Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN
Magnetic Levitation Train sebagai salah satu alat transportasi modern
memanfaatkan magnet dalam pergerakannya. Disini akan dijelaskan teori-teori
yang terkait dengan prinsip kerja dari Magnetic Levitation Train.
A. Magnet
Magnet merupakan sutau objek yang memiliki medan magnet yang dapat
menarik material berjenis logam. Magnet barasal dari kata magnesia yang
merupakan nama suatu daerah di Asia kecil yang menjadi tempat ditemukannya
magnet untuk pertama kali. Sebuah magnet terdiri dari magnet-magnet kecil yang
tersusun teratur (disusun dengan arah yang sama), magnet-magnet kecil ini
disebut magnet elementer. Pada logam biasa (bukan magnet) megnet
elementernya tersusun sembarang atau tidak sejajar, magnet-magnet elementer
tersebut bersifat saling meniadakan, sehingga logam tidak memiliki kutub-kutub
magnet. Magnet memiliki kutub pada kedua ujung-ujungnya,yaitu kutub positif
dan kutub negative. Ujung-ujung magnet ini memiliki sifat kemagnetan yang
paling tinggi.
B. Medan Magnetik
Medan magnet merupakan daerah disekitar magnet yang dipengaruhi oleh
gaya-gaya magnet. Young & Freedman (2001) menyatakan :
Medan magnetic adalah sebuah medan vector, yakni, sebuah kuantitas vector
yang di asosiasikan dengan setiap titik dalam ruang. Kita akan menggunakan

symbol

untuk medan magnetic. Di sembarang posisi, arah

didefenisikan sebagai arah yang cenderung ditunjuk oleh kutub utara sebuah
magnet kompas.
Sebuah partikel yang tidak bergerak tidak memiliki gaya magnetic. Dalam

suatu medan magnet, gaya magnetic F selalu tegak lurus terhadap

maupun

v .

Gambar 1. Saat

berada
pada sudut terhadap B
v

Sumber: Young & Freedman (2001)


v B
F = |q| = |q|
Dimana

arah

|q|

v B
sin

= besarnya muatan (C) ,

(1)

= sudut yang di ukur dari

ke arah B .

Dan gaya magnetic pada sebuah partikel bermuatan yang bergerak :

F = qxv

(2)

Satuan SI dari B

adalah equivalen dengan 1N . s/C . m, atau karena 1 A

adalah satu coulomb per detik (1A=1C/s), 1 N/A.m. satuan ini dinamakan
tesla (disingkat T), untuk menghormati Nikola Tesla(1857-1943), seorang
ilmuwan keturunan Amerika-Serbia dan seorang penemu :
1 tesla = 1 T =1 N/A.m

Satuan cgs dari B , yakni gauss (1 G = 10-4 T).

C. Induksi Magnet
Dhina (2013) menyatakan bahwa:
Jika sebuah penghantar dialiri arus listrik maka disekitar kawat
penghantar akan timbul medan magnet. Hal ini dikemukakan oleh
Hans Christian Oersted (1777-1851) melalui percobaannya yang
dikenal dengan percobaan Oersted. Oersted menyimpulkan bahwa
disekitar arus listrik terdapat medan magnet atau perpindahan
muatan listrik menimbulkan medan magnet.
Arah garis-garis medan magnet atau arah induksi magnet yang
ditimbulkan oleh arus listrik tersebut dapat ditentukan dengan
kaidah tangan kanan. Jika arah ibu jari menunjukkan arah arus
listrik maka arah lipatan jari lainnya menunjukkan arah medan
magnet atau arah induksi magnetic.

Gambar 2. Kaidah tangan kanan


Sumber: http://pepustakaancyber.blogspot.com
Jika suatu bahan magnetic diletakkan dalam medan luar
akan dihasilkan medan tersendiri sebesar

H '

H
, makan

yang meningkatkan nilai

total medan magnetic bahan tersebut. Induksi magnetic yang didefenisikan


sebagai medan total bahan ditulis sebagai
B =
Hubungan medan sekunder

H '

H
+ H'
= 4M, satuan

(3)
B

dalam cgs adalah

gauss dan dalam SI adalah tesla (T).

