Anda di halaman 1dari 26

MANAJEMEN PROYEK

1.1

Pendahuluan

Kemajuan dalam kegiatan industry pada beberapa aspek memerlukan manajemen atau
pengelolaan yang dituntut memiliki kinerja, kecermatan, keekonomisan, keterpaduan, kecepatan,
ketetapan, ketelitian serta keamanan yang tinggi dalam rangka memperoleh hasil akhir yang
sesuai harapan. Pengelolaan suatu kegiatan dengan investasi berskala besar dan tingkat
kompleksitas yang sangat sulit membutuhkan cara teknis/metode yang teruji, sumber daya yang
berkualitas, serta penerapan ilmu pengetahuan yang tepat dan up to date.
Manajemen sebagai ilmu mengelola suatu kegiatan yang skalanya dapat berskala kecil atau
bahkan sangat besar, mempunyai ukuran tersendiri terhadap hasil akhir. Dengan menrapkan
prinsip-prinsip dasar manajemen yang sama oleh individu atau organisasi yang berbeda, hasil
akhir proses manajemen dapat berbeda satu sama lain. Ini karena ada perbedaan-perbedaan
budaya, pengalaman, lingkunga, kondisi social, tingkat ekonomi, karakter sumber daya manusia
serta kemampuan untuk menguasai prinsip-prinsip dasar manajemen.
Untuk memberikan gambaran tentang manajemen, selanjutnya diuraikan ruang lingkup
manajemen, seperti definisi dan kegiatan-kegiatan dalam mananejmen, manajemen proyek,
karakteristik proyek, stakeholder (pemangku kepentingan) pada proyek serta organisasi proyek,
kontrak-kontrak pada proyek, kinerja proyek, manajemen lingkungan, manajemen risiko serta
system informasi manajemen proyek yang dijelaskan dalam uraian berikut.

1.2

Definisi dan Aspek-aspek dalam Manajemen Proyek

Manajemen

Suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam
usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien.
Tujuan Manajemen

Mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan sumber-sumber daya yang
terbatas diperoleh hasil maksimal dalam hal ketetapan, kecepatan, penghematan dan keselamatan
kerja secara komprehensif.
Unsur-unsur Manajemen

Tujuan : sasaran yang hendak dicapai dalam optimasi biaya, mutu, waktu, dan keselamatan.
Pemimpin : mengarahkan organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan.
Sumber-sumber daya yang terbatas : manusia, modal/biaya, peralatan dan material.
Kegiatan : Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengendalain.
Perencanaan (Planning)

Perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap, terpadu dan dengan tingkat kesalahan paling
minimal. Namun hasil dari perencanaan bukanlah dokumen yang bebas dari koreksi karena
sebagai acuan bagi tahapan pelaksanaan dan pengendalian, perencanaan harus terus
disempurnakan secara iterative untuk menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang
terjadi pada proses selanjutnya.
Pengorganisasian (Organizing)

Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis pekerjaan, menurut
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta meletakkan dasar bagi hubungan
masing-masing unsur organisasi. Untuk menggerakkan organisasi, pimpinan harus mampu
mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antarpribadi dalam hierarki organisasi. Semua
itu dibangkitkan melalui tanggung jawab dan partisipasi semua pihak.
Struktrur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan kerangka penjabaran tugas
personel penanggung jawab yang jelas, serta kemampuan personel yang sesuai keahliannya, akan
diperoleh hasil positif bagi organisasi.
Pelaksanaan (Actuating)

Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah ditetapkan, dengan melakukan
tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik atau nonfisik sehingga produk akhir sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih
ramalan dan subyektif serta masih perlu penyempurnaan, dalam tahapan ini sering terjadi
perubahan-perubahan dari rencana yang telah ditetapkan.
Pengendalian (Controlling)

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa program dan
aturan kerja yng telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpangan paling minimal dan hasil
paling memuaskan. Untuk itu dilakukan bentuk-bentuk kegiatan seperti berikut :

Supervise : melakukan serangakaian tindakan koordinasi pengawasan dalam batas wewenang


dan tanggung jawab menurut prosedur organisasi yang telah ditetapkan, agar dalam operasional
dapat dilakukan secara bersama-sama oleh personel dengan kendali pengawas.
Inspeksi : melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan tujuan menjamin spesifikasi
mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan.
Tindakan Koreksi : melakukan perbIKn dan perubahan terhadap rencana yang telah ditetapkan
untuk menyesuaikan dengan kondisi pelaksanaan.
Proyek :
Gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan modal/biaya yang
dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan.
Dari semua uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahawa Manajemen Proyek adalah penerapan
ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya
yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil
yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja.
1.2.1Aspek-aspek dalam Manajemen Proyek
Dalam manajemen proyek, yang perlu dipertimbangkan agar output proyek sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin
timbul ketika proyeek dilaksanakan. Beberapa aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi
masalah dalam manajemen proyek serta membutuhkan penanganan yang cermat adalah sebagai
berikut :
Aspek Keuangan : Masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek.
Biasanya berasal dari modal sendiri dan/atau pinjaman dari Bank atau investor dalam jangka
pendek atau jangka panjang. Pembiayaan proyek menjadi sangat krusial bila proyek berskala
besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit, yang membutuhkan analisis keuangan yang cepat
dan terencana.
Aspek Anggaran Biaya : Masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian biaya
selama proyek berlangsung. Perencanaan yang matan dan terperinci akan menudahkan proses
pengendallian biaya, sehingga biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yng direncanakan.
Jika sebaliknya, akan terjadi peningkatan biaya yang besar dan merugikan bila proses
perencanaannya salah.
Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia : Masalh ini berkaitan dengan kebutuhan dan alokasi
SDM selama proyek berlangsung yang berfluktuatif. Agar tidak menimbulkan masalah yang
kompleks, perencanaan SDM didasarkan atas organisasi proyek yeng dibentuk sebelumnya
dengan melakukan langkah-langkah, proses staffing SDM, deskripsi kerja, perhitungan beban
kerja, deskripsi wewenang dan tanggung jawab SDM serta penjelasan tentang sasaran dan tujuan
proyek.

Aspek Manajemen Produksi : Masalah ini berkaitan dengan hasil akhir dari proyek; hasil akhir
proyek negative bila proses perencanaan dan pengendaliannya tidak baik. Agar hal ini tidak
terjadi, maka dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas SDM, meningkatkan
efisiensi prose produksi dan kerja, meningkatkan kualitas produksi melalui jaminan mutu dan
pengendalian mutu.
Aspek Harga : Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga, yang
dapat merugikan perusahaan karena produk yang diahasilkan membutuhkan biaya produksi yang
tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain.
Aspek Efektifitas dan Efisiensi : Masalah ini dapat merugikan bila fungsi produk yang dihasilakn
tidak terpenuhi/tidak efektif atau dapat juga terjadi bila factor efisiensi tidak terpenuhi, sehingga
usah produksi membutuhkan biaya yang besar.
Aspek Pemasaran : Masalah ini timbul berkaitan dengan perkembangan factor eksternal
sehubungan dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu produk serta analisi pasar yang
salah terhadap produksi yang dihasilkan.
Aspek Mutu : Masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang nantinya dapat
meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasan bagi pelanggan.
Aspek Waktu : Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila terlambat dari yang
direncanakan serta akan menguntungkan bila dapat dipercepat.

1.3

Karakteristik dan Siklus Proyek

Timbulnya suatu proyek, dalam kurun waktu yang dibatasi, bisanya dibatasi dengan kebutuhankebutuhan yang sifatnya mendesak karena tuntutan pengembangan dan tingkat pertumbuhan
social dan ekonomi dari suatu lokasi atau daerah tertentu. Proyek biasanya difasilitasi oleh
pemerintah atau dapat juga dilatarbelakangi semata-mata oleh manfaat ekonomis, yang biasanya
dilakukan oleh sector swasta.
Masing-masing proyek biasanya karakteristik tersendiri dalam hal kegiatan yang dilakukan,
tujuan dan sasaran, serta produk akhir. Untuk lebih jelas, berikut ini diuraikan jenis proyek
berdasarkan komponen kegiatan utama dan produk akhir.
Proyek Konstruksi : Kegiatan utamanya adalah studi kelayakan, design engineering, pengadaan
dan konstruksi. Hasilnya berupa pembangunan jembatan, gedung, pelabuhan, jalan raya, dan
sebagainya, yang biasanya menyerap kebutuhan sumber daya yang besar serta dapat
dimanfaatkan oleh orang banyak.
Proyek Industri Manufaktur : Kegiatan utamanya adalah design engineering, pengembangan
produk, pengadaan, manufaktur, perakitan, uji coba terhadap produk serta pemasaran. Produknya
dapat berupa kendaraan, alat elektronik, bahan tekstil, pakaian, serta lainnya yang dapat
diproduksi dalam jumlah missal, penggunannya dapat bersifat individu atau dapat digunakan
banyak orang.

Proyek Penelitian dan Pengembangan : Kegiatan utama pada proyek ini adalah melakukan
penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu. Proses pelaksanaan
serta lingkup kerja yang dilakukan sering mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan
tujuan akhir proyek. Tujuan proyek dapat berupa memperbaiki atau meningkatkan produk,
pelayanan, atau metode produksi.
Proyek Padat Modal : Jenis proyek ini tidak diartikan berdasarkan komponen kegiatannya saja,
tetapi lebih kepada jumlah dana capital yang digunakan dengan jumlah cukup besar. Proyek
padat modal tidak selalu berarti padat tenaga kerja, namun dapat saja proyek dengan teknologi
tinggi yang menbutuhkan biaya besar dengan tenaga kerja secukupnya. Sebagai contoh adalah
proyek pembebasan lahan, pembelian material, dan peralatan dengan jumlah besar, membangun
fasilitas produksi, dan lain sebagainya.
Proyek Pembangunan Produk Baru : Proyek ini merupakan gabungan anatara proyek penelitian
dan pengembangan dengan proyek padat modal, lalu dilanjutkan dengan mendirikan unit
percobaan dalam bentuk pilot plan. Setelah hasil uji coba berhasil dan dapat diproduksi secara
missal, dilanjtkan dengan proyek padat modal untuk membangun fasilitas produksi sesuai
dengan kapasitas yang diinginkan.
Proyek Pelayanan Manajemen : Proyek ini berkenaan dengan kegiatan-kegiatan spesifik suatu
perusahaan dimana produk akhirnya berupa jasa atau dalam bentuk nonfisik. Laporan akhir dari
proyek dapat dipakai oleh perusahaan pemilik proyek sebagai rekomendasi untuk pedoman
pelaksanaan, standar operasional prosedur dari suatu pekerjaan. Contoh jenis proyek ini adalah
proyek pengembangan system informasi perusahaan, perbaikan efisiensi kinerja perusahaan, dan
sebagainya.
Proyek infrastruktur : proyek ini biasanya berkaitan dengan penyediaan kebutuhan masyarakat
secara luas dalam hal prasarana transportasi, pembangunan waduk pembangkit tenaga listrik,
pengairan sawah, sarana instalasi telekomunikasi dan penyediaan sumber air minum. Biasanya
proyek ini padat modal dan padat karya yang mendapat bantuan pinjaman dari donator luar
negeri dengan pinjaman jangka panjang, yang pembayarannya serta pengelolaan dananya
dilakukan oleh pemerintah atau dapat juga dengan investasi pihak swasta kemudian pemerintah
member konsesi.
Kompleksitas proyek dapat ditunjukkan berdasarkan skala proyek, modal yang ditanamkan,
sumber daya, tingkat keunikan, hubungan internal dan eksternalpada proyek, serta toleransi
penyimpangan yang dapat diterima. Besar kecil proyek tidak dapat menerima kompleksitas
proryek karena proyek kecil dapat saja lebih kompleks pengelolaannya daripada proyek besar.
1.3.1Siklus Proyek
dari beberapa jenis proyek tersebut, tahapan kegiatan pada siklus proyeknya dapat berbeda
karena pola penanganan dan penanganannya cukup berbeda. Siklus proyek menggambarkan
urutan langkah-langkah sejak proses awal hingga proses berakhirnya proyek. Untuk lebih
memahami tahapan kegiatan dalam siklus proyek, dibawah ini dijelaskan siklus proyek

konstruksi, manufaktur dan proyek infrastruktur berdasarkan durasi waktu dan biaya yang harus
dikeluarkan.
Siklus Proyek Konstruksi
Tahap Konsektual Gagasan : Tahapan ini terdiri atas kegiatan, perumusan gagasan, kerangka
acuan, studi kelayakan awal, indikasi awal dimensi, biaya dan jadwal proyek.
Tahap Studi Kelayakan : Studi kelayakan dengan tujuan mendapatkan keputusan tentang
kelanjutan investasi pada proyek yang akan dilakukan. Informasi dan data dalam implementasi
perencanaan proyek lebih lengkap dari langkah diatas, sehingga penentuan dimensi dan biaya
proyek lebih akurat lagi dengan tinjauan terhadap aspek social, budaya, ekonomi, financial,
legal, teknis dan administrative yang komprehensif.
Tahap Detail Design : Tahapan ini terdiri atas kegiatan, pendalaman berbagai aspek persoalan,
design engineering dan pengembangan, pembuatan jadwal induk dan anggaran serta
menentuksan perencanaan sumber daya, pembelian dini, penyiapan perangkat dan penentuan
peserta proyek dengan program lelang.
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dokumen perencanaan lengkap dan terperinci, secara teknis
dan administrative, untuk memudahkan pencapaian sasaran dan tujuan proyek.
Tahap Pengadaan : Tahapan ini adalah memilih kontraktor pelaksana dengan menyertakan
dokumen perencanaan, aturan teknis dan administrasi yang lengkap, produk tahapan detail
design. Dari proses ini diperoleh penawaran yang kompetitif dari kontraktor dengan tingkat
akuntabilitas dan transparansi yang baik.
Tahap Implementasi : Tahap ini terdiri atas kegiatan, design engineering yamg rinci, pembuatan
spesifikasi dan criteria, pembelian peralatan dan material, fabrikasi dan konstruksi, inspeksi
mutu, uji coba, start-up, demobilisasi dan laporan penutup proyek. Tujuan akhir proyek adalah
mendapatkan kinerja biaya, mutu, waktu dan keselamatan kerja paling maksimal, dengan
melakukan proses perencanaan, penjadwalan, pelaksanaan dan pengendalian yang lebih cermat
serta trperinci dari proses sebelumnya. Pada tahap ini kontraktor memilki peran dominan dengan
tujuan akhir sasaran proyek tercapai dan mendapatkan keuntungan maksimal. Peran memiliki
proyek pada tahapan ini dilakukan oleh agen pemilik sebagai konsultan pengawas pelaksanaan,
dengan tujuan mereduksi segala macam penyimpangan serta melakukan tindakan koreksi yang
diperlukan.
Tahap Operasi dan Pemeliharan : Tahap ini terdiri atas kegiatan operasi rutin dan pengamatan
prestasi akhir proyek serta pemeliharaan fasilitas bangunan yang dapat digunakan untuk
kepentingan social dan ekonomi masyarakat. Biaya yang dikeluarkan pada tahap ini bersifat rutin
dan nilainya cenderung menurun dan pada tahap ini adanya pemasukan dana dari operasional
proyek.
Siklus Proyek Manufaktur
Tahap Perumusan Gagasan : Tahap ini terdiri atas kegiatan, perumusan gagasan, kerangka acuan,
studi kelayakan, indikasi dimensi proyek dan biaya serta jadwal.

Tahap Detail Design : Tahap ini terdiri atas kegiatan analisis fungsi dan preliminary design
terhadap produk yang akan dibuat, design engineering terinci serta pengembanagan produk
dengan acuan spesifikasi, criteria dan gambar design yang telah dibuat sebelumnya.
Tahap Pengembangan dan Integrasi Sistem : Tahap ini melakukan studi dan pengembangan
fasilitas dan peralatan yang akan digunakan, lalu melakukan proses integrasi terhadap system.
Membuat Prototipe : Sebelum produk akhir dihasilkan, biasanya di buat prototype yang
kemudian langsung di uji coba untuk mendapat masukan bagi kegiatan berikutnya.
Manufaktur : Kegiatan tahap ini adalah melakukan pembelian material dan peralatan secara
fabrikasi komponen produk untuk mempersiapkan produksi missal.
Perakitan dan Instalasi : Kegiatan ini terdiri atas merakit komponen-komponen produk menjadi
produk akhir, mengadakan tes, inspeksi dan uji coba sebelum sampai ke konsumen.
Siklus Proyek Infrastruktur
Tahap Komseptual Proyek : Pada thapan ini biasanya pemerintah membuat rancangan konseptual
untuk proyek jalan tol dengan mengacu kepada kebutuhan yang mendesak serta mempunyai
cukup akses dengan jaringan jalan yang sudah ada. Pihak swasta dapat juga mengajukan
proposal kepada pemerintah dengan pertimbangan-pertimbangan teknis serta financial yang
cukuo memadai.
Tahap promosi : Tahap promosi terdiri atas design pendahuluan, evaluasi studi kelayakan dan
penyerahan konsesi oleh pemerintah kepada pihak swasta yang di beri wewenang
menyelenggarakan proyek,dengan pertimbangan kesepakatan kedua belah pihak sudah
memennuhi ketentuan yang berlaku.
Tahap Detail Design dan Pengadaan : Tahap ini adalah design terperinci, terdiri atas kegiatan
pendalaman aspek persoalan, seperti : design engineering, pembuatan jadwal induk atau
anggaran, penyiapan perangkat dan peserta proyek untuk program lelang pelaksana konstruksi.
Tahap Konstruksi : Pelaksanaan konstruksi membutuhkan biaya sangat besar, pembiayaannya
dapa diperoleh dari pasar modal atau pinjaman sindikasi bank atau dapat juga dengan penyertaan
modal oleh stake-holder lainnya.
Tahap Operasi dan Pemeliharaan : Pada tahap ini pihak swasta dapat bekerja sama dengan
operatot yang telah berpengalaman dalam hal pengoperasian jalan tol sebagai bagian dari
konsorsium proyek. Pihak operator melakukan kegiatan pemungutan biaya kepada masyarakat,
pemeliharaan terhadap fasilitas proyek yang semuanya diawasi secara penuh oleh pihak
konsorsium dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran proyek dengan kinerja biaya, waktu,
mutu dan keselamatan kerja yang paling maksimal.
1.4

Organisasi Proyek

Organisasi proyek biasanya adalah bagian dari organisasi yang lebih besar seperti pemerintah,
institusi, badan atau lembaga atau dapat juga dengan skala lebih kecil seperti perusahaan,

lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, lembaga penelitian, kumpulan dari kelompok


kepentingan, dan lainnya.
Agar tujuan organisasi dapat dicapai, dilakukan proses sebagai berikut :
Identifikasi dan pembagian kegiatan : identifikasi dan pembagian kegiatan proyek perlu
diketahui untuk menentukan volume pekerjaan, macam dan jenisnya, kebutuhan sumber daya,
jadwal pelaksanaan serta anggarannya sehingga dapat dilaksanakan oleh penanggung jawab
kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.
Pengelompokan penanggung jawab kegiatan : agar hasilnya maksimal, pemilihan penanggung
jawab organisasi disesuaikan dengan keahlian, keterampilan dan kemampuan personel di
bidangnya sehingga sasaran dan tujuan proyek dapat tercapai.
Penentuan wewenang dan tanggung jawab : setiap personel penanggung jawab kegiatan harus
mengetahui wewenang dan tanggung jawab pekerjaannya, dengan membuat penjabaran kerja
serta standar prosedur operasional pekerjaan yang dikelolanya.
Menyusun mekanisme pengendalian : karena organisasi proyek melibatkan banyak pihak, maka
agar tidak terjadi penyimpangan, mekanisme pengendalian dan kordinasi dibuat dalam format
yang dapat menggerakkan organisasi dalam mengidentifikasi, memecahkan masalah, serta
melakukan tindakan koreksi untuk mengatasi penyimpangan.
Struktur organisasi proyek dibuat dengan situasi kultur dan keunikan berbeda berdasar kebutuhan
system manajemen proyek. Oleh karena itu, organisasi proyek mempunyai susunan dan hierarki
yang berlainan pula. Pemilihan organisasi proyek didasarkan atas tingkat kebutuhan dan
kompleksitas proyek; semakin kompleks proyek, semakin kompleks pula susunan organisasinya.
Beberapa macam susunan organisasi proyek dapat dijelaskan seperti di bawah ini.
Organisasi Proyek Fungsional : Struktur organisasi jenis ini dikelompokkan menurut fungsinya,
memiliki struktur dengan konsep otoritas dan hierarki vertical. Tanggung jawab organisasi
proyek biasanya dirangkap dengan tugas sehari-hari pada organisasi fungsional perusahaan,
karena itulah untuk proyek yang besar dapat mengganggu kegiatan keseluruhan, bila organisasi
fungsional digunakan.
Organisasi Proyek Murni : Struktur organisasi proyek jenis ini merupakan bagian tersendiri dari
organsasi fungsional perusahaan, di mana manajer mempunyai otoritas penuh terhadap proyek.
Dengan status ini, tim proyek memiliki komitmen dan wewenang mandiri, namun tetap dalam
koordinasi perusahaan.
Organisasi Proyek Matriks : Struktur organisasi proyek ini biasanya gabungan dari organisasi
proyek murni dan fungsional, memanfaatkan ahli dari berbagai disiplin ilmu yang terlibat dalam
organsasi fungsional sebagai bagian dari proyek, tetapi tidak mengganggu proses pelaksanaan
proyek serta organisasi fungsional perusahaan.
1.5

Kontrak-kontrak pada Proyek

Kontrak pada proyek menentukan hak dan kewajiban antara dua belah pihak atau lebih yang
terlibat dalam kontrak, biasa dilakukan antara pemilik dengan konsultan atau kontraktor,
kontraktor dengan pemasok, dan lain sebagainya. Kontrak bersifat mempunyai aspek hokum
yang kuat serta mengikat, sehingga para pihak yang terlibat mempunyai kewajiban-kewajiban
yang harus dipenuhi, ditulis dengan jelas dalam dokumen kontrak.
1.5.1Kontrak Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi mempunyai dua jenis kontrak, yaitu kontrak penawaran bersaing dan kontrak
penawaran dengan negosiasi, masing-masing penjelasannya seperti diuraikan di bawah ini.
Kontrak Penawaran Bersaing
Setelah penawaran lelang dilakukan dan didapat secara bertanggung jawab serta dengan studi
dan evaluasi penawaran diterima, proyek pun diserahkan kepada kontraktor terpilih lalu
ditrbitkanlah Surat Perintah Kerja (SPK). Hal-hal yang perlu diprhatikan dalam kontrak dengan
penawaran bersaing :
1. Pelaksanaan pekerjaan diserahkan pada peserta penawaran yang bertanggung jawab dan
mempunyai harga penawaran yang bertanggung jawab dan mempunyai harga penawaran
terendah. Kontraktor yang bertanggung jawab adalah :
Lulus prakualifikasi dengan criteria yang telah ditentukan.
Mempunyai tanggung jawab trhadap mutu, kemampuan dan kapasitas yang dibutuhkan.
Tidak curang, tidak melakukan kolusi dan tidak ada catatan buruk.
Mempunyai reputasi yang baik dalam hal kerja sama.
2.

Kontrak penawaran bersaing dilakukan untuk proyek public dan pribadi.

3.

Estimasi biaya dilakukan oleh owner, dengan ketentuan :

Lelang gagal bila penawaran terendah dari kontraktor lebih besar dari estimasi owner.
Dapat dijadikan acuan untuk mengoreksi kesalahan dalam penawaran/lelang seperti
ketidakseimbangan dalam unit price dan kesalahan pelaksanaan peserta lelang.
4.
Pernyataan tentang penyerahan bukanlah wewenang pernyataan untuk memualai
pekerjaan.
Kontrak penawaran bersaing terdiri atas :
1.
Kontrak lump sump, di mana biaya yang harus dikeluarkan pemilik proyek adalah suatu
jumlah tetap yang didapat dari perhitungan seluruh aspek pekerjaan sesuai dengan dokumen
kontrak, seperti gambar design, spesifikasi umum dan teknis serta aturan-aturan administrative
lainnya. Jenis kontrak ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Jenis kontrak ini meliput semua biaya yang tetap terdiri dari semua aspek pekerjaan.

Jumlah biaya yang ditetapkan sudah memperhitungkan kesulitan-kesulitan di lapangan serta


biaya-biaya tak terduga, sehingga tidak ada tambahan biaya lagi untuk kondisi tersebut, sehingga
perencanaan proyek diusahakn dengan sempurna.
Kondisi yang diperhitungkan adalah dalam keadaan force major.
Banyak dipakai karena beresiko minimal bagi pemilik proyek.
Biaya yang harus disediakan dapat diketahui lebih awal
Banyak dipakai oleh pemilik proyek dengan harapan pekerjaan tambah kurang diminimalisir.
Kontrak ni tidak cocok untuk volume pekerjaan yang tidak pasti seperti pekerjaan penggalian
tanah dan pekerjaan pondasi.
2.Kontrak unit price, didasarkan atas estimasi volume pekerjaan yang telah diklarifikasi
berssama-sama pemilik proyek dengan jumlah biaya per unit pekerjaan. Jenis kontrak ini
mempunyai karakteristik sebagai berikut Kontrak penawaran bersaing mempunyai keuntungankeuntungan, seperti pelaksanaan dilakukan oleh kontraktor dengan penawaran terendah serta
dilakukan oleh kontraktor dengan penawaran terendah serta dengan kriteria sebagai berikut :
Telah lulus prakualifikasi, mempunyai tanggung jawab terhadap mutu.
Kemampuan andal serta kapasitas sesuai yang dibutuhkan.
Tidak pernah melakukan kecurangan atau catatan buruk lainnya.
Mempunyai reputasi yang baik dalam koordinasi internal proyek dan hasil akhir proyek selalu
memuaskan pemilik proyek.
Kontrak Penawaran Negosiasi Biaya
Kontrak penawaran negosiasi biaya adalah melakukan transaksi dengan cara penawaran yang
dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pemilik proyek dan kontraktor pelaksana yang dikenal
pemilik, dengan harapan diperoleh harga penawaran yang sesuai dengan keinginan pihak-pihak
tersebut. Kontrak ini biasanya terdiri atas :
Kontrak lump sum, harga ditentukan dari negosiasi penawaran yang dilakukan oleh pemilik
proyek dengan klotraktor dengan catatanharga yang disepakati sesuai dengan volume pekerjaan
yang dihitung pemilik proyek berdasarkan klarifikasi kedua belah pihak.
Unit price, jenis ini juga sama dengan cara kontrak penawaran bersaing, namun harga
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Kontrak cost plus free, pembayaran oleh pemilik proyek didasarkan atas daftar biaya yang
dikeluarkan oleh kontraktor setelah proyek selesai ditambah dengan keuntungannya. Jenis
kontrak ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Kontrak pembayaran, prosedur dan metode kerja, hasil akhir proyek serta jumlah keuntungan
buat kontraktor harus diuraikan secara jelas agar tidak terjadi perselisihan di kemudian hari.

Diperlukan metode akunting, yang telah disetujui oleh pemilik proyek, untuk perhitunganperhitungan pembiayaan oleh kontraktor.
Memakai prosedur subletting-contract.
Risiko terbesar, yang ada pad pemilik proyek, terjadi bila kontraktor melakukan kecurangan
karena pengawasan yang tidak ketat.
Daftar biaya pekerjaan yang dibayarkan oleh pemilik proyek kepada kontraktor pelaksana
berdasarkan hasil kesepakatan.
Kontrak ini dapat memuaskan kedua belah pihak bila kesepakatan-kesepakatan yang dibuat
sebelumnyadijalani sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing pihak.
Biasanya keuntungan yang diperoleh kontraktor sebesar 10% atau berdasarkan kesepakatan.
Sistem Kontrak pada Proyek Konstruksi
Sistem kontrak diberlakukan dalam proyek konstruksi. Yang mengatur hubungan kontrak dan
koordinasi terhadap semua pihak yang terlibat.
Kontraktor Utama Tunggal (Single Prime Contract): Kontraktor utama yang sudah melakukan
kontrak dengan pemilik proyek melakukan hubungan koordinasi dan hubungan kontrak dengan
hierarki organisasi dibawahnya seperti berbagai sunkontraktor spesialis dan pemasok material.
Pada sistem ini, hanya kontraktor utama yang bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan
proyek kepada pemilik.
Kontraktor Utama Terpisah (Separate Prime Contract): Proyek yang mempunyai skala
pembangunan fisik sangat esar membutuhkan banyak kntraktor utama, masing-masing
melakukan hubungan kontrak dan hubungan koordinasi dengan hierarki organisasi di bawahnya,
seperti berbagai subkontraktor spesialis dan pemasok material, selain hubungan kontrak dengan
pemilik proyek.
Desain dan Bangun (Design and Build): Tim kosep dalam proyek sistem ini adalah pemilik
dengan satu perusahaan yang terdiri atas perencana dan kontraktor. Perusahaan tersebut
menyediakan dana, merencanaka serta melaksanakan pembangunan konstruksi. Setelah proyek
berakhir, bangunan dialihkan kepada pemilik proyek dengan sisten turn key.
Manajemen Konstruksi (Construction Management): Kontraktor melakukan pekerjaan dengan
koordinasi dan diawali oleh wakil pemilik proyek dalam organisasi manajemen konstruksi.
Desain dan Kelola (Design and Manage): Kontraktor melaksanakan pekerjaan perencanaan, serta
melakukan pekerjaan konstruksi secara keseluruhan.
Pembayaran Kontrak Proyek Konstruksi
Fee kontraktor bervariasi, bergantung pada karakteristik proyek seperti :
Kompleksitas proyek

Lokasi
Kebutuhan sumber daya
Estimasi waktu
Risiko yang dihadapi
Pembayaran Kemajuan/Prestasi Proyek (Progress Payment)
Pembayaran kemajuan/prestasi proyek dilakukan secara periodik dengan batasan waktu: harian,
fase, bulanan, atas presentasi/bobot yang disetujui oleh konsultan pengawas atau manajemen
konstruksi. Bila kontrak dengan cara fixed price, biasanya kontraktor mengajukan aplikasi
tagihan tiap periode dan owner membayar 10 hari sesudahnya. Untuk kontrak lump sum
digunakan cara periodik dan presentasi/bobot, sedangkan pada kontrak cost plus fee, kontraktor
mengajukan tagihan owner pada setiap interval waktu selama pelaksanaan proyek.
Jaminan yang Ditahan (Retainage) Serah Terima dan Pembayaran Akhir
Dalam kontrak proyek konstruksi, khususnya untuk penawaran bersaing kontraktor harus
menediakan persentase tertentu dari pembangunan kemajuan proyek yang ditahan (retain),
gunanya untuk menjamin kontraktor agar terpacu dalam progres mutu dan jadwal waktu.
Serah terima dilakukan bila kontraktor telah menyatakan bahwa pekerjaan telah selesai secara
substansial, kemudian dilakukan inspeksi dengan mengacu pada daftar check list kemudian
diterbitkan sertifikat penyelesaian substansial pada saat serah terima. Owner membayar 95%
total biaya proyek di mana owner menempati bangunan, sedangkan 5% sisanya untuk
penjaminan perbaikan yang dibayarkan setelah masa pemeliharaan selesai.
Dokumen Kontrak
Dokumen Kontrak adalah dokumen tertulis untuk menetukan secara tepat hak dan kewajiban
setiap pihak. Isi dokumen kontrak :
1.

Surat Penawaran

2.

Instruksi Kepada Penawar

3.

Syarat-syarat Umum

4.

Syarat-syarat Tambahan

5.

Spesifikasi Teknik

6.

Gambar

7.

Adendum

8.

Proposal

9.

Surat Jaminan Penawaran

10.

Persetujuan

11.

Surat Jaminan Pelaksanaan

12.

Surat Jaminan Pembayaran Tenaga dan Material

13.

Skedul Waktu

14.

Kondisi Kerja (Umum dan Khusus)

15.

Dokumen Maintenance dan Training.

Kesepkatan oleh dua pihak, yaitu kontraktor dan owner, dalam dokumen kontrak:
Spesifikasi lebih kuat/berlaku dari pada syarat-syarat umum.
Tulisan tangan lebih berlaku daripada yang dicetak.
Ketentuan yang diketik lebih berlaku daripada yang dicetak.
Kata-kata lebih berlaku daripada nomor-nomor angka.
Bila ada yang merugikan, diinterpretasikan melalui gambar.
Spesifikasi lebih berlaku dari gambar.
1.5.2. Kontrak Proyek Infrastruktur
Beberapa proyek infrasturktur sudah banyak dilakukan dengan cara privatisasi, di mana pera
swasta lebih dominan dibanding pemerintah. Kondisi ini mempengaruhi kontrak kedua belah
pihak, masing-masing mempunyai posisi dengan hak dan kewajiban dengan konsekuensi yang
sama. Semua ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan publik dengan standar yang lebih
tinggi, transparan, dan bertanggung jawab. Kontrak proyek infrastruktur dapat diuraikan seperti
di bawah ini :
Build Operate Transfer (BOT). Suatu rancangan kontrak dimana sektor swasta membangun
suatu fasilitas dengan biaya sendiri, lalu mengoperasikannya dan memungut pembayaran
terhadap pengguna fasilitas, lalu sektor swasta mengalihkannya kepada pemerintah setelah kurun
waktu tertentu yang telah disepakati.
Build Transfer Operate (BTO). Suatu rancangan kontrak dimana sektor swasta membangun suatu
fasilitas, yang setelah selesai dialihkan kepada pemerintah sebagai pemilik yang kemudian
mengoperasikan fasilitas tersebut.
Build Own Operate (BOO). Suatu rancangan kontrak di mana pihak swasta membangun suatu
fasilitas dengan biaya sendiri, mengoperasikannya dan memungut pembayaran terhadap
pengguna fasilitas tersebut. Pihak swasta mengoperasikan dan memiliki fasilitas tersebut tanpa
waktu yang ditentukan. Kontrak proyek BOO hampir sama dengan BOT. Perbedaannya, tidak
adanya kewajiban bagi pihak swasta untuk mengalihkan aset kepemilikan kepada pemerintah.
1.6 Manajemen Sunber Daya

Perencanaan sumber daya yang matang dan cermat sesuai dengan kebutuhan logis proyek akan
membantu pencapaian sasaran dan tujuan proyek secara maksimal, dengan tingkat efektifitas dan
efisiensi yang tinggi. Kebutuhan sumber daya pada tiap-tiap proyek tidak selalu sama,
bergantung pada skala, lokasi serta tingkat keunikan masing-masing proyek. Namun demikin,
perencanaan sumber daya dapat dihitumg dengan pendekatan matematis yang memberikan hasil
optimal dibandingkan hanya dengan perkiraan pengalaman, yang tingkat efektivitas dan efisiensi
nya rendah.
Dalam menetukan alokasi sumber daya untuk proyek, beberapa aspek yang perlu diperhatikan
dan dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
Jumlah sumber daya yang tersedia sesuai dengan kebutuhan proyek.
Konidsi keuangan membayar sumber daya yang akan digunakan.
Produktivitas sumber daya.
Kemapuan dan kapasitas sumber daya yang akan digunakan.
Efeketivitas dan efisiensi sumber daya yang digunakan.
1.6.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang ada pada suatu proyek dapat dikategorikan sebagai tenaga kerja tetap
dan tenaga kerja tidak tetap. Pembagian kategori ini dimaksudkan agar efisiensi
perusahaandalam mengelola sumber daya dapat maksimal dengan beban ekonomis yang
memadai. Tenaga kerja/karyawan yang berstatus tetap biasanya dikelola perusahaan dengan
pembayaran gaji tetap setiap bulannya dan diberi beberapa fasilitas lain dalam rangka
memelihara produktivitas kerja karyawan serta rasa kebersamaan dan rasa memiliki perusahaan.
Hal ini dilakukan agar karyawan tetap sebagai aset perusahaan dapat memberikan karya
terbaiknya serta memberikan keuntungan bagi perusahaan sesuai dengan keahlian yang
dimiliknya. Adanya tenaga kerja tidak tetap dimaksudkan agar perusahaan tidak terbebani oleh
pembayaran gaji tiap bulan bila proyek tidak ada atau jumlah kebutuhan tenaga kerja pada saat
tertentu dalam suatu proyek dapat disesuaikan dengan jumlah yang seharusnya.
1.6.2 Manajemen Sumber Daya Peralatan
Dalam penentuan alokasi sumber daya peralatan yang akan digunakn dalam suatu proyek,
kondisi kerja serta kondisi peralatan perl diidentifikasi dahulu. Beberapa yang perlu
diidentifikasi adalah :
Medan Kerja, identifikasi ini untuk menentukan kondisi medan kerja dari tingkat mudah, sedang,
atau berat. Kapasitas peralatan yang digunakan dapat disesuaikan dengan kondisi-kondisi
tersebut.
Cuaca, identifikasi ini perlu dilakukan khususnya pada proyek dengan keadaan lahan terbuka.
Cuaca basah/hujan cenderung menyulitkan pengendalian peralatan, baik mobilisasinya atau
manuver-manuver yang akan dilakukan di lokasi setempat.

Mobilitas peraltan ke lokasi proyek perlu didrencanakan dengan detail, khususnya untuk
peralatan berat. Akan ada kesulitan bila rute perjalanan menuju proyek bila tidak didukung oleh
keadaan jalan atau jembatan kecil atau tidak memadai.
Komunikasi yang memadai antar-operator pengendali dengan pengendali pekerjaan harus terjalin
baik, denga perlatan komunikasi yang cukup dan harus tersedia agar langkah-langkah pekerjaan
yang dilakuka sesuai rencana.
Fungsi peralatan harus sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan untuk menghidari tingkat
pemakaian yang tidak efektif dan efisien.
Kondisi peralatan harus layak pakai agar pekerjaan tidak tertunda karena peraltan rusak. Bila
perlu tenaga mekanikal harus disiapkan guna mengatasi kerusakan-kerusakan alat.
1.6.3 Manajemen Sumber Daya Material
Dalam pengelolaan material dibutuhkan beragam informasi tentang spesfikasi, harga maupun
kualitas yang diinginkan, agar beberapa penawaran pemasok dapat dipilih sesuai dengan
spesifikasi proyek dengan harga yang paling ekonomis, seperti diuraikan di bawah ini.
Kualitas material yang dibutuhkan menggunakan tipe tertentu dengan mutu harus sesuai dengan
persyaratkan dalam spesifikasi proyek.
Spesifikasi teknik material, merupakan dokumentasi persyaratan teknis material yang
direncanakan dan menjadi acuan untuk pemenuhan kebutuhan maerial.
Lingkup penawaran yang diajukan oleh beberapa pemasok adalah dengan memilih harga yang
paling murah dengan kualitas material terbaik.
Waktu pengiriman/delivery menyesuaikan dengan jadwal pemakaian material, biasanya beberpa
material dikrim sebelum pekerjaan dimulai.
Pajak penjualan material, dibebankan pada pemilik proyek yang telah dihitung dalam harga
satuan material atau dalam harga proyek keseluruhan.
Termin pembayaran logistik material harus disesuaikan dengan cashflow proyek agar likuiditas
keuangan proyek tetap aman.
Pemasok material adalah rekanan terpilih, telah bekerja sama dengan baik dan memberikan
pelayanan yang memuaskan pada proyek sebelumnya.
Gudang penimbunan material harus cukup untuk menampung material yang siap dipakai,
sehingga kapasitas dan lalu lintas materialnya harus diperhitungkan.
Harga material dapat naik sewaktu-waktu saat proyek dilaksanakan, sehngga eskalasi harga
harus dimasukan dalam komponen harga satuan.
Jadwal penggunaan material harus sesuai, antara kebutuhan proyek dengan waktu pengiriman
material dan pemasok. Oleh karena itu, penggun subschedule material yang untuk tiap-tiap item
pekerjaan mutlak dilakukan agar tidak mempengaruhi ketersediaan material dalam proyek.

Manajemen Sumber Daya Modal/Keuangan


Dalam mengelola suatu proyek, dibutuhkan perencanaan matang dalam hal aliran kas masuk dan
kas keluar, yang disebut Aliran Kas (Cashflow). Aliran kas memuat penggunaan dana selama
proyek berlangsung, berupa :
Kas keluar, seperti : penggunaan modal, pembayaran tenga kerja dan staff kantor, pembelian
material, sewa/beli peralatan, pembayaran subkontraktor dan pemasok pembayaran pajak,
pembayaran asuransi, retensi, pembayaran pinjaman serta bung bank serta biaya overhead.
Kas masuk, seperti: modal awal, pinjaman dari bank,uang muka proyek, penerimaan termin
pembayaran.
1.7 Manajemen Lingkungan
Wawasan pengetahuan terhadap lingkungan memberikan polarisasi dalam cara pandang di
negara-negara maju dan di negara-negara berkembang. Cara pandang ini berbeda, dipengaruhi
oleh tingkat kemajuan teknologi, kesejahteraan, keamanan dan kepedulian masing-masingnegara
tersebut.
Pada negara maju, kerusakan ligkungan dipandang sebagai ancaman terhadap kehidupan.
Sebaliknya, pada negara berkembang yang masih bergulat dengan pemenuhan kebutuhan dasar
hidup, kepedulian terhadap lingkungan masih rendah dan mereka belum mempunyai sistem
penanganan lingkungan yang memadai. Beberapa kerusakan lingkungan mencuat ke permukaan
disebabkan kelalaian manusia, penguasaan pengetahuan tentang ligkungan yang rendah, serta
bencan alam.
Pengendalian Manajemen Lingkungan
Pengendalian lingkungan adalah fase terakhir dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemeriksaan
Sistem Manajemen Lingkungan. Hal pertama yang dilakukan dalam pengendalian adalah
melakukan pengendalian terhadap dokumen sehingga perusahaan dapat menyusun dan
memelihara dokumen, memenuhi persyaratan elemen-elemen yang memadai dalam menerapkan
Sistem Manajemen Lingkungan.
1.7.1 Audit Sistem Manajemen Lingkungan
Dalam ISO 14001, organisasi perusahaan diwajibkan melakukan audit agar sistem manajemen
lingkungan yang direncanakan dapat dilaksansakan, diperiksa dan dilakukan tindakan koreksi
bila terjadi penyimpangan. Jadwal waktu program audit dilakukan atas dasar pentingnya aspekaspek lingkungan yang terdokumentasi dalam penilaian. Perencanaan yang termasuk dalam
program sistem manajemen lingkungan dapat dievaluasi dengan kegiatan-kegiatan terkait dan
dengan hasil audit sebelumnya.
1.8 Manajemen Risiko
Kata risiko berasal dari bahasa Arab yang berarti hadiah yang tidak diharap-harap datangnya dari
surga. Atau dalam kamus Webster, risiko dikonotasikan negatif sebagai kemungkinan kerugian
akibat kecelakaan, ketidakberuntungan dan kerusakan. Menurut Wideman (1992), risisko proyek

dalam manajemen risiko adalah efek kumulasi dari peluang kejadian yang tidak pasti, yang
mempengaruhi sasaran dan tujuan proyek. Secara ilmiah risiko didefinisikan sebagai kombinasi
fungsi dari frekuensi kejadian, probabilitas dan konsekuensi dari bahaya risiko yang terjadi.
Frekuensi kejadian dengan tingkat pengulanganyang tinggi akan memperbesar probabilitas atau
kemungkinan kejadiannya. Frekuensi kejadian boleh tidak dipakai seperti perumusan di atas,
karena itu risiko dapat dituliskan sebgai fungsi dan probabilitas dan konsekuensi saja, dengan
asumsi frekuensi telah termasuk dalam probabilitas.
Nilai probabilita adalah nilai dari kemungkinan risiko akan terjadi berdasarkan pengalamanpengalaman yang sudah ada, berdasarka nilai kualitas dan kuantitasnya. Jika tidak memiliki
cukup pengalaman dalam menetukan probabilitas risiko, maka probabilitas risiko harus
dilakukan dengan hati-hati serta dengan langkah sistematis agar nilainya tidak banyak
menyimpang. Untuk itu studi literatur dan studi banding pada perusahaan/proyek lain yang
pernah mengalaminya perlu dilakukan guna mereduksi ketidakpastian yang lebih besar.
1.8.1 Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko dilakukan agar variable risiko yang dinilai dan dievaluasi dapat diketahui dan
diidentifikasi dan ditangani, dengan metode sebagai berikut :
Check list, didasarkan atas pengalaman yang digunakan untuk situasi proyek yang sama dengan
kejadian yang berulang-ulang.
Thinking prompts, menggunakan data check list kemudian diturunkan menjadi lebih spesifik
dengan risiko penting tidak dihilangkan.
HAZOP (Hazard and Operability), metode ini mengidentifikasi bahaya dan masalah operasional
yang timbul.
Past data, metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi kerugian yang sering terjadi, dengan
menggunakan data masa lampau.
Audits, bertujuan memonitor sistem, dengan mengidentifikasi dan meguji beberapa masalah,
bukan mengidentifikasi risiko yang terjadi.
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), hampr sama seperti HAZOP tetapi motode ini
mengidentifikasi bagaimanapun kejadian bisa terjadi, bukannya apa yang terjadi jika ada
kegagalan seperti identifikasi metode HAZOP.
Critical Incident Analysis, dengan melakukan curah gagasan dalam tim lalu mengidentifikasi dan
mencegah masalah agar tidak menjadi lebih rumit.
1.9.2 Penilaian Risiko
Penilaian risiko dilakukan dalam tiga tahapan guna memastikan objektivitas variable risiko
dengan cara menilai tingkat pentingnya, menganalisis kategori risiko untuk mengetahui
klasifikasinya, serta menilai potensi risiko dengan memberikan kriteria-kriteria tertentu.

1.
Evaluasi penentuan Tingkat Penting Risiko dilakukan guna mendapatkan variable risiko
yang menjadi prioritas terpilih dari proyek yang ditangani. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara
survei responden terhadap varible risikonya, kemudian hasilnya dianalisis dengan cara statistik
diskriptif atau bisa saja dari catatan data masa lampau terhadap proyek sejenis lalu dilakukan
justifikasi oleh pakarnya.
2.
Analisis Risiko, membuat klasifikasi risiko berdasarkan probabilitas kejadian serta
konsekuensi yang harus dilakukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada masing-masing
langkah penilaian.
3.
Menetukan besar porsi risiko, yang dinominalkan dalam bentuk biaya risiko dihitung
berdasarkan nilai Expected Monetary Value (EMV), yang merupakan hasil dari penggandaan
probabilitas kejadian.

1.8.3 Penanganan Risiko


Penanganan risiko dimaksudkan agar jenis dan biaya risiko yang nilai nominalnya telah dihitung,
dapat dikelola atau ditangani sehingga solusi serta penanggung jawab risikonya dapat ditentukan.
Ada beberapa cara menentukan penanganan risiko berdasarkan klarifikasi bentuk risikonya,
yaitu:
Risiko yang dapat diterima, yaitu bentuk risiko yang ditanggulangi oleh individu/perusahaan
karena konsekuensinya dinilai cukup kecil.
Risiko yang direduksi, yaitu bentuk risiko yang dapat ditangani dengan cara menangani suatu
tindakan alternatif yang nilai konsekuensinya dapat saja nihil atau paling tidak konsekuensi
yang ditangani lebih kecil.
Risisko yang dikurangi, yaitu suatu bentuk risiko yang dampak kerugiannya dapat dikurangi
dengan cara memperkecil kejadiannya atau konsekuensi yang ditimbulkannya.
Risiko yang dipindahkan, yaitu suatu bentuk risiko yang dapat dipindahkan kepada pihak lain
sebagian atau keseluruhan.
1.9 Manajemen Sistem Informasi
Sistem informasi sangat berperan pada proyek, khususnya dalam hubungan pengiriman dan
pertukaran informasi dan data proyek dari dan ke perusahaan pusat. Sistem manajemen informasi
bertujuan meningkatkan kinerja proyek dan kinerja perusahaan dengan skala luas dalam hal
fungsi ekonomi, fungsi teknis, fungsi jaminan kualitas (quality assurance), fungsi waktu, serta
fungsi evaluasi proyek dengan beberapa tampilan data dan informasi lengkap yang berguna
dalam pengambilan keputusan. Pengolahan database memuat sumber-sumber data atau dari
pengumpulan data primer proyek yang akan dikerjakan, tujuannya untuk meningkatkan
pengetahuan serta mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
Databse yang baik, sistematis, serta mudah pengolahannya akan memberikan informasi yang
akurat, sehingga fungsi informasinya serta tingkat efisiensi penggunaannya makin tinggi.

Databse harus mudah di akses oleh berbagai pihak yang memerlukan sesuai dengan wewenang
dan dengan tingkat keamanan yang tinggi. Membuat database yang baik memerlukan
pengetahuan komprehensif mengenai sistematika berpikir input, proses maupun ouput sistem
informasi. Kemampuan peralatan perangkat keras dan perangkat lunaknya harus diidentifikasi
terlebih dulu agar memenuhi kapasitas pengolahan data maupun kinerja. Hal ini dimaksudkan
agar tidak terjadi overload kapasitas, sementara kemampuan peralatan tidak mencukupi.
Sebaliknya kemampuan peralatan yang tinggi akan menjadi tidak ekonomis bila dipakai dengan
kapasitas yang rendah.
1.10 Kinerja Proyek
Kinerja proyek dapat diukur dari indikator kinerja biaya, mutu, waktu, serta keselamatan kerja
dengan merencanakan secara cermat, teliti, dan terpadu seluruh alokasi sumber daya manusia,
peralatan,material, serta biaya yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Semua ini
diselaraskan dengan sasaran dan tujuan proyek.
1.10.1 Manajemen Biaya
Seluruh urutan kegiatan proyek perlu memiliki standar kinerja biaya proyek yang dibuat dengan
akurat dengan cara membuat format perencanaan seperti di bawah ini.
Kurva S, selain dapat mengetahuo progres waktu proyek, kurva S berguna juga untuk
mengendalikan kinerja biaya, hal ini duitunjukkan dari bobot pengeluaran kumulatif masingmasing kegiatan yang dapat dikontrol dengan membandingkannya dengan baseline periode
tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek.
Diagram Cash Flow, diagram yang menunjukkan rencana aliran pengeluaran dan pemasukan
biaya selama proyek berlangsung. Diagram ini diharapkan dapat mengendalikan keseluruhan
biaya proyek secara detail sehingga tidak mengganggu keseimbngan kas proyek.
Kurva Earned Value yang menyatakan nilai uang yang telah dikeluarkan pada baseline tertentu
sesuai dengan kemajuan aktual proyek. Bila ada indikasi biaya yang dikeluarkan melebihi
rencana, maka biaya itu dikoreksi dengan melakukan penjadwalan ulang dan meramalkan
seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan sampai akhir proyek karena penyimpangan tersebut.
Balance Sheet, yang menyatakan besarnya aktiva dan pasiva keuangan perusahaan selama
periode satu tahun dengan keseluruhan proyek yang telah dikerjakan beserta aset-aset yang
dimiliki perusahaan.
1.10.2 Manajemen Mutu
Jaminan mutu (quality assurance) dapat diperoleh dengan melakukan proses berdasarkan kriteria
material atau kerja yang telah ditetapkan hingga didapat standar produk akhir, dapat pula dengan
melaukukan suatu proses prosedur kerja yang berbentuk sistem mutu hingga didapat standar
sistem mutu terhadap produk akhir. Pengendalian tiap-tiap proses (quality control) dimaksudkan
untuk menjamin mutu material atau kerja yang diperoleh sesuai dengan sasaran dan tujuan yang
diterapkan.

Mendapatkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 dengan menjalankan prosedur sebagai bagian
dari keseluruhan sistem untuk mendapatkan produk akhir yang sesuai dengan yang direncanakan.
Prinsip-prinsip dasar yang dilakukan adalah membuat dan menulis perencanaan (say what you
do), melaksanakan dan mengendalikan sesuai rencana (what you say) serta mencatat apa yang
telah dilakukan (record what you did).
Sedangkan untuk melengkapi persyaratan sistem mutu diatas sehingga didapat mutu terbaik
terhadap standar produk akhir, dilakukan dengan cara membuat gambar kerja yang detail dan
akurat, lalu membuat spesifikasi umum dan teknis terhadap pekerjaan dan material yang
digunakan.
Untuk pengendalian selama pelaksanaan proyek, jadwal pengiriman material harus tepat waktu,
proses penyimpanan material aman dan terlindung, selain itu dibuatkan format standar prosedur
operasinya mengikuti spesifikasi yang telah ditetapkan dalam penggunaan materialnya.
Melengkapi pengendalian kinerja mutu dapat dilakukan dengan membuat prosedur dan instruksi
kerja dari total quality control (Pengendalian Mutu Terpadu), yaitu dengan melakukan kegiatan
perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pemeriksaan (check), tindakan koreksi corrective action).
1.10.3 Manajemen Waktu
Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan proyek beserta durasi
dan penggunaan sumber daya. Dari semua informasi dan data yang telah diperoleh, dilakukan
proses penjadwalan sehingga akan ada output berupa format-format laporan lengkap mengenai
indikator progres waktu, sebagai berikut :
Barchart, diagram batang yang secara sederhana dapat menunjukkan informasi rencana jadwal
proyek beserta durasinya, lalu dibandingkan dengan progres aktual sehingga diketahui apakah
proyek terlambat atau tidak.
Network Planning, sebagai jaringan kerja berbagai kegiatan dapat menunjukkan kegiatankegiatan kritis yang membutuhkan pengawasan ketat agar pelaksanaannya tidak keterlambatan.
Format Network Planning juga digunakan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang longgar
waktu penyelesaiannya berdasarkan total float-nya, sehingga kesemua itu dapat digunakan untuk
memperbaiki jadwal dan agar alokasi sumber dayanya menjadi lebih efektif serta efisien.
Kurva S, yang berguna dalam pengendalian kinerja waktu. Hal ini ditunjukkan dari bobot
penyelesaian kumulatif masing-masing kegiatan dibandingkan dengan keadaan aktual, sehingga
apakah proyek terlambat atau tidak dapat dikontrol dengan memberikan baseline pada periode
tertentu.
Kurva Earned Value yang dapat menyatakan progres waktu berdasarkan baseline yang telah
ditentukan untuk periode tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek. Bila ada indikasi waktu
terlambat dari yang direncanakan, maka hal itu dapat dikoreksi dengan menjadwal ulang proyek
dan meramalkan seberapa lama durasi yang diperlukan untuk penyelesaian proyek karena
penyimpangan tersebut, serta dengan menambah jumlah tenaga kerja waktu bergantian.
1.10.4 Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

K3 merupakan faktor yang paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek. Hasil yang
maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan waktu tiada artinya bila tingkat keselamatan kerja
terabaikan. Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan kerja yang tinggi.
Integrasi diperlukan untuk memastikan bahwa tugas menjalankan program K3 dapat dicapai
sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
Sistem keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan karena alasan-alasan berikut :
1. Perusahaan mempunyai tanggung jawab moral terhadap keselamatan dan kesehatan kerja,
tenaga kerja, sifat perusahaan, masyarakat pengguna fasilitas proyek, pemilik proyek serta
menjaga keawetan dan umur dari fasilitas yang telah dibuat. Selain itu, program K3 yang efekktif
akan meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja banyak pihak.
2. Sebagai antisipasi perusahaan untuk pemenuhan aspek legal hukum yang berlaku
sebagaimana diatur dan dipersyaratkan dalam :
Undang-Undang Kerja tahun 1948-1951, yang mengatur keselamatan kerja beserta
pencegahannya.
Undang-Undang No.14/1969, perlindungan keselamatan tenaga kerja.
Undang-Undang No.1 tahun 1970, mengatur tentang keselamatan kerja.
Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum No. Kep. 174/Men/1986/104/KPTS/1986, tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat dilakukan kegiatan konstruksi.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 195/KPTS/1989, mengenai Pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
Instruksi Menteri Pekerjaan Umum No. 1/IN/M/1990, mengenai Pelaksanaan Kampanye
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan DPU.
3. Dengan menerapkan konsep keselamatan kerja, berarti perusahaan telah menerapkan salah
satu fungsi manajemen di mana kinerja program K3 dpat menampilkan hasil program dengan
tingkat kecelakaan paling minimal atau tidak sama sekali.
4.

Secara ekonomis K3 mempunyai banyak manfaat, seperti :

Menghemat biaya yang tak terduga.


Meningkatkan moral dan produktivitas kerja.
Mengurangi risiko dan menghemat biaya asuransi karenapremiumnya lebih rendah karena
sejarah kecelakaan yang rendah.
Reputasi yang baik bagi perusahaan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja dapat
meningkatkan permintaan pasar terhadap keahlian perusahaan.
Tingkat efisiensi dan efektif kerja bagi perusahaan menjadi lebih tinggi dengan menekan risiko
kecelakaan yang akan terjadi.

1.11 Peraturan-peraturan yang Berlaku


1.11.1 Persyaratan Teknis dan Administrasi Hukum
Aspek Teknis Proyek
Beberapa aproyek seperti infrasturktur, peukiman, tata kota dan wilayah, manufaktur dan industri
mempunyai aturan-aturan teknis yang dikeluarkan oleh instansi berikut:
Indonesia telah memiliki beberapa persyaratan teknis yang berkaitan dengan proyek konstruksi.
Persyaratan ini selalu diperbarui secara berkala mengikuti perkembangan teknis perencanaan dan
pelaksanaan proyek, teknologi material serta efisiensi biaya, mutu dan waktu.
Standar Industri Indonesia (SII) yang mengatur tentang standar uji klarifikasi, syarat mutu,
syarat penandaan, pengambilan sampel material diterbitkan oleh Departemen Perindustrian.
Peraturan teknis bangunan dan proyek kelautan yang dikeluarkan oleh Dirjen Perhubungan Laut
serta Departemen Kelautan dan Perikanan.
Peraturan teknis bangunan dan proyek bangunan udara yang dikeluarkan oleh Dirjen
Perhubungan Udara serta lembaga terkait.
Peraturan-peraturan teknis dari negara lain yang telah diakui dan banyak dipakai sebagai
referensi dalam pelaksanaan proyek dan industri.
Aspek Administratif Hukum Proyek
Beberapa proyek dan industri mempunyai aturan-aturan administratif hukum yang dikeluarkan
oleh instansi terkait seperti:
Undang-undang RI No. 18, Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan lain sebagainya, diterbitkan
melalui Keputusan Presiden dan Menteri dari Departemen Pekerjaan Umum.
Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
Keputusan Presiden RI No. 61 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden RI No.
80 Tahun 2003.
Undang-undang RI No. 13 Tahun 1980 tentang Jalan Tol serta Peraturan Pemerintah RI No. 8
Tahun 1990 tentang Jalan Tol sebagai petunjuk pelaksanaannya yang diterbitkan melalui
Keputusan Presiden dan instansi PT. Jasa Marga sebagai badan hukum dari wakil pemerintah.
Undang-undang RI No. 38, Tahun 2004 tentang Jalan
Undang-undang RI No. 4, Tahun 1997 serta Peraturan Pemerintah No. 23 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagai petunjuk pelaksanaannya yang diterbitkan melalui Keputusan
Presiden dan instansi terkait Kementrian Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Jenis Rencana Usaha dan

Kegiatan Kerja Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL diputuskan oleh Menteri Negara
Lingkungan Hidup pada PP No. 17 Tahun 2001.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 195/KPTS/1989 mengenai Pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
Instruksi Menteri Pekerjaan Umum No. 1/IN/M/1990, mengenai Pelaksanaan Kampanya
Keselamatan dan Ksehatan Kerja (K3) di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
Undang-undang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
Aspek Hukum Proyek Konstruksi
Produktifitas di dalam proyek banyak bergantung pada proses waktu pelaksanaan proyek, di
mana waktu kerja produktif harus sesuai dengan metode dan sistem yang digunakan.
Produktivitas kerja yang rendah biasanya disebabkan oleh:
Moivasi tenaga kerja yang rendah
Kondisi tempat kerja yang buruk
Peralatan yang digunakan buruk
Material di bawah standar
Komunikasi yang buruk di proyek, pengawas yang tidak adil
Produktivitas di dalam proyek juga memerlukan komitmen perusahaan dalam hal pelatihan studi
dan penghapusan lembur, yang menyebabkan faktor pengembalian (revenue) dn kerugian yang
tinggi bagi suatu perusahaan industri jasa konstruksi.
Karakteristik Industri Konstruksi terdiri atas:
Sumbangan ke Produk Domestik Bruto : 5-14 %
Sangat rendahnya jaminan manajemen yang baik
Penggunaan tenaga kerja: tetap dan tidak tetap
Dengan tenaga kerja tak terlatih sekiar 90%
Banyak pihak yang terlibat
Riset dan pengembangannya sangat rendah
Ketentuan-ketentuan Hukum Proyek Konstruksi
Selama ini perkembangan aspek-aspek hukum konstruksi di Indonesia tidak seperti negaranegara maju. Pihak kontraktor banyak diikat oleh aturan-aturan ketat, tetapi pemilik dan
arsitek/engineer posisinya lebih superior dibanding kontraktor.
Ketentuan-ketentuan peninggalan zaman Belanda serta ketentuan lamanya yang masih menjadi
acuan adalah sebagai berikut:

1.

Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9 Tahun 1941

2.

Undang-undang Pembangunan Kota No. 168 Tahun 194

3.

Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia Tahun 1961

4.

Peraturan Beton Bertulang Indonesia (1971)

Hak dan Kewajiban Pengada Jasa (Kontraktor)


Hak pengada jasa dalam hal ini kontraktor adalah sebagai berikut:
1.

Mendapaykan bayaran untuk kemajuan pekerjaan

2.

Mencari jalan lain bila pemilik gagal melakukan pembayaran

3.

Mengakhiri kontrak karena sesuatu sebab

4.

Mendapatkan pembayaran ekstra dan perpanjangan waktu

5.

Melakukan banding terhadap keputusan owner

6.

Kontraktor bebas memilih subkontraktor

7.

Kontraktor bebas memilih subkontraktor

8.

Memilih tempat pembelian barang/material

9.

Melakukan kegiatan dengan caranya, sesuai dengan yang diizinkan

Kewajiban kontraktor meliputi hal-hal sebagai berikut:


Walaupun ada kesulitan, keterlambatan, ketidakcocokan, kecelakaan dalam kegiatan
pelaksanaan, kontraktor harus menyelesaikan proyek sesuai dengan aturan yang disepakati.
Kontraktor harus memberikan perhatian terhadap karyawan dan tenaga kerjanya.
Kontraktor diminta konfirmasinya terhadap hukum yang dimaksud dalam hal keamanaan
pekerjaan, lisensi, rekomitmen tenaga kerja, kebersihan lingkungan, pengawasan lalu lintas serta
barang yang mudah meledak.
Kontraktor berkewajiban mengikuti gambar dan spesifikasi yang ditentukan.
Kontraktor berkewajiban menjamin semua material, ketenagakerjaan yang harus ada pada
organisasinya maupun subkontrkator.
Penjamin asuransi adalah kewajiban kontrak bagi kontraktor.
Kewajiban Penyedia Jasa (Owner)
1.

Membuat dokumen lelang

2.

Melengkapi kebutuhan desain

3.

Menerbitkan dokumen lelang

4.

Menetapkan pemenang

Tugas dan Wewenang Konsultan Pengawas/Perencana


Konsultan adalah pihak ketiga yang mempunyai hak dan wewenang selama proses konstruksi
sejak kontrak belaku umum antara owner dan kontraktor.
Tugas dan wewenangnya meliputi:
1.

Mewakili owner dalam administrasi dan operasional konstruksi

2.

Memberikan advis dan konsultasi kepada owner

3.

Menengahi komunikasi antara owner dan kontrakto

4.

Mengawasi kemajuan proyek

5.

Memeriksa mutu pekerjaan

6.

Menyetujui material, peralatan dan shop drawing

7.

Membuat instruksi untuk mempercepat, memberhentikan dan mengoreksi pekerjaan

8.

Tidak tunduk terhadap prosedur dan atauran kontraktor

9.

Menerjemahkan ketentuan kontrak dan menilai pekerjaan kontraktor

10.

Bertanggung jawab pada pihak ketiga karena kelalaian yang di perbuat

Klaim dan Peselisihan


Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat dilakukan melalui pengadilan maupun di luar
pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersangkutan.
Sengketa biasanya muncul karena adanya:
Perbedaan penafsiran
Wan prestasi
Adanya aturan-aturan yang tidak jelas
Penyelesaian di luar pengadilan dengan cara-cara sebagai berikut:
Negosiasi
Konsiliasi
Mediasi
Arbitrase
Biasanya hasil penyelesaian sengketa ini dapat berupa kesepakatan. Penyelesaian melalui
pengadilan adalah pilihan terakhir karena prosesnya cukup lama dan kompleks serta biaya yang
cukup besar. Penyelesaian sengketa dan proses penadilan ini adalah putusan akhir dan mengikat.

Penyelesaian di Luar Pengadilan


Karena sedapat mungkin menghindari proses pengadilan, penyelesaian di luar lebih disukai
karena lebih cepat, lebih murah, dan cenderung dalam suasana musyawarah mufakat. Pada pasal
77 UU No. 18/1999 disebutkan:
Penyelesaian jasa konstruksi di luar pengadilan dapat ditempuh untuk masalah-masalah yang
timbul dalam kegiatan pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi serta dalam hal
terjadi kegagalan bangunan.
Penyelesaian jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan jasa
pihak ketiga yang disepakati oleh para pihak.
Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibentuk oleh pemerintah dan atau
masyarakat jasa konstruksi.
Intisari Manajemen Proyek
Dari seluruh uraian manajemen proyek pada Bab ini, dapat diberikan suatu konklusi terpadu
yang memberikan informasi struktur area manajemen proyek berupa langkah-langkah kegiatan
yang dilakukan , proses, objek dan area manajemen proyek serta indikator kinerja yang
diharapkan sebagai sasaran dan tujuan proyek.
Pendekatan mengenai tahapan proyek secara umum adalah mengidentifikasi urutan langkah yang
harus diselesaikan. Dalam pendekatan tradisional ini, lima komponen perkembangan proyek
dapat dibedakan (empat tahap ditambah kontrol) dan ditambah lagi tahapan penyelesaian proyek,
yang dapat juga dapat disebut Siklus Kehidupan Proyek (Project Life Cycle). Secara umum,
siklus hidup proyek merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana
sebuah proyek direncanakan, dikontrol, dan diawasi sejak proyek disepakati untuk dikerjakan
hingga tujuan akhir proyek tercapai. Terdapat lima tahap kegiatan utama yang dilakukan dalam
siklus hidup proyek yaitu :
inisiasi;
perencanaan dan desain;
pelaksanaan dan konstruksi;
pemantauan dan sistem pengendalian;
penyelesaian.
Daftar Pustaka
Ir. Husen, Abrar, MT, Manajemen Proyek, Penerbit C.V ANDI Offset, Yogyakarta, 2009.
www.wikipedia.org/wiki

Anda mungkin juga menyukai