Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS MUTU AIR SUNGAI X SEBAGAI SUMBER PENGAIRAN

PERTANIAN DAERAH LALADON, BOGOR


Makalah Praktikum Kimia Terpadu Tahun Ajaran 2016/2017

oleh Kelompok PKT 38, XIII-6 :


Annisya Noorpasha

13.59.07453

Dwihidayati Retno Maghfira

13.59.07482

Shela Ferenika

13.59.07651

Yudha Syahrul Fadillah

13.59.07679

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Sekolah Menengah Kejuruan-SMAK
Bogor
2016

ABSTRAK
Analisis Mutu Air Sungai X sebagai Sumber Pengairan Daerah Laladon, Bogor. Tujuan
analisis ini adalah untuk mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam air sungai tersebut dan
kesesuaian atau ketidaksesuaian mutu air sungai dengan membandingkan sampel air sungai dengan
PP No. 82 Tahun 2001. Metode pengujian dan hasil analisis adalah: Uji Fisika ( Uji Suhu dengan hasil
24 oC, Kadar Zat Padat Terlarut 355 ppm, Kadar Zat Padat Tersuspensi 152,2 ppm); Uji Kimia (Uji
pH sebesar 8,16; Kadar BOD 3,6174 ppm, Kadar COD 17,384 ppm, Kadar DO 6,94 ppm, Kadar PO4
4,2681 ppm, Kadar NO3 0,5472 ppm, Kadar Co,Cd,Cr,Cu,Pb,As < limit deteksi, Kadar B 0,8163
ppm, Kadar Se < 0,006 ppm, Kadar Hg 4,3069 ppb, Kadar Zn 0,0454 ppm) dan Uji Mikrobiologi
(Total Coliform 2400 APM/100 ml, Fecal Coliform 995 jumlah/100 ml). Setelah dibandingkan
dengan PP No. 82 Tahun 2001 maka air sungai X dinyatakan sesuai dengan standar dan layak
digunakan sebagai sumber irigasi. Uji BOD, COD dan DO selain dengan metode titrasi dapat di uji
dengan alat BOD meter dan DO meter sehingga dapat meminimalisasi kesalahan yang mungkin
terjadi. Penetapan kadar B selain dengan menggunakan metode kurkumin dapat juga menggunakan
metode AAS. Dan perlu diperhatikan bahwa pengukuran sampel senyawa kompleks berwarna dengan
spektrofotometer harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari kerusakan larutan yang akan
diukur. (1)
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, baik untuk keperluan hidup sehari-hari,
untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Air merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan di bidang pertanian dalam penyediaan air irigasi. Namun sayangnya,
dengan semakin meningkatnya pembangunan di segala bidang menyebabkan kuantitas dan
kualitas air tidak lagi sesuai dengan peruntukannya. (4)
Salah satu badan air yang merupakan kekayaan sumber daya air adalah sungai.
Apabila air sungai yang telah tercemar digunakan sebagai sumber pengairan lahan
pertanian, maka ada akibat yang ditimbulkan secara langsung maupun tidak langsung yang
akan mempengaruhi hasil produksi pertanian yang nantinya juga ikut mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air
irigasi pada lahan sawah Desa Laladon ditinjau dari parameter fisika, kimia dan mikrobiologi
menurut peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku. (3)

METODE ANALISIS
A. Parameter Fisika, Uji Suhu dengan prinsip

air

raksa dalam termometer akan

memuai atau menyusut sesuai dengan panas air yang diperiksa, sehingga suhu air
dapat dibaca pada skala termometer (oC)

dengan mencelupkan termometer

kedalam contoh uji dan didiamkan 2-5 menit.


Penetapan Zat Padat Terlarut dengan prinsip adanya garam-garam mineral yang
larut dalam air terionisasi, menghasilkan suatu daya hantar listrik (DHL) semakin
besar jumlah ion-ion terlarut maka semakin besar pula DHL nya. Hasil DHL yang

2
didapat oleh alat dikonversikan menjadi satuan ppm. Sampel diukur dengan
konduktometer yang sudah dikalibrasi.
Penetapan Zat Padat Tersuspensi dengan prinsip penguapan contoh uji yang
sudah disaring dengan kertas saring dan vakum pada suhu 180 C kemudian
ditimbang sampai berat tetap. Rumus Perhitungan:
Zat padat terlarut =

(Bobot kertas saring + sampel) (bobot kertas saring kosong)


Volume sampel

B. Parameter Kimia, Uji pH dengan prinsip berdasarkan pengukuran aktifitas ion


hidrogen

secara

potensiometri

dengan

menggunakan

pH

meter,

dengan

mencelupkan elektroda kedalam contoh uji sampai pH meter menunjukan


pembacaan yang tetap.
Penetapan Kadar Oksigen Terlarut (DO) dengan prinsip oksigen dalam sampel
akan mengoksidasikan MnSO4 yang ditambahkan sebanyak 2 ml ke dalam larutan
dalam keadaan basa, sehingga terjadi endapan MnO2. Dengan penambahan 2 ml
alkali iodida azida dan asam sulfat 4 N hingga endapan larut maka akan dibebaskan
iod yang setara dengan oksigen yang terlarut. Iod yang dibebaskan kemudian dititar
dengan Na2S2O3 secara iodometri, penambahan indikator kanji, dan titik akhir tidak
berwarna. Reaksi dan rumus perhitungan adalah:
MnSO4 + 2KOH Mn(OH)2 +H2SO4

MnO2+2KI+2H2OMn(OH)2+I2+2KOH

Mn(OH)2 + O2 MnO2 + H2O

I2 + 2 Na2S2O 3 2NaI + Na2S4O6

ppm DO =

V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x Bst O2 x 1000


Volume botol - 4

Penetapan Kadar Kebutuhuan Oksigen Kimia (COD) dengan prinsip dalam


suasana asam sulfat panas, zat-zat organik yang ada di dalam contoh yang dipipet
25 ml dioksidasikan menjadi CO2 dan H2O oleh 10 ml K2Cr2O7 0,25 N, ditambahkan
20 ml H2SO4(p), dididihkan 15 menit, didinginkan, kemudian di titrasi oleh larutan
standar FAS 0,1 N dengan menggunakan indikator ferroin, hingga diperoleh titik akhir
dengan perubahan warna dari kuning kehijauan menjadi merah coklat dan dilakukan
blanko. Dengan reaksi dan rumus perhitungan:
CnHnOn
Zat organik

Cr2O72- CO2 + H2O + Cr3+


kuning

hijau

Cr2O72- + 6Fe2+ + 14 H+ 6 Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O


(V blanko V titran) x N FAS x BST O2 x 1000
V titrat

3
Penetapan Kadar Kebutuhan oksigen biologi (BOD) dengan prinsip reaksi
oksidasi zat organik oleh oksigen dalam air yang terjadi secara alamiah dengan
kehadiran bakteri aerobik. Oksidasi zat-zat organik akan menghasilkan air dan CO2.
Reaksi BOD dilakukan pada temperatur 20 oC selama 5 hari. Dilakukan penambahan
2 ml MnSO4 dan 2 ml alkali iodida azida untuk membentuk endapan. Kemudian
ditambahkan H2SO4 4 N hingga endapan larut dan iod yang dibebaskan kemudian
dititar dengan Na2S2O3 secara iodometri dengan indikator kanji dan titik akhir tidak
berwarna. Dengan reaksi dan rumus perhitungan:
MnSO4 + 2KOH Mn(OH)2 + H2SO4

MnO2+2KI+2H2O Mn(OH)2 + I2 + 2KOH

Mn(OH)2 + H2O MnO2 +H2O

I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6

ppm BOD = [(D0 D5)sampel (B0 B5)blanko]


Penetapan Kadar Fosfat (PO43-) secara Spektrofotometri dengan prinsip sampel
yang dipipet 50 ml dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan 5 ml HNO3 5 N, maka
fosfat dalam sampel dan deret standar akan bereaksi dengan 5 ml ammonium
molibdat 5 % dan 5 ml ammonium vanadat 0,25 % membentuk senyawa
Fosfomolibdovanadat yang berwarna kuning yang dapat diukur serapannya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 460 nm. Dengan reaksi dan perhitungan:
PO43- +(NH4)6Mo7O24 + NH4VO4 + 6H+ (PO4VO3.7MoO3)4- + 7NH4+ + 3H2O
ppm =

Absorbansi intersep x fp

slope
Penetapan Kadar Nitrat (NO3-) secara Spektrofotometri dengan prinsip dipipet 25

ml sampel dan dibuat standar NO3- 0-10 ppm ke dalam labu takar 50 ml.
Pengukuran serapan UV pada 220 nm memungkinkan penentuan kadar NO3-.
Karena bahan organik terlarut juga dapat menyerap pada 220 nm dan NO 3tidak menyerap pada 275 nm, pengukuran kedua pada 275 nm dapat
digunakan untuk memperbaiki nilai NO3-. Rumus perhitungan :
ppm=

Absorbansi intersep x fp
slope

Penetapan Kadar Cu, Co, Cd, Cr, Pb, Zn, Se, Hg, As secara Spektrofotometri
Serapan Atom dengan prinsip sampel dipipet 50 ml dan didestruksi dengan
penambahan 5 ml H2SO4(p) dan 2,5 ml HNO3(p) dengan suhu 300 oC dan diencerkan
dalam labu ukur 100 ml dengan HCl 1 N. Untuk logam Cu, Co, Cd, Cr, Pb dan Zn, di
dalam nyala oleh panas, larutan garam nitratnya dijadikan atom bebas yang akan
mengabsorb energi cahaya. Logam As dan Hg dapat membentuk gas hidrid dengan

4
NaBH4 dalam suasana asam misal AsH3. Hidrida dapat diuapkan dari larutannya
dengan gas inert (Argon) dan membawanya ke tabung kuarsa panas dan akan
segera memecah dalam bentuk atom bebas. Dengan reaksi dan rumus perhitungan:

Absorbansi intersep x fp
ppm =

slope
Penetapan Kadar Boron secara Spektrofotometri dengan prinsip ketika sampel air
yang mengandung boron diasamkan dan diuapkan dengan adanya curcumin, produk
berwarna merah bernama rosocyanine akan terbentuk. Rosocyanine diambil pada
pelarut yang sesuai dan warna merah dibandingkan dengan standar boron 0-4 ppm
dan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 560 nm. Rumus
perhitungan dari penetapan ini adalah : ppm = Absorbansi intersep x fp
slope
C. Parameter Mikrobiologi, meliputi Perhitungan Fecal Coliform Cara Tuang dengan
prinsip pengenceran contoh 10-1-10-3 dan blanko kemudian dari masing-masing
pengenceran dipipet sebanyak 1 ml kedalam cawan petri dan dituang media MCA
sebanyak 15 ml lalu di inkubasi pada suhu 37 OC selama 24 jam. Dihitung jumlah
koloni pada setiap cawan petri dengan alat colony counter kemudian dihitung ratarata dari 2 cawan dengan pengenceran yang setingkat sesuai dengan kaidah yang
berlaku. Perhitungan Jumlah Coliform Cara APM (Angka Paling Mungkin)
dengan prinsip dilakukan pengenceran contoh 10-1-10-3 dan blanko kemudian dari
masing-masing pengenceran dipipet sebanyak 1 ml kedalam cawan tabung ulir
berdurham yang berisi BGBB steril lalu diinkubasi pada suhu 37 OC selama 24 jam.
Dihitung jumlah tabung yang bergas pada masing-masing pengenceran kemudian
dihitung dengan menggunakan bantuan tabel indeks APM.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis yang dilakukan dengan hasil
Tabel hasil analisis dibandingkan dengan PP No. 82 Tahun 2001

KESIMPULAN DAN SARAN


Analisis yang dilakukan adalah analisis mutu air sungai X yang dijadikan sebagai
sumber irigasi pertanian di daerah Laladon, Bogor. Parameter yang diuji adalah fisika, kimia,
dan mikrobiologi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sampel memenuhi standar. Standar
yang diacu adalah PP No. 82 Tahun 2001. Sehingga air sungai tersebut dapat dinyatakan
layak dimanfaatkan sebagai air irigasi.
Untuk selanjutnya, diharapkan dapat dilakukan analisis bertahap pada air irigasi.
Karena tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kontaminasi sehingga mengakibatkan
air irigasi tersebut tidak memenuhi standar. Apabila air irigasi tercemar, akan mempengaruhi
hasil pertanian dan akan berdampak pada kesehatan dan perekonomian. Serta diharapkan
peran manusia untuk menjaga sumber air irigasi agar tidak tercemar. Karena faktor terbesar
tercemarnya sumber irigasi selain industri adalah aktifitas manusia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Eaton, Andrew. 1991. Standard Methods for the Examination of Water and
Wastewater. Washington: American Public Health Association.
2. Nathands,Lambock. 2001. Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta:
Sekretaris Negara Republik Indonesia.
3. Pandjaitan, Maraudin. 2002. Industri Petrokimia dan Dampak Lingkungannya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
4. Winarno,F.G. 1986. Air untuk Industri Pangan. Jakarta : PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai