Anda di halaman 1dari 3

Kebutuhan masyarakat untuk menciptakan masakan dengan citarasa yang

gurih serta aroma yang lezat, menyebabkan terjadinya peningkatan akan kebutuhan
bahan tambahan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Bahan
tambahan makanan ini dikenal dengan penyedap rasa. Konsumen lebih memilih
penyedap rasa instan dalam kemasan untuk memudahkan pekerjaan mereka. Selain
praktis, harganya juga terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Hal tersebut
memancing produsen penyedap rasa untuk menawarkan berbagai merek dengan
berbagai kualitas kepada konsumen. Saat ini penyedap rasa yang paling eksis dan
paling digemari masyarakat adalah merek Masako, Royco, Sasa, Ajinomoto dan
Indofood Bumbu Kaldu. Hanya merek dengan kualitas yang memenuhi harapan
konsumenlah yang akan bertahan di pasaran. Sehingga perlu dilakukan pembelajaran
mengenai perilaku konsumen terkait dengan karakteristik, performance produk yang
diharapkan serta proses keputusan yang dilalui dalam melakukan pembelian. Tujuan
dari penelitian ini adalah: 1). Mengkaji karakteristik konsumen penyedap rasa
Masako; 2). Mengkaji proses keputusan pembelian konsumen penyedap rasa Masako;
3). Mengkaji kinerja atribut produk penyedap rasa Masako; 4). Mengkaji sikap
konsumen terhadap produk penyedap rasa Masako dibandingkan dengan merek
penyedap rasa lain. Penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor Tengah pada 11
Desa/Kelurahan. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan dasar
pertimbangan bahwa Kecamatan Bogor Tengah merupakan Kecamatan dengan
kepadatan penduduk tertinggi di Kota Bogor. Data primer diperoleh melalui
pengamatan langsung di lapangan melalui wawancara dengan responden yang
mengkonsumsi penyedap rasa merek Masako, Royco dan Sasa. Data sekunder
diperoleh dari Buku-buku literatur, Dinas Perindustrian, Badan Pusat Statistik Kota
Bogor , Kantor Kecamatan Bogor Tengah dan Perpustakaan Lembaga Sumberdaya
Informasi IPB. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner semi terbuka
dan tertutup serta kuisioner tertutup. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
convenience sampling. Kriteria konsumen yang dijadikan responden adalah ibu
rumah tangga yang bertempat tinggal disebelas kelurahan di Kecamatan Bogor
Tengah, dan konsumen tersebut sedang atau pernah mengkonsumsi penyedap rasa
Masako, Royco dan Sasa. Jumlah responden yang dibutuhkan sebanyak 100 orang
yang dianggap dapat mewakili jumlah keseluruhan rumah tangga yang ada disebelas
kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah. Penentuan jumlah sampel berdasarkan pada
teori statistik bahwa pengambilan sampel adalah 5 x jumlah variabel (Walpole).
Jumlah variabel yang akan digunakan sebanyak 17, maka 5 x 17 = 85. Penelitian
menggunakan alat analisis Deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA) dan
Fishbein.Sikap konsumen dianalisis terhadap atribut membuat citarasa masakan
menjadi enak, variasi rasa, membuat aroma masakan menjadi lezat, praktis, variasi
ukuran kemasan, merek, keterangan halal, keterangan kadaluarsa, izin depkes,

keterangan kandungan MSG, harga, iklan, bonus resep masakan, pendistribusian,


display toko, lokasi pembelian, dan kontinuitas. Suatu penyedap rasa yang sangat
diinginkan oleh konsumen adalah penyedap rasa yang dapat membuat citarasa dan
aroma masakan menjadi enak dan lezat, praktis, merek terkenal, mencantumkan
kandungan MSG secara terinci, mencantumkan keterangan halal, mencantumkan
kadaluarsa dan izin depkes, selalu kontinu dan lokasi penjualan mudah dijangkau.
Berdasarkan analisis Fishbein, hanya penyedap rasa merek Masako yang memenuhi
kriteria harapan konsumen, sehingga Masako dinyatakan sebagai merek paling baik
dari penyedap rasa merek Royco dan Sasa. Namun, hasil analisis IPA menjelaskan,
bahwa masih terdapat dua atribut Masako yang perlu mendapatkan perbaikan kualitas
karena memiliki kinerja yang belum sesuai dengan harapan konsumen. Atribut
tersebut adalah kejelasan kandungan MSG dan kejelasan kadaluarsa. Di mana kedua
atribut tersebut berada pada kuadran I (prioritas utama) yang digambarkan oleh
matrix IPA. Atribut membuat citarasa dan aroma masakan menjadi enak dan lezat,
praktis, mencantumkan keterangan halal, izin depkes dan kontinu digambarkan dalam
kuadran II (pertahankan prestasi), yang berarti kinerjanya sudah memenuhi harapan
konsumen. Sedangkan atribut lokasi penjualan berada pada kuadran III (prioritas
rendah), bahkan atribut merek menyediakan kinerja yang melebihi harapan
konsumen. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari 100 responden yang
terpilih, responden Masako didominasi oleh responden yang berumur antara 28
sampai 35 tahun, dengan tingkat pendidikan terakhir di dominasi oleh pendidikan
SMU. Jenis pekerjaan responden yang paling dominan adalah ibu rumah tangga.
Pengeluaran pangan rumah tangga per bulan sebesar antara Rp 500.000 Rp
1.000.000
Berdasarkan proses keputusan, diketahui motivasi responden mengkonsumsi
penyedap rasa karena ingin menciptakan rasa masakan yang enak dan responden
merasakan ada yang kurang jika memasak tanpa menggunakan penyedap rasa.
Responden memperoleh informasi mengenai penyedap rasa dari iklan di televisi, dan
unsur iklan yang menjadi pusat perhatian responden adalah isi pesannya. Atribut yang
paling dipertimbangkan oleh responden adalah atribut penyedap rasa yang dapat
membuat citarasa masakan menjadi enak. Responden lebih menginginkan penyedap
rasa dengan kemasan yang terkesan sederhana, dan merek yang sesuai berdasarkan
pertimbangan tersebut adalah Masako. Responden memilih membeli Masako karena
alasan Masako dapat membuat citarasa masakan menjadi enak dan gurih. Pilihan rasa
yang paling digemari adalah Masako dengan rasa ayam, dengan ukuran kemasan
sachet 9 gram. Kebanyakan responden melakukan pembelian di warung dengan
alasan karena dekat dengan tempat tinggal. Media yang paling mempengaruhi untuk
melakukan pembelian Masako adalah televisi, di mana media tersebut membuat

konsumen langsung melakukan pembelian tanpa mencari informasi lagi dari media
lain. Sebagian besar responden menyatakan puas dengan mengkonsumsi Masako, dan
berencana akan melakukan pembelian ulang. Responden tidak merasaterpengaruh
oleh kenaikan harga dan promosi yang dilakukan oleh merek lain. Tetapi responden
akan membeli penyedap rasa merek lain jika Masako yang dicari tidak ditemukan.
Responden menyatakan bahwa Masako memberikan informasi bahan baku yang
lengkap pada kemasannya. Saran yang direkomendasikan penulis kepada produsen
Masako adalah: 1) Meskipun Masako dinyatakan sebagai merek terbaik dibandingkan
dua merek lainnya, tetapi masih terdapat dua atribut yang berada pada kuadran I
(prioritas utama), yaitu kejelasan kandungan MSG dan kejelasan kadaluarsa,
produsen Masako perlu melakukan perbaikan terhadap kinerja kedua atribut agar
memenuhi harapan konsumen, demi terjaganya loyalitas konsumen terhadap merek
Masako. 2) Produsen Masako harus mempertahankan atribut keterangan halal,
kejelasan izin depkes, membuat citarasa masakan menjadi enak, membuat aroma
masakan menjadi lezat, kontinuitas dan kepraktisan. Karena kesemua atribut tersebut
menempati kuadran II (pertahankan prestasi) dalam matrix IPA dan memperoleh nilai
sikap yang baik dari konsumen

Irdasari, Nova. 2009. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Kinerja Atribut Produk
Penyedap Rasa Merek Masako (Konsumen Penyedap Rasa Di Kecamatan Bogor
Tengah). [Internet]. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22589

Anda mungkin juga menyukai