hormat
kita
terhadap
lawan
tutur
kita. Kegiatan
berkomunikasi secara santun sangat diperlukan oleh mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya dalam berinteraksi dengan sesama, orang yang lebih tua,
dosen serta karyawan. Beberapa hal yang menjadi permasalahan utama dalam kesantunan
berbahasa mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan diantaranya adalah kurangnya
kesadaran mahasiswa dalam menggunakan kesantunan dalam berbahasa, kurangnya minat
tidak
sopan
karena
telah
melanggar
prinsip
Seorang mahasiswa sedang berada di fotocopy fakultas untuk mengeprint dan menjilid
laporannya.
Karyawan fotocopy : Le, mending ngejilid ndek sini ae. Ngeprint o dulu ndek luar terus
ngejilid ndek sini, biar cover e sama kayak temen e yang lain. (Le, mending ngejilid di
sini saja. Ngeprint dulu di luar terus ngejilidnya di sini biar covernya sama dengan teman
yang lain.)
Mahasiswa : Duh males bolak-balik e mbak, tambah ribet ae! (Aduh, malas kalo bolakbalik mbak, makin ribet aja.)
Tuturan Duh males bolak-balik e mbak merupakan tuturan
diucapkan
tidak
santun
yang
dengan
tidak
dari
kallimat singkat
mahasiswa, karena
dalam menjawab
pertanyaan dosen, hal ini terasa mahasiswa antipati terhadap pertanyaan yang ditawarkan
dosen sehingga mahasiswa terkesan acuh terhadap pertanyaan dari kebiasaan bersosial dan
berkomunikasi di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat haruslah memperhatikan
dengan siapa kita berbicara dan dimana sedang berbicara, sehingga sebagai makhluk sosial
dapat menjaga kesantunan dimana berada. Apa yang dikatakan sopan pada pihak
pendengar atau penyimak, bisa saja tidak sopan pada pihak pembicara, demikian pula
sebaliknya.
Tidak sedikit pula mahasiswa yang membawa bahasa khas daerah atau bahasa gaul di
lingkungan fakultas, dan kebanyakan dijumpai bahasa yang tidak sopan, seperti Bodat dalam
bahasa Batak memiliki arti bodoh, Jancok yang merupakan kata kasar dari Jawa untuk
mengumpat sesuatu atau seseorang, loe gue anjir yang merupakan bahasa gaul berasal dari
Jawa Barat dan paling sering terdengar di lingkungan fakultas. Mahasiswa Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan masih belum mampu belajar untuk menempatkan dirinya dan secara tidak
langsung bahasa yang mereka gunakan mampu mendoktrin pola pikir/sikap mahasiswa yang
lain. Tak jarang dijumpai pola hidup mahasiswa yang awalnya biasa saja kini menjadi sosok
yang hedon atau alay, harus mengikuti perkembangan jaman dan berlomba-lomba untuk
mendapatkan predikat mahasiswa terhits.
Fenomena ini sangat ironis, mengingat generasi muda merupakan generasi penerus
bangsa. Alangkah baiknya mahasiswa memiliki peran penting untuk menggeser adanya
bahasa yang tidak sopan yang dapat merusak tatanan bahasa Indonesia. Jika fenomena ini
terus berlanjut maka dapat merugikan mahasiswa itu sendiri, disamping dinilai sebagai sosok
yang kurang sopan, mahasiswa dapat menyulitkan dirinya sendiri di bidang akademik seperti
pada saat pembuatan tulisan PKM atau skripsi, karena bahasa yang digunakan tidak sesuai
dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Kurangnya kesantunan berbahasa pada
percakapan mahasiswa dengan dosen, karyawan atau orang yang lebih tua di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan masih terbilang tinggi, baik kesantunan waktu di dalam kelas
ataupun di luar kelas, tuturan yang kurang santun atau bahkan yang sarkasme masih sering
dijumpai di lingkungan fakultas. Kesantunan bahasa yang kurang baik juga memiliki
pengaruh yang besar terhadap cara pandang, perilaku serta pola hidup mahasiswa Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bahasa dalam bertutur yang digunakan dapat dikatakan sangat
tidak santun apabila sering bertutur misuh, kasar dan sangat tidak enak didengar di waktu dan
tempat yang tidak tepat. Hal ini dikarenakan bahasa dapat menunjukkan pribadi, karakter,
watak seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang diucap. Sehingga diharapkan
mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya dapat bertutur
dengan mitra tuturnya mulai dari sesama mahasiswa, karyawan ataupun dosen untuk tidak
mengabaikan prinsip sopan santun.
DAFTAR PUSTAKA