Anda di halaman 1dari 17

Bagian Satu

Penentuan Tema, Topik Dan Judul Penelitian


1.1 pendahuluan
setiap usaha untuk melaksanakan suatu penelitian memerlukan perencanaan yang matang
dari berbagai segi. Oleh karena pelaksanaan suatu penelitian selalu membutuhkan curahan
waktu. Untuk mengola ketiga macam sumber daya tersebut, peneliti diharapkan membuat
perencanaan yang matang yang kemudian dituangkan dalam time schedule. Jadwal kegiatan
yang baik dapat mencerminkan alokasi waktu, alokasi tenaga, alokasi biaya dan keterkaitan
antar kegiatan yang ada dalam sistem perencanaan secara logis.
Oleh karena setiap upaya perencanaan selalu terkait dengan sesuatu yang akan terjadi, maka
peneliti selalu dihadapkan pada masalah ketidak pastian. Di samping suatu penelitian harus
manageable dalam hal tenaga, waktu dan biaya, ada satu pertimbangan lagi yang harus
diperhatikan, yaitu bidang keilmuan yang dimiliki oleh peneliti. Seorang peneliti hendaknya
menakar kemampuan dirinya terkait dengan bidang kajian yang akan diteliti, yaitu apakah
penguasaan latar belakang keilmuan dam teknologi yang akan digunakan untuk membahas
objek cukup dimiliki dan dikuasai oleh peneliti.
1.2 Determinasi Tema Penelitian
Objek kajian merupakan suatu hal yang menjadi focus perhatian peneliti untuk
mengungkapkan mengenai permasalahannya. Lingkup besar suatu penelitian yang akan
dilaksanakan disebut sebagai tema penelitian. Tema penelitian secara garis besar dapat
dikelompokan ke dalam tiga kategori, yaitu kategori keilmuan, kategori kewilayahan dan
gabungan. Setelah sebuah tema penelitian (research topic) ditentukan, peneliti dapat
mengecilkan lingkup kajiannya pada level yang lebih kecil yang disebut dengan topik (research
topic) dan kemudian untuk lebih memfokuskan kajiannya, peneliti masih dituntut untuk
meberikan tekanan lebih khusus tentang objek kajiannya terkait dengan permasalahan penelitian
yang ditemukan dan kemudian dirumuskannya dalam bentuk judul penelitian (research title).

1.2.1 Tema Penelitian Kategori Keilmuan

Tema penelitian yang paling umum mewarnai karya ilmiah dalam kategori keilmuan,
oleh karena hal inilah yang sangat terkait dengan pembidangan kepakaran seseorang. Di Negaranegara tertentu yang oleh karena sesuatu hal mengalami kesulitan dalam mengalami kesulitan
dalam mengembangkan working opportunities, idealisme untuk menjadi pakar pada bidang
kajian tertentu banyak mengalami erosi. Tuntutan untuk memperoleh jenjang kesejahteran hidup
yang dianggap layak menjadi perioritas utama, sehingga kemudian muncul sekolah favorit,
fakultas favorit dan lain sejenisnya karena berdasarkan kenyataan empiris, bidang kajian tersebut
menjanjikan kemudahan mencari pekerjaan yang tinggidan tingkat penghasilan yang tinggi pula.
Discipline oriented theme menjadi latar belakang utama pemilihan bidang kajian dan tema
penelita
Peneliannya karena didukung oleh kondisi pasar kerja. Penulis menemukan, sebagai contoh,
seorang mahasiswa yang orang tuanya sebagai seorang dokter dan menginginkan anaknya
menjadi seorang dokter, ternyata anaknya berkeinginan menjadi peneliti social dan masuk bukan
pada fakultas kedokteran tetapi pada fakultas ilmu sosial. Tema penelitiannya yang
dilaksanakannya kemudian berada pada lingkup ilmu humaniora.
Beberapa contoh penentuan tema penelitian yang mengacu pada kategori keilmuan antara
lain bidang geografi, pertanian, kehutanan, teknik, farmasi dan masih banyak yang lain.
Sementara itu dalam lingkup keilmuan masih memunculkan pembidangan yang lebih rinci dan
hal ini terkait dengan topik penelitian yang akan dibahas pada paragraph berikutnya.
1.2.2 Tema Penelitian Kategori Spesial
Penentuan tema penelitian yang mendasarkan pada kategori kewilayahan melihat peranan
regional dalam mengungkapkan kemunculan permasalahan wilayah. Permasalahan wilayah
mana dianggap merupakan suatu karakteristik yang hanya ada pada suatu wilayah tertentu. Tema
penelitian misalnya atas dasar karakteristik benua, yaitu benua eropa, asia afrika, amerika,
Australia. Tema penelitian atas dasar karakteristik wilayah iklim misalnya, wilayah tropika,
wilayah subtropika, wilayah beriklim gurun. Tema wilayah atas dasar perkembangan social
ekonomi dapat dikemukakan mengenai wilayah Negara berkemang dan wilayah Negara maju.
Tema wilayah atas dasar kondisi fisiografis antara lain penelitian mengenai wilayah kepesisiran,
wilayah dataran tinggi, wilayah pegunungan lipatan dan lain sebagainya.

