Anda di halaman 1dari 21

Edisi No.

2/ Tahun 2015

Februari 2015

E-News

PERHEPI

ERHEPI
E-News ini
SEKAPUR SIRIH
difungsikan
sebagai sarana media
OPINI
komunikasi internal
(Hal 1)
PERHEPI serta jejaring
Prof. Bustanul Arin
PERHEPI. Dijadwalkan terbit
(Guru Besar UNILA, Ekonom Senior INDEF, dan Ketua PERHEPI)
Jebakan Target Swasembada Pangan
secara berkala setiap bulan.
(Hal 1)
PERHEPI E-News berisi berita seputar
M. Husein Sawit
kegiatan PERHEPI serta agenda kegiatan ke
Swasembada Beras:
Jangan Abaikan Fokus
depan. Pengelola E-News menerima sumbangan
(Hal 4)
tulisan yang berkaitan dengan kegiatan
Cadangan Beras Pemerintah (CBP):
2
PERHEPI di seluruh Indonesia. Surat menyurat dan
Jangan Bertahan
Pada Beras Kualitas Rendah
komunikasi seputar berita PERHEPI dapat melalui :
(Hal 6)
perhepi.adm@gmail.com

KUTIPAN BERITA

(Hal 8)

EKAPUR SIRIH

E-News bulan ini menampilkan beberapa opini anggota


PERHEPI di media massa. Informasi seputar hasil Raker
Makassar juga kami sajikan bagi pembaca semua. Hasil
seminar tentang kesiapan Indonesia menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN melengkapi pemberitaan
bulan ini, disamping berita tentang kegiatan lainnya.
Komda dapat mengirimkan berita kegiatan atau
gagasan untuk membuat gerak organisasi lebih
dinamis, sementara anggota dapat mengirimkan
opininya tentang pembangunan pertanian serta
pemikiran lainnya terkait bidang keahlian kita.
Pada bagian akhir kami infokan tentang
rencana acara 70 tahun Prof. Bungaran
Saragih dan Seminar Nasional Agribisnis
yang dilaksanakan PERHEPI dan
beberapa pihak lainnya.

SEMINAR NASIONAL PERHEPI


Pertanian Indonesia
dan MEA 2015
Ini Tantangan Sektor Pertanian
Hadapi MEA 2015

(Hal 8)

Pengurus PERHEPI
KOMDA Makassar dikukuhkan

(Hal 9)

INFORMASI RAKER
(Hal 11)

Hasil Rapat Kerja Nasional


PERHEPI Tahun 2015
(Hal 11)

One Day Workshop


Modelling System Dynamic
(Hal 18)

SEMINAR NASIONAL DAN PELATIHAN


Pengenalan dan Modelling System Dynamic
Untuk Bisnis dan Ekonomi Pertanian
(Hal 19)

CALL FOR PAPERS


70 Tahun Prof. Bungaran Saragih
dan Seminar Nasional Agribisnis
(Hal 20)

OPINI
Jebakan Target Swasembada Pangan
Oleh : Prof. Bustanul Arin
(Guru Besar UNILA, Ekonom Senior INDEF, dan Ketua PERHEPI)

emerintahan Kabinet Kerja pimpinan Presiden Joko Widodo dan


Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla telah secara bulat
bertekad untuk mencapai swasembada untuk padi, jagung, dan
kedelai pada 2017. Kemudian secara implisit, pemerintah juga
bertekad untuk mencapai swasembada gula dan daging pada tahun
keempat dan kelima atau pada 2018 dan 2019. Dua pertanyaan
strategis kemudian muncul. Pertama, apakah swasembada padi,
jagung, dan kedelai akan tercapai dalam tiga tahun? Kedua, strategi
apa sajakah yang akan diterapkan pemerintah untuk mencapai
swasembada pangan tersebut?

Artikel ini berusaha membahas target-target swasembada pangan Kabinet Kerja, sekaligus
memberikan analisis terhadap pertanyaan di atas. Penutup artikel ini adalah opsi solusi yang perlu
diambil pemerintah, tidak hanya untuk mengejar swasembada pangan, tapi untuk mencapai tingkat
ketahanan pangan yang lebih bermartabat.
Bukan 'Jebakan Politik'
Dokumen resmi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 telah
mencanangkan peningkatan kedaulatan pangan, untuk mewujudkan kemandirian ekonomi nasional.
Pertama, target ketiga komoditas pangan mungkin ada yang tercapai, tapi ada yang sulit untuk
tercapai. Target pertumbuhan yang tertulis di RPJMN untuk padi 3,03% dan jagung 4,73% per
tahun mungkin cukup realistis, sehingga swasembada padi dan jagung mungkin saja akan tercapai
dalam tiga tahun. Akan tetapi target pertumbuhan produksi kedelai sebesar 22,7% per tahun amat
sulit untuk tercapai, sehingga target swasembada kedelai hampir tidak mungkin tercapai pada
tahun 2018, bahkan tahun 2019. Analisis ini menggunakan data resmi produksi pangan yang
dipublikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dan untuk sementara mengesampingkan kualitas dan
konsistensi data tesebut. Pembahasan tentang kualitas dan metodologi estimasi data produksi
pangan memerlukan ruang diskusi dan landasan teori statistika dan teori ekonomi pertanian tingkat
lanjut (advanced).
Siapa pun yang menetapkan target-target pertumbuhan produksi pangan, data historis tetap perlu
dijadikan referensi, di samping strategi atau langkah yang akan dilakukan pemerintah saat ini
pada kurun waktu lima tahun ke depan. Produksi padi pada 2004 tercatat 54,1 juta ton Gabah
Kering Giling (GKG). Produksi padi pada 2014 telah mencapai 70,6 juta ton GKG atau terjadi
peningkatan 2,70% per per tahun selama 10 tahun Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Produksi jagung pada 2004 tercapai 11,2 juta ton jagung pipilan kering dan meningkat menjadi
19,1 juta ton jagung kering pada 2014. Kinerja pertumbuhan produksi jagung 5,45% per tahun
selama 10 tahun terakhir bahkan masih lebih tinggi dari target pertumbuhan produksi jagung
sebesar 4,70% per tahun pada lima tahun ke depan. Maksudnya, target pertumbuhan produksi
padi 3,03% dan jagung 4,70% per tahun pada Kabinet Kerja mungkin tercapai jika pemerintah
mampu bekerja sama lebih erat lagi dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Lanjutan...

