Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK

NAMA : PRIAMBAGUS WICAKSONO

NPM : 19100160

JURUSAN : SISTEM INFORMASI

DOSEN : TAUFIK,M.T.I

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

DAN KOMPUTER (STMIK) PRINGSEWU

TAHUN AJARAN2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Manajemen Proyek pada Konstruksi Jembatan“. Dan pada kesempatan
ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah manajemen
proyek Taufik,M.T.I dan teman-teman seperjuangan yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran, dan petunjuk hingga makalah ini dapat disusun dengan
baik. “TAK ADA GADING YANG TAK RETAK”, sebagai sebuah makalah,
tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak yang berkepentingan, guna penyempurnaan makalah
ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
penulis dan pembaca.

Pringsewu, desember 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dalam kegiatan industri pada beberapa aspek


memerlukan manajemen atau pengelolaan yang dituntut memiliki kinerja,
kecermatan, keekonomisan, keterpaduan, kecepatan, ketepatan, ketelitian
serta keamanan yang tinggi dalam rangka memperoleh hasil akhir yang
sesuai harapan. Pengelolaan suatu kegiatan dengan investasi berskala
besar dan tingkat kompleksitas yang sangat sulit membutuhkan cara
teknis/metode yang teruji, sumber daya yang berkualitas, serta penerapan
ilmu pengetahuan yang tepat dan up to date.

Manajemen sebagai ilmu mengelola suatu kegiatan yang


skalanya dapat bersifat kecil atau bahkan sangat besar, mempunyai
ukuran tersendiri terhadap hasil akhir. Dengan menerapkan prinsip-
prinsip dasar manajemen yang sama oleh individu atau organisasi yang
berbeda, hasil akhir proses manajemen dapat berbeda satu sama lain. Ini
karena ada perbedaan-perbedaan budaya, pengalaman, lingkungan,
kondisi sosial, tingkat ekonomi, karakter sumber daya manusia sefta
kemampuan untuk menguasai prinsip-prinsip dasar manajemen.

Manajemen dalam pelaksanaan konstruksi dilakukan dengan


perencanaan dan penjadwalan, yaitu proses yang mencoba meletakkan
dasar tujuan dan dasar sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya
untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Dimana tujuan dalam
pelaksanaan konstruksi adalah untuk menyelesaikan pekerjaan dan
mendapat keuntungan dari total biaya yang dikeluarkan. Sedangkan
sasaran dalam pelaksanaan konstruksi adalah pengembangan usaha dan
peningkatan produktivitas.

Konstruksi dan kemampuan untuk membangun sesuatu adalah


salah satu keterampilan tertua dari manusia. Pada zaman prasejarah,
keterampilan membangunlah yang membedakan Homo Sapiens dari
spesies lain.

Pada masa sekarang ini, industri konstruksi merupakan suatu


industri ekonomi nasional yang berhubungan dengan persiapan lahan dan
pembangunan, percepatan, dan perbaikan bangunan, struktur dan properti
lain. Atas dasar itu, industri konstruksi merupakan salah satu industri
yang paling berkembang di seluruh dunia. Dan salah satu industri tersebut
adalah konstruksi jembatan.

Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi


tingkat kepentingnya tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan menjadi
suatu bahan studi yang menarik.

Bila lebar jembatan kurang lebar untuk menampung jumlah jalur


yang diperlukan oleh lalu lintas, jembatan akan menghambat laju lalu
lintas. Dalam hal ini jembatan akan menjadi pengontrol volume dan berat
lalu lintas yang dapat dilayani oleh sistem transportasi. (Supriyadi &
Muntohar, 2007:1). Oleh karena itu, untuk menciptakan kondisi tersebut,
maka dibutuhkan suatu keilmuan manajemen proyek yang baik dalam
proses konstruksinya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
a. Apa yang dimaksud dengan manajemen proyek?
b. Bagaimana memanajemen suatu proyek (jembatan)?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
a. Dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan manajemen proyek.
b. Dapat mengetahui bagaimana memanajemen suatu proyek (jembatan).
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen

Kata manajemen berasal dari kata manos, managio, manage, yang


artinya melatih kuda mengangkat kaki, merupakan kutipan dari bahasa
Latin/Italia/Perancis. Selanjutnya dapat dipahami bahwa dalam melatih
kuda mengangkat kaki diperlukan langkah-langkah yang teratur dan
dilakukan secara bertahap, sehingga manajemen identik dengan mengatur
atau menata sesuatu dengan fungsinya.
Hidup berkelompok adalah gejala hidup yang sangat menonjol di
dalam masyarakat. Kebanyakan kelompok-kelompok ini merupakan
wujud usaha bersama karena memiliki tujuan bersama. Untuk mencapai
tujuan dari usaha- usaha tersebut, diperlukan rangkaian pekerjaan-
pekerjaan induk menurut corak dari tujuan itu. Agar pekerjaan-pekerjaan
induk dan sumber-sumber kegiatan lainnya dapat terarahkan kepada
maksud pencapaian tujuan haruslah dilakukan pengaturan. Istilah lazim
yang digunakan untuk pengaturan ini adalah penataan, dari asal kata
“tata”, “menata” dan seterusnya. Rangkaian penataan inilah yang
dimaksud dengan administrasi. Sebagian dari kegiatan-kegiatan yang
demikian adalah kegiatan yang khusus menyangkut segi-segi memimpin
pengaturan atau penataan tadi, agar tujuan sungguh-sungguh dapat
dicapai, kegiatan inilah yang disebut dengan manajemen. Jadi pada
pokoknya, manajemen adalah: “Segenap rangkaian memimpin penataan
atau pengaturan terhadap pekerjaan induk dan sumber-sumber kegiatan
lainnya dalam suatu usaha bersama agar tujuan dapat benar-benar
dicapai”.

Tujuan manajemen:
Mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan
sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil maksimal dalam hal
ketepatan, kecepatan, penghematan dan keselamatan kerja secara
komprehensif.

B. Proyek
Proyek adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan waktu dan
sumber daya terbatas untuk mencapai hasil akhir yang ditentukan. Dalam
mencapai hasil akhir, kegiatan proyek dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan
mutu, yang dikenal sebagai tiga kendala (triple constraint).
Menurut DI Cleland dan Wr. King (1987), proyek merupakan gabungan
dari berbagai sumber daya yang dihimpun dalam organisasi semenata
untuk mencapai tujuan tertentu.

C. Manajemen proyek
Manajemen proyek adalah proses merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai
sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Manajemen proyek tumbuh
karena dorongan mencari pendekatan pengelolaan yang sesuai dengan
tuntutan dan sifat kegiatan proyek, suatu kegiatan yang dinamis dan
berbeda dengan kegiatan operasionil rutin.

Gambar 2.1. Proses manajemen proyek.

Dari Gambar 2.1 dapat diuraikan bahwa proses manajemen proyek


dimulai dari kegiatan perencanaan hingga pengendalian yang didasarkan
atas input-input seperti tujuan dan sasaran proyek, informasi dan data
yang digunakan, serta penggunaan sumber daya yang benar dan sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan.
Dalam proses sesungguhnya, pemimpin dengan wewenang yang ada
dalam organisasi proyek mengelola dan mengarahkan segala perangkat
dan sumber daya yang ada dengan kondisi terbatas, tetapi berusaha
memperoleh pencapaian paling maksimal sesuai dengan standar kinerja
proyek dalam hal biaya, mutu, waktu dan keselamatan kerja yang telah
ditetapkan sebelumnya. Untuk mendaparkan produk akhir yang
maksimal, segala macam kegiatan pada proses manajemen proyek
direncanakan dengan detail dan akurat untuk mengurangi penyimpangan-
penyimpangan, Dan bila ada tindakan koreksi dalam proses selanjutnya,
diusahakan koreksi tersebut tidak terlalu banyak.

Dalam manajemen proyek, yang perlu dipertimbangkan agar output


proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah
mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin timbul ketika proyek
dilaksanakan. Beberapa aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi
masalah dalam manajemen Proyek serta membutuhkan penanganan yang
cermat, adalah sebagai berikut:
 Aspek Keuangan
Masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek.
Biasanya berasal dari modal sendiri dan/atau pinjaman dari bank atau
investor dalam jangka pendek atau jangka panjang. Pembiayaan
proyek menjadi sangat krusial bila proyek berskala besar dengan
tingkat kompleksitas yang rumit, yang membutuhkan analisis
keuangan yang cermat dan terencana.
 Aspek Harga: Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal
persaingan harga, yang dapat merugikan perusahaan karena produk
yang dihasilkan membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan kalah
bersaing dengan produk lain.
 Aspek Efektivitas dan Efisiensi: Masalah ini dapat merugikan bila
fungsi produk yang dihasilkan tidak terpenuhi/tidak efektif atau dapat
juga terjadi bila faktor efisiensi tidak dipenuhi, sehingga usaha
produksi membutuhkan biaya yang besar.
 Aspek Pemasaran: Masalah ini timbul berkaitan dengan
perkembangan factor eksternal sehubungan dengan persaingan harga,
strategi promosi, mutu produk serta analisis pasar yang salah terhadap
produksi yang dihasilkan.
 Aspek Mutu: Masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir
yang nantinya dapat meningkatkan daya saing serta memberikan
kepuasan bagi pelanggan.
 Aspek Anggaran Biaya: Masalah ini berkaitan dengan perencanaan
dan pengendalian biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan yang
matang dan terperinci akan memudahkan proses pengendalian biaya,
sehingga biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang
direncanakan. jika sebaliknya, akan terjadi peningkatan biaya yang
besar dan merugikan bila proses perencanaannya salah.
 Aspek Waktu: Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya
bila terlambat dari yang direncanakan serta akan menguntungkan bila
dapat dipercepat.
 Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia: Masalah ini berkaitan
dengan kebutuhan dan alokasi SDM selama proyek berlangsung yang
berfluktuatif. Agar tidak menimbulkan masalah yang kompleks,
perencanaan SDM didasarkan atas organisasi proyek yang dibentuk
sebelumnya dengan melakukan langkah-langkah, Proses staffing
SDM, deskripsi kerja, perhitungan beban kerja, deskripsi wewenang
dan tanggung jawab SDM serta penjelasan tentang sasaran dan tujuan
proyek.
 Aspek Manajemen Produksi: Masalah ini berkaitan dengan hasil
akhir dari proyek; hasil akhir proyek negatif bila proses perencanaan
dan pengendaliannya tidak baik. Agar hal ini tidak terjadi, maka
dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas SDM,
meningkatkan efisiensi proses produksi dan kerja, meningkatkan
kualitas produksi melalui jaminan mutu dan pengendalian mutu.
BAB III

PEMBAHASAN

Konstruksi jembatan merupakan salah satu konstruksi berat. Yang


termasuk dalam konstruksi ini adalah proyek-proyek utilitas suatu negara,
bendungan, pemipaan, transportasi selain jalan raya, transportasi air dan
transportasi udara. Konstruksi ini dibiayai oleh pemerintah atau kerja sama
pemerintah-swasta.

Lalu, bagaimanakah memanajemen suatu proyek?

Pada BAB II, sudah dibahas secara umum tentang proses manajemen proyek
dimulai dari kegiatan perencanaan hingga pengendalian. Dan untuk
memanajemen suatu proyek jembatan akan dijelaskan dalam uraian berikut:

A. Perencanaan (planning)

Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan
menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan kebijakan
pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur
pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya dan
sumber daya.

Sebelum sampai tahap pelaksanaan konstruksi, paling tidak seorang ahli atau
perancang telah mempunyai data baik sekunder maupun primer yang berkaitan
dengan pembangunan jembatan. Data tersebut merupakan bahan pemikiran dan
pertimbangan sebelum kita mengambil suatu keputusan akhir. Pada Gambar 3.1
berikut ini ditunjukkan tentang suatu proses tahapan perencanaan yang perlu
dilaksanakan. (Supriyadi & Muntohar, 2007:24)

Gambar 3.1. Skema proses perencanaan


Data yang diperlukan dapat berupa:

a. Lokasi

 Topografi

 Lingkungan: kota dan luar kota

 Tanah dasar

b. Keperluan: melintas sungai, melintas jalan lain

c. Bahan struktur:

 Karakteristik

 Ketersediaannya

d. Peraturan

Proses perencanaan secara detail dapat dijelaskan dengan diagram alir yang
ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Diagram alir proses perencanaan (Supriyadi & Muntohar, 2007:25)
1. Pemilihan lokasi jembatan
Penentuan lokasi dan layout jembatan tergantung pada kondisi lalulintas.
Secara umum, suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalulintas dengan
baik, kecuali bila terdapat kondisi-kondisi khusus. Prinsip dasar dalam
pembangunan jembatan adalah “jembatan untuk jalan raya, tetapi bukan jalan
raya untuk jembatan” (Troitsky, 1994). Oleh karenanya kondisi lalulintas yang
berbeda-beda dapat mempengaruhi lokasi jembatan pula.
Panjang-pendeknya bentang jembatan akan disesuaikan dengan lokasi
jalan setempat. Penentuan bentangnya dipilih yang sangat layak dari beberapa
alternatif bentang pada beberapa lokasi yang telah diusulkan. Beberapa
pertimbangan terhadap lokasi akan didasarkan pada kebutuhan.
Dalam penentuan lokasi akan dijumpai suatu permasalahan apakah
dibangun di daerah perkotaan ataukah pinggiran kota bahkan di pedesaan.
Perencanaan dan perancangan jembatan di daerah perkotaan terkadang tidak
diperhatikan dengan cermat dan tepat. Kehadiran jembatan ditengah kota sangat
mempengaruhi landscape atau tatakota tersebut. Dalam perencanaan dan
perancangan tipe jembatan modern di daerah perkotaaan, seorang ahli sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan
estetika-arsitektual.

2. Layout jembatan
Setelah lokasi jembatan ditentukan, variable berikutnya yang penting pula
sebagai pertimbangan adalah layout jembatan terhadap topografi setempat. Pada
awal perkembangan system jalan raya, standar jalan raya lebih rendah dari
jembatan. Biaya investasi jembatan merupakan proporsi terbesar dari total biaya
jalan raya. Sebagai konsekuensinya, struktur tersebut hampir selalu dibangun apa
tempat yang ideal untuk memungkinkan bentang jembatan sangat pendek,
pondasi dapat dibuat sehematnya, dan melintasi sungai dengan layout berbentuk
square layout.

3. Penyelidikan lokasi
Setelah lokasi dan layout jembatan ditetapkan pada peta, tahap berikutnya
adalah mempersiapkan tahap preliminaly design. Akan tetapi, sebelum tahap
preliminary design, hal penting untuk dipelajari adalah tentang keadaan lokasi
jembatan, terutama loka kondisi rencana struktur bawah pada sungai.
Sehingga sering dikatakan bahwa “jembatan dibangun dibawah air
(bridges are built under the water)”. Oleh karenanya, langkah pertama
dalam desain dan konstruksi jembatan adalah pendetailan penyelidikan
lokasi. Tipe panjang bentang dan biaya serta beberapa kejanggalan
dalam tahap perencanaan dapat ditentukan dari hasil penyelidikan ini.
Keseluruhan pekerjaan inin terbagi atas dua bagian yang saling melengkapi satu
sama lainnya, yaitu pekerjaan di kantor (office work) dan pekerjaan lapangan
(field work).
B. Pengorganisasian (organizing)
Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis
pekerjaan, menentukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta
meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Untuk
menggerakkan organisasi, pimpinan harus mampu mengarahkan organisasi dan
menjalin komunikasi antarpribadi dalam hierarki organisasi. Semua itu dibangkitkan
melalui ranggung jawab dan partisipasi semua pihak. Struktur organisasi yang sesuai
dengan kebutuhan proyek dan kerangka penjabaran tugas personel penanggung
jawab yang jelas, sefta kemampuan personel yang sesuai keahliannya, akan
diperoleh hasil positif bagi organisasi.

C. Pelaksanaan (actuating)
Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah
ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara
fisik atau nonfisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan
yang telah diretapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih ramalan
dan subyektif serta masih perlu penyempurnaan, dalam tahapan ini sering
terjadi perubahan- perubahan dari rencana yang telah ditetapkan.
Biasanya, pada tahapan pelaksanaan, pihak-pihak yang terlibat lebih
beragam. Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi terpadu untuk mencapai
keserasian dan keseimbangan kerja. Pada tahapan ini juga telah ditetapkan
konsep pelalsanaan serta personel yang terlibat pada organisasinya, kemudian
secara detail menetapkan jadwal, program, alokasi biaya, serta alokasi sumber
daya yang digunakan.

D. Pengendalian (controlling)
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimaksudkan untuk
memastikan bahwa program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat
dicapai dengan penyimpangan paling minimal dan hasil paling memuaskan.
Untuk itu dilakukan bentuk-bentuk kegiatan seperti berikut:
 Supervisi: melakukan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan
dalam batas wewenang dan tanggung jawab menurut prosedur
organisasi yang telah ditetapkan, agar dalam operasional dapat
dilakukan secara bersama- sama oleh semua personel dengan kendali
pengawas.
 Inspeksi: melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan
tujuan menjamin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang
direncanakan.
 Tindakan Koreksi: melakukan perubahan dan perbaikan terhadap
rencana yang telah ditetapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi
pelaksanaan.
Proses dalam manajemen sifatnya umum dan dapat digunakan dalam
berbagai kegiatan/bidang yang membutuhkan pengelolaan yang sistematis,
terarah serta mempunyai sasaran dan tujuan yang jelas. Macam dan bidang
yang menggunakan ilmu manajemen adalah manajemen pemerintahan,
manajemen industri, manajemen perusahaan, manajemen sumber daya,
manajemen proyek, dan lain sebagainya. untuk manajemen proyek biasanya
kurun waktu dibatasi oleh program-program yang sifatnya sementara dan
berakhir bila sasaran dan tujuan organisasi proyek sudah tercapai. Bila
membuat proyek sejenis pada waktu sesudahnya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah;

1. Manajemen proyek adalah proses merencanakan, mengorganisir,


memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai
sasaran jangka pendek yang telah ditentukan.

2. Proses manajemen proyek:

 Perencanaan, pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi


yang ada dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai
serta menentukan kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan,
jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan secara administratif
dan operasional serta alokasi anggaran biaya dan sumber daya

 Pengorganisasian, pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan


pengelompokan jenis-jenis pekerjaan, menentukan pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab personel serta meletakkan dasar bagi
hubungan masing-masing unsur organisasi.

 Pelaksanaan, kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang


telah ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang
sesungguhnya secara fisik atau nonfisik sehingga produk akhir sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah diretapkan.

 Pengendalian, kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimaksudkan


untuk memastikan bahwa program dan aturan kerja yang telah
ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpangan paling minimal dan hasil
paling memuaskan.

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan penulis adalah:

1. Dalam menyiapkan suatu proyek harus dilakukan perencanaan manajemen


sematang-matangnya supaya tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan
kegagalan pada proyek tersebut.

2. Kerjasama antar struktur organisasi juga akan berpengaruh dengan


pelaksanaan proyek. Jadi komunikasi antar personal harus terjalin baik.
DAFTAR PUSTAKA

Husen, Abrar. 2010. Manajemen Proyek. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Karaini, Armaini Akhirson. Pengantar Manajemen Proyek. Depok:

Gunadarma.

Rani, Hafnidar A. 2016. Manajemen Proyek Konstruksi.

Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Supriyadi, Bambang dan Agus Setyo Muntohar. 2007. Jembatan.

Yogyakarta. Widiasanti, Irika dan Lenggogeni. 2013. Manajemen

Konstruksi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai