Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Siklus Rankine
Siklus pembangkit tenaga uap yang telah diterima sebagai siklus standarnya
adalah siklus rankine. Siklus rankine sederhana terdiri dari empat komponen
utama yaitu sebagai berikut.
a. Boiler sebagai alat pembangkit uap.
b. Turbin uap sebagai alat mengubah uap menjadi kerja.
c. Kondensor sebagai alat pengembun uap.
d. Pompa boiler sebagai alat memompa air ke boiler
1. Siklus Rankine superheat
Pada Gambar 2.1 proses 1-2-3-4 merupakan siklus Rankineideal dengan
pemanasan lanjut untuk mendapatkan uap kering

Gambar 2.1 skema siklus Rankine ideal sederhana dan Diagram T-s

Siklus Rankine dengan superheat dibentuk oleh 4 buah proses yaitu:


1.
2.
3.
4.

Proses 1 2 : Pemompaan isentropik pada pompa ( input kerja Wp)


Proses 2 3 : Pemasukan kalor pada tekanan konstan di ketel ( qm )
Prose 3 4 : Ekspansi isentropik di turbin ( Kerja Output Wt )
Proses 4 1 : Pembuangan kalor pada tekanan konstan di kondensor
( qk )

Pada siklus Rankine ideal sederhana. Air dipompa oleh pompa pengisi
boiler ke dalam boiler. Pompa yang bertugas untuk memompakan air ke dalam
boiler disebut feed water pump. Pompa ini harus dapat menekan air ke boiler
dengan tekanan yang cukup tinggi (sesuai dengan tekanan kerja siklus).
Secara ideal pompa bekerja menurut proses isentropis (adiabatis reversibel)
dan secara aktual pompa bekerja menurut proses adiabatis irreversibel.
Di dalam boiler, air yang bertekanan tinggi dipanaskan hingga menjadi
uap panas lanjut, prosesnya adalah sebagai berikut.
1. Ekonomiser, air pertama-tama masuk ke ekonomiser. Ekonomier berfungsi
sebagai pemanas awal. Sesuai namanya alat ini berfungsi untuk

meningkatkan efisiensi boiler dengan cara menggunakan panas sisa gas


buang untuk memanaskan awal air yang masuk ke boiler.
2. Evaporator, dari ekonomiser, air masuk ke drum penampung air di
evaporator. Di dalam evaporator air dipanaskan melalui pipa-pipa
evaporasi hingga berubah menjadi uap. Uap air yang keluar dari evaporator
adalah uap jenuh.
3. Superheater, selanjutnya uap jenuh dari evaporator masuk ke superheater.
Superheater adalah alat penukar kalor yang dirancang khusus untuk
memanaskan uap jenuh menjadi uap panas lanjut dengan menggunakan gas
panas hasil pembakaran. Uap panas lanjut yang keluar dari superheater siap
digunakan untuk memutar turbin uap.
Uap panas lanjut dari boiler kemudian dialirkan ke turbin uap melalui
pipa pipa uap. Di dalam turbin uap , uap panas lanjut diekspansikan dan
digunakan untuk memutar rotor turbin uap. Proses ekspansi di dalam turbin
uap berlangsung melalui beberapa tahap yaitu sebagai berikut.
1. Proses ekspansi awal di dalam turbin tekanan tinggi
Uap panas lanjut yang bertekanan tinggi diekspansikan di nosel dan
kemudian digunakan untuk memutar roda Curtis. Roda Curtis adalah turbin
uap jenis turbin implus. Pada roda Curtis terjadi penurunan tekanan yang
signifikan.
2. Proses ekspansi pada turbin tingkat menengah.
Turbin tingkat menengah menggunakan turbin jenis reaksi dan
tersusun atas beberapa tingkat turbin.
3. Proses ekspansi tingkat akhir.
Pada tingkat akhir ini uap terus diekspansikan hingga tekanan sangat
rendah (biasanya dibawah tekanan atmosfir ) dengan bantuan kondensor.
Putaran poros yang dihasilkan dari proses ekspansi uap panas lanjut di
dalam turbin digunakan untuk memutar beban. Beban dapat berupa generator

listrik seperti di PLTU atau propeler (baling-baling) untuk menggerak kapal.


Uap tekanan rendah dari turbin uap mengalir ke kondensor. Di dalam
kondensor, uap didinginkan dengan media pendingin air hingga berubah fase
menjadi air. Kemudian air ditampung di dalam tangki dan dipisahkan dari gasgas yang tersisa dan siap untuk dipompa ke dalam boiler oleh pompa pengisi
boiler. Proses ini terus berlanjut dan berulang membentuk sebuah siklus yang
disebut siklus Rankine.
Dengan metode analisis kuantitatif diperoleh, besaran kalor masuk, kalor
dibuang, dan kerja pompa dinyatakan oleh perubahan entalpi (berdasarkan
Hukum Thermodinamika I dengan mengabaikan perubahan energi kinetik dan
energy potensial ), dapat diperoleh:
1. Kerja Pompa = Wp = h2 h1 V1 ( P2 P1 )
2. Kalor masuk boiler = qm = h3 - h2
3. Kerja Turbin = WT = h3 h4
4. Kalor keluar kondensor = qk = h4 h1
Sedangkan prestasi siklus rankine dapat dinyatakan dengan efisiensi
thermal.
th = Wnet / qm
Wnet = qm - qk = WT - Wp
2. Siklus Rankine dengan Pemanasan Ulang (Reheat)
Untuk meningkatkan efisiensi siklus Rankine maka dari siklus Rankine
ideal dilakukan perubahan dengan memanaskan ulang uap hasil ekspansi
turbin pertama ke reheater dengan tujuan menaikan entalpi uap sehingga
energi uap naik, selain itu uap yang akan digunakan untuk ekspansi ke turbin
tingkat berikutnya tidak terdapat embun yang menyebabkan kerusakan sudu
seperti pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Siklus Rankine dengan pemanasan ulang dan Diagram T-s

3. Siklus Rankine dengan Regenerasi


Siklus Rankine regenerasi adalah modifikasi siklus Rankine dimana air
sebagai fluida kerja dinaikkan temperaturnya dengan memanfaatkan uap
ekstraksi dari turbin sehingga kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan
fluida kerja pada boiler berkurang. Hal ini tentu saja akan menaikkan
efisiensi siklus.
Regenerasi tidak hanya meningkatkan efisiensi siklus tetapi juga salah
satu cara deareasi. Dearasi yaitu menghilangkan kadar oksigen dalam air
yang bisa menyebabkan korosi pada jalur perpipaan. Proses regenerasi
umumnya dengan menggunakan alat yang biasanya disebut feed water heater
dengan prinsip kerja seperti heat exchanger.

Gambar 2.3 Siklus Rankine Regeneratif dan Diagram T-s

Proses pada siklus Rankine regenerasi dengan Open Feedwater Heater


a. 1 2 Air pengisi dari hotwelldipompa menuju Open FWH
b. 2 3 Air pengisi bercampur dengan uap ekstraksi dari turbin (proses 6 3)
c. 3 4 Air pengisi yang telah dipanaskan dipompa menuju boiler
d. 4 5 Penambahan kalor ke air pengisi di boiler
e. 5 6 Uap masuk turbin sebagian diekstraksi
f. 5 7 Ekspansi uap di turbin
g. 7 1 Pelepasan kalor di dalam kondensor

B. Siklus Rankine dengan kombinasi Reheat dan Regenarasi


Penambahan proses pemanasan ulang (reheat) pada siklus rankine akan
meningkatkan kualitas uap keluar turbin sedangkan penambahan proses
regenerasi (ekstraksi uap) dapat meningkatkan efisiensi thermal. Oleh karena itu,
untuk memperoleh peningkatan kualitas uap dan peningkatan efisensi thermal
secara bersamaan maka salah satu cara yang dilakukan adalah dengan
mengkombinasikan penambahan pemanasan ulang (reheat) dan regenerasi
(ekstraksi uap) pada siklus rankine. Hal inilah yang dilakukan oleh PLTU
Jeneponto, PT. Bosowa Energi, dimana pada PLTU Jeneponto melakukan satu
kali proses pemansan ulang (reheat) dan 7 kali proses regenerasi (ekstraksi uap).