1.2.3 Tema Penelitian Kategori Gabungan


Tema penelitian yang merupakan gabungan antara kategori keilmuan dan kewilayahan
akan mengarahkan fokus penelitian menjadi lebih jelas. Sebagai contoh misalanya seseorang
mempunyai kertarikan terhadap wilayah berpotografi karst dan akan memusatkan perhatiannya
terhadap perkemangan permukimannya. Dalam hal ini, bidang keilmuan yang menjadi sandaran
pemilihan tema adalah ilmu tentang permukiman (settlement Georaphy/Geografi permukiman)
khusus wilayah yang dicirikhasi topografi karst.
1.3 Determinasi Topik Penelitian
Topik penelitian diturunkan dari tema yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Dalam
menentukan topik penelitian hendaknya memerhatikan beberapa penelitian yang dilaksanakan
mempunyai nilai akademis yang berarti baik dalam pengemangan ilmu pengetahuan maupun
dalam program pembangunan. Pertimbangan tersebut meliputi: (1) aktualitas, (2) originalitas (3)
memberikan sumbangan penting bagi ilmu pengetahuan, (4) memberikan sumbangan
pemikiran/temuan baru bagi program pembangunan.
1.3.1 Pertimbangan Aktualitas
Suatu topik bahasan yang sudah usang dan tidak banyak menarik perhatian masyarakat
akademis sebaiknya tidak menjadi pertimbangan peneliti untuk mengungkapkannya lagi,
beberapa alasan dapat mengakibatkan keusangan suatu topik dan tidak menarik lagi untuk
diungkapkan. Alasan pertama terkait dengan frekuensi kegiatan serupa yeng telah banyak
dilakukan. Alasan kedua terkait dengan telah lamanya topik penelitian tersebut pernah
diungkapkan, serta kondisi lingkungan yang ada pada masa sekarang sudah tidak relevan lagi.
Pada hakikatnya, suatu topik penelitian akan menerik dari segi aktualitas apabila topik
tersebut mengungkapkan isu-isu aktual baik dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
permasalahan lingkungan (lingkungan abiotik, biotik, sosial, ekonomi, politik dan kultural)
maupun terkait dengan program pembangunan yang sedang atau akan dilaksanakan.
1.3.2 Pertimbangan Originalitas

Originalitas suatu penelitian dapat disoroti berbagai segi antara lain dari segi
metodologis, wilayah, maupun kurun waktu pelaksanaan penelitian. Dengan topik penelitian
yang hamper sama, sangat mungkin suatu penelitian akan menampilkan hal-hal baru apabila
ketiga hal tersebut berbeda.
Dari segi metodologi penelitiannya, peneliti diharapkan mengemukakan keaslian
penelitiannya dibandingkan dengan peneliti sejenis yang telah pernah dilakukan. Paling tidak ada
3 aspek yang perlu dikemukakan,yaitu terkait dengan populasinya, karakteristik objek kajian dan
analisisnya. Dari segi kewilayahan dapat digunakan pula mengungkapkan keaslian penelitian,
walau dalam beberapa hal terdapat kesamaan metodologis. Segi dimensi kewaktuan dapat
digunakan sebagai titik tolak untuk mengungkapkan keaslian penelitian, namun peneliti harus
berpikir secara sangat kritis apakah kurun waktu yang berbeda tersebut mampu mengungkapkan
perbedaan yang signifikan terhadap berperannya elemen lingkungan terhadap kemunculan
permasalahan penelitian.
1.3.3 Sumbangan Untuk Ilmu Pengetehuan
Semangat meneliti adalah suatu semangat yang harus dimiliki oleh ilmuwan dan
kemudian menuliskannya dalam bentuk laporan ilmiah dan kalau memungkinkan merealisasikan
kedalam publikasi ilmiah, sehingga penyebarluasan hasil pemikirannya dapat dimanfaatkan oleh
orang lain.
1.3.4 Sumbangan Untuk Pembangunan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu diarahkan untuk dapat bermanfaat
terhadap kesejahteraan umat manusia. Kepekaan lingkungan (sense of environment) mengenai
permasalahan lingkungan yang muncul baik dalam skala lokal, regional maupun nasional,
bahkan global perlu dimiliki oleh ilmuwan. Topik penelitian yang baik antara lain dinillai dari
sumbangan pemikiran yang dapat diberikan kepada pemerintah/masyarakat dalam hal
meningkatkan kesejahteraannya.

1.3.5 Sumber Pemilihan Tema Dan Topik Penelitian

Beberapa di antara sumber yang dapat memuncilkan inspirasi pemilihan tema dan topik
penelitian antara lain adalah :
1. Buku- buku bacaan
2. Majalah dan surat kabar harian
3. Perjalanan
4. Seminar
5. Diskusi ilmiah
6. Radio dan TV
7. Internet
1.4 Perumusan Judul Penelitian
Perumusan judul penelitian adalah upaya memilih kata- kata atau istilah-istilah yang
tepat/mengena yang kemudian disusun sedemikian rupa dalam sebuah kalimat yang informatif
untuk menggambarkan isi dari sebuah tulisan ilmiah yang mencerminkan upaya analisis
mengenai permasalahan penelitian. Suatu judul yang baik hendaknya memenuhi beberapa hal
berikut:
1. Tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.
2. Menggunakan peristilahan yang tepat dan peneliti harus tahu persis akan makna
peristilahan yang digunakan,
3. Suatu judul hendaknya tidak bersifat ambiguous atau bermakna lebih dari satu
interpretasi
4. Suatu judul penelitian hendaknya mencerminkan kemendalaman analisis peneliti.
5. Apabila suatu judul terpksa panjang, dapat disusun dengan menggunakan subjudul.

1.5 Contoh Penentuan Tema, Topik Dan Judul Penelitian


Dari urayan mengenai determinasi pemilihan tema, topik dan judul penelitian jelas
berkaitan. Untuk memperjelas keterkaitan antara ketiganya, berikut dikemukakan sebuah contoh
konkret:
Teman keilmuan
Tema kewilayahan

geografi/geografi manusia/geografi permukiman


Negara berkembang/asia/Indonesia

Topic kajian
Judul

permukiman permukiman kota/permukiman liar


proses formatif permukiman liar di Jakarta pusat: kasus jepang
bantaran rel kereta api dan bantaran sungai ciliwung.

Bagian Dua

Latar Belakang Penelitian


2.1 Pendahuluan
Introduction atau pendahuluan memuat empat hal pokok, yaitu (1) latar
belakangpenelitian, (2) tujuan penelitian, (3) manfaat penelitian, (4) keaslian penelitian.
Keempat hal tersebut tidak boleh memuat ekspresi personal sebagai mana termuat dalam
bagian kata pengantar, bagian ini sudah menyentuh substansi ilmiah.
2.2 latar belakang penelitian
Dalam latar belakang penelitian memuatdua hal utama yaitu (1) apa yang disebut sebagai
latar belakang formal (formal background) dan (2) latar belakang material (material
background). dua substansi ini boleh secara terpisah dikemukakan dalalm format subjudul
tertentu atau satu urain yang berada dalam atu judul latar belakang.
2.1.1 latar belakang formal
Dalam bidang geografi dikenal tiga macam pendekatan penelitian utama yaitu
pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan ekologis (ecological approach) dan
pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach). Ketiganya mempunyai ciri yang
berbeda dalam mengungkapkan analisisnya untuk membahas keterkaitan antara elemen
manusia dengan lingkungan atau antar elemen- elemen lingkungan sendiri. Apabila
penelitian menekankan pada spatial approach maka elemen ruang menjadi fokus utama
analisis, sementara itu apabila penelitian pada objek yang sama menggunakan ecological
approach maka bukan eksistensi space/ ruang yang menjadi tekanan utama namun ecosystem yang menjadi tekana utamanya. Sementara itu untuk pendkatan kompleks wilayah,
yang menjadi penekanan adalah eksistensi suatu wilayah (region) yang didalam nya terdapat
kompleksitas elemen- elemen wilayah yang saling terkait satu dengan lainnya membentuk
suatu system wilauyah yang kompleks. Dengan demikian integrasi pendekatan keruangan
dangan pendekatan ekologi menjadi media analisisnya dan bukan sekadar kombinasi antara
pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi.

2.1.2 latar belakang material


Yang harus diuraikan dalam latar belakang material suatu penelitian wilayah selalu terkait
dengan upaya menjawab dua pertanyaan utama. Pertanyaan pertama terkait dengan objek
kajian mengapa objek kajian tersebut diteliti atau apa arti pentingnya objek kajian teraebut
diteliti?. Pertanyaan kedua terkait dngan lokasi penelitian dimana penelitian tersebut
dilaksanakan, kapan dilaksanakan dan mengapa wilayah tersebut dipilih oleh ajang
penelitian?.
Leedy (1980) mengungkapkan no problems no research yang secara harfiah yang berarti
apabila tidak ada permasalahan, tidak ada penelitian. Artinya,apabila suatu penelitian
dilaksanakan apabila dimulai dengan identifikasi permasalahannya.
2.3 tujuan penelitian
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengungkapkan tujuan penelitian, yaitu
(1) mengklasifikasikan atas dasar lingkup cakupan butir- butir substansi yang dibahas; (2)
mengklasiikasikan atas dasar lingkup pentingnya peranan butir butir substansi; (3)
mengklasifikasikan atas dasar urutan penalaran butir- butir substansi yang akan dibahas.
Hal sangat penting harus selalu diingat oleh para penelii adalah bahwa tujuan penelitian
berperanan sebagai: (1) acuan untuk melihat substansi penelitian, (2) acuan untuk perumusan
hipotesis/ pertanyaan penelitian, (3) acuan identifikasi landasan teori (theoretical foundation),
(4) acuan menyusun kerangka teori (theoretical framework), (5) acuan penentuan teknikteknik analisis yang dipilih, (6) acuan penyusunan daftar isi laporan penelitian
(skripsi,tesis,disertasi), (7) acuan perumusan kesimpulan penelitian.
2.4 manfaat penelitian
Secara garis besar ada dua hal penting yang harus dikemukakan dalam uraian mengenai
manfaat penelitian,yaitu yang pertama mengenai arti pentingnya penelitian dalam
menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat dari pengembangan ilmu pengetahuan dan yang
ke-dua mengenai arti pentingnya penelitian tersebut terkait dengan program pembangunan
wilayah. Dalam mengungkapkan manfaat penelitian yang dapat kesalahan umum yang
dilkukan para peneliti,yaitu urainnya hanya bersifat retorika belaka.
2.4.1 manfaat teoritis
Agar peneliti dapat memahami formulasi manfaat teoritis yang benar, berikut
dikemukakan sebuah contoh ungkapan manfaat teoritis yang bersifat retorik hasil penelitian
diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengembangan dan menembah bahan
bacaan terkait dengan bidang kajian. Sebuah penelitian ilmiah harus selalu menjaga
originalitasnya dan salah satu butir yang menjelaskan hal tersebut adalah manfaat
penelitiannya, sehingga tampak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh peneliti lain yang
sangat mungkin mempunyai objek kajian yang sama tetapi berbeda ditinjau dari segi
keilmuan dan kewilayaan.
2.4.2 manfaat praktis

Contoh formulasi kegunaan praktis yang secara spesifik dirumuskan adalah sebagai
berikut: hasil penelitian diharapkan memberikan masukan pada pemerintah dalam hal (1)
memahami aspirasi pemukiman liar terkait denganresettlement,(2) perilaku pemukim
dalam membuang limbah (3) struktur mata pencaharian para pemukim. Kegunaan pertama
diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam program relokasi
pemukim, kedua diharapkan bermanfaaft dalam upaya-upaya pemerintah untuk mengatasi
pencemaran sungai dari limbah padt maupun cair dan kegunaan ketiga diharapkan
bermanfaat dalam hal menciptakan lapangan kerja.
2.5 Keaslian Penelitian
Penelitian baru tidak dapat dibenarkan apabila masih dalam lingkup wilayah dengan
permasalahan yang sama. Apabila contoh yang dikemukakan adalah penelitian mengenai
proses formatif permukiman lair di Jakarta pusa, sedangkan penelitian yang akan dilakukan
adalah Jakarta timur namun dalam kurun waktu yang sama, maka contoh ini tidk dapat
dibenarkan walaupun daerahnya berbeda, kecuali peneliti mampu mengidentifikasi elemenelemen geosfer tertentu yang berbeda yang menurut penelitian pendahuluannya memiliki
peranan substansial terhadap proses formatifnya. Misalnya terkait dengan ciri khas daerah
pusat kota dan kedua terkait dengan cirri khas daerah pinggiran kota. Kedua daerah ini secara
keruangan, sosial, ekonomi dan budaya memiliki karakteristik yang berbeda sihingga proses
dan dinamika sosial yang terjadi juga akan berbeda. Hal tersebut harus dikemukakan secara
jelas dalam bagian pendahuluan, khususnya latar belakang material.
2.5.1 Langkah-Langkah Perumusan Keaslian Penelitian
Dalam upaya mengemukakan keaslian penelitian, ada lima langkah yang dapat
ditempuh. Langkah pertama terkait dengan kegiatan mengumpulkan bahan bacaan, dengan
mempertimbangkan dua hal, yaitu pertimbangan relevansi substansi dan pertimbangan
kemutakhiran. Langkah kedua mencermati isi karya illmiah bersangkutan, langkah ketiga
meringkaskannya secara sistematik, langkah keempat menyusun secara kronologis sesuai dengan
waktu pelaksanaan penelitian/terbitan sebuah karya ilmiah. Langkah kelima, membandingkannya
dengan penelitian yang akan dilakukan dn menyimpulkannya mengenai keaslian penelitian yang
akan dilakukan.
2.5.2 Butir- Butir Penting Keaslian Penelitian
Upaya membandingkan karya-karya ilmiah yang pernah ada dengan karya yang akan
atau sudah dibuat oleh seorang peneliti, ada delapan butir penting yang harus dikemukakan
peneliti yaitu, (1) judul penelitian, (2) nama peneliti, (3) tahun peleksanaan penelitian, (4)
wilayah penelitian, (5) tujuan penelitian, (6) pendekatan penelitian, (7) metode penelitian dan (8)
hasil penelitian.

Bagian empat
Pendekatan ekologi dalam penelitian wilayah
4.1 Pendahuluan: Konsep Ekologi
Istilah ekolologi pertama kali dikenalkan dalam dunia ilmu pengetahuan oleh Ernst
Haeckel seorang ahli biologi berkebangsan jerman dengan istilah pertama kali ecologie pada
i986. Istilah tersebut berasal dari kata bahasa latin oikonomia yang merupakan akar kata dari
istilah economy dan ecology yang pada awalnya bermakna sebagai management of the
household (pengelolahan rumah tangga) dan kemudian berubah menjadi ilmu mengenai rumah
tangga (science of the household) (Hayward, 1994). Pada saat heackel mengemukakan pertama
kali mengenai istilah ecologie tersebut dia menganalogikakan dengan natures economy (worster,
1977). Pendapatnya lebih memerinci lagi bahwa istilah ecology berasal dari kata latin oikos yang
berarti rumah tangga dan logos yang berarti ilmu atau secara etimologis berarti ilmu mengenai
rumah tangga. Lebih jelasnya dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari makhluk hidup
dalam rumahnya atau dapat dimaknai sebagai suatu ilmu yang mempelajari rumah tangga/habitat
makhluk hidup (sumarwoto,1983). Secara singkat istilah ecology dapat didefinisikan sebagai
suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan timbale balik antara organisme itu sendiri
dan juga dengan lingkungannya.
4.2 Konsep Ekosistem
Penjelasan mengenai konsep ekosistem melibatkan istilah sistem yang secara khusus
berarti satu kesatuan/ seperangkat objek dan sub objeknya yang saling berkaitan satu sama lain
dan membentuk satu kesatuan. Istilah ekosistem merupakan penggabungan antara istilah ekologi
dengan system yang pertama kali dikenalkan oleh A.G. Tansley pada 1935 (dalam Johnston et
al.2000). istilah yang diperkenalkan tersebut diilhami oleh istilah yang telah dikemukakan oleh
Ernst Haeckel sebelumnya. Ekosistem tidak lain mengacu pada sebuah komunitas (dapat
manusia,binatang maupun tumbuhan) yang saling berkaitan satu sama lain dan dengan
lingkungan fisikalnya.

4.3 Pendekatan Ekologis Versus Pendekatan Kelingkungan


Suatu wacana yang memerlukan pembahasan komprehesif adalah keterkaitan antara
pendekatan ekologis (ecological approach) dengan pendekatan kelingkungan (environmental
approach). Secara umum istilah environment dapat diartikan sebagai kondisi eksternal
keseluruhan yang berada di luar (1) organism, (2) komunitas, (3) objek. Pengertian ekologi
secara eksplisit

selalu mengaitakan keterkaitan antara organism dengan lingkungan maka

pendekatan ekologi selalu menekankan keterlibatan organisme dalam setiap analisisnya apakah
berperanan sebagai independent variable ataukah berperanan sebagai dependent variable.
Sementara itu,pengertian lingkungan mempunyai makna yang lebih luas yaitu dapat secara
terbatas

tanpa melibatkan pengaruh dan peranan organisme di dalamnya dan dapat pula

melibatkan peranan dan pengaruh organisme di dalamnya. Dari dua pengertian ini dapat
dikatakan bahwa pendekatan lingkungan dapat berarti pendekatan ekologis apabila di dalamnya
terliput analisis keterkaitan antara pokok bahasan dengan organism,namun dapat pula berarti
bukan pendekatan ekologis,karena tidak melibatkan pengaruh dan peranan organisme.Sementara
itu pendekatan ekologis merupakan bagian pendekatan kelingkungan,karena jelas membaha
keterkaitan organisme dengan lingkungannya.
4.4 Memaknai Pendekatan Ekologis Dalam Pendekatan Wilayah
Bidang kajian geografi merupakan bidang kajian yang bersifat human oriented sehingga
yang menjadi orientasi aplikasi bidang kajiannya adalah kesejahteraan manusia.Oleh karena
spesies manusia itu sendiri adalah bagian dari organism yang ada di planet bumi maka etiap
upaya untuk mengaitkan manusia dengan lingkungannya termasuk dalam lingkup pendekatan.
Secara garis besar ada empat tema analisis yang dikembangkan dalam pendekatan ekologos
dibidang kajian geografi yaitu :
(1) Tema analisis manusia dengan ilmuwan (man and environment analysis);
(2) Tema analisis kegiatan manusia dengan lingkungan (human activity and environment
analysis);
(3) Tema analisis kenampakan fisikal alami dengan lingkungan (physico-natural features
and environment analysis);
(4) Tema analisis kenampakan fisikal budayawi dengan lingkungan (physic-artifical features
and environment analysis); (Yunus,2007).

4.4.1

tema analysis interaksi manusia dan lingkungannya (men

environment

heme of analysis)
Dinamika daya rasa, karsa, cipta dan karya manusia dilandasi oleh kesadaran dan
kecerdasan intelektual (intellectual awareness and intellectual intelligence) dan kesadaran serta
kesadaran spiritual (spiritual awareness and spiritual intelligence) yang telah dianugerahkan
tuhan yang maha kuasa, menciptakan, pengasih dan penyang terhadap manusia.
Dalam tema analisis keterkaitan antara manusia dan lingkungannya yang menjadi
penekanan adalah perilaku (behavior) manusia. Perilaku manusia itu sendiri terkait dengan
berbagai hal antara lain persepsi, preferensi dan aksi menentukan sesuatu dan sejenisnya dan
terciptanya perilaku sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian yang menekankan pada
manusia khususnya mengenai jenis perilakunya dan kemudian difungsikannya sebagai fariabel
terpengaruh, maka penelitian tersebut mempunyai penekanan analisis keterkaitan antara manusia
dengan lingkungannya dan termasuk dalam tema analisis. Pemikiran bawa munculnya perilaku
manusia di permukaan bumi tidak terjadi dengan sendirinya namun disebabkan oleh pengaruh
yang berasal dari dirnya (internal factor) maupun pengaruh yang berasal dari luar dirinya
(external factor).
Analisis yang menekankan pada perilaku manusia menebangi utan dan berusaha mencari
sebab-sebanya (elemen-elemen lingkungan) dalam contoh tersebut adalah salah satu contoh
aplikasi pendekatan ekologis yang mendasarkan pada tema analisis keterkaitan antara manusia
(behavior/perilaku) dengan lingkunganya. Beberapa conto lain yang dapat dikemukakan antara
lain perilaku pembuangan sampah, perilaku keluarga berencana, persepsi terhadap nilai anak (
value of children), preferensi untuk memilih lokasi untuk pemukiman, perilaku tidak mau
mengurus IMB untuk membangun rumah.
4.4.2 Tema Analisis Interaksi Antara Kegiatan Manusia Dengan Lingkungannya (Human
Activities
Environment Theme Of Analisis)
Dalam tema kedua yang bertujuan untuk mengungkapkan ketekaiatan natara kegiatan
manusia dengan elemen lingkungannya, manusia berperan bukan lagi sebagai dependent variable
namun berfungsi sebagai salah satu independent variables. Oleh karena yang menjadi penekanan
analisis dalam hal ini adalah kegiatan manusia maka focus perhatian terletak pada kinerja
(performance) kegiatan manusia tersebut yang dalam hal ini dapat dinilai dari segi jumlah

produksinya, produktivitasnya, kualitas produksinya, system pemasarannya, proses produksinya


dan aspek lainnya yang berkaitan dengan kinerja kegiatan yang menjadi objek kajian. Dalam hal
ini manusia merupakan bagian dari sumber daya merupakan salah satu variabel yang sangat
berpengaruh

terhadap

kinerja

kegiatannya,

misalnya

keterampilannya,

pendidikannya,

pengalamannya, jumlahnya, kesehatannya, kekuatan fisiknya. Sementara variabel lainnya masih


sangat banyak yang perlu diperhatikan seperti elemen-elemen lingkungan fisikal, lingkungan
sosial, lingkungan cultural, lingkungan politik, lingkungan ekonomi maupun lingkungan religius.
4.4.3 Tema Analisis Interaksi Antara Kenampakan Fisik Alami (Fisiko- Natural) Dengan
Lingkungannya (Pysico-Natural Faetures

Evirinment Theme Of Analisys)

Tema analisis keterkaiatan antara kenampakan fisik alami dengan lingkungan dalam hal ini
menempatkan fisik alami dengan lingkungan menjadi focus sentral. Performa (performance)/ kinerja
kenampakan fisik alami yang menjadi tekanan dalam hal ini dan hal tersebut mengacu pada kualitas
gejala maupun kuantitas gejala. Kinerja kenampakan fisik alami juga mengalami perubahan, walaupun
perubaannya relatif mengalami waktu yang lama dibandingkan dengan kenampakan fisik budayawi.
Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini yaitu analisis yang akan meneliti mengenai gejala
pendangkalan danau alami tertentu yang terjadi sangat hebat sebut sebagai cintoh Danau Limboto di
Gorontalo. Danau ini merupakan danau alami namun dalam masa dua atau tiga dekade terakhir telah
terjadi proses pendangkalan danau yang sangat hebat, sehingga dalam beberapa decade ke depan danau
ini terancam akan tinggal nama saja.
4.4.4

Tema Analisis Interaksi Antara Kenampakan Fisik Budayawi dengan Lingkungannya

(Pysico-Artificial Feature

Environment Theme Of Analisis)

Kenampakan fisik budayawi menjadi fokus sentral, kenampakan fisik budayawi sendiri diartiakan
sebagai suatu bangunan atau bentukan tertentu (bukan bangunan) yang keberadaannya secara sengaja
dihadirkan oleh manusia untuk dimanfaatkan sabagai sarana atau prasarana penyelenggaraan
kehidupannya. Beberapa contoh diantaranya dapat dikemukakan di sini antara lain bangunan superblock,
kompleks permukiman, kompleks Bandar udara, kompleks pelabuhan, reservoir, jalan arteri, kampus
penddikan, jembatan dan lain sebagainya. Sebagaimana dengan keterkaitan antara kenampakan fisik
alami dengan lingkungan, yang menjadi entry point untuk melakukan analisis adalah performa dari
kenampakan fisik budayawi itu sendiri. Performa mana dapat diketahui dari kualitas atau kuantitas yang
ditampilkannya. Performa mana selalu mengalami perubahan dari waktu kewaktu karena adanya

pengaruh dari elemen-elemen lingkungannya yang sangat bervariasi dari tempat yang satu ke tempat yang
lain dan hal ini disebabkan adanya variasi elemen-elemen lingkungannya.

Bagian lima

PENDEKATAN KOMPLEKS-WILAYAH DALAM


PENELITIAN WILAYAH
5.1 Pendehuluan
Dari berbagai ungkapan yang mengungkapkan makna kata complex, dapat diambil
sebuah sintesis sebagai dasar untuk memahami mengenai istilah kompleks dlam pendekatan
kompleks wilayah yang digunakan dalam studi geografi. Mengacu pada fakta empiris,
seseorang akan memahami bahwa pada suatu wialayah yang ada di permukaan bumu ini,
didalamnya terdapat berbagai sub wilayah yang bebeda dengan yang lainnya. Sementara itu,

berbagai sub wilayah yang ada memiliki elemen-elemen wilayah yang berbeda-beda pula yang
terjalin sedemikian rupa dalam system keterkaitannya yang kemudian dikenal sebagai wilayah
system. Berdasarkan pemaknaan wilayah terkait dengan kata kompleks seperti yang telah
diungkapkan , ada beberapa butir penting yang dapat disarikan yaitu: (1) di dalam sesuatu
wilayah terdapat bagian-bagian wilayah yang disebut sebagai sub wilaya (wilayah yang lebih
kecil); (2) bagian-bagian tersebut (masing-masing sub wilayah) terjalin sedemikian rupa untuk
saling berpengaruh satu sama lain atau berinteraksi; (3) masing-masing sub wialayah memiliki
elemen-elemen wilayah yang beriteraksi; (4) interaksi elemen wilayah tidak terbatas pada suatu
sub wilayah saja namun juga berinteraksi dengan elemen-elemen wilayah dalam sub wilaya
yang lain.
Ditinjau dari luas dan sempitnya wilayah, ada tiga macam skala wilayah yang umum
dikenal yaitu skala mikro, meso, dan makro. Istilah ini merupakan isitilah teknis operasional
untuk membedakan bahwa skala mikro berada di bawah skala meso dan skala meso berada di
bawah skala makro.

5.2 Wilayah Seabagai Satuan Sistem


Pendekatan kompleks wilayah menganggap bahwa wilayah yang bersangkutan tidak lain
juga merupakan suatu system yang di dalamnya terdapat komponen-komponen wilayah yang
diyakini saling berkaitan satu sama lain, saling berimbaldaya, saling berinteraksi. Konsekuensi
dari interaksi tersebut adalah bahwa apabila ada salah satu atau beberapa komponen yang
berubah maka sanagat mungkin akan mengakibatkan perubahan komponen-komponen yang
lain.
Menyikapi interelasi antarkomponen wilayah, seorang peneliti perlu memahami bahwa
karakteristik keterkaitan antara satu komponen dengan yang lainnya tidak selalu sama dalam
artian frekuensi, kekuatan dan peranan masing-masing komponen. Ditinjau dari hal tersebut

