Anda di halaman 1dari 79

PELATIHAN

VAKSINOLOGI DASAR
Angkatan ke 5

Modul 3
Untuk Dokter Spesialis Anak
dan Dokter Umum

Prosedur Vaksinasi
Vaksinasi

• Memberikan vaksin (bakteri / virus hidup


dilemahkan / mati, komponen) atau
toksoid
• Disuntikkan atau diteteskan ke dalam mulut
 untuk merangsang kekebalan tubuh
penerima
 hati-hati : dapat menimbulkan KIPI

Prosedur vaksinasi yang benar :


• Merangsang kekebalan lebih baik
• Memperkecil dampak KIPI : medik, non medik
Prosedur Vaksinasi
• Penyimpanan dan transportasi vaksin
• Persiapan alat dan bahan : untuk vaksinasi
dan mengatasi gawat - darurat
• Persiapan pemberian :
– anamnesis, umur, jarak dgn vaksinasi
sebelumnya, riwayat KIPI, Indikasi kontra
dan perhatian khusus
– Informed consent : manfaat, risiko KIPI
– pemeriksaan fisik
• Cara pemberian
– dosis, interval
– Lokasi, sudut, kedalaman
• Pemantauan KIPI
• Sisa vaksin, pemusnahan alat suntik
• Pencatatan (dan pelaporan)
Jenis-jenis Vaksin

Vaksin Bakteri Vaksin Virus

•Campak
• BCG • Parotitis
Vaksin • OPV
• Rubela
Hidup • Yellow
• Varisela
Fever

• Difteria • Meningo • Influenza


Vaksin • Tetanus • Pneumo • IPV
Inaktif • Pertusis • Hib • Rabies
• Kolera • Typhoid Vi • Hepatitis B
• Hepatitis A
Vaksin – vaksin relatif baru

• Vaksin Pertussis acelluler (DPaT)


• Vaksin kombinasi (DPT-Hib, DPaT-Hib)
• Vaksin influenza
• Vaksin polisakarida: Haemophylus
influenzae (Hib), Salmonella typhi,
Pneumokokus, Meningokokus, Hepatitis A
• Vaksin polio injeksi = in-activated
(injectable) polio vaccine (IPV)
Vaksin Hepatitis B
(Engerix-B®, Euvax-B®, Hepvac-B®)
Vaksin Hepatitis B (1)

• Partikel permukaan antigen virus hepatitis B


• rekombinan DNA sel ragi, tidak infeksius
• Pengawet thimerosal atau phenoxyethanol
• Kontra indikasi : alergi pada komponen vaksin
(sangat jarang)
• Penyimpanan : 2 – 8 º C, uji kocok
• Penyuntikan : intramuskular, jangan di
gluteal
• KIPI
– Reaksi lokal kemerahan, nyeri, bengkak, demam
ringan 2 hari.
– Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri
otot, sendi
Vaksin Hepatitis B (2)

Indikasi
 Prevalensi hepatitis B sedang atau tinggi
 Petugas kesehatan yang sering kontak
 dengan pasien hep B, darah
 Penerima transfusi darah, hemodialisis
 bayi dari ibu karier
 pasangan sex berganti-ganti
 mencegah hepatitis B dan D

Indikasi kontra
 Alergi pada komponen vaksin
 Demam tinggi
 Ibu hamil, kecuali daerah prevalensi tinggi
Vaksin Polio Oral (OPV)

Heat Marker
Vaccine Vial Monitor (VVM)
Perubahan warna vaksin polio
karena perubahan pH

Boleh diberikan
Vaksin Polio Oral (OPV)

• Virus hidup, dilemahkan


– Virus poliomielitis tipe 1, 2, 3 strain Sabin
• Penyimpanan (sebelum dibuka):
– dalam suhu - 20ºC potensi sampai 2 thn
– dlm suhu 2 – 8ºC potensi sampai 6 bulan
• Setelah dibuka simpan dlm suhu 2 – 8ºC
– potensi hanya sampai 7 hari
• Tidak beku, ada sorbitol
• Sedang diare : boleh divaksin, 4 minggu kemudian
beri 1 dosis sebagai dosis tambahan
Vaksin Polio Injeksi
(Injectable / inactivated Polio Vaccine = IPV)
Vaksin Polio Injeksi (IPV)