Ga

mbar 2.6 Siklus Rankine PLTU Jeneponto dengan kombinasi 1 reheat dan 7 regenerasi

Dari diagram T-s di atas, dapat diperoleh:


P16 = P17 = Tekanan Boiler (Ketel)
P18 = P19 = P20 = Tekanan Pemanasan Ulang (Reheat)
P14 = P15 = P18 = Tekanan Regenerator I
P12 = P13 = P19 = Tekanan Regenerator II
P10 = P11 = P21 = Tekanan Regenerator III
P8 = P9 = P22 = Tekanan Regenerator IV
P6 = P7 = P23 = Tekanan Regenerator V
P4 = P5 = P24 = Tekanan Regenerator VI
P1 = P2 = P25 = Tekanan Regenerator VII
T17 = T20 = Temperatur Uap Keluar Ketel = Temperatur hasil Pemanasan Ulang
Penentuan besar massa uap ekstraksi dilakukan berdasrkan kesetimbangan
massa dan energi pada setiap regenerator yaitu sebagai berikut.
1. Regenerator I
h18 (m1) + h14 (1 m1) = h (1)
2. Regenerator II
h19 (m2) + h12 (1 - m1 m2) = h13 (1 - m1)
3. Regenerator III
h21 (m3) + h10 (1 - m1 m2 m3) = h11 (1 - m1 m2)
4. Regenerator IV
h22 (m4) + h8 (1 - m1 m2 m3 m4) = h9 (1 - m1 m2 m3)
5. Regenerator V
h23 (m5) + h6 (1 - m1 m2 m3 m4 m5) = h7 (1 - m1 m2 m3 m4)
6. Regenerator VI
h24 (m6) + h4 (1 - m1 m2 m3 m4 m5 m6) = h5 (1 - m1 m2 m3 m4 m5)
7. Regenerator VII

h25 (m7) + h2 (1 - m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7) = h3 (1 - m1 m2 m3 m4


m5 m6)
Sedangkan prestasi atau efisinensi Thermal siklus ditentukan dengan:
qk = (h26 h1) (1 - m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7)
qm = (h17 h16) (1) + (h20 h19 h18) (1 - m1 m2 )
WT = (h17 h18) (1) + (h18 h19) (1 - m1) + (h20 h21) (1 - m1 m2) +
(h21 h22) (1 - m1 m2 m3) + (h22 h23) (1 - m1 m2 m3 m4) +
(h23 h24) (1 - m1 m2 m3 m4 m5) + (h24 h25) 1 - m1 m2 m3
m4 m5 m6) + (h25 h26) (1 - m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7)
WP = WP1 + WP2 + WP3 + WP4 + WP5 + WP6 + WP7 + WP8
Wp1 = (h2 h1) (1 - m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7)
WP2 = (h4 h3) (1 - m1 m2 m3 m4 m5 m6)
WP3 = (h6 h5) (1 - m1 m2 m3 m4 m5)
WP4 = (h8 h7) (1 - m1 m2 m3 m4)
WP5 = (h10 h9) (1 - m1 m2 m3)
WP6 = (h12 h11) (1 - m1 m2)
WP7 = (h14 h13) (1 - m1)
WP8 = (h16 h15) (1)
Wnet = qm - qk

th =

W net
qm

C. Pengertian dan Prinsip Dasar Turbin uap


Turbin uap adalah suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial
menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi
mekanik dalam bentuk putaran poros turbin. Poros turbin langsung atau dengan
bantuan elemen lain, dihubungkan dengan mekanisme yang digerakkan.
Tergantung dari jenis mekanisme yang digerakkan turbin uap dapat digunakan
pada berbagai bidang industri, seperti untuk pembangkit listrik.
Turbin uap termasuk mesin tenaga atau mesin konversi energi dimana hasil
konversi energinya dimanfaatkan mesin lain untuk menghasilkan daya. Di dalam
turbin terjadi perubahan dari energi potensial uap menjadi energi kinetik yang
kemudian diubah lagi menjadi energi mekanik pada poros turbin, selanjutnya
energi mekanik diubah menjadi energi listrik pada generator. Energi mekanis
yang dihasilkan dalam bentuk putaran poros turbin dapat secara langsung atau
dengan bantuan roda gigi reduksi dihubungkan dengan mekanisme yang
digerakkan.
Turbin uap digunakan sebagai penggerak mula pada PLTU, seperti untuk

menggerakkan pompa, kompressor dan mesin-mesin lain. Jika dibandingkan


dengan penggerak generator listrik yang lain, turbin uap mempunyai kelebihan
antara lain:
Penggunaan panas yang lebih baik.
Pengontrolan putaran yang lebih mudah.
Tidak menghasilkan loncatan bunga api listrik.
Uap bekasnya dapat digunakan kembali atau untuk proses.
Siklus yang terjadi pada turbin uap adalah siklus Rankine, yaitu berupa
siklus tertutup, dimana uap bekas dari turbin dimanfaatkan lagi dengan cara
mendinginkannya pada kondensor, kemudian dialirkan lagi ke pompa dan
seterusnya sehingga merupakan suatu siklus tertutup.
D. Komponen-komponen Tubin uap
Secara umum komponen-komponen utama dari sebuah turbin uap adalah
sebagai berikut.
1. Nosel, sebagai media ekspansi uap yang merubah energi potensial menjadi
energi kinetik.
2. Sudu, alat yang menerima gaya dari energi kinetik uap melalui nosel.
3. Cakram, tempat sudu-sudu dipasang secara radial pada poros.
4. Poros, sebagai komponen utama tempat dipasangnya cakram-cakram
sepanjang sumbu.
5. Bantalan, bagian yang berfungsi uuntuk menyokong kedua ujung poros dan
banyak menerima beban.
6. Kopling, sebagai penghubung antara mekanisme turbin uap dengan
mekanisme yang digerakkan.

Gambar 2.2 Turbin Uap (Steam turbin)

Untuk melihat komponen-komponen utama pada turbin dapat dilihat pada


gambar berikut ini :
1. Cassing

Cassing adalah sebagai penutup bagian-bagian utama turbin.


2.

Rotor
Rotor adalah bagian turbin yang berputar yang terdiri dari poros, sudu turbin
atau deretan sudu yaitu Stasionary Blade dan Moving Blade. Untuk turbin
bertekanan tinggi atau ukuran besar, khususnya unuk turbin jenis reaksi maka
motor ini perlu di Balanceuntuk mengimbagi gaya reaksi yang timbul secara
aksial terhadap poros.
3. Bearing Pendestal
Bearing Pendestal adalah merupakan kedudukan dari poros rotor.

