Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu
Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu
PENDAHULUAN
BAB II
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS
2.1. PENGERTIAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU
PUSKESMAS (SP2TP)
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan instrumen vital dalam
sistem kesehatan. Informasi tentang kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan di
puskesmas, kematian, dan berbagai informasi kesehatan lainnya berguna untuk pengambilan
keputusan dan pembuatan kebijakan di tingkat kabupaten atau kota maupun kecamatan.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah kegiatan pencatatan dan
pelaporan data umum, sarana, tenaga, dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang
2
Puskesmas
merupakan
sumber
pengumpulan data dan informasi ditingkat puskesmas. Segala data dan informasi baik faktor
utama dan tenaga pendukung lain yang menyangkut puskesmas untuk dikirim ke pusat serta
sebagai bahan laporan untuk kebutuhan. Menurut Bukhari Lapau (1989) data yang dikumpul
oleh puskesmas dan dirangkum kelengkapan dan kebenaranya. Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) ialah laporan yang dibuat semua puskesmas
pembantu, posyandu, puskesmas keliling bidan-bidan desa dan lain-lain yang termasuk dalam
wilayah kerja puskesmas. Pencatatan dan pelaporan mencangkup: b.1: Data umum dan
demografi wilayah kerja puskesmas, b.2: Data ketenagaan puskesmas, dan b.3: Data sarana
yang dimiliki puskesmas.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal: (1) pencatatan,
pelaporan, dan pengolahan; (2) analisis; dan (3) pemanfaatan. Pencatatan hasil kegiatan oleh
pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang berlaku untuk masing-masing program.
Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke dalam format laporan SP3 yang sudah
dibukukan. Koordinator SP3 di puskesmas menerima laporan-laporan dalam format buku tadi
dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di
Dinas Kesehatan Kabupaten. Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke
masing-masing pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan
Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan
Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya. Frekuensi pelaporan
sebagai berikut: (1) bulanan; (2) tribulan; (3) tahunan. Laporan bulanan mencakup data
kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan penggunaan obat-obat. Laporan tribulanan meliputi
3
kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan
puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi. Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang
meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat dan lingkungan
kedinasan, data ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan di
tingkat kabupaten dan kecamatan memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang bernilai,
yaitu data atau informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan.
Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas
kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadi Puskesmas juga merupakan
fondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi yang akurat,
representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan
kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat,
dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan
progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas,
dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas.
Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu
puskesmas atau yang disbut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas
(SP2TP).
Muninjaya (2004) berpendapat bahwa untuk pengembangan efektifitas Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas, standar mutu (Input, Proses, Lingkungan dan Output)
perlu dikaji dan dirumuskan kembali, masing-masing komponen terutama proses pencatatan
dan pelaporannya perlu ditingkatkan.
2.2. TUJUAN
SISTEM
PENCATATAN
DAN
PELAPORAN
TERPADU
PUSKESMAS (SP2TP)
Tujuan SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas) adalah agar
semua data hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang diatasnya
sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya
kesehatan masyarakat.
Tujuan Umum:
Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya
guna melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yg menunjang.
Tujuan Khusus:
gedung.
Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas adalah semua data yang diperoleh
dari pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan dalam gedung puskesmas
seperti tekanan darah, laboratorium, KB dan lain-lain. Pencatatan dan pelaporan ini
menggunakan: family folder, kartu indeks penyakit, buku register dan sensus harian.
Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat
berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti
Kegiatan progam yandu, kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain. Pencatatan dan
Pelaporan ini menggunakan kartu register dan kartu murid.
Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan
terpadu puskesmas atau yang disebut dengan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu
Puskesmas (SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan Kabupaten atau kota setiap awal
bulan, kemudian ke Dinas Kesehatan kabupaten atau kota mengolahnya dan mengirimkan
umpan baliknya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan Pusat. Umpan balik
tersebut harus dikirimkan kembali secara rutin ke Puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi
keberhasilan progam. Namun sejak otonomi daerah dilaksanakan puskesmas tidak punya
kewajiban lagi mengirimkan laporan ke Departemen Kesehatan Pusat tetapi dinkes
kabupaten/kota lah yang berkewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke Departemen
Kesehatan Pusat.
2. JENIS PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS
Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain:
a. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.
b. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi
c. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam.
Laporan jenis ini ada 4 jenis yaitu:
LB1, berisi data kesakitan
LB2, berisi data kematian
LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll
LB4, berisi data obat-obatan
Bentuk Formulir Pelaporan
a. Formulir LB: untuk data kesakitan dan obat dengan LPLPO
b. Formulir LT: untuk data kegiatan
5
Linen
Peralatan Laboratorium
Peralatan untuk Kesehatan Gigi
Peralatan untuk Penyuluhan
Peralatan untuk Tindakan Medis dan Non Medis
i. Laporan data dasar Puskesmas
LSD1: data kependudukan, fasilitas pendidikan, kesehatan, lingkungan dan peran
serta)
LSD2: ketenagaan Puskesmas dan Puskesma Pembantu
LSD3: peralatan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Ada juga jenis laporan lain seperti laporan triwulan, laporan semester, dan laporan
tahunan yang mencakup data kegiatan progam yang sifatnya lebih komprehensif disertai
6
penjelasan secara naratif. Yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan semua jenis data
yang telah dibuat dalam laporan sebagai masukan atau input untuk menyusun perencanaan
puskesmas
(micro
planning)
dan
lokakarya
mini
puskesmas
(LKMP).
Analisis data hasil kegiatan progam puskesmas akan diolah dengan menggunakan statistik
sederhana dan distribusi masalah dianalisis menggunakan pendekatan epidemiologis
deskriptif. Data tersebut akan disusun dalam bentuk tabel dan grafik informasi kesehatan dan
digunakan sebagai masukan untuk perencanaan pengembangan progam puskesmas. Data
yang digunakan dapat bersumber dari pencatatan masing-masing kegiatan progam kemudian
data dari pimpinan puskesmas yang merupakan hasil supervisi lapangan.
2.5.
a.
b.
c.
d.
e.
PENGORGANISASIAN PUSKESMAS
Pengorganisasian tingkat puskesmas didefinisikan sebagai proses penetapan
puskesmas yang telah disepakati bersama antara pimpinan dan pegawai puskesmas.
Pengorganisasian Puskesmas meliputi hal-hal berikut:
a.
b.
kegiatannya,
dimana
setiap
dan
seluruh
wilayah
kerja
kepada
seluruh
petugas
puskesmas
dengan
tanggung jawab setiap pegawai Puskesmas, sehingga setiap kegiatan dan program
mempunyai penanggung jawabnya. Dengan memahami fungsi pengorganisasian Puskesmas
akan
lebih
memudahkan
mempelajari
fungsi
penggerakan
dan
pelaksanaan
10 bulan berikutnya.
Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan tahunan SP2TP dan
mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Dati II paling lambat 31 Januari tahun
berikutnya.
Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan.
Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada Kepala
Puskesmas.
Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang dipimpin oleh Kepala
Puskesmas dengan pelaksanaan kegiatan untuk menilai pelksanaan kegiatan
SP2TP.
c. Anggota (Pelaksana Kegiatan di Puskesmas)
d. Pelaksana kegiatan SP2TP bertugas:
Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register yang ada.
Mengadakan bimbingan terhadap Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.
Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan Puskesmas
Pembantu serta Bidan di Desa menjadi laporan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya. Hasil dari rekapitulasi ini merupakan bahan untuk mengisi/membuat
laporan SP2TP.
Setiap tanggal 5 mengisi/membuat laporan SP2TP dari hasil kegiatan masingmasing dalam 2 rangkap dan disampaikan kepada coordinator SP2TP Puskesmas.
Dengan rincian satu rangkap untuk arsip coordinator SP2TP Puskesmas dan satu
9
Dati II.
Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya.
Bertanggung jawab atas kebenaran isi laporan kegiatannya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Situasi
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu :
: 1
: 3
: 2
: 8
Posyandu Balita
: 70
Posyandu Lansia
: 12
12
JENIS KETENAGAAN
Dokter Umum
Dokter Gigi
Sarjana Keperawatan
Rekam Medik
Akademi Perawat
Akademi Bidan
Pengatur Gizi / AKZI
Perawat
Bidan
Perawat Gigi
Sanitarian
Asisten Apoteker
Analis
SMU
Jumlah
JML
2
1
1
1
12
15
4
6
2
1
2
3
1
4
54
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan penyakit menular dan degeneratif di
Puskesmas Pauh
Tujuan Khusus
1. Untuk memonitor kecenderungan penyakit endemik
2. Mendeteksi KLB, letusan, wabah (epidemi)
3. Untuk evaluasi intervensi
4. Memonitor kemajuan pengendalian
5. Memonitor kinerja program
6. Prediksi KLB, letusan, wabah (epidemi)
7. Memperkirakan dampak masa depan dari penyakit
Dari tujuan umum surveilans Puskesmas Pauh terlihat bahwa ruang lingkup kegiatan
surveilans di Puskesmas hanya pada surveilans penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Surveilans belum merambah pada ruang lingkup surveilans epidemiologi kesehatan
lingkungan dan prilaku, masalah kesehatan, dan kesehatan matra.
Untuk tujuan khusus kegiatan surveilans di Puskesmas Pauh, secara umum, tujuantujuan tersebut sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kemenkes dan rumusan para
13
ahli, tetapi berdasarkan hasil observasi dan analisa yang dilakukan oleh penulis tidak semua
tujuan tercapai. Hal ini akan dibicarakan lebih lanjut pada pembahasan berikutnya.
3.2.2 Sumber Daya Surveilans
a. Sumber Daya Manusia ( Petugas Surveilans )
Puskesmas Pauh saat ini memiliki satu orang petugas surveilans dengan latar
belakang belakang pendidikan Diploma III (AmK). Merujuk kepada Kepmenkes
Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan tenaga surveilans pada tingkat puskesmas
adalah seorang epidemiolog terampil. Petugas ini mulai bekerja di Puskesmas Pauh
menjadi pemegang program surveilans semenjak tahun 2010. Sudah lama tidak
mengikuti pelatihan surveilans.
Berdasarkan keterangan petugas yang dimaksud jumlah petugas yang
menggawangi program surveilans saat ini tidak menjadi kendala dalam menjalankan
kegiatan program surveilans. Untuk pelatihan surveilans dirasakan memang sangat
dibutuhkan, sebagai penyegaran ilmu dalam menjalankan tugas.
b. Sarana Pendukung
Jalannya kegiatan surveilans di Puskesmas Pauh sudah memiliki sarana berupa
paket pedoman pelaksanaan epidemiologi kesehatan, paket formulir pencatatan,
paket peralatan pelaksanaan surveilans epidemiologi, dan satu unit kendaraan
bermotor roda dua. Sarana tersebut sebagian besar sudah memenuhi kriteria
ketersediaan sarana surveilans untuk tingkat rumah sakit atau puskesmas
berdasarkan
Kepmenkes
Nomor
1116/MENKES/SK/VIII/2003.
Kepmenkes
tersebut juga mewajibkan tersedianya satu paket komputer, satu paket alat
komunikasi, dan satu paket kepustakaan.
3.2.3 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data surveilans di Puskesmas Pauh sebagian besar
menggunakan metoda surveilans pasif. Petugas surveilans hanya menunggu laporan
kasus baru/lama dari tenaga medis/para medis di balai pengobatan, pustu, posyandu,
atau tempat pelayanan kesehatan lainnya di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Petugas
surveilans hanya tinggal mencatat dan menjumlahkan saja.
14
Metoda surveilans pasif relatif tidak akurat, walaupun dalam format pelaporan yang
dibuat sudah diuraikan tentang definisi ataupun batasan-batasan yang dibutuhkan, tetapi
seringkali para tenaga medis terlalu sibuk dan tidak merasakan kepentingannya untuk
turut berpartisipasi dalam kegiatan surveilans, sehingga sering terjadi perbedaan
persepsi ataupun tidak terlaporkan walaupun ditinjau dari aspek biaya metode ini lebih
murah8.
Apabila penyakit yang dilaporkan ditulis di formulir W1 (KLB/potensial KLB),
maka wajib hukumnya dalam waktu 1 x 24 jam dilakukan penyelidikan epidemiologi.
Pada proses pengumpulan data ini, relatif tidak ditemukan masalah yang berarti.
Pemegang program menjalankan kordinasi yang baik dengan petugas terkait lainnya
dalam mengumpulkan data. Pencatatan juga dilaksanakan dengan baik dan rapi di
formulir pencatatan yang telah ditentukan.
3.2.4 Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data
Berdasarkan pedoman STP Puskesmas, untuk data yang sudah berhasil
dikumpulkan, petugas surveilans melakukan pengolahan dan analisis bulanan terhadap
penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan
grafik kecenderungan penyakit mingguan serta menginterpretasikan analisis tersebut
dalam bentuk kesimpulan sebagai landasan rekomendasi untuk dilakukannya intervensi
oleh pihak yang berwenang.
Setiap tahunnya petugas surveilans puskesmas juga wajib melaksanakan analisis
tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko,
perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas
memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas,
informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota6.
Di Puskesmas Pauh, petugas surveilans tidak menjalankan fungsi ini dengan
memuaskan. Analisis dilakukan hanya dengan membaca data yang sudah diolah dalam
bentuk tabel, grafik, namun belum dalam bentuk peta sebaran. Analisis seperti ini akan
membingungkan dan dengan memasukkan faktor kapasitas petugas yang bukan
merupakan seorang epidemiolog terampil maka bisa diperkirakan hasil interpretasi yang
dihasilkan tidak tajam.
Grafik 1. 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Pauh tahun 2010
15
2992
TOTAL
3000
2500
2000
1500
1000
500
TOTAL
631 563
488 457
363 286 285
201 184
Grafik 2. 10
penyakit terbanyak di Puskesmas Pauh semester I 2011
16
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan
pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah
kerja puskesmas, dengan tujuan agar semua data hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta
dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna
menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat. Pencatatan kegiatan harian progam
puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung dan pelaporannya dapat berupa,
Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu, Laporan mingguan
untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi dan Laporan bulanan untuk
melaporkan kegiatan rutin progam.
4.2. Saran
Kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas yang sering terlambat sebaiknya
benar-benar menjadi perhatian khusus, yaitu dengan lebih mendisiplinkan lagi
petugas puskesmas dalam menyelesaikan laporannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
18