dapat dikenali bahwa keterkaitan antarkomponen dapat bersifat: (1) aksial, (2) interaksial, (3)
dependensial, (4) interdependensial. Keterkaitan aksial maupun dependensial menunjukan
keterkaitan satu arah sedangkan keterkaitan interaksial interdependensial menunjukkan
keterkaitan dua arah.
5.3 Pemahaman Pengertian Wilayah
Wacana ilmiah menyangkut bebagai aspek penelitian, seperti penentuan batas-batasnaya,
penentuan sampel area, sampel responden, pengukuran variabel, pengumpulan data dan
sebagainya. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pada tahap awal suatu penelitian wilayah
harus member batasan yang tepat mengenai apa yang dimaksudkan dengan istilah wialyah
(region).
5.3.1 Definisi Wilayah (Region)
Oleh karena istilah wilayah selalu terkait denagan berbagai kegiatan penelitian
berbagai disiplin ilmu maka tidak mengherankan apabila muncul beraneka ragam penegertian
wialayah yang dikemukakan. Serperti dekemukakan oleh yunus (1991) beberapa di anatara
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Woofter:
A region is an area within which the combination of environmental and demographic
factor have created homogeneity of economic and social structure.
2. Platt:
A region is an area delineated on a basis og general homogeneity of land character and of
occupant.
3. American society of planning officials:
A region is an area where in there has grown up one characteristic human pattern of
adjustment to environment.
4. Vidal de la blache:
A region is a domain where many dissimilar beings artificially brought together and have
subsequently adapted themselves to a common existence.
5. Dickinson:
A region is area troughout which a particular set of physical conditions will lead to a
particular type of economic life.
6. Joerg:
A region is an area whose physical conditions area homogeneous.
7. Fenneman:

A region is an area characterized through out which by similar surface features and which
is contrasted with neighboring areas.
8. Herbertson:
A region is a complex of land, water,air, plant, animal and man regarded in their special
relations as together constituting a definite characteristic portion of the earths surface.
9. Young:
A region is a geographyc area unified culturally, unified at first economically and later by
consensus of thought, education, recreation etc., which distinguishes it from other areas.
10. Taylor:
A region may be defined as a unit area of earths surface distinguishable from a mere area
by the exhibition of some unifying characteristic of property.
11. Goodall (1987):
A region may be defined as any area of the earths surface with distinct and internally
consistent patterns of physical features or of human development which give it a
meaningful unity and distinguish it from surrounding areas.
12. Johnston et al. (2000):
A region may be defined as a more or less bounded area possessing some sort of unity
or organizing principle(s) that distinguish it from other rengions.
5.3.2 Identifikasi Wilayah
Dari sekian banyak istilah region/wilayah yang ada sebenarnya hanya dapat
dikelompokan ke dalam lima kelompok saja,yaitu: (1) tinjauan wilayah berdasarkan ide
keseragaman, (2) tinjauan wilayah berdasarkan ide keanekaragaman, (3) tinjauan wilayah
berdasarkan jenis tema kajian, (4) tinjaun wilayah berdasarkan banyak sedikitnya topic dan
(5) tinjauan wilayah berdsarkan hierarki (minshull, 1971, yunus, 1991).
5.3.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan Ide Keseragaman
Konsep keseragaman (homogeneity) adalah konsep yang mendasarkan pada kesamaan
sifat/karakter suatu kenampakan. Keseragaman sifat mana akan karakteristik atau atribut
khusus suatu kenampakan dalam suatu daerah tertentu yang berbeda denagan daerah lain.
Oleh karena penampilan keseragaman sifat selalu ada batas-batasnya, maka batas-batas yang
menunjukkan berakhirnya suatu keseragaman merupakan batas-batas wialayah yang
bersangkutan.
Dalam kenyataannya, batas karakteristik kemanusiaan non-fisikal bukan merupakan garis
dalam arti sebenarnya walaupun garis imajiner sekalipun, namun merupakan sebuah jalur

zona yang membentuk dan mempunyai karakteristik tersendiri pula. Konsekuensi ilmiah yang
muncul adalah terbentuknya wialayah baru dalam koridor ide keseragaman yang mempunyai
sifat hybrid antara sifat wialayah satu dengan wialayah yang bertetangga secara langsung.
Istilah yang digunakan untuk menyebut suatu wilayah yang karakteristiknya didasarkan
pad aide keseragaman yaitu wilayah formal (formsl region), wlayah homogeny (homogeneus
region), wilayah seragam (uniform region).

5.3.2.2 Identifikasi Wilayah Berdasarkan Ide Kaenekaragaman

Anda mungkin juga menyukai