Anda di halaman 1dari 2

Solar Langka, Pertamina Sultra Sanksi SPBU Nakal

Kendari, Jurnal Nasional PT Pertamina Wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) memberi


sanksi kepada dua SPBU di Kota Kendari dan Kabupaten Konawe karena melayani
pengisian BBM jenis solar yang tidak sesuai peruntukan. Akibat kenakalan SPBU tersebut,
solar di Sultra selalu mengalami kelangkaan dalam beberapa bulan terakhir.
Kepala Wira Penjualan Pertamina Wilayah Sultra, Daniel, mengatakan, sanksi yang
dijatuhkan kepada dua SPBU tersebut berupa penghentian jatah BBM selama satu
minggu. Sanski ini dijatuhkan untuk memberi efek jera kepada SPBU tersebut untuk tidak
melanggar peraturan yang berlaku sekaligus menjadi contoh bagi SPBU lain agar tidak
melakukan tindakan serupa.
Langkah yang kita lakukan ini sebagai bentuk penegakan aturan yang mengisyaratkan
bahwa SPBU hanya diperbolehkan melayani kendaraan bermotor dan untuk kebutuhan
usaha kecil. Usaha kecil inipun harus mendapat rekomendasi dari instansi pemerintah
setempat bahwa yang bersangkutan adalah benar-benar pelaku usaha kecil, jelas Daniel
di Kendari, Jumat (11/2).
Yang bisa dilayani dengan pengisian jerigen di SPBU-SPBU, menurut Daniel, adalah
pemegang surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh dinas pertambangan. Selain itu
tidak diperbolehkan membeli dengan jerigen.
Sanksi Pertamina terhadap dua SPBU tersebut dijatuhkan menyusul langkah SPBU yang
melayani pengisian jerigen dan melayani mobil yang tangkinya dimodifikasi sehingga
mampu menampung BBM hingga 550 liter.
Jerigen dan mobil tangki ini kemudian dijual eceran di masyarakat dengan harga yang
lebih tinggi.
Akibat ulah ini, solar di wilayah Sultra terus-menerus mengalami kelangkaan. Setiap hari,
puluhan kendaraan berbahan bakar solar antri di SPBU. Bahkan, banyak di antara para
sopir, terutama truk, yang memilih menginapkan kendaraannya di SPBU untuk
mendapatkan pasokan solar lebih awal keesokan harinya.
Ironisnya, di tengah antrian puluhan kendaraan, malah di pinggir-pinggir jalan dekat
SPBU bermunculan pengecer solar dengan menggunakan jerigen. Tentu saja, harganya
sudah lebih tinggi dari harga normal.
Terkait dengan hal ini, pihak Pertamina menyatakan seharusnya pengecer-pengecer itu
dilarang oleh pemerintah setempat. Daniel mengungkapkan, Pertamina tidak bisa
melarang mereka karena bukan kewenangannya. Itu merupakan kewenangan
pemerintah daerah.
"Mereka (pengecer) ini tumbuh menjamur di seputaran SPBU. Ini sudah jelas-jelas
pelanggaran hukum di depan mata. Tidak mungkin kami dari Pertamina yang akan
menertibkan atau merazia mereka, karena kami tidak memiliki senjata," ujar Daniel.
Ia menjelaskan, kewenangan Pertamina hanya sampai pada penyaluran di SPBU, setelah
itu harus dilakukan pengawasan dan pengaturan secara bersama antara unsur terkait
seperti pemerintah daerah dan aparat. Sesuai undang-undang, kata dia, SPBU hanya
melayani kendaraan bermotor dan juga kebutuhan para pelaku usaha, sehingga tidak
dibenarkan ada yang melayani di luar dari unsur peruntukan tersebut.
Menurutnya, ulah SPBU yang melayani pembeli bukan sesuai peruntukan, menjadi salah
satu penyebab seringnya terjadi kelangkaan BBM jenis solar di daerah ini. Padahal,
dengan kuota 66.668 kiloliter, wilayah Sultra seharusnya tidak mengalami kelangkaan
solar. Kenyataanya, hampir setiap hari terjadi antrian kendaraaan berbahan bakar solar.

Daniel menambahkan, keberadaan para pengecer tersebut tidak mendapatkan izin dari
pemerintah sehingga bisa dikatakan ilegal, dan oleh karenanya perlu dilakukan
penertiban.
Sementara itu, Kepala Seksi Migas Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sultra
Hermiati menjelaskan, pedagang di depan SPBU jelas tidak mungkin memiliki surat
rekomendasi. Sebab, yang memiliki rekomendasi itu adalah unit usaha yang memiliki
SITU dan SIUP, dan bisa dipastikan mereka tidak mungkin memilikinya.(andi syahrir)

Anda mungkin juga menyukai