D. Superkonduktivitas
Sifat superkonduktor yang paling dikenal yaitu hilangnya semua resistansi
pada material jika material didingingkan hingga mencapai suhu dibawah suhu
kritis (Tc). Pada tahun 1933 Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan
bahwa suatu superkonduktor akan menolak medan magnet. Sebagaimana
diketahui, apabila suatu konduktor digerakkan dalam medan magnet, suatu arus
induksi akan mengalir dalam konduktor tersebut. Prinsip inilah yang kemudian
diterapkan dalam generator. Akan tetapi, dalam superkonduktor arus yang
dihasilkan tepat berlawanan dengan medan tersebut sehingga medan tersebut tidak
dapat menembus material superkonduktor tersebut. Hal ini akan menyebabkan
magnet tersebut ditolak. Fenomena ini dikenal dengan istilah diamagnetisme dan
efek ini kemudian dikenal dengan efek Meissner. Efek Meissner ini sedemikian
kuatnya sehingga sebuah magnet dapat melayang karena ditolak oleh
superkonduktor.
E. Efek Meissner Magnet Levitation
Efek Meissner menunjukkan bahwa medan magnet di dalam sebuah logam
superkonduktor seolah-olah sama dengan nol. Oleh karena itu, kita dapat
menuliskan persamaan untuk medan magnet dalam logam superkonduktor sebagai
berikut :
F.
G.
H.
I.
J.
K.

B = Bac + 4M = 0 (dalam system satuan CGS) atau


B = Bac + 0M = 0 (dalam system msatuan SI)
Dengan Bac = medan magnet kritis dan M= magnetisasi.
Dari persamaan di atas dapat medan magnet dari luar (Bac) yaitu :
Bac = - 4 M (dalam system satuan CGS) atau
Bac = - 0M (dalam system satuan SI)
-7

L. Dimana 0 = permeabilitas ruang hampa = 4 x 10 Wb/A.m dan

(4)

(5)
=

permitivitas ruang hampa = 8,854 x 10-12 F/m.


Berdasarkan sifat magnetisasi bahan superkonduktor dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Superkonduktor Tipe I
Tipe superkonduktor ini sering disebut sebagai superkonduktor
lunak. Memiliki kharakteristik efek meissner secara utuh, yaitu pada
saat suhu superkonduktor lebih kecil dari suhu kritisnya, maka

superkonduktor memiliki resistansi nol dan menolak semua medan


magnet luar. Tetapi jika medan magnet itu diperbesar sampai tepat
sama

dengan

medan

superkonduktivitasnya

magnet
langsung

kritisnya
rusak

(Bac),

atau

maka

hilang.

sifat

Sehingga

magnetisasi (M) dari superkonduktor langsung jatuh ke nol. Nilai Bac


superkonduktor ini sangat kecil yaitu sekitar 0,1 Tesla. Bahan
superkonduktor tipe I ini kebanyakan adalah unsur tunggal.
2. Superkonduktor Tipe II
Superkonduktor tipe ini memiliki suhu kritis (Tc) yang lebih tinggi
dan memiliki nilai Bac yang jauh lebih besar daripada nilai Bac
superkonduktor tipe I, yang mengirimkan medan magnetic jauh lebih besar
tanpa merusak keadaan superkonduksi itu. Superkonduktor tipe II
memiliki dua medan magnet kritis yaitu Bac1 dan Bac2.
E. Efek Meissner pada Magnetic Levitation
Magnetic Levitation berkaitan erat dengan efek meissner, Efek meissner yang
ditemukan pada tahun 1933 oleh Meissner merupakan efek yang terjadi dalam
superkonduktor yakni material yang memiliki resistansi nol pada suhu di bawah
suhu kritisnya. Medan magnet eksternal yang seharusnya melakukan penetrasi
dalam bahan menjadi terblokade dan mengalir diluar bahan dan dekat ke
permukaan bahan sampai kedalaman London (London depth). London depth
merupakan jarak yang ditimbulkan pada saat medan magnet akan menembus
superkonduktor, jarak ini sangat kecil pada umumnya beriksar 100 nm.

