Anda di halaman 1dari 5

KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA DI LINGKUNGAN FAKULTAS

PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Dalam KBBI edisi ketiga (1990) dijelaskan yang dimaksud dengan kesantunan adalah
kehalusan dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya). Sedangkan menurut Zamzani,dkk.
(2010: 2) kesantunan (politeness) merupakan perilaku yang diekspresikan dengan cara yang
baik atau beretika. Tujuan kesantunan, termasuk kesantunan berbahasa, adalah membuat
suasana berinteraksi menyenangkan, tidak mengancam muka dan efektif. Kesantunan
berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi lewat tanda verbal atau tatacara berbahasa.
Ketika berkomunikasi, kita tunduk pada norma-norma budaya, tidak hanya sekedar
menyampaikan ide yang kita pikirkan. Tatacara berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur
budaya yang ada dalam masyarakat tempat hidup dan dipergunakannya suatu bahasa dalam
berkomunikasi. Apabila tatacara berbahasa seseorang tidak sesuai dengan norma-norma
budaya, maka ia akan mendapatkan pandangan negatif. Chaer (2010: 63) menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan skala kesantunan adalah peringkat kesantunan, mulai dari yang tidak
santun sampai dengan yang paling santun. Rahardi (2005: 66-67) menyebutkan bahwa
sedikitnya terdapat tiga macam skala pengukur peringkat kesantunan yang sampai saat ini
banyak digunakan sebagai dasar acuan dalam penelitian kesantunan. Diri sendiri adalah
penutur, dan orang lain adalah lawan tutur, dan orang ketiga yang dibicarakan penutur dan
lawan tutur.
Di dunia pendidikan terutama di lingkungan kampus, kesantunan berbahasa memiliki
peran penting dalam kemampuan berbahasa mahasiswa. Apabila seorang mitra tutur
menafsirkan maksud dari penutur tanpa memperhatikan konteks maka dapat dikatakan orang
itu belum menangkap informasi atau tujuan apa yang disampaikan oleh penutur. Begitu pula
dengan penutur, jika ia berbicara seenaknya saja sekedar basa basi tanpa memperhatikan
konteks, maka tujuan dari tuturan tersebut tidak tercapai. Sebagai mahasiswa tatanan bahasa
dalam bertindak tutur harus dijaga dengan baik, untuk menghormati norma-norma yang
ada di lingkungan pendidikan, karena sikap kita dalam memilih bahasa dalam bertindak
tutur akan menunjukkan rasa

hormat

kita

terhadap

lawan

tutur

kita. Kegiatan

berkomunikasi secara santun sangat diperlukan oleh mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya dalam berinteraksi dengan sesama, orang yang lebih tua,
dosen serta karyawan. Beberapa hal yang menjadi permasalahan utama dalam kesantunan
berbahasa mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan diantaranya adalah kurangnya
kesadaran mahasiswa dalam menggunakan kesantunan dalam berbahasa, kurangnya minat

mahasiswa terhadap pembelajaran bahasa serta keterbatasan kemampuan mahasiswa dalam


memahami kesantunan berbahasa.
Dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat, komunikasi lisan kini
beralih menggunakan SMS atau chat dengan dalih lebih cepat dan hemat. Banyak mahasiswa
menggunakan bentuk-bentuk dan gaya yang kurang memperhatikan kesantunan berbahasa
dalam berkomunikasi menggunakan SMS atau chat. Terutama ketika berkomunikasi dengan
dosen. Seperti sms seorang mahasiswa kepada dosen, Siang ini jadi ada kelas pengganti?
Tuturan itu terasa kurang santun bahkan bentuk kalimat, pilihan kata yang digunakan
cenderung tidak formal, bentuk pertanyaan tersebut merupakan bentuk pertanyaan yang tidak
lengkap unsurnya sehingga menimbulkan ketidakjelasan terhadap apa yang ditanyakan.
Kalimat tanya itu akan lebih jelas dan lebih santun apabila diungkapkan secara lengkap Saya
ingin mengonfirmasi apakah nanti siang diadakan kelas pengganti atau tidak. Contoh di atas
memberi sedikit gambaran kepada kita bahwa mahasiswa sekarang kurang cermat dalam
memilih kata, bentuk kalimat, meskipun sudah merasa akrab dengan dosen yang dituju tetap
saja harus memperhatikan kesantunan berbahasa. Budayakan menggunakan kata salam, maaf,
terima kasih dan alasan yang jelas.
Di bawah ini merupakan contoh dari tuturan tidak santun antara mahasiswa dengan
dosen/karyawan yang ada di lingkungan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan :
1. Tuturan tidak santun yang melanggar maksim kebijaksanaan (Tact Maxim)
Seorang mahasiswa sedang memesan segelas kopi di kantin
Mahasiswa : Cepet pak keburu kelas!
Tuturan pada Cepet pak tuturan tersebut mengandung makna bahwa kalimat perintah
yang diucapkan mahasiswa tersebut membutuhkan tindakan dari pihak karyawan kantin
sebagai petutur, tingkat kelangsungan yang sangat tinggi dalam pilihan kalimat tanya
tersebut membuat karyawan kantin seolah-olah diperintah untuk memberikan informasi
kepada mahasiswa, hal ini dirasa

tidak

sopan

karena

telah

melanggar

prinsip

kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan.


2. Tuturan Tidak Santun yang Melanggar Maksim Penghargaan atau Pujian (Approbation
Maxim)
Seorang mahasiswa sedang mengobrol dengan dosen muda di kelas untuk menyelesaikan
project yang diberikan oleh dosen yang lebih tua (Pak Rudi)
Mahasiswa : Oalah pak pak, lha daripada sampean dimalu-maluin sama Pak Rudi.
Tuturan yang diucapkan mahasiswa di atas merupakan tuturan yang tidak santun karena
mahasiswa melanggar maksim pujian dengan mengecam dosen muda terhadap dosen yang
lebih tua dengan kalimat yang tidak pantas diucapkan oleh mahasiswa kepada dosen.
3. Tuturan Tidak Santun yang Melanggar Maksim Kesepakatan (Aggrement Maxim)

Seorang mahasiswa sedang berada di fotocopy fakultas untuk mengeprint dan menjilid
laporannya.
Karyawan fotocopy : Le, mending ngejilid ndek sini ae. Ngeprint o dulu ndek luar terus
ngejilid ndek sini, biar cover e sama kayak temen e yang lain. (Le, mending ngejilid di
sini saja. Ngeprint dulu di luar terus ngejilidnya di sini biar covernya sama dengan teman
yang lain.)
Mahasiswa : Duh males bolak-balik e mbak, tambah ribet ae! (Aduh, malas kalo bolakbalik mbak, makin ribet aja.)
Tuturan Duh males bolak-balik e mbak merupakan tuturan
diucapkan

tidak

mahasiswa karena telah memperbesar ketidaksepakatan

santun

yang

dengan

tidak

menyetujui hal yang telah dipaparkan oleh karyawan fotocopy.


4. Tuturan Tidak Santun yang Melanggar Maksim Kesimpatian (Sympathy Maxim)
Percakapan seorang dosen dengan mahasiswa saat berada di kelas.
Dosen : Nggak ada yang rencana daftar jadi asisten Mikrobiologi?
Mahasiswa : Gak.
Tuturan Gak. merupakan tuturan tidak santun yang diucapkan
melanggar

maksim simpati yang terlihat

dari

kallimat singkat

mahasiswa, karena
dalam menjawab

pertanyaan dosen, hal ini terasa mahasiswa antipati terhadap pertanyaan yang ditawarkan
dosen sehingga mahasiswa terkesan acuh terhadap pertanyaan dari kebiasaan bersosial dan
berkomunikasi di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat haruslah memperhatikan
dengan siapa kita berbicara dan dimana sedang berbicara, sehingga sebagai makhluk sosial
dapat menjaga kesantunan dimana berada. Apa yang dikatakan sopan pada pihak
pendengar atau penyimak, bisa saja tidak sopan pada pihak pembicara, demikian pula
sebaliknya.
Tidak sedikit pula mahasiswa yang membawa bahasa khas daerah atau bahasa gaul di
lingkungan fakultas, dan kebanyakan dijumpai bahasa yang tidak sopan, seperti Bodat dalam
bahasa Batak memiliki arti bodoh, Jancok yang merupakan kata kasar dari Jawa untuk
mengumpat sesuatu atau seseorang, loe gue anjir yang merupakan bahasa gaul berasal dari
Jawa Barat dan paling sering terdengar di lingkungan fakultas. Mahasiswa Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan masih belum mampu belajar untuk menempatkan dirinya dan secara tidak
langsung bahasa yang mereka gunakan mampu mendoktrin pola pikir/sikap mahasiswa yang
lain. Tak jarang dijumpai pola hidup mahasiswa yang awalnya biasa saja kini menjadi sosok
yang hedon atau alay, harus mengikuti perkembangan jaman dan berlomba-lomba untuk
mendapatkan predikat mahasiswa terhits.

Fenomena ini sangat ironis, mengingat generasi muda merupakan generasi penerus
bangsa. Alangkah baiknya mahasiswa memiliki peran penting untuk menggeser adanya
bahasa yang tidak sopan yang dapat merusak tatanan bahasa Indonesia. Jika fenomena ini
terus berlanjut maka dapat merugikan mahasiswa itu sendiri, disamping dinilai sebagai sosok
yang kurang sopan, mahasiswa dapat menyulitkan dirinya sendiri di bidang akademik seperti
pada saat pembuatan tulisan PKM atau skripsi, karena bahasa yang digunakan tidak sesuai
dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Kurangnya kesantunan berbahasa pada
percakapan mahasiswa dengan dosen, karyawan atau orang yang lebih tua di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan masih terbilang tinggi, baik kesantunan waktu di dalam kelas
ataupun di luar kelas, tuturan yang kurang santun atau bahkan yang sarkasme masih sering
dijumpai di lingkungan fakultas. Kesantunan bahasa yang kurang baik juga memiliki
pengaruh yang besar terhadap cara pandang, perilaku serta pola hidup mahasiswa Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bahasa dalam bertutur yang digunakan dapat dikatakan sangat
tidak santun apabila sering bertutur misuh, kasar dan sangat tidak enak didengar di waktu dan
tempat yang tidak tepat. Hal ini dikarenakan bahasa dapat menunjukkan pribadi, karakter,
watak seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang diucap. Sehingga diharapkan
mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya dapat bertutur
dengan mitra tuturnya mulai dari sesama mahasiswa, karyawan ataupun dosen untuk tidak
mengabaikan prinsip sopan santun.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta


Leech, Geoffrey. 2011. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan dari The Principles of
Pragmatics oleh M. D. D. Oka. UI-Press
Leech, Geoffrey. 1989. The Principles of Pragmatics. London and New York
Pusat Bahasa Depdiknas. 1990. Kamus Besar Berbahasa Indonesia Edisi ke-3. Jakarta: Balai
Pustaka
Zamzani, dkk. 2010. Pengembangan Alat Ukur Kesantunan Bahasa Indonesia dalam
Interaksi Sosial Bersemuka dan Non Bersemuka. Laporan Penelitian Hibah Bersaing
(Tahun Kedua). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Rahardi, R. Kunjana. 2005. Sosiopragmatik. Yogyakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai