Anda di halaman 1dari 1

Dana Masjid Pun Terindikasi Dikorup

Kendari, Jurnal Nasional Godaan uang memang kuat. Tidak peduli uang itu diperuntukkan
apa, tetap saja menarik untuk disalahgunakan. Hal itulah yang terjadi pada dana Yayasan
Masjid Agung Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Dana bantuan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra sebesar Rp 250 juta untuk renovasi
masjid kebanggaan masyarakat Muna itu diduga diselewengkan. Tidak jelas siapa yang
menyelewengkan dana itu, tapi dua orang yang dibidik adalah mantan Ketua Yayasan Masjid
Agung LM Baharuddin yang kini menjadi Bupati Muna dan ketua yayasan saat ini Kepala
Badan Perencanaan dan Pembangunan Muna Syahril.
Dugaan penyelewengan itu bersumber dari tudingan bahwa laporan pertanggungjawaban
penggunaan dana yang telah diserahkan pada Desember 2010 terindikasi fiktif. Tudingan itu
dilayangkan oleh sebuah LSM bernama Forum Rakyat untuk Demokrasi (Fomrad) Sultra
yang dipimpin oleh Nurhayat Fariki.
Nurhayat mengatakan, salah satu indikasi penyelewengan adalah pembangunan tempat
wudhu yang dalam laporan pertanggungjawaban tertulis Rp 64 juta. Padahal, menurut
Nurhayat, dengan bangunan tempat wudhu seperti itu, maksimal dana yang dibutuhkan hanya
Rp 11 juta.
Mayoritas pengurus yayasan membenarkan kalau sudah terjadi penyelewengan dana masjid,
mulai dari bantuan Pemprov Sultra sebesar Rp 250 juta hingga bantuan Murad Husain
(seorang pengusaha sukses asal Muna) sebesar Rp 300 juta, jelas Nurhayat di Muna, Selasa
(26/4).
Nurhayat mengatakan, sepanjang tidak ada bukti penggunaan dana, maka itu adalah fiktif dan
masuk dalam kategori korupsi. Dia mengancam, jika tidak ada langkah dari pihak kejaksaan
untuk melakukan pemeriksaan, baik kepada LM Baharuddin maupun Syahril, maka pihaknya
akan bersurat ke kejaksaan agung.
Isu korupsi yang berhembus dan membidik bupati ini sudah mendapat klarifikasi dari pihak
Pemda Muna. Pekan lalu, Kabag Humas Pemda Muna La Kusa mengungkapkan, segala hal
yang berkaitan dengan pembangunan Masjid Agung Raha diserahkan sepenuhnya kepada
Wakil Ketua Pembangunan Masjid Agung Syahril.
Menurut La Kusa, yang harus ditanya soal dana pembangunan masjid adalah Syahril, sebagai
penerima kwitansi dan ditugaskan langsung oleh bupati menyelesaikan administrasi bantuan
tersebut.
Bantuan itu diserahkan langsung bupati kepada Syahril tiga hari setelah gubernur
menyerahkannya. Jadi, silakan tanya ke Syahril, kata La Kusa.
Ketika dikonfirmasi, Syahril sendiri menyatakan sudah menyerahkan dana itu kepada
pengurus masjid. Dia mengakui, kalau dana itu memang belum digunakan karena masih
menunggu desain utuh masjid tersebut. Begitu desain sudah jadi, dana akan digunakan.
Hal yang janggal, kalau memang desain belum rampung mengapa ada pembangunan tempat
wudhu? Kita tunggu saja.(andi syahrir)

Anda mungkin juga menyukai