Anda di halaman 1dari 168

KETEL UAP

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Mekanika Konversi Energi II
yang dibina oleh Bapak Djoko Kustono

Oleh
Jayanda Agustian
Misbahul Husnan
Detika Feby Anggraini

130513605995
130513605985
130513611141

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
September 2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .i
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL vii
KATA PENGANTAR ..1
BAB I 2
PENDAHULUAN 2
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Permasalahan .. ....3
1.3 Tujuan . 4
BAB II ..5
PEMBAHASAN ..5
2.1 Sejarah Ketel Uap ... 5
2.2 Uap Air ...11
2.3 Definisi Ketel Uap .. ...16
2.4 Cara Kerja Ketel Uap .17
2.5 Bidang Pemanas ..22
2.6 Klasifikasi Ketel Uap . 24
2.7 Komponen Utama ... 38
2.8 Bahan Bakar Pada Ketel Uap / Alternatif .. 47
2.9 Perpindahan Panas Dan Pembentukan Uap Air Pada Ketel Uap 53
2.10 Komponen Proses Pembakaran Pada Ketel Uap . 59
2.11 Analisa Performasi Ketel Uap .. 68
2.12 Efisiensi Ketel Uap .71
2.13 Neraca Panas ...77
2.14 Nilai Kalor ...79
2. 15 Kebutuhan udara Pembakaran Pada ketel uap.. .80
2.16 Gas Asap ..80
2.17 Volume Gas Asap 81
2.18 Heat Transfer Dalam Instalasi Uap ... .81
2.19 Dapur Furnace .88
2.20 Tarikan Corong Asap ..99
ii

2.21 Alat-alat Untuk Peningkatan Efisiensi Ketel Uap .101


2.22 Siklus Rankien .. .107
2.23 Unjuk Kerja, Perawatan Dan Pemeliharaan 114
2.24 Korosi Pada Ketel Uap .121
2.25 Penanggulangan Korosi 124
2.26 Sistem Monitoring Kualitas Air Pada Ketel Uap .126
2.27 Sistem Kontrol Level Air Pada Steam Drum 131
BAB III ..136
3.1 Kesimpulan .136
3.2 Soal Evaluasi 138
DAFTAR RUJUKAN .144

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Robert Fulton (1765 1815) ..5
Gambar 2. James Rumsey (1743-1792) ..5
Gambar. 3. Torpedo Kapal Selam ...7
Gambar 4. Kapal Komersial Pertama ......8
Gambar 5. Proses Terbentuknya Uap air ..12
Gambar 6. Sirkulasi air ketel ....13
Gambar 7. Sirkulasi alam ..14
Gambar 8. Sirkulasi paksa..15
Gambar 9. Cara kerja boiler...17
Gambar 10. Sistem boiler secara menyeluruh ..19
Gambar 11. Ilustrasi Sederhana Boiler ..19
Gambar 12. Boiler Pipa Air Superheated ..20
Gambar 13. Proses Pembentukan Uap di Dalam Pipa Boiler ...21
Gambar 14. Pipa-pipa Boiler .22
Gambar 15. Ekonomiser ....23
Gambar 16. Pemanas udara ...24
Gambar 17. Diagram sederhana fire tube boiler ......25
Gambar 18. Ketel Pipa Air ...27
Gambar 19. Water tube boiler ..28
Gambar 20. Ketel stasioner (stationary boiler) .....31
Gambar 21. Ketel mobil (mobile boiler) ...32
Gambar 22. Ketel pembakaran di dalam ......32
Gambar 23. Ketel pembakaran di luar ...33
Gambar 24. Single tube steam boiler ....33
Gambar 25. Multi fire tube boiler .34
Gambar

26.

Ketel

tegak

(vertical

steam

boiler)

.34
Gambar

27.

Ketel

mendatar

(horizontal

..35

steam

boiler)

....................

Gambar 28. Ketel dengan pipa lurus, bengkok, dan berlekak-lekuk (straight,
bent and sinous tubuker heating surface) . 35
Gambar 29. Ketel dengan pipa miring-datar dan miring-tegak (horizontal,
inclined or vertical tubuler heating surface) ..36
Gambar 30. Ketel dengan peredaran alamiah (natural circulation steam boiler) dan
Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler) ..36
Gambar
31.
Ruang
Bakar
(Furnace)
..37
Gambar 32. Fd Fan ....38
Gambar 33. Steam Drum ...38
Gambar 34. Mud Drum .39
Gambar 35. Pembuangan Abu (Ash Hopper) ...40
Gambar 36. Chimney ....40
Gambar

37.

Pressure

Furnace

Draft

Controller

.41
Gambar 38. Induced Draft Fan ..41
Gambar 39. Dust Collector 41
Gambar 40. Savety Valve .42
Gambar 41. Gelas Penduga ...42
Gambar 42. Keran Blow down .43
Gambar 43. Manometer ................43
Gambar 44. Keran Uap Induk ...44
Gambar

45.

(a) Automatic Feed Regulator

(b) Water Level Controlle

..44
Gambar 46. Soot Blower ...45
Gambar 47. Panel Utama (Main Panel) 45
Gambar 48. Wall Tube Boiler ...46
Gambar 49. Superheater ...47
Gambar 50. Fiber kelapa sawit ..50
Gambar 51. Cangkang sawit .................................................................................50
Gambar 52. Kurva Didih (Boiling Curve) 54
5

Gambar 53. Pembentukan Uap Air Pada Pipa Boiler ...56


Gambar 54.Single-lead Ribbed Tube 57
Gambar 55. Multi-lead Ribbed Tube .......................................................58
Gambar 56. Diagram T-S .59
Gambar 57. Coal Feeder 60
Gambar 58. Prinsip Kerja Gravimetric Coal Feeder .61
Gambar 59. Pulverizer ..62
Gambar 60. Coal Burner ...63
Gambar 61. Centrifugal Primary Air Fan ..65
Gambar 62. Axial Secondary Air Fan ...66
Gambar 63. Desain Air Pre-Heater ...67
Gambar 64. Prinsip Kerja Boiler Soot Blower ......68
Gambar 65. Neraca panas energy boiler (bureau of energy efficiency) 69
Gambar 66. Diagram Kehilangan Energi Boiler ......70
Gambar 67. Diagram neraca energi boiler 77
Gambar 68. Kehilangan pada Boiler yang Berbahan Bakar Batubara .
78
Gambar 69 . Ilustrasi steam drum .92
Gambar 70. Ilustrasi steam drum & Water drum .93
Gambar 71. Ilustrasi Super Heater ...95
Gambar 72. Ilustrasi Air heater 96
Gambar 73. Dust collector 97
Gambar 74. Ilustrasi Soot Blower .99
Gambar 75. Burner ..100
Gambar 76. Pesawat pemanas uap, ekonomiser, dan pemanas udara .103
Gambar 77. Pemanas Udara 107
Gambar 78. Pesawat Deaerator ...108
Gambar 79. Diagram alir siklus Rankine sederhana ...110
Gambar 80. Diagram T-s siklus Rankine sederhana .......................110
Gambar 81. Diagram alir siklus Rankine dengan satu tingkat ekstraksi
.111
Gambar 82. Diagram T-s siklus Rankine dengan satu tingkat ekstraksi
i

.112
Gambar 83.Diagram alir siklus Rankine terbuka 112
Gambar 84. Diagram T-s siklus Rankine terbuk .113
Gambar 85. Siklus Rankine pada boiler .114
Gambar 86. Proses Terjadinya Korosi 124
Gambar 87. Penggunaan Udara Kering Pada Boiler Yang Sedang Tidak Beroperasi
(a) Pengering Udara (Air Dryer) (b) Udara Kering Dimasukkan Melalui Pipa
Main Steam .126
Gambar 88. Deaerator .127
Gambar 89. Komponen-komponen Deaerato ..127
Gambar 90. Titik-titik Sampling Monitoring Kualitas Air Boiler Pada Sebuah
PLTU ...132
Gambar 91. Single Element Control ...134
Gambar 92. Two Element Control ..135
Gambar 93. Two Element System Control .135
Gambar 94. Three Element Control 136
Gambar 95. Three Element System Control ...137

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Komposisi dari unsur-unsur kimia bahan bakar 51
Tabel 2. Instruksi Kerja Perawatan dan Pemeliharaan Sebelum Boiler 117
Tabel 3. Instruksi Kerja Perawatan dan Pemeliharaan Conveyor Boiler ..118
Tabel 4. Instruksi Analisa Air Boiler 118
Tabel 5. Instruksi Kerja Hydrostatic Test .120
Table 6. Instruksi Kerja Perawatan dan Pemeliharaan Turbin Boiler ...121
Tabel 7. Instruksi Kerja Pemanasan Boiler ...123
Tabel 8. Standard Kualitas Air Boiler Menurut APAVE (Association of electrical
and steam unit owners) ..................................................................................129
Tabel 9. Standard Kualitas Air Boiler Menurut ABMA (American Boiler
Manufacturers Association) ...130
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat berhasil menyelesaikan makalah
mengenai KETEL UAP, yang merupakan salah satu persyaratan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Mesin Konversi Energi II.
Makalah ini berisikan tentang pembahasan mengenai ketel uap.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang
seluk beluk ketel uap. Dalam penyusunan laporan ini, banyak pihak yang turut
membantu serta memberikan dorongan pemikiran dan materi. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam penyelesaian penulisan makalah.
Akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Penulis

Malang, 21 September 2015

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini instlasi tenaga uap sekurang-kurangnya terdiri dari
pembangkit uap atau yang dikenal dengan sebutan ketel uap yang berfungsi
sebagai sarana untuk mengubah air menjadi uap bertekanan. Ketel uap dalam
bahasa inggris disebut dengan nama boiler berasal dari kata boil yang berarti
mendidihkan atau menguapkan,sehingga boiler dapat diartikan sebagai alat
pembentukan uap yang mampu mengkonversi energi kimia dari bahan bakar padat
( padat cair dan gas ) yang menjadi energi panas.
Uap (steam) yang dihasilkan dari ketel uap merupakan gas yang timbul
akibat perubahan fase cairan menjadi uap atau gas melalui cara pendidihan yang
memerlukan sejumlah energi dalam pembentukannya. Zat cair yang dipanaskan
akan mengakibatkan pergerakan moleku-molekul menjadi cepat,sehingga melepas
diri dari lingkungannya dan berubah menjadi uap.
Dalam sejarahnya, uap (steam) sudah bersahabat lama dengan kehidupan,
semenjak manusia bisa menemukan api dan digunakan untuk memasak. Namun,
9

ketika membicarakan pemanfaatan uap, jawabannya adalah masih sekitar dua


abad yang lalu.
Air yang berdekatan dengan bidang pemanas akan memiliki temperature
yang lebih tinggi (berat jenis yang lebih rendah) dibandingkan dengan air yang
bertemperatur rendah, sehingga air yang bertemperatur tinggi akan naik
kepermukaan dan air yang bertemperatur rendah akan turun. Peristiwa ini akan
terjadi secara terus menerus (sirkulasi) hingga berbentuk uap. Uap yang dihasikan
oleh ketel uap dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain : Utilitas
suatu daya pembangkit tenaga listrik dan industri.
Sampai saat ini, walaupun sudah banyak dikembangkan mesin-mesin
penggerak mula (prime mover), namun ketel uap masih saja memgang peranan
penting, meski mesin uap (steam engine) tidak dikembangkan lagi (out of date).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah sebagai
berikut:
1.2.1 bagaimana sejarah ketel uap?
1.2.2 Bagaimana proses pembentukan uap air?
1.2.3 Bagaimana definisi ketel uap?
1.2.4 Bagaimana cara kerja ketel uap?
1.2.5 Bagaimana Bidang pemanas pada ketel uap?
1.2.6 Apa saja klasifikasi ketel uap?
1.2.7 Apa saja komponen utama ketel uap?
1.2.8 Apa bahan bakar ketel uap atau ahan bakar alternatifnya?
1.2.9 Bagaimana perpindahan panas dan pembentukan uap air ada ketel uap?
1.2.10 Apa saja komponen proses pembakaran pada ketel uap?
1.2.11 Bagaimana analisa performasi ketel uap?
1.2.12 Bagaimana menentukan efisiensi ketel uap?
1.2.13 Bagaimana menentukan neraca panas ketel uap?
1.2.14 Bagaimana menentukan nilai kalor?
1.2.15 Bagaimana menentukan kebutuhan udara pembakaran ketel uap?

1.2.16 Bagaimana menentukan gas asap?


1.2.17 Bagaimana menentukan volume gas asap?
1.2.18 Bagaimana menentukan heat transfer dalam intalasi uap?
1.2.19 Apa itu dapur furnace?
1.2.20 Bagaimana menentukan tarikan corong asap?
1.2.21 Apa saja alat-alat untuk meningkatkan efisiensi ketel uap?
1.2.22 Bagaimana siklus rankine bekerja?
1.2.23 Bagaimana cara kerja, perawatan dan pemeliharaan ketel uap?
1.2.24 Apa penyebab Korosi pada ketel uap?
1.2.25 Bagaimana cara menanggulangi Korosi?
1.2.26 Bagaimana cara memonitoring kualitas air pada ketel uap?
1.2.27 Bagaimana cara mengontrol level air pada steam drum?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut:
1.3.1 menjelaskan sejarah ketel uap.
1.3.2 menjelaskan proses pembentukan uap air.
1.3.3 menjelaskan pengertian ketel uap.
1.3.4 menjelaskan cara kerja ketel uap.
1.3.5 menjelaskan proses bidang pemanas ketel uap.
1.3.6 menjelaskan klasifikasi ketel uap.
1.3.7 menjelaskan komponen utama ketel uap.
1.3.8 menjelaskan komponen utama ketel uap.
1.3.9 menjelaskan bahan bakar pada ketel uap dan bahan bakar alternatifnya.
1.3.10 menjelaskan komponen proses pembakaran pada ketel uap.
1.3.11 menjelaskan analisa performasi ketel uap.
1.3.12 menentukan efesiensi ketel uap.
1.3.13 menjelaskan neraca panas pada ketl uap.
1.3.14 menentukan nilai kalor ketel uap.
1.3.15 menentukan kebutuhan udara pembakaran pada ketel uap.
1.3.16 menentukan gas asap pada ketel uap.
11

1.3.17 menentukan volume gas asap.


1.3.18 menentukan heat transfer dalam instalasi ua.
1.3.19 menjelaskan dapur furnace.
1.3.20 menjelaskan tarikan corong asap.
1.3.21 menjelaskan alat-alat untuk peningkatan efisiensi ketel uap.
1.3.22 menjelaskan siklus renkine.
1.3.23 menjelaskan unjuk kerja, perawatan dan pemeliharaan.
1.3.24 menjelaskan korosi pada ketel uap.
1.3.25 menjelaskan cara menanggulangi korosi
1.3.26 menjelaskan cara memonitoring kualitas air pada ketel uap.
1.3.27 menjelaskan system control level air pada steam drum.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. SEJARAH KETEL UAP

Gambar 1. Robert Fulton

Gambar 2. James Rumsey (1743-

(1765 1815)

1792)

Robert Fulton (14 November 1765 24 Februari 1815) adalah seorang


insinyur dan penemu yang secara luas dipuji karena mengembangkan kapal uap

pertama yang sukses secara komersial. Di tahun 1800 dia ditugaskan oleh
Napoleon Bonaparte untuk merancang Nautilus, yang pertama dalam sejarah
kapal selam praktis.
Fulton telah tertarik pada kapal uap pada tahun 1777 ketika ia
mengunjungi William Henry dari Lancaster, Pennsylvania, yang sebelumnya
belajar tentang mesi uap James Watt pada kunjungan ke Inggris. Henry kemudian
membuat mesin sendiri dan pada tahun 1767 ia telah mencoba meletakkan mesin
ke perahu. Eksperimen itu gagal karena kapal tenggelam, tetapi minatnya terus
berlanjut.
Pada 1786, Fulton pergi untuk belajar melukis di Paris, dan di sana ia
bertemu James Rumsey, yang duduk untuk potret di studio Benyamin Barat di
mana Fulton adalah seorang murid. Rumsey adalah seorang penemu dari Virginia
yang mengelola sendiri kapal uap pertama di Shepherdstown (sekarang di West
Virginia) pada tahun 1786. Pada awal 1793, Fulton mengusulkan rencana untuk
kapal bertenaga uap baik Amerika Serikat dan pemerintah Inggris, dan di Inggris
ia bertemu dengan Duke of Bridgewater, yang kanal digunakan untuk pengadilan
terhadap uap menarik, dan yang kemudian memerintahkan kapal penarik uap dari
william Symington. Symington telah berhasil mencoba kapal uap pada 1788, dan
tampaknya mungkin bahwa Fulton menyadari perkembangan ini.
Percobaan pertama yang berhasil lari dari sebuah kapal uap telah dibuat
oleh penemu John Fitch pada Sungai Delaware pada 22 Agustus 1787, di hadapan
delegasi dari Konvensi Konstitusional. Hal ini didorong oleh bank dayung di
kedua sisi kapal. Tahun berikutnya Fitch meluncurkan 60 kaki (18 m) perahu
diaktifkan oleh mesin uap mengemudi mount beberapa dayung buritan. Mengayuh
dayung ini dengan cara yang mirip dengan gerakan kolam kaki bebek. Dengan
perahu ini ia membawa tiga puluh penumpang pada berbagai round-trip perjalanan
antara Philadelphia dan Burlington, New Jersey.
Fitch diberikan hak paten pada 26 Agustus 1791, setelah pertempuran
dengan Rumsey, yang telah menciptakan penemuan serupa. Sayangnya yang baru
dibentuk Komisi Paten tidak penghargaan monopoli paten yang luas bahwa Fitch
sudah minta, tapi paten jenis modern, untuk desain baru Fitch kapal uap. Ini juga
13

diberikan paten untuk Rumsey dan John Stevens untuk desain kapal mereka, dan
hilangnya monopoli menyebabkan banyak di Fitch investor untuk meninggalkan
perusahaannya. Sementara perahu mekanis berhasil, Fitch tidak membayar
perhatian yang cukup kepada konstruksi dan biaya operasi dan tidak bisa
membenarkan manfaat ekonomi navigasi uap. Itu Fulton yang akan mengubah ide
Fitch menguntungkan dekade kemudian.
Tahun 1797, Fulton pergi ke Perancis, di mana Claude de Jouffroy telah
membuat kapal uap yg beroda kerja pada tahun 1783, dan mulai bereksperimen
dengan torpedo kapal selam dan kapal torpedo. Fulton adalah penemu panorama
pertama akan ditampilkan di Paris, yang selesai pada 1800. Jalan di mana
panorama ditunjukkan masih disebut Rue des Panorames (Panorama Street)
sekarang.

Gambar. 3. Torpedo Kapal Selam


Fulton merancang kerja kapal selam pertama, Nautilus antara 1793 dan
1797, ketika tinggal di Perancis. Dia meminta pemerintah untuk mensubsidi
pembangunannya tapi ia menoleh ke bawah dua kali. Akhirnya ia mendekati
Menteri Kelautan dirinya sendiri dan pada tahun 1800 diberi izin untuk
membangun.
Fulton menyajikan kapal uap nya untuk Bonaparte pada tahun 1803 di
Perancis Fulton juga bertemu dengan Kanselir Robert R. Livingston yang ditunjuk
sebagai Duta Besar AS untuk Prancis pada tahun 1801, dan mereka memutuskan
untuk membangun sebuah kapal bersama-sama dan coba jalankan di Seine. Fulton
i

bereksperimen dengan air hambatan dari berbagai bentuk lambung, membuat


gambar dan model, dan punya kapal uap dibangun. Pada sidang pertama perahu
berlari sempurna, tapi lambung ini kemudian dibangun kembali dan diperkuat, dan
pada 9 Agustus 1803, perahu ini dikukus sampai Sungai Seine. Perahu itu 66 kaki
(20,1 m) panjang, 8 kaki (2,4 m) beam, dan dibuat antara 3 dan 4 mil per jam (4.8
dan 6.4 km/h) melawan arus.
Pada tahun 1806, Kanselir menikah Fulton keponakan Livingston Harriet
(yang adalah putri dari Walter Livingston), dan mereka kemudian memiliki empat
anak: Robert, Julia, Mary dan Cornelia.
Pada 1807, Fulton dan Livingston bersama-sama membangun kapal
komersial pertama, Steamboat Sungai Utara (kemudian dikenal sebagai
Clermont), yang membawa penumpang antara New York City dan Albany, New
York. Yang Clermont mampu membuat sekitar 300 mil perjalanan di 62 jam. Dari
1811 hingga kematiannya, Fulton adalah anggota Komisi Canal Erie.
Fulton meninggal pada 1815. Ia dimakamkan di Pemakaman Gereja
Trinitas di New York City, bersama dengan Amerika terkenal seperti Alexander
Hamilton dan Albert Gallatin.

Gambar 4. Kapal
Komersial Pertama
2.1.a Pipa Asap Ketel Uap
Pada tahun 1835 ada sekitar 700 tenaga kapal uap digunakan di Amerika
Serikat. Tekanan uap pada ketel uap yang rendah beberapa kilogram diatas
atmosfer berupa kotak persegi panjang dimana hanya ada tungku persegi dan pipa
asap berliku, dimana pipa asap tersebut cukup besar sehingga dapat dilewati oleh

15

manusia untuk membersihkan pipa asap tersebut. Pipa asap terbuat dari tembaga
atau lempengan besi. Sementara batubara dan kayu adalah bahan bakar biasa.
Monitor kapal yang terkenal pada tahun 1861 dilengkapi dengan dua
firetube ketel uap yang khas pada zaman itu, karenanya dunia tergiur oleh nilai
tenaga kapal uap untuk layanan angkatan laut setelah pertemuannya dengan CS
Virginic (ex-Merrimac). Permintaan untuk daya dan kecepatan yang lebih tinggi
mengakibatkan banyak rancangan ketel uap yang semakin baik. Pada tahun 1861
kapal pesiar Amerika Serikat Navi, Wampanoag mewakili puncak prestasi teknik
kelautan di era perang saudara.
Kapal yang baik adalah kapal uap yang cepat dan selama percobaan
mencapai kecepatan maksimum 19,5 knot, sirkulasi mesin didapatkan dari
memanaskan empat ketel uap dan delapan tabung air ketel uap vertikal. Dalam
kenyataannya, kombinasi dari tabung air dengan tungku silinder serupa dengan
firetube dan kembali ke pipa asap. Tekanan ketel dipertahankan pada sekitar 90
psig.
2.1.b Ketel Uap Scotch
Setelah

perang

saudara,

metalurgi

dan

rekayasa

terus

maju

mengakibatkan tabung api ketel uap atau ketel Scotch, seperti yang
digambarkan oleh Gambar 1, menjadi paling populer. Pada akhir 1800-an dan
awal 1900 batubara ketel uap Scotch digunakan untuk tekanan hingga 250 psig,
dan suhu uap hingga 650 F. Diberikan toleransi untuk kualitas air yang buruk,
minyak pelumas, serta kesalahan umum yang membuat ideal untuk digunakan
dengan mesin uap yang juga populer pada periode yang sama. Ketika dilengkapi
dengan superheater dan pemanas udara, ketel uap Scothch memiliki efisiensi
sekitar 80%.
2.1.c Kepala Ketel Uap yang Bersekat-sekat
Perkembangan turbin uap menciptakan membuat suhu uap bertekanan
tinggi, dan ketel uap jenis Scotch digantikan oleh ketel uap tabung air. Pada
awalnya, ketel uap tabung air dibuat untuk gagal karena sirkulasi yang kurang,
pengolahan air yang tidak memadai, serta pengaturan tabung yang kurang
sehingga membuat sulit untuk diperbaiki. Ketel uap tabung air yang pertama

dibuat dari drum yang berliku-liku, lalu dikembangkan menjadi drum lurus, hal ini
untuk menghindari kesulitan-kesulitan dalam perbaikan atau pembersihan.
Pertama kali mencoba di kapal uap Reverie pada tahun 1889, konsep ini
berkembang pesat untuk layanan angkatan laut di Amerika Serikat dan Britainas
serta untuk kapal dagang. Persyaratan dasar RADM George W.Melville, Arktik
explorer diringkas untuk ketel uap marine jenis ini, sebagai berikut :
Dari studi, saya menyimpulkan bahwa tabung air ketel uap secara
a.
b.
c.
d.

menyeluruh harus memiliki antara lain karakteristik berikut :


Tempat penyimpanan harus cukup.
Harus cukup air, sehingga tidak akan kekurangan pasokan untuk suplai air;
Aksesibilitas untuk pembersihan dan perapian.
Tabung lurus, tanpa sambungan sehingga tahan untuk di uji.
e. Tidak ada logam cor, baik besi atau baja, sehingga dapat mengalami

tekanan.
f. Kemampuan untuk menghasilkan uap dengan cepat.
g. Ekonomi tinggi.
Pertukaran bagian, sehingga bahan untuk perbaikan dapat diperoleh di
mana saja, kemampuan untuk bertahan pada kondisi yang parah tanpa mengalami
kerusakan.
Memiliki konstruksi yang kasar dan tidak begitu halus agar mekanik
terampil dalam menjalankannya.
Keamanan terhadap bencana ledakan, yang berarti bahwa hanya bagian
dari ketel uap yang dapat rusak.
Kinerja desain ditingkatkan selama bertahun-tahun dengan menggunakan
tabung 2 inch yang dilalui oleh tiga gas, sedangkan tabung 1 inch atau 1 inch
dilalui oleh satu gas, seperti Gambar 2, untuk meningkatkan efisiensi dan
meningkatkan kapasitas. Tingkat dasar desain ini ditunjukkan oleh fakta bahwa
banyak boiler jenis ini masih dalam pelayanan untuk tujuan propulsi.
2.1.d Tabung Bengkok Pada Ketel Uap
Drum jenis ketel uap tabung air, yang telah bereksperimen sejak awal,
akhirnya pada tahun 1890-an drum jenis ini muncul dalam kondisi yang lebih
praktis. Pimpinan mendorong agar segera mengembangkan kapal torpedo yang
berkecepatan tinggi. Tekanan tinggi sekitar 250 psig, dapat mengakibatkan
sirkulasi pada kedua ketel uap tabung air menjadi tidak alami.

17

Dengan mensirkulasi paksa ketel uap dapat menyebabkan masalah seperti


pemberlakuan dalam memberikan umpan berupa air, start up, manuver, dan
kurangnya performance pompa. Oleh karena itu, upaya utama desainer ketel uap
diarahkan untuk pengembangan sirkulasi ketel uap tabung air secara alami dan
sederhana dalam hal pengoperasian dan pemeliharaan. Sirkulasi ketel uap tabung
air yang alami memiliki banyak bentuk. Desain awal umumnya dari tungku
tunggal dengan tiga jenis Drum serapan ganda dengan superheater di satu sisi.
Pada saat suhu uap meningkat, perlu menggunakan metode ekonomis untuk
mengendalikan suhu uap. Hal ini dilakukan awalnya dengan menggunakan ketel
uap superheater terpisah di mana laju pembakaran berkurang ketika akan menuju
ke bagian belakang ketel uap.
Kemudian, ketel uap dengan dua pembakaran, di mana suhu uap
dikontrol dengan memvariasikan laju pembakaran dalam dua pembakaran, telah
berkembang dalam upaya berkelanjutan untuk menghemat ruang dan berat. Ini
pengaturan awal menggunakan kecepatan ganda dengan bagian pemanas yang
sangat panas yang terletak di salah satu jalan gas. Selanjutnya, dua pembakaran
ketel uap tunggal serapan ditunjukkan pada Gambar. 3 yang telah dikembangkan.
Desain umum ketel uap ini dipasang di hampir semua kapal kombatan dibangun
untuk Angkatan Laut AS di perang dunia II [2].
Dengan pengembangan turbin uap mampu menggunakan suhu uap penuh
selama operasi pada bagian belakang, menjadi mungkin untuk mengurangi berat
badan dan ukuran jenis tangki ketel uap. Dua-tangki tunggal pembakaran ketel
uap dengan superheater terpisahkan, seperti pada Gambar.4, adalah hasilnya.
Letak superheater dekat tungku pembakaran yang disediakan suhu uap yang relatif
konstan selama berbagai operasi karena kombinasi konveksi dan karakteristik
perpindahan panas radiasi. Perkapalan terbaru dan angkatan laut ketel uap dari
link yang solid dalam rantai evolusi dari jenis boiler.
Sementara banyak variasi jenis boiler tersebut di atas telah digunakan di
seluruh dunia, jenis dibahas cukup representatif dan memberikan latar belakang
yang memadai untuk memahami jenis pembangkit uap dan karakteristiknya.

2.2. UAP AIR


Uap air merupakan sejenis fluida yang merupakan fase gas dari air, bila
mengalami pemanasan sampai temperature didih di bawah tekanan tertentu. Uap
air tidak berwarna, bahkan tidak terlihat bila dalam keadaan murni kering.
2.2.a Proses terbentuknya air
Untuk memudahkan pemahaman, ambil 1 kg es dengan temperature
-100C, kemudian dipanaskan. Temperatur es akan mendekati 00C, seperti
dilihatkan pada garis AB pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. Proses Terbentuknya Uap air


Terlihat dua macam fasa yang bercampur yaitu fasa padat (es) dan fasa
cair (air), seperti diperlihatkan pada garis BC, tidak ada kenaikan temperature
pada fasa ini hingga seluruh es mencair. Jumlah energi panas yang diberikan
selama proses transformasi BC (panas lebur) sebesar 80 kkal/kg. Titik 0 0C (titik
C) disebut titik lebur (titik beku) es. Bila panas diteruskan maka air akan naik
temperaturnya menjadi 1000C, seperti dilhatkan pada garis CD. Air pada garis DE
tidak mengalami perubahan temperatur, melainkan perubahan wujud yaitu
menjadi uap (fasa gas). Jadi selama berlangsungnya penambahan energy panas,
temperature tidak naik melainkan energy panas terserap ke dalam proses. Akhir
dari proses fasa campuran ini ialah terbentuknya uap air secara keseluruhan (air
mendidih) pada titik E.

19

Jumlah energy yang terserap selama transformasi DE disebut dengan


penguapan (panas laten) yang besarnya 538,9 kkal/kg. Kondisi uap pada 1,033
kg/cm2 absolut dan 1000C disebut dengan kondisi jenuh (saturasi). Uap yang
terbentuk pada suhu dan tekanan saturasi disebut uap saturasi (kenyang).
Bila pemanasan (pemberian energy panas) dilanjutkan di bawah tekanan
standar yang konstan maka suhu uap akan naik, sesuai dengan garis EF. Uap yang
dihasilkan pada kondisi F disebut dengan uap panas lanjut (adi panas).

2.2.b Sirkulasi air ketel


Secara sederhana ketel uap diandaikan sebuah bak logam. Jika bak tadi
dipanaskan dengan meletakkan sebuah pembakar gas dibawahnya, lempeng dasar
logam itu akan menerima panas dari hasil pembakaran dan terutama pada tempat
sumber panas. Panas ini dihantarkan melalui lempeng dasar yang kemudian
diteruskan kepada air.
Kini terjadi suatu peristiwa, dimana air dingin berada di atas
lapisan air panasyang berberat jenis lebih ringan, keadaan yang tidak mantap ini
akan segera berubah menjadi keadaan yang mantap. Karena air yang lebih panas
akan naik ke atas dan menyediakan tempat untuk air yang lebih dingin. Air baru
ini kemudian akan menjadi lebih panas pula daripada air lapisan atas dan akan
naik pula kembali. Dengan demikian, karena pemanasan terjadi arus yang teratur
pada air (sirkulasi).

Gambar 6. Sirkulasi air ketel


Suatu zat cair akan mendidih pada suatu suhu, pada saat tekanan uap
yang terjadi sekurang-kurangnya sama dengan tekanan yang bekerja di atas zat
cair itu. Jika bejana (ketel) ditutup rapat-rapat terhadap uap, maka ketika
pembikinan uap sedang berlangsung gelembung-gelembung uap ini tidak akan
keluar lagi ke udara, melainkan berkumpul ke ruang uap. Karena itu tekanan uap
akan naik dan tekanan di atas air akan bertambah pula. Akan tetapi bila tekanan di

21

atas air bertambah, titik didih naik pula. Apabila tekanan uap dalam ketel
bertambah, maka suhu air ketel akan bertambah tinggi pula, sesuai dengan kondisi
standar. Terdapat dua jenis sirkulasi air, yaitu:
a. Sirkulasi alam
Prinsip sirkulasi alam adalah air mengalir dari drum atas, melalui pipapipa penurun yang terletak di bagian ketel yang lebih dingin, ke bawah drum
lumpur. Dari drum lumpur, air mengalir kembali ke drum uap melalui pipa-pipa
evaporator atau penaik. Pada drum uap, uap dan air dipisahkan sebelum dialirkan
ke pemanas lanjut. Drum bawah biasanya dinamakan drum lumpur oleh karena
kotoran-kotoran air secara alam terkumpul disini. Secara periodik, sebagian air di
dalam drum lumpur dikeluarkan ke luar dan air segar ditambahkan untuk
mengurangi konsentrasi kekotoran di dalam air ketel tersebut.

Gambar 7. Sirkulasi alam


Begitu tekanan uap naik, perbedaan kerapatan dan berat jenis
antara uap saturasi dan pengurangan air ketel, membutuhkan aliran air yang lebih
banyak. Pada titik kritis air (705,40F dan 3206,2 lb/in2 abs) perbedaan adalah nol
dan dalam hal ini tidak ada tidak ada gaya penggerak sirkulasi alam.
Kenyataannya, pada tekanan lebih tinggi dari 160 atm (2400 lb/in2 abs), perbedaan
kerapatan secara efektif terlalu kecil untuk unit-unit sirkulasi alamiah sehingga
sistem ini harus menggunakan sirkulasi paksa.
b. Sirkulasi paksa
i

Pada ketel dengan sirkulasi paksa, fluida dipompakan melalui evaporator.


Hal ini mengakibatkan ketel dapat bekerja dengan tekanan sangat tinggi, bahkan
di atas titik kritis. Operasi tekanan tinggi secara teoritis akan meningkatkan
efisiensi instalasi uap. Sistem sirkulasi paksa akan melancarkan aliran air dalam
ketel, sehingga berat ketel akan berkurang dan ukuran pipa yang dipakai dapat
lebih kecil dan begitu juga drumnya, bahkan bisa tampa drum sama sekali, serta
lebih rendahnya volume air di dalam ketel, akan dapat mengurangi resiko
terjadinya ledakan uap.

Gambar 8.
Sirkulasi paksa
Sebagai

resiko

terhadap
pemakaian

pompa

sirkulasi

serta

tekanan

operasi

yang

secara

potensial

lebih

tinggi,

maka sistem ini


memerlukan air

pengisi

ketel yang benar-benar bersih bahkan lebih bersih dari yang diperlukan bagi
sistem sirkulasi alam.

23

2.3 DEFINISI BOILER (KETEL UAP)


Ketel uap (boiler) adalah salah satu dari sekian banyak peralatan dalam
siklus energi thermal yang bertujuan untuk merubah air menjadi uap yang
berguna.Uap yang dihasilkan tersebut kemudian dapat membangkitkan tenaga
mekanik atau mensuplai panas bagi keperluan industri ( manufacturing proses).
Bentuk dari ketel uap secara garis besar merupakan suatu bejana tertutup,
dimana kalor dari pembakaran bahan bakar dipindahkan ke air melalui ruang
bakar dan bidang-bidang pemanas. Energi dalam (intenal energi) dari air akan
meningkat seiring dengan meningkatnya temperature dan tekanan. Dimana pada
suatu tingkat keadaan tertentu air akan berobah menjadi uap (menguap).
Sumber kalor untuk ketel dapat berupa bahan baker dalam bentuk padat,
cair atau gas.Bahkan dewasa ini sumber kalor dengan menggunakan energi listrik
atau nuklir banay dikembangkan.
Kalor atau panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
dipindahkan ke air atau ke uap melalui bidang pemanas (BP). Bidang
pemanas( BP) adalah :
Dinding-dinding ketel yang menerima kalor dari api atau gas asap dan
memberikan panas tersebut ke air atau uap. Perpindahan kalor pada ketel dapat
terjadi dengan tiga cara atau kombinasi dari kertiganya yaitu:
a. Secara konduksi ( hantaran)
b. Secara Konveksi (aliran)
c. Secara Radiasi ( Pancaran)
2.3.a Perpindahan panas secara konduksi.
Perpindahan Panas secara konduksi adalah proses perpindahan panas dari
suatu bagian kebagian lain dalam satu material atau material yang saling
bersentuhan. Pada ketel proses konduksi ini terjadi pada:
a. Dinding ruang bakar.
b. Dinding pipa gas asap.
c. Dinding pipa air.

2.3.b Perpindahan kalor secara Konveksi.


Perpindahan kalor secara konveksi adalah proses perpindahan panas oleh
kombinasi proses konduksi, penyimpanan energi dan gerak pencampuran.Dengan
kata lain konveksi adalah konduksi yang berlansung secara serentak dengan aliran
fulida. Pada ketel proses konveksi terjadi pada:
a. Gas asap dengan dinding pipa gas asap.
b. Dinding pipa gas asap ke air.
2.3.c Perpindahan panas secara Radiasi.
Perpindahan panas secara radiasi adalah proses perpindahan kalor yang
terpancarkan dari benda bertemperatur tinggi ke benda bertemperatur rendah yang
terpisah satu sama lain tanpa media penghantar. Pada ketel proses radiasi terjadi
pada ruang bakar yaitu dari badan api ke dinding ruang bakar.
2.4 CARA KERJA KETEL UAP (BOILER)
Cara kerja ketel uap dan siklus pada ketel uap

Gambar 9. Cara kerja boiler.

25

Anitra (2011) menyatakan pendapatnya mengenai proses kerja ketel uap


untuk membentuk ketel uap sebagai berikut.
a. Sebelum masuk ke Boiler untuk direbus, lagi-lagi air mengalami beberapa
proses pemanasan di HP Heater (High Pressure Heater). Setelah itu barulah
air masuk boiler yang letaknya berada dilantai atas.
b. Didalam Boiler inilah terjadi proses memasak air untuk menghasilkan uap.
Proses ini memerlukan api yang pada umumnya menggunakan batubara
sebagai bahan dasar pembakaran dengan dibantu oleh udara dari FD Fan
(Force Draft Fan) dan pelumas yang berasal dari Fuel Oil tank.
c. Bahan bakar dipompakan kedalam boiler melalui Fuel oil Pump. Bahan
bakar PLTU bermacam-macam. Ada yang menggunakan minyak, minyak
dan gas atau istilahnya dual firing dan batubara.
d. Sedangkan udara diproduksi oleh Force Draft Fan (FD Fan). FD Fan
mengambil udara luar untuk membantu proses pembakaran di boiler. Dalam
perjalananya menuju boiler, udara tersebut dinaikkan suhunya oleh air
heater (pemanas udara) agar proses pembakaran bisa terjadi di boiler.
e. Kembali ke siklus air. Setelah terjadi pembakaran, air mulai berubah wujud
menjadi uap. Namun uap hasil pembakaran ini belum layak untuk memutar
turbin, karena masih berupa uap jenuh atau uap yang masih mengandung
kadar air. Kadar air ini berbahaya bagi turbin, karena dengan putaran hingga
3000 rpm, setitik air sanggup untuk membuat sudu-sudu turbin menjadi
terkikis.
f. Untuk menghilangkan kadar air itu, uap jenuh tersebut di keringkan di super
heater sehingga uap yang dihasilkan menjadi uap kering. Uap kering ini
yang digunakan untuk memutar turbin.
Boiler atau ketel uap harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
1. Dapat menghasilkan uap dengan berat tertentu dalam waktu tertentu pula,
dan tekanannya lebih besar dari satu atmosfer.
2. Kadar air yang di hasilkan pada uap panas harus sedikit mungkit.
3. Uap harus di bentuk dengan jumblah bahan bakar sehemat mungkin.
4. Jika pemakaian uap berubah-ubah, maka tekanan uap tidak boleh berubah
banyak.

Gambar 10. Sistem boiler secara menyeluruh


Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya boiler adalah sebuah wadah
tertutup berisi air atau fluida untuk dipanaskan. Sekalipun sebuah boiler tidak
harus berfungsi untuk mendidihkan fluida, namun kita lebih familiar dengan
boiler yang berfungsi untuk mendidihkan air sehingga memproduksi uap air.
Sehingga pada umumnya kita lebih memahami bahwa boiler adalah sebuah alat
untuk memproduksi uap air.

Gambar 11. Ilustrasi Sederhana Boiler


Prinsip kerja boiler sebenarnya cukup sederhana sama seperti pada saat
kita sedang mendidihkan air menggunakan panci. Proses pendidihan air tersebut
akan selalu diiringi proses perpindahan panas yang melibatkan bahan bakar, udara,
27

material wadah air, serta air itu sendiri. Proses perpindahan panas ini mencakup
tiga jenis perpindahan panas yang sudah sangat kita kenal yakni konduksi,
konveksi, dan radiasi.

Gambar 12. Boiler Pipa Air Superheated


Pada boiler pipa air di atas misalnya, sumber panas didapatkan dari
pembakaran bahan bakar di dalam furnace. Energi panas ini sebagian akan
terpancar secara radiasi ke pipa-pipa evaporator sehingga memanaskan pipa-pipa
tersebut. Panas yang terserap oleh permukaan pipa akan secara konduksi
berpindah ke sisi permukaan dalam pipa. Di dalam pipa, mengalir air yang terusmenerus menyerap panas tersebut. Proses penyebaran panas antar molekul air di
dalam aliran ini terjadi secara konveksi. Perpindahan panas konveksi antar

molekul air, seakan-akan menciptakan aliran fluida tersendiri terlepas dengan


aliran air di dalam pipa-pipa boiler.

Gambar 13. Proses Pembentukan Uap di Dalam Pipa Boiler


Gas hasil pembakaran yang mengandung energi panas akan terus
mengalir mengikuti bentuk boiler hingga ke sisi keluaran. Di sepanjang
perjalanan, panas yang terkandung di dalam gas buang akan diserap oleh
permukaan tubing boiler dan diteruskan secara konduksi ke air di dalam pipa.
Secara bertahap, air akan berubah fase menjadi uap basah (saturated steam) dan
dapat berlanjut hingga menjadi uap kering (superheated steam).

Gambar 14. Pipa-pipa Boiler


29

2.5 BIDANG PEMANAS


Dalam ketel uap bidang pemanas dibagi menjadi dua, yaitu:
2.5.a Bidang Pemanas Primer
Terdiri dari bagian penguap (evaporator), pemanasan lanjut (super
heater), dan bagian pemanas ulang (reheater) bila sistem memakai sebuah turbin
pemanasan ulang (reheat turbine).
a. Permukaan evaporator biasanya diletakkan pada bagian terpanas dari zona
pembakaran. Air yang mendidih di dalam pipa water wall melindungi pipa dari
pemanasan lanjut (over heating).
b. Pemanas lanjut merupakan bidang pemanas dimana panas dipindahkan ke uap
jenuh (uap saturasi) untuk menaikkan temperaturnya sehingga menaikkan
energy potensial uap. Bagian ini sangat penting untuk produksi uap panas
lanjut bagi turbin uap, karena syarat yang diperlukan dalam operasi turbin
adalah uap kering. Diperlukan temperature ahir uap tetap konstan meskipun
beban ketel berbeda-beda. Apabila temperature uap keluar melebihi ketentuan,
maka sebagian unit menggunakan atemporator ataupun des uperheater yang
didalamnya air pengisian yang telah dipompa dan kemudian disemprotkan ke
uap panas lanjut tersebut untuk menurunkan temperaturnya.
c. Pemanas ulang, merupakan bagian dari ketel dimana semua uap keluar dari
turbin tekanan tinggi dikembalikan untuk tambahan panas lanjut sebelum ia
dikirim ke turbin tekanan menengah. Pemanas ulang ini sangat mirip dengan
pemanas lanjut dalam bentuk dan lokasinya di dalam ketel.
2.5.b Bidang Pemanas Sekunder
Bidang pemanas sekunder memperoleh panas dari gas asap setelah gas
tersebut menyerahkan sebagian panasnya ke bidang pemanas primer. Untuk
memperoleh efisiensi ketel yang tinggi, temperature gas asap harus serendah
mungkin. Selain itu pemanas udara juga dapat mengurangi waktu yang diperlukan
untuk penyalahan bahan bakar. Ada dua jenis bidang pemanas sekunder yaitu
ekonomiser dan pemanas udara.
a. Ekonomiser, sejenis alat penukar panas aliran silang dimana panas dipindahkan
dari gas asap ke air pengisian yang sedang masuk. Diperkirakan bahwa dari
i

penyerapan panas di ekonomiser, kenaikan suhu air sekitar 6 7 0C atau dapat


meningkatkan efisiensi ketel sebesar 1%.

Gambar 15. Ekonomiser


b. Pemanas udara bertugas untuk menyerap panas dari gas asap untuk
memanaskan udara pembakaran yang dingin. Ada dua jenis pemanas udara,
yaitu pemanas regeneratif, dan pemanas rekuperatif. Pemanas regeneratif
memakai sebuah susunan rotor besar yang hampir setengah elemennya
dipasang dalam saluran gas buang dan setengah lagi dalam saluran suplai
udara. Pemanas rekuperatif adalah sebuah pengalih panas jenis plat atau tabular
yang bekerja sebagai sebuah unit arus berlawanan arah ataupun aliran silang.

Gambar 16. Pemanas udara

31

2.6 KLASIFIKASI KETEL UAP


Boiler/ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang
tertutup pada ujung pangkalnya dan dalam perkembangannya dilengkapi
dengan pipa api maupun pipa air. Banyak orang mengklasifikasikan ketel uap
tergantung kepada sudut pandang masing-masing. Dalam laporan ini ketel uap
diklasifikasikan dalam kelas yaitu:
2.6.a Berdasarkan fluida yang mengalir
Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa, maka ketel dapat
diklasifikasikan sbb:
a. Ketel pipa api (fire tube boiler)
Fluida yang mengalir didalam pipa adalah gas panas (gas hasil
pembakaran) yang membawa energi panas (thermal energy),dan metransfer
panasnya ke air ketel melalui bidang-bidang pemanas (heating surface). Ketel
pipa api merupakan bentuk khusus dari perkembangan ketel jenis selongsong,
yang tujuan dari pipa-pipa api ini adalah untuk memudahkan distribusi panas
(kalor) kepada air ketel.

Api/gas asap mengalir dalam pipa sedangkan air/uap diluar pipa


Drum berfungsi untuk tempat air dan uap, disamping itu drum juga
sebagai tempat bidang pemanas. Bidang pemanas terletak di dalam drum,
sehingga luas bidang pemanas yang dapat dibuat terbatas.
Gas panas, bukannya uap dialirkan melalui buluh-buluh (pipa-pipa).
Kenaikan panas ketel pipa api jauh lebih efisien dari pada ketel selongsong dan
dapat mencapai efisien sekitar 70 persen.
Sebuah boiler tabung api adalah jenis boiler di mana gas panas dari api
melewati satu atau lebih tabung berjalan melalui wadah tertutup air. Panas dari gas
ditransfer melalui dinding tabung dengan konduksi panas, pemanas air dan
akhirnya menciptakan uap.
Pada boiler pipa api, api dan gas panas yang dihasilkan oleh pembakaran
bahan bakar mengalir melalui pipa-pipa yang dikelilingi oleh air yang berfungsi
sebagai penyerap panas. Panas dihantarkan melalui dinding-dinding pipa dari gasgas panas ke air disekelilingnya. Boiler pipa api dapat menggunakan bahan bakar
minyak, gas, dan bahan bakar padat.

Gambar 9.

Gambar 17. Diagram sederhana fire tube boiler

33

Berikut merupakan Leuntungan dan kerugian ketel uap pipa api serta
bagian-bagian dari ketel uap pipa api , yaitu :
a) Keuntungan :
1. Kontruksi ketel sederhana.
2. Biaya awal murah.
3. Baik untuk kapasitas uap yang besar.
4. Tidak bermasalah terhadap terhadap fluktuasi beban karena kapasitas uap cukup
besar dan jumlah air didalam tangki banyak.
5. Tidak memerlukan air pengisi yang begitu bersih.
b) Kerugian
1. Membutuhkan waktu star yang cukup lama untuk mendapatkan kwalitas uap
yang diinginkan.
2. Hanya dapat dipakai efisien untuk keperluan dengan kapasitas dan tekanan
uap yang rendah.
c) Bagian-bagian dari ketel uap pipa api antara lain :
c.1 Tangki ketel Terbuat dari bahan baja leleh tahan panas dengan penampang
bulat yang disambung menggunakan paku. Pada waktu ketel bekerja, di
dalam tangki ketel dan bouiller diisi air panas dengan batas ketinggian yang
telah ditentukan yaitu tepat ditengah tengah gelas penduga dan di atas garis
api.
c.2 Pipa api dan pipa penumpu Pipa-pipa api dimaksudkan untuk memperbesar
luas permukaan bidang pemanas yang besar dipasang lurus dan mendatar
sehingga gelembung uap yang terbentuk dari panas plat bagian bawah dapat
naik dengan bebas.
c.3 Cerobong Cerobong ketel uap menggunakan sistem tarikan alam, yaitu
masuknya aliran udara ke ruang bakar dan aliran gas di dalam ketel sampai
keluar lewat cerobong terjadi secara alami tanpa bantuan alat lain. Tarikan ini
terjadi karena sejumlah tahanan aliran gas asap didalam ketel uap lebih kecil
dari pada pada tarikan cerobong.
c.4 Damper Damper berfungsi sebagai pengatur keluarnya gas sisa yang akan
menuju cerobong untuk mengurangi atau menambah udara pembakaran. Jika

udara pembakaran kurang, maka api akan kecil dan mengakibatkan gas asap
yang dihasilkan akan berkurang.
c.5 Boilleur Fungsi boilleur adalah menampung air pada pengisisan pertama kali
dan jika air sudah terisi penuh maka air akan naik langsung keatas melalui
leher-leher boilleur dan mengisi ketel hingga pada batas yang telah ditentukan
(tengah-tengah gelas penduga).
c.6 Dapur api dan rangka bakar Dapur api ditempatkan pada sebelah muka ketel,
juga terbentuk dari susunan batu tahan api. Dalam dapur ini terdapat ruang
bakar. Perjalanan gas panas dari hasil reaksi pembakaran pada ruang
pembakaran ( dapur ketel ), setelah dari rangka bakar, gas mengalir
kebelakang melalui pipa-pipa ke lemari asap kemudian kebelakang lagi
b. Ketel Uap pipa air
Ketel Uap pipa air adalah suatu jenis ketel dimana air mengalir didalam
pipa-pipa dan disekeliling pipa pipa tersebut mengalir gas panas dan penguapan
akan terjadi didalam pipa. Ketel pipa air meletakkan tekanan dalam pipa-pipa dan
diameter drum yang relative kecil tidak mampu menahan tekanan yang sangat
tinggi seperti pada pembangkit uap modern.
Secara umum ketel pipa air dalam perkembangan tampak seperti ketel
pipa api kecuali bahwa uap air dan tekanan tinggi terletak di dalam pipa-pipa dan
gas pembakaran terletak di luar. Pada ketel pipa air, fluida yang mengalir
dalam pipa adalah air, energi panas ditransfer dari luar pipa (yaitu ruang dapur)
ke air ketel.

