Wilayah Kontemporer
Wilayah Kontemporer
Tema penelitian yang paling umum mewarnai karya ilmiah dalam kategori keilmuan,
oleh karena hal inilah yang sangat terkait dengan pembidangan kepakaran seseorang. Di Negaranegara tertentu yang oleh karena sesuatu hal mengalami kesulitan dalam mengalami kesulitan
dalam mengembangkan working opportunities, idealisme untuk menjadi pakar pada bidang
kajian tertentu banyak mengalami erosi. Tuntutan untuk memperoleh jenjang kesejahteran hidup
yang dianggap layak menjadi perioritas utama, sehingga kemudian muncul sekolah favorit,
fakultas favorit dan lain sejenisnya karena berdasarkan kenyataan empiris, bidang kajian tersebut
menjanjikan kemudahan mencari pekerjaan yang tinggidan tingkat penghasilan yang tinggi pula.
Discipline oriented theme menjadi latar belakang utama pemilihan bidang kajian dan tema
penelita
Peneliannya karena didukung oleh kondisi pasar kerja. Penulis menemukan, sebagai contoh,
seorang mahasiswa yang orang tuanya sebagai seorang dokter dan menginginkan anaknya
menjadi seorang dokter, ternyata anaknya berkeinginan menjadi peneliti social dan masuk bukan
pada fakultas kedokteran tetapi pada fakultas ilmu sosial. Tema penelitiannya yang
dilaksanakannya kemudian berada pada lingkup ilmu humaniora.
Beberapa contoh penentuan tema penelitian yang mengacu pada kategori keilmuan antara
lain bidang geografi, pertanian, kehutanan, teknik, farmasi dan masih banyak yang lain.
Sementara itu dalam lingkup keilmuan masih memunculkan pembidangan yang lebih rinci dan
hal ini terkait dengan topik penelitian yang akan dibahas pada paragraph berikutnya.
1.2.2 Tema Penelitian Kategori Spesial
Penentuan tema penelitian yang mendasarkan pada kategori kewilayahan melihat peranan
regional dalam mengungkapkan kemunculan permasalahan wilayah. Permasalahan wilayah
mana dianggap merupakan suatu karakteristik yang hanya ada pada suatu wilayah tertentu. Tema
penelitian misalnya atas dasar karakteristik benua, yaitu benua eropa, asia afrika, amerika,
Australia. Tema penelitian atas dasar karakteristik wilayah iklim misalnya, wilayah tropika,
wilayah subtropika, wilayah beriklim gurun. Tema wilayah atas dasar perkembangan social
ekonomi dapat dikemukakan mengenai wilayah Negara berkemang dan wilayah Negara maju.
Tema wilayah atas dasar kondisi fisiografis antara lain penelitian mengenai wilayah kepesisiran,
wilayah dataran tinggi, wilayah pegunungan lipatan dan lain sebagainya.
Originalitas suatu penelitian dapat disoroti berbagai segi antara lain dari segi
metodologis, wilayah, maupun kurun waktu pelaksanaan penelitian. Dengan topik penelitian
yang hamper sama, sangat mungkin suatu penelitian akan menampilkan hal-hal baru apabila
ketiga hal tersebut berbeda.
Dari segi metodologi penelitiannya, peneliti diharapkan mengemukakan keaslian
penelitiannya dibandingkan dengan peneliti sejenis yang telah pernah dilakukan. Paling tidak ada
3 aspek yang perlu dikemukakan,yaitu terkait dengan populasinya, karakteristik objek kajian dan
analisisnya. Dari segi kewilayahan dapat digunakan pula mengungkapkan keaslian penelitian,
walau dalam beberapa hal terdapat kesamaan metodologis. Segi dimensi kewaktuan dapat
digunakan sebagai titik tolak untuk mengungkapkan keaslian penelitian, namun peneliti harus
berpikir secara sangat kritis apakah kurun waktu yang berbeda tersebut mampu mengungkapkan
perbedaan yang signifikan terhadap berperannya elemen lingkungan terhadap kemunculan
permasalahan penelitian.
1.3.3 Sumbangan Untuk Ilmu Pengetehuan
Semangat meneliti adalah suatu semangat yang harus dimiliki oleh ilmuwan dan
kemudian menuliskannya dalam bentuk laporan ilmiah dan kalau memungkinkan merealisasikan
kedalam publikasi ilmiah, sehingga penyebarluasan hasil pemikirannya dapat dimanfaatkan oleh
orang lain.
1.3.4 Sumbangan Untuk Pembangunan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu diarahkan untuk dapat bermanfaat
terhadap kesejahteraan umat manusia. Kepekaan lingkungan (sense of environment) mengenai
permasalahan lingkungan yang muncul baik dalam skala lokal, regional maupun nasional,
bahkan global perlu dimiliki oleh ilmuwan. Topik penelitian yang baik antara lain dinillai dari
sumbangan pemikiran yang dapat diberikan kepada pemerintah/masyarakat dalam hal
meningkatkan kesejahteraannya.
Beberapa di antara sumber yang dapat memuncilkan inspirasi pemilihan tema dan topik
penelitian antara lain adalah :
1. Buku- buku bacaan
2. Majalah dan surat kabar harian
3. Perjalanan
4. Seminar
5. Diskusi ilmiah
6. Radio dan TV
7. Internet
1.4 Perumusan Judul Penelitian
Perumusan judul penelitian adalah upaya memilih kata- kata atau istilah-istilah yang
tepat/mengena yang kemudian disusun sedemikian rupa dalam sebuah kalimat yang informatif
untuk menggambarkan isi dari sebuah tulisan ilmiah yang mencerminkan upaya analisis
mengenai permasalahan penelitian. Suatu judul yang baik hendaknya memenuhi beberapa hal
berikut:
1. Tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.
2. Menggunakan peristilahan yang tepat dan peneliti harus tahu persis akan makna
peristilahan yang digunakan,
3. Suatu judul hendaknya tidak bersifat ambiguous atau bermakna lebih dari satu
interpretasi
4. Suatu judul penelitian hendaknya mencerminkan kemendalaman analisis peneliti.
5. Apabila suatu judul terpksa panjang, dapat disusun dengan menggunakan subjudul.
Topic kajian
Judul
Bagian Dua
Contoh formulasi kegunaan praktis yang secara spesifik dirumuskan adalah sebagai
berikut: hasil penelitian diharapkan memberikan masukan pada pemerintah dalam hal (1)
memahami aspirasi pemukiman liar terkait denganresettlement,(2) perilaku pemukim
dalam membuang limbah (3) struktur mata pencaharian para pemukim. Kegunaan pertama
diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam program relokasi
pemukim, kedua diharapkan bermanfaaft dalam upaya-upaya pemerintah untuk mengatasi
pencemaran sungai dari limbah padt maupun cair dan kegunaan ketiga diharapkan
bermanfaat dalam hal menciptakan lapangan kerja.
2.5 Keaslian Penelitian
Penelitian baru tidak dapat dibenarkan apabila masih dalam lingkup wilayah dengan
permasalahan yang sama. Apabila contoh yang dikemukakan adalah penelitian mengenai
proses formatif permukiman lair di Jakarta pusa, sedangkan penelitian yang akan dilakukan
adalah Jakarta timur namun dalam kurun waktu yang sama, maka contoh ini tidk dapat
dibenarkan walaupun daerahnya berbeda, kecuali peneliti mampu mengidentifikasi elemenelemen geosfer tertentu yang berbeda yang menurut penelitian pendahuluannya memiliki
peranan substansial terhadap proses formatifnya. Misalnya terkait dengan ciri khas daerah
pusat kota dan kedua terkait dengan cirri khas daerah pinggiran kota. Kedua daerah ini secara
keruangan, sosial, ekonomi dan budaya memiliki karakteristik yang berbeda sihingga proses
dan dinamika sosial yang terjadi juga akan berbeda. Hal tersebut harus dikemukakan secara
jelas dalam bagian pendahuluan, khususnya latar belakang material.
2.5.1 Langkah-Langkah Perumusan Keaslian Penelitian
Dalam upaya mengemukakan keaslian penelitian, ada lima langkah yang dapat
ditempuh. Langkah pertama terkait dengan kegiatan mengumpulkan bahan bacaan, dengan
mempertimbangkan dua hal, yaitu pertimbangan relevansi substansi dan pertimbangan
kemutakhiran. Langkah kedua mencermati isi karya illmiah bersangkutan, langkah ketiga
meringkaskannya secara sistematik, langkah keempat menyusun secara kronologis sesuai dengan
waktu pelaksanaan penelitian/terbitan sebuah karya ilmiah. Langkah kelima, membandingkannya
dengan penelitian yang akan dilakukan dn menyimpulkannya mengenai keaslian penelitian yang
akan dilakukan.
2.5.2 Butir- Butir Penting Keaslian Penelitian
Upaya membandingkan karya-karya ilmiah yang pernah ada dengan karya yang akan
atau sudah dibuat oleh seorang peneliti, ada delapan butir penting yang harus dikemukakan
peneliti yaitu, (1) judul penelitian, (2) nama peneliti, (3) tahun peleksanaan penelitian, (4)
wilayah penelitian, (5) tujuan penelitian, (6) pendekatan penelitian, (7) metode penelitian dan (8)
hasil penelitian.
Bagian empat
Pendekatan ekologi dalam penelitian wilayah
4.1 Pendahuluan: Konsep Ekologi
Istilah ekolologi pertama kali dikenalkan dalam dunia ilmu pengetahuan oleh Ernst
Haeckel seorang ahli biologi berkebangsan jerman dengan istilah pertama kali ecologie pada
i986. Istilah tersebut berasal dari kata bahasa latin oikonomia yang merupakan akar kata dari
istilah economy dan ecology yang pada awalnya bermakna sebagai management of the
household (pengelolahan rumah tangga) dan kemudian berubah menjadi ilmu mengenai rumah
tangga (science of the household) (Hayward, 1994). Pada saat heackel mengemukakan pertama
kali mengenai istilah ecologie tersebut dia menganalogikakan dengan natures economy (worster,
1977). Pendapatnya lebih memerinci lagi bahwa istilah ecology berasal dari kata latin oikos yang
berarti rumah tangga dan logos yang berarti ilmu atau secara etimologis berarti ilmu mengenai
rumah tangga. Lebih jelasnya dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari makhluk hidup
dalam rumahnya atau dapat dimaknai sebagai suatu ilmu yang mempelajari rumah tangga/habitat
makhluk hidup (sumarwoto,1983). Secara singkat istilah ecology dapat didefinisikan sebagai
suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan timbale balik antara organisme itu sendiri
dan juga dengan lingkungannya.
4.2 Konsep Ekosistem
Penjelasan mengenai konsep ekosistem melibatkan istilah sistem yang secara khusus
berarti satu kesatuan/ seperangkat objek dan sub objeknya yang saling berkaitan satu sama lain
dan membentuk satu kesatuan. Istilah ekosistem merupakan penggabungan antara istilah ekologi
dengan system yang pertama kali dikenalkan oleh A.G. Tansley pada 1935 (dalam Johnston et
al.2000). istilah yang diperkenalkan tersebut diilhami oleh istilah yang telah dikemukakan oleh
Ernst Haeckel sebelumnya. Ekosistem tidak lain mengacu pada sebuah komunitas (dapat
manusia,binatang maupun tumbuhan) yang saling berkaitan satu sama lain dan dengan
lingkungan fisikalnya.
pendekatan ekologi selalu menekankan keterlibatan organisme dalam setiap analisisnya apakah
berperanan sebagai independent variable ataukah berperanan sebagai dependent variable.
Sementara itu,pengertian lingkungan mempunyai makna yang lebih luas yaitu dapat secara
terbatas
tanpa melibatkan pengaruh dan peranan organisme di dalamnya dan dapat pula
melibatkan peranan dan pengaruh organisme di dalamnya. Dari dua pengertian ini dapat
dikatakan bahwa pendekatan lingkungan dapat berarti pendekatan ekologis apabila di dalamnya
terliput analisis keterkaitan antara pokok bahasan dengan organism,namun dapat pula berarti
bukan pendekatan ekologis,karena tidak melibatkan pengaruh dan peranan organisme.Sementara
itu pendekatan ekologis merupakan bagian pendekatan kelingkungan,karena jelas membaha
keterkaitan organisme dengan lingkungannya.
4.4 Memaknai Pendekatan Ekologis Dalam Pendekatan Wilayah
Bidang kajian geografi merupakan bidang kajian yang bersifat human oriented sehingga
yang menjadi orientasi aplikasi bidang kajiannya adalah kesejahteraan manusia.Oleh karena
spesies manusia itu sendiri adalah bagian dari organism yang ada di planet bumi maka etiap
upaya untuk mengaitkan manusia dengan lingkungannya termasuk dalam lingkup pendekatan.
Secara garis besar ada empat tema analisis yang dikembangkan dalam pendekatan ekologos
dibidang kajian geografi yaitu :
(1) Tema analisis manusia dengan ilmuwan (man and environment analysis);
(2) Tema analisis kegiatan manusia dengan lingkungan (human activity and environment
analysis);
(3) Tema analisis kenampakan fisikal alami dengan lingkungan (physico-natural features
and environment analysis);
(4) Tema analisis kenampakan fisikal budayawi dengan lingkungan (physic-artifical features
and environment analysis); (Yunus,2007).
4.4.1
environment
heme of analysis)
Dinamika daya rasa, karsa, cipta dan karya manusia dilandasi oleh kesadaran dan
kecerdasan intelektual (intellectual awareness and intellectual intelligence) dan kesadaran serta
kesadaran spiritual (spiritual awareness and spiritual intelligence) yang telah dianugerahkan
tuhan yang maha kuasa, menciptakan, pengasih dan penyang terhadap manusia.
Dalam tema analisis keterkaitan antara manusia dan lingkungannya yang menjadi
penekanan adalah perilaku (behavior) manusia. Perilaku manusia itu sendiri terkait dengan
berbagai hal antara lain persepsi, preferensi dan aksi menentukan sesuatu dan sejenisnya dan
terciptanya perilaku sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian yang menekankan pada
manusia khususnya mengenai jenis perilakunya dan kemudian difungsikannya sebagai fariabel
terpengaruh, maka penelitian tersebut mempunyai penekanan analisis keterkaitan antara manusia
dengan lingkungannya dan termasuk dalam tema analisis. Pemikiran bawa munculnya perilaku
manusia di permukaan bumi tidak terjadi dengan sendirinya namun disebabkan oleh pengaruh
yang berasal dari dirnya (internal factor) maupun pengaruh yang berasal dari luar dirinya
(external factor).
Analisis yang menekankan pada perilaku manusia menebangi utan dan berusaha mencari
sebab-sebanya (elemen-elemen lingkungan) dalam contoh tersebut adalah salah satu contoh
aplikasi pendekatan ekologis yang mendasarkan pada tema analisis keterkaitan antara manusia
(behavior/perilaku) dengan lingkunganya. Beberapa conto lain yang dapat dikemukakan antara
lain perilaku pembuangan sampah, perilaku keluarga berencana, persepsi terhadap nilai anak (
value of children), preferensi untuk memilih lokasi untuk pemukiman, perilaku tidak mau
mengurus IMB untuk membangun rumah.
4.4.2 Tema Analisis Interaksi Antara Kegiatan Manusia Dengan Lingkungannya (Human
Activities
Environment Theme Of Analisis)
Dalam tema kedua yang bertujuan untuk mengungkapkan ketekaiatan natara kegiatan
manusia dengan elemen lingkungannya, manusia berperan bukan lagi sebagai dependent variable
namun berfungsi sebagai salah satu independent variables. Oleh karena yang menjadi penekanan
analisis dalam hal ini adalah kegiatan manusia maka focus perhatian terletak pada kinerja
(performance) kegiatan manusia tersebut yang dalam hal ini dapat dinilai dari segi jumlah
terhadap
kinerja
kegiatannya,
misalnya
keterampilannya,
pendidikannya,
Tema analisis keterkaiatan antara kenampakan fisik alami dengan lingkungan dalam hal ini
menempatkan fisik alami dengan lingkungan menjadi focus sentral. Performa (performance)/ kinerja
kenampakan fisik alami yang menjadi tekanan dalam hal ini dan hal tersebut mengacu pada kualitas
gejala maupun kuantitas gejala. Kinerja kenampakan fisik alami juga mengalami perubahan, walaupun
perubaannya relatif mengalami waktu yang lama dibandingkan dengan kenampakan fisik budayawi.
Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini yaitu analisis yang akan meneliti mengenai gejala
pendangkalan danau alami tertentu yang terjadi sangat hebat sebut sebagai cintoh Danau Limboto di
Gorontalo. Danau ini merupakan danau alami namun dalam masa dua atau tiga dekade terakhir telah
terjadi proses pendangkalan danau yang sangat hebat, sehingga dalam beberapa decade ke depan danau
ini terancam akan tinggal nama saja.
4.4.4
(Pysico-Artificial Feature
Kenampakan fisik budayawi menjadi fokus sentral, kenampakan fisik budayawi sendiri diartiakan
sebagai suatu bangunan atau bentukan tertentu (bukan bangunan) yang keberadaannya secara sengaja
dihadirkan oleh manusia untuk dimanfaatkan sabagai sarana atau prasarana penyelenggaraan
kehidupannya. Beberapa contoh diantaranya dapat dikemukakan di sini antara lain bangunan superblock,
kompleks permukiman, kompleks Bandar udara, kompleks pelabuhan, reservoir, jalan arteri, kampus
penddikan, jembatan dan lain sebagainya. Sebagaimana dengan keterkaitan antara kenampakan fisik
alami dengan lingkungan, yang menjadi entry point untuk melakukan analisis adalah performa dari
kenampakan fisik budayawi itu sendiri. Performa mana dapat diketahui dari kualitas atau kuantitas yang
ditampilkannya. Performa mana selalu mengalami perubahan dari waktu kewaktu karena adanya
pengaruh dari elemen-elemen lingkungannya yang sangat bervariasi dari tempat yang satu ke tempat yang
lain dan hal ini disebabkan adanya variasi elemen-elemen lingkungannya.
Bagian lima
berbagai sub wilayah yang ada memiliki elemen-elemen wilayah yang berbeda-beda pula yang
terjalin sedemikian rupa dalam system keterkaitannya yang kemudian dikenal sebagai wilayah
system. Berdasarkan pemaknaan wilayah terkait dengan kata kompleks seperti yang telah
diungkapkan , ada beberapa butir penting yang dapat disarikan yaitu: (1) di dalam sesuatu
wilayah terdapat bagian-bagian wilayah yang disebut sebagai sub wilaya (wilayah yang lebih
kecil); (2) bagian-bagian tersebut (masing-masing sub wilayah) terjalin sedemikian rupa untuk
saling berpengaruh satu sama lain atau berinteraksi; (3) masing-masing sub wialayah memiliki
elemen-elemen wilayah yang beriteraksi; (4) interaksi elemen wilayah tidak terbatas pada suatu
sub wilayah saja namun juga berinteraksi dengan elemen-elemen wilayah dalam sub wilaya
yang lain.
Ditinjau dari luas dan sempitnya wilayah, ada tiga macam skala wilayah yang umum
dikenal yaitu skala mikro, meso, dan makro. Istilah ini merupakan isitilah teknis operasional
untuk membedakan bahwa skala mikro berada di bawah skala meso dan skala meso berada di
bawah skala makro.
dapat dikenali bahwa keterkaitan antarkomponen dapat bersifat: (1) aksial, (2) interaksial, (3)
dependensial, (4) interdependensial. Keterkaitan aksial maupun dependensial menunjukan
keterkaitan satu arah sedangkan keterkaitan interaksial interdependensial menunjukkan
keterkaitan dua arah.
5.3 Pemahaman Pengertian Wilayah
Wacana ilmiah menyangkut bebagai aspek penelitian, seperti penentuan batas-batasnaya,
penentuan sampel area, sampel responden, pengukuran variabel, pengumpulan data dan
sebagainya. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pada tahap awal suatu penelitian wilayah
harus member batasan yang tepat mengenai apa yang dimaksudkan dengan istilah wialyah
(region).
5.3.1 Definisi Wilayah (Region)
Oleh karena istilah wilayah selalu terkait denagan berbagai kegiatan penelitian
berbagai disiplin ilmu maka tidak mengherankan apabila muncul beraneka ragam penegertian
wialayah yang dikemukakan. Serperti dekemukakan oleh yunus (1991) beberapa di anatara
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Woofter:
A region is an area within which the combination of environmental and demographic
factor have created homogeneity of economic and social structure.
2. Platt:
A region is an area delineated on a basis og general homogeneity of land character and of
occupant.
3. American society of planning officials:
A region is an area where in there has grown up one characteristic human pattern of
adjustment to environment.
4. Vidal de la blache:
A region is a domain where many dissimilar beings artificially brought together and have
subsequently adapted themselves to a common existence.
5. Dickinson:
A region is area troughout which a particular set of physical conditions will lead to a
particular type of economic life.
6. Joerg:
A region is an area whose physical conditions area homogeneous.
7. Fenneman:
A region is an area characterized through out which by similar surface features and which
is contrasted with neighboring areas.
8. Herbertson:
A region is a complex of land, water,air, plant, animal and man regarded in their special
relations as together constituting a definite characteristic portion of the earths surface.
9. Young:
A region is a geographyc area unified culturally, unified at first economically and later by
consensus of thought, education, recreation etc., which distinguishes it from other areas.
10. Taylor:
A region may be defined as a unit area of earths surface distinguishable from a mere area
by the exhibition of some unifying characteristic of property.
11. Goodall (1987):
A region may be defined as any area of the earths surface with distinct and internally
consistent patterns of physical features or of human development which give it a
meaningful unity and distinguish it from surrounding areas.
12. Johnston et al. (2000):
A region may be defined as a more or less bounded area possessing some sort of unity
or organizing principle(s) that distinguish it from other rengions.
5.3.2 Identifikasi Wilayah
Dari sekian banyak istilah region/wilayah yang ada sebenarnya hanya dapat
dikelompokan ke dalam lima kelompok saja,yaitu: (1) tinjauan wilayah berdasarkan ide
keseragaman, (2) tinjauan wilayah berdasarkan ide keanekaragaman, (3) tinjauan wilayah
berdasarkan jenis tema kajian, (4) tinjaun wilayah berdasarkan banyak sedikitnya topic dan
(5) tinjauan wilayah berdsarkan hierarki (minshull, 1971, yunus, 1991).
5.3.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan Ide Keseragaman
Konsep keseragaman (homogeneity) adalah konsep yang mendasarkan pada kesamaan
sifat/karakter suatu kenampakan. Keseragaman sifat mana akan karakteristik atau atribut
khusus suatu kenampakan dalam suatu daerah tertentu yang berbeda denagan daerah lain.
Oleh karena penampilan keseragaman sifat selalu ada batas-batasnya, maka batas-batas yang
menunjukkan berakhirnya suatu keseragaman merupakan batas-batas wialayah yang
bersangkutan.
Dalam kenyataannya, batas karakteristik kemanusiaan non-fisikal bukan merupakan garis
dalam arti sebenarnya walaupun garis imajiner sekalipun, namun merupakan sebuah jalur
zona yang membentuk dan mempunyai karakteristik tersendiri pula. Konsekuensi ilmiah yang
muncul adalah terbentuknya wialayah baru dalam koridor ide keseragaman yang mempunyai
sifat hybrid antara sifat wialayah satu dengan wialayah yang bertetangga secara langsung.
Istilah yang digunakan untuk menyebut suatu wilayah yang karakteristiknya didasarkan
pad aide keseragaman yaitu wilayah formal (formsl region), wlayah homogeny (homogeneus
region), wilayah seragam (uniform region).