Gambar 5. Efek Meissner

Sumber:// maglevworld.wordpress.com
Efek Meissner ini sangat kuat sehingga magnet dapat melayang karena ditolak
oleh superkonduktor. Medan magnet ini tidak boleh terlalu besar, jika medan
magnetnya terlalu besar maka efek meissner ini akan hilang dan material akan
hilang sifat superkonduktifitasnya.

BAB III
PENGERTIAN MAGLEV
A. Kereta Maglev
Kereta maglev (singkatan dari magnetically levitated trains, dalam bahasa
Indonesia disebut kereta api levitasi magnetik) adalah jenis kereta api yang
mengambang secara magnetik. Sering juga disebut kereta api magnet.

Seperti namanya, prinsip dari kereta api ini adalah memanfaatkan gaya magnet
untuk mengangkat kereta sehingga mengambang, tidak menyentuh rel sehingga
gaya gesek dapat dikurangi. Kereta maglev juga memanfaatkan magnet sebagai
pendorong. Dengan kecilnya gaya gesek dan besarnya gaya dorong, kereta ini
mampu melaju dengan kecepatan sampai 600 km/jam, jauh lebih cepat dari kereta
biasa. Beberapa negara yang telah mengembangkan kereta api jenis ini adalah
Tiongkok, Jepang, Perancis, Amerika, dan Jerman. Dikarenakan mahalnya
pembuatan rel magnetik, di dunia pada tahun 2015 hanya ada dua jalur Maglev
yang dibuka untuk transportasi umum, yaitu Shanghai Transrapid di Tiongkok dan
Linimo di Jepang.
B. Teknologi
Ada tiga jenis teknologi maglev:

tergantung pada magnet superkonduktivitas (suspensi elektrodinamik);

tergantung pada elektromagnetik terkontrol (suspensi elektromagnetik);


atau yang

terbaru, mungkin lebih ekonomis, menggunakan magnet permanen


(Inductrack).

Jepang dan Jerman merupakan dua negara yang aktif dalam pengembangan
teknologi maglev menghasilkan banyak pendekatan dan desain. Dalam suatu
desain, kereta dapat diangkat oleh gaya tolak magnet dan dapat melaju dengan
motor linear.
Pengambangan magnetik menggunakan elektromagnet atau magnet permanen
tidak stabil karena teori Earnshaw; Diamagnetik dan magnet superkonduktivitas
dapat menopang maglev dengan stabil.
Medan elektromagnet juga mempengaruhi rancang bangun kereta. Medan
magnet yang sangat kuat dibutuhkan untuk mengangkat kereta yang berat.

Efek dari medan magnetik yang kuat tidak diketahui banyak. Oleh karena itu
untuk keamanan penumpang, pelindungan dibutuhkan, yang dapat menambah
berat kereta. Konsepnya mudah namun teknik dan desainnya kompleks.
Sistem yang lebih baru dan tidak terlalu mahal disebut Inductrack. Teknik
ini memiliki kemampuan membawa beban yang berhubungan dengan
kecepatan kendaraan, karena ia tergantung kepada arus yang diinduksi pada
sekumpulan elektromagnetik pasif oleh magnet permanen. Dalam contoh,
magnet permanen berada di gerbong; secara horizontal untuk menciptakan
daya angkat, dan secara vertikal untuk memberikan kestabilan. Sekumpulan
kabel putar berada di rel. Magnet dan gerbong tidak membutuhkan tenaga,
kecuali untuk pergerakan gerbong. Inductrack pada awalnya dikembangkan
sebagai motor magnetik dan penopang untuk "flywheel" untuk menyimpan
tenaga. Dengan sedikit perubahan, penopang ini diluruskan menjadi jalur
lurus. Inductrack dikembangkan oleh fisikawan Wiliiam Post di Lawrence
Livermore National Laboratory.
Inductrack menggunakan array Halbach untuk penstabilan. Array Halbach
adalah pengaturan dari magnet permanen yang menstabilisasikan putaran kabel
yang

bergerak

tanpa

penstabilan

elektronik.

Array

Halback

mulanya

dikembangkan untuk pembimbing sinar dari percepatan partikel. Mereka juga


memiliki medan magnet di pinggir rel, dan mengurangi efek potensial bagi
penumpang.
Sekarang ini, NASA melakukan riset penggunaan sistem Maglev untuk
meluncurkan pesawat ulang alik. Untuk dapat melakukan ini, NASA harus
mendapatkan peluncuran pesawat ulang alik maglev mencapai kecepatan
pembebasan, suatu tugas yang membutuhkan pewaktuan pulse magnet yang rumit
(lihat coilgun) atau arus listrik yang sangat cepat, sangat bertenaga.
C. Sistem Kerja Magnetic Levitation Train
Sistem kereta api Maglev memiliki tiga kompenen utama yaitu:
1. Sumber daya listrik
2. Kumparan logam

3. Guideway
System kerja Magnetic Levitation Train memanfaatkan 2 prinsip
magnet yaitu gaya tarik magnet dan gaya tolak magnet. Ada dua buah
system kerja dari maglev train ini sehingga ia dapat mengambang atau
melayang di atas rel nya yaitu: Electromagnetic Suspension (EMS) yang
dikembangkan di Negara Jerman dan Electrodinamic Suspension (EDS)
yang dikembangkankan di Negara Jepang. Pada saat sekarang ini ada
sebuah system baru yang sedang dikembangkan yaitu system Inductrack,
yaitu menggunakan magnet tetap, namun cara ini belum diterapkan. Yang
banyak dikembangkan dan digunakan saat ini yaitu system EDS karena
lebih stabil, sehingga disini system EDS akan dibahas lebih rinci.

1. Electromagnetic Suspension (EMS)


System

kerja

dari

Electromagnetic

Suspension

(EMS)

memanfaatkan gaya tarik magnet. Dimana bagian-bagian pada rel


kereta yaitu beam (balok rel) dan levitations rails yang merupakan
bagian rel penuntun. Bagian-bagian pada gerbong kereta yaitu support
magnet

(magnet

pendukung),

guidance

magnets

(magnet

penuntun),dan vehicle ( gerbonh kereta). Antara rel dengan gerbong


terdapat air gap vertical dan air gap horizontal. (Hamid.2012)

Gambar 8. Schematic diagram of EMS Maglev system


9

Sumber: Yaghoubi, Hamid.2012. Practical Aplications Of Magnetic


Levitation Tecnologi. Iran: IMT.
Pada Electromagnetic suspension (EMS) magnet berada pada
badan kereta. Electromagnet pada badan kereta berintekasi dan
menarik levitation rails pada guideway (jalur pemandu), hal ini
mempertahankan posisi kereta secara horizontal. Electromagnet pada
bagian bawah kereta dipasang mengarah langsung ke jalur pemandu,
yang mengambangkan kereta sekitar 1 cm di atas jalur pemandu dan
menjaga kereta agar tetap mengambang bahkan di saat kereta tidak
bergerak. Saat bergerak dorongan kedepan didapatkan melalui
interaksi antara rel magnetic dengan mesin induksi. Namun cara ini
kurang stabil sehingga jarak antara rel dengan gerbong harus selalu di
control kerena ketika daya magnet berkurang gerbong dapat turun dan
menabrak rel. (Hamid.2012)

Gambar 9. Maglev Train dengan EMS sistem


Sumber: http://ilmumum.blogspot.com
Magnetic Levitation Train dengan system EMS ini dikembangkan di
Negara Jerman.
2. Electrodinamic Suspension (EDS)
EDS (electrodinamik suspension) memanfaatkan gaya tolak
magnet.