Gambar 18. Ketel Pipa Air


35

Gambar 19. Water tube boiler


Cara kerja :
Proses pengapian terjadi diluar pipa. Panas yang dihasilkan digunakan
untuk memanaskan pipa yang berisi air. Air umpan itu sebelumnya dikondisikan
terlebih dahulu melalui ecomonizer. Steam yang dihasilkan kemudian
dikumpulkan terlebih dahulu didalam sebuah steam
Setelah melalui tahap

drum

sampai

sesuai.

secondary superheater dan primary superheater, baru

steam dilepaskan ke pipa utama distribusi.


Karakteristik:
a. Tingkat efisiensi panas yang dihasilkan cukup tinggi.
b. Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari
plant pengolahan air. Sehingga air harus dikondisikan terhadap
mineral dan kandungan lain yang larut dalam air.
c. Boiler ini digunakan untuk kebutuhan tekanan steam yang
sangat tinggi seperti pada pembangkit tenaga.
d. Menggunakan bahan bakar minyak, dan gas untuk water
tube boiler yang dirakit dari pabrik.
e. Menggunakan bahan bakar padat untuk water tube boiler
i

yang tidak dirakit di pabrik.


Berikut keuntungan dan kerugian Ketel Pipa Air yaitu:
a) Keuntungan
1. Ketel dapat menghasilkan uap waktu yang cukup pendek.
2. Baik dan efisien dipakai untuk kapasitas dan tekanan uap yang tinggi.
3. Dapat mengunakan bermacam macam bahan bakar.
4. Dengan cara mudah instalsi ketel dapat dilengkapi dengan ekonomiser dan alat
pemanas lanjut ( superheater)
b) Kerugian
1. Kontruksi rumit dan biaya awal mahal.
2. Peka terhadap fluktuasi beban karena jumlah air dan kapasitas uap kecil.
3. Dikarenakan diameter pipa-pipa air yang kecil maka sulit untuk dibersihkan
dari dalam maka untuk itu perlu air pengisi yang sangat bersih.
c) Bagian dari ketel uap pipa air
a. Evaporator Evaporator
Evaporator Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk
memanaskan air hingga berubah menjadi uap jenuh, evapurator terdiri atas pipapipa air yang disusun dengan jarak sempit agar penyerapan kalor setinggi
mungkin. Pipa-pipa tersebut adalah pipa evapurator yang berfungsi sebagau pipa
penguapan yaitu merubah air menjadi uap, pipa evapurator terletak disepanjang
dinding ketel mengelilingi alat pembakar (Furnace).
Air masuk ketel melewati pipa pengatur turun (down corner) kemudian
mengisi pipa evapurator dan mengalami pemanasan oleh pembakaran bahan bakar
dan air akan mendidih lalu menuju Drum ketel oleh separator dilakukan proses
pemisahan antara uap dan air. Air yang tersisa akan disirkulasikan kembali ke pipa
evapurator untuk dipanaskan kembali. Selanjutnya uap tersebut akan dialirkan ke
superheater

untuk

dipanaskan

b. Pemanas Lanjut (Superheater)

37

lebih

lanjut.

Pemanas lanjut atau superheater (super = lebih, heater = pemanas) ialah


alat untuk memanaskan uap basah dari boiler menjadi uap yang dipanaskan lanjut.
Uap yang dipanaskan lanjut bila digunakan untuk melakukan kerja dengan jalan
ekspansi di dalam turbin tidak akan segera mengembun, sehingga mengurangi
kemungkinan timbulnya bahaya yang disebabkan oleh terjadinya pukulan balik
atau back stroke yang diakibatkan mengembunnya uap sebelum pada waktunya
sehingga menimbulkan vakum di tempat yang tidak semestinya pada daerah
ekspansi.
Superheater terdiri atas 3 tingkat yaitu Superheater I, Superheater IB dan
Superheater

II,

kontrol

temperatur

menggunakan

feed

water

spraying

(Attamperator), Attemperator I diletakkan diantara Superheater I dan Superheater


IB, Attemperator II diletakkan diantara Superheater IB dan Superheater.
c. Ekonomiser gas buang
Ekonomis gas buang setelah meninggalkan superheater, temperaturnya
masih cukup tinggi sehingga akan merupakan kerugian panas yang besar bila gas
tersebut langsung dibuang lewat cerobong.Gas buang yang masih panas ini dapat
dimanfaatkan untuk memanasi air terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
drum ketel, sehingga air dalam keadaan panas.Air yang dalam keadaan panas pada
saat masuk kedalam drum,dinding drum ketel tidak mengerut sehingga drum ketel
dapat lebih awet. Keuntungan lainnya adalah dengan air yang telah dalam keadaan
panas masuk ke dalam drum ketel tersebut untuk menguapkannya di dalam
furnace hanya sedikit saja dibutuhkan panas. Sehingga dengan demikian untuk
menguapkan air di dalam furnace hanya dibutuhkan sedikit bahan bakar, sehingga
pemakaian bahan bakar menjadi lebih hemat atau dengan kata lain biaya operasi
menjadi lebih ekonomis.
d. Air Heater
Air Heater adalah pemanas udara pendahuluan sebelum dimasukkan
kedalam ruang bakar, sebagai pemanas digunakan gas-gas sisa hasil pembakaran
sebelum dibuang ke atmosfer. Pemanasan udara pendahuluan sebelum
dimasukkan ke ruang bakar berarti mengurangi kebutuhan untuk menaikkan
temperatur udara di dalam ruang bakar, manfaat lain dengan memanaskan udara

pembakaran terlebih dahulu adalah agar dapat mempercepat penguapan air yang
terkandung dalam bahan bakar.
Pada PLTU memiliki 2 Air preheater yaitu Air preheater I dan Air
preheater II, dan antara air preheater tersebut diletakkan ekonomiser, gas-gas sisa
pembakaran sebelum dibuang ke atmosfer terlebih dahulu di lewatkan melalui Air
preheater II dan Air preheater I untuk dimanfaatkan kalornya.
2.6.b Berdasarkan Pemakaianya
Berdasarkan pemakaianya ketel dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1) Ketel stationer (stationary boiler) atau ketel tetap yaitu ketel yang dipasang
pada pondasi yang tetap seperti ketel untuk pembangkit tenaga untuk industri,
yang termasuk stasioner adalah ketel-ketel yang didudukan diatas pondasi
yang tetap, seperti boiler untuk pembangkit tenaga, untuk industri dan
lain-lain yang sepertinya.

Gambar 20. Ketel stasioner (stationary boiler)


2) Ketel Mobil (mobile boiler) atau ketel yang dapat dipindah pindahkan, atau
ketel yang dipasang pada pondasi yang tidak tetap atau pakai roda. Yang
termasuk ketel mobil, adalah ketel yang dipasang pada pondasi yang
berpindah-pindah (mobile), seperti boiler lokomotif, loko mobil dan ketel
panjang serta lain yang sepertinya termasuk ketel kapal (marine boiler).

39

Gambar 21. Ketel mobil (mobile boiler)


2.6.c Berdasarkan letak dapur
Berdasarkan letak dapur maka ketel dapat diklasifikasikan 2 yaitu:
1) Ketel dengan pembakaran didalam (internally fired steam boiler), dalam hal
ini dapur berada (pembakaran terjadi) dibagian dalam ketel. Kebanyakan ketel
pipa api menggunakan sistim ini.

Gambar 22. Ketel pembakaran di dalam


2) Ketel dengan pembakaran diluar (outernally fired steam boiler), dalam hal
ini dapur berada (pembakaran terjadi) dibagian luar ketel, dipakai pada ketel
pipa air dan kebanyakan ketel pipa air memakai sistem ini.

Gambar 23. Ketel pembakaran di luar


2.6.d Menurut jumlah lorong
Menurut jumlah lorong, maka ketel dapat diklasikasikan 2 yaitu:
1) Ketel dengan lorong tunggal (single tube steam boiler).
Pada single tube steam boiler, hanya terdapat satu lorong saja, apakah
itu lorong api atau saluran air saja. Cornish boiler adalah single fire tube
boiler dan simple vertikal boiler adalah single water tube steam boiler.

Gambar 24. Single tube steam boiler


2) Ketel dengan lorong ganda/banyak (multi tube steam boiler).
Multi fire tube boiler misalnya ketel scotch dan multi water tube
boiler, misalnya ketel B dan W dan lain-lain.
3)

41

Gambar 25. Multi fire tube boiler


2.6.e Menurut posisi poros dari tutup drum (shell)
Menurut posisi poros dari tutup drum maka ketel dapat diklasifikasikan.
1) Ketel Vertikal/tegak (vertical steam boiler). Seperti ketel cochran, ketel
clarkson dan lain-lain sepertinya.

Gambar 26. Ketel tegak (vertical steam boiler)


2) Ketel horizontal/mendatar (horizontal
cornish, lancashire, scotch dan lain-lain.

steam

boiler) Seperti

ketel

Gambar 27. Ketel mendatar (horizontal steam boiler)


2.6.f Menurut bentuk dan letak pipa-pipa
Menurut bentuk dan letak pipa-pipa, maka ketel dapat diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu:
1) Ketel dengan pipa lurus dan berlekak-lekuk (straight, bent and sinous tubuker
heating surface).

Gambar 28. Ketel dengan pipa lurus, bengkok, dan berlekak-lekuk (straight,
bent and sinous tubuker heating surface).
2) Ketel dengan pipa miring -datar dan miring-tegak (horizontal, inclined or
vertical tubuler heating surface).

43

Gambar 29. Ketel dengan pipa miring-datar dan miring-tegak


(horizontal, inclined or vertical tubuler heating surface).
2.6.g Menurut peredaran air (water circulation),
Ketel dapat diklasifikasikan:
1) Ketel dengan peredaran alamiah (natural circulation steam boiler), dimana
peredaran air didalam ketel terjadi secara alamiah, yaitu air yang panas akan
naik dan yang dingin akan turun akibat dari perbedaan berat jenisnya.
2) Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler), dimana aiar
didalam ketel dipaksa bersirkulasi dengan bantuan pompa, biasanya sistim ini
dapakai pada ketel bertekan tinggi.
Gambar 30. Ketel dengan peredaran alamiah (natural circulation steam boiler)
dan Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler)

44

2.6.h Tergantung pada


sumber panasnya (heat
source)
Tergantung kepada
sumber

panasnya

(heat

source) untuk pembuatan


uap,

ketel

uap

dapat

diklasifikasikan sebagai:

a. Ketel uap dengan bahan


bakar alami.
b. Ketel uap dengan bahan
bakar buatan.
c. Ketel uap dengan dapur
listrik.
d. Ketel uap dengan energi
nuklir.

2.7 KOMPONEN UTAMA BOILER


Pada garis besarnya water tube boiler terdiri dari:
2.7.a Ruang Bakar (Furnace)
Furnace adalah dapur sebagai penerima panas bahan bakar untuk
pembakaran, yang terdapat fire gate di bagian bawah sebagai alas bahan bakar dan
yang sekelilingnya adalah pipa-pipa air ketel yang menempel pada dinding
tembok ruang pembakaran yang menerima panas dari bahan bakar secara radiasi,
konduksi, dan konveksi.

45

Gambar 31.
Ruang
Bakar (Furnace)
Terdiri dari 2 ruangan, yaitu:
1. Ruang pertama, berfungsi sebagai ruang pembakaran, dimana panas yang
dihasilkan diterima langsung oleh pipa-pipa air yang berada di dalam ruang
dapur tersebut, yang terdiri dari pipa-pipa air dari drum ke header samping
kanan kiri.
2. Ruang kedua, merupakan ruang gas panas yang diterima dari hasil pembakaran
dalam ruang pertama. Dalam ruang ini sebagian besar panas dari gas diterima
oleh pipa-pipa air drum atas ke drum bawah.
2.7.b Forced Draft Fan (Fd Fan)
Dalam ruang pembakaran pertama, udara pembakaran ditiupkan oleh
blower penghebus udara (forced draft fan) melalui kisi-kisi bagian bawah dapur
(fire grates/under roaster).

Gambar 32. Fd Fan


46

2.7.c Drum Atas (Steam Drum)


Drum atas berfungsi sebagai tempatpembentukan uap.

Gambar 33. Steam Drum


2.7.d Pipa Uap Pemanas Lanjut (Superheater Pipe)
Uap hasil penguapan di dalam drum atas untuk sebagian turbin belum
dapat dipergunakan, untuk itu harus dilakukan pemanasan uap lebih lanjut
melalui pipa superheater sehingga uap benar-benar kering dengan suhu 260-280
0

C . Superheater pipe ini dipasang di dalam ruang bakar kedua.

2.7.e Drum Bawah (Mud Drum)


Drum bawah berfungsi sebagai tempat pemanasan air yang didalamnya
dipasang plat-plat pengumpul endapan untuk memudahkan pembuangan keluar
(blow down).

Gambar 34. Mud Drum

47

2.7.f Pipa-Pipa Air (Header)


Pipa-pipa air ini berfungsi sebagai tempat pemanasan air yang dibuat
sebanyak mungkin, sehingga penyerapan panas lebih merata dengan efisiensi
tinggi. Pipa-pipa air ini terbagi dalam :
1. Pipa

air

yang

muka/belakang.
2. Pipa air yang

menghubungkan
menghubungkan

drum
drum

atas
dengan

dengan
header

header
samping

kanan/samping kiri.
3. Pipa air yang menghubungkan drum atas dengan drum bawah.
4. Pipa air yang menghubungkan drum bawah dengan header belakang.
2.7.g Pembuangan Abu (Ash Hopper)
Abu yang terbawa gas panas dari ruang pembakaran pertama,
terbuang/jatuh didalam pembuangan abu yang berbentuk kerucut.

Gambar 35. Pembuangan Abu (Ash Hopper)


2.7.h Pembuangan Gas Bekas
Gas bekas setelah ruang pembakaran kedua dihisap oleh blower isap
(induced draft fan) melalui saringan abu (dust collector) kemudian dibuang ke
udara bebas melalui corong asap (chimney). Pengaturan tekanan didalam dapur
dilakukan pada corong keluar blower (exhaust) dengan klep yang diatur secara
otomatis oleh alat hydrolis (furnace draft controller).

48

Gambar 36. Chimney


2.7.i Pressure Furnace Draft Controller
Pressure

Furnace

Draft

Controller

berfungsi

untuk

pengatur

tekanan permukaan.

Gambar 37. Pressure Furnace Draft Controller


2.7.j Induced Draft Fan
Induced Draft Fan berfungsi sebagai penghisap abu dari gas bekas.

Gambar 38. Induced Draft Fan


2.7.k Dust Collector
49

Dust Collector berfungsi sebagai penyaring abu gas bekas.

Gambar 39. Dust Collector


2.7.l Alat-Alat Pengaman
1. Katup Pengaman (Safety Valve)
Alat ini bekerja apabila tekanan kerja melebihi dari tekanan yang telah
ditentukan sesuai dengan penyetelan klep pada alat ini.

Gambar 40. Savety Valve


2. Gelas Penduga
Gelas penduga adalah alat untuk melihat tinggi air didalam drum
atas guna memudahkan pengontrolan air dalam ketel selama operasi.

50

Gambar 41. Gelas Penduga


3. Keran Blow down
Keran

blow

down

(blow

down

valve)

berfungsi

untuk

membuang endapan yang tidak terlarut (total dissolved solid) pada mud drum
sehingga nilai tds air boiler yang diharapkan dapat terjaga. Pola perlakuan blow
down lebih baik dengan frekuensi yang tinggi dari pada dilakukan dengan periode
yang lama untuk sekali blow down.

Gambar 42. Keran Blow down


4. Manometer
Manometer adalah alat pengukur tekanan uap didalam boiler yang
51

dipasang satu buah untuk penunjuk tekanan uap basah (saturated) dan satu buah
untuk tekanan uap kering (superheated).

Gambar 43. Manometer

52

5. Keran Uap Induk


Keran uap induk (main steam valve) berfungsi sebagai alat untuk
membuka dan menutup aliran uap boiler yang terpasang pada pipa uap induk.

Gambar 44. Keran Uap Induk


6. Kontrol Air Umpan
Berfungsi sebagai pengontrol bukaan valve air umpan boiler ke dalam
steam drum yang dapat dilakukan secara otomatis melalui water level controller.

(a)

(b)

Gambar 45. (a) Automatic Feed Regulator (b)Water Level Controlle

53

7. Soot Blower
Berfungsi sebagi alat penghebus debu yang ada pada bagian luar
pipa-pipa air boiler.

Gambar 46. Soot Blower


8. Panel Utama (Main Panel)
Panel Utama (Main Panel) berfungsi sebagai pengontrol atau alat
pengaman semua alat-alat pada boiler.

Gambar 47. Panel Utama (Main Panel)

54

2.7.m Pipa Waterwall


Pada ruang bakar ketel uap komponen yang paling penting adalah pipa waterwall,
dimana panas yang dihasilkan pada pembakaran bahan bakar diserap waterwall, sehingga
air yang terdapat pada pipa waterwall mengalami penaikan temperatur sampai berubah
menjadi uap. Tube Wall adalah merupakan pipa yang dirangkai membentuk dinding dan
dipasang secara vertikal pada 4 (empat) sisi, sehingga membentuk ruangan persegi empat
yang disebut ruang bakar. Fungsi tube wall adalah alat pemanas air dengan bidang
yang luas sehingga mempercepat proses penguapan.

Gambar 48. Wall Tube Boiler


2.7.n Superheater
Superheater adalah piranti penting pada unit pembangkit uap. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan temperatur uap jenuh tanpa menaikkan tekanannya. Biasanya piranti
ini merupakan bagian integral dari ketel, dan ditempatkan dijalur gas asap panas dari
dapur. Pada dari gas asap ini digunakan untuk memberikan panas lanjut pada uap.

55

Gambar 49. Superheater.


2.8 BAHAN BAKAR PADA BOILER
2.8.a Jenis-jenis bahan bakar
Jenis-jenis bahan bakar pada boiler terdiri dari beberapa jenis di antaranya adalah :
1. Bahan Bakar padat ( batu bara, Kokas , kayu dll)
Batu bara terbagi menjadi beberapa macam menurut umurnya, yang paling tua
dinamakan antrasit ditandai dengan nyala api yang kebiru-biruan bial ia dibakar. Batu
bara semakin tua semakin banyak mengandung energi/ kg nya dan semakin muda semakin
banyak mengandung gas. Batu bara yang muda nyala api ke merah-merahan.
2. Bahan bakar cair.
Misalnya Premium/Petrolium, minyak tanah , solar dll
3. Bahan bakar Gas.
Misalnya, LPG,LNG
Bahan bakar tersebut dapat pula digolongkan dalam 2 golongan :
1. Bahan bakar Alam
2. Bahan bakar Buatan
Bahan bakar umunya mengandung Unsur Carbon, Hydrogen, Sulfur, Nitrogen,
Oksigen dll Proses pembakaran adalh reaksi antara unsure-unsur yang ada didalam bahan
bakar dengan oksigen, Misalnya:
a. Pembakaran unsur C panas CO2 ---C + O2
b. Pembakaran unsur H panas H2O ----2H2 + O2
c. Pembakaran unsur S panas SO2 -S + O2
56

Dengan mengetahui kandungan unsur yang ada didalam bahan bakar, maka akan
dapat ditentukan Nilai panas yang dihasilkan oleh bahan bakar. Nilai Panas ( Nilai
Pembakaran) HV ( Heating Value).
Nilai Panas adalah : jumlah panas yang dikeluarkan oleh 1kg bahan bakar bila
bahan bakar tersebut dibakar. Pada gas hasil pembakaran terdapat H2O dalam bentuk uap
atau cairan.
Dengan demikian nilai pembakaran bila H2O yang terbentuk berupa uap akan lebih
kecil bila dibandingkan dengan H2O yang terbentuk sebagai cairan. Berarti ada 2 macam
Nilai Pembakaran yaitu Nilai Pembakaran Atas (NPA) atau HHV dan Nilai Pembakaran
Bawah. (NPB) atau LHV.
NPA atau HHV adalah : Yaitu Nilai Pembakaran bila didalam gas hasil pembakaran
terdapat H2O berebentuk cairan.
NPB atau LHV adalah: Yaitu Nilai Pembakaran bila didalam gas hasil pembakaran
terdapat H2O berbentuk gas.
2.8.b Rumus Dulong & Petit untuk menghitung
Nilai Panas HHV = 33950 C + 144200 ( H2-O2/8) + 9400 S kJ/Kg (Prinsip Prinsip
Konversi Energi)
Keterangan:
C

= persentase unsure Carbon.

H2

= persentase unsure Hidrogen.

= persentase unsure Sulfur.

O2

= persentase unsure Oksigen.

LHV = HHV 2400 ( M+9H2) kJ/Kg. (Prinsip Prinsip Konversi Energi)


M

= Moinsture (kebasahan)
Jumlah kebutuhan udara untuk proses pembakaran juga dapat dihitung dengan

persamaan pembakaran.
Komposisi udara = 21 % O2 dan 79 % N2 dll
Volume atau Dalam komposisi berat ; 23,2 % O2 dan 76,8 % N2 dll

57

2.8.c Bahan Bakar Alternatif


Agar kualitas uap yang dihasilkan dari ketel uap sesuai dengan yang diinginkan
atau dibutuhkan maka dibutuhkan sejumlah panas untuk menguapkan air tersebut, dimana
panas tersebut diperoleh dari pembakaran bahan bakar di ruang bakar ketel. Untuk
mendapatkan pembakaran yang sempurna di dalam ketel maka diperlukan beberapa syarat,
yaitu:
1. Perbandingan pemakaian bahan bakar harus sesuai (cangkang dan fiber)
2. Udara yang dipakai harus mencukupi
3. Waktu yang diperlukan untuk proses pembakaran harus cukup.
4. Panas yang cukup untuk memulai pembakaran
5. Kerapatan yang cukup untuk merambatkan nyala api
6. Dalam hal ini bahan bakar yang digunakan adalah cangkang dan fiber.
Adapun alasan mengapa digunakan cangkang dan fiber sebagai bahan bakar
adalah :
1. Bahan bakar cangkang dan fiber cukup tersedia dan mudah diperoleh dipabrik.
2. Cangkang dan fiber merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit apabila tidak
digunakan.
3. Nilai kalor bahan bakar memenuhi persyaratan untuk menghasilkan panas yang
dibutuhkan.
4. Sisa pembakaran bahan bakar dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman kelapa
sawit.
5. Harga lebih ekonomis.
Cangkang

adalah

sejenis

bahan

bakar

padat

yang

berwarna

hitam

berbentuk seperti batok kelapa dan agak bulat, terdapat pada bagian dalam pada buah kelapa
sawit yang diselubungi oleh serabut.
Pada bahan bakar cangkang ini terdapat berbagai unsur kimia antara lain : Carbon
(C), Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2) dan Abu. Dimana unsur kimia yang
terkandung pada cangkang mempunyai persentase (%) yang berbeda jumlahnya, bahan
bakar cangkang ini setelah mengalami proses pembakaran akan berubah menjadi arang,
kemudian arang tersebut dengan adanya udara pada dapur akan terbang sebagai ukuran
partikel kecil yang dinamakan partikel pijar.
Apabila pemakaian cangkang ini terlalu banyak dari fiber akan menghambat proses
pembakaran akibat penumpukan arang dan nyala api kurang sempurna, dan jika cangkang
58

digunakan sedikit, panas yang dihasilkan akan rendah, karena cangkang apabila dibakar
akan mengeluarkan panas yang besar.
Fiber adalah bahan bakar padat yang bebentuk seperti rambut, apabila telah
mengalami proses pengolahan berwarna coklat muda, serabut ini terdapat dibagian kedua
dari buah kelapa sawit setelah kulit buah kelapa sawit, didalam serabut dan daging buah
sawitlah minyak CPO terkandung.
Panas yang dihasilkan fiber jumlahnya lebih kecil dari yang dihasilkan oleh
cangkang, oleh karena itu perbandingan lebih besar fiber dari pada cangkang. Disamping
fiber lebih cepat habis menjadi abu apabila dibakar, pemakaian fiber yang berlebihan akan
berdampak buruk pada proses pembakaran karena dapat menghambat proses perambatan
panas pada pipa water wall, akibat abu hasil pembakaran beterbangan dalam ruang
dapur dan menutupi pipa water wall, disamping mempersulit pembuangan dari pintu
ekspansion door (pintu keluar untuk abu dan arang) akibat terjadinya penumpukan yang
berlebihan.

Gambar 50. Fiber kelapa sawit

59

Gambar 51. Cangkang sawit


a. Komposisi Bahan Bakar Cangkang dan Fiber
Pada Palm Oil Mill ini menggunakan ketel uap pipa air BOILERMECH berbahan
bakar cangkang dan fiber. Penulis akan mencari nilai kalor dari cangkang dan fiber
tersebut. Adapun data yang diperoleh dari Palm Oil Mill mengenai kandungan unsurunsur yang terdapat pada cangkang dan fiber pada perbandingan 1 : 3 dan komposisi 1
kg bahan bakar cangkang dan fiber adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Komposisi dari unsur-unsur kimia bahan bakar
Nama Unsur

Cangkang

Fiber

Karbon (C)

61,34 %

40,00 %

Hidrogen (H2)

3,25 %

4,25 %

Oksigen (O2)

31,16 %

30,29 %

Nitrogen (N2)

2,45 %

22,29 %

Abu

1,80 %

3,17 %

Sumber : Palm Oil Mill


Maka komposisi 1 kg bahan bakar adalah sebagai berikut :

= (

(
x 61,34 % )

x 40,00%)

= 45,335 %

+
4

H2
=

(
O2

(
(
+

= N2 =
Abu

x 3,25 % ) +

x 31,16 % )

2,45 (

x 1,80

%) %)

+
60

= 0,45335 kg

4,25%)

= 4 0,30507
%

= 2,8275 %

= 0,028275 kg

= 1,00 kg

5 kg

=
(

30,29 %)

0,04
kg

=
22,29 %)

17,330
%

4
3

100 %

3,17 %)

0,17330

30,

kg

507
x

5%
=

2.9 PERPINDAHAN PANAS DAN PEMBENTUKAN UAP AIR PADA BOILER


Titik didih suatu cairan atau dikenal juga dengan temperatur saturasi adalah
temperatur dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan lingkungan sekitar cairan
tersebut. Pada titik ini cairan akan berubah fase menjadi uap. Temperatur saturasi dari air
pada tekanan atmosfer adalah 100oC. Pada titik inilah air akan berubah fase menjadi uap
dengan membentuk gelembung-gelembung uap air.
Temperatur saturasi menjadi sebuah fungsi yang unik dari tekanan. Semakin tinggi
tekanan di sekitar air maka akan semakin tinggi pula titik didihnya, dan apabila semakin
rendah tekanan di sekitar air tersebut maka semakin rendah pula titik didih air tersebut. Hal
tersebut disebabkan karena tekanan air akan mempengaruhi karakteristik seperti entalpi
(kandungan kalor) air, panas laten, dan entalpi uap dari uap air yang terbentuk pada
tekanan tersebut.
Pada kondisi tekanan kritis 3200 psi (22,1 MPa) misalnya, panas laten yang
dibutuhkan untuk membentuk uap air menjadi nol, dan pada kondisi ini tidak akan timbul
gelembung-gelembung uap pada saat proses evaporasi. Sehingga proses transisi perubahan
fase air menjadi uap air pada kondisi tersebut akan terjadi secara lebih smooth. Atas dasar
fenomena inilah dikenal sebuah teknologi boiler bernama critical boiler. Boiler ini bekerja
dengan mensirkulasikan air-uap air pada pipa-pipa boiler dengan tekanan kritis 22,1 MPa
(221 bar).
61

Gambar 52. Kurva Didih (Boiling Curve)


Kurva ini akan menjelaskan kepada kita bagaimana karakteristik terjadinya proses
pendidihan air. Penelitian dilakukan dengan jalan mencelupkan sebuah logam (metal) panas
yang dijaga temperaturnya, ke dalam sejumlah air di suatu wadah. Kecepatan (rate)
perpindahan panas tiap satuan luas atau disebut dengan heat flux (fluks kalor) mengisi
sumbu Y kurva. Sedangkan sumbu X diisi oleh diferensial temperatur antara permukaan
metal dengan air disekitarnya.
Dari titik A ke B, perpindahan panas secara konveksi akan mendinginkan metal
sehingga proses pendidihan akan tertahan. Pada saat sedikit melewati titik B, dikenal
sebagai proses awal proses pendidihan, dimana temperatur air secara cepat akan
menyesuaikan dengan temperatur permukaan metal dan semakin mendekati temperatur
saturasinya. Gelembung-gelembung uap air mulai terbentuk di permukaan metal. Secara
periodik gelembung-gelembung tersebut akan kolaps (mengecil) karena berinteraksi dengan
air lainnya. Fenomena ini disebut dengan subcooled boiling, dan ditandai dengan titik B dan
S pada kurva. Pada proses ini, kecepatan perpindahan panas cukup tinggi, namun masih
belum terbentuk sejumlah uap air. Dari titik S ke C, temperatur air sudah mencapai
temperatur saturasi dengan lebih merata. Gelembung uap tidak lagi mengalami kolaps dan
mengecil, ia akan semakin besar dan terbentuk semakin banyak gelembung uap. Kurva area
ini biasa diberi sebutan nucleate boilling region, yang memiliki kecepatan perpindahan
panas cepat, serta temperatur permukaan metal lebih besar sedikit dari temperatur saturasi
air.
Mendekati titik C, permukaan evaporasi akan semakin luas. Pada saat ini proses
pembentukan uap terjadi sangat cepat sehingga menyebabkan uap yang terbentuk seakanakan menghalangi air untuk mendekati permukaan metal. Permukaan metal menjadi
62

terisolasi oleh semacam lapisan film yang tersusun oleh uap air, sehingga mengakibatkan
penurunan kecepatan perpindahan panas. Proses ini (C-D) dikenal dengan sebutan critical
heat flux (CHF), dimana proses perpindahan panas dari metal ke air menjadi lambat karena
adanya lapisan film yang terbentuk.
Lebih lanjut, seperti digambarkan dengan titik D ke E, disebut dengan proses
unstable film boilling. Dimana pada saat ini temperatur permukaan kontak metal-fluida
tidak mengalami kenaikan. Konsekuensinya adalah terjadinya penurunan performa
perpindahan panas per luas area serta penurunan proses transfer energi. Dari titik E
melewati D ke F, lapisan insulasi uap air pada permukaan metal menjadi sangat efektif.
Sehingga perpindahan panas dari permukaan metal melewati lapisan film ini terjadi dengan
cara radiasi, konduksi, serta mikro-konveksi ke permukaan air yang berbatasan dengan
lapisan film. Pada fase ini proses evaporasi berlanjut dengan ditandai terbentuknya
gelembung-gelembung uap air. Fase ini dikenal dengan sebutan stable film boiling.

Gambar 53. Pembentukan Uap Air Pada Pipa Boiler


Proses pembentukan uap air pada boiler pipa air secara teoritis mengacu juga pada
boiling curve. Secara lebih detail, proses pembentukan uap air tersebut dapat Anda lihat
prosesnya pada gambar di atas. Yang membedakan dengan proses pembentukan uap air
biasa adalah, proses pembentukan uap air pada boiler pipa air terjadi pada aliran air dengan
kecepatan debit aliran tertentu. Proses ini dikenal dengan istilah forced convection boiling,
yang prosesnya lebih kompleks dengan melibatkan aliran fluida dua fase, gaya gravitasi,
fenomena material, serta mekanisme perpindahan panas.
63

Gambar kedua di atas adalah sebuah proses pendidihan air pada pipa
berpenampang lingkaran yang panjang serta dipanasi secara merata. Pada saat mendekati
titik (1), air masuk ke pipa dan secara konveksi menjadi media pendingin pipa. Tepat pada
titik (1) mulai terbentuk gelembung-gelembung uap air, menjadi tanda bahwa proses awal
pendidihan dimulai. Pada titik (2) temperatur air semakin tinggi dan mencapai temperatur
saturasinya dan mencapai fase nucleate boiling region. Pada fase ini campuran air dengan
uap air membentuk sebuah aliran yang bergelembung, dan membentuk lingkaran seperti
gelang (annular flow). Fenomena ini sebagai hasil interaksi yang kompleks antara gaya
tegangan permukaan, fenomena dua permukaan, penurunan drastis tekanan, massa jenis airuap air, serta efek momentum dari proses pendidihan pada permukaan pipa.
Proses perpindahan panas terus berlangsung sehingga pada titik (3) annular flow
membesar dan terbentuk lapisan film air pada dinding pipa. Perpindahan panas selanjutnya
terjadi secara konduksi dan konveksi dengan melewati lapisan film tersebut, sehingga
proses evaporasi terjadi pada pertemuan lapisan air dengan uap air. Mekanisme perpindahan
panas ini disebut pendidihan konveksi, yang juga menghasilkan kecepatan perpindahan
panas yang tinggi.
Pada titik (4) proses perpindahan panas mencapai CHF (Critical Heat Flux),
dimana lapisan film air pada dinding pipa digantikan dengan lapisan film berupa uap air.
Pada fase ini ada beberapa resiko fenomena yang mungkin terjadi, yaitu:
1. Kenaikan temperatur metal pipa yang terlalu tinggi sehingga dapat merusak pipa tersebut.
2. Kerugian perpindahan panas. Dan,
3. Perubahan fluktuasi temperatur yang sangat mungkin dapat menyebabkan kerusakan
termal (thermal fatigue failures).
Dari titik (4) ke (5) disebut perpindahan panas post-CHF, yang terjadi dengan
sangat kompleks. Setelah titik (5), semua air telah terevaporasi dan berubah fase menjadi
uap air.

Gambar 54.Single-lead Ribbed Tube


64

Gambar 55. Multi-lead Ribbed Tube


Beberapa kerugian yang mungkin terjadi pada saat fase perpindahan panas CHF di
atas, menghasilkan inovasi dengan dikembangkannya pipa boiler berulir. Ada dua jenis pipa
ulir boiler, yakni tipe single-lead ribbed tube dan multi-lead ribbed tube. Pipa ulir ini
memperbaiki performa CHF, dengan efek samping penurunan tekanan yang masih dapat
ditoleransi namun dapat menghilangkan efek samping lain yang lebih berbahaya. Ulir pipa
mengakibatkan aliran berputar yang menghasilkan gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal dari
fluida terhadap dinding pipa akan menghalangi terbentuknya lapisan film sampai terbentuk
uap air yang berkualitas dengan heat flux yang tinggi.
Sebagai fliuda kerja di ketel uap, umumnya digunakan air (H2O) karena bersifat
ekonomis, mudah di peroleh, tersedia dalam jumlah yang banyak, serta mempuyai
kandungan entalpi yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan fluida kerja yang lain.
Penguapan adalah proses terjadinya perubahan fasa dari cairan menjadi uap.
Apabila panas diberikan pada air, maka suhu air akan naik. Naiknya suhu air akan
meningkatkan kecepatan gerak molekul air. Jika panas terus bertambah secara
perlahan-lahan, maka kecepatan gerak air akan semakin meningkat pula, hingga sampai
pada suatu titik dimana molekul-molekul air akan mampu melepaskan diri dari
o
2
lingkungannya (100 ) pada tekanan 1[kg/cm ], maka air secara berangsur-angsur
akan berubah fasa menjadi uap dan hal inilah yang disebut sebagai penguapan.
Proses perubahan fasa air menjadi uap dapat digambarkan pada diagram T-S
seperti gambar dibawah:

65

Gambar 56. Diagram T-S


1-2

: Pipa-pipa evaporator pipa penguat

2-3

: Pipa-pipa superheater

1.3

: Ketel uap

2.10 KOMPONEN-KOMPONEN PROSES PEMBAKARAN PADA KETEL UAP


Proses pembakaran pada boiler melibatkan komponen-komponen yang mengatur
supply udara serta bahan bakar ke dalam furnace boiler sehingga terjadi proses pembakaran
yang tepat. Jumlah dari udara serta bahan bakar yang masuk ke dalam furnace harus tepat
sesuai dengan perbandingan rasio bahan bakar / udara (fuel/air ratio) teoritis sehingga
didapatkan proses pembakaran yang sempurna.
Komponen-komponen boiler yang berhubungan dengan proses pembakaran
tersusun atas dua kelompok besar, yaitu sistem supply udara yang biasa disebut draft system
serta sistem supply bahan bakar. Boiler skala besar yang digunakan pada pembangkit listrik
tenaga uap. Berikut adalah komponen-komponen boiler tersebut:
2.10.a Coal Feeder
Coal feeder berfungsi untuk mengatur jumlah batubara yang akan masuk ke dalam
pulverizer. Jumlah batubara diatur sesuai dengan kebutuhan pembakaran pada furnace.
Sistem pengaturan jumlah batubara pada coal feeder dapat dilakukan dengan dua cara
berdasarkan jenisnya, yaitu secara fraksi berat atau secara fraksi volume batubara.

66

Gambar 57. Coal Feeder


Pengaturan jumlah batubara berdasarkan fraksi berat, menggunakan sensor
gravimetric yang dapat mendeteksi berat dari batubara yang melewati konveyornya. Coal
feeder jenis ini biasa disebut dengan Gravimetric Feeder. Sedangkan coal feeder fraksi
volume memiliki luas penampang jalur konveyor yang tetap untuk mengatur jumlah
batubara yang melewati konveyornya. Kedua sistem di atas sama-sama menggunakan
konveyor yang kecepatannya dapat diatur secara fleksibel.

67

Gambar 58. Prinsip Kerja Gravimetric Coal Feeder


Gravimatic feeder lebih banyak dipilih untuk digunakan karena kemampuannya
dalam merespon perubahan berat jenis batubara yang digunakan. Kandungan energi pada
batubara cenderung bergantung pada berat jenis daripada volume batubara, sehingga
gravimetric feeder akan lebih baik dalam mengontrol supply energi yang masuk ke boiler.
Disamping itu gravimetric feeder memerlukan kalibrasi sensor gravimetric-nya secara
berkala agar sistem kontrol supply batubara dapat selalu berjalan dengan baik.
2.10.b Pulverizer
Batubara hasil tambang memiliki ukuran fisik yang sangat beragam, dari yang
hanya berukuran butiran pasir hingga seperti bongkahan kerikil berdiameter 20cm. Ukuran
batubara yang terlalu besar dapat mengurangi efisiensi proses pembakaran, karena semakin
kecil ukuran partikel batubara maka akan semakin cepat pula batubara tersebut terbakar.
Untuk mendapatkan ukuran batubara yang cukup kecil maka sebelum masuk ke furnace
boiler, batubara akan mengalami proses grinding pada sebuah alat bernama pulverizer.
Silahkan Anda bayangkan bahwa batubara keluaran pulverizer akan berukuran selembut
tepung, yang dinamakan pulverized fuel.

68

Gambar 59. Pulverizer


Batubara yang diatur jumlahnya oleh coal feeder masuk ke pulverizer melalui sisi
inlet pada bagian atasnya. Batubara jatuh pada sebuah table yang berputar. Pada bagian lain
terdapat beberapa buah grinding yang dapat berputar bebas karena permukaan grinding
tersebut bersentuhan dengan table yang berputar tadi. Pada grinding terdapat sistem pegas
untuk memudahkan dalam menghancurkan batubara.
Udara panas dengan tekanan dan temperatur yang terjaga dimasukkan ke dalam
pulverizer sebagai media untuk membawa batubara yang telah halus keluar pulverizer. Pada
sisi outlet (bagian atas) terdapat sudu-sudu classifier yang berfungsi untuk memfilter agar
hanya batubara yang telah halus saja yang dapat melewati sudu-sudu tersebut. Batubara
yang tidak dapat melewati classifier akan jatuh kembali ke table untuk digrinding agar lebih
halus.

69

2.10.c Burner
Burner menjadi alat untuk mencampur batubara dengan udara dan sebagai nozzle
untuk mendorong campuran bahan bakar tersebut ke dalam furnace boiler. Pulverized fuel
yang keluar dari pulverizer dibawa oleh udara bertekanan menuju ke burner malalui pipapipa, di sisi lain ada pula udara tambahan (biasa disebut secondary air) yang disupply untuk
memenuhi kebutuhan pembakaran. Secondary air dalam debit tertentu tersebut bertemu
dengan pulverized fuel pada burner. Keduanya bercampur dan terdorong menuju ke tengahtengah furnace untuk dibakar. Pada proses penyalaan boiler diperlukan proses penyalaan
awal untuk campuran bahan bakar tersebut, dan umumnya boiler-boiler besar menggunakan
bahan bakar bantuan seperti solar (HSD) untuk membantu proses penyalaan awal.

Gambar 60. Coal Burner


Komponen-komponen dari coal burner umumnya adalah sebagai berikut:
1.

Oil Gun. Bagian ini berfungsi untuk mensupply bahan bakar (biasanya HSD)
ke dalam boiler sebagai proses penyalaan awal boiler dan juga proses pematian boiler.
Pada oil gun terdapat dua saluran utama yakni saluran fuel oil dan saluran atomizing air.
Atomizing air berfungsi untuk membentuk kabut bahan bakar HSD tadi sehingga lebih
mudah terbakar. Pada oil gun juga terdapat ignitor yang berfungsi sebagai pemantik
untuk menyalakan bahan bakar tadi.

2.

Damper udara termasuk di dalam bagian burner. Damper ini mengatur supply
udara pembakaran yang masuk ke boiler.

3.

Coal Nozzle. Bagian ini sebagai ujung masuknya pulverized fuel ke dalam
furnace boiler.
70

4.

Flame Scanner. Adalah alat sensor api yang berfungsi untuk membaca
apakah terjadi proses pembakaran pada burner.
Pada proses penyalaan awal, boiler akan menggunakan bahan bakar HSD. Dengan

bantuan ignitor sebagai pemantik apinya, HSD akan terbakar di dalam furnace dengan jarak
aman tertentu. Jika proses pembakaran dengan menggunakan HSD dirasa telah stabil
(biasanya ditandai dengan jumlah tertentu uap air yang dihasilkan boiler) maka pulverized
fuel dapat dimasukkan ke dalam proses pembakaran dengan tanpa menghentikan supply
HSD. Supply HSD akan dihentikan jika flame scanner telah membaca pulverized fuel
terbakar di ujung burner. Jarak api yang terbentuk pada ujung burner harus dijaga pada jarak
aman tertentu, hal ini berhubungan dengan keselamatan kerja agar api tidak menjalar ke
pipa-pipa supply pulverized fuel.
2.10.d Fan System
Untuk men-supply udara yang digunakan pada proses pembakaran, boiler
membutuhkan kerja beberapa jenis kipas dengan fungsi masing-masing. Dan berikut adalah
sistem-sistem yang berhubungan dengan supply udara untuk proses pembakaran pada
boiler:
2.10.e Primary Air Fan.
Kipas ini berfungsi untuk men-supply udara bertekanan yang akan digunakan untuk
membawa pulverized fuel dari pulverizer menuju ke boiler. Parameter terkontrol pada
primary air adalah besar tekanan kerjanya, sehingga kipas yang digunakan adalah yang
bertipe kipas sentrifugal. Kipas sentrifugal dikenal dapat menghasilkan tekanan udara
keluaran yang lebih tinggi daripada kipas aksial namun dengan debit aliran yang cukup
tinggi pula.

71

Gambar 61. Centrifugal Primary Air Fan


Pada sisi inlet primary air fan terdapat sudu-sudu (inlet vane) yang dapat bergerak
ke arah menutup ataupun membuka 100%. Sudu-sudu ini berfungsi untuk mengatur debit
udara yang masuk ke kipas dan di-supply ke pulverizer.
2.10.f Secondary Air Fan.
Kipas inilah yang menjadi penyupply utama udara ke dalam furnace boiler untuk
memenuhi kebutuhan proses pembakaran. Berbeda dengan primary air yang menitik
beratkan kepada tekanan kerjanya, secondary air lebih diutamakan kontrol terhadap debit
volume-nya. Oleh karena itulah secondary air umumnya menggunakan kipas dengan tipe
aksial yang dapat menghasilkan volume debit aliran yang tinggi.

72

Gambar 62. Axial Secondary Air Fan


Untuk mengatur jumlah udara yang di-supply ke boiler, sudu-sudu pada secondary
air fan dapat bergerak-gerak fleksibel membuka dan menutup. Semakin besar bukaan sudu
maka akan semakin banyak pula udara yang dialirkan oleh kipas ini ke boiler untuk
mencukupi kebutuhan proses pembakaran.
2.10.g Air Pre-Heater
Komponen ini berfungsi untuk memanaskan awal primary dan secondary air
dengan menggunakan panas yang dihasilkan oleh gas buang boiler. Air Pre-Heater tersusun
atas plat-plat yang berfungsi untuk menyerap panas dari gas buang boiler. Plat-plat tersebut
tersusun melingkar dan dapat berputar sehingga aliran udara ataupun gas buang adalah
sejajar dengan poros putaran air pre-heater ini. Putaran yang teratur namun tidak terlalu
cepat akan memindahkan panas dari gas buang boiler ke plat-plat air pre-heater dan
berlanjut pindah ke udara-udara primary dan secondary.

73

Gambar 63. Desain Air Pre-Heater


Temperatur panas pada primary air berfungsi untuk mengeringkan pulverized fuel
yang dihasilkan oleh pulverizer. Karena jika pulverized fuel dalam keadaan basah (akibat
hujan mungkin) akan memperlambat proses pembakaran di dalam furnace. Selain itu,
kondisi basah dari pulverized fuel yang selembut tepung dapat menempel dan menyebabkan
penimbunan pada pipa-pipa saluran menuju furnace. Hal ini sangat berbahaya karena jika
terus dibiarkan dapat menyumbat pipa-pipa tersebut.
2.10.h Soot Blower
Salah satu produk sampingan dari proses pembakaran barubara pada boiler adalah
kerak. Kerak ini didapati banyak menempel pada pipa-pipa boiler, sehingga akan sangat
mengganggu proses perpindahan panas jika hal ini terus dibiarkan. Maka dipergunakanlah
satu alat bernama soot blower. Alat ini berfungsi untuk menyemprotkan uap panas ke
dinding-dinding pipa boiler sehingga kotoran-kotoran yang menempel padanya dapat lepas.
Soot blower menggunakan uap air kering yang dihasilkan oleh boiler.

74

Gambar 64. Prinsip Kerja Boiler Soot Blower


2.11

ANALISA PERFORMANSI BOILER


Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir

energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana energi masuk dari
bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai kegunaan dan menjadi aliran
kehilangan panas dan energi. Panah tebal menunjukan jumlah energi yang dikandung dalam
aliran masing-masing.

75

Gambar 65.

Neraca panas
energy boiler (bureau of energy efficiency)

Neraca panas merupakan keseimbangan energi total yang masuk boiler terhadap
yang meninggalkan boiler dalam bentuk yang berbeda. Gambar berikut memberikan
gambaran berbagai kehilangan yang terjadi untuk pembangkitan steam. Kehilangan energi
dapat dibagi kedalam kehilangan yang tidak atau dapat dihindarkan. Tujuan dari produksi
bersih atau pengkajian energi harus mengurangi kehilangan yang dapat dihindari, dengan
meningkatkan efisiensi energi.

Gambar

66. Diagram Kehilangan Energi Boiler


Kehilangan
berikut
dapat
dihindari

atau
dikurangi :
1) Kehilangan
a. Udara

gas cerobong:
berlebih

(diturunkan hingga ke nilai minimum

yang tergantung dari teknologi burner, operasi (kontrol), dan pemeliharaan).


76

b. Suhu gas cerobong (diturunkan dengan mengoptimalkan perawata (pembersihan),


beban burner yang lebih baik dan teknologi boiler).
2) Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong dan abu.
3) Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang lebih baik.
4) Kehilangan dari blowdown (pengolahan air umpan segar, daur ulang kondensat).
5) Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin kondensat).
6) Kehilangan konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang lebih baik).

77

2.12

EFISIENSI BOILER
2.12.a Efisiensi termis boiler
Efisiensi termis boiler didefinisikan sebagai persen energi (panas) masuk
yang digunakan secara efektif pada steam yang dihasilkan. Efisiensi ini dapat
dievaluasi dengan menggunakan rumus:

Efisiensi Boiler ( )=

Panas Keluar
100
Panas Masuk

Efisiensi Bolier ( )=

Q( hg hf )
100
q GCV

Parameter yang dipantau untuk perhitungan efisiensi boiler adalah:


1. Jumlah steam yang dihasilkan per jam (Q) dalam kg/jam
2. Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam kg/jam
3. Tekanan kerja (dalam kg/cm2(g)) dan suhu lewat panas (oC), jika ada
4. Suhu air umpan (oC)
5. Jenis bahan bakar dan nilai panas kotor bahan bakar (GCV) dalam kkal/kg bahan bakar.
Di mana :
a. hg = Entalpi steam jenuh dalam kkal/kg steam
b. hf = Entalpi air umpan dalam kkal/kg air
Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas yang
diakibatkan oleh:
a. Gas cerobong yang kering
b. Penguapan air yang terbentuk karena H2 dalam bahan bakar
c. Penguapan kadar air dalam bahan bakar
d. Adanya kadar air dalam udara pembakaran
e. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/fly ash
f. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/bottom ash
g. Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Kehilangan yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang
disebabkan oleh pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan tidak dapat
dikendalikan oleh perancangan. Data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi boiler
adalah:
1. Analisis ultimate bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu)
78

2. Persentase oksigen atau CO2 dalam gas buang


3. Suhu gas buang dalam oC (Tf)
4. Suhu ambien dalam oC (Ta) dan kelembaban udara dalam kg/kg udara kering
5. GCV bahan bakar dalam kkal/kg
6. Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar padat)
7. GCV abu dalam kkal/kg (untuk bahan bakar padat)
2.12.b Perhitungan efisiensi boiler
Tahap 1 : Menghitung kebutuhan udara teoritis

{ (

)}

H 2 O2
+(4,32 S)
8
per kg bahan bakar
100 kg

( 11,43 C )+ 34,5
Kebutuhan Udara=

Tahap 2 : Menghitung persen kelebihan udara yang dipasok (EA)


EA=

Persen O2 100
21Persen O2

Tahap 3 : Menghitung massa udara sebenarnya yang dipasok per kg bahan bakar

AAS = 1+

EA
udara teoritis
100

Tahap 4 : Memperkirakan seluruh kehilangan panas


a. Presentase kehilangan panas yang yang diakibatkan oleh gas buang yang kering
kehil angan panas gas buang kering=

m Cp(Tf Ta )100
GCV bahan bakar

Dimana :
m = massa gas buang kering dalam kg per kg bahan bakar
m = (massa hasil pembakaran kering/kg bahan bakar) + (massa N 2 dalam bahan bakar pada
basis 1 kg) + (massa N2 dalam massa udara pasokan yang sebenarnya).
Cp = Panas jenis gas buang (0,23 kkal/kg)
b. Persen kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena adanya H 2
dalam bahan bakar

79

kehilangan panas H 2 dalambahan bakar =

9 H 2 {584+Cp ( Tf Ta ) } 100
GCV bakan bakar

Dimana:
H2 = persen H2 dalam 1 kg bahan bakar
Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (0,45 kkal/kg)
c. Persen kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan bakar
kehilangan panas akibat penguapan=

M {584 +Cp (Tf Ta ) } 100


GCV bakan bakar

Dimana :
M = persen kadar air dalam 1 kg bahan bakar
Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (0,45 kkal/kg)
d. Persen kehilangan panas karena kadar air dalam udara
kehilangan panas=

AAS faktor kelembaban Cp(Tf Ta)


100
GCV bahan bakar

Dimana :
Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (0,45 kkal/kg)
e. Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam fly ash
kehilangan panas=

total abu terkumpul/kg bahan bakar terbakar GCV fly ash 100
GCV bahan bakar

80

f. Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu
bawah/ bottom ash.
kehilangan panas=

total abu terkumpul/kg bahan bakar terbakar GCV Bottom Ash 100
GCV bahanb akar

g. Persen kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Kehilangan radiasi dan konveksi aktual sulit dikaji sebab daya emisifitas
permukaan yang beraneka ragam, kemiringan, pola aliran udara, dll. Pada boiler yang relatif
kecil, dengan kapasitas 10 MW, kehilangan radiasi dan yang tidak terhitung dapat mencapai
1 hingga 2 persen nilai kalor kotor bahan bakar, sementara pada boiler 500 MW nilainya 0,2
hingga 1 persen. Kehilangan dapat diasumsikan secara tepat tergantung pada kondisi
permukaan.
Tahap 5 : Menghitung efisiensi boiler
Efisiensi Boiler ( )=100(i+ii+iii +iv+ v+ vi+ vii)
Dimana :
i

Persentase kehilangan panas yang diakibatkan oleh gas buang yang kering

ii

Persen kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena adanya H2
dalam bahan bakar

iii

Persen kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan bakar

iv

Persen kehilangan panas karena kadar air dalam udara

Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam fly ash

vi

Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/
bottom ash

vii

Persen kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung

81

2.12.c Rasio penguapan


Evaporation Ratio=

Quantity of steam generation


Quantity of fuel consumption

Rasio penguapan yaitu kilogram steam yang dihasilkan per kilogram bahan bakar
yang digunakan. Contohnya adalah:
a. Boiler berbahan bakar batubara: 6 (yaitu 1 kg batubara dapat menghasilkan 6 kg steam)
b. Boiler berbahan bakar minyak: 13 (yaitu 1 kg batubara dapat menghasilkan 13 kg steam)
Walau demikian, rasio penguapan akan tergantung pada jenis boiler, nilai kalor
bahan bakar dan efisiensi.
a. Metode langsung
Perhitungan efisiensi boiler dengan Metode Langsung dikenal juga sebagai
metode input-output karena kenyataan bahwa metode ini hanya memerlukan
keluaran/output (steam) dan panas masuk/input (bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi.
Efisiensi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan rumus:

Efisiensi Boiler (h) =

panas keluar
x 100 %
panas masuk

Efisiensi Boiler (h) =

Q x (hghc)
x 100 %
q x GCV

Parameter yang dipantau untuk perhitungan efisiensi boiler dengan metode


langsung yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Jumlah steam yang dihasilkan per jam (Q) dalam kg/jam


Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam kg/jam
Tekanan kerja (dalam kg/cm2(g)) dan suhu lewat panas (oC), jika ada
Suhu air umpan (oC)
Jenis bahan bakar dan nilai panas kotor bahan bakar (GCV) dalam kkal/kg bahan bakar
Dimana :

a. hg = Entalpi steam jenuh dalam kkal/kg steam


b. hc = Entalpi air umpan dalam kkal/kg air
Contoh :
Cari efisiensi boiler dengan metode langsung dengan data yang diberikan dibawah
ini:
82

Jenis boiler

Berbahan bakar batubara

Jumlah steam (kering) yang dihasilkan (Q):

10 TPJ

Tekanan steam (gauge) / suhu

10 kg/cm2(g)/ 1800C

Jumlah pemakaian batubara (q)

2,25 TPJ

Suhu air umpan

850C

GCV batubara

3200 kkal/kg

Entalpi steam pada tekanan10 kg/cm2 (hg) :

665 kkal/kg (jenuh)

Entalphi air umpan (hc)

Efisiensi Boiler (h) =

85 kkal/kg

10 x ( 66585 )
x 100 =80,56
2,25 x 3200

Dari perhitungan di atas dapat ditentukan bahwa efisiensi boiler sebesar 80,56 %.
Hasil tersebut dapat dikatakan cukup baik, sebab standar efisiensi boiler berkisar antara 70%
hingga 90% (Asmudi, 2011). Setelah diketahui

besar efisiensi boiler, maka hal ini

bermanfaat di masa yang akan datang ketika akan dilakukan pengecekan boiler dalam
rangka maintenance / perawatan alat. Jika setelah dilakukan pengecekan berkala ternyata
diketahui efisiensi boiler menurun maka dapat dilakukan peningkatan efisiensi dengan cara
penanganan secara tepat terhadap bagian boiler yang bermasalah atau penggantian boiler.
Keuntungan metode langsung
a.
b.
c.
d.

Pekerja pabrik dapat dengan cepat mengevaluasi efisiensi boiler


Memerlukan sedikit parameter untuk perhitungan
Memerlukan sedikit instrumen untuk pemantauan
Mudah membandingkan rasio penguapan dengan data benchmark

83

Kerugian metode langsung


a. Tidak memberikan petunjuk kepada operator tentang penyebab dari efisiensi sistim
yang lebih rendah.
b. Tidak menghitung berbagai kehilangan yang berpengaruh pada berbagai tingkat
efisiensi.
2.13

NERACA PANAS
Proses

pembakaran

dalam

boiler

dapat

digambarkan

dalam

bentuk

diagram alir energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana energi
masuk dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai kegunaan
menjadi

aliran

kehilangan

panas

dan

energi.

Panah

dan

tebal menunjukan jumlah

energi yang dikandung dalam aliran masing-masing.

Gambar 67. Diagram neraca energi boiler


Neraca panas merupakan keseimbangan energi total yang masuk boiler terhadap
yang meninggalkan boiler dalam bentuk yang berbeda. Gambar berikut memberikan
gambaran berbagai kehilangan yang terjadi untuk pembangkitan steam.

84

Gambar 68. Kehilangan pada Boiler yang Berbahan Bakar Batubara


Kehilangan energi dapat dibagi kedalam kehilangan yang tidak atau dapat
dihindarkan. Tujuan dari Produksi Bersih dan/atau pengkajian energi harus mengurangi
kehilangan yang dapat dihindari, dengan meningkatkan efisiensi energi. Kehilangan berikut
dapat dihindari atau dikurangi:
a. Kehilangan gas cerobong:
Udara berlebih (diturunkan hingga ke nilai minimum yang tergantung dari
teknologi burner, operasi (kontrol), dan pemeliharaan). Suhu gas cerobong (diturunkan
dengan

mengoptimalkan perawatan (pembersihan), beban; burner yang lebih baik dan

teknologi boiler).
Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong dan abu
(mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang lebih baik),
Kehilangan

dari

blowdown

(pengolahan

air

umpan

segar, daur

ulang

kondensat),
Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin kondensat) Kehilangan
konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang lebih baik).

85

2.14

NILAI KALOR (HEATING VALUE)


Nilai kalor merupakan energi kalor yang dilepaskan bahan bakar pada

waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia yang ada pada bahan bakar tersebut.
Bahan bakar adalah zat kimia yang apabila direaksikan dengan oksigen
(O2) akan menghasilkan sejumlah kalor. Bahan bakar dapat berwujud gas, cair,
maupun padat. Selain itu, bahan bakar merupakan suatu senyawa yang tersusun
atas beberapa unsur seperti karbon (C), hidrogen (H), belerang (S), dan nitrogen
(N).
Kualitas bahan bakar ditentukan oleh kemampuan bahan bakar untuk
menghasilkan energi. Kemampuan bahan bakar untuk menghasilkan energi
ini. sangat ditentukan oleh nilai bahan bakar yang didefinisikan sebagai jumlah
energi yang dihasilkan pada proses pembakaran per satuan massa atau persatuan
volume bahan bakar.
Nilai pembakaran ditentukan oleh komposisi kandungan unsur di
dalam bahan bakar. Dikenal dua jenis pembakaran (Ir. Syamsir A.
Muin, Pesawat- pesawat Konversi Energi 1 (Ketel Uap) 1988:160), yaitu:
2.14.a Nilai Kalor Pembakaran Tinggi
Nilai kalor pembakaran tinggi atau juga dikenal dengan istilah High
Heating Value (HHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan air
dari proses pembakaran ikut diperhitungkan sebagai panas dari proses
pembakaran. Dirumuskan dengan:
HHV = 33950 C + 144200 (H2 O2/8) + 9400 S kj/kg
2.14.b Nilai Kalor Pembakaran Rendah
Nilai kalor pembakaran rendah atau juga dikenal dengan istilah Low
Heating Value (LHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan uap
air dari hasil pembakaran tidak ikut dihitung sebagai panas dari proses
pembakaran. Dirumuskan dengan:
LHV = HHV 2411 (9H2) kj/kg

2.15

KEBUTUHAN UDARA PEMBAKARAN


Kebutuhan udara pembakaran didefinisikan sebagai kebutuhan oksigen

yang diperlukan untuk pembakaran 1 kg bahan bakar secara sempurna yang


meliputi :
2.15.a Kebutuhan udara teoritis (Ut) :
Ut = 11,5 C + 34,5 (H-O/8) + 4,32 S kg/kgBB
2.15.b Kebutuhan udara pembakaran sebenarnya/aktual :
(Us) : Us = Ut (1+) kg/kgBB
2.16

GAS ASAP
Reaksi pembakaran akan menghasilkan gas baru, udara lebih dari

sejumlah energi. Senyawa-senyawa

yang merupakan hasil dari reaksi

pembakaran disebut gas asap.


2.16.a Berat gas asap teoritis
(Gt) Gt = Ut + (1-A) kg/kgBB
Dimana A = kandungan abu dalam bahan bakar (ash)
Gas asap yang terjadi terdiri dari:
a. Hasil reaksi atas pembakaran unsur-unsur bahan akar dengan O2 dari udara
seperti CO2, H2O, SO2
b. Unsur N2 dari udara yang tidak ikut bereaksi
c. Sisa kelebihan udara
Dari reaksi pembakaran sebelumnya diketahui:
1 kg C menghasilkan 3,66 kg CO2
1 kg S menghasilkan 1,996 kg SO2
1 kg H menghasilkan 8,9836 kg H2O
Maka untuk menghitung berat gas asap pembakran perlu dihitung dulu
masing-masing komponen gas asap tersebut (Ir. Syamsir A. Muin, Pesawatpesawat konversi 1 (Ketel Uap) 1988:196):
Berat CO2

3,66 C kg/kg

Berat SO2

2 S kg/kg

Berat H2O

9 H2 kg/kg

Berat N2

77% Us Kg/K

Dari perhitungan di atas maka akan didapatkan jumlah gas asap:


Berat gas asap (Gs) = W CO2 + W SO2 + W H2O + W N2 + W O
Berat gas asap sebenarnya (Gs) Gs = Us + (1-A) kg/kgBB
Untuk menetukan komposisi dari gas asap didapatkan:
Kadar gas = (W gas tersebut / W total gas) x 100%
2.17

VOLUME GAS ASAP


Jumlah oksigen adalah 21% jumlah udara pembakaran. Jadi:
V(o2) = 21% (Va)act ; belum termaksud oksigen yang dikandung

dalam bahan bakar. Oksigen yang terdapat dalam bahan bakar tergantung
persentasenya. Dengan demikian maka volume gas asap basah adalah :

Vg =

3
1,24 (9 H2) m /kgBB

Dimana :
Vg

3
= Volume gas asap (m /kgBB)

= Nilai carbon bahan bakar

= Nilai Sulfur bahan bakar

H2

= Nilai Hidrogen bahan bakar

2.18

HEAT TRANSFER DALAM INSTALASI UAP

2.18.a Heat transfer dalam dapur


Dalam dapur terjadi hantaran kalor (heat transfer) dari hasil pembakaran
bahan bakar terhadap bidang pemanas (heating surface) secara pancaran dan
rambatan (radiasi dan konduksi).
Dari heating surface panas dihantarkan lagi pada air ketel secara
konveksi, hantaran panas secara rambatan dari sebagian panas diabaikan sehingga
perhitungan dari hantaran kalor dalam dapur ketel secara biasa diabaikan.
Kalor dapat dihantarkan dengan 3 cara yaitu :

a. Cara rambatan (conduction)


b. Cara aliran ( convection )
c. Cara pancaran ( radiation )
Dalam hantaran kalor mempunyai dua tipe secara pancaran:
1. Secara langsung (direct)
2. Secara tidak langsung ( indirect)
Radiasi langsung (direct radiation) terjadi dari nyala yang bercahaya,
panggangan (kisi) bahan bakar yang sedang terbakar, hasil pembakaran yang tidak
bersinar. Radiasi tidak langsung (indirect radiation) terjadi dari lapisan dinding
dapur. Hantaran ini terjadi karena getaran yang di kirimkan oleh molekul molekul
yang lebih panas kemudian diserap olehyang lebih dingin tanpa menggunakan
media perantara. Sehingga dapat disimpulkan radiasi yang terjadi akibat
gelombang elektromagnetik. Terjadi pengkonversian dari energi panas menjadi
energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Energi pancaran (radiation
T
E = Bo( 100

energy

T
= 4,9 ( 100

E = Emivisitas dari meterial


Bo= 4,9 + 4,97 , konstanta Boltzman
T = temperatur sumber panas
Bila sumbu x berwarna hitam sempurna :
T
Eo = Bo ( 100

T
= 4,9 ( 100

Untuk benda hitam =1


Dalam meradiasi dua bidang, bidang yang satu melindungi bidang
lainnya maka :
Q1-2 =

T1

B
A
[(
n
o 1
100

T2
] [( 100

Dalam dapur sumber panas itu adalah nyala api, cahaya kuning dari nyala
disebabkan oleh hidrokarbon partikel pijar dari arang dan abu terbang dalam
nyala. Radiasi dalam nyala di tentukan terutama oleh radiasi partikel partikel yang

memenuhi nyala. Jumlah dan ukuran partikel tergantung pada bahan bakar yang
terbakar, mode pembakaran, bentuk dan volume dapur jumlah udara yang
dimasukkan. Panas yang di serahkan dalam dapur
Qf = Wf (LHF) .f [kkal/h]
Wf = pemakaian bahan bakar, kg/h
LHF = Nilai bahan bakar terendah (lower heating value), kkal/kg
f = Efisiensi dapur, 0,90 + 0,97
2.18.b Heat transfer melalui bidang pemanas primer
Bidang pemanas primer dalam ketel uap adalah bidang yang langsung
kontak dengan air ketel sedangkan sisi yang lainnya kontak langsung dengan
sumber panas yang menghantarkan panas melewati dinding ketel secara rambatan.
Heat trasnfer pada alat penguapan. Penguapan yang disebut mendidih
terjadi di permukaan heating surface, uap terjadi dalam bentuk gelembung yang
jika mencpai ukuran tertentu akan memecahkan dan melepaskan diri dan naik
melalui liquida menuju liquid vapour interface. Peristiwa ini disebut dengan
mendidih. Ada beberapa tipe pendidihan:
1. Pool boiling
Terjadi bila heating surface terendam dalam kontainer yang besar
sedangkan gerakan fluida hanya secara aliran bebas.
2. Nucleat boiling
Bila pemanasan berlangsung, intensitas dari hantaran kalor adalah fungsi
dari aliran fluida akibat pertumbuhan dan gerakan dari gelembung.
3. Film boiling
Terjadi bila pada kenaikan perbedaan temperatur t, heat transfer
menurun dengan tajam. Heat transfer berkisan pada t = 40o C. Ini terjadi akibat
jumlah gelembung persatuan waktu lebih besar dibanding dengan jumlah
gelembung yang di lepaskan oleh heating surface.
Tegangan

permukaan

dapat

didefinisikan

sebagai

teanan

yang

menyebabkan permukaan bebas dari fluida bersinggungan. Tegangan ini


terintegrasi dalam tegangan tersebut. Satuan dalam tegangan tersebut adalah
tekanan persatuan panjang dari garis batas sembarangan pada permukaan liquida.
Tegangan yang terjadi akan mengecil dengan adanya kenaikan temperatur dan
mencapai teperatur nol pada titik kritis.

Perubahan tegangan yang terjadi dapat di di buktikan dengan rumua


bechinsky yaitu:
= C ( )4 (kg/m)
keterangan:
= berat jenis liquida
= berat jenis uap pada suhu saturasi
C = faktor keseimbangan.
Untuk air dengan suhu sampai 300o C di pergunakan rumus :
= 0,0071


100

(kg/m)

Tekanan di dalam gelembung uap lebih tinggi daripada tekanan liquida


yang di sebabkan oleh tegangan permukaan. Sesuai dengan rumus iaplace untuk
gelembung yang dalam keseimbangan perbedaan anytara ke dua tekanan yaitu di
gunakan rumus :
t = P1 P =

2
P

(kg/mb.s)

Keterangan :
= tegangan permukaan kg/m
= jari jari kurva gelembung, m.
p = p (tg + t) p (ts)
Untuk menentukan heat transfer coeficientdan heat flux dipakai rumus
Heat transfer coeficient :
Nu = 0,082 Pr-0,45 x Kq-0,70 x Ku1/3
Heat transfer flux :
Kq = 1x 103 Pr0,5 x Ku-2/3 x Ar0,25
Heat transfer pada komponen penghangat lanjut
Superheater untuk ketel ketel pipa air dan pipa tangki dapat dibedakan 2
macam yaitu :
a. Kelas konveksi
b. Kelas radian

Kelas konveksi yaitu super heater yang pemanasanya oleh gas mengalir
secara konveksi jadi pemanasannya berlangsung secara konveksi dan konduksi.
Sedangkan kelas radiasi langsung dari nyala, pembakaran batubara dan dari kisi
panggangan.
Temperatur superheat transfer untuk turbin biasanya 454,4OC sedangkan
pada turbin kapal heat transfer sampai 510 oC. Pada superheater

dalam hal ini

tekanan yang terjadi tetap, perubahan hanyya terjadi pada temperatur yaitu yang
dari temperatur saturasi (tsat) ke temperatur heat (tsh).
1) Kelas konveksi
Pada kelas konveksi super heater mendapat panas dari gas asap sehingga
heat exchange terjadi secara konveksi dan konduksi. Hantaran panas yang terjadi
yaitu :
Q = f. do 1 (tf - two)
Keterangan:
f = heat transfer coeficient dari flue gas
do = diameter luar pipa (m)
tf = temperatur flue gas (oC)
two = temperatur kulit luar pipa
Penghantar kalor melewati dinding pipa secara konduksi
q=

2 (TwoTwi)
Do
ln
Di

kkal/m.h

keterangan :
= faktor konduksi kkal/m. oC.h.
twi = temperatur kulit dalam pipa oC
di = diameter bagian dalam pipa, m.
Hantaran kalor pada uap dalam pipa:
N q = s di ( twi- t s) kkal/m.h

2) Kelas radian
Penempatan super heater radian di letakkan pada pada dapur yang
menyerap panas secara langsung dari hasil pembakaran bahan bakar. Pada ketel
ketel modern dari kelas high pressure dilakukan pemasanagan super heater radian
dan convection superheater. Heat transfer dalam super heater tube adalah sama
dengan heat transfer dalam pipa pipa ketel uap. Luas permukaan super haeater
tergantung kepada
a. jumlah uap yang akan dipanaskan lanjut.
b. Temperatur super heater
a. Untuk dapur yang erbentuk silindris.
Q
2 E
=q=

do
x (tb tw) + Cdi [(
di

Tb
Tw
4
4
)
(
100
100 ) ] kkal/m.h.

b. Untuk dapur yang berbentuk bola


2 E c
Tb
Q = DoDi (Tb-Tw) + C A[ ( 100 )
DoDi

Tw
- ( 100 )

Keterangan :
Q = complex exchange dalam kkal/h
cq
c = koefisien konveksi c =
Gr = angka grashof
Pr = angka prandt
Tb = temperatur pembakaran
Tw=temperatur dinding
Jika heat transfer berlanjut pada dinding maka :
1. Untuk lapisan rata :
Q
eff = A ( TbTw )
2. Untuk lapisan silindris :
eff = c + r

di do
ln
2
di

3. untuk lapisan bulat :


eff = c + r

do2
2

dodi
dodi )

3. 2.18.c Heat transfer melalui bidang pemanas


sekunder
a. Pemanas Udara
4.
Pemanas udara terdapat dua tipe yaitu:
1. Recuperatif
a. Dengan menggunkan pipa pipa atau tubes
b. Plate type
2. Regenertatif type
5.

Kedua pemanas ini menggunakan konveksi dalam

pemindahan pana dari aliran aliran gas asap permukaan logam ke udara
pembakaran dan secara konveksi juga pemindahan panas dari permukaan
logam ke udara pembakaran. Heat transfer pada aparat tergantung pada
beberapa faktor dan jenis dari fluida serta bentuk heating surface.
6.
Bila data fluida panas sebagai berikut :
7. Volume gas asap yang mengalir =Vg ( m3/h)
8. Berat jenis gas asap
=g (kg/m3)
9. Panas jenis gas asap
=Cp

15.

(kkal/kgoC)
10. Temperatur awal gas asap
=tg1 (oC)
11. Temperatur akhir gas asap
=tg2 (oC)
12. Maka panas yang diserap asap :
13. Q = Vg g Cp(tg1 - tg2)
14.
Jika udara dalam fluida di dinginkan maka:
16. Volume udara yang mengalir
=Vu ( m3/h)
17. Berat jenis gas udara
=u (kg/m3)
18. Panas jenis gas udara
=Cu
(kkal/kgoC)
19. Temperatur awal gas udara
=tg1 (oC)
20. Temperatur akhir gas udara
=tg2 (oC)
21. Maka panas yang diserap udara :
22. Q = Vu u Cu(tg1 - tg2) (kkal/h.oC)

23.
24.
2.19

DAPUR (FURNACE)
25. Dapur (furnace) adalah tempat untuk melakukan
pembakaran bahan bakar secara efektif. Ada beberapa
jenis dapur (furnace) tergantung penggunaanya :

a. Furnace untuk pandai besi (forging),

b. Furnace untuk pekerjaan pengecoran logam (foundry),


c. Furnace untuk kebutuhan sistem konversi energy.
26.

Dapur (furnace) adalah suatu ruangan dapur sebagai

penerima bahan bakar untuk melakukan pembakaran, yang dilengkapi


dengan fire grate pada bagian bawah diletakan rangka bakar sebagai alas
bahan bakar, dan pada sekelilingnya adalah pipa-pipa air ketel yang
menempel pada dinding tembok dapur yang mendapat atau menerima
panas dari bahan bakar. Adapun pemindahan panas yang terjadi pada ketel
uap ada 3 proses, yaitu:
1. Pemindahan panas dengan pancaran atau radiasi dari nyala api dan gas panas
kepada dinding ketel dan pipa-pipa air.
2. Panas ini mengalir memalui hantaran atau konduksi dari sisi dinding yang
menerima panas ke sisi dinding yang memberi panas.
3. Selanjutnya panas ini dengan cara singgungan atau konveksi diserahkan kepada
air yang mengalir.
27. Ruang bakar terbagi 2 (dua) bagian, yaitu :
1. Ruang pertama berfungsi sebagai ruang pembakaran, sebagai pemanas yg
dihasilkan dan diterima langsung oleh pipa-pipa air yg berada di dlm ruangan
dapur tersebut (pipa-pipa air) dari drum ke header samping kanan/kiri.
2. Ruang kedua merupakan ruang gas panas yg diterima dari hasil pembakaran
dalam ruang pertama. Di dalam ruang kedua ini sebagian besar panas dari gas
diterima oleh pipa-pipa air drum atas ke drum bawah. Dalam ruang
pembakaran pertama udara pembakaran ditiupkan oleh Blower Forced Draft
Fan (FDF) melalui lubang-lubang kecil disekeliling dinding ruang pembakaran
dan melalui kisi-kisi bagian bawah dapur (Fire grates).
28.

29.

Jumlah udara yang diperlukan diatur melalui klep (Air

Draft Controller) yang dikendalikan dari panel saklar ketel. Sedangkan


dalam ruang kedua, gas panas dihisap Blower (Induced Draft Fan)
sehingga terjadi aliran panas dari ruangan pertama ke ruang kedua dapur.
30. Pembakaran di dalam ruang kedua dipasang sekat-sekat
sedemikian rupa yang dapat memperpanjang permukaan yang dilalui gas
panas, supaya gas panas tersebut dapat memanasi seluruh pipa air,
sebagian permukaan luar drum atas dan seluruh bagian luar drum bawah.
31.
32. 2.19.a Steam drum
33.

Drum atas berfungsi sebagai tempat pembentukan uap yang

dilengkapi dengan sekat-sekat penahan butir-butir air untuk memperkecil


kemungkinan air terbawa uap. Steam drum terletak di bagian atas, adalah suatu
tabung atau bejana yang berisi air dan sebagian uap dengan perbadingan 50%:
50%. Pada steam drum itulah pembuatan uap pada ketel terjadi. Disamping
sebagai tempat pembuatan uap, juga digunakan sebagai tempat penerima air
pengisi ketel. Karena perbedaan suhu pada air pengisisan dan air yang berada di
dalam steam drum dan air yang berada di dalam pipa-pipa, maka terjadilah
sirkulasi air didalam ketel, sehingga air yang bersuhu rendah akan mengalir
kebawah melalui pipa-pipa dan down corner. Demikian pula sebaliknya pada air
yang bersuhu tinggi akan mengalir keatas melalui pipa-pipa disekeliling dapur,
akhirnya menguap pada permukaan air dalam steam drum.

34.

35.

39.

36. Gambar 69 . Ilustrasi steam drum


37.
38. 2.19.b Water drum
Drum bawah berfungsi sebagai tempat pemanasan air ketel

yang didalamnya di pasang plat-plat pengumpul endapan lumpur untuk


memudahkan pembuangan keluar (Blow Down). Water drum terletak
dibagian bawah, adalah suatu tabung atau bejana yang berisi air sebagai
penguhubung pipa-pipa ketel dari pisteam drum. Disamping itu, Water
drum juga berfungsi sebagai tempat pengendapan kotoran-kotoran air
dalam ketel, yang tidak menempel pada dinding-dinding ketel, melainkan
terlarut dan mengendap. Dengan jalan atau perlakuan Blow Down maka
kotoran-kotoran tersebut akan dapat dibuang dan dikeluarkan dari dalam
ketel. Kotoran-kotoran tersebut misalnya : SiO2 , Fe, dsb.

45.

40.
41.
42. Gambar 70. Ilustrasi steam drum & Water drum
43.
44. 2.19.c Pemanas Lanjut (Super Heater)
Uap yang berasal dari penguapan di dalam drum atas belum

dapat dipergunakan oleh turbin uap, oleh karenanya harus dilakukan


pemanasan uap lanjut melalui pipa uap pemanas lanjut (Superheater Pipe),
hingga uap benar-benar kering dengan temperatur 260 oC 340 oC. Pipapipa pemanas uap lanjut dipasang di dalam ruang pembakaran kedua, hal
ini mengakibatkan uap basah yang dialirkan melalui pipa tersebut akan
mengalami pemanasan lebih lanjut.
46. Prinsip kerja Super Heater yaitu pada saat pemanasan, api
harus diatur sehingga suhu dari pipa Super Heater tidak melebihi batas
keamanan yang diizinkan. Suhu dari logam pipa pada waktu pemanasan
ketel biasanya dijaga supaya berada di bawah suhu pipa pada saat ketel
berada pada kapasitas penuh. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengatur
waktu dari saat pemanasan sampai saat tekanan kerja tercapai, dengan
maksud untuk membatasi suhu gas masuk ke superheater pada 5000C
untuk superheater dengan pipa baja biasa.
47. Superheater yang tdak dilengkapi dengan pembuangan atau
drain akan selalu menympan air condensate apda saat pembakaran
dihentikan. Makin banyak condensate yang terkulmpul disitu, makin
banyak pula panas yang dibutuhkan untuk mendidihkan air dalam pipa

superheater, supaya pipa superheater bebar dari air. Pada saat pemanasan
pertama, biasanya membutuhkan waktu yang lama untuk membersihkan
pipa superheater dari air, karena banyak air yang terjebak di pipa
superheater sesudah diadakan hydrostatis test.
48. Cara termudah untuk membuang air tersebut adalah dengan
menguapkannya. Cara ini mengkibatkan kontrol dari suhu gas selama
penaikan tekana menjadi sangat penting, untuk mencegah panas berlebihan
pada pipa yang tidak dilalui oleh uap karena terhambat oleh air. Hal
tersebut juga mengharuskan pembukaan penuh katup pelepas (air vent)
pada superheater sebelum pemanasan ketel dumulai, dan katub haruslah
tatap terbuka sampai dicapai aliran uap dari ketel pada pipa utama 10%
dari kapasitas ketel.
49. Yang menjadi catatan penting adalah bahwa ada uap
mengalir memalui vent tidaklah berarti bahwa semua pipa superheater
telah dilalui uap, beberapa kemungkinan masih mengandung air yang
terjebak di dalamnya dan bila pemanasan berlangsung cepat, pada saat itu
pipa dapat mengalami panas berlebihan (pada bagian permukaan air yang
terjebak) karena tidak ada aliran uap didalamnya.
50. Pada saat penghentian operasi dai ketel katub pelepas
superheater harus dibuka sebelum menutup katub uap utama dan juga pada
setiap saat dimana dimana uap yang melewati katub utama lebih kecil dari
10% dari kapasitas ketel, seperti yang sudah tersebut diatas. Kemungkinan
pipa superheater mengalami panas berlebihan pada saat katub uap ditutub
bila :
1. Ketel masih sangat panas, yaitu pada saat baru berhenti.
2. Ketel masih mengandung banyak bagasse atau abu panas diatas fire grate
yang masih dapat terbakar.
51.

52.

53.
54. Gambar 71. Ilustrasi Super Heater
57.

55.
56. 2.19.d Pipa air (Header)
Pipa-pipa air berfungsi sebagai tempat pemanasan air ketel

yg dibuat sebanyak mungkin hingga penyerapan panas lebih merata


dengan efisiensi tinggi, pipa-pipa ini terbagi dalam:
1. Pipa air yang menghubungkan drum atas dengan header muka atau belakang.
2. Pipa air yang menghubungkan drum dengan header samping kanan atau
samping kiri.
3. Pipa air yang menghubungkan drum atas dengan drum bawah.
4. Pipa air yang menghubungkan drum bawah dengan header belakang.
58. 2.19.e Air heater
59.

Air heater adalah alat pemanas udara penghembus bahan bakar.

Prinsip kerja Air heater yaitu memanaskan udara yang lewat disela-sela pipa
dialirkan udara hembusan dari F.D.F yang lewat di sekitar pipa-pipa yang di
dalamnya mengalir gas bekas dari pembakaran bahan bakar.
60. Udara hembus sebelum melalui Air heater mempunyai suhu yang
sama dengan udara luar yakni sekitar 380C, dan setelah melalui Air heater dapat
mencapai suhu antara 2000C-2300C. Keuntungan penggunaan Air heater adalah :

1. Pemanfaatan kalor gas buang.


2. Pembuatan uap lebih cepat.
61.

66.

62.
63. Gambar 72. Ilustrasi Air heater
64.
65. 2.19.f Dust collector
Dust collector adalah alat pengumpul abu atau penangkap

abu pada sepanjang aliran gas pembakaran bahan bakar sampai kepada gas
buang. Keuntungan penggunaan dust colector adalah :
1. Gas buang akan menjadi bersih, sehingga tidak mengganggu pencemaran
udara.
2. Tidak menjadikan kerusakan alat-alat bantu lainnya, misalnya : pipa-pipa Air
heater, cashing I.D.F yang aus karena gesekan abu, pasir, dsb.
3. Tidak mengganggu jalannya operasi.
67.
68.

69.
70.
71.

Gambar 73. Dust collector

74.

72.
73. 2.19.g Pembuangan gas bekas
Gas bekas setelah ruang pembakaran kedua dihisap oleh

Blower isap (Induced Draft Fan) melalui saringan abu (Dast Colector)
kemudian dibuang ke udara bebas melalui cerobong asap (Chimney)
Pengaturan tekanan didalam dapur dilakukan pada corong keluar Blower
(Exhaust) dengan katup yang diatur secara otomatis oleh alat hidrolis
(Furnace Draft Control).
a. Air seal damper
75. Air seal damper adalah alat yang terdiri dari dua buah damper atas
dan bawah yang bekerja membuka dan menutup secara bergantian yang berfungsi
ganda, yaitu untuk mengeluarkan abu pada Dust collector, juga menjaga agar
udara luar tidak masuk akibat tarikan I.D.F.
b. Ash rotary valve
76.

Ash rotary valve adalah alat bantu yang berfungsi sama

dengan Air seal damper, yaitu untuk mengeluarkan abu pada Dust
collector,juga menjaga agar udara luar tidak masuk akibat tarikan I.D.F
yang membedakan yaitu Ash rotary valve bekerja berputar. Alat-alat
pengaman boiler Mengingat bahwa tekanan kerja dan temperatur ketel
yang sangat tinggi, maka ketel harus dilengkapi dengan alat-alat pengaman
1.

sebagai berikut :
Katup Pengaman (Safety Valve) Alat ini bekerja membuang uap apabila
tekanan melebihi dari tekanan yang telah ditentukan sesuai dengan penyetelan
katup alat ini. Umumnya pada katup pengaman tekanan uap basah (Saturated

Steam) diatur pada tekanan 21 kg/cm2, sedang pada katup pengaman uap
kering tekanannya 20,5 kg/cm2. Penyetelan dilakukan bersama dengan petugas
IPNKK setelah adanya pemeriksaan berkala.
2. Gelas Penduga (Sight Glass) Gelas penduga adalah alat untuk melihat tinggi air
di dalam drum atas, untuk memudahkan pengontrolan air dalam ketel selama
operasi. Agar tidak terjadi penyumbatan-penyumbatan pada kran-kran uap dan
air pada alat ini, maka perlu diadakan penyepuan air dan uap secara periodik
pada semua kran minimal setiap 3 (tiga) jam. Gelas penduga ini dilengkapi
dengan alat pengontrolan air otomatis yang akan membunyikan bell dan
menalakan lampu merah pada waktu kekurangan air. Pada waktu kelebihan air
bell juga akan berbunyi dan lampu hijau yang akan menyala.
3. Kran Spei air (Blow Down Valve) Kran spei air ini dipasang 2 (dua) tingkat,
satu buah kran buka cepat (Quick Action Valve) dan satu buah lagi kran ulir.
Bahan dari kedua kran ini dibuat dari bahan yang tahan tekanan dan temperatur
tinggi.
4. Pengukur Tekanan (Manometer) Manometer adalah alat pengukur tekanan uap
di dalam ketel yang dipasang satu buah untuk tekanan uap panas lanjut dan satu
buah untuk tekanan uap basah. Untuk menguji kebenaran penunjukan alat ini,
pada setiap manometer dipasang kran cabang tiga yang digunakan untuk
memasang manometer penara (Manometer Tera).
5. Kran Uap Induk Kran uap induk berfungsi sebagai alat untuk membuka dan
menutup aliran uap ketel yang terpasang pada pipa uap induk terbuat dari
bahan tahan panas dan tekanan tinggi.
6. Kran Pemasukan Air Kran pemasukan air 2 (dua) buah yaitu satu kran ulir dan
lainnya kran satu arah (Non Return Valve). Kedua alat ini terbuat dari bahan
yang tahan panas dan tekanan tinggi.
77. Peralatan Lain Perlengkapan lain yang diperlukan untuk
ketel uap adalah
a. Alat penghembus debu pada pipa air ketel (Mechanical Soot Blower).
b. Pemasukan air ketel otomatis (Automatic Feed Regulator).
c. Panel-panel listrik komplit dengan alat-alat ukur.
d. Meter pencatat tekanan dan temperature (manometer & Temperatur Recorder).
e. Kran-kran buangan udara, air kondensat, dan header.
c. Soot Blower

78.

Soot Blower adalah alat yang berfungsi sebagai pembersih

jelaga atau abu yang menempel pada pipa-pipa. Alat ini berada pada
dinding-dinding samping kanan kiri ketel. Media pembersihnya adalah uap
yang diambilkan dari steam drum yang bertekanan 11-13 kg/cm2 setelah
melalui steam reducer.
79. Soot Blower bekerja secara manual bekerja secara manual
yang biasannya dilakukan pada setiap 4 jam sekali atau pada saat setelah
dilakukan damping stocker (pembuangan abu dapur). Cara pelaksanaan
Soot blowing adalah berurutan dimulai dari depan atau mengikuti jalannya
gas asap. Hal tersebut dimaksudkan agar mendapatkan hasil penyemprotan
yang bersih dan sempurna.
80.

81. Gambar 74. Ilustrasi Soot Blower


d. Burner
82.

Burner adalah alat yang berfungsi sebagai penyemprot

bahan bakar cair misalnya solar, residu, dll. Pada pabrik gula penggunaan
burner sangat ditekan karena dengan penggunaan burner berarti
menggunakan bahan bakar yang beli, sedangkan pabrik gula adalah

produsen bahan bakar padat yaitu bagasse. Oleh karena itu harus
diupayakan agar mois atau kandungan air pada bagasse sekecil mungkin.
Namun demikian peralatan burner harus tetap dipasang, karena pada
sebelum tersedia bahan bakar bagasse maka Burner harus digunakan.
Selain itu mungkin terjadi gangguan pada pada peralatan bahan bakar
bagasse pada saat operasi.

83.
84. Gambar 75. Burner
85.
e. Blow Down continue
86.

Blow Down continue adalah pembuangan air ketel yang

dilakukan secara terus menerus. Adapun air ketel yang dibuang tersebut
diambilkan dari steam drum yaitu pada permukaan air. Hal tersebut
dilakukan karena menyangkut beberapa hal :
1. Menghilangkan seandainya terjadi buih atau busa pada permukaan air ketel,
karena hal tersebut dapat mengganggu pandangan pada gelas penduga yang
memuliki peranan sangat penting pada ketel.
2. Menurunkan electric conductivity yang terkandung pada air ketel.
87. Aturan seberapa bukaan valve Blow Down continue adalah
bergantung pada bagaimana keadaan atau kondisi air ketel. Dalam kondisi
normal, flow rate Blow Down continue adalah sekitar 3% - 5% dari
kapasitas operasi ketel.
88.
89.

2.20

TARIKAN CORONG ASAP


90.

Untuk pembakaran dapat disuplai dengan sistem tarikan

alamiah (natural draft system), sistem tarikan mekanis (mechanical draft


system) atau bisa juga dengan cara mengkombinasikan kedua sistem ini.
Pada sistem tarikan alamiah, aliran udara dihasilkan oleh satu gaya
pergerakan yang timbul akibat perbedaan berat jenis gas asap didalam
cerobong dengan udara atmosfir. Gaya penggerak ini diimbangi oleh
penurunan tekanan dalam sistem tarikan, dapur pembakaran dan sistem
pembuangan.
91. 2.20.a Tarikan Alam
93.
94.
95.

92. Udara pada keadaan standard:


Vo = volume udara
To = 273 k , temperature standar
kg
Po = 1,033 cm2 , tekanan standar
96.

Tekanan tarikan cerobong adalah perbedaan tekanan antara kolom

udara dengan kolom gas dengan kolom yang sama. Adapun syarat untuk berat
maksimum gas asap melalui corong asap
97. Tarikan udara didalam sebuah sistem aliran alamiah dapat
ditingkatkan dengan cara menaikkan temperatur gas buang atau dengan cara
meninggikan

cerobong.

Meninggikan

cerobong

bukan

hanya

untuk

mengakibatkan naiknya tarikan gas tetapi juga memperbaiki penyebaran hasil


buangan. Tinggi cerobong yang umum adalah 18 hingga 30 meter.
98. 2.20.b Sistem Tarikan Paksa (mekanis)
99. Ada tiga jenis sistem tarikan mekanis. Yaitu:
1) Sistem Tarikan Tekan
100. Pada sistem ini fan utama memompakan udara pembakaran
kedalam dapur. Fan hanya memompakan udara pembakaran yang dingin dan
bersih dan tekanan positif didalam ruang pembakaran meningkatkan koefisien
konveksi tambahan (sideconvection) gas.
2) Sistem Tarikan Isap
101. Pada sistem ini tarikan mekanis, tarikan isap (induced draft), fan
menghisap asap dari ruang pembakaran dan memompanya ke dalam cerobong.
Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam ruang pembakaran dan mampu

mengatasi masalah kebocoran. Fan ini juga menangani gas pembakaran panas,
secara drastis menaikkan kapasitas fan sistem tarikan isap.
3) Sistem Tarikan Kombinasi
102. Pada sistem ini, dapur bekerja pada tekana atmosfir, fan tarikan
tekan mengatasi penurunan tekana pada saluran kerja suplai udara dan
pengangkutan bahan bakar, sementara fan tarikan isap dan cerobong mengatasi
penurunan tekanan pada sistem gas asap termasuk pengendap atau saringan rumah
kantongan (bag house filter). Jadi dengan sistem tarikan kombinasi ini
pemeriksaan dan pemeliharaan lemari nyala dapat dilakukan pada waktu sistem
sedang bekerja.
103. Fan yang digunakan untuk mensuplai udara pembakaran untuk
suatu sistem berbahan bakar fosil adalah mesin yang berukuran besar dan mahal.
Pusat pembangkit daya Labadie milik union Electric Company mempunyai 4 unit
berdaya 600 MWe dan setiap unit menggunakan dua fan tarikan tekan berdaya
1750 hp dan dua fan tarikan isap berdaya 4000 hp. Fan ini digerakkan oleh sebuah
motor induksi arus bola-balik (alternating current) yang besar.
104. Daya fan pada sistem tarikan paksa adalah hasil kali dari tekanan
tarikan paksa dengan kapasitas fan.
105.
2.21

ALAT-ALAT UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI KETEL


106. Keefisiensian dalam sebuah ketel sangat di perlukan karena hal ini

akan menuunjang kerja dari sebuah ketel itu sendidir. Adapun alat untuk
peningkatan efisiensi ketel diantaranya adalah :
a. Pemanasan uap lanjut,
b. Pemanasan air pengisian ketel,
c. Pemanas udara pembakaran.
107. Semua alat tersebut berfungsi untuk meningkatkan efisiensi ketel
dengan jalan mengabsorbsi kembali panas gas dari cerobong asap. Semakin
rendah suhu gas asap yang keluar dari corong asap , semakin kecil pula kerugian
corong asap semakin berkurang kebutuhan bahan bakar untuk membentuk uap.
Hal ini biasa disebut dengan pemanasan uap lanjut, jadi selain menghemat bahan
bakar juga dapat meningkatkan efisisensi mesin (mempertinggi efisiensi instalasi
uap). Untuk memperkecil kerugian pancaran ketel harus dilapisi dengan lapisan
isolasi dengan member lapisan asbes atau magnesia.

108.

2.21.a Pesawat Pemanas Uap Lanjut

109. Sebuah pemanas uap lanjut terdiri dari dua buah kotak pengumpul
yng dipasang beberapa pipa baja tipis, dengan begitu uap panas yang melintasi
pipa tersebut mengabsorbsi gas disekitarnya, mengikuti prinsip heat transfer. Uap
saturasi yang dipanaskan lanjut mengalami kenaikan tamperatur dan tekananya
tidak berubah, karena itu pemakaian uap lebih efisien dibanding bila mesin
menggunakan uap sirtuasi (pemanasan isobar).
110. Arang para dan debu yang melekat pada pipa-pipa pemanas harus
sering dibersihkan agar tidak mengganggu proses penyerahan panas dari gas asap
pada uap yang sedang mengalir, karena menurunnya proses heat transfer. Biasanya
pipa dibersihkan dengan pancaran uap yang dipanaskan lanjut, atau dengan
menggunakan mesin brus khusus.
111.
112.

113.

Gambar 76. Pesawat pemanas uap, ekonomiser, dan pemanas udara


114. Pemanas uap yang biasa digunakan pada ketel Scotch ialah

pemanas uap pipa api dari Schmidt. Pemanas ini sangat disukai karena
konstruksinya sangat sederhana dan sangat berguna, karena menggunakan pipa
baja dengan dinding tipis yang dibentuk menyerupai huruf U dengan diameter 22
mm yang biasanya digabung secara berturut-turut 5 sampai 6 buah pipa yang
berbentuk U, yang masing-masing diberi ujung pipa cerat dan pipa pemasuk.

Kelompok pipa serupa ini disebut elemen. Elemen tersebut diletakkan dalam ketel
dengan berderet-deret. Pada umumnya sebuah elemen manggunakan setengah
baris pipa api yang membujur, sehingga diperlukan dua buah elemen untuk tiap
baris pipa api.
115. Keuntungan dari penggunaan pesawat pemanas Schmidt
ialah; pesawat ini dapat dengan mudah dimasukkan kedalam ketel uap,
sehingga memudahkan saat melakukan penggantian spare pert, panas dapat
lebih banyak diserap dari gas-gas asap daripada menggunaka pipa-pipa
panas yang mempunyai diameter lebih besar.
116. Kerugian dari penggunaan pesawat pemanas ini ialah;
Pertama, uap akan mendapat tekanan lebih besar dalam pipa yang sempit
karena pergeseran di sepanjang dinding pipa dan banyaknya lengkungan
yang singkat menyebabkan kerugia tekanan. Kedua, lubang yang dilewati
gas asap lebih kecil yang memperbesar tahanan sehingga tarikan
berkurang. Oleh karena itu pemanas uap ini hanya digunakan pada ketel
yang bekerja dengan penarikan paksa. Ketiga, karena adanya pipa pemanas
, pipa api akan lebih cepat kotor oleh arang para.
117. Hal ini membutuhkan penghembus arang para pada setiap
kamar nyala api untuk membersihkan arang para yang menempel pada
pipa-pipa api. Keempat, pada pemanas ini suhu tidak dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan.
118.

2.21.b Pesawat Pemanas Air Pengisi Atau

Ekonomiser
119. Selain dapat menghemat bahan bakar, pesawat ini juga mempunyai
keuntungan lain. Air pengisian (feed water) tersebut dimasukkan kedalam ketel
dengan suhu yang lebih tinggi, sehingga air dalam ketel tidak mengalami banyak
pendinginan ketika malakukan pengisia air. Dengan demikian proses penguapan
tidak terganggu, karena hampir tidak terjadi perubahan suhu secara drastic yang
dapat mengakibatkan kebocoran pipa.
120. Pemanas air buatan Green yang banyak dipakai sejak tahun 1845
untuk ketel-ketel darat yang berbentuk silinder. Pemanas jenis ini terdiri dari
beberapa bagian, yang digabungkan sejajar dan masing-masing bagian tersusun

dari kotak-kotak pengumpu (header) bawah, dan kotak pengumpul atas. Pipa
tersebut mempunya bidang penutup konos pada kedua ujungnya, dan pada kotak
pengumpul dibuat lubang-lubang konis yang sesuai dengan ukuran pipa-pipa
tersebut. Kemudia dibagian atas kotak tersebut terdapat lubang tangan untuk
melakukan pembersihan pipa dari dalam.
121. Sekarang banyak dipergunakan pamanas-pemanas pipa berusuk
(fin), luas dari pipa-pipa ini lebih besar karena adanya rusuk-rusuk eko. Firma
Green mengeluarkan pemanas air ini dalam dua macam pelaksanaan. Untuk
pemanas dengan suhu rendah dibuat dengan menggunakan besi tuang, sedangkan
untuk pipa dengan suhu tinggi digaunakan pipa-pipa baja yang tidak bercelah.
122. Elemen elemen pemanas tersebut dipasang secara mendatar dan
berliku untuk memaksa gas selalu berubah arah aliran ketika melalui pemanas air
dan selalu menyentuh elemen-elemen pemanas. Dengan begitu penyerahan panas
dapat berjalan lebih baik.
123. Pemanas air gas asap termasuk dalam golongan pemanas air tekan,
pemanas tersebut dipasang dalam bantaran pengisian antara pompa pengisian
dengan corong pemanasnya sehingga menjadi bagian hantaran pipa tekan dari
pompa menuju ketel. Salah satu pemanas air tekan yang sering digunakan didalam
kapal ialah pesawat pemanas buatan Schmidt. Dalam kakinya terdapat sebuah
saluran pemasuk di sekelilingnya dan saluran pencerat dibuat radial yang masingmasing disesuaikan dengan cerobong pencerat di luar kaki.
124. Diantara bagian tersebut denagan kotak pengumpul diapasang
elemen pemanasan. Elemen-elemen tersebut terbuat dari tembaga merah yang
dibengkokkan secara spiral dan dibungkus mantel dengan aliran uap panas.
Elemen tersebut diganakan untuk pengisian air yang kemudian dibalikkan ke
saluran pencerat yang radial melalui pencerat yang diputuskan. Uap pemanas yang
berada didalam mantel digunakan untuk memanaskan air yang mengalir di dalam
spiral sehingga air mangalami kondensasi. Pada puncak tertinggi dari kotak
pengumpul, udara dapat memisahkan diri dari air yang sedang berbelok, maka dari
itu dibagian puncak diberikan kran pencerat udara yang selalu dibuka sedikit agar
udara bias keluar sedikit demi sedikit.
125. Selain untuk memanaskan air ketel pemanas tekan mempunyai
keuntunga lain disbanding dengan pemanas isap atau pemanas campuran.

Keuntungan tersebut adalah pemanas tekan tetap terpisah dengan air pengisian
sehingga air pengisian tidak tercampur minyak. Kekuranganya adalah udara tidak
sempurna keluar dari air pengisian, karena itu berada dibawah tekanan ketel.
126. Pesawat pemanas campuran atau pesawat isap dari Weir digunakan
untuk memanaskan air pengisian menggunakan uap bekas dari alat pertolongan
(alat pembantu). Campuran air pengisian dan air kondensat dari uap pemanas yang
berada di bawah dengan pompa utama yang menghisap air pengisian yang telah
dipanaskan.
127. Pemanas air ini mampunya keuntungan bahwa udara yang terdapat
dalam air pengisian dan uap pemanas dengan pembagian yang sangat halus dapat
lebih mudah dikeluarkan, namun kekurangan dari alat ini kemungkinan ada
minyak yang terbawa uap pemanas akan terbawa kedalam air pengisian.
128.

2.21.c Pemanas Udara Pembakaran

129. Pesawat ini dapat digunakan bila pembakaran dalam ketel diatur
dengan penarikan paksa sistem tekan. Fan udara menekan udara lebih tinggi ke
silinder api dari bawah kisi melalui hantaran pipa sehingga bahan bakar dapat
terbakar lebih baik daripada udara pembakaran dimasukkan ke bawah kisi dengan
penarikan biasa. Dengan begitu efisiensi pembakaran menjadi lebih baik, karena
udara dipanaskan terlebih dahulu dalam pemanas udara sebelum dimasukkan
dalam dapur. Sehingga enthalpy udara naik, hal ini menyebabkan penghematan
besar dalam penggunaan bahan bakar.
130. Sebuah pemanas udara pipa terdiri dari beberapa pipa yang
lumayan besar, dan biasanya dipasang berdiri lalu dialiri dengan udara pemanas,
selain itu udara pemanas tetap berada disekitar pipa tersebut, sehingga panas dari
gas tersebut dapat diserahkan pada udara yang sedang mengalir. Pemanas udara
lempengan Howden disusun secara berdekatan satu sama lain sehingga
menghasilkan ruangan pemanas yang sangat besar dalam satu ruang yang terbatas.
131. Udara yang melalui lempengan tersebut bergerak membujur,
sedangkan gas asap panas bergerak tegak lurus (arus bersilang/cross flow)
sehingga dapat dicapai penyerahan panas yang sempurna, karena lempeng tersebut
dibuat bergelombang agar gas dapat bersentuhan dengan lempengan tersebut.
Dengan alat ini kita dapat memperoleh banyak keuntungan daripada pemanas

pipa. Untuk mencegah pembocoran gas dapat dipasangkan baja siku pada titik
pertemuan antara lempengan satu sama lainya. Sebuah penghembus arang para
dipasangkan dalam ruang gas asap untuk membersihkan arang para yang merekat
peda lempengan tersebut.
132. Menurut sistem Howden Ljustrom pemanas udara ini dapat
digunakan untuk instalasi darat dan instalasi kapal yang terdiri dari sebuahkamar
lempeng yang terhubung dengan rotor yang dapat berputar.

133.
134.

Gambar 77. Pemanas Udara


135.

136.

2.21.d Pemanas Deairotor

137. Bila dibandingkan dengan pesawat pemanas air pengisi ketel


(pesawat ekonomiser = eco), maka pada dasarnya sistem pemanasan air ketel ada
dua macam, yaitu ;
1. Sistem pemanas tertutup
2. Sistem pemanas terbuka
138. Pada sistem pemanas tertutup air pengisi ketel tidak berhubungan
dengan media pemanas, jadi sistem hantaran panas (heat transfer system) tidak
langsung namun dengan menggunakan perantara dinding pipa.
139. Pada sistem pemanas terbuka, media pemanas uap bekas atau uap
adi panas dan media yang dipanaskan (air pengisi ketel) langsung kontak dan
saling bertukar panas dan bercampur pada fase yang sama, yaitu fase cair. Ada
beberapa keuntungan sistem pemanas terbuka disbanding dengan sistem pemanas
tertutup, yaitu :
1. Pemakaian material lebih sedikit, karena sistem berbentuk tangki, jadi harganya
lebih murah
2. Sistem perpindahan panas (heat transfer system) sangat baik karena air dan uap
langsung bersinggungan

140. Sebaliknya sistem pemanas terbuka memiliki kekurangan


jika dibandingkan dengan sistem pemanasan tertutup, yaitu :
1. Temperatur air meninggalkan sistem tidak bias melebihi temperatur uap
pemanas, sedang pada sistem pemanas tertutup lebih baik, temperature air yang
meninggalkan sistem dapat lebih tinggi dari temperatur uap saturasi, bila uap
pemanas adalah pemanas adi panas.
2. Setiap sistem pemanas terbuka harus dilengkapi dengan pompa air pengisian
(feeding pump).
141. Setiap siklus regenerative biasanya mempunyai paling
sedikit sebuah pemanas air pengisian terbuka yang bekerja pada tekanan
diatas tekanan atmosfir. Sistem pemanas ini disebut deairating heater
(diarator), yang berfungsi sebagai pemanas disamping pemisah oksigen
dan gas larutan lainnya dari air pengisian ketel, seperti CO2. Hal ini biasa
disebut dengan degassing (pereduksian gas) dengan tujuan untuk
mengurangi efek korosif dari gas tersebut.dilihat dari fungsi yang terakhir,
maka pesawat deaerator lebih cocok digunakan untuk pemurnian air ketel
(feed water treatment). Dengan cara menaikkan dan praktis menjadi titik
nol pada titik didih air, maka okssigen dan dioksida carbon dapat tersisih
dari air pengisi ketel dengan cara de aerasi.
142.
143.

144.

Gambar 78. Pesawat Deaerator

145.
2.22

SIKLUS RANKINE KETEL UAP


146. Siklus

Rankine

adalah

siklus

termodinamika

yang

mengubah panas menjadi kerja. Panas disuplai secara eksternal pada aliran
tertutup, yang biasanya menggunakan air sebagai fluida yang bergerak.

Siklus Rankine merupakan model operasi dari mesin uap panas yang
secara umum ditemukan di pembangkit listrik. Sumber panas yang utama
untuk siklus Rankine adalah batu bara, gas alam, minyak bumi, nuklir, dan
panas matahari.
147. Siklus Rankine kadang-kadang diaplikasikan sebagai siklus
Carnot, terutama dalam menghitung efisiensi. Perbedaannya hanyalah
siklus ini menggunakan fluida yang bertekanan, bukan gas. Efisiensi siklus
Rankine biasanya dibatasi oleh fluidanya. Fluida pada Siklus Rankine
mengikuti aliran tertutup dan digunakan secara konstan. Berbagai jenis
fluida dapat digunakan pada siklus ini, namun air dipilih karena berbagai
karakteristik fisika dan kimia, seperti tidak beracun, terdapat dalam jumlah
besar, dan murah.
148. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara ditinjau
dari fluida kerjanya yang mengalami perubahan fase selama siklus pada
saat evaporasi dan kondensasi, oleh karena itu fluida kerja untuk siklus
Rankine harus merupakan uap. Siklus Rankine ideal tidak melibatkan
beberapa

masalah

irreversibilitas

internal.

Irreversibilitas

internal

dihasilkan dari gesekan fluida, throttling, dan pencampuran, yang paling


penting adalah irreversibilitas dalam turbin dan pompa dan kerugiankerugian tekanan dalam penukar-penukar panas, pipa-pipa, bengkokanbengkokan, dan katup-katup.
149. Temperatur air

sedikit

meningkat

selama

proses

kompresi isentropik karena ada penurunan kecil dari volume jenis air, air
masuk boiler sebagai cairan kompresi

pada

kondisi

dan

meninggalkan boiler sebagai uap kering pada kondisi 3. Boiler pada


dasarnya penukar kalor yang besar dimana sumber panas dari
pembakaran gas, reaktor nuklir atau sumber yang lain ditransfer
secara esensial ke air pada tekanan konstan. Uap superheater pada kondisi
ke 3 masuk ke turbin yang mana uap diexpansikan secara isentropik dan
menghasilkan kerja oleh putaran poros yang dihubungkan pada generator
lisrik. Temperatur dan tekanan uap jatuh selama proses ini mencapai titik

4, dimana uap masuk ke kondensor dan pada kondisi ini uap biasanya
merupakan campuran cairan-uap jenuh dengan kualitas tinggi.
150. Uap dikondensasikan pada tekanan konstan di dalam
kondensor yang merupakan alat penukar kalor mengeluarkan panas ke
medium pendingin.
151.

152.

Gambar 79. Diagram alir siklus Rankine

154.

sederhana
153.
Gambar 80. Diagram T-s siklus Rankine

sederhana
155. Salah satu modifikasi dari siklus Rankine dapat
dilihat pada gambar berikut :
157.

156.
Gambar 81. Diagram alir siklus Rankine dengan

satu tingkat ekstraksi


158. Uap panas lanjut dari ketel memasuki turbin, setelah
melalui beberapa tingkatan sudu turbin, sebagian uap diekstraksikan ke

deaerator, sedangkan sisanya masuk ke kondensor dan dikondensasikan


didalam kondensor. Selanjutnya air dari kondensor dipompakan ke
deaerator juga. Di dalam deaerator, uap yang berasal dari turbin yang
berupa uap basah bercampur dengan air yang berasal dari kondensor.
Kemudian dari deaerator dipompakan kembali ke ketel, dari ketel ini air
yang sudah menjadi uap kering dialirkan kembali lewat turbin.
159. Tujuan uap diekstraksikan ke deaerator adalah untuk
membuang gas-gas yang tidak terkondensasi sehingga pemanasan pada
ketel dapat berlangsung efektif, mencegah korosi pada ketel, dan
meningkatkan efisiensi siklus.
160. Untuk mempermudah penganalisaan siklus termodinamika
ini, proses- proses tersebut di atas disederhanakan dalam bentuk diagram
berikut :
161.
162.

163.
164.

Gambar 82. Diagram T-s siklus Rankine dengan

satu tingkat ekstraksi


165. Siklus Rankine terbuka pada boiler yang ada di Palm Oil
Mill:

166.

167.

Gambar 83.Diagram alir siklus Rankine terbuka

168.
169.

170.

Gambar 84. Diagram T-s siklus Rankine terbuk

171.
172.

2.22.a Prinsip Kerja dari Sistem Siklus Rankine

173. Fluida kerja berupa air jenuh pada kondensor dikompresi pompa
sampai masuk boiler atau ketel uap. Dari proses kompresi pada pompa terjadi
kenaikan temperatur kemudian di dalam boiler air dipanaskan. Sumber energi
panas berasal dari proses pembakaran atau dari energi yang lainya seperti nuklir,
panas matahari, dan lainnya. Uap yang sudah dipanaskan di boiler kemudian
masuk turbin. Fluida kerja mengalami ekspansi sehingga temperatur dan tekanan
turun. Selama proses ekspansi pada turbin terjadi terjadi perubahan dari energi
fluida menjadi energi mekanik pada sudu-sudu menghasilkan putaran poros
turbin. Uap yang keluar dari turbin kemudian dikondensasi pada kondensor

sehingga sebagian besar uap air menjadi mengembun. Kemudian siklus berulang
lagi.
174.

175.

2.22.b Siklus Rankine Pada Boiler


176.

177.

Gambar 85. Siklus Rankine pada boiler

178. Siklus Rankine ideal tidak melibatkan irreversibel internal dan


terdiri dari 4 tahapan proses :
179.

1 2 merupakan proses kompresi isentropik dengan

pompa
180.

2 3 Penambahan panas dalam boiler pada P =

konstan
181.

3 4 Ekspansi isentropik ke dalam turbin

182.

4 1 Pelepasan panas di dalam kondensor pada P =

konstan

183. Air masuk pompa pada kondisi 1 sebagai cairan jenuh dan
dikompresi sampai tekanan operasi boiler. Temperatur air akan meningkat selama
kompresi isentropik ini melalui sedikit pengurangan dari volume spesifik air.
Jarak vertikal antara 1 2 pada T s diagram ini biasanya dilebihkan untuk lebih
amannya proses.
184. Air memasuki boiler sebagai cairan terkompresi pada kondisi 2 dan
akan menjadi uap superheated pada kondisi 3. Dimana panas diberikan oleh boiler
ke air pada T tetap. Boiler dan seluruh bagian yang menghasilkan steam ini
disebut sebagai steam generator.
185. Uap superheated pada kondisi 3 kemudian akan memasuki turbin
untuk diekspansi secara isentropik dan akan menghasilkan kerja untuk memutar
shaft yang terhubung dengan generator listrik sehingga dihasilkanlah listrik. P dan
T dari steam akan turun selama proses ini menuju keadaan 4 dimana steam akan
masuk kondenser dan biasanya sudah berupa uap jenuh. Steam ini akan dicairkan
pada P konstan di dalam kondenser dan akan meninggalkan kondenser sebagai
cairan jenuh yang akan masuk pompa untuk melengkapi siklus ini.
186. Area dibawah kurva proses 2 3 menunjukkan panas yang
ditransfer ke boiler, dan area dibawah kurva proses 4 1 menunjukkan panas yang
dilepaskan di kondenser. Perbedaan dari kedua aliran ini adalah kerja netto yang
dihasilkan selama siklus.
187.

2.22.c Persamaan Energi dan Efisiensi pada

Siklus Rankine
188. Analisis energi ini dilihat dari tiap komponen (alat-alat) yang
terdapat pada siklus Rankine dengan menggunakan asumsi bahwa komponenkomponen tersebut bekerja pada aliran steady. Persamaan energi untuk sistem
yang alirannya steady yaitu:
189.

E = m(h+Ep+Ek)i m(h+Ek+Ep)e+QW

190.

0 = hi he + Q W

191.

Q - W = he hi

192. Persamaan energi untuk masing-masing komponen dapat ditulis:


a. Pompa (Q = 0) Wpompa,in = h2 h1

b. Boiler (W = 0) Qin = h3 h2
c. Turbin (Q = 0) Wturb,out = h3 h4
d. Condenser (W = 0) Qout = h4 h1
193. Berdasarkan hal diatas diperoleh Wnet yaitu :
194. Wnet = Qin Qout = Wturb,out Wpompa,in
195.
196. Efisiensi termal siklus Rankine dapat ditulis :

197.
198.

2.22.e Penyimpangan Siklus Rankine serta Solusi

Penyelesaiannya
199. Penyimpangan dalam siklus Rankine yang terjadi karena:
1) Adanya friksi fluida yang menyebabkan turunnya tekanan di boiler dan
kondensor sehingga tekanan steam saat keluar boiler sangat rendah sehingga
kerja yang dihasilkan turbin (Wout) menurun dan efisiensinya menurun. Hal ini
dapat diatasi dengan meningkatkan tekanan fluida yang masuk.
2) Adanya kalor yang hilang ke lingkungan sehingga kalor yang diperlukan (Qin)
dalam proses bertambah sehingga efisiensi termalnya berkurang.
200. Penyimpangan ini terjadi karena adanya irreversibilitas yang
terjadi pada pompa dan turbin sehingga pompa membutuhkan kerja (Win) yang
lebih besar dan turbin menghasilkan kerja.
201.
2.23 UNJUK KERJA DAN PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
KETEL UAP
202.

2.23.a Instruksi Kerja Perawatan dan Pemeliharaan Sebelum Boiler


Beroperasi
203.
205.

Tuj

uan
208. Uap

206.

Param

209.

eter
Tekana

mengo

n uap

prasika

kering

n boiler
mengha
silkan

325oC.
210. Tekana
n kerja 2021 kg/cm2.

uap.

213.
212.

Ur

Hasil

Penting/Y

utan

ang Perlu

Kerja

Diperhati

215.

Peri

217.

kan
Level

ksa

pada gelas

dulu

duga pada

sebelu

upper

drum pada

dijalan

posisi

kan

NWL

bahwa

(normal

gelas

water

pendug

level) 50

mm H2O.

bekerja
normal.
216.
219. Peri

220.

Tekana

ksa air

n udara 7

compre

kg/cm2.

ssor
untuk
instrum
entasi.
222. Peri
ksa

224.

Harus

sudah

kelistri

stand by

kan

opersional.

pada
panelpanel.
223.
226. Peri

227.

Tekana

ksa

n pumpa

tekanan

harus

pompa

mencapai

residu

12 kg/cm2.

(jika
dipakai
bahan
bakar
residu).
229. Peri

232.

Harus

ksa

damper

damper

posisi

By

terbuka

Pass

100% dan

gas

tutup pada

duct.
230.
231.

tekanan
uap boiler
17kg/cm2
serta
membuka
dampet

234.

Peri

IDF.
235. Posisi

ksa

valve

valve

harus

air vent
upper
drum
dan
super
heater.
238. Peri

terbuka
100%
236. Ditutu
p pada
tekanan
17kg/cm2.
239.

persedi

ksa

aan bahan

bahan

bakar

bakar

ampas dan

(ampas

residu

dan

cukup.

residu).
241. Peri

242.

Tekana

ksa

n vakum

kevaku

10

man

mmH2O.

pada
dapur
pembak
aran.
244. Peri

245.

Level

ksa air

pada

pengisi

tangki

dan air

condensate

umpan

min 600m3
246. Tempe

ketel.

rature
90oC.

248.

Peri

250.

Buka

ksa

by pass

semua

main

valve

steam saat

main

tekanan

steam

uap 14

pada

kg/cm2

HPSH.
249.

pemanasan
turbinturbin dan
tutup valve
by pass
jika tekana
sudah
mencapai
20kg/mm2.

251.
252.

Tabel 2. Instruksi Kerja Perawatan dan


Pemeliharaan Sebelum Boiler

253.
254.

255.

2.23.b Instruksi Kerja Perawatan dan

Pemeliharaan Conveyor Boiler


257.

Tu

juan
261. Un

258.

Param
eter

262.

tuk
Memb
awa
Ampas
Dari
Stasiu
n Mill
Dan
Balik
Dari
Gudan
g
Ampas
Yang
Masuk
Ke
Dapur
Pemba
karan
Boiler.
265.
264.

Ur

Hal

Penting/Y

utan

ang Perlu

Kerja

Diperhati
kan

267.

Per

268.

Mulai

iksa

dari kabel

sistem

power,

kelistri

fuse/sekrin

kan ke

g, lampu

semua

indicator,

panel.

saklar
on/off dan
ampere

271.

Per

meter.
269.
272. Baut-

iksa

baut harus

semua

betul-betul

baut-

padat agar

baut

tidak

pengik

kendur.

at pada
plight.
274. Per

275.

Tidak

iksa

ada yang

semua

bengkok.

plight
yang
terpasa
ng.
277. Per

278.

Agar

iksa

tidak

ketega

terjadi

ngan

rantai

rantai-

lompat

rantai.

dari

sprocket
dan rantai
280.

Per

iksa

berkala

sistem

pelumasan

pelum

pada

asan.
281.
284.

285.

a.

receving
286.
b.

putus.
282. Check

Dil

bearing
dan rantai.
289. Agar

aksana

tidak

kan

terjadi

urutan

ampas

operas

yang

ional

menumpuk

conve

dan tidak

yor.
Start conveyor
Start conveyor

terjadi
kejutan
pemakaian
daya listrik

distributor
287.
c.

Start conveyor

return
288.
d.

Start conveyor

yang besar.

elevator
290.

Tabel 3. Instruksi Kerja Perawatan dan


Pemeliharaan Conveyor Boiler
291.

292.

293.

2.23.c Instruksi Kerja Analisa Air Boiler

294.
296.

Tu

juan
299. Ag

297.

Param
eter

300.

ar air
pengis
i dan
umpan
air
ketel
dapat
meme
nuhi
syarat
standa
rt.
303.
302.

Ur

Hal

Penting/Y

utan

ang Perlu

Kerja

Diperhati

305.

An

alisa
air
pengis
i ketel.

306.

kan
pH

(25oC)
307. Total
hardness
(CaCO3):
< 2 ppm
308. Oxyge
n terlarut
(O2): < 0,5
ppm
309. Minya

k dan
gula : 0

311.

Pe

312.

Persedi

riksa

aan air

persed

yang

iaan

cukup

air

sesuai

pada

pengoprasi

tangki
600m3.
316.

An

alisa
air
umpan
boiler.

an ketel.
313.
314.
317.
pH :
9-10
318. TDS :
< 3000
ppm
319. Minya
k dan
gula : 0
320. Tempe
rature :

322.
324.

105oC
321.
Tabel 4. Instruksi Analisa Air Boiler
323.

325.

2.23.d Instruksi Kerja Hydrostatic Test

326.
328.

Tu

juan
331. Un

329.

Param

332.

eter
Diberi

tuk

tekanan

menge

dari 0 dan

tahui

dinaikkan

kinerja

tekanan

boiler

dibuat

setelah

interval 5

selesai

menit

perbai

untuk

kan/ser

setiap

vice

kenaikan

peralat

tekanan 5

an

kg/cm2

pada

sampai

overho

tekanan 25
kg/cm2.
333.
336. Hal

ule.

335.

Ur

Penting/Y

utan

ang Perlu

Kerja

Diperhati

338.

Per

339.

kan
Jangan

iksa

ada

packin

kebocoran

g-

packing

packin

pada

g man

header,

houle

upper,

dan

lower

hand

drum, dan

houle

handhoule

pada

pada

header,

header.

upper
drum
dan
lower
drum.
341. Per

342.

Baut-

iksa

baut harus

semua

betul-betul

baut-

padat agar

baut

tidak

pada

terjadi

valve-

kebocoran

valve.
344. Per

.
345.

Air

siapka

pada

tangki

kebutu

condensat

han air

e 200-400

untuk

m3.

hydro
test.
347. Pe

348.

Agar

ngisian

tidak ada

air

udara pada

pada

saat diberi

upper

tekanan

drum

pemadatan

harus

maka

penuh.

tidak
terjadi

350.

Per

waterslah.
351. Check

iksa

berkala

pada

selama 5

bagian

menit

packin

melihat

g,

kebocoran

valve,

pipa

kebocoran

air

setiap
penam
bahan
tekana
n
5kg/c
m2,
jika
tidak
keboco
ran
maka
diterus
kan
menai
kkan
tekana

n
untuk
interva
l
berikut
nya.
353. Di

355.

Bila

catat

ada

setiap

kerusakan

interva

maka akan

diperbaiki

kenaik

dan test

an

kembali

tekana
n dan

diulang
356.

peruba
han
penuru
nan
setelah
ditaha
n
selama
5
menit.
354.
357.
358.
360.

Tabel 5. Instruksi Kerja Hydrostatic Test


359.
2.23.e Instruksi Kerja Perawatan dan

Pemeliharaan Turbin Boiler


362.

Tu
juan

363.

Param
eter

365.

Un

tuk

367.

Tempe

rature uap

melaya
ni
operasi
onal
boiler
dengan
memut
ar

325oC.
368. Tekana
n uap : 2021 kg/cm
369. Rpm
turbin
FDF/IDF :
900 rpm
370. Rpm

blower

turbin

dan

FWP :

pompa

2900 rpm

air
pengisi
ketel.
366.
373.
372.

Ur

Hal

Penting/Y

utan

ang Perlu

Kerja

Diperhati
kan

375.

Ga

377.

nti oli
pada
turbin.
376.
379.
Lu
masi
bearin
g dan
metala

381.

n
dengan
gemuk
.
380.
383.

Per

384.

Debu

iksa

dan

sudu-

kotoran.

sudu
pada
turbin.
386. Ga

388.

nti oli
govern
oor.
387.
390. Per

391.

iksa

n tidak ada

pipa-

kebocoran.

pipa
pada
turbin.
393. Per
iksa
paking
dan
baut
pada
sambu
ngan
pipa.
395.

Pastika

394.

396.

Table 6. Instruksi Kerja Perawatan dan


Pemeliharaan Turbin Boiler

397.

2.23.f Instruksi Kerja Pemanasan Boiler


399.

Tuj

uan
402. Per

400.

Param

403.

eter
pH air

siapan

pengisi ; 7,

pengop

dan bahan

rasional

baakar zat

boiler.

kering
50%.
406. Hal

405.

Penting/

Ur

Yang

utan
Kerja

408.

Peri

Perlu Di
Perhatika
409.

n
Mulai

ksa

dari kabel

sistem

power dan

kelistri

kabel

kan

penghubun

kesemu

g,

a panel.

fuse/sekrin
g, lampu
indicator,
saklar
on/off dan
saklar
pengatur
kecepatan.

411.

Peri

412.

Jumlah

ksa

air min

persedi

tersedia

aan air

600 m3.

umpan

Pada

ketel.

tangki

414.

Peri

kondensat.
415. Diguna

ksa

kan untuk

persedi

proses

aan

pembakara

bahan

n pada

bakar

dapur

ampas

boiler.

dan
residu.
417. Peri

418.

Tekana

ksa

n udara

udara

harus 7

kompre

kg/cm2

sor

guna

instrum

memenuhi

ent.

operasiona
l alat

420.

Peri

instrument.
421. Apaka

ksa

h air sudah

persedi

benar-

aan air

benar

pendin

mengalir

gin

dilihat dari

metalan

output

pada air
buangan
dan suhu
air
pendingin
max 34oC
pada
metalan,
bearningbearning
turbin dan

423.

Peri

pompa.
424. Pastika

ksa

n peralatan

dapur

dumping

ruang

grate dan

bakar

laluan

boiler.

ampas
pada
bagasse
feeder

426.

Peri

baik.
427. Sprock

ksa

et, rel dan

rantai-

rantai telah

rantai

distel

convey

keteganga

or.

nnya dan
split pen
lalu siap
dioperasik

an.

429.

Peri

430.

Pastika

ksa

n damper

damper

bypass,

laluan

turbin IDF

udara/g

dan FDF

as.

tidak ada
kebocoran
udara/gas
yang
masuk dan

432.

Pad

keluar.
433. Hari 1-

7,

pemana

temperatur

saan/he

e ruang

ating,

bakar

dilaksa

decontrol.

nakan
secara
terus
meneru
s/
contini
us
kenaika
n
temper
ature
dan

tekanan
/pressur
e secara
teratur.
435. Dil

436.

Dilaku

aksana

kan soda

kan

boiling

soda

untuk

boiling.

pembuang
an/pembila
san
kotoran
yang ada
didalam
perpian,
header dan
drum pada
boiler air
ke ketel
lalu
dilaksanak
an
sirkulasi
air untuk
mendapatk
an pH

438.

Peri

normal (7).
439. Valve

ksa

air vent

valve

harus pada

air

posisi

vent.

terbuka.

440.
441. Tabel 7. Instruksi Kerja Pemanasan Boiler
442.
2.24
KOROSI PADA KETEL UAP (BOILER)
443. Korosi menjadi salah satu masalah yang sangat lazim terjadi pada
boiler. Bahkan dapat dikatakan bahwa, tidak ada boiler yang tidak mengalami
korosi. Karena boiler menggunakan media kerja air yang jika tidak diperhatikan,
akan sangat mudah mengkorosi pipa-pipa boiler.
444. Air murni yang hanya tersusun oleh molekul H 2O dan tanpa ada zat
lain yang terlarut di dalamnya, bersifat tidak korosif. Zat-zat lain yang terlarut di
dalam air lah yang menjadi salah satu pemicu air memiliki sifat yang korosif.
Oksigen menjadi salah satu gas yang mudah larut di dalam air dan menjadi
penyebab utama terjadinya korosi pada pipa-pipa boiler.
445. Temperatur air juga menjadi salah satu faktor pendukung
terjadinya korosi. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa air di dalam boiler
akan mencapai temperatur yang sangat tinggi sesuai dengan jenis boiler yang
digunakan. Air yang berada pada temperatur tinggi akan memiliki sifat-sifat yang
sangat berbeda dengan air pada temperatur ruang. Pada temperatur di atas
temperatur kritisnya, air akan menjadi lebih mudah melarutkan berbagai macam
zat yang bahkan sebelumnya tidak mudah larut. Hal ini diakibatkan karena pada
temperatur tersebut air lebih mudah terionisasi dan pecah membentuk ion-ion
H3O+ dan OH. Faktor inilah yang semakin mendorong terjadinya korosi pada
pipa-pipa boiler.
446.

447.

Gambar 86. Proses Terjadinya Korosi

448. Korosi pada pipa-pipa boiler melibatkan atom Fe yang mengalami


kontak dengan air sehingga teroksidasi membentuk kation Fe 2+ dengan jalan
melepaskan dua elektronnya. Elektron-elektron tersebut selanjutnya akan
mereduksi atom oksigen dan bereaksi dengan air membentuk ion hidroksida.
449.

Fe

Fe2+ + 2e O2 + 2H2O + 4e 4OH


450.

451. Selanjutnya ion Fe2+ bereaksi dengan ion OH membentuk ferro


hidroksida.
452.
2+

Fe + 2OH

Fe(OH)2
453.

454. Pada kondisi kekurangan oksigen, atau biasa disebut dengan


anaerobik, ferro hidroksida dapat teroksidasi lebih lanjut untuk membentuk
lapisan magnetit yang justru bermanfaat bagi boiler untuk mencegah korosi yang
lebih parah.
455.
456.

3Fe(OH)2

Fe3O4 + H2 + H2O
457.

458. Berikut adalah bentuk-bentuk korosi yang terjadi pada boiler:


459.

2.24.a Penipisan Pipa.

460. Korosi pertama pada boiler biasa terjadi pada pipa yang alirannya
mengalami semacam tabrakan atau turbulen, seperti pada lekukan pipa. Kondisi
ini menyebabkan molekul-molekul Fe hanya teroksidasi hingga membentuk Fe2+
dan tidak lebih lanjut membentuk Fe3+ yang berfungsi untuk membentuk magnetit.
Karena tidak terbentuk lapisan magnetit, maka korosi akan lebih dalam mengikis
pipa boiler. Pengikisanpun terus berlanjut didukung dengan aliran fluida di dalam
pipa yang turbulen, sehingga ketebalan pipa berangsur-angsur menipis akibat
korosi jenis ini.
461. Berikut adalah kondisi-kondisi yang memicu terjadinya korosi
jenis ini:
462.

2.24.b Aliran yang bertabrakan.

463.

2.24.c Nilai pH yang rendah

464.

2.24.d Kandungan oksigen di dalam air terlalu

tinggi
465.

2.24.e Adanya zat kimia yang memudahkan besi

untuk lebih mudah terlarutkan


466. Korosi ini sangat berbahaya karena pada suatu saat pipa yang
terkorosi dapat pecah dan meledak akibat tekanan fluida yang tinggi pada sisi pipa
yang menipis. Untuk menghindarinya perlu dilakukan inspeksi menyeluruh pada
setiap bagian pipa boiler. Jika ditemukan tanda-tanda penipisan pipa atau korosi,
segera ganti bagian tersebut dengan pipa baru.
467.
468.

2.25

MENANGGULANGI KOROSI PADA BOILER


469. Korosi bersifat irreversible atau dengan kata lain tidak dapat

kembali ke bentuk asalnya. Sehingga untuk mengatasi terjadinya korosi adalah


hanya dengan jalan pencegahan. Berikut adalah metode-metode untuk mencegah
terjadinya korosi pada boiler:
470.

2.25.a Menghilangkan Kandungan Udara Dalam

Air.
471. Udara atmosfer mengandung sekitar 20% oksigen yang menjadi
komponen penting terjadinya korosi. Udara bebas ini biasa berkontak langsung
dengan pipa-pipa boiler yang tidak sedang beroperasi. Ditambah dengan kondisi
udara yang lembab, korosi pun tidak mungkin dapat dihindari. Sehingga untuk
menggantikan udara bebas yang mengisi pipa boiler saat ia tidak beroperasi,
biasanya digunakan gas nitrogen atau udara yang telah diminimalisir kandungan
air didalamnya dengan menggunakan air dryer.

472.

Gambar 87. Penggunaan Udara Kering Pada

Boiler Yang Sedang Tidak Beroperasi (a) Pengering


Udara (Air Dryer) (b) Udara Kering Dimasukkan
Melalui Pipa Main Steam

473. Pada boiler-boiler berukuran besar, penggunaan sebuah sistem


untuk menghilangkan kandungan udara di dalam air adalah sebuah keharusan.
Berikut adalah sistem tersebut:
a. Deaerator. Alat ini menjadi satu sistem yang saat ini selalu digunakan pada
boiler-boiler besar, karena kepraktisan dan keawetannya. Secara mekanis
deaerator membuang kandungan udara di dalam air boiler dengan jalan
menyemprotkan uap air bertekanan rendah ke aliran air yang berada di dalam
sebuah drum. Uap air panas akan melarutkan udara ke dalam uap tersebut dan
membuangnya melalui saluran venting.

474.

Gambar 88. Deaerator

b. De-activator. Alat ini menggunakan metode sacrificing atau pengorbanan,


yakni dengan jalan mengalirkan air boiler ke dalam sebuah drum besar yang di
dalamnya dilengkapi dengan jaring-jaring baja. Jaring-jaring baja inilah yang
akan mengikat gas-gas terlarut sehingga ia akan mengkorosi jaring-jaring
tersebut. Dengan cara ini diharapkan gas-gas yang memicu terjadinya korosi

tidak akan menyerang pipa-pipa boiler, karena gas-gas tersebut telah


mengkorosi jaring-jaring baja di dalam deactivator. Namun sistem ini tidak
handal, dan membutuhkan biaya yang besar karena jaring-jaring baja di dalam
drum harus sering diganti.
475.

476.
2.26

Gambar 89. Komponen-komponen Deaerato

SISTEM MONITORING KUALITAS AIR BOILER

477. Kualitas air boiler sangat penting untuk diperhatikan, dengan


tujuan agar boiler memiliki usia kerja optimal. Hal ini dikarenakan air boiler
menjadi faktor yang paling utama sebagai penyebab terjadinya korosi pada pipapipa boiler. Dan korosi, menjadi momok perusak yang paling utama terhadap
boiler.
478. Kualitas air boiler ditunjukkan oleh berbagai parameter terukur
yang harus berada pada nilai tertentu untuk dapat merepresentasikan kualitas air
boiler berada dalam kondisi baik. Beberapa parameter penting tersebut antara lain
yaitu:
1. Oksigen terlarut di dalam air sebesar 0,007-0,04 mg/l.
2. Kapur (CaCO3) terlarut di dalam air sebesar 0,03-0,5 mg/l.
3. pH air sebesar 7,5-11.
4. Konduktivitas spesifik air sebesar 100-3500 mS/cm.
479. Lebih lengkapnya, perhatikan 2 tabel berikut ini:

480.
481.

Tabel 8. Standard Kualitas Air Boiler Menurut


APAVE (Association of electrical and steam unit
owners)

482.
483.

Tabel 9. Standard Kualitas Air Boiler Menurut

ABMA (American Boiler Manufacturers Association)


484. Nilai-nilai parameter sifat air di atas berbeda untuk setiap tekanan
kerja boiler. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tekanan kerja boiler, maka akan
semakin tinggi pula temperatur didih air boiler. Sifat-sifat air sangat dipengaruhi
oleh temperatur kerjanya. Semakin tinggi temperatur air, semakin tinggi pula
korosifitasnya. Sehingga semakin tinggi tekanan dan temperatur air, akan semakin
ketat batasan parameter sifat air yang diijinkan.
485. Secara garis besar, sistem monitoring kualitas air boiler dapat
dilakukan dengan dua cara, secara manual dan secara otomatis kontinyu. Secara
manual berarti operator boiler secara berkala melakukan pengambilan sampel air
boiler, dan membawanya ke laboratorium untuk dilakukan pengukuran beberapa
parameter sifat air. Hasil pengukuran yang didapat, menjadi acuan untuk
mengambil keputusan selanjutnya seperti penambahan zat kimia, membuka blow
down valve, atau keputusan lain yang bertujuan untuk menjaga kualitas air boiler
tersebut. Metode monitoring manual ini lebih cocok digunakan pada boiler
berukuran kecil yang beban kerjanya tidak mengalami perubahan secara cepat.
486. Metode monitoring kualitas air boiler yang kedua adalah secara
otomatis kontinyu. Sistem ini secara kontinyu mengambil sampel air boiler dan
mengalirkannya ke sebuah panel khusus (biasa disebut dengan sampling panel).
Di panel khusus ini ada sebuah sistem pendinginan untuk mendinginkan sampel
air boiler, sebelum masuk ke alat ukur parameter sifat air. Sistem ini biasanya
terdapat beberapa alat ukur untuk sekaligus mengukur beberapa parameter dalam
satu waktu. Selain itu sistem ini tidak hanya mengambil sampel air dari boiler
saja, akan tetapi juga mengambil sampel dari berbagai titik yang diperlukan.
Sehingga sistem ini sangat cocok untuk digunakan pada boiler berukuran besar
seperti pada pembangkit listrik tenaga uap.
487.

488.

489.

Gambar 90. Titik-titik Sampling Monitoring


Kualitas Air Boiler Pada Sebuah PLTU

490. Metode monitoring otomatis ini menghasilkan hasil pembacaan


parameter-parameter sifat air boiler lebih spesifik dan real time. Hasil pembacaan

sensor-sensornya terkoneksi langsung ke panel pusat ruang kontrol, sehingga


perubahan apapun yang terjadi akan dengan cepat dapat dideteksi oleh operator.
Dengan kecanggihan sistem ini, membuatnya sangat ideal diaplikasikan pada
boiler-boiler berukuran besar seperti pada PLTU.
491.
492.
493.
494.
495.
2.27

SISTEM KONTROL LEVEL AIR PADA STEAM DRUM


496. Pada boiler, air yang dipanaskan oleh boiler agar menjadi uap, akan

selalu melewati steam drum. Air di dalam steam drum dipompa menuju wall tube
yang letaknya berjajar secara rapat dan didesain menjadi dinding furnace, yaitu
tempat terjadinya proses pembakaran bahan bakar. Pada pipa-pipa inilah air
berubah fase menjadi uap dan kembali menuju steam drum. Selanjutnya air dan
uap air akan dipisahkan oleh steam drum, yang masih berfase air akan dipompa
kembali menuju wall tube, sedangkan yang sudah berfase uap akan menuju pipapipa superheater dan menjadi supply untuk turbin uap.
497. Air pada boiler juga berfungsi sebagai media pendingin pada pipapipanya. Terutama pula di sisi wall tube yang secara langsung ia menjadi dinding
furnace, tempat proses pembakaran. Untuk itulah level air pada steam drum
menjadi parameter yang sangat dijaga untuk memastikan tetap ada media
pendingin bagi pipa-pipa boiler.
498. Parameter lain yang berhubungan dengan level air pada steam
drum yaitu debit aliran uap superheater (main steam) sebagai produk dari boiler,
serta debit aliran feed water yang masuk ke boiler. Dua parameter lain tersebut
mempengaruhi kondisi level air pada steam drum, dan digunakanlah sebuah
sistem kontrol untuk menjaga level air steam drum. Ada tiga cara yang digunakan
oleh sistem kontrol tersebut, yaitu single element, two element, dan three element
control, berkaitan dengan parameter-parameter yang sudah saya sebutkan di atas.
499.

2.27.a Single Element Control

500. Pada sistem kontrol single element, digunakan sensor level air pada
steam drum dan menjadi sinyal input untuk sistem kontrol tersebut. Sebagai
outputnya, sistem kontrol mengeluarkan perintah/sinyal kepada valve kontrol
supply feed water untuk berada pada posisi bukaan tertentu sehingga level air di
dalam steam drum tetap terjaga pada level set point-nya.
501.
502.
503.
504.

505.

Gambar 91. Single Element Control

506. Pada boiler berskala besar yang digunakan oleh pembangkit listrik,
sistem kontrol ini tidak cocok untuk digunakan. Karena boiler pada pembangkit
dituntut untuk selalu menyesuaikan besar produksi uap airnya sesuai dengan
beban listrik yang ada. Saat terjadi perubahan beban listrik (naik misalnya) maka

konsumsi uap air akan naik, sehingga level steam drum turun. Saat level turun itu
perintah untuk valve kontrol feed water agar membuka dikirim. Dapat
dibayangkan bahwa proses kontrol tersebut terlalu lambat untuk merespons
terjadinya perubahan beban listrik.
507.

2.27.b Two Element Control

508. Pada sistem kontrol ini digunakan pula sinyal input berupa debit
aliran main steam / uap superheater, selain sinyal input dari level steam drum. Dua
sinyal input tersebut dijumlahkan dan diproses oleh sistem kontrol untuk
mengatur besar bukaan valve kontrol feed water.
509.

510.
511.

Gambar 92. Two Element Control

512.

513.

Gambar 93. Two Element System Control

514. Pada sistem kontrol ini, besar bukaan dari valve kontrol feed water
diharapkan dapat mensupply debit feed water yang sesuai dengan kebutuhan
untuk menjaga level steam drum. Namun jika supply feed water tidak sesuai maka
level steam drum akan berada di luar set point. Setelah terjadi perubahan level
steam drum tersebut, baru sistem kontrol akan merespons dan bukaan valve
supply feed water akan diatur lagi. Karena sistem kontrol two element ini
memiliki kelemahan, muncullah alternatif three element control.
515.

2.27.c Three Element Control

516. Sistem kontrol ini menggunakan parameter level steam drum, debit
aliran main steam, dan debit aliran feed water sebagai sinyal inputan untuk sistem
kontrol. Sehingga diharapkan level air pada steam drum dapat dijaga untuk tetap

berada pada set point-nya sekalipun terjadi permintaan perubahan beban yang
signifikan.
517.

518.
519.

Gambar 94. Three Element Control

520.

521.

Gambar 95. Three Element System Control

522. Secara umum boiler-boiler pada pembangkit listrik menggunakan


sistem single element control dan two element control. Single elemnt control
digunakan pada saat unit pembangkit start up dan shut down saja. Sedangkan
pada saat beroperasi normal menggunakan three element control karena produksi
uap air yang fluktuatif tergantung oleh kebutuhan beban listrik konsumen.
523.
524.
525.
526.

527.
528.
529.
530.
531.
532.
533.
534.
535.
536.

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
537. Ketel uap adalah sebuah alat untuk menghasilkan uap, dimana
terdiri dari dua bagian yang penting yaitu: dapur pemanasan, dimana yang
menghasilkan panas yang didapat dari pembakaran bahan bakar dan boiler proper,
sebuah alat yang mengubah air menjadi uap. Uap yang dihasilkan bisa
dimanfaatkan untuk:
a. Mesin pembakaran luar seperti: mesin uap dan turbin
b. Suplai tekanan rendah bagi kerja proses di industri seperti industri pemintalan,
pabrik gula dan sebagainya
c. Menghasilkan air panas, dimana bisa digunakan untuk instalasi pemanas
bertekanan rendah.
538. Klasifikasi ketel uap ada beberapa macam, untuk memilih ketel

uap harus mengetahui klasifikasinya terlebih dahulu, sehingga dapat memilih


dengan benar dan sesuai dengan kegunaannya di industri. Berikut klasifikasi dari
ketel uap :
a. Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa

b. Berdasarkan pemakaiannya
c. Berdasarkan letak dapur (furnace posisition)
d. Berdasarkan jumlah lorong (boiler tube)
e. Berdasarkan pada porosnya tutup drum (shell)
f. Berdasarkan bentuk dan letak pipa
g. Berdasarkan peredaran air ketel (water circulation)
h. Bedasarkan tekanan kerjanya

539.

Bagian utama penyusun boiler terditi dari economizer, superheater,

reheater, main steam drum, down comer, furnace, dan blow down.
540. Dalam industri pembangkit listrik, Coal fired power plant atau
pembangkit

listrik

tenaga

uap

merupakan pembangkit

menggunakan uap dari boiler sebagai tenaga pembangkitnya


541.
542.

listrik

dengan

3.2 SOAL EVALUASI


A. MULTIPLE CHOICE
1. Apa satuan daya pada ketel uap.
a. Joule
b. Watt
c. Ampere
d. Hp
543.
2. Perhatikan gambar berikut !

544.
545.
546.
547.
548.
549.
550.
551.
552.
553.
554.Pada gambar Komponen-komponen ketel uap diatas komponen yang
ditunjukkan nomor 5 , yaitu . . .
a. Dearator
b. Furnace
c. Bagasse distribution conveyor

d. Secondary fan
e. Air heater
3. Komponen yang berfungsi untuk memanaskan air yang terkondensasi, ialah . . .
a. Dearator
b. Economizer
c. Chimney
d. Secondary fan
e. Air heater
555.
4. Perhatikan gambar berikut !
556.
557.
558.
559.
560.
561.
562.
563.
564.Gambar di atas merupakan salah satu jenis ketel uap yang berdasarkan
pemakaiannya, yakni . . .
a. Outernally Fired Steam Boiler
b. Single Tube Steam Boiler
c. Multi Fire Tube Boiler
d. Portable Boiler
e. Stasionary Boiler
5. Alat bantu pada ketel yang berfungsi sebagai penghisap gas asap sisa
pembakaran bahan bakar yang keluar dari ketel disebut
a. Induced draft fan
b. Convenyor
c. Forced draft fan
d. Secondary fan
565.
566.
567.

B. ESSAY
1. Sebutkan 2 keuntungan dan kerugian dari ketel uap pipa api dan ketel uap pipa
air !
568.Jawaban :
1.

Keuntungan dan kerugian ketel uap pipa api :


569.Keuntungan :

a) Konstruksi ketel sederhana.


b) Biaya awal murah.
570.Kerugian :
a) Membutuhkan waktu start yang cukup lama untuk mendapat kualitas uap yang
diinginkan
b) Hanya dapat dipakai efisien untuk keperluan dengan kapasitas dan tekanan uap
yang rendah.
2. Keuntungan dan kerugian ketel pipa air.
571.Keuntungan :
a) Menghasilkan uap dengan tekanan lebih tinggi daripada ketel pipa api
b) Untuk daya yang sama menempati ruang yang lebih kecil daripada ketel pipa
api
572.Kerugian :
a) Membutuhkan perhatian yang lebih hati hati bagi penguapannya. Karena itu
akan menimbulkan biaya operasi yang lebih tinggi
b) Pembersihan pipa air tidak mudah dilakukan
573.
2. Jelaskan secara sederhana bagaimana proses dari kerja ketel uap?
574.Jawaban: Proses pertama dimulai dari Air Baru menuju ke pompa, dari
pompa diteruskan ke ketel uap, kemudian pada ketel uap menghasilkan uap
baru yang menuju ke turbin uap dimana langsung diteruskan ke kondensor,
pada kondensor dimasukkan air pendingin/collant kemudian air pendingin
keluar dan dimasukkan air baru lagi yang diteruskan ke pompa. Terus menerus
sirkulasinya seperti itu.
575.
3. Bagaimana cara mengkombinasikan system tarikan alamiah pada tarikan
corong sap?
576.Jawaban: Cara mengkombinasikannya pada tarikan alamiah adalah pada
aliran udara dihasilkan oleh suatu gaya pergerakan yang timbul akibat
perbedaan jenis gas asap didalam cerobong dengan sebuah udara atmosfir

577.
4. Mengapa ketel uap disebut sebagai pembangkit tenaga yang selalu
up to date?
578.
Jawaban: Karena ketel uap termasuk mesin kalor atau
biasa disebut dengan thermal engineering yang mentransfer
energy-energi kimia atau energy otomis menjadi sebuah kerja
(usaha).
579.
5. Sebuah boiler yang menggunakan bahan bakar minyak dengan analisis ultimate
minyak :
580.C
581.H2
582.S
583.O2

: 84 %
: 12,0 %
: 3,0 %
:1%

584.Pada suhu gas buang (Tf) 220 C dan suhu ambien (Ta) 27 C. Memiliki
persentase oksigen (O2) 7% dan karbon dioksida (CO2) 11% dengan
kelembaban udara 0,018 kg/kg udara kering. Hitung efisiensi boiler jika nilai
panas kotor minyak bakar (GCV) 10200 kkal/kg !
585.Jawaban :
H 2O 2
+ ( 4,32 S )
8
100 kg/kg minyak bakar

( 11,43 C ) +{34,5

Kebutuhan udara teoritis=

586.

( 11,43 C ) +{34,5

587.

EA=

( O2 100 ) ( 7 100 )
=

21O 2

217

=50

588.

AAS= 1+

EA
Udara teoritis
100

+ ( 4,32 3 )
( 121
8 )

100 kg/kg minyak bakar


13,82 kg udara/kg minyak bakar

1+

589.

50
13,82
100

590.

1,5 13,82

591.

20,74 kg udara /kg minyak bakar

592.
593.

Memperkirakan seluruh kehilangan panas

594.i Persentase kehilangan panas karena gas buang kering


kehilangan panas=

mCp (Tf Ta) 100


GCV bahan bakar

595. m=massa CO 2+ massa SO 2+ massa N 2+ massaO2


596.
m=

0,84 44 0,03 64 20,74 77


+
+
( 0,07 32 )=21,35 kg /kg bahan bakar
12
32
100

597. kehilangan panas=

21,35 0,23(22027)
100=9,29
10200

598.ii Persentase kehilangan panas karena penguapan kadar air disebabkan


adanya H2 dalam bahan bakar
599. kehilangan panas H 2 dalambahan bakar =

9 H 2 {584+Cp ( Tf Ta ) }
GCV bakan bakar
600.

9 12{584+0,45 ( 22027 ) }
10200

601.
602.iii Persentase kehilangan panas karena kadar air dalam udara
kehilangan panas=

AAS faktor kelembab an Cp (Tf Ta )


GCV bahan bakar

7,10

603.

20,74 0,018 0,45(22027)


10200

604. 0,317
605.vi Persentase kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan lain yang tidak
terhitung untuk boiler kecil diperkirakan kehilangan mencapai 2%
606.

Efisiensi Boiler ( )=100( i+ii+ iii+iv )

609.
610.
611.

607.

100( 9,29+ 7,10+ 0,317+2 )

608.

10017,024=83

612.

DAFTAR PUSTAKA
613.

614.

Asmudi, 2011. Analisa Unjuk Kerja Boiler Terhadap Penurunan Daya


Pada PLTU PT INDONESIA POWER UBP Perak. Journal Penelitian
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan, Institute
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9765-Paper.pdf
615.

Djokosetyardjo, M.J. 2003. Ketel Uap. Cetakan ke-

V. Jakarta:Pradnya Paramitha.
616.

Higgins, LR., PE, and LC. Morrow. 1996. Maintenance Engineering


Handbook. Edisi ke-3. New York:Mc GrawHill Book Company.

617.

Muin, S.A. 1988. Pesawat-pesawat Konversi Energi I (Ketel Uap). Edisi


I. Cetakan Ke-I.Jakarta:CV Rajawali.

618.

Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia. Peralatan Energi


Panas: Boiler & Pemanas Fluida Termis. www.energyefficiencyasia.org

619.

Shield, C.D. 1951. Boiler Type Characteristic and Function. New


York:Mc GrawHill Book Company.

620.

G.T.H. Flanangan, Ceng, FIMarE, MRINA. Marine Boilers Third


Edition.

621.

Thecno Art. Artikel Teknologi. Komponen-komponenBoiler. 20 www


Artikel-Teknologi.com.htm

622. Muin, Syamsir A. 1988. Pesawat-Pesawat Konversi Energi I (Ketel Uap).


Jakarta: Rajawali Pers.
623. Haryanto,

A.

2012.

Jenis-jenis

Boiler.

http://ahmadharyanto.wordpress.com. Diakses 11 September


2015.
624. Heri. 2013. Ketel Uap. http://heri949.blogspot.com. Diakses tanggal 11
September 2014.
625. Agroindustri. 2014. Boiler Ketel Uap. http://agroindustrialis.blogspot.co.id.
Diakses tanggal 12 September 2015

626. Tugasanakkampus.

2015.

Perawatan

Boiler.

http://tugas-anak-

kampus.blogspot.co.id. Diakses 12 September 2015.


627. Kudimang,

Stivano

Regino.

2013.

Ketel

Uap.

http://stivanokundmang.blogspot.co.id. Diakses 12 September 2015.


628. Robby.

2012.

Pengoperasian

Boiler.

http://robby1909.blogspot.com.

Diakses 12 September 2015.


629.
630.
631.
632.
633.
634.
635.
636.
637.
638.
639.
640.
641.

Anda mungkin juga menyukai