Titrasi Penetralan
Titrasi Penetralan
PENETRALAN
I.
2. reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalensi. Dengan kata
lain konstanta kesetimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat besar besar. Maka dari itu
dapat terjadi perubahan yang besar dalam konsentrasi analit (atau titran) pada titik ekivalensi.
3. diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen tercapai. Dan
diharapkan pula beberapa indikator atau metode instrumental agar analis dapat menghentikan
penambahan titran
4. diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan hanya beberapa
menit.
Dalam praktik laboratorium umumnya digunakan larutan dari asam dan basa dengan
konsentrasi yang diinginkan kemudian distandarisasi dengan larutan standar primer. Reaksi
antara zat yang dipilih sebagai standar utama dan asam atau basa harus memenuhi syarat-syarat
untuk analisis titrimetri. Selain itu, standart utama harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1. tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan yang diketahui kemurniannya. Umumnya
jumlah total pengotor tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %, dan diuji adanya pengotor dengan
uju kualitatif yang diketahui kepekaannya.
2. zat tersebut mudah mengering dan tidak terlalu higroskopis, hal itu mengakibatkan air akan
ikut saat penimbangan. Zat itu tidak boleh kehilangan berat saat terpapar di udara. Pada
umumnya hidrat-hidrat tidak digunakan sebagai standar utama.
3. standar utama sebaiknya memiliki berat ekivalen tinggi, bertujuan untuk meminimalkan
akibat-akibat dari kesalahan saat penimbangan.
4. asam basa itu cenderung kuat, yakni sangat terdisosiasi. Namun, asam basa lemah dapat
digunakan sebagai standar utama, tanpa kerugian yang berarti khususnya ketika larutan
standar itu akan digunakan untuk menganalisis sampel dari asam atau basa lemah.
Bahan
a. HCl
b. Air suling (aquades)
c. Na2CO3 padatan
d. Indikator metil-jingga
e. Pupuk ZA
f. NaOH 0,1 N
g. Indikator metil-merah
VI. DATA PENGAMATAN
Pengamatan
Perlakuan
Sebelum
Sesudah
Na2CO3
diencerkan
Massa = 0,5305 gr
Larutan
100mL
dengan aquades
Larutan
dimasukkan
dalam
masing-masing Bening
Bening
+25 aquades
Bening
Bening
Bening
Oranye keruh
erlenmeyer
25mL
Na2CO3
Oranye bening
Oranye keruh
VHCl = 23,4 mL
Percobaan I
VHCl = 23,3 mL
Percobaan II
VHCl = 23,3 mL
Percobaan III
Aplikasi Titrasi Penetralan
Menimbang 0,1 gr pupuk ZA +
Padatan putih
Bening
Bening
Bening
Bening
Kuning
Kuning
Merah jingga
50 mL NaOH 0,1 N
Dididihkan hingga tidak ada
NH3 yang keluar
Didinginkan + 3 tetes metil
merah
Dititrasi
dengan
HCl
yang
sudah distandarisasi
Diulang sampai tiga kali titrasi
VHCl = 45,3 mL
Percobaan I
VHCl = 45,5 mL
Percobaan II
VHCl = 45,0 mL
Percobaan III
HCl
Percobaa
n
V (10-3 L)
Na2CO3
V (10-3 L)
23,4
0,1070
25
0,1001
II
23,3
0,1074
25
0,1001
III
23,3
0,1074
25
0,1001
Na2CO3 w = 0,5305 gr
V1 = 0,1 L
M = 0,0501 M
n = 1,2513 . 10-3 mol
neq = 2,5026 . 10-3 molek
Standarisasi asam kuat yaitu asam klorida menggunakan natrium klorida karena zat ini
tersedia dalam bentuk garam murni sehingga lebih praktis. Zat ini juga dipilih karena memenuhi
kriteria larutan standart utama dari asam kuat. Natrium karbonat bersifat sedikit higroskopis,
memiliki berat ekivalen yang tinggi dan merupakan basa kuat sehingga baik untuk titrasi asam
kuat. Dalam percobaan digunakan 0,5305 gr natrium karbonat yang dilarutkan hingga 0,1 L.
Berdasarkan persamaan:
diperoleh besarnya konsentrasi larutan adalah 0,1001 N
Larutan ini digunakan untuk menitrasi asam klorida. Dalam titrasi, digunakan indikator
metil jingga karena titrasi ini menghasilkan asam karbonat yang pH-nya berada pada rentang
(3,1-4,4)
Titik titrasi akhir ditandai dengan perubahan warna larutan dari oranye bening menjadi oranye
keruh.
Dalam percobaan penggunaan indikator yang sesuai memungkinkan asumsi bahwa titik
akhir titrasi tepat berimpit dengan titik equivalennya sehingga pada titik equivalen berlaku:
Dari persamaan tersebut dan data yang diperoleh dapat dihitung besarnya konsentrasi
asam klorida adalah 0,1073 N.
APLIKASI
Tabel 2
Data titrasi NH3 dalam pupuk ZA dengan HCl
HCl
Perc
V
(10-3 L)
neq
-3
(10 molek)
w NH3
w ZA
(10-3gr)
(10-3gr)
(%)
45,3
4,8607
2,3724
0,1
0,1393
2,3724
II
45,5
4,8822
2,0062
0,102
0,1178
1,9669
III
45,0
4,8285
2,9207
0,104
0,1715
2,8084
Untuk mengetahui kandungan NH3 dalam pupuk ZA [(NH4)2SO4] digunakan asam kuat
HCl (asam klorida) sebagai larutan standart. Dalam prosedurnya digunakan basa kuat natrium
hidroksida (NaOH) berlebih untuk membebaskan amonia.
Gas amonia yang dihasilkan dibebaskan dengan pemanasan sisa basa yang belum
bereaksi dengan ion amonium dititrasi dengan asam klorida. Pada analisis ini digunakan
indikator metil merah hingga warnanya berubah dari kuning menjadi merah jingga.
Untuk menghitung kandungan NH3 dalam pupuk ZA digunakan rumus:
molek NaOH sisa = molek HCl bereaksi
karena molek NH3 = mol NaOH bereaksi
Sehingga,
Mol NH3 = mol NaOH mula-mula mol NaOH sisa
Dari persamaan tersebut dan dari data yang diperoleh, dapat dihitung besarnya kandungan NH3
dalam pupuk ZA adalah 2,4249 %.
VIII. KESIMPULAN
Jadi untuk menentukan (standarisasi) asam klorida (HCl) dengan natrium karbonat
(Na2CO3) adalah dengan menitrasi larutan baku Na 2CO3 dengan larutan HCl hingga tiga kali
menggunakan indikator metil jingga, sehingga dapat diketahui konsentrasi rata-rata larutan HCl,
yaitu 0,107 N. Dan untuk menentukan kadar NH 3 dalam pupuk ZA yaitu dengan melarutkan
pupuk ZA dengan NaOH lalu dididihkan hingga NH3 tidak ada, kemudian dititrasi dengan HCl
standard menggunakan indikator metil-merah hingga oerubahan warna. Titrasi ini dilakukan
hingga tiga kali, sehingga kadar NH3 dalam pupuk ZA dapat diketahui, yaitu 2,4249 %.
IX. TUGAS / JAWABAN PERTANYAAN
1. Mengapa pada pembuatan larutan NaOH harus memakai air yang sudah dididihkan?
Jawab:
Tujuan menggunakan air yang mendidih yaitu untuk menghindari ledakan, sebab reaksi
logam alkali (Na) bersifat eksoterm. Dan juga logam alkali (Na) mudah bereaksi dengan
air. mudah bereaksi dengan air.
2. Apakah beda antara:
a. larutan baku dan larutan standar?
b. asidimetri dan alkalimetri?
Jawab:
a. larutan baku: dimana larutan itu konsentrasinya diketahui dari hasil penimbangan dan
pengenceran, konsentrasi ditentukan dari hasil perhitungan
larutan standar: dimana larutan itu konsentrasinya sudah ditetapkan dengan akurat.
b. asidimetri : dimana menitrasi larutan menggunakan larutan baku asam
alkalimetri : dimana menitrasi larutan menggunakan larutan baku basa.
3. Berikan alasan penggunaan indikator pada titrasi di atas!
Jawab:
Pada titrasi antara HCl dengan Na2CO3 menggunakan indikator metil-jingga karena
titrasi tersebut antara asam kuat dengan basa lemah yang memiliki rentang pH 3,1-4,4.
Pada umumnya indikator digunakan untuk menentukan titik equivalen atau titik akhir
titrasi tepat pada pH tertentu.
4. 1,2 gram sampel NaOH dan Na 2CO3 dilarutkan dan dititrasi dengan 0,5N HCl dengan
indikator pp. setelah penambahan 30 mL HCl larutan menjadi tidak berwarna.
Kemudian indikator metil jingga ditambahkan dan dititrasi lagi dengan HCl. Setelah
penambahan 5mL HCl larutan menjadi berwarna. Berapa prosentase Na 2CO3 dan
NaOH dalam sampel?
Jawab:
Diketahui: gr NaOH dan Na2CO3 = 1,2 gr
NHCl = 0,2 N
V1 HCL = 30 mL
V2 HCl = 5 mL
Ditanya : kadar Na2CO3 dan NaOH dalam sampel ?
Jawab :
Pada campuran : NaOH + Na2CO3 , jika V1>V2
mmol NaOH = M (V1-V2)
mmol Na2CO3 = M. V2
Kadar Na2CO3
mmol Na2CO3 = M.V2
= 0,2 . 5
= 1 mmol
= 0,01 mol
Kadar NaOH
Mmol NaOH = M (V1 . V2)
= 0,2 . (30-5)
= 0,2 . 25
= 5 mmol
= 0,005 mol
5. Pada pH berapa terjadi perubahan warna indikator pp?
Jawab:
Pada rentang pH 8,0-9,6
X. DAFTAR PUSTAKA
Day. R.A Underwood. A.L. 1986. Quantitative Analysis (fifth ed.).New York: Prentice Hall.
(Terjemahan oleh A. Hadyana. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif (ed. Ke 5).Jakarta:
Erlangga)
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar (cetakan kedua). Jakarta: PT. Gramedia.
Setiono, L dan Hadyana, P.A. 1985. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Sentrimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka (terjemahan dari Svehla, G).
Tim penyusun: 2006. Panduan Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik. Unesa: Unipress.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
Standarisasi
Dititrasi dengan HCl 3 kali : - percobaan I : VHCl = 23,4 mL
- percobaan II : VHCl = 23,3 mL
- percobaan III : VHCl = 23,3 mL
Percobaan I
Aplikasi
= 4,8796 mmol
Mol NH3 = nNaOH mula-mula nNaOH sisa
= 5 4,8796
= 0,1204 mmol
gr NH3 = mol NH3 . Mr
= 0,1204 . 17,03061
= 2,0505.10-3 mmol
Percobaan II
mol NaOH sisa = mol HCl
= 45,0 X 10,7244.10-2
= 4,826.10-3 mol
= 4,826 mmol
Mol NH3 = nNaOH mula-mula nNaOH sisa
= 5 4,826
= 0,174 mmol
gr NH3 = mol NH3 . Mr
= 0,174 . 17,03061
= 2,9633.10-3 mmol