BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian nilai
Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti
kebaikan suatu hal, Nilai artinya sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau
Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda
konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut
lain:
1) Menurut Milton Rekeach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe
1
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),
Cet. 1, h. 61
2
W.J.S. Purwadaminta, Kamus Umum bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka, 1999), h.
677
3
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001), h. 98
27
28
cara langsung kualitas yang terdapat dalam objek itu. Dengan demikian
nilai tidak semata-mata subjektif, melainkan ada tolok ukur yang pasti
terletak pada esensi objek itu. Kedua, nilai sebagai objek dari suatu
pikiran. Ketiga, nilai sebagai hasil dari pemberian nilai, nilai itu
memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang
merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi
yang ketat.
Sehingga sesuatu bernilai bagi seseorang belum tentu bernilai bagi orang
lain, karena nilai itu sangat penting dalam kehidupan ini, serta terdapat suatu
hubungan yang penting antara subyek dengan obyek dalam kehidupan ini.7
apabila dilaksanakan dalam pola tingkah laku dan pola berfikir suatu
7
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam...,h.
30
2. Macam-macam nilai
bermacam-macam, diantaranya:
a. Dilihat dari segi komponen utama agama islam sekaligus sebagai nilai
tertinggi dari ajaran agama islam, para ulama membagi nilai menjadi
dan Ihsan yang esensinya sama dengan akidah, syari’ah dan akhlak.
b. Dilihat dari segi Sumbernya maka nilai terbagi menjadi dua, yaitu Nilai
yang turun bersumber dari Allah SWT yang disebut dengan nilai
manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniah. Kedua nilai tersebut
8
EM, Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: PT Gramedia, 1993), h.
25
31
c. Kemudian didalam analisis teori nilai dibedakan menjadi dua jenis nilai
pendidikan yaitu:
2) Nilai instrinsik ialah nilai yang dianggap baik, tida untuk sesuatu
bersifat relatif dan subjektif , dan nilai instrinsik keduanya lebih tinggi
d. Sedangkan nilai dilihat dari segi sifat nilai itu dapat dibagi menjadi tiga
macam yaitu:
subjek tersebut.
esensi dari objek secara logis yang dapat diketahui melalui akal
Berbagai nilai yang sudah ada tersebut perlu dan penting untuk dapat
rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta kasih, kebutuhan akan penghargaan
mengalami perubahan.
selanjutnya menjadi pedoman dan tolak ukur dalam bertindak, bersikap dan
11
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, h. 97
33
berfikir. Oleh karena itu diperlukan strategi yang efektif dan efisien. Strategi
adalah penataan potensi dan sumber daya agar dapat efisien memperoleh
juga masa depan Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir berpendapat bahwa dalam
pendidikan yang dijiwai oleh nilai-nilai akidah dan moral Qur’an. Karena
nilai moral (moral values) yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul memiliki sifat yang unggul kompetitif secara universal terhadap nilai
12
Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan,
(Yogyakarta:Rake Sarasin, 1993), h. 109
34
sosial dalam diri siswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
nilai-nilai peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang
Pendekatan penenaman nilai menurut Ansori itu ada dua cara yang
Al-Hadits. Validitas ini jelas, namun juga masih terbatas karena tidak
semua nilai Islami dapat digali dari kedua sumber itu maka perlu juga
1. Pengertian pendidikan
a. Menurut Bahasa
atau bimbingan.
dari guru kepada para siswanya. Artinya ada tiga dimensi pokok
membedakan barang yang benar dan yang salah, yang baik dan
19
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai ,(Bandung: ALFABETA, 2008), h. 1-3
38
baik dan sempurna saat ini di Indonesia. Definisi inilah yang menjadi
“pendidik”.
yang digunakan. Ketiga kata tersebut, yaitu (1) “at-atarbiyah”, (2) “al-
ta’adib berasal dari kata tsulasi maszid bihaijmn wahid, yaitu ‘addaba
pemberian pengetahuan.
