TEKNIK KERETA
DAN
GERBONG
MODUL
SISTEM AIR CONDITIONING
PADA KERETA
SEPTEMBER 2014
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………. I-1
B. Deskripsi Singkat Struktur Modul ………………………………………………. I-1
C. Manfaat Modul bagi Peserta ……………………………………………………… I-2
D. Tujuan Pembelajaran ……………………………………………………………….. I-2
1. Kompetensi Dasar ……………………………………………………………….. I-2
2. Indikator Keberhasilan ………………………………………………………… I-2
E. Metode Pembelajaran ………………………………………………………………. I-2
ii
F. Katup Ekspansi Termostatik (Thermostatic Expansion Valve) .. IV-12
G. Katup Ekspansi Termostatik dengan Penyama Tekanan Luar … IV-35
H. Pembagi Aliran (Distributor) …………………………………………………. IV-46
I. Katup Selenoid (Selenoid Valve) ……………………………………………. IV-47
Soal Latihan Pertemuan Ke 2 ………………………………………………….. IV-49
(Pertemuan : Ke 3)
J. Prosedur Mencari Kebocoran …………………………………………………. IV-54
K. Membuat Vakum ……………………………………………………………………. IV-59
L. Mengisi Bahan Pendingin pada Sistem ………………………………….. IV-63
M. Saklar Pemutus Tekanan (Pressure Cut Off Switch) …………….. IV-68
N. Saklar Kontrol Temperatur (Temperature Control) ………………. IV-74
BAB VI. Efisiensi Pemakaian AC untuk Ruangan dan Gangguan Pada Air
Conditioning dan Kemungkinan Penyebabnya
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Contoh Pemakaian Daya Listrik Kereta Makan Eksekutif KM1 AC.
2. Contoh Pemakaian Daya Listrik Kereta Penumpang Eksekutif K1 AC.
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tekanan yang timbul akibat adanya Gaya yang bekerja ….. II-4
Gambar 2.2 Tekanan dari Zat Padat, Cair dan Gas ………………………………. II-4
Gambar 2.4 Hubungan Antara Tekanan Gauge dan Tekanan Absolut ….. II-7
Gambar 2.9 Hubungan antara Skala Celcius dan Fahrenheit ……………… II-14
Gambar 2.10 Perpindahan Kalor Konduksi, Konveksi dan Radiasi ……….. II-15
iv
Gambar 3.1 Aliran Bahan Pendingin dari AC ………………………………………… III-2
v
Gambar 4.16 Memasangang Tabung Sensor Termal dan Pipa
Gambar 4.20 Katup Solenoid, Sambungan Drad Ulir dan Solder ………… IV-45
Gambar 4.25 Pompa Vakum lengkap dengan Alat Pengukur ……………. IV-59
Gambar 4.27 Alat Pengisi Dial-A Charge dengan Kereta Dorong ………. IV-64
Gambar 5.1 Diagram Skematis Unit AC Kereta Penumpang Tipe Package V-8
Gambar 5.3 Susunan Pemipaan dan Katup AC Tipe Package …………….. V-11
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, deskripsi singkat struktur modul, manfaat
modul bagi peserta, tujuan pembelajaran serta metode pembelajaran.
AC KERETA Bab I- 1
BAB 6 : EFISIENSI PEMAKAIAN AC (PERHITUNGAN KEBUTUHAN BTU)
UNTUK RUANGAN DAN GANGGUAN PADA SISTEM AC DAN KEMUNGKINAN
PENYEBABNYA
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
2. Indikator Keberhasilan
E. METODE PEMBELAJARAN
AC KERETA Bab I- 2
1. Tatap Muka
2. Diskusi
3. Penugasan
Penugasan ini merupakan bentuk proses belajar mengajar melalui
bentuk pemberian tugas-tugas tertentu kepada para taruna/i atau
peserta agar para taruna/i atau peserta berperan aktif dalam
belajar, misalnya merangkum materi pelajaran, menyelesaikan
suatu kasus secara mandiri dan lain sebagainya.
4. Praktek/Kunjungan Lapangan
Pada setiap sesi akhir pertemuan, Taruna/i atau peserta diberi soal
latihan untuk mengetahui sejauh mana pendalaman tentang materi
yang diberikan.
AC KERETA Bab I- 4
PERTEMUAN KE : 1
WAKTU : 3 x 50 Menit
Tujuan :
BAB II
Jika kita ingin mempelajari dan mengenal sistem refrigerasi dan AC, hal
utama yang harus dipelajari dan dimengerti adalah dasar-dasar tentang
ilmu fisika, mekanika, dan kimia, yang akan diuraikan secara singkat pada
bagian ini. Konsep-konsep dan formula-formula yang akan diuraikan
terutama ditujukan pada yang bersifat aplikatif.
1. TEKANAN
Massa (m) adalah kuantitas bahan dari suatu benda, yang diukur
dalam gram (g) atau kilogram (kg), dan volume (V) biasanya
dinyatakan dalam cubic centimeter (cm3) atau cubic meter (m3).
Densitas (ρ) didefinisikan sebagai massa per satuan volume dan
volume spesifik (v) sebagai volume persatuan massa, yaitu :
ρ = m/V
v = V/m
Kecepatan (v) lebih tepatnya laju, dari suatu benda yang bergerak
adalah jarak yang ditempuh (s) per satuan waktu (t), dan dinyatakan
dengan persamaan berikut :
v = s/t
dimana,
a = Vt/t
F=mxa
c. Tekanan
P = F/A
Dimana,
P = tekanan
F = gaya total
A = luas total
Gambar 2.2 menunjukkan distribusi tekanan dari tiga maca zat yaitu
padat, cair dan gas terhadap wadah yang ditempatinya.
d. Satuan tekanan
Hukum Pascal : tekanan yang bekerja pada fluida yang berada dalam
satu wadah tertutup akan diteruskan dengan besar
yang sama kesemua arah.
e. Tekanan atmosfir
- Barometer
- Vakum
- 1. Manometer
2. Bourdon tube
2. KERJA MEKANIK
a. Kerja mekanik
Gaya (F) yang bekerja pada suatu benda, sehingga benda tersebut
bergerak dan menempuh jarak sejauh s, maka dikatakan gaya
tersebut melakukan kerja mekanik, yang besarnya dinyatakan dalam
persamaan berikut :
W=Fxs
b. Energi
Di dalam bidang refrigerasi dan AC, tiga jenis energi, yaitu energi
AC KERETA Bab II- 9
mekanik, energi listrik dan energi kalor yang ada dan saling
berkaitan. Walaupun demikian, energi kalor yang paling dominan
diantara dua jenis yang lain, tetapi energi kalor ini umumnya
dihasilkan dari kombinasi antara energi listrik dan energi mekanik.
Sebagai contoh, di dalam unit refrigerasi, energi listrik
menggerakkan motor listrik, dimana motor listrik ini menghasilkan
energi mekanik dalam bentuk putaran poros, yang selanjutnya
memutar kompresor. Kompresor menekan uap refrigerant, sehingga
tekanan dan suhunya naik. Disini terjadi transformasi energi, yaitu
dari energi mekanik menjadi diubah menjadi energi kalor yang
dimiliki refrigerant.
c. Daya
Satuan :
1) Energi kinetik
KE = (1/2).m.V2
2) Energi potensial
PE = m x g x z
a. Kalor
Kalor adalah bentuk dari energi. Disini jelas bahwa kalor dapat
diubah ke bentuk energi lain dan bentuk energi lain dapat diubah
menjadi kalor. Secara termodinamika, kalor didefinisikan sebagai
“energi yang berpindah dari suatu benda ke benda lain karena ada
perbedaan suhu diantara keduanya”.
b. Energi dalam
Energi dalam total dari bahan/zat adalah jumlah energi kinetik dan
potensial molekul :
U=K+P
Dimana,
c. Fasa zat
Zat dapat berada dalam keadaan 3 fasa yang berbeda sebagai zat
padat, zat cair dan gas. Sebagai contoh, air dapat berada dalam fasa
cair, dapat juga sebagai fasa padat (es) dan dapat berupa fasa gas
(uap air).
- Fasa padat
- Fasa cair
d. Temperatur
- Termometer
-
AC KERETA Bab II- 13
- Skala temperatur
˚F = (9/5) x ˚C + 32
a. Secara konduksi
b. Secara konveksi
c. Secara radiasi
a. Konduksi
Aliran kalor dari satu bagian benda ke bagian benda lain yang
mempunyai suhu lebih rendah, karena adanya kontak antara
molekul-molekul benda tersebut. Konduksi dapat juga terjadi antara
dua benda yag mempunyai suhu berbeda yang kontak satu sama
lain.
b. Konveksi
Perpindahan kalor dari suatu fluida ke bagian fluida yang lain yang
mempunyai temperatur lebih rendah akibat dari adanya
percampuran molekul-molekul fluida tersebut.
c. Radiasi
a. Calorie
Satu BTU adalah sejumlah kalor yang dibutuhkan atau diambil untuk
menaikkan temperatur 1 pound air sebesar 1˚F.
a. Kalor Sensibel
Energi kalor yang diberikan atau diambil dari suatu bahan/zat yang
mengakibatkan terjadinya perubahan temperatur disebut “Kalor
Sensibel”. Jika suatu bahan dipanaskan (diberi kalor) maka
b. Kalor Latent
B. AIR CONDITIONING
Air Conditioner adalah salah satu alat yang dapat memenuhi kebutuhan itu.
Pada umumnya orang masih mengira bahwa AC adalah suatu alat yang
hanya dipakai untuk mendinginkan udara di dalam ruangan saja.
Pendapat ini adalah kurang tepat, karena sebenarnya fungsi AC adalah lebih
dari mendinginkan udara saja. Sesuai dengan namanya Air Conditioner
berarti pengatur udara, untuk mengatur udara ini diperlukan 6 macam
pengaturan atau sekurang-kurangnya 3 (tiga) yang pertama harus dipenuhi
dimana batas-batasnya berbeda untuk tiap-tiap orang dan keperluannya.
Adalah derajat panas atau dingin dari udara yang diukur dengan
thermometer.
Pada kelembaban udara yang rendah, suhu udara 30-32°C pada umunya
telah cukup membuat badan kita merasa sejuk dan nyaman. Tetapi pada
kelembaban udara yang tinggi, suhu udara 24-30°C pun kita masih
merasakan tidak sejuk.
Jika orang bergerak keluar dari ruangan dengan suhu yang sangat rendah
(18,3°C) pada kelembaban 55%, lalu masuk ke lain ruangan pada suhu
yang panas (37,8°C) dengan kelembaban 85%, maka banyak orang akan
tidak tahan terhadap perubahan tersebut dan merasa sakit kepala atau
badan menjadi tidak sehat.
2. Kelembaban (humidity)
Udara pada suhu yang tinggi dapat mengandung uap air lebih banyak
daripada udara pada suhu rendah, maka dari itu pada suhu udara yang
dingin kelembabannya rendah.
Pada ruangan yang udaranya tidak dapat mengalir, maka sedikit sekali
perubahan yang dapat diatur dari suhu dan kelembabannya.
Kita tidak dapat mengatur suhu dan kelembaban di dalam ruangan tanpa
udara yang mengalir.
Udara dalam ruangan harus dapat bergerak dan mengalir dalam jumlah
yang cukup, agar dapat diatur dan dibagi merata ke semua bagian dari
ruangan. Yang paling baik untuk mengalirkan udara adalah dengan
memakai fan motor yang cukup besar, agar dapat mencukupi beberapa
kali penggantian udara (air change) tiap jam yang diperlukan bagi
ruangan yang diatur udaranya.
Ventilasi dari udara luar digunakan untuk menambah udara segar dan zat
asam dari udara luar ke dalam ruangan.
TEKANAN (PRESSURE)
Tekanan manometer adalah tekanan yang dapat kita baca atau yang
ditunjukkan oleh jarum pada manometer.
UDARA
Udara terdiri dari campuran gas-gas dan uap air. Udara kering (dry
air) adalah udara tanpa uap air yang terutama teridiri dari Nitrogen
(zat lemas ± 78% dari volume) dan oxygen (zat asam ± 21 %), sisanya
1% terdiri atas karbon dioxida dan sejumlah kecil gas-gas lain seperti
Hidrogen, Neon, Argon, dan lain-lain. Udara kering ini dimana-mana
susunannya sama, tetapi jumlah uap air dalam udara sangat
berbeda-beda tergantung dari tempat dan keadaan udara di
sekitarnya.
AC KERETA Bab II- 22
Uap air dalam udara terutama terjadi oleh penguapan permukaan air
dan bahan-bahan yang mengandung air. Uap air dalam udara yang
paling banyak adalah di dekat tempat yang mengandung banyak air,
sedangkan di tempat yang tidak banyak air, uap air berkurang.
Yang dimaksud dengan udara adalah campuran dari udara kering dan
uap air yang terjadi di alam bebas secara bebas. Semua udara di
dalam keadaan bebas tentu mengandung sejumlah uap air, tidak
seperti udara kering. Udara kering atau udara yang tidak
mengandung uap air, sangat berguna dalam teori dan
perhitungan-perhitungan.
2. Satuan udara
3. Suhu udara
Pada Air conditioning suhu udara yang dipakai adalah suhu dry bulb
(DB), yang dapat dibaca pada termometer dalam keadaan kering.
Jika bulb dalam termometer dibungkus dengan kain putih yang bersih
atau sumbu dan diberi air sampai basah, maka penguapan dari air
yang menyelubungi bulb akan menurunkan suhu termometer dan
suhunya yang kita baca dinamakan wer bulb (WB). Suhu wet bulb
selalu lebih rendah dari pada suhu dry bulb, kecuali jika kelembaban
udara (relative humidity) adalah 100%, maka suhunya adalah sama.
5. Kelembaban (humidity)
Karena berat uap air dalam udara sangat kecil, maka biasanya diukur
dalam grain dan tidak dalam pound (1 grain = 1/7000 lbs).
Keadaan yang sejuk dan nyaman bagi manusia adalah keadaan udara
dalam kamar sebagai berikut :
BAB III
PRINSIP KERJA AIR CONDITIONING (AC)
Gas R-22 (R-12) pada suhu rendah dan tekanan rendah dari Evaporator
masuk ke Kompresor di mampatkan sehingga suhu dan tekanan menjadi
tinggi dan tinggi lalu mengalir ke Kondensor. Kondensor mendapat
pendinginan udara dari luar dan tekanan tinggi akan membuang panasnya
ke luar sambil mengembun dan bentuknya berubah menjadi cair, tetapi
tekanannya masih tetap tinggi. Cairan tersebut lalu masuk ke saringan dan
disini kotoran-kotoran disaring sebelum masuk ke Pipa kapiler atau ke
Ekspantion valve. Dalam Pipa kapiler atau Ekspantion valve cairan
mendapat hambatan dan gesekan yang besar sehingga tekanannya turun
dan suhunya juga turun.
1. Kompresor
2. Kondensor
Bahan pendingin dengan suhu dan tekanan tinggi dalam bentuk gas
mengalir masuk ke Kondensor.
3. Saringan (strainer)
Bahan pendingin cair dengan suhu dan tekanan rendah dari Pipa
kapiler atau Thermostatic expansion valve masuk ke Evaporator dalam
suatu ruangan yang besar dan vakum. Cairan tersebut lalu mendidih
dan menguap sambil mengambil panas dari udara yang mengalir
melalui rusuk-rusuk pipa Evaporator, maka cairan dapat berubah
bentuknya menjadi gas dengan suhu dan tekanan rendah, mengalir
melalui saluran hisap masuk ke Kompresor.
Bahan pendingin yang dipakai pada umumnya R-22 dan sebagian masih
ada yang memakai R-12. Bahan pendingin mengalir ke semua bagian
dari sistem sambil berubah-ubah bentuknya. Di Evaporator menguap
dari cair menjadi gas sambil mengambil panas dan di Kondensor
mengembun dari gas menjadi cair sambil membuang panas.
Bahan pendingin adalah suatu zat yang mudah dirubah bentuknya dari
gas menjadi cair atau sebaliknya. Dipakai untuk mengambil panas dari
Evaporator dan membuangnya di Kondensor.
e. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak boleh terurai setiap kali
dimampatkan (dikompresi) atau diuapkan
k. Harganya murah.
R-12 adalah bahan pendingin yang sangat aman, tidak korosif, tidak
beracun, tidak dapat terbakar atau meledak sendiri, tetapi apabila
berhubungan dengan api yang sedang terbakar atau elemen listrik
yang sedang bekerja dapat membentuk sesuatu yang sangat
beracun.
R-22 mempunyai tekanan dan suhu kerja yang lebih tinggi dari pada
R-12, maka ukuran Kondensor yang menggunakan pendingin udara
harus disesuaikan ukurannya, tidak boleh terlalu kecil, untuk
HP/ton yang diperlukan hampir sama. Minyak dengan R-22 pada
bagian tekanan tinggi dapat bercampur dengan baik, tetapi pada
bagian tekanan rendah terutama pada Evaporator, minyak akan
memisah. Suhu dimana minyak memisah tergantung dari tipe
minyak yang bercampur dengan R-22. Pada Evaporator yang
direncanakan dengan baik, tidak akan terjadi kesukaran untuk
mengembalikan minyak dari Evaporator.
Kemampuan menyerap lembab air oleh R-22 lebih besar dari R-12,
sehingga lebih kecil kemungkinannya terjadi pembekuan dari
lembab air di Evaporator pada sistem yang memakai R-22. Hal ini
sebetulnya bukan merupakan keuntungan karena di dalam sistem
harus bersih dari lembab air.
Freon - 12 Putih
Freon - 22 Hijau
Perhatian :
Bahan pendingin yang diserap (larut) dalam minyak juga sangat besar
pengaruhnya terhadap kekentalan minyak. Misalnya minyak pelumas
murni mempunyai kekentalan 175 SUS pada 100°F, jika terdapat 15%
bahan pendingin R-12 yang larut di dalamnya, mala pada suhu yang
sama kekentalannya menjadi 60 SUS.
Rotasi 280-300
Centrifugal 280-300
Caltex Caplla A B C D E
Shell Clavus 17 27 29 33 37
ESSO Norpol 40 45 45 50 55
Zerice 40 42 45 50 55
C
Foewrex C 151 E.H -
Heavy
RSH
Vsa =
N = Q/V
Dimana,
N = jumlah pergantian udara, kali/jam
Q = debit udara catu, m3/jam
V = volume ruangan, m3
Temperatur udara pada waktu meninggalkan koil pendingin naik
kira-kira 1 -2°C karena adanya penambahan kalor yang dikeluarkan
motor fan dan kebocoran-kebocoran kalor di sepanjang cerobong
udara. Hal tersebut terjadi sebelum udara catu masuk ke dalam
ruangan.
a. Distribusi udara di dalam ruangan
Udara catu dari unit udara harus didistribusikan ke seluruh ruangan
secara merata, sehingga tidak ada satu daerah di dalam ruangan
lebih dingin dan di daerah lain lebih panas.
Pada umumnya, untuk ruangan yang besar, dari cerobong udara,
udara catu dimasukkan ke dalam ruangan melalui lubang-lubang
keluaran yang diletakkan di atas bidang hunian atau tempat lain
yang sesuai.
Jumlah, letak dan jenis diffuser ini harus ditentukan dengan
beberapa pertimbangan, antara lain :
- Dapat memberikan distribusi udara yang merata
Api.
B. Tugas!
Perhatikan gambar aliran bahan pendingin dari AC di bawah ini !
Jelaskan prinsip kerja bahan pendingin dari AC tersebut ?
Tujuan :
BAB IV
c. Kompresor centrifugal
Prinsip kerja dari Kompresor centrifugal adalah sama dengan fan atau
pompa centrifugal, dimana gas dengan tekanan rendah dan kecepatan
rendah dari saluran hisap mengalir melalui poros roda impeller. Waktu
melalui roda impeller gas didorong tegak lurus keluar antara
daun-daun impeller oleh tenaga centrifugal yang timbul dari roda yang
berputar, dan dari ujung daun ke rumah Kompresor dengan kecepatan
yang tinggi dan dengan suhu dan tekanan yang lebih tinggi.
B. KONDENSOR
Kondensor adalah suatu alat untuk merubah bahan pendingin dari bentuk
gas menjadi cair. Panas bahan pendingin dari Kondensor dengan suhu dan
tekanan tinggi, akan keluar melalui permukaan rusuk-rusuk Kondensor ke
udara. Sebagai akibat dari hilangnya panas, maka bahan pendingin gas
mula-mula didinginkan menjadi gas jenuh, yang kemudian mengembun
berubah menjadi cair. Pada AC yang sedang jalan, maka semua bagian
dari pipa-pipa Kondensor akan terasa panas yang merata.
C. EVAPORATOR
1. Konstruksi
2. Cara kerja
Besar pipa menentukan tebal rusuknya, maka untuk pipa yang kecil
dipakai rusuk-rusuk yang tipis sedangkan, pada diameter pipa yang lebih
besar dipakai rusuk-rusuk yang lebih tebal. Jarak rusuk-rusuk antara 8
s/d 14 buah setiap inch panjang tergantung suhu Evaporator, suhu makin
dingin rusuk-rusuk semakin jarang.
Pada freezer atau Cold room, jarak rusuk-rusuk pada Evaporator lebih
lebar, agar tidak menjadi buntu oleh es atau bunga es yang terjadi.
Sedangkan pada air conditioning jarak rusuk-rusuknya lebih sempit agar
didapat luas permukaan yang sebesar-besarnta. Sehingga untuk
kapasitas yang sama, Evaporator dapat dibuat lebih kompak dan kecil
bentuknya. Evaporator dengan rusuk-rusuk harus dipakai dengan fan
motor untuk menambah aliran udara.
D. STRAINER (SARINGAN)
E. PIPA KAPILER
Pipa kapiler bayak sekali macamnya dan ukurannya. Yang diukur yaitu
diameter dalam (inside diameter = I.D), lain dengan pipa tembaga yang
dikur diamter luarnya (outside diamter = O.D).
Setelah tekanan pada sisi tekanan tinggi dan tekanan rendah menjadi
sama, sistem adalah dalam keadaan seimbang (balance), sehingga waktu
kompresor hendak dijalankan kembali, motornya dapat start kembali
dengan mudah.
Pada sistem yang memakai pipa kapiler, jumlah bahan perndingin yang
diisikan harus tepat, tidak boleh lebiih atau kurang. Jumlah bahan
pendingin yang tepat yaitu : apabila pada evaporator telah merata
dinginnya dan tidak ada bunga es yang terjadi, sedangkan sebagian pipa
hipas dekat evaporator juga dingin dan berkeringat, kondensor panasnya
merata. Bahan pendingin yang terlalu banyak diisikan dapt menyebabkan
bagian luar pipa hisap sampai Kompresor berkeringat dan dingin,
Kompresor bersuara lebih keras.
Sedangkan kurang bahan pendingin hanya bagian pipa masuk saja dari
evaporator yang dingin dan dekat pipa kapiler terjadi es, kapasitas
pendinginan dari AC menjadi kurang sekali.
Juga disebut control bulb, feeler bulb, sensing bulb, remote bulb,
power element, thermal element, sensor temperature.
Tabung sensor termal ada yang diisi dengan cairan atau gas
tergantung dari tujuan pemakaiannya. Isi tabung sensor termal
dalam keadaan jenuh dapat memberikan tekanan yang berbeda-beda
pada keadaan dan beban. Tabung sensor termal ada yang diisi
dengan refrigerant sama seperti refrigerant yang dipakai pada
sistem. Ada juga tabung sensor termal yang diisi dengan gas atau
cairan yang tidak sama dengan refrigerant yang dipakai pada sistem
dan disebut isi campuran (cross charged).
Tabung sensor termal diisi dengan beberapa macam gas dan cairan
yang disesuaikan dengan refrigerant yang dipakai dan suhu
evaporator yang direncanakan.
Isi cairan atau gas yaitu isi tabung sama dengan refrigerant yang
dipakai dalam sistem. Isi campuran atau gas yaitu tabung yang diisi
dengan fluida yang tidak sama dengan refrigerant sistem.
Isi cairan (liquid charged) direncanakan untuk bekerja pada suhu -30
sampai 5°C. Isi tabung diatur agar selalu tertinggal sedikit cairan
pada setiap perubahan suhu yang terjadi. Banyak dipakai untuk
cairan conditioning dan refrigerasi komersial dengan suhu sedang.
Apabila diameter pipa isap kurang dari 15,9 mm (5/8” OD), tabung
sensor termal dapat dipasang pada semua kedudukan di bagian
atas atau samping. Hasil yang terbaik apabila tabung sensor termal
dipasang di atas dengan sudut 45° pada bagian atas dari garis
tengah pipa isap yang mendatar.
Juga disebut gas panas atau derajat super panas. Gas panas lanjut
(superheat) adalah gas yang suhunya lebih tinggi daripada suhu
jenuhnya (saturated) pada tekanan yang tertentu. Apabila semua
refrigerant menguap di evaporator, gas refrigerant yang
meninggalkan evaporator menjadi gas panas lanjut, suhunya lebih
tinggi 3 - 8°C daripada suhu evaporator. Suhu tabung sensor termal
juga menjadi lebih tinggi 5 -8°C daripada suhu evaporator.
R – 12 50 Psi 12 Psi
R – 22 90 Psi 20 Psi
R – 11 Biru Y
R – 12 Kuning F F R
R – 13 Biru B E
R - 22 Hijau H V H
R - 113 Biru J Q
R - 114 Biru K B
R - 500 Orange C D
R - 502 Purple R R T
R - 503 Purple O
R - 717 Hitam A A
Methyl Merah
M
Chloride
3. Terjadi perbedaan suhu jenuh atau superheat yang lebih dari 1,1°C =
2°F.
Pada waktu mulai start, suhu tabung sensor termal masih hangat,
lubang katup ekspansi mula-mula membuka sangat lebar. Setelah
Tabung sensor termal dengan isi gas, isi gasnya hanya sedikit,
maka tekanannya tidak dapat naik melebihi batas yang
tertentu. Tekanan maksimum tersebut dapat dibaca pada
manometer. Harus diperhatikan pada waktu mengetes katup
tersebut.
Isi tabung sensor termal yang bocor pada air conditioning dapat
diketahui dari tekanan saluran isap yang rendah dan suhu
evaporator tidak dingin. Refrigeran tidak dapat mengalir ke
evaporator karena lubang katup ekspansi terus menutup. Apabila
isi tabung sensor termal telah bocor semuanya, tekanan saluran
isap akan menjadi sangat rendah. Keadaan yang sama juga terjadi
pada sistem yang tersumbat pada saluran cairan atau isi refrigeran
dari sistim tidak cukup.
Rendamlah tabung sensor termal dalam air es. Suhu air es harus
sekurang-kurangnya 6 - 8˚C lebih rendah dari pada suhu saluran
isap yang diukur pada ( b ) di atas.
Di dalam selinder ada sebuah inti besi ( plunyer atau armature ) yang
mudah dibuat magnet. Apabila kumparan dialiri arus listrik, maka
kumparan tersebut akan menjadi elektro magnet. Gaya yang dibangkitkan
dapat mengangkat plunyer ke tengah kumparan sehingga membuka lubang
katup. Apabila aliran listrik diputuskan, medan magnet akan hilang
sehingga plunyer karena beratnya sendiri akan jatuh dan menutup lubang
katup.
Katup solenoid terdiri dari dua bagian yang disatukan, yaitu kumparan
solenoid pada bagian atas dan bagian bawah katup yang dapat membuka
dan menutup.
Katup solenoid harus dipilih yang tepat untuk pemakaian tertentu, selain
itu cara pemasangan yang tepat juga harus diperhatikan.
Kumparan katup solenoid jangan dipasang di bawah atau lebih rendah dari
katup. Katup solenoid dengan plunyer atau diafragma yang memakai
pegas dapat dipasang pada semua posisi vertikal atau horisontal. Katup
model yang memakai plunyer dan hanya tergantung dari berat plunyer
sendiri untuk menutup lubang katup, harus selalu dipasang dengan
plunyer dalam keadaan tegak keatas dan pipanya mendatar.
Pada waktu memasang harus diperhatikan agar arah aliran dari fluida
harus searah dengan tanda panah pada rumah katup atau in ( masuk )
pada bagian masuk. Apabila memasangnya arah panah dari katup solenoid
terbalik dengan arah aliran fluida (sisi tekanan tinggi pada bagian keluar
dari tutup), tidak lagi dipengaruhi oleh adanya arus listrik. Pada waktu
memasang harus diperhatikan agar jangan terjadi kesalahan yang
demikian.
PERTEMUAN KE 2
a. Evaporator
b. Kondensor
c. Kompresor
d. Pipa kapiler
b. Katup solenoid
Tujuan :
Alat ini adalah cara mencari kebocoran yang paling murah, mudah
dan sedeharna, tetapi air sabun hanya dapat dipakai untuk mencari
kebocoran yang besar dan pada tempat-tempat yang mudah dilihat
dengan mata dan dapat dicapai oleh tangan.
Nyala api dari Leak detector tidak boleh terlalu besar, karena pada
kebocoran yang kecil tidak dapat merubah atau mempengaruhi warna
apinya.
PERHATIAN :
K. MEMBUAT VAKUM.
Beberapa anggapan dari montir yang salah bahwa “ Pada pengisian AC,
sistem tidak boleh dibuat vakum lebih dahulu, karena pada AC kita tidak
akan membuat suhu di Evaporator mencapai 0˚C maka walaupun masih
ada uap air didalam sistem, uap air tersebut tidak akan membeku dan
menyebabkan sistem menjadi buntu”
2. Pada suhu yang tinggi 400 - 500˚C terjadi persenyawaan kimia antara
minyak compressor dengan bahan pendingin dan terbentuk air, asam
hidrochloric dan macam-macam uraian dari minyak. Hasil
persenyawaan kimia ini akan membuat keadaan lebih buruk lagi,
minyak compressor tidak dapat berfungsi lagi dan warnanya berubah.
Jumlah asam dan air semakin lama makin bertambah sehingga
akhirnya dapat menimbulkan kerusakan pada compressor dan motor
listrik.
Dari kejadian di atas dapat kita simpulkan bahwa jika tidak ada
udara di dalam sistem maka tidak akan timbul panas dan motor listrik
tidak akan terbakar, jadi udara dan panas adalah penyebab utama
terjadinya gangguan di atas. Setiap kali sistem diperbaiki, tentu di
AC KERETA Bab IV- 57
dalam sistem tersebut penuh dengan udara, uap air, dan lain-lain gas
juga terdapat kotoran-kotoran seperti debu, pasir, sisa solder dan
lain-lain. Kotoran-kotoran ini ditampung pada saringan sedangkan
udara pada sistem hanya dapat diambil dengan pompa vakum yang
baik dan alat-alat pengukur yang teliti untuk mengukur vakum. Alat
pengukur yang teliti ini sangat penting, karena pada pompa air kita
dapat melihat dan mengukur berapa banyak air yang telah dipompa,
tetapi pada pompa vakum yang sedang bekerja, kita tidak dapat
melihat hasilnya selain hanya mengandalkan pada pembacaan dari
alat-alat pengukur vakum tersebut.
Pada waktu membuat vakum kita harus ingat bahwa pada jarak yang
panjang atau pipa penghubung yang kecil pada diameternya dapat
menyebabkan penurunan tekanan, maka pada ujung pipa tersebut
dapat terjadi perbedaan tekanan yang cukup besar. Pompa vakum
dan alat-alat pengukur yang baik memang mahal harganya. Membuat
vakum sampai 25 atau 28 Hg adalah suatu pekerjaan yang mudah dan
dapat dicapai dengan kompresor bekas alat-alat pendingin, lemari es
atau AC. Sebetulnya dengan alat-alat yang sederhana ini, sebagian
udara dan gas-gas sudah dapat dihisap ke luar, tetapi yang tertinggal
masih relatif banyak dan belum memenuhi syarat untuk diisi.
Vakum yang baik yaitu antara 50 – 100 micron tetapi 1500 – 2000
micron pun sudah cukup baik, hanya orang rupanya masih belum
memahami pengukuran vakum dalam satuan micron tersebut. Micron
adalah suatu satuan metris untuk panjang dipakai untuk mengukur
satuan vakum yang paling kecil.
b. Diisi dengan zat lemas ( gas Nitrogen ) yang kering atau R-22,
sampai tekananya di atas 0 dan didiamkan selama 10 menit.
Untuk membersihkan udara dan uap air dari sistem, juga dapat
dilakukan dengan pembilasan ( purging ), kadang-kadang juga
dikatakan dispoel ( dicuci ) yaitu dengan memasukkan bahan pendingin
ke dalam sistem untuk mendorong adara dan lain-lain kotoran ke luar.
3). Bebas dari zat asam ( Oxygen ), tidak ada udara dan lain-lain gas.
Kita mulai mengisi dengan pendingin gas ( vapour charging ) pada sisi
tekanan rendah atau dengan bahan pendingin cair ( liquid charging )
Pengisian dari sisi tekanan tinggi lebih banyak dipakai pada sistem yang
besar dimana sistem memakai penampung cairan yang besar dan keran
ekspansi ( expansion valve ), sehingga jumlah bahan pendingin yang
diisikan banyak. Disini bahan pendingin yang diisikan sebaiknya dalam
bentuk cairan pada saluran cairan ( liquid line ) dari sistem, maka
tabung bahan pendingin harus dalam keadaan terbalik dengan kerannya
pada bagian bawah.
Pada cara ini kita mengisi AC dengan jumlah berat bahan pendingin
yang tepat sesuai dengan pelat nama ( name plate ) dari unit, maka
unit harus yang masih asli semuanya, bagian-bagian yang rusak harus
diganti dengan yang sama modelnya, jadi isi dari bahan pendingin
tidak berubah jumlah beratnya.
Jika gas tidak dapat mengalir sampai sisa berat yang kita kehendaki,
unit dapat dijalankan sambil pengisian diteruskan hanya dari sisi
tekanan rendah, sedangkan keran pada sisi tekanan tinggi harus
ditutup sampai didapat sisa berat yang tepat. Kemudian kita
tambahkan lagi pengisian 1 ounce ( 28.35 gram ) untuk mengganti
kehilangan pada selang isi.
3). Air pendingin tidak cukup atau terjadi penyumbatan di dalam pipa
kondensor dengan pendingin air.
Pada bagian kiri mempunyai 2 (dua) lajur skala untuk batas tekanan
( range) dan yang satu lagi untuk deferensial. Masing-masing skala
mempunyai jarum petunjuk dengan tombol pengatur yang berlainan.
Tekanan maks. kepada bellow yang masih dapat diterima 341 psi.
Setelah suhu ruangan naik lagi, kontaknya akan menutup kembali. Mesin
pendingin yang besar untuk mengatur suhu ruangan sekarang sudah tidak
banyak yang memakai saklar pemutus tekanan rendah lagi, tetapi
memakai Saklar kontrol temperatur.
BAB V
1. Temperatur udara
2. Kelembaban relatif (RH) udara
3. Temperatur permukaan-permukaan sekeliling
4. Kecepatan aliran udara
5. Tingkat kebersihannya
AC KERETA Bab V- 1
A. PERSYARATAN SISTEM
Sistem Air conditioning dan refrigerasi untuk transportasi (bus, kereta
api, dan sebagainya) memiliki beberapa persyaratan teknis tertentu
dibandingkan dengan sistem untuk ruangan atau gedung yang diam.
Ruangan atau tempat yang ada di Kereta penumpang merupakan faktor
yang amat penting. Sehingga dengan keterbatasan tempat/ruangan yang
ada itu, ada dua kemungkinan peletakan dari unit refrigerasi dan Air
conditioning, yaitu di bawah lantai atau diatas atap, dengan mengikuti
bentuk bentuk dan ruangan yang ada. Dengan demikian, bentuk dari unit
adalah harus kompak.
Unit refrigerasi dan Air conditioning untuk Kereta api harus mampu
beroperasi pada kondisi udara luar yang maksimum, udara berdebu dan
tingkat getaran yang tinggi.
Di sepanjang rel pada umumnya udara berdebu dan sangat korosif,
faktor ini sangat penting untuk diperhatikan, khususnya untuk unit yang
diletakkan di bawah lantai. Unit-unit yang terpasang harus tahan
terhadap semua kondisi cuaca dan tingkat pengotoran. Karena faktor-
faktor kotoran dari luar sulit dihindakan, maka peralatan refrigerasi dan
Air conditioning Kereta api harus mudah dan cepat dapat dibersihkan.
Misalnya kerapatan fins/sirip dari Kondensor ke Evaporator AC Kereta api
lebih renggang (sekitar 8-10 fins/inch) dibanding kan AC untuk tempat
yang tidak bergerak (~18 fins/inch). Fin yang terlalu rapat akan
menyebabkan semakin cepat terbentuknya kotoran dan biaya
pemeliharaan semakin besar.
Unit Air conditioning (AC) Kereta api dan komponen-komponennya
membutuhkan pemeliharaan dan servis yang lebih sering dan cermat
dibandingkan dengan unit-unit untuk keadaan diam.
Kereta penumpang pada Kereta api modern, dimana jendela-jendela dan
pintu-pintunya tertutup secara permanen, tidak dapat digunakan jika
sistem pengkondisian udaranya mengalami kerusakan.
Oleh sebab itu, peralatan AC Kereta api mesti diperlengkapi dengan
komponen-komponen tambahan yang memungkinkan untuk dapat segera
AC KERETA Bab V- 2
dideteksi dan dilakukan perbaikan apabila sistem mengalami kerusakan
atau ketidakberesan dalam operasi.
Motor, Kompresor, Katup ekspansi, dan sebagainya harus mudah
diinspeksi atau direpair. Liquid receiver harus mempunyai Sight glass
sehingga mudah dan cepat dalam pengecekan. Servis valve, pressure-
gage port, dan sebagainya merupakan perlengkapan yang harus ada,
sehingga mudah mengecek kondisi operasional sistem.
B. DISTRIBUSI UDARA
Sistem Cerobong udara yang umum digunakan adalah tipe terpadu.
Cerobong udara catu diletakkan memanjang di tengah-tengah yang
terletak antara atap dan langit-langit. Outlet udara biasanya dari jenis
Ceiling mounted jenis Nozel atau Punka, tapi kadang-kadang jenis
Perforated. Return grill, yaitu lubang udara kembali dari ujung
penumpang ke unit Air conditioning diletakkan tepat di bawah unit
Evaporator. Agar tidak terjadi pengembunan dan untuk memperkecil
kerbocoran kalor, seluruh permukaan cerobong harus diisolasi. Oleh
sebab itu, agar distribusi udara di dalam ruangan merata maka sistem
cerobong udara harus dirancang dengan baik dan memenuhi persyaratan-
persyaratan teknis yang semestinya. Karena salah satu faktor yang
mempengaruhi performansi sistem Air conditioning adalah kemerataan
dari sistem distribusi udara terhadap seluruh ruangan. Harus dihindarkan
adanya tempat-tempat yang lebih dingin atau lebih panas dibandingkan
dengan tempat-tempat lain di dalam ruangan yang sama.
AC KERETA Bab V- 3
temperatur 24-26˚C, dengan kemembaban relatif sekitar 55-65% dan
kecepatan aliran udara sekitar 0,1-0,2 m/sec.
Besarnya jumlah kalor di dalam Kereta harus diserap oleh mesin Air
conditioning tergantung pada temperatur dan RH udara luar, besarnya
energi radiasi matahari yang masuk ruangan melalui jendela dan yang
menimpa dinding luar Kereta, jumlah penumpang dan wattage lampu
yang dinyalakan. Adanya udara luar yang masuk melalui celah-celah
jendela dan pintu, serta udara ventilasi yang sengaja dimasukkan melalui
mesin Air conditioning, juga besar pengaruhnya pada beban kalor ruang
tersebut. Total jumlah kalor yang timbul di dalam ruangan dan masuk ke
dalam ruangan ini disebut sebagai “Beban pendingin ruangan” (Room
Cooling Load). Beban pendinginan ini biasanya dihitung berdasarkan
kondisi-kondisi maksimum yang mungkin terjadi, untuk menentukan
kapasitas unit Air conditioning akan digunakan. Untuk kondisi iklim di
Indonesia, dan kondisi desain udara dalam Kereta sekitar 24˚C dan RH =
55%, dengan jumlah penumpang sebanyak 50 orang dapat diperkirakan
beban pendinginan total Kereta penumpang pada keadaan maksimum.
Dari hasil perhitungan, beban pendinginan dari Kereta tersebut adalah
sekitar 20.000-25.000 kCal/hr atau sekitar 80.000-100.000 BTU/hr.
Sedangkan jumlah udara catu yang dibutuhkan adalah sekitar
3500-4200 m3/hr atau sekitar 2100-2500 CFM. Beban pendinginan
tersebut terjadi pada siang hari, dimana kondisi langit cerah dan
temperatur udara serta RH udara luar tinggi, sekitar 34˚C dan RH 70%.
Pada malam hari dimana temperatur udara luar turun dan tidak ada
matahari, beban pendinginan ruangan juga akan turun.
Besarnya kapasitas pendinginan mesin Air conditioning (unit AC) yang
terpasang seharusnya sama atau sedikit lebih besar daripada dengan
beban pendinginan maksimum Kereta tersebut, agar unit AC mampu
menyerap seluruh kalor yang timbul dan masuk ke dalam Kereta,
sehingga temperatur dan RH udara di dalam Kereta dan dapat dicapai
sesuai dengan yang direncanakan.
AC KERETA Bab V- 4
D. SISTEM REFRIGERASI DAN AIR CONDITIONING
Sistem yang umum digunakan di Kereta Api ada 2 (dua) tipe, yaitu Split
AC Type dan Package Type.
Pemilihan salah satu dari dua tipe tersebut didasarkan pada beberapa
pertimbangan teknis, ruangan yang tersedia dan biaya investasinya.
Kereta-kereta penumpang yang beroperasi di Indonesia menggunakan
kedua sistem tersebut.
1. Split AC type
Sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian Fan Coil Unit
(Indoor Unit) yang diletakkan di dalam Kereta dan Condensing Unit
(Outdoor Unit) yang berada di luar ruangan Kereta, biasanya
diletakkan di bawah lantai. Pada umumnya, unit ini menggunakan
refrigerant-12 (R-12) sebagai fluida kerjanya.
a. Fan Coil Unit
Fan coil unit terdiri dari koil evaporator, fan dan motor fan, katup
ekspansi, solenoid valve dan filter udara serta water drain fan.
Peletakan dari unit ini sebelumnya di bagian atas Kereta dan
bawah atap.
Udara catu yang telah dikondisikan, dimana temperatur dan
kandungan uap airnya telah diturunkan, disalurkan ke ruang
penumpang melalui sistem cerobong yang dihubungkan dengan
bagian Outlet fan coil. Dari ruang penumpang, udara ditarik
kembali dan dicampur dengan udara luar (sebagai udara ventilasi)
untuk dikondisikan kembali. Fan yang digunakan untuk
mensirkulasikan udara, umumnya tipe sentrifugal dengan double
inlet multivane yang digerakkan oleh satu motor.
Katup ekspansi yang digunakan adalah tipe Thermostatic
Expansion Valve (TEV), yang berfungsi untuk mengatur jumlah
aliran refrigerant ke Evaporator, untuk mempertahakan agar
refrigerant yang mengalir ke Evaporator selalu menguap
seluruhnya. Disamping itu, TEV juga berfungsi menjaga perbedaan
tekanan udara antara sisi tekanan rendah dan sisi tekanan tinggi
dari mesin refrigerasi.
AC KERETA Bab V- 5
Pada liquid line (saluran pemipaan refrigerant cair), sebelum TEV,
terdapat solenoid valve. Fungsi dari komponen ini adalah untuk
membuka atau menutup aliran refrigerant ke Evaporator. Jika
beban pendinginan ruangan turun, misalnya pada malam hari atau
temperatur ruangan penumpang turun di bawah temperatur yang
diinginkan (set-point temperature), katup solenoid akan menutup,
maka tidak ada aliran refrigerant ke Evaporator atau jumlahnya
kecil, akibatnya tekanan Kompresor sistem akan turun sampai di
bawah batas setting Low Pressure cut off Switch (LPS), sehingga
switch LPS off dan Kompersor akan mati.
Sebaliknya, bila temperatur ruangan naik, katup solenoid
membuka, refrigerant mengalir kembali ke Evaporator, dan
tekanan suction Kompresor naik melampaui setting tekanan LPS,
switch on, sehingga Kompresor bekerja kembali.
Di bagian bawah Evaporator terdapat wadah untuk menampung
tetesan-tetesan air sebagai hasil dari proses kondensasi uap air
udara oleh Evaporator. Filter udara diletakkan tepat di bagian
masuk Evaporator, untuk menyaring kotoran-kotoran yang
terbawa baik oleh udara balik maupun oleh udara luar.
Penyaringan ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu agar udara
catu ke ruang penumpang selalu bersih dan agar koil Evaporator
tidak cepat kotor.
Sistem yang memakai refrigerant-12, pada keadaan normal,
tekanan evaporasi pada Evaporator adalah sekitar 2,23 – 2,6
kg/cm2G (32-37 psig) yang sesuai temperatur evaporasi sekitar
1,1˚C-4,4˚C (34-40˚F).
b. Condensing Unit
Condensing unit dari AC tipe split terdiri dari komponen-
komponen Kompresor, Kondensor, Fan kondensor dan Motor fan,
Liquid receiver, Filter drier, Switch low dan High cut off, dan
AC KERETA Bab V- 6
biasanya juga dilengkapi dengan Pressure gage. Unit ini pada
umumnya diletakkan di bagian bawah lantai.
Kompresor yang digunakan biasanya dari jenis “Semi Hermatic
Compressor”, dengan 6 silinder blok, yang dilengkapi dengan
pompa oli, over load, dan capacity control.
Gas refrigerant dari Evaporator dihisap masuk oleh Kompresor dan
dikompresi, sehingga tekanan dan tempreraturnya naik. Gas ini
kemudian dialirkan ke Kondensor untuk dicairkan kembali. Bila
tekanan discharge (tekanan keluaran kompresor) naik melebihi set
point tekanan High Pressure cut off Switch (HPS), misalnya karena
ada penyumbatan di salah satu komponen sistem, sebagai contoh,
adanya penyumbatan di Filter drier, maka switch HPS off dan akan
mematikan kerja Kompresor. Demikian juga bila tekanan suction
turun sampai di bawah set point tekanan LPS, switch LPS off dan
akan mematikan kerja Kompresor.
Tujuan dari sistem pengaturan kapasitas pada Kompresor antara
lain adalah agar Kompresor dapat segera menyesuaikan kapasitas
kompresinya apabila terjadi perubahan beban pendinginan tanpa
menimbulkan perubahan efisiensi dan juga untuk mengurangi torsi
pada saat Kompresor start. Untuk kompresor jenis semi hermatic,
umumnya menggunakan by pass system, dimana gas dari bagian
Discharge silinder yang satu disalurkan kembali ke bagian suction
dari silinder yang lain. Koil kondensor terbuat dari bahan
tembaga, denga jarak antara fin sekitar 3 mm. Udara pendingin
Kondensor dialirkan oleh 2 (dua) buah fan tipe axial.
Pada kondisi operasi dalam keadaan normal temperatur
kondensasi di Kondensor sekitar 16-22˚C (61-72˚F) di atas
temperatur udara pendingin (udara luar). Bila temperatur udara
luar 34˚C maka temperatur kondensasinya sekitar 50-56˚C (122-
133˚F), yang sesuai dengan tekanan kondensasinya yaitu sekitar
11,3-12,8 kg/cm2G (160-182 psig).
AC KERETA Bab V- 7
2. Package AC Type
Sistem Air conditioning tipe Package merupakan tipe yang kompak,
dimana seluruh komponen refrigerasi, seperti Kompresor, Kondensor,
Evaporator, Katup ekspansi, Receiver, dan lain-lain berada dalam satu
tempat (casing). Unit ini diletakkan di atas atap kereta, yang
dibuatkan tempat khusus sehingga tidak menonjol melebihi
permukaan atap.
Sistem ini menggunakan refrigerant-22 (R-22) sebagai fluida kerjanya.
Pada gambar 5.1 menunjukkan skematis dari sistem, sedangkan
gambar 5.2 memperlihatkan sistem AC package secara lengkap.
AC KERETA Bab V- 8
Gambar 5.2 : Unit AC tipe package
AC KERETA Bab V- 9
berjumlah 2 buah, masing-masing untuk koil sebelah kiri dan kanan.
Masing-masing koil Evaporator mempunyai katup ekspansi sendiri-
sendiri.
Tipe katup ekspansi yang digunakan adalah Thermostatic Expansion
Valve (TEV), TEV ini mengalirkan refrigerant ke koil dengan jumlah
yang tepat sama dengan yang menguap di dalam koil, yaitu untuk
mencegah adanya refrigerant dalam bentuk cair menuju ke
Kompresor. Katup bekerja berdasarkan tekanan diferensial antara
tekanan uap di Evaporator dan tekanan yang ada di dalam thermal
bulb dari TEV. Karena bulb ditempelkan di bagian suction line. Katup
TEV dilengkapi dengan Pipa penyeimbang (Equalizing lines), yang
dihubungkan dengan pipa keluar Evaporator yang berfungsi untuk
mengkompensasi jika terjadi drop tekanan pada Koil evaporator.
Equalizing lines ini berfungsi untuk mengatur kapasitas (capacity
control). Pengaturan ini diperlukan untuk mencegah Kompresor
bekerja pada tekanan suction yang lebih rendah dari pada yang
didesain, hal ini dapat mudah terjadi selama periode-periode beban
rendah.
Pengaturan ini dilakukan dengan mem by-pass gas refrigerant panas
dari bagian discharge langsung ke bagian sisi tekanan rendah dari TEV
di Evaporator dengan mengatur bukaan katup. Pada saat tekanan
Evaporasi masih di atas set Point valve, yang dideteksi oleh Equalizing
Lines (EL), valve tetap menutup.
AC KERETA Bab V- 10
Gambar 5.3 Susunan Pemipaan dan Katup AC tipe Package
AC KERETA Bab V- 11
Jika tekanan suction turun di bawah 56 Psig (0˚C), valve memberi
tanggapan dan mulai membuka, besarnya bukaan vale sebanding
dengan perubahan tekanan. Pada temperatur suction sekitar -3,5˚C
akan menyebabkan valve membuka penuh dan secara efektif akan
mengurangi kapasitas sistem sebesar 60% dari kapasitas penuh. Dalam
kondisi demikian, Evaporator berlaku sebagai tempat pencampuran
antara gas refrigerant panas yang diby-pass dan refrigerant yang
berasal dari TEV, sehingga uap yang menuju ke bagian suction
Kompresor betul-betul tidak mengandung cairan.
Keseluruhan operasi unit Air conditioning dikontrol oleh Termostat,
yang sensornya memonitor temperatur udara balik dari ruang
penumpang. Keluaran (output) dari sensor temperatur ini merupakan
input dari Electronic Temperature Control, yang selanjutnya
dihubungkan dengan solenoid valve (MVI) yang diletakkan pada bagian
pipa masuk evaporator. Ketika beban pendinginan ruang penumpang
turun, sehingga temperatur udara ruangan turun unit kontrol bekerja
dan memerintahkan solenoid valve untuk menutup. Akibatnya tekanan
suction sistem turun, jika tekanan suction ini turun sampai di bawah
batas set point Low Pressure cut off Switch (LPS), maka Kompresor
mati, dan akan hidup kembali bila tekanan suction naik kembali sesuai
kenaikan temperatur ruangan.
Tekanan Discharge compressor yang ditunjukkan oleh Pressure gage
bervariasi, tergantung pada temperatur udara pendingin yang
melewati Kondensor dan tekanan suction Kompresor atau Tekanan
evaporasi. Pada kondisi desain, yaitu pada temperatur lingkungan
(33,3˚C), tekanan discharge pada pembacaan High pressure kira-kira
23,9 kg/cm2G (340 Psig), yakni pada temperatur 60˚C (140˚F).
Tekanan suction kompresor juga bervariasi, tergantung pada
temperatur yang melewati koil evaporator. Pada kondisi desain,
tekanan suction yang terbaca pada Low Pressure Gage kira-kira
4,4 kg/cm2G (65,6 Psig), yakni sekitar 2,2˚C (36˚F).
AC KERETA Bab V- 12
LANJUTAN PERTEMUAN KE : 3
BAB VI
Sekarang satuan ini mulai digantikan dengan satuan energi dari unit SI,
yaitu Joule (J).
Dimana,
AC ½ PK = ± 5000 BTU/h
AC ¾ PK = ± 7000 BTU/h
AC 1 PK = ± 9000 BTU/h
AC 1 ½ PK = ± 12000 BTU/h
AC 2 PK = ± 18000 BTU/h
(L x W x H x I x E) = (59x9,5x29,5x18x18)
60 60
= 537259
60
= 89287,65 BTU
= 44643,825 BTU = 5 PK
Dimana,
t = Waktu (jam)
1 2 3
- Refrigerant kurang
- Evaporator kotor/buntu
- Evaporator beku/banyak
bungan es
- Kompresor rusak
- Kompresor jalan
terus-menerus
- Kompresor rusak
- Evaporator kotor/buntu
- Refrigerant kurang
- Filter dehidrator
kotor/buntu
- Evaporator kotor/buntu
*) Tabel contoh pemakaian daya listrik pada kereta KM1 dan K1, terlampi
Pertemuan Ke 3
Kamar
Kecil 2 2 110
Ruang
40
Gangway 2
Semboyan
Akhir
(Bagian 12 2 380
Luar/Side
Tail Light)
Jumlah
420 560 520 300 80 40 70 14710 200 16900 W
(watt)