System

ini

menggunakan

magnet

superkonduktor.

10

Superkonduktor memiliki sifat yang menarik yaitu sifat Efek Meissner,


yaitu efek pada bahan superkonduktor yang berada dibawah suhu
kritisnya(Tc). Bahan superkonduktor menjadi bagian pada badan
kereta sedangkan magnet terdapat pada relnya. Sistem EDS ini
menggunakan nitrogen cair yang digunakan untuk mendinginkan
bahan superkonduktor sehingga bahan superkonduktor mencapai suhu
di bawah suhu kritis (Tc). Pada saat suhu bahan superkonduktor berada
dibawah suhu kritisnya, maka bahan superkonduktor akan memiliki
resistansi nol (0) dan akan menolak medan magnet disekitarnya.

Gambar 10. Electrodinamik Suspension System


http://maglevworld.wordpress.com
Pada gerbong kereta bagian bawah terdapa Levitation Magnets yang
berhadapan dengan magnet yang terdapat pada rel, magnet ini saling
tolak-menolak sehingga membuat kereta melayang di atas relnya.
Hamid (2012) menyatakan: pada bagian rel kereta terdapat
beam sebagai dinding pemandu, levitation and guidance coil
(kumparan penuntun kereta), propulsion coil (kumparan penggerak
kereta) dan wheel support path (bagian rel pendukung).

11

Gambar 11. Schematic diagram of EDS Maglev system


Yaghoubi, Hamid.2012. Practical Aplications Of Magnetic Levitation
Tecnologi. Iran: IMT.
Pada saat diam kereta magnet ini tidak melayang di atas rel
melainkan diam berdiri di atas rel nya. Saat akan bergerak magnet
superkonduktor dinyalakan, kemudian kereta mulai mengambang
sekitar 100 mm di atas rel. Magnet superkonduktor mengatur posisi
kereta agar tepat berada di tengah jalur giudeaway nya kemudian
computer

pada

sisitem

control

mengunci

posisi

kereta

dan

mengstabilkan magnet superkonduktor agar posisi kereta tidak


berubah. Kemudian daya listrik diberikan ke kumparan dalam dindingdinding jalur pemandu yang menciptakan medan magnet yang dapat
menarik dan mendorong kereta sepanjang jalur pemandu.
Arus listrik yang diberikan ke kumparan pada dinding jalur
pemandu secara berganti-ganti mengubah polaritas kumparan magnet.
Perubahan polaritas ini menyebabkan medan magnetik di depan kereta
menarik kereta ke depan, sementara medan magnet di belakang kereta
menambahkan gaya dorong ke depan.