20
Al-Raghib Al-Isfahany, Mu’jam al-Mufradat Al-fazh al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), h.
189
21
Abu A’la al-Mardudi, Dasar-dasar Pendidikan, (Padang: The Zaqi Press, 2008), h. 17
22
Abd al-rahman Abdullah, Usus al-tarbiyah al-Islamiyah wa Thuruq Tadrissuha (Damaskus:
Dar Al-Nahdhah al-Arabiyah, 1965), h.27
40
dan pengakuan tempat-tempat yang tepat dan segala sesuatu yang dalam
hal yang baik, mengungkapkan dengan bahasa lisan dan tulisan yang
23
Muhammad naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1998), h.
66.
24
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: KALAM MULIA, 2012), h. 35-36
41
tulisan.25
hasilnya di akhirat.
25
M. Athiyah al-Abrasyi, Al-Tarbiyah al-Islamiyah, (Mesir: Dar al-Fikr al-Arabi, tth), h. 100
26
Hasan Langgulung, h. 87
27
Omar Mohammad al-Toumi al-Syaibaniy, Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah (terj) Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 339
42
manusia.28
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
negara.29
28
Second World Conference on Muslim Education, International Seminar on Islamic
Concepts and Curiculum,(Islamabad: Recommendation, 1980), h.
29
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai , h. 1-2
30
Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang: The Zaki Press, 2009), h. 48
43
nilai-nilai Islam.31
dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus
beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan
berbagai metoda dan pendekatan. Dari satu segi kita melihat, bahwa
mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan
diri sendiri maupun orang lain. Disegi lainnya, pendidikan Islam tidak
31
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam , (Bandung: PT AL-MA’ARIF,
1962), h. 23
44
hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga bersifat praktis. Ajaran Islam
tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu
amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah
para Nabi dan Rasul, selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah
luas.33
32
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam ,(Jakarta: BUMI AKSARA, 1992), h.28
33
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 30-31.
45
semua acuan atau rujukan yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan
dan landasan pendidikan harus sama dengan sumber Islam itu sendiri, yaitu
SAW .
a. Al-Qur’an
ini sesuai dengan tujuan kehadirannya, antara lain agar menjadi bahan
34
Abdurrahman An Nawawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1995), h. 28
46
surat An-Naas.35
ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an terdiri dari dua prinsip besar
SYARI’AH.36
dilakukannya. Hal ini dapat dilihat, bahwa hampir dua pertiga dari ayat
pendidikan.37
35
Abd al-Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih ,(Mesir: al-Ma’arif, 1968), h.60
36
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam , h. 19-20
37
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya
Gramedia Pratama, 2001), h. 96
47
b. As-Sunnah
Allah SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau
Kemudian disusul oleh Ali bin Abi Thalib yang banyak merumuskan
38
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 21
48
d. Kemaslahatan Umat
kebutuhan masyarakat.
dapat dijadikan dasar ideal pendidikan Islam. Tentu saja ada seleksi
terlebih dahulu terhadap tradisi tersebut, mana yang sesuai diambil, dan
39
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya,
1993), h. 148
40
Ibid., h. 149
41
Ibid.,h. 150-151
49
yang menurut Zakiah Daradjat harus tetap bersumber pada al-Qura’an dan
Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat oleh para pakar pendidikan Islam.
kebutuhan hidup disuatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu dan teori-
teori pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan
kebutuhan hidup.42
umat, nilai atau adat istiadat yang berkembang di masyarakat, dan hasil
bahasa Inggris, istilah “tujuan” dinyatakan dengan goal atau purpose atau
yang sama, yaitu arah suatu perbuatan atau yang hendak dicapai melalui
42
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 21-22
43
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: KALAM MULIA, 2012), cet ke-9, h. 209
50
tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut H.M.
