NPM : 19100160
DOSEN : TAUFIK,M.T.I
TAHUN AJARAN2021/2022
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
a. Apa yang dimaksud dengan manajemen proyek?
b. Bagaimana memanajemen suatu proyek (jembatan)?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
a. Dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan manajemen proyek.
b. Dapat mengetahui bagaimana memanajemen suatu proyek (jembatan).
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen
Tujuan manajemen:
Mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan
sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil maksimal dalam hal
ketepatan, kecepatan, penghematan dan keselamatan kerja secara
komprehensif.
B. Proyek
Proyek adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan waktu dan
sumber daya terbatas untuk mencapai hasil akhir yang ditentukan. Dalam
mencapai hasil akhir, kegiatan proyek dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan
mutu, yang dikenal sebagai tiga kendala (triple constraint).
Menurut DI Cleland dan Wr. King (1987), proyek merupakan gabungan
dari berbagai sumber daya yang dihimpun dalam organisasi semenata
untuk mencapai tujuan tertentu.
C. Manajemen proyek
Manajemen proyek adalah proses merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai
sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Manajemen proyek tumbuh
karena dorongan mencari pendekatan pengelolaan yang sesuai dengan
tuntutan dan sifat kegiatan proyek, suatu kegiatan yang dinamis dan
berbeda dengan kegiatan operasionil rutin.
PEMBAHASAN
Pada BAB II, sudah dibahas secara umum tentang proses manajemen proyek
dimulai dari kegiatan perencanaan hingga pengendalian. Dan untuk
memanajemen suatu proyek jembatan akan dijelaskan dalam uraian berikut:
A. Perencanaan (planning)
Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan
menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan kebijakan
pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur
pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya dan
sumber daya.
Sebelum sampai tahap pelaksanaan konstruksi, paling tidak seorang ahli atau
perancang telah mempunyai data baik sekunder maupun primer yang berkaitan
dengan pembangunan jembatan. Data tersebut merupakan bahan pemikiran dan
pertimbangan sebelum kita mengambil suatu keputusan akhir. Pada Gambar 3.1
berikut ini ditunjukkan tentang suatu proses tahapan perencanaan yang perlu
dilaksanakan. (Supriyadi & Muntohar, 2007:24)
a. Lokasi
Topografi
Tanah dasar
c. Bahan struktur:
Karakteristik
Ketersediaannya
d. Peraturan
Proses perencanaan secara detail dapat dijelaskan dengan diagram alir yang
ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Diagram alir proses perencanaan (Supriyadi & Muntohar, 2007:25)
1. Pemilihan lokasi jembatan
Penentuan lokasi dan layout jembatan tergantung pada kondisi lalulintas.
Secara umum, suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalulintas dengan
baik, kecuali bila terdapat kondisi-kondisi khusus. Prinsip dasar dalam
pembangunan jembatan adalah “jembatan untuk jalan raya, tetapi bukan jalan
raya untuk jembatan” (Troitsky, 1994). Oleh karenanya kondisi lalulintas yang
berbeda-beda dapat mempengaruhi lokasi jembatan pula.
Panjang-pendeknya bentang jembatan akan disesuaikan dengan lokasi
jalan setempat. Penentuan bentangnya dipilih yang sangat layak dari beberapa
alternatif bentang pada beberapa lokasi yang telah diusulkan. Beberapa
pertimbangan terhadap lokasi akan didasarkan pada kebutuhan.
Dalam penentuan lokasi akan dijumpai suatu permasalahan apakah
dibangun di daerah perkotaan ataukah pinggiran kota bahkan di pedesaan.
Perencanaan dan perancangan jembatan di daerah perkotaan terkadang tidak
diperhatikan dengan cermat dan tepat. Kehadiran jembatan ditengah kota sangat
mempengaruhi landscape atau tatakota tersebut. Dalam perencanaan dan
perancangan tipe jembatan modern di daerah perkotaaan, seorang ahli sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan
estetika-arsitektual.
2. Layout jembatan
Setelah lokasi jembatan ditentukan, variable berikutnya yang penting pula
sebagai pertimbangan adalah layout jembatan terhadap topografi setempat. Pada
awal perkembangan system jalan raya, standar jalan raya lebih rendah dari
jembatan. Biaya investasi jembatan merupakan proporsi terbesar dari total biaya
jalan raya. Sebagai konsekuensinya, struktur tersebut hampir selalu dibangun apa
tempat yang ideal untuk memungkinkan bentang jembatan sangat pendek,
pondasi dapat dibuat sehematnya, dan melintasi sungai dengan layout berbentuk
square layout.
3. Penyelidikan lokasi
Setelah lokasi dan layout jembatan ditetapkan pada peta, tahap berikutnya
adalah mempersiapkan tahap preliminaly design. Akan tetapi, sebelum tahap
preliminary design, hal penting untuk dipelajari adalah tentang keadaan lokasi
jembatan, terutama loka kondisi rencana struktur bawah pada sungai.
Sehingga sering dikatakan bahwa “jembatan dibangun dibawah air
(bridges are built under the water)”. Oleh karenanya, langkah pertama
dalam desain dan konstruksi jembatan adalah pendetailan penyelidikan
lokasi. Tipe panjang bentang dan biaya serta beberapa kejanggalan
dalam tahap perencanaan dapat ditentukan dari hasil penyelidikan ini.
Keseluruhan pekerjaan inin terbagi atas dua bagian yang saling melengkapi satu
sama lainnya, yaitu pekerjaan di kantor (office work) dan pekerjaan lapangan
(field work).
B. Pengorganisasian (organizing)
Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis
pekerjaan, menentukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta
meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Untuk
menggerakkan organisasi, pimpinan harus mampu mengarahkan organisasi dan
menjalin komunikasi antarpribadi dalam hierarki organisasi. Semua itu dibangkitkan
melalui ranggung jawab dan partisipasi semua pihak. Struktur organisasi yang sesuai
dengan kebutuhan proyek dan kerangka penjabaran tugas personel penanggung
jawab yang jelas, sefta kemampuan personel yang sesuai keahliannya, akan
diperoleh hasil positif bagi organisasi.
C. Pelaksanaan (actuating)
Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah
ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara
fisik atau nonfisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan
yang telah diretapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih ramalan
dan subyektif serta masih perlu penyempurnaan, dalam tahapan ini sering
terjadi perubahan- perubahan dari rencana yang telah ditetapkan.
Biasanya, pada tahapan pelaksanaan, pihak-pihak yang terlibat lebih
beragam. Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi terpadu untuk mencapai
keserasian dan keseimbangan kerja. Pada tahapan ini juga telah ditetapkan
konsep pelalsanaan serta personel yang terlibat pada organisasinya, kemudian
secara detail menetapkan jadwal, program, alokasi biaya, serta alokasi sumber
daya yang digunakan.
D. Pengendalian (controlling)
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimaksudkan untuk
memastikan bahwa program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat
dicapai dengan penyimpangan paling minimal dan hasil paling memuaskan.
Untuk itu dilakukan bentuk-bentuk kegiatan seperti berikut:
Supervisi: melakukan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan
dalam batas wewenang dan tanggung jawab menurut prosedur
organisasi yang telah ditetapkan, agar dalam operasional dapat
dilakukan secara bersama- sama oleh semua personel dengan kendali
pengawas.
Inspeksi: melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan
tujuan menjamin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang
direncanakan.
Tindakan Koreksi: melakukan perubahan dan perbaikan terhadap
rencana yang telah ditetapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi
pelaksanaan.
Proses dalam manajemen sifatnya umum dan dapat digunakan dalam
berbagai kegiatan/bidang yang membutuhkan pengelolaan yang sistematis,
terarah serta mempunyai sasaran dan tujuan yang jelas. Macam dan bidang
yang menggunakan ilmu manajemen adalah manajemen pemerintahan,
manajemen industri, manajemen perusahaan, manajemen sumber daya,
manajemen proyek, dan lain sebagainya. untuk manajemen proyek biasanya
kurun waktu dibatasi oleh program-program yang sifatnya sementara dan
berakhir bila sasaran dan tujuan organisasi proyek sudah tercapai. Bila
membuat proyek sejenis pada waktu sesudahnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Gunadarma.
Yogyakarta: DEEPUBLISH.