4.Journal Bearing
Journal Bearing adalah Turbine Part yang berfungsi untuk menahan Gaya
Radial atau Gaya Tegak Lurus Rotor.
5.Thrust Bearing
Thrust Bearing adalah Turbine Part yang berfungsi untuk menahan atau untuk
menerima gaya aksial atau gaya sejajar terhadap poros yang merupakan
gerakan maju mundurnya poros rotor.
6. Main oli Pump
Main oli Pump berfungsi untuk memompakan oli dari tangki untuk disalurkan
pada bagianbagian yang berputar pada turbin . Dimana fungsi dari Lube Oil
adalah sebagai berikut.
a. Sebagai Pelumas pada bagian bagian yang berputar.
b. Sebagai Pendingin ( Oil Cooler ) yang telah panas dan masuk ke bagian
turbin dan akan menekan / terdorong keluar secara sirkuler
c. Sebagai Pelapis ( Oil Film ) pada bagian turbin yang bergerak secara rotasi.
d. Sebagai Pembersih ( Oil Cleaner ) dimana oli yang telah kotor sebagai
akibat dari benda-benda yang berputar dari turbin akan terdorong ke luar
secara sirkuler oleh oli yang masuk.
7. Gland Packing
Gland Packing berfungsi sebagai Penyekat untuk menahan kebocoran baik
kebocoran Uap maupun kebocoran oli.
8. Labirinth Ring
Labirinth Ring berfungsi yang sam dengan gland packing.
9. Impuls Stage
Impuls Stage adalah sudu turbin tingkat pertama.
10. Stasionary Blade
Stasionary Blade adalah sudu-sudu yang berfingsi untuk menerima dan
mengarahkan steam yang masuk.
11. Moving Blade
Moving Blade adalah sejumlah sudu-sudu yang berfungsi menerima dan
merubah Energi Steam menjadi Energi Kinetik yang akan memutar generator.
12. Control Valve
Control Valve adalah merupakan katup yang berfungsi untuk mengatur steam
yang masuk kedalam turbin sesuai dengan jumlah Steam yang diperlukan.
13. Stop Valve
Stop Valve adalah merupakan katup yang berfungsi untuk menyalurkan atau
menghentikan aliran steam yang menuju turbin.
14. Reducing Gear
Reducing Gear adalah suatu bagian dari turbin yang biasanya dipasang pada

turbin-turbin dengan kapasitas besar dan berfungsi untuk menurunkan putaran


poros rotor dari 5500rpm menjadi 1500 rpm. Reducing gear terdiri dari
beberapa bagian yaitu sebagai berikut.
a. Gear Cassing adalah merupakan penutup gear box dari bagian-bagian
dalam reducing gear.
b. Pinion ( high speed gear ) adalah roda gigi dengan type Helical yang
putarannya merupakan putaran dari shaft rotor turbin uap.
c. Gear Wheal ( low speed gear ) merupakan roda gigi type Helical yang
putarannya akan mengurangi jumlah putaran dari Shaft rotor turbin yaitu
dari 5500 rpm menjadi 1500 rpm.
d. Pinion Bearing yaitu bantalan yang berfungsi untuk menahan / menerima
gaya tegak lurus dari pinion gear.
e. Pinion Holding Ring yaitu ring berfungsi menahan Pinion Bearing terhadap
gaya radial shaft pinion gear.
f. Wheel Bearing yaitu bantalan yang berfungsi menerima atau menahan gaya
radial dari shaft gear wheel.
g. Wheel Holding Ring adalah ring penahan dari wheel Bearing terhadap
gaya radial atau tegak lurus shaft gear wheel.
h. Wheel Trust Bearing merupakn bantalan yang berfungsi menahan atau
menerima gaya sejajar dari poros gear wheel ( gaya aksial ) yang
merupakan gerak maju mundurnya poros.

E. Klasifikasi Turbin Uap


Turbin uap dapat diklasifikasikan ke dalam kategori yang berbeda yang
tergantung pada jumlah tingkat tekanan, arah aliran uap, proses penurunan kalor,
kondisi-kondisi uap pada sisi masuk turbin dan pemakaiannya di bidang industri.
Adapun klasifikasinya yaitu sebagai berikut.
1. Klasifikasi Turbin berdasarkan Prinsip Kerjanya
a. Turbin Impulse
Turbin impuls atau turbin tahapan impuls adalah turbin sederhana
berrotor satu atau banyak (gabungan ) yang mempunyai sudu-sudu pada
rotor itu. Sudu biasanya simetris dan mempunyai sudut masuk dan sudut
keluar. Ciri-ciri dari turbin impuls adalah sebagai berikut.
1). Proses pengembangan uap / penurunan tekanan seluruhnya terjadi
pada sudu diam / nosel.