Arifin,45 tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada futuritas (masa depan)
yang terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan
tujuan, akan tetapi pada umumnya pengertian itu berpusat pada suatu
sebuah proses yang panjang dengan hasil yang tidak dapat diketahui dengan
dan menyadari betul apa sebenarnya yang ingin dicapai dalam proses
Sejalan dengan tujuan misi Islam itu sendiri, maka tujuan dari
44
Ramayulis dkk, Dasar-dasar Kepribadian,(Padang: Zaky Press Center, 2009), h. 29
45
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam...,Ibid.,
51
tingkat akhlak al-karimah. Dan tujuan tersebut sama dan sebangun dengan
target yang terkandung dalam tugas kenabian yang diemban oleh Rasul
a. Tahap-tahap tujuan
(manusia paripurna).
terakhir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan
46
Abu Achmadi, Islam Sebagai Paradigma ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: AdityaMedia,
1992), h. 65
52
empirik.
2) Tujuan Umum
47
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam...,h.211-213
48
Hasan Langgulung..., h. 59
55
tersebut.49
dan perfeksi.51
49
Ibid..., h. 30
50
Abu Achmadi, Islam Sebagai Paradigmailmu pendidikan...,h.66
51
Firs World Conference on Muslim Education, Recomendations, (Mecca Inter Islam
University Cooperation of Indonesia, 1997), h. 4.
56
yaitu:52
manfaat.
keagamaan.
yaitu :
52
M. Athiyah al-Abrasy, Al-Islamiyah wa Falsafahtuha, (Qahirah: Isa al-Babi al-Halabi,
1969), h. 71
57
anak-anak.
maupun perempuan.
bakat-bakat manusia.53
hidup ini.
53
Abd. al-Rahman al-Nahlawy, Usus al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Thuruq Tadirisiha
(Damaskus: Dar al Nahdhah al-Arabiyah, 1965), h. 67
58
intruksional.55
3) Tujuan khusus
54
Ibid., h. 61-62
55
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam..,h. 30
59
mulia.
kerelaan.
ajaran-ajarannya.
56
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989), h. 64
60
4) Tujuan Sementara
pendidikan formal.
ideal Islam.58
57
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 31
58
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: KALAM MULIAH, 2012), cet ke-9, h. 219-
220.
62
“nilai-nilai pendidikan Islam adalah ada pada determinasi yang terdiri dari
cara pandang, aturan dan norma yang ada pada pendidikan Islam yang selalu
dapat dipahami bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah ciri khas, sifat
yang melekat yang terdiri dari aturan dan cara pandang yang dianut oleh
agama Islam.
pada generasi muda, namun tentu saja banyak sisi negatif yang diakibatkan
oleh seiring dengan kemajuan zaman. Kalau setiap orang tidak waspada
59
Ali Sarwan, Ciri-ciri Pendidikan Islam,(Internet, 23 Maret 2006), h.5
60
Ruqaiyah M, Konsep Nilai dalam Pendidikan Islam, (Padangseidimpuan: Makalah STAIN
Padangdisimpuan, 2006), h. 19
63
gejala-gejala yang terjadi pada akhir-akhir ini maka tugas guru sebagai
negatif. Ada tiga tanggung jawab guru dalam menanamkan nilai-nilai Islam.
Diantaranya:
hendaklah bulat dan penuh, tidak tercampur dengan syak, ragu dan
kesamaran.
luar biasa pada kepribadian anak, pribadi anak tidak akan didapatkan
selain dari orang tuanya. Pembinaan tidak dapat diwakili dengan sistim
dan berbagai cabangnya seperti tauhid ulluhiyah atau penjauhan diri dari
perbuatan syirik, aqidah Islam berkaitan pada keimanan. Anak pada usia
Allah Swt.`64
63
Muhammad Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, penterjemah Kuswah
Dani, judul asli Manhajul al-tarbiyah al-Nabawiyah Lil-al Thifl, (Bandung: Albayan, 1997), h, 108
64
Abduurahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:
Gema Insani Press, tth), h.84
65
pembinaan aqidah anak adalah masa kanak-kanak dimana pada usia ini
dan ditanamkan dalam jiwa anak akan bisa tumbuh dengan subur,
ﻋﻠَﻰ َ ل َ ﻦ ﺁ َﻣﻨُﻮ ْا ﺁ ِﻣﻨُﻮ ْا ﺑِﺎﻟّﻠ ِﻪ َو َرﺳُﻮِﻟ ِﻪ وَا ْﻟ ِﻜﺘَﺎﺑِﺎﱠﻟﺬِي َﻧ ﱠﺰَ ﻳَﺎ َأ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ
ﻼ ِﺋ َﻜ ِﺘ ِﻪ
َ ﻞ َوﻣَﻨ َﻴ ْﻜ ُﻔ ْﺮ ﺑِﺎﻟّﻠ ِﻪ َو َﻣُ ل ﻣِﻦ َﻗ ْﺒ َ ي أَﻧ َﺰ
َ ب اﱠﻟ ِﺬ ِ َرﺳُﻮِﻟ ِﻪ وَا ْﻟ ِﻜﺘَﺎ
:ﻻ َﺑﻌِﻴﺪًا )اﻟﻨﺴﺎء ًﻼ َﺿ َ ﻞ ﺿﱠَ ﺧ ِﺮ َﻓ َﻘ ْﺪِ ﺳِﻠ ِﻪ وَا ْﻟ َﻴ ْﻮ ِم اﻵ
ُ َو ُآ ُﺘ ِﺒ ِﻪ َو ُر
(١٣٦
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada
Allah Swt dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah Swt turunkan
kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah Swt turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah Swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya
orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS an-Nisaa’:136)
mukmin mesti beriman kepada hal-hal yang telah ditetapkan oleh Allah
diperintahkan Allah Swt dikenal dengan rukun iman yang terdiri dari
65
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyaraka,
(Jakarta:Gema Insani Press, tth), h. 84
66
beriman kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Akhir dan Qadha
hari.
Nurcholis Madjid:
66
Aswil Rony, dkk. Alat Ibadah Muslim Koleksi Museum Adhityawarman, (Padang: Bagian
Proyek Pembinaan Permuseuman Sumatera Barat, 1999), h. 18
67
Ibid.,h. 60
67
“abdi”, abd) atau penghambaan diri kepada Allah Swt, Tuhan yang
maha Esa. Karena itu dalam pengertiannya yang lebih luas, ibadat
berikut:
dunia”.69
bukti nyata dari aqidah. Dalam pembinaan ibadah ini, firman Allah
ﻦ
ُﺤْ ﻚ ِرزْﻗًﺎﻧﱠ
َ ﺴَﺄُﻟ
ْ ﻋَﻠ ْﻴﻬَﺎ ﻻ َﻧ
َ ﻄ ِﺒ ْﺮ
َﺻ
ْ ﻚ ﺑِﺎﻟﺼﱠﻼ ِة وَا َ َو ْأ ُﻣ ْﺮ َأ ْهَﻠ
(١٣٢:ﻚ وَا ْﻟﻌَﺎ ِﻗ َﺒ ُﺔ ﻟِﻠ ﱠﺘ ْﻘﻮَى )ﻃﻪ
َ َﻧ ْﺮ ُز ُﻗ
Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat
dan bersabarlah kamu mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki
kepadamu, kamilah yang memberikan rizki kepadamu. Dan akibat
(yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertaqwa”(QS Thaha:
132).