• Imovax polio, virus polio mati


• Tidak ada kekebalan di mukosa usus
• Tidak ada risiko VAPP dan VDPP
• Penyimpanan :
– dlm suhu 2 – 8ºC stabil 3 thn (OPV 6 bln)
• Serokonversi IPV > OPV (Kenya)
• Sudah digunakan di negara maju
sejak 2002
Vaksin BCG
Vaksin BCG (1)

• Mycobacterium bovis hidup yang


dilemahkan
• Setelah dilarutkan, dlm suhu 2 – 8ºC
(bukan freezer), hanya boleh 3 jam
• Kering : simpan dlm suhu 2 – 8ºC, lebih
baik dalam freezer,
• Jangan kena sinar matahari
• Dosis : 0.05 ml intrakutan, deltoid kanan

Buku Imunisasi di Indonesia 2001, hal 80


Vademecum Biofarma, 2002
Vaksin BCG (2)

• Indikasi kontra
– HIV, Imunokompromais, pengobatan steroid,
imunosupresif, radioterapi, keganasan
sumsusm tulang atau limfe, gizi buruk,
demam tinggi, infeksi kulit luas
• Proteksi
– Mulai 8 – 12 minggu pasca vaksinasi
– Daya lindung hanya 42% (WHO 50-78%)
– 70% TB berat mempunyai parut BCG
– Dewasa : BTA pos 25-36% walaupun pernah
BCG
• WHO : Expanded Programme on Immunization. Immunization in practice.
Modul 2 : EPI vaccines, hal 2. Geneva, 1998
• Buku Imunisasi di Indonesia 2001, hal 80. Vademecum Biofarma, 2002
Vaksin Difteri Tetanus Pertusis
whole cells (DTPw)
dan Tetanus Toksoid (TT)

Heat Marker /
Vaccine Vial
Monitor (VVM)
Vaksin Difteri Tetanus Pertusis
aselular (DTPa)
Vaksin Difteri Tetanus Pertusis (1)

• Difteria dan tetanus : toksoid dimurnikan


• Pertusis : bakteri mati, teradsorbsi dlm Al fosfat
• Tiap 1ml :40 Lf toksoid difteria, 24 OU pertusis, 15 Lf
toksoid tetanus, Al fosfat 3 mg, thimerosal 0,1 mg.
• Simpan dan transportasi dalam 2 – 8ºC, jangan dalam
freezer
• Kocok sampai homogen, bila ada gumpalan atau
endapan jangan digunakan
• Indikasi kontra
- Riwayat anafilaksis
– Ensefalopati pasca DPT sebelumnya
Vaksin Difteri Tetanus Pertusis (2)

Tingkat Perlindungan
• Difteria
– suntikan 1 : 71 – 94 % belum mencapai
kadar protektif (< 0,01 IU/ml)
– suntikan 3 : 68 – 81 % sudah mencapai
kadar protektif (rata-rata 0.0378/ml)
• Pertusis
– Suntikan 3 : 65.8 – 80 % protektif
• Tetanus
– Suntikan 3 : 65 – 80 % protektif
Vaksin Toksoid Tetanus

• Tujuan
– Eliminasi tetanus neonatorum
– Cegah tetanus
• Target imunisasi tetanus : > 5 kali
– 3 dosis saat bayi + 2 dosis toksoid dewasa
– dosis ke-4 (18 – 24 bl) kekebalan > 5 th
– Dosis ke-5 (masuk SD) kekebalan > 10 th
– Dosis ke-6 (keluar SD, TD atau dT)
kekebalan > 20 th
Vaksin Campak

Heat Marker
Vaccine Vial Monitor
(VVM)
Vaksin Campak (1)
• Virus hidup dilemahkan, jangan kena
sinar matahari
• Vaksin kering : simpan < 0º C atau <
8ºC, lebih baik minus 20 º C. Pelarut
tidak boleh beku.
• Setelah dilarutkan, dlm suhu 2 – 8ºC
maksimum 8 jam
• Tiap 0,5 ml mengandung
– 1000 u virus strain CAM 70
– 100 mcg kanamisin, 30 mg
eritromisin
• Dosis 0,5 ml, subkutan, di deltoid
lengan atas
Vaksin Campak (2)

• Proteksi : mulai 2 mgg setelah


vaksinasi
• Serokonversi : 80 – 90 %, effikasi 85 %
• Lama proteksi : 8 – 16 tahun
– umur 10-12 th : 50% titer antibodi di
atas ambang pencegahan
– umur 5 - 7 th : 29,3% kena campak
walaupun pernah diimunisasi
• BIAS : ulangan campak saat masuk
SD
• Program : reduksi campak
Vaksin Mumps Morbili Rubela
(MMR)
Vaksin MMR (Trimovax®, MMR II ®)

• Virus campak Schwarz hidup dilemahkan dlm


embrio ayam
• Virus gondong Urabe dibiak dlm telur ayam
• Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid
manusia
• PFS, vial, simpan 2 - 8º C,
• Subkutan atau intra muskular
• Kontra indikasi
imunodepresi, alergi telur, hamil, pasca
imunoglobulin, transfusi darah (tunda 6 – 12
minggu), alergi neomisin, kanamisin
• Tidak ada bukti sahih berkaitan dgn Autisme
Vaksin Haemophilus influenza b
(Hib)
Vaksin Haemophilus influenzae type b
(Hiberix®, Act-Hib®)

• Polisakarida H. influenza b
dikonjugasikan pada toksoid tetanus,
trometamol, sukrosa, NaCl
• Simpan : 2 - 8ºC, jangan beku
• Suspensi berkabut keputihan: normal
• Kombinasi dgn DTaP /DTwP
• < 2 thn : paha mid anterolateral
• > 2 thn : deltoid
Vaksin Demam Tifoid
Vaksin demam tifoid
(Typhim Vi®, Typherix®)

• Komposisi
– Polisakarida kapsul Vi Salmonella typhi
– Fenol, NaCl, NaHPO3H
• PFS, simpan 2 – 8ºC
• Intramuskular atau subkutan umur > 2 thn
• Imunitas 2 – 3 minggu pasca vaksinasi
• Imunogenitas rendah pada umur < 2 thn
• Perlindungan 3 tahun
• Tidak melindungi thdp S.paratyphi A & B
Vaksin Influenza
(Fluarix ®, Vaxigrip®)
Vaksin Influenza - 1
• Virus tidak aktif, dlm PFS (prefilled syringe)
– Bahan lain: telur, neomisin, formaldehid
– Penyimpanan: suhu 2 – 8°C, jangan kena
cahaya atau beku
• Tiap tahun strain bisa berbeda berdasar
rekomendasi WHO : Selatan & Utara
• Strain 2004 untuk daerah selatan
– H1N1 (New Caledonia/20/99)
– H3N2 (Fujian/411/2002)
– Hongkong/330/2001
• Penyuntikan: intramuskular atau subkutan
– 6 – 35 bulan : dosis 0,25 ml
– > 36 bln : dosis 0,5 ml
– < 8 thn : perlu booster 4 minggu kemudian
• Vaksinasi diulang tiap tahun
Vaksin Influenza - 2

Indikasi kontra
Alergi telur, ayam, neomycin,
formaldehide, octoxinol-9
Demam
Tunda: infeksi akut

Hati-hati
Imunokompromais
Riwayat alergi vaksinasi sebelumnya
Vaksin Hepatitis A
Vaksin Hepatitis A
(Havrix®, Avaxim®)

• Virus inaktif, dalam formaldehid


• Indikasi : anak umur > 2 thn
– endemis
– sering transfusi (hemofilia)
– panti asuhan

• Indikasi kontra
– demam, infeksi akut
– hipersensitif thdp komponen vaksin

• Intramuskular, jangan dipantat


(gluteus)
Vaksin Varisela
(Varilrix ®, Okavax ®)

• Virus hidup dilemahkan, strain Oka


• Mengandung Kanamycin sulfat, eritromisin
• Subkutan, umur > 1 thn
• Kontra indikasi
– Demam, sakit akut
• Perhatian
– Jangan diberikan bersama vaksin hidup
lain
– Jangan hamil dalam 2 bln yad
– tidak effektif bila transfusi gamma
globulin
Vaksin Varisela
Vaksin kombinasi
(Infanrix-Hib ®,Tetract-Hib ®)

• Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib


• Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib
– DPwT/DPaT : dalam vial
– Hib dalam PFS (prefilled syringe)
• Sebelum disuntikkan, dicampur
dengan menyedot DPwT/DPaT ke
dalam PFS Hib
• Kontra indikasi
– Sama dengan komponen masing-
masing vaksin
Vaksin kombinasi DTP aseluler +
Hib
Vaksin kombinasi DTwP (whole cell) +
Hib
Cool Box
Untuk Menyimpan Vaksin
Penyimpanan vaksin

• Di Tingkat Propinsi : kmr dingin & kmr beku


– Suhu kamar dingin: +2 s/d +8 Cº
– Suhu kamar beku: -15 s/d -25 Cº
• Di Kabupaten dan Pelayanan Primer
– Jarak lemari es dengan dinding belakang 15
cm
– Lemari es tidak terkena sinar matahari
langsung
– Sirkulasi ruangan cukup
• Penyusunan vaksin
– Jarak menyusun dos vaksin 1-2 cm atau
– satu jari antar dos vaksin
Plastik penetes (dropper) Polio
JANGAN disimpan di lemari es
krn jadi rapuh, mudah robek
Masa simpan vaksin belum dipakai
Vademicum Bio Farma Jan.2002

Jenis Vaksin Suhu Penyimpanan Umur Vaksin

BCG +2 s/d +8°C 1 tahun


-15°s/d -25°C 1 tahun
DPT +2° s/d +8°C 2 tahun
Hepatitis B +2° s/d +8°C 26 bulan
TT +2° s/d +8°C 2 tahun
DT +2° s/d +8°C 2 tahun
OPV +2° s/d +8°C 6 bulan
-15° s/d -25°C 2 tahun
Campak +2° s/d +8°C 2 tahun
-15° s/d -25°C 2 tahun
Penyediaan vaksin dan alat-alat

• Vaksin + pelarut khusus


• termos, ice-packed, es batu
• peralatan vaksinasi (alat cuci tangan,
pemotong ampul, alat suntik sekali
pakai, kapas alkohol, plester, kotak
limbah)
• Alat penanganan kedaruratan
(adrenalin, kortikosteroid, selang dan
cairan infus, oksigen),
• Pencatatan : Buku KIA, KMS, blangko
vaksinasi
Uji Kocok (Shake Test)
Vaksin tidak pernah beku Vaksin pernah beku

Setelah dikocok

Setelah 15 menit

Setelah 30 menit

Setelah 60 menit

Boleh digunakan Jangan digunakan


Anamnesis / KIE
– Cek identitas, vaksinasi yang telah
didapat
– Umur, jarak dgn vaksinasi sebelumnya
– Informed consent : manfaat dan KIPI
– Indikasi kontra, perhatian khusus,
penyakit, obat
– KIPI vaksinasi sebelumnya
– Penanggulangan KIPI seandainya terjadi
– Rutin pediatrik
• Asupan nutrisi, miksi, defekasi, tidur
• Pertumbuhan dan perkembangan
– Jadwal vaksinasi berikutnya
Informed consent (1)

• Di Amerika, Australia : belum ada ketentuan


pasien atau keluarganya harus menanda
tangani pernyataan mengerti dan
menyetujui
• Di Indonesia (Permenkes no. 585 /1989 ttg
Persetujuan Tindakan Medik) pernyataan
tertulis hanya untuk tindakan diagnostik
atau terapeutik , vaksinasi belum perlu
pernyataan tertulis
• Boleh meminta tanda tangan dari orangtua
atau pengasuh bahwa telah diberikan
informasi, dimengerti dan menyetujui
vaksinasi
Informed Consent (2)

• Penjelasan tentang manfaat dan


risiko vaksinasi disampaikan
dengan empathy
• Bukan dengan cara menghakimi
(non-judgmental approach)
• Gunakan istilah awam dan
sederhana
Indikasi Kontra Vaksin
• Umum (untuk semua vaksin)
– Reaksi anafilaksis
– Sakit sedang atau berat
• Khusus
– DTP / DTPa : ensefalopati dalam 7 hari
pasca vaksinasi DPT/DTPa
– OPV dan varisela: anafilaksis terhadap
neomisin atau gelatin, kehamilan,
imunodefisiensi (keganasan,tumor padat,
kongenital, terapi imunosupresan, infeksi
HIV)
– Hepatitis B : anafilaksis terhadap ragi
Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan umum
• Pemeriksaan khusus
– Mencari indikasi kontra atau hal-hal
yang perlu diperhatikan
– bekas vaksinasi terdahulu
– Lokasi vaksinasi yang akan
dikerjakan
Persiapan pemberian vaksin

• Cuci tangan dengan antiseptik


• Baca nama vaksin, tanggal kadaluwarsa,
• Teliti kondisi vaksin apakah masih layak :
warna indikator VVM,
• Kocok : penggumpalan, perubahan warna
• Alat suntik : sekali pakai
• Encerkan dan ambil vaksin sebanyak dosis
• Ukuran jarum : ketebalan otot bayi / anak
• Pasang dropper polio dengan benar
Penempatan alat
untuk memudahkan vaksinasi
Kotak
pembuangan
jarum bekas
Kotak Form R&R
pembawa
vaksin Air & sabun
untuk cuci
tangan

Tempat
sampah
Kursi pasien
Kursi vaksinator
VVM = Vaccine Vial Monitor
Ukuran jarum
Intramuskular di paha mid-anterolateral
• Neonatus
– kurang bulan / BBLR : 5/8 inch (15,8 mm)
– cukup bulan : 7/8 inch (22,2 mm)
• 1 – 24 bulan : 7/8 – 1 inch
(22,2-25,4 mm)

Intramuskular di deltoid
• > 2 thn (tergantung ketebalan otot)
7/8 – 1,25 inch (22,2 -31,75 mm)
• Usia sekolah dan remaja : 1,5 inch
(38,1mm)
Mengatasi ketakutan dan nyeri
• Jangan menakut-nakuti anak
• Empati, jangan dipaksa dengan dipegang kuat
• Diajak bicara, dielus-elus, ditenangkan
• Bayi baru lahir : diberi sukrosa dilidahnya
• Tekan 10 detik sebelum disuntik
• Spray pendingin (etil klorid) =EMLA
• Tempel es batu 1 – 2 detik tidak
direkomendasikan
• Krim EMLA (Eutetic Mixture of Local Anesthesia)
1 jam sebelum penyuntikan, efek sampai 24 jam
• Lidocaine topikal : 10 menit sebelum disuntik
• Anak : bernafas dalam, tiup baling-baling, ajak
bicara, bacakan cerita, musik
• Dipijat atau digoyang-goyang sesudah vaksinasi
Penyuntikan dan penetesan vaksin

• Bicara pada bayi dan anak


• Tentukan lokasi penyuntikan : paha, lengan
• Posisi bayi / anak : nyaman dan aman
• Desinfeksi
• Pegang; peregangan kulit, cubitan
• Penyuntikan: dosis, sudut, cara
• Tetesan: dosis, hati-hati dimuntahkan
• Penekanan bekas suntikan
• Membuang alat suntik bekas
• Penulisan tanggal vaksinasi di kolom yang
sudah disediakan
Teknik dan posisi penyuntikan
• Bayi digendong pengasuh,
• Anak dipeluk menghadap pengasuh (chest
to chest)
• Otot yang akan disuntik : lemas (relaks)
• Tungkai : sedikit rotasi ke dalam
• Lengan : sedikit fleksi pada sendi siku
• Anak dipersilahkan memilih lokasi suntikan
• Metode Z tract : sebelum jarum disuntikkan
geser kulit dan subkutis ke samping, setelah
disuntik kemudian lepaskan
• Jarum disuntikan dengan cepat
• Bila suntikan lebih dari 1 kali, disuntikan
bersamaan
Posisi anak ketika divaksinasi

Lengan yg satu Tangan yg lain


dijepit ketiak ibu dipegang ibu,
Kemudian anak
dipeluk

Tungkai anak
dijepit paha ibu
Posisi anak ketika di vaksinasi

Tangan kiri
Dijepit ketiak ibu
Tangan dipegang

suntik
Posisi Anak kurang aman

Tangan bebas suntik


Bisa meraih jarum

suntik

Kaki bebas
Bisa berontak
Posisi bayi dalam
pelukan ibu pada
penyuntikan BCG
Penetesan vaksin polio
Teknik Penyuntikan dan Penetesan