Akan tetapi, target pertumbuhan produksi kedelai sebesar 22,7% per tahun selama lima tahun
mendatang terlalu sulit untuk dicapai. Produksi kedelai pada 2004 hanya tercatat 723 ribu ton
kedelai kering, kemudian meningkat menjadi 923 ribu ton pada 2014, atau terjadi peningkatan
2,47% per tahun selama pemerintahan SBY. Agak sulit diterima akal sehat jika pemerintahan
Jokowi menetapkan target hampir 10 kali lipat dari kinerja pertumbuhan selama 10 tahun terakhir.
Siapa pun yang diberi amanah sebagai Menteri Pertanian pasti akan mengalami kesulitan untuk
mewujudkan target swasembada kedelai, apalagi pada kondisi pemerintahan Kabinet Kerja yang
sedang mengalami uji kompetensi dan integritas yang berat. Masyarakat tentu berharap bahwa
target swasembada pangan itu bukan jebakan politik,yang tidak membawa kemaslahatan apa apa, kecuali kegaduhan dan suasana panas yang tidak produktif.
Harus Lebih Maju
Kedua, strategi yang akan diterapkan pemerintah untuk mencapai swasembada pangan dalam
tiga tahun ke depan cukup banyak. Strategi tersebut terkesan kurang fokus, dan tercampur aduk
antara substansi teoretis, strategi, kebijakan dan program. Mungkin saja Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) memang harus mengakomodasi urusan administrasi dan
birokrasi dari kementerian teknis dan/atau organisasi di dalam Bappenas sendiri.
Sekian macam strategi yang telah tertuang dalam RPJMN 2015-2019 dapat diikhtisarkan sebagai
berikut: (1) peningkatan kapasitas produksi, (2) peningkatan produktivitas pertanian, (3)
peningkatan akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan, (4) pengembangan produksi
pangan secara korporasi (oleh perusahaan swasta dan badan usaha milik negara-BUMN), dan (5)
perlindungan petani dari kegagalan produksi.
Dengan kata lain, strategi implementasi rencana kerja tahunan yang harus dilaksanakan oleh
kementerian teknis, ketersediaan anggaran, personel aparat dan mitra pemerintah serta aspek
delivery system lainnya berperan amat penting pada pencapaian target-target swasembada
pangan. Misalnya, selama tiga bulan pertama ini, pimpinan birokrasi pemerintah (presiden dan
menteri pertanian) cukup rajin melakukan blusukan dan berdialog langsung dengan petani.
Ekspektasinya adalah bahwa dengan mengetahui langsung keluhan petani, respons kebijakan
dapat segera dieksekusi. Apakah hal tersebut efektif dalam mencapai target-target swasembada
yang telah ditentukan, waktu jualan yang akan menentukan. Perencanaan dan strategi yang 100%
sempurna tidak akan bermakna apa-apa jika tidak mampu dilaksanakan secara sempurna di
lapangan. Tapi, pelaksanaan strategi yang 100% sempurna hanya akan menyelesaikan pekerjaan,
tanpa menghasilkan dampak yang lebih bermakna bagi masyarakat luas. Intinya adalah bahwa
kebijakan di tingkat strategis/politis perlu memiliki rasional yang baik dan landasan teoretis yang
dapat dipertanggungjawabkan. Kebijakan di tingkat organisasi dan operasional juga perlu
memiliki prasyarat delivery system yang mumpuni dan kemampuan adaptasi atau eksibilitas
terhadap perubahan lingkungan.

Lanjutan...

Pemerintah pusat perlu mampu mengombinasikan strategi pencapaian swasembada dengan


langkah operasional di tingkat lapangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah
provinsi sebagai perwakilan pemerintah pusat di daerah perlu menjadi koordinator dan jembatan
penghubung antara kebijakan di tingkat strategis dan implementasinya di lapangan. Pemerintah
provinsi perlu bekerja sama lebih erat dengan universitas atau perguruan tinggi lain di daerahnya
yang memiliki kompetensi dan pengalaman melakukan penyuluhan, pendampingan dan
pemberdayaan petani.
Sebagai penutup, swasembada pangan perlu dilihat sebagai kondisi mendasar yang harus dicapai
dalam upaya peningkatan kesejahteraan, bukan semata target politis dan birokrasi pemerintah.
Presiden Soeharto semasa Orde Baru telah mencapainya. Presiden Jokowi perlu berpikir lebih maju
dari pendahulunya, seperti peningkatan ketahanan pangan dan kecukupan gizi bagi seluruh rakyat.
Visi besar kemandirian dan kedaulatan pangan tidak hanya bermakna swasembada pangan, tapi
kemampuan dan hak negara dan bangsa dalam memproduksi pangan beraneka ragam yang
mampu meningkatkan kesejahteraan individu rakyat Indonesia.
*) Bustanul Arin
Guru Besar Universitas Lampung (Unila), Ekonom Institute for Development of Economic and Finance
(Indef), dan Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi)
Sumber: http://id.beritasatu.com/agribusiness/jebakan-target-swasembada-pangan/108294
(Diterbitkan di Harian Investor Dayli, Senin/16 Februari 2015).

OPINI
Swasembada Beras: Jangan Abaikan Fokus
Oleh : Prof. (R) Dr. Drs. Mohamad Husein Sawit, M.Sc.
(Ketua FKPR (Forum Komunikasi Profesor Riset) Badan Litbang Pertanian

eperti pemerintahan sebelumnya, pemerintahan SBY juga


menetapkan swasembada beras sebagai salah satu strategi
untuk memperkuat ketahanan pangan. Salah satu targetnya
adalah surplus beras 10 juta ton pada 2014 dengan target
produksi beras 48,0 juta ton. Tahun lalu, produksi beras baru
mampu dicapai 44,7 juta ton, dan tahun ini produksi beras
diramalkan turun menjadi 43,8 juta ton. Dalam periode 20042014, rata-rata produksi hanya tumbuh 3,08 persen per tahun,
masih di bawah angka target pertumbuhan minimum 5%/tahun.
Sumber pertumbuhan produksi padi bertumpu pada pertumbuhan
areal daripada pertumbuhan produktivitas, padahal konversi
lahan sawah terjadi secara terstruktur dan masif. Setiap tahun
lahan sawah terkuras 110 ribu ha untuk beragam keperluan.
BULOG terus mengimpor beras untuk keperluan stabilisasi harga
dan memperkuat stok. Dalam periode 2004-2013, impor beras
BULOG rata-rata mencapai 0,58 juta ton per tahun.
Mengapa hal itu bisa terjadi, padahal pemerintah terus membantu petani melalui berbagai subsidi
input. Dalam periode 2008-2012 misalnya, subsidi pupuk dan benih telah mencapai rata-rata Rp
17,4 triliun per tahun, bandingkan anggaran untuk irigasi hanya Rp 5,5 triliun per tahun. Padahal, 53
persen irigasi dalam keadaan rusak. Subsidi pupuk dan benih tidak berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas, manakala kualitas lahan, jaringan irigasi, waduk yang buruk karena
investasi publik minim. Pada saat yang sama, kualitas lahan sawah terus merosot, sebagai akibat
petani berlebih menggunakan pupuk urea bersubsidi. Pemerintah terlalu bernafsu pada usaha
meningkatkan produktivitas gabah, tetapi mengabaikan peningkatan produktivitas beras.
Sehingga kehilangan hasil pasca panen masih tinggi, terutama pada tahap pengeringan dan
penggilingan gabah yang mencapai 6,52 persen. Jumlah PPK (Penggilingan Padi Kecil) terus
bertambah mencapai 94 persen dari total 182 ribu unit penggilingan padi di tanah air. PPK
umumnya mengeringkan gabah dengan sinar matahari, sehingga berdampak terhadap mutu beras
dan rendemen giling yang rendah, serta kehilangan hasil tinggi.
Demikian juga tingkat pencapaian swasembada beras selalu dihadapkan pada keakuratan data.
Angka produksi gabah misalnya, diduga over-estimate, karena luas areal panen ditaksir dengan
pendekatan Estimasi Pandangan Mata (EPM). Jelas ini tidak akurat. Data hasil census PP 2012
memperlihatkan bahwa jumlah gabah yang digiling oleh PP disandingkan dengan produksi plus stok
gabah, ternyata sekitar 36 persen gabah yang tidak digiling oleh PP. Itu sangat kontras dengan
keluhan PP. Sebagian besar PP menyatakan kesulitan utama mereka adalah bahan baku gabah.
Kuat dugaan produksi gabah memang over-estimate. Lalu bagaimana mewujudkan swasembada
beras berkelanjutan? Pemerintah perlu fokus dan tetapkan proritas dengan dukungan kuat lintas
kementerian maupun lembaga. Pertama, segera berlakukan UU perlindungan lahan pertanian
berkelanjutan dengan konsisten atau larang konversi lahan sawah. Kedua, pemerintah harus
merealokasi APBN dan mengalihkan subsidi input untuk perbaikan infrastruktur jaringan
irigasi/tampungan air, termasuk mengatasi deforestasi.

Lanjutan...

Ketiga, jumlah PPK harus "diperketat perizinannya". Keempat, kebijakan perberasan nasional
harus ditata kembali agar petani dan PP terangsang untuk meningkatkan kualitas gabah/beras.
Pemerintah perlu menguasai Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dengan beras kualitas premium,
bukan kualitas rendah seperti sekarang. Salah satu solusinya adalah perlu diterapkan Harga
Pembelian Pemerintah (HPP) multi kualitas (beras kualitas medium dan premium yang berbeda
tingkat HPPnya). Sehingga kenaikan HPP mampu mendorong perbaikan kualitas gabah/beras,
bukan sebaliknya. Kelima, sempurnakan metodologi untuk estimasi luas areal panen, sehingga
diperoleh tingkat produksi gabah yang lebih akurat.
Sumber: Majalah PADI-swasembada beras Opini_ Oktober 2014

OPINI
Cadangan Beras Pemerintah (CBP):
Jangan Bertahan Pada Beras Kualitas Rendah
Oleh : Prof. (R) Dr. Drs. Mohamad Husein Sawit, M.Sc.
(Ketua FKPR (Forum Komunikasi Profesor Riset) Badan Litbang Pertanian

ua tahun setelah BULOG beralih dari Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)
menjadi Perusahaan Umum (Perum), pada 2005 pemerintah memutuskan membangun CBP
(Cadangan Beras Pemerintah). Tujuannya untuk membantu pangan buat masyarakat pada
waktu/setelah bencana alam/konik sosial, kedua, mengintervensi pasar untuk mengatasi
instabilitas harga, ketiga, untuk membantu pangan buat negara sahabat yang mengalami
bencana, termasuk mengisi cadangan beras darurat APTERR (Mean Plus Three Emergency Rice
Reserve). Perum BULOG ditugaskan peme-rintah untuk mengelola CBP tersebut.
Pada awalnya, pemerintah memutuskan untuk menyediakan dana APBN setara 350 ribu ton beras.
Secara bertahap ditingkat-kan hingga mencapai 1 juta ton pada 2008. Akan tetapi, besaran CBP
yang terealisasi hanya sekitar 500 ribu ton, lebih rendah dari yang direncanakan, karena volume
penyaluran CBP kecil sekitar 300 ribu ton per tahun. Mengapa hal itu terjadi? Salah satu sebabnya
adalah kualitas beras CBP itu sama dengan kualitas beras Raskin, yaitu beras kualitas rendah,
sehingga kurang efektif dalam intervensi pasar dan bantuan pangan.
Perlu juga dipahami bahwa beras kualitas medium tidak dominan diperdagangkan di pasar-pasar
tradisional dan modern di 66 kota dimana data inasi itu dicatat, sebagian besar beras kualitas
premium atau super. Intervensi pasar dengan beras kualitas rendah pada saat terjadi instabilitas
harga beras, seperti mengobati suatu penyakit dengan obat yang dosisnya berkurang.
Pemerintah kerap memperbesar volume Raskin untuk tujuan stabilisasi harga dengan meningkatkan
frekuensi penyalurannya dari 12 kali hingga 15 kali per tahun. Penyaluran Raskin diperbanyak (dua
kali lipat) pada bulan-bulan instabilitas harga tinggi. Rataan penyaluran Raskin dalam dua tahun
terakhir sekitar 3,2 juta ton per tahun, tidak sebanding dengan penyaluran CBP paling besar 300
ribu ton per tahun. Intervensi pasar menggunakan program Raskin tidak mampu secara langsung
menstabilkan harga beras yang sedang bergejolak, perlu waktu relatif lama dan biaya mahal
terutama karena volume Raskin diperbesar hingga 400-500 ribu ton per bulan. Hal itu, tidak hanya
berdampak buruk terhadap dana APBN tetapi juga telah menyulitkan pemerintah untuk
menurunkan konsumsi beras seperti yang ditargetkan 1,5 persen per tahun. Instrumen kebijakan itu
seperti ingin membunuh lalat menggunakan meriam, seharusnya bisa dilakukan dengan memakai
sapu lidi.
Pemerintah sebaiknya mengefektifkan CBP dengan cara memperbesar volume (hingga 1,3 juta ton)
dan meningkatkan kualitas beras menjadi beras kualitas premium/super. Itu harus diisi dari hasil
pengadaan gabah/beras dalam negeri, bukan berasal dari impor, dan dilakukan secara
bertahap dalam jangka waktu 3-4 tahun. Intervensi pasar hanya diperlukan temporer pada bulanbulan instabilitas harga tinggi, intervensi hanya pada pasar-pasar utama, seperti Jakarta,
Surabaya, Medan, Makasar. Selanjutnya, pasarlah yang akan bekerja, beras akan mengalir ke
wilayah yang harganya tinggi, sehingga langsung dapat meredam gejolak harga beras.
Disamping itu, penyaluran CBP beras kualitas bagus pada saat emergency, misalnya dapur umum
akan lebih manusiawi daripada harus memberi beras kulitas rendah dalam situasi manusia
menderita dan keterbatasan lauk.

64

Lanjutan...