2) Macam-macam Ibadah
Allah Swt Ta’ala. Kedua; Ibadah Khas yaitu suatu perbuatan yang
b) Mendirikan Shalat
tertentu.
c) Puasa Ramadhan
d) Membayar Zakat
Mekkah.70
diri anak, pada saat anak melakukan salah satu ibadah, secara tidak
langsung akan ada dorongan kekuatan yang terjadi dalam jiwa anak
kekurangan yang terjadi dalam jiwa anak tersebut, hal ini karena
70
Aswil Rony, dkk, Alat Ibadah Muslim Koleksi Museum Adhityawarman...,h. 26-31
71
c. Nilai Akhlak
menurut agama, dan yang buruk menurut ajaran agama buruk juga
ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
diperbuat”72
baik, buruk sebagai opsi bagi manusia untuk melakukan sesuatu yang
dimana hubungan dengan Allah Swt dan dengan sesama manusia dalam
71
Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung: CV, Diponegoro, 1996), h. 11
72
Ibid.,h. 12
72
Secara umum ahlak dapat dibagi kepada tiga ruang lingkup yaitu
akhlak kepada Allah Swt, Akhlak kepada manusia dan akhlak kepada
lingkungan.
(٥٦ : اﻟﺬارﻳﺎت:ن
ِ ﺲ اﻻ ِﻟ َﻴ ْﻌ ُﺒﺪُو
َ ﻦ وَاﻹِﻧ
ﺠﱠِ ﺖ ا ْﻟ
ُ ﺧَﻠ ْﻘ
َ َوﻣَﺎ
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-ku”. (Adz Adzariyaat: 56).
(٦ ) ﻖ
ٍ ﻖ ﻣِﻦ ﻣﱠﺎء دَا ِﻓ
َ ﺧِﻠ
ُ (٥)ﻖ َ ﺧِﻠُ ن ِﻣ ﱠﻢُ ﻈ ِﺮ ا ْﻟﺈِﻧﺴَﺎ
ُ َﻓ ْﻠﻴَﻨ
(٥-٧ :( )اﻟﻄﺎرق٧)ﺐ ِ ﺐ وَاﻟ ﱠﺘﺮَا ِﺋ
ِ ﺼ ْﻠ
ﻦ اﻟ ﱡ
ِ ج ﻣِﻦ َﺑ ْﻴُ ﺨ ُﺮ
ْ َﻳ
73
ﻞ
َ ﺟ َﻌ
َ ﺷﻴْﺌًﺎ َو
َ نَ ﻻ َﺗ ْﻌَﻠﻤُﻮ
َ ن ُأ ﱠﻣﻬَﺎ ِﺗ ُﻜ ْﻢ ِ ﺟﻜُﻢ ﻣﱢﻦ ُﺑﻄُﻮ َ ﺧ َﺮْ وَاﻟّﻠ ُﻪ َأ
: ن)اﻟﻨﺤﻞ َ ﺸ ُﻜﺮُو
ْ ﻷ ْﻓ ِﺌ َﺪ َة َﻟ َﻌﱠﻠ ُﻜ ْﻢ َﺗ
َ ﻷ ْﺑﺼَﺎ َر وَا
َ ﺴ ْﻤ َﻊ وَا
َﻟ ُﻜ ُﻢ ا ْﻟ ﱠ
(٧٨
Artinya: “Dan Allah Swt mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur”. (An-Nahal: 78).
Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam surat Al-Isra’ ayat 70
yakni :
ﺤ ِﺮ َو َر َز ْﻗﻨَﺎهُﻢ
ْ ﺣ َﻤ ْﻠﻨَﺎ ُه ْﻢ ﻓِﻲ ا ْﻟ َﺒ ﱢﺮ وَا ْﻟ َﺒ
َ َوَﻟ َﻘ ْﺪ َآ ﱠﺮ ْﻣﻨَﺎ َﺑﻨِﻲ ﺁ َد َم َو
ﺨَﻠ ْﻘﻨَﺎ
َ ﻋﻠَﻰ َآﺜِﻴ ٍﺮ ﱢﻣ ﱠﻤ ْﻨ َ ﻀ ْﻠﻨَﺎ ُه ْﻢ ت َو َﻓ ﱠ ِ ﻄ ﱢﻴﺒَﺎ
ﻦ اﻟ ﱠ َ ﱢﻣ
(٧٠ : ﻼ)اﻻﺳﺮاء ً َﺗ ْﻔﻀِﻴ
Artinya: “Dan sesunguhnya telah kami muliakan anak-anak
Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri
mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah kami ciptakan.” (al-Isra’: 70).