2). Akibat tekanan dalam turbin sama sehingga disebut dengan Tekanan
Rata.
b. Turbin Reaksi
Turbin reaksi mempunyai tiga tahap, yaitu masing-masingnya terdiri dari
baris sudu tetap dan dua baris sudu gerak. Sudu bergerrak turbin reaksi
dapat dibedakan dengan mudah dari sudu impuls karena tidak simetris,
karena berfungsi sebagai nossel bentuknya sama dengan sudu tetap
walaupun arahnya lengkungnya berlawanan. Ciri-ciri turbin ini adalah
sebagai berikut.
1). Penurunan tekanan uap sebagian terjadi di Nosel dan Sudu Gerak
2). Adanya perbedaan tekanan didalam turbin sehingga disebut Tekanan
Bertingkat

Gambar 2.6 Perbedaan turbin uap tipe impuls dan reaksi

2. Menurut jumlah tingkat tekanan.

a. Turbin satu tingkat dengan satu atau lebih tingkat kecepatan, yaitu turbin
yang biasanya berkapasitas kecil dan turbin ini kebanyakan dipakai untuk
menggerakkan kompresor sentrifugal.
b. Turbin impuls dan reaksi nekatingkat, yaitu turbin yang dibuat dalam
jangka kapasitas yang luas mulai dari yang kecil sampai yang besar.
3. Menurut arah aliran uap
a. Turbin aksial, yaitu turbin yang uapnya mengalir dalam arah yang sejajar
terhadap sumbu turbin.
b. Turbin radial, yaitu turbin yang uapnya mengalir dalam arah yang tegak
lurus terhadap sumbu turbin.

4. Menurut jumlah silinder


a. Turbin silinder tunggal
b. Turbin silinder ganda
c. Turbin tiga silinder
d. Turbin empat silinder
Turbin nekatingkat yang rotornya dipasang pada satu poros yang sama
dan yang dikopel dengan generator tunggal dikenal dengan turbin poros
tunggal, turbin dengan poror rotor yang terpisah untuk masing-masing silinder
yang dipasang sejajar satu dengan yang lainnya dikenal dengan turbin nekaaksial.
5. Menurut metode pengaturan
a. Turbin dengan pengaturan pencekikan (throttling), dalam hal ini uap panas
lanjut yang keluar dari ketel masuk melalui satu atau lebih katup pencekik
yang dioperasikan serempak.
b. Turbin dengan pengaturan nosel yang uap segarnya masuk melalui dua atau
lebih pengatur pembuka yang berurutan.
c. Turbin dengan pengaturan langkah (by-pass governing), dimana uap panas
lanjut yang keluar dari ketel disamping dialirkan ke tingkat pertama juga
langsung dialirkan ke satu, dua, atau bahkan tiga tingkat menengah turbin
tersebut.

6. Menurut prinsip aksi uap


a. Turbin impuls, yang energi potensial uapnya diubah menjadi energi kinetik
di dalam nosel atau laluan yang dibentuk oleh sudu-sudu diam yang
berdekatan, dan didalam sudu-sudu gerak, energi kinetik uap diubah
menjadi energi mekanis.