CBP kualitas premium/super selain lebih efektif untuk untuk operasi pasar, juga lebih tahan simpan
dan tidak cepat rusak dan biaya perawatannya lebih rendah. Beras premium/super dapat
diekspor dan disertakan dalam bantuan pangan (food aid) untuk membantu negara lain yang
mengalami krisis pangan atau terkena bencana alam. Kalau Indonesia memiliki CBP beras kualitas
premium/super, maka Indonesia tidak ragu dan"lebih berani tampil"untuk membantu negara lain
atau mengisi cadangan beras APTERR.
Selanjutnya, pemerintah disarankan agar merancang strategi penyaluran di saat kelebihan CBP
sehingga tidak berdampak buruk terhadap harga gabah/beras di tingkat produsen. Misalnya
penyaluran pangan untuk upah (food for work) sebagai bantuan pangan temporer untuk
masyarakat di daerah-daerah kekeringan, atau diekspor kalau stok berlebih. Jadi pekerjaan
rumah pemerintah Jokowi-JK tidak hanya swasembada beras tanpa impor, tetapi juga bagaimana
mengoptimalkan dan mengefektifkan CBP agar Indonesia lebih berdaulat dan bermartabat.
Sumber: Majalah PADI-Januari 2015

KUTIPAN BERITA
SEMINAR NASIONAL PERHEPI:
"Pertanian Indonesia dan MEA 2015, Ini Tantangan Sektor Pertanian Hadapi MEA 2015

erhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia


menilai tantangan sektor pertanian cukup
berat menghadapi era Masyarakat
Ekonomi Asean yang akan mulai diberlakukan
pada akhir Desember 2015.
Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian
Indonesia (PERHEPI) Bayu Krisnam ur ti
mengatakan, penetapan Asean Economic
Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) akan membawa banyak konsekuensi
pada pembangunan ekonomi nasional, termasuk
pembangunan pertanian.

Karena itu, penetapan ini harus dilihat sebagai proses alamiah dan disikapi secara proporsional
dengan tetap mengedepankan upaya antisipatif yang sejalan dengan aturan serta kesepakatan
yang ada, kata Bayu di sela-sela Rapat Kerja Nasional dan Seminar Nasional PERHEPI di
Makassar, Kamis (21/1/2015).
Dia mengungkapkan secara umum daya saing produk pertanian Indonesia masih cukup beragam.
Untuk produk perkebunan secara relatif kondisinya lebih baik. Demikian juga untuk beberapa
produk pangan, untuk padi misalnya rata-rata produktivitas Indonesia hanya sedikit di bawah
Vietnam dan jauh lebih tinggi dari negara Asean lainnya.
Persoalannya, begitu banyak produk petani keluar dari lahannya, petani menghadapi berbagai
tantangan. Di antaranya kualitas infrastruktur yang buruk, regulasi yang tidak sepenuhnya
mendukung upaya mereka mendapatkan harga jual yang baik dan peluang untuk meningkatkan
nilai tambah produk, bebernya. Semua itu, lanjutnya, membuat daya saing produk petani Indonesia
menjadi rendah dan kalah dibandingkan negara-negara Asean lainnya.
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengatakan dalam menghadapi MEA, pemerintah pusat harus
memberikan dukungan yang lebih besar untuk sektor pertanian. Regulasi dan kebijakan harus
benar-benar berpihak pada lingkup pertanian. "Saya optimistis kita bisa melewati Malaysia,
dengan mendorong hilirisasi industri pertanian," tegasnya. Syahrul berharap, PERHEPI bisa
menghasilkan rekomendasi untuk memajukan sektor pertanian, utamanya dalam menghadapi MEA.
Sumber: http://industri.bisnis.com/read/20150122/99/394229/ini-tantangan-sektor-pertanian-hadapimea-2015

1
1

Pengurus PERHEPI KOMDA Makassar dikukuhkan

ERHEPI Komda Makassar masa bhakti 2015


2018 resmi dilantik oleh Ketua Umum
PERHEPI yang dilaksanakan di Horison
Hotel, Panakukang Makassar. Pengurus PERHEPI
Komda Makassar dikukuhkan berdasarkan surat
keputusan (SK) Ketua Umum dengan nomor: No:
200/SK/PP.PERHEPI/I/2015. PERHEPI Komda

Makassar diketuai oleh Dr. Ir. Imam Mujahidin Fahmid, MTDEv dan dengan Sekretaris Dr. Suardi
Bakri, serta Prof. Dr. Radi A Gany yang merupakan sesepuh PERHEPI ditunjuk sebagai ketua dewan
penasehat.
Ketua Umum PERHEPI pada saat pelantikan menyampaikan pesan agar Komda Makassar harus
mampu meningkatkan peran dan kontribusinya dalam pengembangan ekonomi pertanian di
Makassar, terutama dalam menghadapi era perdagangan bebas MEA 2015. Hadir saat
pelantikan Wakil Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan, Ir. H. Agus Arin Nu'mang, MS yang juga
merupakan salah satu penasehat PERHEPI Komda Makassar. Pada saat bersamaan PERHEPI melalui
Ketua Umum menyampaikan kartu anggota kepada Ir. H. Agus Arin Nu'mang. Kegiatan yang
diakhiri dengan kegiatan ramah tamah dengan iringan lagu persembahan dari pengurus PERHEPI.
Berikut disampaikan susunan kepengurusan PERHEPI Komda Makassar 2015 2018:
Dewan Penasehat
Ketua
Anggota

Ketua
Wakil Ketua

Sekretaris
Wakil Sekretaris

: Prof. Dr. Ir. Radi A. Gany


: 1. Prof. Dr. Ir. H. Ambo Ala, MS
2. Prof. Dr. Ir. Darmawan Salman, MS
3. Prof. Dr. Ir. Nurdin Abdullah, M.Sc
4. Prof. Dr. Ir. M. Natsir Nessa, MS
5. Prof. Ir. M. Saleh S. Ali, M.Sc., P.hD
6. Prof. Dr. Ir. St. Bulkis D. Osman, MS
7. Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Rasyid, M.Sc
8. Prof. Dr. Ir. Didi Rukmana, MS
9. Ir. H. Agus Arin Nu'mang, MS
: Dr. Ir. Imam Mujahidin Fahmid, MTDev
: Dr. Ir. Majdah M. Zain, MS
Dr. Ir. Rahim Darma, M.Sc
Dr. Agus Salim, SE., M,Si
Ir. A. Lutfhi Halide, MP
Ir. Haris Yasin Limpo, MM
: Dr. Ir. Suardi Bakri, MP
: Ir. Darwis Ali, MS
Ir. Awaluddin Yunus, M. Pd
Aerin Nizar, SP., M.Hum, Res

1
2

Lanjutan...

Bendahara
Wakil Bendahara

: Ir. Muliadi Saleh


: Letty Fudjaja, SP., M.Si

Bidang-Bidang:
1. Pengembangan Profesi
: 1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Munir, M.Eng
2. Dr. Ir. Rahmadanih, M.Si
3. Dr. Ir. Aylle Christine, MS
4. Dr. Ir. Ida Rosada, MS
5. Dr. Helda Ibrahim, M.Si
6. Dr. Ir. Ratnawati Tahir, M.Si
7. Ir. Muhammad Idrus Had
8. Siti Nurlaelah, S. Pt, M.Si
9. Ir. Faridah Diah
10. Ir. Nuraini, M.Si
11. Ir. Rabiah Busaeri, M.Si
12. Ir. Rasmaeda Rasyid, MS
2. Pengembangan Organisasi dan Kerjasama
:1. Prof. Dr. Ir. Rahmawati Nadja, MS
2. Dr. Ir. Musdalifah Mahmud, M.Si
3. Dr. Ir. M. Hatta Jamil, M.Si
4. Dr. Since Erna Lamba, SP., MP.
5. Dr. Muhammad Arsyad, SP., M.Si
6. Dr. Junaid, SP., M.Si
7. Ir. Nasrullah, M.Si., P.hD
8. Ir. Aris Mappeangin, MS
9. Ir. Heliawati Ch. Lakare, MP
10. Ir. Nurbaya Bustami, M.Si
11. Andi Kasirang T. Baso, SP., M.Si
12. Ir. M. Aris M., MP
13. Ir. Murad Syuaeb, MM
14. Ir. Rusli M. Rukka, M.Si
3. Pengembangan Sumberdaya (SDM)
:1. Dr. Ir. Ahmar Manring, MS
2. Dr. Ir. Eymal B. Demmallini, M.Si
3. Dr. Ir. A. Nixia Tenriawaru, SP., M.Si
4. Dr. Ir. Ratnawati Tahir, MS
5. Dr. A. Amidah Amrawaty, S.Pt., M.Si
6. Dr. Ir. Hj. St. Rohani, M.Si
7. Dr. Ir. Nurliani Karman, MS
8. Dr. Ir. La Sumange, MS
9. Dr. Ir. Saadah, MS
10. Dr. Ir. Mahyuddin, M.Si
11. Ir. Fitriani Sunusi
12. Ir. Sulana, MS
13. Husba Phada, SP

10

INFORMASI RAKERNAS
Hasil Rapat Kerja Nasional PERHEPI Tahun 2015

erhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia


(PERHEPI) melaksanakan Rapat Kerja
Nasional tahun 2015 di Makassar pada
tanggal 22 Januari, kegiatan ini dirangkai
dengan Seminar Nasional Pertanian Indonesia
dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Kegiatan ini dihadiri Pengurus PERHEPI Pusat dan
Komisariat Daerah (Komda), tuan rumah dari
kegiatan ini adalah Komisariat Daerah (Komda) Makassar. Rakernas PERHEPI Tahun 2015 membahas
dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan, disamping itu juga merumuskan kegiatan yang
akan dilaksanakan khususnya sepanjang tahun 2015. Salah satu pencapaian yang disampaikan adalah
PERHEPI pada periode kepengurusan 2014-2017 telah memiliki akta nootaris yang dapat digunakan
PERHEPI dan Komda secara luas untuk bekerja sama dengan pihak lain.
Berbagai masukan dan usulan disampaikan oleh para pengurus dan Komda PERHEPI yang hadir,
beberapa usulan yang disampaikan adalah perlunya PERHEPI merumuskan dan membangun state of the
art dari ekonomi pertanian sebagai mana tren dunia pendidikan secara global, sehingga
pengembangan pendidikan ekonomi pertanian di Indonesia lebih mengakar dan kuat sebagaimana
yang disampaikan dan diusulkan Dr. Joyo Winoto (Penasehat PERHEPI), dan kebijakan pengurus pusat
untuk menetapkan ketentuan penggunaan dokumen dan ketentuan iuran anggota PERHEPI. Rakernas
PERHEPI Tahun 2015 dipimpin langsung oleh Dr. Bayu Krisnamurthi/Ketua Umum PERHEPI, Prof. Dr. Erizal
Jamal/Sekjend, dan Dr. Dwi Rachmina/Bendahara PERHEPI. Secara lebih rinci hasil rapat kerja PERHEPI
sebagaimana disampaikan berikut ini:
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
Pimpinan Rapat

Peserta Rapat

: Kamis/22 Januari 2015


: 15.00 17.35 WITA
: Horison Hotel, Panakukang Makassar, Sulawesi Selatan.
: Dr. Bayu Krisnamurthi, MS (Ketua Umum PERHEPI)
Prof. Dr. Ir. Erizal Jamal, MSc (Sekretaris Jenderal PERHEPI)
Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si (Bendahara PERHEPI).
: Pengurus Pusat, Penasehat dan Pengurus Komisariat

11

1
1

Lanjutan...

Berikut ini disampaikan hasil rapat kerja nasional PERHEPI Tahun 2015;
1. Telah dilaksanakan sebanyak 12 kegiatan selama bulan September Desember 2014 yang
dilaksanakan oleh PP. PERHEPI (6 kegiatan) dan Komda (6 kegiatan), jumlah ini jauh lebih
banyak pada periode yang sama pada tahun 2011 (saat awal kepengurusan) yang hanya
melaksanakan dua kegiatan saja.
2. Sampai Desember 2014 terdapat 30 Komisariat Daerah (Komda) yang terdaftar dan telah
memiliki kepengurusan dan telah memiliki Surat Keputusan dari ketua Umum PERHEPI, namun
demikan sejak periode 2011 2014 sampai telah dilaksanakan pergantian pengurusan,
Komda yang sama sekali tercatat dan melaporkan kegiatan adalah Komda Jakarta, Medan,
Mataram, dan Samarinda.
3. Komda yang telah melaksanakan rapat anggota untuk memilih dan menentukan ketua dan
struktur kepengurusan yang baru adalah Komda Makassar, Surabaya dan Kendari.
4. Jumlah anggota PERHEPI sebanyak 5.331orang (per Desember 2014), dan sebanyak 1.643
orang telah memiliki Kartu Tanda Anggota/KTA, dan 1.262 dari pemilik KTA telah habis masa
berlaku kartu anggota. Jumlah jejaring yang tedaftar per Desember 2014 sebanyak 2.058
orang. Disamping itu PERHEPI telah menerbitkan beberapa judul buku dan prosiding dari hasil
seminar/symposium.
5. PERHEPI perlu membangun state of the art dari ekonomi pertanian sebagai mana tren dunia
pendidikan secara global, sehingga pengembangan pendidikan ekonomi pertanian di
Indonesia lebih mengakar dan kuat. Disarankan untuk membentuk tim penyusun state of the art ini
untuk bekerja 2 -3 tahun merumuskannnya, dan akan dilaunching di akhir periode kepengurusan,
dalam tahap awal akan menulis ulang buku Pengantar Ekonomi Pertanian (Karya Alm. Prof.
Mubiyarto) yang diupdate mengenai kasus dan teori yang relevan.
6. Meminta kesediaan Komda untuk menyusuan kebutuhan tenaga kerja dengan spesikasi atau
kualikasi ekonomi pertanian dan agribisnis untuk 5 10 tahun yang akan datang, serta
melakukan analisis perilaku konsumen dalam pangan dan produk pertanian.
7. PERHEPI perlu memberikan rekomendasi kepada pemerintah baru mengenai nation product
system yang berkaitan dengan daya saing produk dan arah pembangunan pertanian Indonesia
yang jelas dan terukur.
8. PERHEPI perlu merumuskan 'Profesi Pertanian dan Agribisnis berdasarkan undang-undang
profesi yang dikaitkan kepada penerapan KKNI (Kerangka Kualikasi Nasional Indonesia).
Harapannya PERHEPI kedepan dapat menjadi lembaga yang mampu memberikan sertikasi
profesi ekonomi pertanian, sebagai bagian dari pembentukan Lembaga Akreditasi Mandiri
(LAM). Dimana LAM ini akan berfungsi sebagai lembaga yang memberikan sertikasi profesi
(LAM memiliki izin di bawah Dikti untuk melakukan tersebut). Harapannya PERHEPI dapat
melakukan hal tersebut, karena jika kampus (prodi) yang melakukannya biaya yang dibutuhkan
cukup besar.

12

Lanjutan...

9. PERHEPI terhitung sejak 16 Oktober 2014 telah memiliki akta notaris dan telah terdaftar di
KemenkumHam, telah memiliki NPWP dan Nomor Rekening (Bank BNI: 0368459625 a.n.
PERHEPI). Komda dipersilahkan untuk memanfaatkan dokumen yang ada agar dapat
bekerjasama dengan pihak lain.
10. Menyepakati adanya ketentuan dan ketentuan ketua umum untuk penggunaan dokumen
PERHEPI oleh Komda untuk bekerjasama.
11. Menerima usulan untuk pembentukan beberapa Komda baru, sesuai dengan permohonan dan
perminataan Anggota yang berasal dari daerah Ambon, Manokwari, Cirebon, dan
Lokhsemaweu. PP. PERHEPI akan mengirimkan surat untuk prosedur dan ketentuan pembentukan
Komda baru.
12. Struktur kepengurusan di Komda, tidak harus mengikuti struktur yang ada di pengurus pusat,
namun setidaknya harus mengikuti ketentuan AD dan ART serta setidaknya memiliki dua bidang
yang terdapat di pengurus pusat (pengembangan profesi dan organisasi).
13. Perlu penetapan jumlah iuran anggota sebagai bentuk partisipasi aktif anggota terhadap
PERHEPI yang disampaikan kepada seluruh anggota yang telah terdaftar di PERHEPI, dalam
hal ini PP PERHEPI perlu mengatur dan memberikan panduan dalam hal ketentuan iuran
anggota yang akan menjadi pedoman bagi setiap komda.
14. Penguatan jurnal ekonomi pertanian perlu dilakukan, sebagai bagian dari penguatan
keprofesian ekonomi pertanian dalam hal publikasi ilmiah. Disamping mendukung dan
memfasilitasi anggota PERHEPI untuk mempublikasikan karya ilmiah. Diperlukan volunteer dari
Komda yang akan mengelola jurnal ekonomi pertanian ini. Perlu mengundang para pengelola
jurnal yang bekerja sama dengan PERHEPI untuk menindaklanjuti penguatan jurnal PERHEPI.
Menindaklanjuti usulan beberapa Komda (Bengkulu, Bangkalan, dan Yogyakarta) untuk
beraliasi dengan PERHEPI.
15. Sebagai bentuk promosi PERHEPI ke generasi muda dan melakukan pengkaderan ekonom
pertanian muda. Maka PP. PERHEPI dan PT. Kelola Mina Laut, Komda Surabaya sebagai
pelaksana dan Komda Komda lain akan mengirimkan beberapa mahasiswa S1 untuk
mengikuti kunjungan dan workshop ekonomi pertanian dimana pembiayaanya ditanggung
oleh Pengurus Pusat, Komda dan Kampus yang mengirim dengan rincian sebagai berikut:
a) PP dan Prof. Hermanto (13 orang) dialokasikan di luar Jawa dan Madura
b) Bangkalan (5 orang),
c) Bogor (8 orang),
d) Banda Aceh (1 orang)
e) Makassar (2 orang),
f) Kendari (1 orang),
g) Solo (5 orang),
h) Jember (3 orang),
i) Padang (2 orang),
j) Jambi (2 orang),
k) Malang (5 orang),
l) Palu (2 orang),
m) Jogja (2 orang),
n) Bandung (2 orang),
o) Palembang (2 orang)
Catatan: akan dilaksanakan 2 gelombang.

13

Lanjutan...

16.PERHEPI (Pengurus Pusat) akan memfasilitasi pelaksanaan penguatan pemahaman analisis


secara kuantitatif kepada generasi muda/staf muda sebagai bentuk pengembangan dan
penguatan core competence dan analytical capacity dengan mendatangkan para tutor sesuai
usulan dari Komda ke Pengurus Pusat (Klinik Ilmiah, Metode kuantitatif-ekonometrika, CGE,
Business Dynamic, dan metode kualitatif)
17. Kerjasama PERHEPI dan BPS yang pada tahun 2014 tidak berjalan, dikarenakan adanya
kendala dalam hal pesyaratan administrasi. Pada tahun 2015, BPS kembali membuka
kesempatan untuk melanjutkan kerjasama yang ada, namun persyaratan yang diajukan BPS
adalah mekanismen pola pembiayaan dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pola
pembiayaan ini dinilai agak sulit, karena harus lembaga pemerintah dan telah memiliki MoU
(PERHEPI bukan lembaga pemerintah). Namun demikian, jika kerjasama dengan BPS tetap
dilaksanakan, maka diusulkan ada institusi (kampus) yang menjadi pelaksananya, namun dalam
pelaksanaan pengerjaannya dapat dibantu komda lain.
18. Adapun yang menjadi hasil Seminar Nasional Pertanian Indonesia dan MEA 2015 adalah
sebagai berikut:
Sepuluh negara di ASEAN sepakat untuk membentuk wadah kerjasama ekonomi dengan nama
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA/ASEAN Economic Community/AEC), kerjasama ini sepakat
untuk mulai diberlakukan pada akhir Desember 2015. MEA berfungsi sebagai rencana induk
mengenai koherensi integrasi ekonomi ASEAN, yang secara garis besar ditandai oleh empat
komponen: (1) pasar tunggal dan basis produksi tunggal; (2) kawasan ekonomi yang kompetitif;
(3) wilayah dengan pembangunan ekonomi yang adil dan merata; dan (4) kawasan yang
terintegrasi ke dalam ekonomi global. Menurut blueprint tersebut, MEA akan menerapkan 12
sektor prioritas, yang meliputi: perikanan, e-travel, e-ASEAN, automotif, logistik, industri berbasis
kayu, industri berbasis karet, furnitur, makanan dan minuman, alas kaki, tekstil dan produk tekstil,
serta kesehatan.
Secara khusus, di bawah Cetak Biru AEC, inisiatif kerjasama ASEAN di bidang pertanian
diarahkan memperkuat ketahanan pangan, meningkatkan daya saing produk makanan di
wilayah ASEAN, dan mempromosikan kerjasama pertanian di wilayah ASEAN. Ketahanan
pangan telah menjadi agenda tetap di ASEAN dan menghadapi sejumlah tantangan meliputi
peningkatan populasi, dampak perubahan iklim, konversi pangan untuk energi, penurunan
produksi pangan akibat hama dan penyakit serta kompetisi penggunaan lahan antara
pertanian dan penggunaan lainnya yang menyebabkan permintaan dan pasokan makanan
menjadi kurang stabil dan mengarah ke situasi kerawanan pangan.
Penetapan AEC akan membawa banyak konsekuensi pada pembangunan ekonomi nasional,
termasuk pembangunan pertanian. Ketepan ini akan memberikan peluang dan tantangan yang
sama untuk seluruh Negara ASEAN. Pertanyaannya, seberapa jauh kesiapan Indonesia
menghadapi tantangan yang ada dan memanfaatkan berbagai peluang yang timbul melalui
pemberlakuan kesepakatan ini. Berkaitan dengan hal itu Perhimpunan Ekonomi Pertanian
Indonesia (PERHEPI) merasa penting untuk menyampaikan pokok pemikiran terkait dengan isu
tersebut. Adapun beberapa pokok pemikiran yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut:

14

Lanjutan...

a. Kesepakatan tentang masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) bukanlah suatu peristiwa yang tibatiba, namun merupakan suatu proses kontinu dan berkelanjutan yang telah mempertimbangkan
berbagai aspek dalam lingkup ASEAN dan masing-masing anggotanya. Oleh karena itu
penetapan ini harus dilihat sebagai suatu proses alamiah dan disikapi secara proporsional
dengan tetap mengedepankan upaya antisipatif yang sejalan dengan aturan serta
kesepakatan yang ada.
b. Secara umum pemahaman tentang MEA diantara para stakeholder terkait di dalam negeri masih
sangat beragam, sehingga pola sikap dan perilaku terhadap ketetapan ini masih belum sama.
Kondisi ini menyulitkan untuk dapat membangun suatu langkah dan upaya yang sama dalam
memaksimalkan peluang yang tercipta dari ketetapan ini atau pun upaya antisipasi terhadap
beberapa tantangan yang ada. Untuk itu pemerintah perlu terus dan makin mempergencar
upaya sosialisasi tentang ketetapan ini dan menyamakan persepsi pada para pihak terkait
tentang peluang dan tantangan yang akan dihadapi.
c. Perkembangan makroekonomi Indonesia yang baik di kawasan ASEAN dapat dijadikan
peluang untuk menggunakan MEA sebagai penggerak perekonomian dan pertanian.
Pertumbuhan ekonomi yang baik dan potensi pasar yang besar mampu menjadikan Indonesia
menjadi pemain utama di ASEAN.
d. Secara umum daya saing produk pertanian Indonesia masih sangat beragam, untuk produk
perkebunan secara relatif kondisinya lebih baik. Demikian juga untuk beberapa produk pangan,
untuk padi misalnya rata-rata produktivitas kita hanya sedikit dibawah Vietnam dan jauh lebih
tinggi dari Negara ASEAN lainnya. Persoalannya, begitu produk petani keluar dari lahannya,
petani menghadapi berbagai tantangan diantaranya kualitas infrastruktur yang buruk, regulasi
yang tidak sepenuhnya mendukung upaya mereka mendapatkan harga jual yang baik serta
peluang untuk meningkatkan nilai tambah produk, kebijakan makro ekonomi yang tidak kondusif
serta persaingan usaha yang tidak sehat, terutama antara usaha skala kecil dan besar. Ini semua
membuat daya saing produk pangan kita menjadi rendah dan kalah dibandingkan Negaranegara ASEAN.
e. Untuk itu upaya peningkatan produksi produk pertanian perlu diimbangi dengan dukungan
kebijakan dan program untuk meningkatkan daya saing produk petani dan ujungnya pada
peningkatan pendapatan petani. Semua pihak perlu memetakan dukungan yang diperlukan
terkait dengan upaya peningkatan daya saing ini, dengan menjawab semua masalah yang ada.
Hal ini juga terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah serta pengembangan usaha
terpadu pada lahan milik petani. Adanya jaminan stabilisasi harga produk petani dalam
beragam bentuk produk yang dihasilkannya, merupakan hal lain yang perlu segera diantisipasi.

15

Lanjutan...

1. Adapun menjadi usulan program kerja yang akan dilaksanakan PERHEPI (Pengurus Pusat dan Komisariat
Daerah) pada tahun 2015 ini adalah sebagai berikut:
No
Kegiatan
Februari 2015
1
Pelatihan CGE
Sistem Dynamic
Pelatihan Metode Kuantitatif Time: Series Econometrics

Februari 2015

Apreasiasi Terhadap Pemikiran dalam rangk a 70 Tahun Prof.


Bungaran Saragih

18 April 2015

Workshop/Seminar Ekonomi Tempe dan produk kedelai lainnya


(International Conference on Tempe)
Pelatihan Randomised Controlled Trial (RCT)

14-17 Februari
2015 (Jogjakarta)
23 24 Februari
2015
18 Februari 2018

Waktu

Workshop Peranan Biometric dalam Manajemen Sumberdaya Alam


(SDA)
6
Seminar Nasional, Pelatiah Metode Kuantitatif dan Pelantika
PERHEPI Komda Kendari 2015 2018
Maret 2015
7
Workshop dan Seminar Nasional Tentang Cass ava
8
Seminar Nasional Pertanian
April 2015
9
Tujuh Puluh Tahun Prof. Dr. Bungaran Saragih dna Seminar
Nasional Agribisnis
10

PIC
Pengurus Pusat dan
Komda Kendari
Instruktur:
1. Prof. Dr. Hermanto
Siregar
2. Prof. Dr. Rina Oktaviani
3. Dr. Nunung Kusnadi
PP. PERHEPI dan Dep.
Agribsinis IPB, Agrina, dan
FAC
Kerjasama dengan Bapak.
F. G Winarno
Komda Lampung
Komda Lampung

26 28 Februari
2015

Komda Kendari

10 Maret 2015
Maret 2015

Komda Malang
Komda Tasikmalaya

18 April 2015

April Mei 2015


(Tentative)

Dep. Agribisnis FEM IPB,


PP PERHEPI, AAI, PASPI,
FAC, dan Agrina
Komda Surabaya dan PP.
PERHEPI
Komda Lampung dan PP.
PERHEPI

Mei - Juni
Mei 2015

Komda Bogor
Komda Yogyakarta

Mei 2015
20 Mei 2015

Komda Kupang
Komda Bangkalan

Juni Juli 2015

Komda Riau

Juli 2015

Komda Bali

Agustus 2015
Agustus
September 2015

Komda Jambi
Komda Palu

15 20 Sept 2015

Kunjungan Ke PT. Kelola Mina Laut (Program Pembinaan Ekonom


Pertanian Muda)
11
Launching dan Bedah Buku Ek onomi Pertanian (Karya Prof. Dr.
Bustanul Arifin)
Mei 2015
12
Seminar Nasional Peran Penyuluh Pertanian Swadaya
13
Seminar Ekonomi Pertanian Mubyarto (Mubyarto Agriculture
Economic Seminar): Bentuk Serial dan sekaligus penerbitan ulang
Buku Pengantar Ekonomi Pertanian Karya alm. Prof. Mubyarto
14
Ekonomi Maritim dan Kaitanya dengan Komodo
15
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi
Perdesaan
Juni Juli 2015
16
Seminar Nasional Ekonomi Perkebunan: Bagaimana Kesiapan
Indonesia dalam Menghadapau RSPO dan ISPO
17
Seminar Nasional perubahan iklim dunia terhadap pertanian
Agustus September 2015
18
Seminar Nasional Revitalisasi Pasar Lelang Karet Nas ional
19
Seminar Nasional sebagai rangkaian Sail Tomini dengan Tema
Pengelolaan Sumberdaya Tomini Sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus
20
Knowledge Caf: Menyusun Posisi Diplomasi Perdagangan
Internas ional: Kopi

April Mei 2015

21
Seminar Nasional Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
Oktober 2015
22
International Seminar Tentang Kelautan
November 2015
23
Diskusi Pemahaman mengenai Swasembada, Kemandirian,
Ketahanan dan Kedaulatan Pangan Pelurusan makna oleh
PERHEPI.
24
Menyusun Pos isi Diplomasi Perdagangan Internasional: Karet

Sept 2015

PP. PERHEPI dan Komda


Bali, serta Kemendag +
Stakeholder Kopi
Komda Banda Aceh

Oktober 2015

Komda Bengkulu

November 2015

Komda Jember

2015 (tentative)

25

Menyusun Pos isi Diplomasi Perdagangan Internasional: WTO

2015 (tentative)

26

Menyusun Pos isi Diplomasi Perdagangan Internasional: RCEP

2015 (tentative)

27

Peran Pasar Rak yat dalam Supply Response: Pasokan Menghadapi


Peningk atan Permintaan Produk Pangan dan Pertanian
Penguatan UKM Menghadapi: MEA 2015 (Kaitan terhadap
pertanian)

2015 (tentative)

Kerjasama dengan
Kemendag RI
Kerjasama dengan
Kemendag RI
Kerjasama dengan
Kemendag RI
Komda Solo dan
Kemendag
Komda Bandung

28

16

2015 (tentative)

Lanjutan...

29

Building Networking and Partnership:


Membangun Kerjasama antar Ekonom-Ekonom Muda Lintas Negara

30

Menyusun Sistem Sertifikasi Keprofesian Ek onomi Pertanian (LSP :


Lembaga Sertifikasi Profesi Ek onomi Pertanian)
Diskusi / Seminar / Workshop terkait Bioteknologi dan GMO
Kunjungan ke Monsanto site-farm (2-3 trip @ 20-30 orang
mahasiswa dan pendamping sesuai lokasi
Diskusi / Seminar / Workshop terkait Supply Response, SupplyChain dan Value-Chain spesifik: identifikasi permintaan konsumen
/ pasar dan bagaimana petani dapat memenuhi permintaan itu
berikut rantai pasokannya
Diskusi / Seminar / Workshop terkait Paduan Ilmu-ilmu Sosial Dan
Ekonomi dalam Pemahaman Ekonomi Petani: Perspektive akademis
pengembangan Ilmu Sos ial dan Ekonomi.
Seminar Nasional Isu perubahan iklim dunia terhadap pertanian dan
petani.
Pertemuan dengan asosiasi/perhimpunan profesi yang lain:
perkebunan, peternakan, pertanian, dll LSP : Lembaga Sertifikasi
Profesi (Ekonomi Pertanian) dan LAM (Lembaga Akreditasi Mandiri)
yang diusulkan oleh Dikti-Kemendikbud, dimana LAM ini diharapkan
dari Lembaga/Asosiasi Profesi.
Rapat Kerja Nasional PERHEPI Tahun 2016 di Wakatobi

31
32
33

34

35
36

37
38

Dampak Masyarakat Ek onomi ASEAN Terhadap Petani dan


Pertanian

*) Masih bersifat tentative

17

Dimulai Okt 2014


(Bangladesh).
Pelaksanaan
International
Conference pada
2016

Bali, Jogja atau Bandung?


(PIC: Prof. Hermanto
Siregar, Prof. Bustanul
Arifin, dan Dr. Arief
Daryanto)

2015 (tentative)
2015 (tentative)

Kerjasama PP. PERHEPI


dan DIKTI Kemendikbud
Komda Bogor
PP. PERHEPI

2015 (tentative)

PP. PERHEPI /Komda*

2015 (tentative)

PP. PERHEPI /Komda*

2015 (tentative)

PP. PERHEPI /Komda*

2015 (tentative)

PP. PERHEPI

Januari 2016

Komda Kendari dan PP.


PERHEPI
Komda Bandung

September 2017

One Day Workshop Modelling System Dynamic

akassar-Kegiatan PERHEPI awal tahun 2015


dilaksanakan di Makassar tepatnya hari Rabu,
21 Januari 2015 dengan diselenggarakannya
Workshop Pelatihan Pengenalan dan Modeling System
Dynamic Untuk Bisnis dan Ekonomi Pertanian. Kegiatan ini
bertempat di Universitas Islam Makassar yang berada di
Jalan Perintis Kemerdekaan No. 29 Tamanlarea.

Acara ini diselenggarakan oleh PERHEPI dan bekerjasama dengan Komda Makassar yang diketuai
oleh Dr. Imam Mujahidin. Sebelum kegiatan workshop dimulai, Rektor Universitas Islam Makassar, Dr.
Ir. Majdah M. Zain, M.Si memberikan kata sambutan sekaligus membuka acara yang telah
dijadwalkan dari pukul 08.00 hingga 17.30 WITA.
Pelatihan ini difasilitatori oleh Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS yang merupakan Dosen Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Beliau merupakan lulusan dari
Institut Pertanian Bogor (S1-S3). Pengalaman terkait yang pernah beliau ikuti adalah pelatihan
Business Dynamics Training, Maastricht School of Management (MSM), The Netherlands (2009) dan
Business Dynamics Training (Follow up), Institut Pertanian Bogor (2009). Peserta pelatihan sebagian
besar berasal dari perguruan tinggi, peneliti di lingkungan pemerintah maupun swasta, peneliti
LSM/NGO, dan peminat riset lainnya yang tidak hanya berasal dari Kota Makassar saja. Jumlah
peserta workshop kali ini sebanyak 25 orang yang datang dari berbagai daerah (selain Makassar),
diantaranya Solo, Ambon, Papua, Pontianak, Palu, serta Kendari.
Deskripsi singkat terkait pengenalan business dynamics adalah pelatihan ini akan disampaikan
dasar-dasar modeling kompleksitas yang dihadapi dalam dunia bisnis, meliputi System Thinking,
System Dynamics, dan Business Dynamics Modeling. Peserta pelatihan dilatih membangun Causal
Loop Diagrams, Stock and Flow Diagram kasus sederhana dan kasus yang lebih kompleks yang sering
terjadi pada dunia bisnis. Peserta dilatih untuk membangun model dan presentasi hasil kasus model
Business Dynamics menggunakan software system dynamics yang tersedia. Peserta diberikan modul
atau panduan yang akan membantu dalam memecahkan permasalahan dalam pelatihan ini.
Adapun learning outcomes setelah mengikuti pelatihan ini adalah 1) peserta mampu menjelaskan
pengertian, prinsip dasar, dan kegunaan system thinking, 2) membangun diagram hubungan sebab
akibat (causal loop diagrams), 3) membangun stock dan ow diagram menggunakan software
business dynamics, dan 4) membangun, mensimulasi, dan mempresentasikan model business
dynamics. Antusias peserta sangat besar dalam mengikuti pelatihan dan keinginan peserta ke
depan agar pelatihan-pelatihan semacam ini dapat dilaksanakan lagi di daerah-daerah untuk
dapat meningkatkan kualitas dan mengembangkan ilmu. (VRS dan HER)

18

1
2

19

20

Anda mungkin juga menyukai