- Tidak menyekutukan-Nya
- Taqwa kepada-Nya
- Mencintai-Nya
bertaubat
- Mensyukuri nikmat-Nya
- Beribadah
73
A. Mudjab Mahli, Pembinaan Moral di Mata Al-Gazali, (Yogyakarta: BFE, 1984), h. 257
74
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 148
76
dengan baik dan wajar, seperti: tidak masuk kerumah orang lain
bermula dari diri sendiri. Jika tiap pribadi mau bertingkah laku
lain, b). Memberi salam dan menjawab salam, c). Pandai berteima
kasih, d). Memenuhi janji, e). Tidak boleh mengejek, f). Jangan
75
Ibid.,h. 149
77
76
Abdullah Salim, Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan Masyarakat), (Jakarta: Media
dakwah, 1989), h. 155-158
78
anak yang dilakukan oleh orang tua di rumah dan guru disekolah
1. Pengertian novel
dalam arti luas. Pendidikan dalam arti ini tidak terbatas pada buku-buku teks
(text book) pelajaran dan kurikulum yang diajarkan sekolah, namun dapat
berupa media apa saja, termasuk karya sastra, baik yang berbentuk novel,
“berasal dari bahasa Sansekerta: akar kata Sas-, dalam kata kerja turunan
79
–tra biasanya menunjuk alat, sarana. Maka dari itu, Sastra dapat berarti ‘alat
sastra, yaitu teks naratif (prosa), teks monolog (puisi), dan teks dialog
Short Story) merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut
bersinonim dengan fiksi. Sebutan novel dalam bahasa Inggris, dan inilah
yang masuk kemudian masuk ke Indonesia, berasal dari bahasa Italia novella
‘sebuah barang yang baru dan kecil’. Dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita
77
Atmazaki, Ilmu Sastra: Teori dan Terapan, (ttp: Angkasa Raya, t.t), h. 16-17
78
Widjoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: UPI Press,
2006), h. 14
79
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2010), h. 9
80
tujuan estetik.
membacanya. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap orang senang
yang secara sengaja ditawarkan oleh pengarang. Oleh karena itu, cerita,
fiksi, atau karya sastra pada umumnya sering dianggap dapat membuat
manusia’.81
80
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi..., h. 3
81
Ibid.,h. 4
81
2. Macam-macam novel
a. Novel Serius
dalam novel jenis ini disorot dan diungkapkan sampai ke inti hakikat
Oleh karena itu. pembaca novel jenis ini tidak banyak. Namun
banyak, novel ini akan mempunyai gaung dan bertahan dari waktu ke
waktu.
2) Karya sastra ini tidak berhenti pada gejala permukaan saja, tetapi
dialami oleh manusia mana saja dan kapan saja. Karya sastra ini
kebetulan.
4) Isi cerita penuh inovasi, segar dan baru. Sastra adalah penafsiran
b. Novel Populer
jika demikian halnya, novel populer akan menjadi berat dan berubah
memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Bisanya novel ini akan
Novel jenis ini lebih mudah dibaca dan lebih muda dinikmati
83
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia...., h. 44
84
Burhan Nugiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi..., h. 19
84
sentimental.
novel jenis ini, sebab yang demikian itu akan ditinggalkan oleh
massa pembacanya.85
3. Fungsi novel
realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu, tema yang
fungsi suatu karya berbeda. Menurut Wellek dan Warren86 fiksi merupakan
85
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia...., h. 43
86
Burhan Nugiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi..., h. 3
85
pada pembaca disamping tujuan estetik. Membaca sebuah karya fiksi bererti
berikut.
Hiburan ini adalah jenis hiburan intelektual dan spiritual yang lebih
e. Membaca karya sastra (novel) adalah karya seni yang indah dan
4. Unsur-unsur novel
unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat.
macam, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang
a. Unsur Intrinsik
karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang secara faktual akan
1) Tema
tema.
2) Alur
peristiwa yang lain, peristiwa yang lain itu akan menjadi sebab bagi
tersebut berakhir.
3) Penokohan
hampir sama, atau paling tidak serupa. Namun dalam skripsi ini
fokus, sebab inti kajian skripsi ini bukan terletak pada masalah
tersebut.
91
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi...,h. 166
89
4) Latar
berlangsung.92
diceritakan.93
92
Robert Stanton, Teori Fiksi..., h. 35
93
Burhan Nurgiyantoro, Tteori Pengkajian Fiksi...,h. 216
90
karya fiksi kedalam tiga kategori, yaitu latar tempat, latar waktu,
fiksi.
lain yang tergolong dalam latar spiritual. Disamping itu, latar sosial
5) Sudut Pandang
pembaca”.95
apakah dirinya takut terlibat langsung dalam cerita itu atau hanya
dua macam, yaitu pesona pertama (gaya “aku”) dan pesona ketiga
(gaya “dia”).96
95
Ibid.,h. 248
96
Ibid.,h. 256
92
tersebut.
sebagai saksi.
kata ganti. Hal ini akan memudahkan pembaca dan mengenali siapa
6) Gaya Bahasa
b. Unsur Ekstrinsik
yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel harus
makna karya itu mengingat bahwa karya sastra tidak muncul dari
kekosongan budaya.
Serta unsur ekstrinsik yang lain, seperti pandangan hidup suatu bangsa
dan sebagainya.99
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
pesan.
99
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi...h. 23-24
95
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Dalam hal ini maka media
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
menarik yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para pembacanya. Novel
menyebutkan bahwa novel merupakan media yang ampuh bukan saja untuk
100
Panuti Sudjiman, Pengantar Apresiasi karya Sastra, (jakarta: Bhratara Karya Aksara,
1986), h. 6
101
Ibid.,h.6
102
Ibid., h. 6-7
103
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2000), h. 209
96
kelebihan itulah novel dapat menjadi media pendidikan yang efektif, dimana
unyuk memuat pesan yang sama secara serempak dan mempunyai sasaran
yang beragam dari agama, etnis, status, umur dan tempat tinggal dapat
dalam berbagai macam cara dan strategi, sehingga tujuan pendidikan dapat
cerita dan tokoh dalam novel, tanpa harus mengajar seperti halnya pada
cerita dapat mengalir secara lugas, sehingga pembaca dapat menerima pesan
yang disampaikan penulis tanpa paksaan, pesan pendidikan dalam novel juga
yang sangat kuat terhadap pendapat, sikap, dan perilaku pembaca. Hal ini
terjadi karena dalam novel selain pikiran perasaan pembaca pun dilibatkan.
yang ada dalam novel tidak kasar, tetapi merasuk secara perlahan-
novel yang mengandung nilai didaktis yang tinggi; dan umumnya novel
yang demikian biasanya karya novel yang berkaitan dengan suatu agama
atau ideologi politik. Objek dari novel ini adalah kaum muda yang
kehidupan.
98
sinilah nilai-nilai identitas akan muncul dan terjaga karena karya novel
itu. Karena novel akan menanamkan nilai-nilai itu tanpa disadari oleh
siapapun.104
104
Ahmadun Yosi, Novel Sebagai Media Alternatif Pembentuk karakter pada Remaja.
http://uniqlly.multiply.com/journal/item/2 ( 9 Desember 2013: 21:38)