b. Turbin reaksi aksial yang ekspansi uapnya diantara laluan sudu, baik sudu
pengarah maupun sudu gerak.
c. Turbin reaksi radial tanpa sudu pengarah yang diam.
d. Turbin reaksi radial dengan sudu pengarah yang diam.
7. Menurut kondisi-kondisi uap pada sisi masuk turbin
a. Turbin tekanan rendah, yaitu turbin yang memakai uap pada tekanan 1,2
sampai 2 ata.
b. Turbin tekanan menengah, yaitu turbin yang memakai uap pada tekanan
sampai 40 ata.
c. Turbin tekanan tinggi, yaitu turbin yang memakai uap pada tekanan diatas
40 ata.
d. Turbin tekanan yang sangat tinggi, yaitu turbin yang memakai uap pada
tekanan 170 ata atau lebih dan temperatur diatas 550o C atau lebih.
e. Turbin tekanan superkritis, yaitu tubin yang memakai uap pada tekanan 225
ata atau lebih.
8. Menurut pemakaiannya di bidang industry
a. Turbin stasioner dengan kepesatan putar yang konstan dipakai terutama
untuk menggerakkan alternator.
b. Turbin uap stasioner dengan kepesatan yang bervariasi dipakai untuk
menggerakkan blower-turbo, pengedar udara (air circulator), pompa, dan
lain-lain.
c. Turbin yang tidak stasioner dengan kepesatan yang bervariasi, yaitu turbin
yang biasanya dipakai pada kapal-kapal uap, kapal, dan lokomotif kerata
api (lokomotif-turbo).

F. Kerugian Pada Turbin Uap


Kerugian energi pada turbin adalah pertambahan energi kalor yang
dibutuhkan untuk melakukan kerja mekanis pada praktek aktual dibandingkan
dengan nilai teoritis yang proses ekspansinya terjadi benar-benar sesuai dengan
proses adiabatik. Pada suatu tingkat turbin, jumlah penurunan kalor yang benarbenar dikonversi menjadi kerja mekanis pada poros turbin adalah lebih kecil
daripada nilai-nilai yang dihitung untuk tingkat turbin yang ideal. Semua
kerugian yang timbul pada turbin aktual dapat dibagi menjadi dua kelompok
utama, yaitu sebagai berikut.
1. Kerugian pada katup pengatur
Aliran uap melalui katup-katup penutup dan pengatur disertai oleh
kerugian energi akibat proses pencekikan (throtling), kerugian ini yang
disebut dengan kerugian katup pengatur. Jika tekan uap masuk adalah Po
maka akan terjadi penurunan tekanan menjadi tekan awal masuk turbin Po.
H = Ho Ho
Po

Po
to

Ho

Ho

Gambar 2.8 Penurunan kalor akibat katup pengatur

2. Kerugian kalor pada nozel (hn)


Kerugian energi dalam nozel adalah dalam bentuk kerugian energi
kinetis dimanan besarnya adalah Kerugian energi pada nosel disebabkan
oleh adanya gesekan uap pada dinding nozel , turbulensi, dan lain-lain.

Kerugian energi pada nosel ini dicakup oleh koefisien kecepan nozel ()
yang sangat tergantung pada tinggi nozel. Kerugian energi kalor pada nozel
dalam bentuk kalor :
C 1 t2C 12
Hn =
8378

Dimana : hn = besarnya kerugian pada nozel


C it = kecepatan uap masuk nozel teoritis
= koefisien kecepatan pada dinding nozel (0,93 - 0,98)
C 1 = kecepatan aktual uap keluar dari nozel

Untuk tujuan perancangan, nilai-nilai koefisien kecepatan nozel dapat


diambil dari grafik yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.9 Grafik untuk Menentukan Koefisien sebagai fungsi tinggi nozel

3. Kerugian kalor pada sudu gerak

Kerugian pada sudu gerak dipengarui beberapa faktor yaitu :


kerugian akibat tolakan pada ujung belakang sudu.
Kerugian akibat tubrukan.
Kerugian akibat kebocoran uap melalui ruang melingkar.
Kerugian akibat gesekan.
Kerugian akibat pembelokan semburan pada sudu.
Semua kerugian diatas disimpulkan sebagai koefisien kecepatan sudu
gerak (). Akibat koefisien ini maka kecepatan relatif uap keluar dari sudu
W2 lebih kecil dari kecepatan relatif uap masuk sudu W1.
Kerugian kalor pada sudu gerak pertama
hb =