Intramuscular
Subcutaneous e.g. hepatitis A and B,
e.g. measles, mumps, DTP
rubella, varicella

Oral
e.g. polio Intradermal
BCG
Pencatatan

• Nama dagang, produsen,


• No. lot / seri vaksin,
• Tgl penyuntikan
• Bagian tubuh yang disuntik
(deltoid kiri, paha kanan mis)
Sisa vaksin
• BCG
– setelah dilarutkan harus segera diberikan
dalam 3 jam (simpan dalam suhu 2 – 8 ◦ C)
• Polio
– Setelah dibuka harus segera diberikan dalam
7 hari (simpan dlm suhu 2 – 8 ◦ C)
• DPT
– Bila ada penggumpalan atau partikel yang
tidak hilang setelah dikocok  jangan dipakai
• Campak
– Setelah dilarutkan harus diberikan dlm 8 jam
(simpan dlm suhu 2 – 8 ◦ C)
Pemantauan setelah
vaksinasi

• Perhatikan keadaan umum


• Tunggu 30 menit di ruang
tunggu
Safe injection : mengapa perlu ?
• Estimasi WHO : 30 % suntikan imunisasi tidak aman
(WHO bull. Oktober, 1999)

• Imunisasi rutin (Soewarta,1999: 4 propinsi):


– tidak disterilkan : spuit 38%, jarum 23 %
– alat suntik pakai ulang :krn tidak ada jarum (18%),
tidak ada spuit (4%)

• Bulan Imunisasi Anak Sekolah (Soewarta,1999)


– 45 % alat suntik tidak disterilkan
– alat suntik pakai ulang : krn tidak ada sterilisator
(39%), tidak ada jarum (28 %) tidak ada alat suntik
(6%)

• Suntikan dapat menularkan : hepatitis B, Hepatitis


C, HIV, jamur, parasit, bakteri, menyebabkan abses
• Penyebaran melalui suntikan lebih cepat daripada
melalui udara, mulut atau seks
Safe injection

Aman bagi
 yang disuntik
 penyuntik
 lingkungan
Tidak aman bagi yang disuntik (1)

• Vaksin
– Suhu > 8° C, atau VVM telah terpapar
panas
– Botol vaksin bocor, retak, atau
terpasang jarum
– Ada partikel dalam larutan
– Telah dilarutkan lebih dari 6 jam
– Beku : DPT, DT, TT, HepB, Hib (tidak
boleh beku)
– Uji kocok tetap menggumpal (kecuali
HepB atau Hib)
Tidak aman bagi yang disuntik (2)

• Alat suntik
– Spuit disposable dipakai ulang
– Hanya mengganti jarum
– Tidak dibersihkan dulu langsung
disterilkan
– Hanya dengan desinfektan
– Membakar jarum di api
– Merebus dalam panci terbuka
– Menyentuh ujung jarum
Tidak aman bagi yang disuntik (3)

• Cara melarutkan / pengambilan vaksin


– Cairan pelarut untuk vaksin lain atau > 8°C
– 1 spuit diisi beberapa dosis sekaligus
– jarum ditinggalkan menancap di vial
– Mencampur isi 2 vial

• Lokasi, posisi , kedalaman penyuntikan

• Tidak ada alat / obat gawat - kedaruratan


Tidak aman bagi penyuntik
• Menekan luka berdarah dengan jari
(semua cairan tubuh dapat menularkan kuman)
• Membawa atau meletakkan alat suntik bekas
sembarangan (tidak langsung membuang ke
kotak limbah)
• Menyentuh atau mencabut jarum suntik
• Menutup kembali (recapping) jarum suntik
• Mengasah jarum bekas
• Memilah-milah tumpukan jarum bekas
• Tidak ada alat / obat gawat darurat

Tidak aman bagi lingkungan :


Meninggalkan alat suntik bekas sembarangan
Tempat Pembuangan Limbah
Pemusnahan Kotak + Isi limbah

• Dibakar dalam insinerator khusus (suhu 600 -


1100° C)
– risiko pencemaran kecil
– Rp. 10 – 30 juta, BBM / kayu bakar

• Dibakar dalam lubang atau drum

• Digiling
– Milling atau shreeding
– Serbuk masih infeksius
– 375-750 alat suntik / jam
– listrik 750 w
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai