Anda di halaman 1dari 14

Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan

Penerimaan PPH Dengan Penagihan Pajak Sebagai Variabel Moderasi


(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Kendari)
Oleh
Femilya Fauziah Almunatzir
Husin
Kusmiyati
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo
Kendari Sulawesi Tenggara
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of tax compliance influential
body to the increase in income tax revenue in the Tax Office Primary
Kendari. In this Research, the data source used are primary and secondary
data. The population in this study were of the intitutions the tax that listened
in the Tax Office Pratama Kendari. Samples in this study are taken from
2011-2015. The method of determining the sample was judgement sampling
method, while the data processing methods used by researcher was
moderate regresion analysis.
The result shows that the level of institutian of the tax
compliance significantly influence the increase of the tax revenue, and tax
collection can not be a moderating variable for level of institution of the tax
compliance.
Keyword: the level of institution of the tax compliance, tax collection,
and to increase of the tax revenue
I.

PENDAHULUAN
Pembangunan di Indonesia saat ini berkembang sangat cepat
dikarenakan Indonesia adalah negara yang sedang berkembang. Upaya
pemerintah dilakukan berdasarkan pola umum pembangunan jangka
panjang yang telah mencapai kemajuan yang cukup memuaskan, terutama
dalam meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat. Namun pemerintah
memerlukan dana yang tidak sedikit untuk membiayai pembelanjaan negara
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang semakin lama semakin
bertambah besar. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber
yang dimiliki oleh suatu negara, baik berupa hasil kekayaan alam maupun
iuran masyarakat.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya didalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Salah satu fungsi pajak
adalah fungsi penerimaan (budgetair). Pajak berfungsi untuk menghimpun
dana dari masyarakat bagi kas Negara, yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah (Sumarsan, 2013:5).

Jurnal Akuntansi (JAk)

Kontribusi pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


tiap tahun semakin meningkat, hal ini menunjukkan bahwa peranan pajak
semakin besar dalam APBN. Oleh karena itu, pemerintah harus terus
berupaya untuk meningkatkan penerimaan pajak. Untuk menjamin hal
tersebut, kepatuhan wajib pajak merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia. Namun, dalam rangka
mendorong peningkatan kepatuhan wajib pajak tersebut maka, harus
dilakukan suatu tindakan yang tegas dari pihak Pemerintah, salah satunya
yaitu meningkatkan pula pelaksanaan penagihan pajak. Pajak memberikan
kontribusi sebesar 80 persen dari seluruh penerimaan negara (Agusti dan
Herawaty,2009:2).
Penerimaan pajak berhubungan dengan tingkat kepatuhan wajib pajak,
jika wajib pajak patuh terhadap kewajibannya untuk membayar pajak secara
tepat waktu maka penerimaan pajak akan dicapai sesuai target. Kepatuhan
perpajakan dapat di definisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak
tersebut dapat memenuhi semua kewajiban perpajakannya dan
melaksanakan hak perpajakannya. Masalah kepatuhan wajib pajak ini
merupakan hal yang sangat penting karena jika seorang wajib pajak tidak
patuh akan menimbulkan keinginan untuk melakukan penghindaran pajak
maupun pelalaian pajak yang akan membuat penerimaan pajak berkurang
(Rahayu 2010:141)
Fiskus meneliti dan memeriksa apakah SPT yang telah dilaporkan
tersebut telah lengkap, benar dan jelas. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menilai kelengkapan pengisisan SPT dan lampiran termaksud penelitian
tentang kebenaran penulisan dan perhitungannya. Jadi apabila wajib pajak
dari hasil pemeriksaan tersebut tidak ditemukan adanya pelanggaran formal,
seperti : ketetapan waktu penyetoran pajak, kelengkapan pengisian SPT,
dan lampirannya termaksud kebenaran penulisan dan perhitungan SPT,
maka wajib pajak tidak akan diberikan sanksi dan hasilnya tidak perlu
diberitahukan kepada wajib pajak. Namun bila hasil dari pemeriksaan
tersebut ditemukan pelanggaran maka wajib pajak akan dikenai sanksi
berupa denda atau bunga yang akan ditagih dengan surat tagihan pajak
(STP). Surat tagihan pajak adalah surat untuk melakukantagihan pajak atau
sanksi administrasi berupa bunga atau denda, STP sendiri mempunyai
kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak (SKP).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan pokok yang
dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah tingkat kepatuhan
wajib pajak badan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan
PPh pada KPP Pratama Kendari? (2) Apakah penagihan pajak berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan penerimaan PPh pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Kendari? (3) Apakah interaksi antara tingkat kepatuhan Wajib
Pajak Badan dengan penagihan pajak berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan penerimaan pajak penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Kendari?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk
mengetahui pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak badan berpengaruh
terhadap peningkatan penerimaan PPh pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Kendari, (2) Untuk mengetahui pengaruh penagihan pajak terhadap

Jurnal Akuntansi (JAk)

peningkatan penerimaan PPh pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama


Kendari, (3) Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepatuhan wajib pajak
badan terhadap peningkatan penerimaan PPh yang dimoderasi oleh
penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kendari.
II. KAJIAN TEORI
1. Pajak Penghasilan
Pengertian Pajak Penghasilan dalam pasal 1 Undang-Undang No.7
tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 adalah Pajak yang dikenakan
terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima
atau memperoleh penghasilan.
Menurut Mardiasmo (2011:155) Pajak Penghasilan dikenakan terhadap
Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun
Pajak. Yang menjadi Subjek Pajak adalah: (1) Orang Pribadi, (2) Warisan
yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, (3)
Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif, (4) Bentuk Usaha
Tetap (BUT)
2. Kepatuhan Wajib Pajak
Nurmantu (Rahayu, 2010:138) mengungkapkan bahwa kepatuhan
perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya. Ada dua macam kepatuhan, yaitu: (1) Kepatuhan Formal
adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan
dengan menitik beratkan pada nama dan bentuk kewajiban saja, tanpa
memperhatikan hakikat kewajiban itu. Misalnya mendaftarkan diri sebagai
wajib pajak yang kemudian tanpa adanya kesadaran untuk menjalankan
kewajiban perpajakn yang melekat setelah terdaftar sebagai wajib pajak,
menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) sebelum
tanggal 31 Maret ke KPP, dengan mengabaikan apakah isi SPT PPh tersebut
benar atau belum, yang penting SPT PPh sudah disampaikan sebelum
tanggal 31 Maret, (2) Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana
Wajib Pajak secara substantive atau hakekatnya memenuhi semua
ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang
perpajakan. Disini wajib pajak yang bersangkutan, selain memperhatikan
tanggal penyampaian SPT PPh juga memperhatikam kebenaran yang
sesungguhnya dari isi dan hakikat SPT PPh tersebut.
Merujuk pada kriteria Wajib Pajak patuh menurut Keputusan Menteri
Keuangan No. 544/KMK.04/2000, bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak
adalah: (a) Tepat waktu dalam menayampaikan SPT untuk semua jenis
pajak dalam 2 tahun terakhir, (b) Tidak mempunyai tunggakan pajak

Jurnal Akuntansi (JAk)

untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk


mengangsur atau menunda pembayaran pajak, (c) Tidak pernah dijatuhi
hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam
jangka waktu 10 tahun terakhir, (d) Dalam 2 tahun terakhir
menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah
dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk
masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%. (e) Wajib pajak
yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh akuntan
publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapatan
dengan pengecualian sepanjang tidak memengaruhi laba rugi fiskal.
3. Penagihan Pajak
Penagihan pajak menurut Rachmat Soemitro (2010:138) adalah
perbuatan yang dilakukan Direktorat Jendral pajak karena wajib pajak tidak
mematuhi ketentuan Undang-Undang pajak, Khususnya mengenai
pembayaran pajak. Dalam penagihan pajak perlu diketahui terlebih
dahuludasar yang digunakan dalam penagihan pajak. Sesuai dengan pasal
18 Undang-Undang KUP bahwa dasar penagihan pajak yaitu dalam Waluyo
(2009:57), yaitu : (1) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), (2)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), (3)
Surat
Keputusan Pembetulan, (4)
Surat Keputusan Keberatan, Putusan
peninjauan kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus
dibayar bertambah
Penagihan pajak menurut Suandi, (2008:174) dapat dibedakan
menjadi dua yaitu penagihan pajak pasif dan penagihan pajak aktif adapun
penjelasannya sebagai berikut: (1)
Penagihan pasif dilakukan dengan
menggunakan surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak kurang bayar,
surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat keputusan pembetulan
yang menyebabkan pajak terutang lebih besar, surat keputusan keberatan
yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, surat keputusan
banding yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika dalam
jangka waktu 30 hari belum dilunasi, maka 7 hari setelah jatuh tempo akan
diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan
menerbitkan surat teguran, (2) Penagihan Aktif merupakan kelanjutan dari
penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini fiskus berperan
aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan
pajak tetap, akan diikuti dengan tindakan sita, dan dilanjutkan dengan
pelaksanaan lelang.
4. Penerimaan Pajak
Pengertian penerimaan pajak menurut undang-undang tentang
anggaran pendapatan dan belanja negara (2001: 155) adalahsemua
penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan
internasional.
Rahayu (2010:24) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan pajak adalah: (1) Kepastian peraturan perundang-undangan
dalam bidang perpajakan haruslah jelas, sederhana, dan mudah dimengerti,

Jurnal Akuntansi (JAk)

baik oleh interpretasi atau tafsiran mengenai pemungutan pajak akan


berakibat pada terhambatnya pembayaran pajak itu sendiri. Di sisi lain,
pembayar pajak akan merasa bahwa sistem pemungutan sangat berbelitbelit dan cenderung merugikan dirinya sebagai pembayar pajak, (2)
Kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan undang undang
perpajakan merupakan suatu cara atau alat pemerintah di bidang perpajakan
yang memiliki suatu sasaran tertentu atau untuk mencapai suatu tujuan
tertentu di bidang sosial dan ekonomi, (3) Sistem administrasi perpajakan
yang tepat hendaklah merupakan prioritas tertinggi karena kemampuan
pemerintah untuk menjalankan fungsinya secara efektif bergantung kepada
jumlah uang yang dapat diperolehnya melalui pemungutan pajak, (4)
Kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah beserta aparat
perpajakan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya optimalisasi
penerimaan pajak, (5) Kualitas petugas pajak sangat menentukan efektifitas
undang undang dan peraturan perpajakan. Petugas pajak memiliki reputasi
yang baik sepanjang yang menyangkut kecakapan teknis, efisien, dan efektif
dalam hal kecepatan, tepat dan keputusan yang adil.
5. Peneliti Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Tri Suryanti tahun 2013 dengan
judul Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Tingkat
Penerimaan Pajak Penghasilan dengan Penagihan Pajak Sebagai Variabel
Moderating (Studi Kasus Pada KPP Pratama Serpong). Dengan
menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui pengaruh tingkat
kepatuhan wajib pajak, tingkat penerimaan pajak dan penagihan pajak. Hasil
dari penelitian ini adalah tingkat kepatuhan wajib pajak berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan pajak penghasilan dan variabel penagihan
pajak tidak bisa menjadi variabel moderating bagi tingkat kepatuhan wajib
pajak tersebut.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Rahmayeni tahun 2013 dengan
judul Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap
Peningkatan Penerimaan Pajak yang di Moderatori Oleh Pemeriksaan Pajak
Pada KPP Padang dengan menggunakan analisis deskriptif verivikatif.
Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan
wajib pajak badan, peningkatan penerimaan pajak dan pemeriksaan pajak.
Sedangkan metode verivikatif digunakan untuk mengetahui hubungan antara
kepatuhan wajib pajak badan, penerimaan pajak dan pemeriksaan pajak.
Untuk melihat pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap
penerimaan pajak dengan pemeriksaan pajak sebagai variabel moderasi.
6. Paradigma Penelitian
Mengacu pada kajian pustaka serta penelitian terdahulu, maka
penelitian ini menjelaskan tentang kepatuhan Wajib Pajak badan terhadap
peningkatan penerimaan PPh dengan penagihan pajak sebagai variabel
moderating. Untuk membantu dalam memahami penelitian ini diperlukan
adanya suatu paradigma penelitian sebagai berikut:

Jurnal Akuntansi (JAk)

Skema 1 Paradigma Penelitian


Kepatuhan Wajib Pajak Badan(X)

Peningkatan penerimaan pajak penghasilan (Y)


(Y)

Penagihan pajak
(M)
7. Hipotesis Penelitian
Adapun model hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H1 :Tingkat kepatuhan wajib pajak badan berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan penerimaan pajak penghasilan.
H2 :Tingkat penagihan pajak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
penerimaan pajak penghasilan.
H3 :Interaksi antara kepatuhan wajib pajak badan dengan penagihan pajak
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak
penghasilan.
III. METODE PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan wajib pajak badan,
peningkatan penerimaan PPh dan penagihan pajak sebagai variabel
moderasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kendari.Jenis data dalam
penelitian ini, adalah: (1) Data Kualitatif dalam penelitian ini berupa informasi
lisan maupun tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini berupa uraian
penjelasan dari variabel dan objek penelitian. (2) Data kuantitatif dalam
penelitian ini adalah Laporan Penerimaan Pajak Badan pada kurun waktu
2011 2015. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
(1) Data Primer, yaitu data penelitian yang diambil langsung dari sumber asli
tidak melalui perantara (Supomo, 2009:146).Data dalam penlitian ini
bersumber langsung dari KPP yang berhubungan dengan objek penelitian.
(2) Data Sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh dengan cara melalui
perantara dan dicatat oleh pihak lain (Supomo, 2009:147). Data dalam
penelitian ini, yaitu mengambil data-data dokumen pada KPP Pratama
Kendari berupa data sejarah dan struktur organisasi serta dokumen, catatan
tentang jumlah SPT yang dilaporkan tahun 2011-2015, daftar jumlah realisasi
penerimaan pajak tahun 2011-2015, jumlah surat tagihan pajak yang
dikeluarkan pada tahun 2011-2015 dan laporan lainnya.
Metode pengumpulan yang dilakukan adalah: (1) Pustaka, yaitu Peneliti
memperoleh data-data penelitian yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, internet dan perangkat lainnya
yang berhubungan dengan penelitian. (2) Wawancara,Wawancara dilakukan
untuk mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan
yang ada, sehingga penulis dapat menentukan permasalahan atau
Jurnal Akuntansi (JAk)

variabelapa yang arus diteliti. (3) Penelitian Lapangan, Data utama penelitian
ini diperoleh melalui lapangan, peneliti memperoleh data dengan cara
melakukan penelitian langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Kendari. Yang meliputi data tahun pajak 2011 hingga tahun 2015, yang
berupa; data jumlah realisasi penerimaan PPh yang diterima setiap
bulannya, jumlah SPT Tahunan yang dilaporkan oleh Wajib Pajak Badan,
serta data Surat tagihan pajak.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Adapun definisi
operasional adalah sebagai berikut:
1. Kepatuhan wajib pajak badan (X) adalah suatu keadaan dimana Wajib
Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa perlu
diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun
ancaman dan penerapan sanksi hukum maupun administrasi. Variabel ini
diukur berdasarkan jumlah penyampaian SPT yang dilaporkan wajib pajak
badan dengan menggunakan skala rasio.
2. Penagihan pajak (M) adalah suatu tindakan penagihan yang dilaksanakan
oleh fiskus atau juru sita pajak kepada penanggung pajak agar dapat
melunasi utang pajak tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran yang
meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun
pajak. Variabel ini diukur nilai pajak terutang wajib pajak badan dan jumlah
surat tagihan pajak yang diterbitkan oleh KPP Pratama Kendari.
3. Peningkatan penerimaan pajak (Y) adalah merupakan kenaikan jumlah
penerimaan negara yang berasal dari sektor pajak jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang diukur dari selisih PPh Terutang. Variabel
ini diukur berdasarkan pajak penghasilan yang terealisasi dalam tahun
pajak berjalan dengan menggunakan skala rasio.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
a. Deskripsi Variabel Penelitian
Variabel Kepatuhan wajib pajak badan sebagai variabel independen
dalam penelitian ini. Variabel ini diukur berdasarkan jumlah penyampaian
SPT yang merupakan Jumlah SPT Masa PPh yang dilaporkan oleh Wajib
Pajak Badan secara tepat waktu setiap bulannya pada KPP Pratam Kendari
dari tahun 2011-2015. Adapun jumlah penyampaian SPT Masa PPh untuk
variabel kepatuhan wajib pajak badan adalah sebagai berikut:

Jurnal Akuntansi (JAk)

Tabel 1 Jumlah Penyampaian SPT Masa PPh Badan


Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah

2011
1692
1885
1843
1615
1502
1583
1506
1614
1720
1400
1557
1550
20304

2012
1467
1569
1553
1080
1674
1623
1509
1629
1518
1394
1476
1337
17829

Tahun
2013
1512
1573
1502
1446
1642
1388
1386
1581
1230
1492
1491
1406
17649

2014
1364
1442
1216
1489
1600
1370
1518
1395
1348
1372
1360
1382
16856

2015
1438
1549
1535
1472
1389
1183
1382
1268
1354
1370
1202
1357
16499

Sumber : KPP Pratama Kendari


Data pada Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa penyampaian SPT
Masa PPh badan paling
banyak pada tahun 2011 dengan jumlah
penyampaian SPT Masa PPh sebanyak 20.304 sedangkan penyampaian
SPT Masa PPh paling sedikit pada tahun 2015 dengan jumlah penyampaian
SPT Masa PPh sebanyak 16.499. Hal ini disebabkan karena tingkat
kepatuhan wajib pajak badan pada tahun 2011 lebih patuh untuk
menyampaikan SPT sedangkan pada tahun 2015 tingkat kepatuhan wajib
pajak badan dalam menyampaikan SPT.
Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah
peningkatan penerimaan pajak PPh. Variabel ini diukur berdasarkan pajak
penghasilan yang terealisasi dalam tahun pajak berjalan mulai dari tahun
2011-2015 pada KPP Pratama Kendari. Adapun jumlah realisasi penerimaan
PPh untuk variabel Peningkatan penerimaan PPh adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Jumlah Realisasi Penerimaan PPh (dalam Rp)
Bulan

Tahun

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah

2011
12.740.964.373
16.037.923.560
16.630.409.621
17.506.378.694
18.921.620.225
19.510.817.970
21.045.490.182
23.689.368.198
18.453.681.292
22.054.311.340
23.456.319.082
48.046.542.466
258.093.827.003

2012
32.220.655.035
12.372.815.541
18.204.756.098
60.003.989.964
22.761.708.371
13.998.021.269
25.187.127.596
22.402.760.017
24.910.245.308
35.125.746.842
34.499.240.481
62.195.997.284
363.883.063.806

2013
29.409.406.801
28.801.401.628
24.037.451.746
30.447.340.592
30.805.237.441
23.259.668.009
26.987.283.139
28.300.556.481
29.507.828.696
30.392.358.977
50.455.720.579
70.339.414.639
402.743.668.728

2014
32.906.442.268
22.796.898.140
25.707.589.387
24.918.490.897
18.455.681.431
23.484.720.457
32.825.373.846
34.691.491.782
29.487.476.446
33.692.448.770
37.430.169.157
88.189.328.480
404.586.111.061

2015
24.080.389.009
13.735.874.632
17.421.093.239
26.002.481.457
30.360.442.918
32.978.646.834
43.293.258.329
29.740.165.915
28.671.614.403
61.630.561.412
71.198.460.830
122.012.031.432
501.125.020.410

Sumber : KPP Pratama Kendari


Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa penerimaan PPh badan
paling banyak pada tahun 2015 dengan jumlah penerimaan PPh sebanyak
Rp 501.125.020.410. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan tarif
pajak dan kebijakan pajak yang berlaku pada tahun 2015 sehingga
Jurnal Akuntansi (JAk)

penerimaan pada tahun 2015 dibandingkan tahun-tahun yang lain lebih


besar pada KPP Pratama Kendari. Sedangkan penerimaan PPh badan
paling sedikit pada tahun 2012 dengan jumlah penerimaan PPh sebanyak
Rp 363.883.063.806.. Hal ini disebabkan pada tahun 2012 sistem
administrasi dalam mengumpulkan pajak kurang baik.
Variabel moderating (moderating variable) variabel yang dapat
memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen. Variabel moderasi pada penelitian ini adalah
penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Variabel di
ukur berdasarkan jumlah surat tagihan pajak yang diterbitkan oleh KPP
Pratama kendari dari tahun 2011-2015. Adapun jumlah surat tagihan pajak
untuk variabel Penagihan Pajak adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Jumlah Surat Tagihan Pajak
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah

2011
13
16
18
22
28
28
26
30
32
33
32
56
334

2012
75
57
63
107
67
58
70
67
69
80
79
109
901

Tahun
2013
69
65
74
59
73
67
92
80
89
86
115
144
1013

2014
155
145
148
147
141
146
155
157
152
156
160
214
1876

2015
71
59
64
72
76
78
89
75
74
112
117
168
1055

Sumber: KPP Pratama Kendari


Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa penyampaian jumlah surat
tagihan pajak yang dikeluarkan oleh KPP Pratama Kendari paling banyak
pada tahun 2014 dengan jumlah penyampaian SPT Masa PPh sebanyak
1876. Hal ini disebabkan pada tahun 2014 wajib pajak badan lebih banyak
yang kurang patuh sehingga perlu dilakukannya tindakan penagihan dengan
mengirimkan surat tagihan pajak yang dilakukan oleh KPP Pratama Kendari.
sedangkan penyampaian jumlah surat tagihan pajak paling sedikit pada
tahun 2011 dengan jumlah penyampaian SPT Masa PPh sebanyak 334. Hal
ini disebabkan karena tingkat kepatuhan wajib pajak badan pada tahun 2011
lebih patuh untuk melunasi utang pajaknya sehingga surat tagihan yang
dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun yang lainnya.
b. Pengujian Hipotesis
1. Uji Parsial (Uji t)
Berdasarkan data hasil penelitian pada deskripsi variabel, hasil dari
pengolahan statistik diperoleh nilai sebagaimana yang tercantum dalam tabel
4, sebagai berikut:

Jurnal Akuntansi (JAk)

Tabel 4 Hasil Analisis Regresi


Coefficientsa
Standardized
Coefficients
Model
1

Beta

(Constant)
Kepatuhan WP Badan

3,317

,002

1,905

4,529

,000

,925

6,681

,000

-1,966

-5,239

,000

Penagihan Pajak
Kepatuhan WP
Badan*Penagihan Pajak

Sig.

a. Dependent Variable: Peningkatan Penerimaan PPh

H1 : Tingkat kepatuhan wajib pajak badan berpengaruh signifikan


terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan
Dapat dilihat bahwa, Nilai thitung sebesar 4,529 lebih besar dari nilai ttabel
sebesar 2,002 (4,529 > 2,002). Hal ini berarti Tingkat kepatuhan wajib pajak
berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan.
Penjelasannya dapat dikatakan bahwa hipotesis satu (H1) dapat diterima,
dengan demikian yang terbukti ialah tingkat kepatuhan wajib pajak badan
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak
penghasilan.
H2 : Penagihan pajak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
penerimaan pajak penghasilan
Dapat dilihat bahwa, Nilai thitung sebesar 6,681 lebih besar dari nilai ttabel
sebesar 2,002 (6,681 > 2,002). Hal ini berarti penagihan pajak berpengaruh
terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan. Penjelasannya
diakatakan bahwa hipotesis satu (H2) dapat diterima, dengan demikian yang
terbukti ialah penagihan pajak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
penerimaan pajak penghasilan.
H3 : Interaksi antara kepatuhan wajib pajak badan dengan penagihan
pajak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak
penghasilan
Dapat dilihat bahwa Penagihan pajak memoderasi
pengaruh tingkat
kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan penerimaan pajak
Nilai thitung sebesar -5,239 lebih besar dari nilai ttabel sebesar 2,002 (5,239>2,002). Hal ini berarti Penagihan pajak memoderasi secara negatif
pengaruh Kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan penerimaan
pajak penghasilan. Penjelasannya dapat dikatakan bahwa hipotesis tiga (H3)
dapat diterima, dengan demikian yang terbukti ialah Penagihan pajak
memoderasi secara negatif pengaruh kepatuhan wajib pajak badan terhadap
peningkatan penerimaan pajak penghasilan.
2. Moderated Regeessin Analysis (MRA)

Jurnal Akuntansi (JAk)

10

Berdasarkan Tabel 4 di atas diperoleh model persamaan regresi


sebagai berikut:
Yi = + 1Xi + 2Mi + 3Xi*Mi +
Yi = 1,905Xi + 0,925Mi - 1,966XiMi +
Persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1.Koefisien regresi untuk variabel kepatuhan wajib pajak badan adalah 1,905
kali dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara variabel
kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan penerimaan pajak
penghasilan. Sehingga mengindikasikan bahwa apabila variabel kepatuhan
wajib pajak badan terjadi peningkatan 1 kali dan variabel yang lain
dianggap konstan, maka variabel terikat peningkatan penerimaan pajak
penghasilan akan mengalami kenaikan sebesar 1,905 kali. Hal ini
dikarenakan, hasil uji t yang menyatakan thitung lebih besar dari ttabel
(4,529 > 2,002).
2.Koefisien regresi untuk variabel Penagihan pajak adalah 0,925 kali dapat
diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara variabel penagihan
pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan. Sehingga
mengindikasikan bahwa apabila variabel penagihan pajak terjadi
peningkatan 1 kali dan variabel yang lain dianggap konstan, maka variabel
terikat peningkatan penerimaan pajak penghasilan akan mengalami
kenaikan sebesar 0,925 kali. Hal ini dikarenakan, hasil uji t yang
menyatakan thitung lebih besar dari ttabel (6,681 > 2,002).
3.Koefisien regresi untuk varibel gabungan (moderasi) kepatuhan wajib pajak
badan dan penagihan pajak adalah - 1,966 kali dapat diartikan bahwa
terdapat hubungan yang negatif antara gabungan (moderasi) kepatuhan
wajib pajak badan dan penagihan pajak terhadap peningkatan penerimaan
pajak penghasilan. Sehingga mengindikasikan bahwa apabila gabungan
(moderasi) kepatuhan wajib pajak badan dan penagihan pajak terjadi
peningkatan 1 kali dan variabel penelitian yang lain konstan, maka variabel
terikat peningkatan penerimaan pajak penghasilan akan mengalami
penurunan sebesar 1,966 kali.
3. Uji Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi (R Square) dalam penelitian ini adalah
sebesar 0,576 yang menunjukkan bahwa besarnya pengaruh langsung atau
kontribusi variabel X1 dan variabel moderasi terhadap Y adalah sebesar
57,6% atau pengaruh kepatuhan wajib pajak badan dan penagihan pajak
yang digunakan dalam model penelitian ini mampu menjelaskan sebesar
57,6% variasi dari penerimaan pajak penghasilan dan sisanya sebesar
42,4% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam model penelitian ini.
2. Pembahasan
a. Pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak
peningkatan penerimaan pajak penghasilan

Jurnal Akuntansi (JAk)

11

badan

terhadap

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kepatuhan wajib pajak


badan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak
penghasilan, dengan demikian hipotesis pertama diterima. Pengaruh
signifikan memberikan makna bahwa dengan meningkatnya kepatuhan wajib
pajak badan yang ada akan bisa meningkatkan penerimaan pajak nantinya,
karena faktor utama yang mempengaruhi penerimaan pajak adalah tingkat
kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya dalam
membayar pajak.
b. Pengaruh penagihan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak
penghasilan
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa penagihan pajak
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak
penghasilan, dengan demikian hipotesis kedua diterima. Pengaruh signifikan
memberikan makna bahwa dengan meningkatnya kegiatan penagihan pajak
yang ada akan bisa meningkatkan penerimaan pajak nantinya, karena salah
satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak adalah dengan
dilakukannya kegiatan penagihan pajak yang ditujukan kepada wajib pajak
badan yang tidak patuh sehingga dapat menyadari dan melakukan
kewajibannya dalam membayar pajak maka akan meningkatkan penerimaan
pajak pada KPP Pratama Kendari.
c. Pengaruh interaksi antara tingkat kepatuhan wajib pajak badan
dengan penagihan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak
penghasilan
Hasil analisis interaksi variabel gabungan (moderasi) tingkat kepatuhan
wajib pajak badan dan penagihan pajak menunjukkan bahwa berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan. Variabel
gabungan (moderasi) tingkat kepatuhan wajib pajak badan menunjukkan
tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini menandakan bahwa
penagihan pajak dapat menjadi variabel moderating antara kepatuhan wajib
pajak badan dan peningkatan penerimaan pajak atau dengan kata lain H3
diterima. Walaupun H3 diterima namun interaksi antara variabel kepatuhan
wajib pajak badan dengan peningkatan penerimaan pajak penghasilan
dengan adanya varibel moderasi dapat melemahkan hubungan interaksi
tersebut sebab tingkat keptuhan wajib pajak badan di KPP Pratama Kendari
sudah tergolong patuh untuk melaporkan dan membayar pajaknya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang
dapat diambil adalah: (1)Tingkat kepatuhan wajib pajak badan berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan. Semakin
tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak akan membuat peningkatan penerimaan
pajak semakin besar. (2) Tingkat penagihan pajak berpengaruh signifikan
terhadap
peningkatan
penerimaan
pajak
penghasilan.
Semakin
meningkatnya kegiatan penagihan pajak akan bisa meningkatkan
penerimaan pajak (3) Penagihan pajak bisa menjadi variabel moderating
antara tingkat kepatuhan wajb pajak badan dan peningkatan penerimaan
pajak penghasilan. Hal ini karena semakin dilakukannya kegiatan penagihan

Jurnal Akuntansi (JAk)

12

maka akan memperlemah hubungan antara kepatuhan wajib pajak terhadap


peningkatan penerimaan pajak sebab tingkat kepatuhan wajib pajak badan
pada KPP Pratama Kendari sudah tergolong patuh.
Saran yang diajukan oleh penulis yaitu,(1) Dalam rangka meningkatkan
kepatuhan wajib pajak yang ada maka fiskus berusaha memperbaiki
pelayanan kepada wajib pajak yang ada seperti: perubahan sistem
administrasi perpajakan kearah yang lebih modern, perubahan tata kerja dan
perubahan fisik kantor pajak. (2) Disarankan untuk mempertahankan
peningkatan penerimaan PPh dan mencari obyek-obyek pajak yang belum
diketahui yang dapat menambahkan penerimaan pajak penghasilan. (3)
Disarankan kepada pihak fiskus untuk lebih mensosialisasikan akan
pentingnya membayar pajak demi kelangsungan pembangunan negeri ini
dan lebih rutin melakukan pemeriksaan untuk menghalang-halangi wajib
pajak melakukan kecurangan, sehingga akan meningkatkan penerimaan
pajak nantinya. Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak, maka pihak
fiskus dalam melakukan pemeriksaan/penelitian harus dilakukan dengan
benar melalui tahapan-tahapan, prosedurprosedur, dan pedoman
pemeriksaan yang telah ditetapkan.(4) Diharapkan penelitian selanjutnya
menambah jumlah tahun pajak yang digunakan dalam penelitian menjadi 5
tahun atau lebih agar mendapatkan hasil yang lebih akurat dan memperluas
wilayah sampel penelitian, bukan hanya pada satu Kantor Pelayanan Pajak,
sehingga dapat diperoleh hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang
lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. Akuntansi Perpajakan, Salemba
Empat, Edisi 2 Revisi, Jakarta, 2010.
Agusti, Asri Fika dan Vinola Herawaty. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Yang
Dimoderasi Oleh Pemeriksaan Pajak Pada KPP Pratama,
Simposium Nasional Akuntansi 12, Palembang, 2009.
Diana, Anastasia dan Setiawati Lilis."Perpajakan Teori dan Peraturan
Terkini", Penerbit Andi, Yogyakarta, 2014.
Direktorat Jendral Pajak. 2012. Susunan Dalam Satu Naskah UndangUndang Perpajakan. Jakarta : Direktorat Jendral Pajak.
Ghozali, Imam. Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Hidayat Nur. 2013. Pemeriksaan Pajak Menghindari dan Menghadapi.Jakarta
: PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia.
Hutagaol, John. 2007. Perpajakan Isu-Isu Kontemporer. Edisi Pertama.
Yogyakarta: graha ilmu.
Indriantoro, Nurd & Bambang, Supomo.2009. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi & Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFEYogyakarta.

Jurnal Akuntansi (JAk)

13

Kiswanto, Rosy Prihastanti.2015. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan


Terhadap Penerimaan Pajak Dimoderasi Oleh Pemeriksaan Pajak.
Skripsi tidak diterbitkan : Universitas Negeri Semarang.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi
Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Kurnia , Sitti Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek
Formal, Yogyakarta: Graha Ilmu
Malik, Dusep. Target Penerimaan Pajak 2012 Sebesar Rp 1.032,6 Triliun,
Diakses melalui: http://www.indonesia financetoday. com/read /
17147/ Target PenerimaanPajak-2012-sebesar-Rp-1.0326-Triliun,
pada tanggal 10 Desember 2015.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penenrbit: CV. Andi
Offset.
Moh.Zain. 2008. Manajemen Perpajakan .Jakarta: Salemba Empat
Rahayu, Sitti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek
Formal, Yogyakarta: Graha Ilmu .
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi Keenam, Buku I.
Jakarta: Salemba Empat.
Rohman, Rizal Fakhtur, Kontroversi Penunggak Pajak Terbesar Februari
10, 2014,
Diakses melalui
http: //hitungpajak. wordpress.
com/2010/02/10/ kontroversi- penunggak -pajak,terbesar/, pada 1
November 2015.
Rustiyaningsih, Sri. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak. Widya Warta No. 2 Tahun XXXV,Juli 2011 hal. 44-54.
Santoso, Singgih. 2004. SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak Edisi 5. Jakarta. Salemba Empat.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
CV Alfabeta
Suhendra, Euphrasia Susy. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan
Badan, Jurnal Ekonomi Bisnis No. 1, Volume 15, April 2010.
Sumarsan, Thomas SE., M.M. 2013. Perpajakan Indonesia : Pedoman
Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-undang Terbaru.
Edisi Ketiga. Jakarta Barat : Penerbit Indeks
Suryadi. Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib
Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak,
Jurnal Keuangan Publik Volume 4 Nomor 1, 2006.
Suryani, Tri. 2013. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan
Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Dengan
Penagihan Pajak Sebagai Variabel Moderating.Skripsi tidak
diterbitkan.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jurnal Akuntansi (JAk)

14

Anda mungkin juga menyukai