w12w22
8378

dimana : w1 = kecepatan relatif uap masuk sudu gerak I


w2 = kecepatan relatif uap keluar sudu gerak I
kerugian kalor pada sudu gerak baris kedua
'2

hb =

'2

w1 w 2
8378

4. Kerugian kalor akibat kecepatan keluar


Uap meninggalkan sisi keluar sudu gerak dengan kecepatan mutlak C2,
sehingga kerugian energi kinetik akibat kecepatan uap keluar C2 untuk tiap 1
kg uap dapat ditentukan sama dengan C22/8378 kj/kg .
Jadi sama dengan kehilangan energi sebesar:

hc =

C 22
8378

5. Kerugian kalor pada susu pengarah

hgb =

C 22C 12
8378

6. Kerugian kalor akibat gesekan cakram


Kerugian gesekan terjadi diantara cakram turbin yang berputar dengan
uap yang menyelubunginya. Cakram yang berputar itu menarik pertikelpertikel yang ada didekat permukaannya dan memberi gaya searah dengan
putaran. Sejumlah kerja mekanis digunakan untuk mengatasi pengaruh
gesekan daqn pemberian kecepatan ini. Kerja yang digunakan untuk melawan
gesekan dan percepatan-percepatan partikel uap ini pun akan di konversikan
menjadi kalor, jadi akan mnemperbesar kalor kandungan uap.
Kerugian akibat gesekan cakram dan ventilasi dalam satu kalor dapat
ditentukan dari persamaan berikut.
102 N gca
hgca =
427 G
dimana :

G = massa aliran uap melalui tingkatan turbin (kg/s)


Ngca = daya gesek dari ventilasi cakram ( kW )
Adapun penentu daya gesek dari ventilasi cakram ini sering dilakuakn
dengan memakai rumus berikut.
Ngca = 10-10 d4 n3 L
dimana :
= koefisien yang sama dengan 2,06 untuk cakram baris ganda
d = diameter cakra yang diukur pada tinggi rata-rata sudu A(m)
n = putaran poros turbin (rpm)
L = tinggi sudu (m)

= Massa jenis uap dimana cakram tersebut berputar (kg/m3) = 1/ ,


dimana = volume spesifik uap pada kondisi tersebut (m3/kg)
A. Perhitungan Kinerja Turbin Uap
A. Perhitungan Efisiensi Turbin Uap
1) Efisiensi Relatif
Hubungan antara kerja satu kilogram uap Lu pada keliling cakram yang
mempunyai sudu-sudu gerak terhadap kerja teoritis yang dapat dilakukannya
adalah :
Lu
A Lo
100 =
100
R = L o
i oi
1t

2) Efisiensi Dalam ( Internal )


Hubungan antara kerja yang bermanfaat yang dilakukan oleh sudu dengan
1 kg uap pada tingkat atau di dalam turbin terhadap kerja teoritis yang
tersedia adalah:
Hi
ei = H o 100
3) Efisiensi Thermal
Hubungan antara penurunan kalor adiabatik teoritis di dalam turbin dan
kalor yang tersedia dari ketel adalah :
i oi
Ho
100
100
t = ioq
= i oq
1t

4) Efisiensi Efektif Relatif


Hubungan antara efisiensi mekanis dengan efisiensi internal turbin
adalah:
N efektif

100

= ( m
ei ) 100
No
ef =
5) Efisiensi Mekanis

m=

B. Perhitungan Daya Turbin Uap


1) Daya Internal Turbin Uap

Ne
Ni

427 .G . H i
102

Ni =

Dimana, G = Laju aliran Uap ( kg/s )


Hi = Penurunan panas ( Heat Drop ) yang bermanfaat
( kkal/kg )

2) Daya Efefktif Turbin Uap


Daya efektif dalah daya yang dihasilkan turbin uap untuk
menggerakkan poros.
Ne =

N
i

Anda mungkin juga menyukai