Anda di halaman 1dari 2

VAKSINASI DENGUE

Demam Berdarah Dengue (Dengue) adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue, sebuah flavivirus
yang ditularkan oleh nyamuk, yang telah menyebar ke sebagian besar wilayah subtropis dan
tropis. Tidak ada terapi pada Dengue yang spesifik dan tindakan pencegahan saat ini masih
terbatas pada pengendalian vektor nyamuk. Vaksin Dengue (Dengvaxia) yang baru saja
memperoleh ijin edar di Indonesia, diharapkan berperan besar dalam pengendalian penyakit ini.
Apa yang sebaiknya kita sadari?
Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2015, pada sepanjang tahun 2015 jumlah penderita Dengue
yang dilaporkan sebanyak 129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang
(IR/Angka kesakitan= 50,75 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian= 0,83%). Provinsi
dengan angka kesakitan Dengue tertinggi tahun 2015 yaitu Bali sebesar 257,75, Kalimantan
Timur sebesar 188,46, Kalimantan Utara sebesar 112,00, dan DIY 92,96 per 100.000 penduduk.
Kematian akibat Dengue dikategorikan tinggi jika CFR >1%, yaitu Maluku (7,69%), Gorontalo
(6,06%), Papua Barat (4,55%), Sulawesi Utara (2,33%), Bengkulu (1,99%), dan DIY (1,02%).
Sedangkan menurut jumlah kematian, jumlah kematian tertinggi terjadi di Jawa Timur sebanyak
283 kematian, diikuti oleh Jawa Tengah (255), Kalimantan Timur (65 kematian), dan DIY (35).
Dengue di Indonesia menimbulkan beban ekonomi mencapai 323 juta dolar AS per tahun atau
setara Rp 4,25 triliun. Angka ini merupakan tertinggi di dunia.
Proses pembuatan vaksin Dengue sudah berlangsung dalam 20 tahun terakhir. Kandidat vaksin
telah diujicoba pada 40 ribu anak di antaranya berasal dari Asia, termasuk Indonesia pada 1.600
anak di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Hasilnya ternyata cukup menggembirakan, juga tidak
ada efek samping yang ditimbulkan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia
menyetujui vaksin dengue tetravalen Dengvaxia, untuk diproduksi oleh industri farmasi Sanofi
Pasteur dan diedarkan di daerah endemik Dengue di Indonesia. Vaksin ini telah disetujui sejak 22
Desember 2015 untuk mencegah DBD pada individu dengan usia 9-45 tahun di daerah endemik,
dan diberikan dalam tiga dosis selama periode satu tahun. Persetujuan vaksin dengue di
Indonesia ini merupakan yang kedua di Asia dan ketujuh di dunia.
Dengvaxia adalah vaksin rekombinan tetravalen dari virus dengue hidup, dengan pemberian 3
dosis pada jadwal 0, 6, dan 12 bulan. Efikasi atau keampuhan vaksin Dengvaxia terhadap
infeksi dengue adalah 59,2% pada tahun pertama dan terhadap dengue berat adalah 79,1%.
Efikasi atau khasiat vaksin bervariasi tergantung serotipe virus, dimana keampuhan vaksin lebih
tinggi terhadap serotipe DEN 3 dan 4 (masing-masing 71,6% dan 76,9%,) daripada untuk
serotipe DEN 1 dan 2 (54,7% dan 43,0%). Ternyata khasiat Vaksin juga bervariasi berdasarkan
usia saat dilakukan vaksinasi dan paparan Dengue sebelum vaksinasi. Efikasi vaksin stabil pada
semua subyek yang berusia 9 tahun atau lebih, yaitu 65,6%, sedangkan pada subyek yang berusia
<9 tahun hanya 44%. Efikasi vaksin pada kelompok dengan seropositif untuk paparan virus
dengue sebelum vaksinasi adalah 78,2%, sedangkan pada mereka yang seronegatif hanya 38,1%,
meskipun tidak signifikan secara statistik. Dalam analisis post-hoc pada subyek yang berusia 9

tahun, efikasi vaksin pada kelompok seronegatif sebelum vaksinasi adalah 52,5% (95% CI 5,9%76,1%).
Pengendalian vektor telah menjadi strategi kunci untuk mengendalikan atau mencegah penularan
virus dengue. Strategi ini meliputi mencegah nyamuk bertelur di habitatnya dengan manajemen
dan modifikasi lingkungan, membuang sampah dengan benar dan menghapus habitat nyamuk
buatan buatan manusia yang meliputi, mengosongkan dan membersihkan wadah penyimpanan
air rumah tangga setiap minggu, penggunaan insektisida yang tepat pada wadah penyimpanan air
di luar ruangan, menggunakan perlindungan rumah tangga pribadi seperti jendela layar, pakaian
lengan panjang, insektisida bahan, kumparan dan alat penguap. Selain itu, juga meningkatkan
partisipasi dan mobilisasi untuk pengendalian vektor berkelanjutan di tengah masyarakat,
menerapkan insektisida sebagai ruang penyemprotan selama wabah sebagai salah satu langkah
kontrol vektor darurat, pengawasan aktif dan pengawasan vektor harus dilakukan untuk
menentukan efektivitas intervensi kontrol. Pada tahun 2015 Angka Bebas Jentik (ABJ) di
Indonesia terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari 24,06% pada tahun 2014, menjadi
54,24% pada tahun 2015. Walaupun jika dibandingkan dengan tahun 2010-2013, masih lebih
kecil dan masih belum mencapai target program yang sebesar 95%.
Pemberian vaksin Dengvaxia dengan 3 dosis pada jadwal 0, 6, dan 12 bulan, sebaiknya
dilakukan pada remaja di daerah endemis Denguye, termasuk di DIY. Selain itu, peningkatan
partisipasi dan mobilisasi untuk pengendalian vektor berkelanjutan oleh masyarakat harus tetap
dijalankan, karena efikasi vaksin Dengvaxia terhadap infeksi dengue hanya sebesar 59,2%.
Sudahkah kita siap?

Sekian
Yogyakarta, 19 Oktober 2016
*) dokter spesialis anak, Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, Alumnus S3 UGM

Anda mungkin juga menyukai