12

Gambar 12.sistem control EDS system


http://prinsipkereta.webatu.com/keretamagnet.html
Polaritas kumparan yang berubah menghasilkan gaya megnet
yang saling tarik menarik dan saling tolak menolak, seperti pada
gambar A di atas interaksi antara magnet pada rel dengan kereta
menghasilkan gaya tarik oleh magnet tidak sejenis di bagian depan
terhadap gerbong yang menarik kereta ka arah depan (ditunjukkan oleh
garis hijau) dan magnet di bagian belakang menghasilkan gaya tolak
terhadap megnet sejenis pada gerbong yang menjadi gaya dorong
dalam pergerakan kereta (ditunjukkan oleh garis biru). Pada gambar B
ditunjukkan system yang membuat kereta tetap melayang di atas rel
nya dengan gaya tolak yang dihasikan oleh magnet superkonduktor
dari bagian badan kereta terhadap guideway nya, magnet pada sisi jalur
pemandu menjaga agar kereta tetap melayang, apabila posisi kereta
turun maka magnet berlawan pada sisi dinding pemadu bagian atas
dengan magnet pada sisi gerbong akan menarik gerbong ke atas
(ditunjukkan oleh garis hijau) dan magnet bagian bawah dinding
pemandu yang sejenis dengan magnet pada sisi gerbong akan
menolaknya (ditunjukkan oleh garis biru) sehingga posisi gerbong
akan tetap terangkat atau melayang di atas rel nya. Selain itu dinding
jalur pemandu ini juga berfungsi mempertahankan posisi kereta di
jalur guideway nya, saat kereta oleng ke kiri maka dinding pemandu
sebelah kiri akan memiliki sifat magnet yang akan menolak kereta dan
13

sifat magnet pada dinding sebelah kanan akan menarik kereta,


sehingga posisi kereta selalu dipertahankan. System ini lebih stabil
karena daya angkat pada system tidak hanya dihasilkan dari rel atau
guideway nya saja tetapi juga dihasilkan dari gerbong kereta itu
sendiri.
Kecepatan kereta Maglev ini dari awal bergerak hingga akhir
memiliki kecepatan yang bervariasi. Variasi kecepatan ini diatur
dengan mengatur frekuensi dari arus bolak-balikyang melalui
kumparan.

Gambar 13. Maglev Train dengan EDS system saat bergerak


Sumber: http://prisnsipkereta.webatu.com
Cara penghentian dari kedua system kereta maglev ini sama seperti
dengan cara ia bergerak yaitu menggunakan induksi magnetic pada
kumparan dengan memberikan tolakan antara kutub yang sama. Pada saat
akan berhenti medan magnet dari kumparan ini dirubah atau dibalik,
sehingga akan menimbulkan efek pengereman dan kereta akan berhenti.
Maglev train memiliki system control (control room) yang terhubung
dengan control pusat melalui system transmisi radio yang

berfungsi

menjaga keselamatan kereta, mengatur perpindahan jalur rel. Kereta


maglev ini memiliki system rem dinamis, dengan bantalan rem untuk

14

berhenti, untuk kebutuhan darurat setiap gerbong dilengkapi dengan empat


cakram per sebagai rodanya, dan bantalan rem cadangan. Struktur atau
bentuk dari bagian depan kereta ini dirancang seperti mulut lumba-lumba
yang ramping untuk mengurangi hambatan udara (drag udara), sehingga
maglev train dapat meluncur seperti peluru.(Irham. 2013)

D. Kekurangan dan Kelebihan Magnetic Levitation Train


1. Kelebihan maglev train
a.
b.
c.
d.

Mampu melayang di atas rel


Kecepatannya yang sangat tinggi mencapai 500 km/jam (310mph)
Penghematan biaya perawatan karena tidak akan ada pergantian rel
Tidak adanya gaya resistansi akibat gesekan

e. Tidak membutuhkan bahan bakar fosil


2. Kekurangan maglev train
a. Kebisingan yang ditimbulkan saat bergerak hampir sama dengan
sebuah jet (lebih bising sekitar 5 dB dari kereta konvensioanl
biasa)
b. Mahalnya investasi terutama pada pengadaan rel

15

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori fisika yang terkait dengan prinsip kerja dari maglev train ini secara garis
besar yaitu: medan magnetic, induksi magnetic, hukum Lenz, superkonduktivitas
bahna dan efek meissner.
Sejarah perkembangan kereta api dimulai dengan ditemukannya lokomotif
uap oleh Richard Trevithick, yang kemudian lokomotif ini mengalami
perkembangan dan modernisasi sehingga menjadi kereta api. Kereta api juga
mengalami perkembangan mulai dari kereta api yang pertama yaitu kereta api
dengan bahan bakar batu bara yang kemudian berkembang menjadi kereta api
listrik yang menggunakan tenaga listrik dalam perkembangannya dan sekarang
berkembang sebuah kereta api yang dapat melayang di atas relnya yang dikenal
dengan nama Magnetic Levitation Train.
Magnetic Levitation Train ini merupakan kerete api super cepat tanpa roda
yang dapat melayang atau mengambang kira-kira 10 cm di atas relnya dengan
memanfaatkan gaya magnet untuk melayang, menggerakkanya dan mengontrol
jalannya kereta.
System kerja Maglev Train memanfaatkan sifat gaya magnet yaitu gaya terik
magnet dan gaya tolak magnet. Ada dua buah pengembangan system kerja dari
Maglev Train ini, yang pertama yaitu : Elektromagnetic Suspension (EMS) yang
memanfaatkan gaya tarik magnet dan yang kedua yaitu : Elektrodinamik
Suspension (EDS) yang memanfaatkan gaya tolak magnet.
Maglev Train ini memiliki beberapa kelebihan disbanding dengan kereta api
konvensional yaitu: dalam pergerakannya Maglev Train ini tidak bersentuhan
dengan relnya (melayang), sehingga tidak ada gaya gesek yang terjadi antara
kereta dengan rel nya yang mengakibatkan kereta dapat melaju dengan sangat
cepat yaitu mencapai 500 km/jam, tidak menggunakan bahan bakar fosil.
Penghematan biaya perawatan karena tidak akan ada penggantian rel. Namun ada
beberapa kelemahan dari Maglev Train ini yaitu kebisingan yang dihasilkannya
saat bergerak hamper sama dengan kebisingan yang di timbulkan oleh sebuah
pesawat jet dan mahalnya investasi terutama dalam hal pengadaan rel.

16

B. Saran
1. Bagi pemerintah agar dapat mengambangkan dan memberdayakan
Magnetic Levitation Train di Indonesia sehingga system transportasi di
Indonesia menjadi lebih baik, tanpa macet, aman dan tempat tujuan
dapat dicapai dengan lebih cepat.
2. Bagi pembaca umum dan pelajar agar dapat dijadikan sebagai ilmu
pengetahuan, sumber referensi dan dikembangkan dalam bentuk
perwujudan teknologi transportasi secara nyata.

17

DAFTAR PUSTAKA
Bardiyah,Sri A. 2013. Sifat Quantum Superkonduktor. Diakses pada 04/22/1014
dari http://bardiyahsriaprilia-Fst09.web.unair.ac.id.
Cyber . 2013. Medan Magnet Disekitar Arus Listrik Induksi. Diakses pada
22/04/2014 dari http://perpustakaancyber.blogspot.com.
Eva, Farah D. 2013. Induksi Magnetik. Diakses pada 22/04/2014 dari
http://ivaradhin.blogspot.com
Ilmu . 2013. Sensasi Melayang di Kereta Maglev. Diakses pada 28/03/2014 dari
http://ilmuumum.blogspot.com.
Irham. 2013. Fisika Terapan Kereta Maglev. Diakses pada 28/03/2014 dari http://
irhamdoank.blogspot.com/2013/02/fisika-terapan-kereta-maglev_7.
Muhammad, Ardi R.A. 2012. Dasar Magnetic Levitation Train. Diakses pada
28/03/2014 dari http://maglevworld.wordpress.com.
Ovan Theman. (21/07/2011). Tentang Sistem Transportasi. Diakses pada
09/04/2014 dari http://ovantheman.blog.co.uk.
Usu

.tanpa

tahun.

Magnet.

Diakses

pada

08/04/2014

dari

http://

magnet.repository.Usu.ac.id.
Yaghoubi, Hamid. 2012. Practical Aplications of Magnetic Levitation Technologi.
Iran: IMT.
Young, Hugh D., dkk. 2001. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

18

Anda mungkin juga menyukai