2O + 4 CO2 Ca(H2PO4)2 + 2 Ca(HCO3)2
P- tidak larut

P larut dalam air

Biasanya fosfor dijumpai dalam jumlah yang banyak dalam biji, walaupun ia
juga terdapat dalam semua bagian tanaman. Fosfor sebagian besar berasal dari
pelapukan batuan mineral alami, sisanya berasal dari pelapukan bahan organik.
Walaupun sumber fosfor didalam tanah mineral cukup banyak, tanaman masih bisa
mengalami kekurangan fosfor. Pasalnya, sebagian besar fosfor terikat secara kimia
oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa yang sangat sukar larut dalam air. Mungkin
hanya 1 % fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

Ketersediaan fosfor didalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi yang
paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah, fosfor akan bereaksi
dengan ion besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau aluminium

Universitas Sumatera Utara

fosfat yang sukar larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada
tanah ber pH tinggi, fosfor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk
ion kalsium fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman.
Dengan demikian, tanpa memperhatikan pH tanah, pemupukan fosfor tidak akan
berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman.

Selain pH, faktor lain yang menentukan pasokan fosfor pada tanaman adalah
sebagai berikut :
a. Aerasi
Ketersediaan oksigen di dalam tanah (aerasi) diperlukan untuk meningkatkan
pasokan fosfor lewat proses perombakan bahan organik oleh mikroorganisme tanah.
Pada tanah padat atau tergenang air, penyerapan fosfor dan unsur- unsur lainnya akan
terganggu.
b. Temperatur
Secara langsung temperatur kamar dapat meningkatkan atau menurunkan
ketersediaan fosfor. Pada temperatur yang relatif hangat, ketersediaan fosfor akan
meningkat karena proses perombakan bahan organik juga meningkat. Ketersediaan
fosfor menipis di daerah yang bersuhu rendah.
c. Bahan organik
Sebagian besar fosfor yang mudah larut diambil oleh mikroorganisme tanah
untuk pertumbuhannya. Fosfor ini akhirnya diubah menjadi humus. Karena itu, untuk
menyediakan cukup fosfor, kondisi tanah yang menguntungkan bagi perkembangan
mikroorganisme tanah perlu dipertahankan.
d.

Unsur hara lain


Tercukupinya jumlah unsur hara lain dapat meningkatkan penyerapan fosfor.

Ammonium yang berasal dari nitrogen dapat meningkatkan penyerapan fosfor.


Kekurangan unsur hara mikro dapat menghambat respon tanaman terhadap
pemupukan fosfor.

Didalam lapisan akar, fosfor tidak mudah hanyut oleh air. Sebagian besar
tanah memiliki kapasitas fosfor yang tinggi, kecuali tanah pasir. Kehilangan cadangan
fosfor disebabkan oleh pengikisan partikel tanah oleh erosi. Sifat pupuk fosfor sangat
mudah bereaksi dengan tanah dan mudah terikat menjadi bentuk yang tidak dapat

Universitas Sumatera Utara

dimanfaatkan oleh tanaman. Fosfor terdapat pada seluruh sel hidup tanaman.
Beberapa fungsi fosfor adalah membentuk asam nukleat (DNA dan RNA),
menyimpan serta memindahkan energi Adenusin Tri Phosphate (ATP) dan Adenosin
Di Phosphate (ADP) merangsang pembelahan sel, dan membantu proses Asimilasi
serta respirasi . Fosfor berperan aktif dalam mentransfer energi didalam sel baik sel
tanaman maupun hewan.

Pemupukan fosfor dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman. Fosfor


merangsang pembentukan bunga, buah, dan biji. Bahkan mampu mempercepat
pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas. Pemupukan fosfor sangat
diperlukan oleh tanaman yang tumbuh di daerah dingin, tanaman dengan
perkembangan akar yang lambat atau terhambat, dan tanaman yang seluruh bagiannya
dipanen.

Jika terjadi kekurangan fosfor, tanaman menunjukkan gejala pertumbuhan


sebagai berikut :
a.

Lambat dan kerdil

b.

Perkembangan akar terhambat

c.

Gejala pada daun sangat beragam, beberapa tanaman menunjukkan warna hijau
tua mengkilap yang tidak normal.

d.

Pematangan buah terhambat

e.

Perkembangan bentuk dan warna buah buruk

f.

Biji berkembang secara tidak normal

(Novizan, 2002).

2.2. Pupuk

Bagi tanaman, pupuk sama seperti makanan pada manusia. Oleh tanaman, pupuk
digunakan untuk tumbuh, hidup, dan berkembang. Jika dalam makanan manusia
dikenal ada istilah gizi, maka dalam pupuk dikenal dengan nama zat atau unsur hara.
Kandungan hara dalam tanaman berbeda beda, tergantung pada jenis hara, jenis
tanaman, kesuburan tanah atau jenisnya, dan pengelolaan tanaman (Rosmarkam,
2002).

Universitas Sumatera Utara

Adapun tujuan pemupukan adalah :


a. Menambah zat hara dalam tanah sehingga kebutuhan makanan bagi tanaman dapat
tercukupi.
b. Memperbaiki struktur tanah yaitu merubah zat zat yang semula tidak mudah
diserap menjadi lebih mudah diserap oleh tanaman.

Secara umum dapat dikatakan bahwa manfaat pupuk adalah menyediakan unsur
hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan
tanaman. Kandungan unsur dalam pupuk juga akan menghasilkan warna pupuk yang
berlainan. Ada pupuk yang berwarna hitam karena banyak mengandung humus atau
gambut, ada pupuk yang berwarna abu abu, seperti pupuk TSP, karena diambil dari
batuan fosfat yang berwarna demikian, dan ada pula pupuk yang berwarna putih
bersih, seperti urea sebagai hasil dari proses kimia unsur nitrogen (Sutedjo, 2002).

2.3. Prinsip produksi pupuk fosfat

Pupuk superfosfat ; terbuat dari fosfat alam yang dicampur dengan asam belerang.
Pupuk superfosfat berbentuk bubuk yang berwarna abu abu dengan kandungan fosfat
antara 1420 %. Sifatnya mudah larut dalam air dan agak sedikit higroskopis. Pupuk
ini juga mampu mengikat amoniak. Pupuk superfosfat buatan ini ada dalam dua
bentuk yaitu Double Superfosfat (DS) dan Triple Superfosfat (TSP).

Superfosfat merupakan pupuk yang dapat bereaksi dengan cepat. Hal ini
disebabkan oleh mudah larutnya kalsium fosfat asam primer. Di dalam pabrik
superfosfat, kalsium fosfat alam diolah dengan asam sulfat menjadi kalsium fosfat
primer, Reaksinya berlangsung sebagai berikut :
Ca3(PO4)2 + 2 H2SO4 Ca(H2PO4)2 + 2 CaSO4
Kalsium fosfat asam primer

gips

Pada tanah yang mengandung kalsium, maka kalsium fosfat asam primer
bereaksi dengan kalsium bikarbonat, sehingga terjadilah kalsium fosfat asam sekunder
dan selanjutnya trikalsium fosfat :

Universitas Sumatera Utara

Ca(H2PO4)2 + Ca(HCO3)2 2 CaHPO4 + 2 H2O + 2 CO2


2 CaHPO4 + 2 H2O + 2CO2 Ca3(PO4)2 + 2 H2O + 2 CO2
Dengan cara inilah kalsium fosfat yang tidak larut mengendap di dalam tanah
dalam bentuk yang sangat halus. Karena sangat halusnya, maka sangat mudah
ditransformasi dengan asam karbonat dan asam lainnya menjadi kalsium fosfat asam
primer yang mudah diserap (Rinsema,1993) .

Jenis pupuk SP-36 ini muncul sebagai akibat sulitnya mendapatkan kandungan
dasar pupuk TSP yang masih harus diimpor. Oleh karena itu, kadar fosfat pada SP- 36
jauh lebih rendah dari TSP (Marsono, 2001). Kandungan pupuk SP-36 adalah P2O5
total : 36 %; P2O5 tersedia : 34 % ; P2O5 larut air : 30 %. Pupuk ini terbuat dari fosfat
alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu abu. Sifatnya agak sulit larut
didalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar.
Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis, dan tidak bersifat membakar
(Novizan, 2002).

Pupuk SP-36 mempunyai keunggulan yaitu :


a.

Kandungan hara fosfor dalam bentuk P2O5 tinggi yaitu sebesar 36 %.

b.

Bersifat netral sehingga tidak mempengaruhi kemasaman tanah.

c. Tidak mudah menghisap air, sehingga dapat disimpan cukup lama dalam kondisi
penyimpanan yang baik.
d. Dapat dicampur dengan pupuk urea atau pupuk ZA pada saat penggunaan
(http://www.sumenep.go.id)

TSP adalah pupuk superfosfat yang didatangkan dari Amerika Serikat


pengganti pupuk DS dari Belanda. Pupuk P ini memiliki sifat dan warna yang sama
dengan pupuk DS, kecuali bentuknya butiran dan granuler. Pada dasarnya,

TSP

merupakan peningkatan dari pupuk superfosfat yang lebih dahulu muncul pasaran.
Bahan dasar utama TSP adalah asam fosfat dan kalsium.

Hasilnya merupakan kalsium fosfat yang mudah larut dalam air.

Universitas Sumatera Utara

[Ca3 (PO4 ) 2 ]3

.CaF2 + 12H3PO4 + 9H2O 9Ca(H2PO4)2 + CaF2

(Follet, 1981)

Pupuk TSP akan diikat oleh tanah dengan cukup kuat dan relative kurang
tercuci. Kandungan P dalam bentuk P2O5 pada TSP adalah 46 %. TSP merupakan
pupuk fosfat terbaik. Kandungan P paling tinggi dan mudah larut, tetapi memerlukan
biaya tinggi untuk membuatnya.

2.4. Pupuk Majemuk yang mengandung fosfat

Ammonium fosfat ; dihasilkan dari hasil reaksi antara amonia dengan asam fosfat atau
pencampuran fosfor dengan asam sulfat. Ada beberapa jenis pupuk ammonium fosfat
yang

banyak

digunakan,

diantaranya

Monoammonium

Phosphate

(MAP),

Diammonium Phosphate (DAP) dan Ammonium Phosphate-Sulfate.


MAP diperoleh dari hasil reaksi antara amonia dengan asam fosfat serta mengandung
12 % N dan 61 % P2O5,
NH3 + H3PO4 NH4H2PO4
Monoammonium Phosphate (MAP)

Dalam Diammonium Phosphate (DAP) terkandung 21 % N dan 53 % P2O5


2NH3 + H3PO4 (NH4)2HPO4
Diammonium Phosphate (DAP)

Amonia juga dapat direaksikan dengan cara mencampurkan fosfor dengan


asam sulfat yang menghasilkan ammonium phosphate-sulfate yang terdiri dari 16 % N
dan 20 % P2O5.
4H3PO4 + xH2SO4 + (4 + 2x)NH3 4NH4H2PO4.x(NH4)2SO4
Ammonium Phosphate-Sulfate
(Jones, U.S., 1982)

Universitas Sumatera Utara

Bahan utama pupuk amophos adalah monoammonium fosfat. Bentuknya


berupa butiran dan berwarna abu-abu muda. Ada dua macam pupuk amophos, yaitu
amophos A yang mengandung N 11 % dan P2O5 48% serta amophos B yang
mengandung N 16,5 % dan P2O5 20 %. Kedua macam pupuk ini larut dalam air dan
tidak higroskopis.

Pupuk NPK dibuat melalui proses industri berteknologi tinggi sehingga


dihasilkan butiran yang homogen. Setiap butir pupuk Phonska mengandung tiga
macam unsur hara utama yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) yang diperkaya
dengan unsur hara belerang (S) dalam bentuk larut air, sehingga mudah diserap akar
tanaman Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk cepat tersedia yang paling dikenal
saat ini. Bentuk pupuk NPK yang beredar di pasaran adalah pengembangan dari
bentuk-bentuk NPK lama yang kadarnya masih rendah. Kadar NPK yang banyak
beredar adalah 15-15-15, 16-16-16 dan 8-20-15. Kadar lain yang tidak terlalu umum
beredar adalah 6-12-15, 12-12-12, atau 20-20-20.

NPK Mutiara adalah pupuk NPK produk BASF dengan kadar 16-16-16. Pupuk
ini berbentuk butiran berwarna abu-abu dan agak higroskopis. Dalam pemasarannya
pupuk ini dikemas dalam ukuran 1 kg dan 5 kg. Pupuk yang diimpor dari Norwegia
ini termasuk diminati banyak orang (Marsono, 2004).
2.5. Klasifikasi fosfor
Kelarutan fosfor didalam fosfat pembawa yang berbeda akan bervariasi. Kelarutan
pupuk fosfat dalam air tidak selalu menjadi kriteria yang terbaik dalam ketersediaan
unsur ini pada tanaman. Penentuan fosfor tidaklah mudah ketika ketersediaan unsurunsur pupuk ditentukan dengan cepat dalam sampel. Metode kimia yang telah
dikembangkan dimana penilaian yang cukup baik adalah larut dalam air, ketersediaan,
dan kandungan fosfor total dari pupuk.
Istilah yang sering menggambarkan kandungan fosfor dalam pupuk adalah
dengan menentukan kelarutannya dalam air, kelarutan dalam sitrat, tidak larut dalam
sitrat, ketersediaannya dan fosfat total sebagai P2O5. Sampel kecil yang akan dianalisa,

Universitas Sumatera Utara

pertama kali diekstraksi dengan air, kemudian endapannya disaring, dan fosfor yang
terkandung dalam filtrat ditentukan. Kandungan fosfor dari filtrat ditentukan dan
dinyatakan sebagai persentase berat total sampel. Ini mewakili fraksi sampel yang
larut dalam air.
Fosfor yang larut dalam sitrat. Residu tersebut ditambahkan larutan ammonium
sitrat 1 N, kemudian diekstraksi. Kandungan fosfor dari filtrat ditentukan dan
dinyatakan sebagai persentase berat total sampel, ini dinamakan fosfor yang larut
dalam sitrat.
Fosfor tersedia. Jumlah fosfor yang larut dalam air dan larut dalam asam sitrat 2 %
mewakili taksiran yang tersedia untuk tanaman.
Fosfor total. Fosfor total dapat ditentukan secara langsung tanpa langkah langkah
yang digambarkan (Tisdale, 1975). Reaksi penentuan fosfat adalah sebagai berikut :
H3PO4 + 12 H2MoO4 H3P [Mo12 O40 ] + 10 H2O
Biru molibdem
Mo (VI)

Mo (V)

( Hansen, 1981)

2.6.Metode Analisis Kuantitatif fosfat

Ada beberapa metode analisis kuantitatif fosfat, yaitu :


1. Metode asam askorbat
Asam askorbat merupakan salah satu pereduksi yang dapat memberikan warna
kompleks biru yang maksimum (Snell, 1948). Dalam metode asam askorbat,
ammonium molibdat dan kalium antimonil tartarat bereaksi dalam medium asam
dengan larutan sampel membentuk kompleks antimonil fosfomolibdat yang akan
direduksi menjadi kompleks biru-molibdem (molybdenum blue) oleh asam askorbat
dan diukur dengan spektrofotometer pada = 880 nm. Metode asam askorbat ini
dapat digunakan untuk berbagai tipe sampel dan mengalami gangguan yang lebih
sedikit dibandingkan dengan metode SnCl2 (Baush, 1974). Selain itu metode ini lebih

Universitas Sumatera Utara

sederhana, cepat dan akurat. Akan tetapi reagen yang digunakan kurang stabil
(Benhart, 1954).

2.

Metode SnCl2 ( Deniges methods)


SnCl2 merupakan salah satu pereduksi yang mempunyai kesensitifan besar,

tetapi pereaksi ini kurang stabil dan harus digunakan dalam keadaan baru (Abbott,
1963). Dalam metode ini, SnCl2 bereaksi dengan ammonium molibdat membentuk
kompleks berwarna biru yang mengabsorpsi maksimum cahaya pada panjang
gelombang 690 nm. Kepekatan warna yang dihasilkan tergantung pada proporsi
reagen yang ditambahkan, temperatur dan waktu reaksi. Metode ini terganggu oleh
silikat dan arsenit (positif) sedangkan arsenat, fluorida, thorium, bismut, sulfida,
tiosianat (negatif). Warna yang terbentuk lebih stabil dibandingkan dengan metode
asam askorbat.

3.

Metode Vanadat
Fosfat bereaksi dengan vanadat membentuk senyawa kompleks berwarna

kuning. Pencampuran pereaksi vanadat dan molibdat harus dilakukan beberapa hari
sebelum digunakan karena sangat cenderung untuk mengendap. Bahan bahan organik
yang turut tercampur harus terlebih dahulu dihilangkan agar tidak mengganggu warna
yang dihasilkan menggunakan pereaksi pengoksidasi (The tintometer, 1967). Warna
kompleks fosfovanadomolibdat lebih stabil dibandingkan warna kompleks birumolibdem.

4.

Metode hidroquinon molibdat


Salah satu pereduksi yang paling klasik adalah hidroquinon yang pada saat

sekarang ini kurang dianggap penting., namun masih digunakan dalam Association of
Official analytical Chemistry (AOAC). Pada metode ini ammonium molibdat
direaksikan dengan larutan fosfat membentuk ammonium fosfomolibdat berwarna
kuning, kemudian direduksi dengan hidroquinon. Waktu tunggu untuk pembentukan
warna maksimum adalah selama 5 menit.

5.

Metode molibdat-metol ( Tschopps method)

Universitas Sumatera Utara

Metol (-methylamino phenol sulphate) salah satu pereduksi yang cukup stabil
dengan harga yang murah. Dalam metode ini, bila sampel mengandung NO3- lebih
dari 1 mg boleh digunakan Comparator, dan jika lebih dari 3 mg harus menggunakan
pereaksi Neshler. Metode ini 500 kali kurang sensitif terhadap silika dibanding fosfat.
Selain itu reaksi arsenit dan fosfat akan memberi warna yang hampir sama sehingga
arsenit perlu dihilangkan dengan penambahan H2S, diikuti penyaringan dan
penguapan. Komponen lain seperti gula, laktat, citrat, tartarat, oksalat dan garamgaram organik lainnya akan menekan intensitas warna yang dihasilkan sehingga
semua komponen tersebut juga harus dihilangkan terlebih dahulu .

6.

Metode amino-naftol-asam sulfonat


Metode ini didasarkan atas modifikasi dari Fisk dan prosedur Subbarow.

Fosfat anorganik direaksikan dengan ammonium molibdat, selanjutnya direduksi


dengan amino-naftol-asam sulfonat sehingga dihasilkan kompleks berwarna biru (The
tintometer, 1967). Metode ini pada umumnya kurang sensitif. Waktu reaksi yang
diperlukan untuk pengembangan warna adalah 15 menit (Snell, 1948).

7.

Metode Valin Vanadomolibdat Tablet


Metode ini telah disederhanakan dengan menggunakan pereaksi dalam bentuk

tablet. Sama halnya seperti vanadat, kompleks yang dihasilkan berwarna kuning
(The tintometer, 1967)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai