SKENARIO C BLOK 21
(04011281320008)
(04011281320048)
(04011281320050)
(04011281320050)
(04011381320020)
(04011381320024)
(04011381320044)
(04011381320078)
(04011381320080)
(04011181320024)
(04011181320032)
(04011181320034)
(04011181320056)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang MahaEsa karena berkat rahmat dan karunia-Nya tugas
laporan tutorial Skenario C Blok 21 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran PBL di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dan tak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada dr. Alfian Hasbi, selaku tutor
serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.
Kami menyadari laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari pembaca akan sangat kami harapkan guna perbaikan di masa yang akan
datang.
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita
dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha
Esa.Amin.
Tim Penyusun
Kelompok B10
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
SKENARIO C............................................................................................................................4
I. Klarifikasi Istilah..........................................................................................................5
II. Identifikasi Masalah.........................................................................................................6
III. Analisis Masalah...............................................................................................................7
IV. Kerangka Konsep...........................................................................................................62
V. Sintesis Masalah.................64
VI. Kesimpulan.....80
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................81
I. Skenario C
Ny. SST, umur 32 tahun, seorang ibu rumah tangga masuk ke UGD RSJ Ernaldi Bahar
Palembang karena sering keluyuran, dan tidak mau tidur. Dua tahun yang lalu, terdapat
perubahan perilaku yaitu sedih, mengisolasi diri, tidak bias mengurus diri, dan bicara terbatas.
1,5 tahun yang lalu, pasien cenderung normal. Satu tahun yang lalu, keluarga mengeluh pasien
mulai banyak bicara, selalu gembira, frekuensi tidur berkurang, banyak bergerak dan mudah
tersinggung. Pasien mengatakan ada suara-suara yang memuji dirinya, serta berkeyakinan bahwa
dirinya orang yang penting di negeri ini. Kemudian kemunduran makin hebat, pasien tidak bisa
mengurus diri, tidak mau makan minum, serta tidak tidur dan sering keluyuran.
Menurut keluarga ada masalah yang menjadi pemicu perubahan perilaku ini yaitu pasien
bertengkar dengan adik kandung.
Pada autoanamnesis pasien tidak bisa duduk diam, banyak bergerak, banyak bicara, dan susah
dihentikan. Jika ditanya, jawaban pasien sangat panjang bahkan banyak tidak berhubungan
dengan pertanyaan.
Riwayat perkawinan baik. Ada riwayat gangguan afektif dalam keluarga, dan kepribadian
premorbid terdapat gangguan kepribadian emosional tidak stabil.
Pemeriksaan fisik normal.
GAF scale 40-31 saat pemeriksaan
Kesimpulan pemeriksaan psikiatrik:
Psikopatologi discriminative insight terganggu, terdapat gangguan asosiasi flight of ideas,
halusinasi auditorik (+), waham grandiose (+), logore.
RTA terganggu
oleh dokter kesehatan mental dan dokter untuk menilai subjektif fungsi social, pekerjaan,
dan psikologis orang dewasa, misalnya seberapa baik atau adaptif suatu pertemuan
berbagai masalah dalam hidup
6. Discriminative insight: kemampuan untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari
suatu situasi seperti kumpulan gejala, terutama keadaan diri-sendiri
7. Logore
: pasien berbicara terus-menerus tanpa henti
8. Waham grandiosa
: waham kebesaran atau waham megalomanik merupakan
perluasan dari individu akan pentingnya dirinya, identifikasi dengan orang penting atau
kesimpulan paralogik.
9. RTA
: Reality testing ability. Tes untuk menilai kemampuan menilai
realitas (afek, pemikiran dan perbuatan)
10. Halusinasi auditorik : persepsi sensorik pendengaran tanpa adanya stimulus eskternal
11. Flight of ideas
: pikiran melompat yang merupakan kelainan arus pikiran, ide
susul-menyusul dengan sangat cepat, tidak terdapat arah umum atau ide tujuan
lebih
lanjut
untuk
kelainan
neurologis
seperti
penyakit
serebrovaskular.
Jenis kelamin
Kelainan bipolar terjadi secara merata pada laki-laki maupun perempuan.
Riwayat pekerjaan biasanya berhubungan dengan stress psiko-sosial yang
mungkin dialami oleh pasien.
b. Apa penyebab dan bagaimana mekanisme keluyuran dan tidak mau tidur pada
kasus?
Adanya riwayat gangguan afektif dalam keluarga (genetik) + stressor sebagai
faktor pemicu peningkatan hormone kortisol, neurotransmiter norepineprin,
dopamine respon neurotransmiter tersebut ke sistem limbik (hipotalamus,
amigdala, dan hipokampus) terganggu gejala episode manik euforia dan
perubahan prilaku (keluyuran, tidak mau tidur)
KELUYURAN
Keluyuran dalam hal ini berkaitan dengan hiperaktivitas pada episode manik. Hal
ini dikarenakan aktivitas dopamine meningkat pada mania. Sedangkan perubahan
kadar
serotonin
diduga
mengacaukan
menyebabkan
instabilitas
system
2. Dua tahun yang lalu, terdapat perubahan perilaku yaitu sedih, mengisolasi diri, tidak bisa
mengurus diri, dan bicara terbatas. 1,5 tahun yang lalu, pasien cenderung normal. Satu
tahun yang lalu, keluarga mengeluh pasien mulai banyak bicara, selalu gembira,
frekuensi tidur berkurang, banyak bergerak dan mudah tersinggung.
a. Bagaimana progresivitas dari keluhan yang dialami pasien?
Waktu tertentu dari gangguan ini terdiri dari suasana hati yang berubah-ubah
(mood), pada waktu lainnya bisa terjadi penurunan suasana hati
energi dan
c. Mengapa terjadi perubahan perilaku seperti sedih, mengisolasi diri, tidak bisa
mengurus diri, dan bicara terbatas pada dua tahun yang lalu menjadi ke perubahan
perilaku ke satu tahun yang lalu seperti mulai banyak bicara, selalu gembira,
frekuensi tidur berkurang, banyak bergerak dan mudah tersinggung?
Hal ini terjadi karena perubahan mood penderita bipolar type I karena
ketidakseimbangan antara Serotonin dan Dopamin
d. Bagaimana mekanisme terjadi gejala-gejala pada 2 tahun yang lalu?
Perilaku tersebut disebut episode depresi; Gejala-gejala dari tahap depresi bipolar
disorder adalah sebagai berikut:
1. Kesedihan dan menangis secara umum.
2. Mengalami kesulitan tidur (insomnia)
atau
terlalu
banyak
tidur
(hypersomnolence).
3. Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan atau sebaliknya.
4. Menarik diri dari pergaulan, hilangnya rasa percaya diri.
5. Kehilangan rasa suka terhadap hal-hal yang menyenangkan saat penderita dalam
kondisi normal.
6. Merasa pesimis, putus asa, tidak ada yang bersedia membantu, tidak bernilai atau
berharga. dan tidak diinginkan.
7. Terjadi komplikasi pada organ lainnya yang disebabkan oleh sugesti yang buruk
terhadap kesehatannya.
8. Memiliki respon yang lambat saat berbicara, kesulitan untuk berkonsentrasi,
selalu berpikiran yang tidak jelas, dan bingung.
9. Pekerjaan dan hubungan interpersonal terganggu
10. Merasa tidak berdaya dan benar-benar berpikir tentang cara membunuh dirinya
sendiri.
Faktor yang menyebabkan Ny. SST menjadi depresi adalah
Faktor biologi
Hingga saat ini neurotransmitter monoamine seperti norepinefrin, dopamine,
serotonin, dan histamine menjadi focus teori dan masih diteliti hingga saat ini.
Sebagai biogenik amin norepinefrin dan serotonin adalah neurotransmitter yang
-
10
Serotonin. Teori ini didukung oleh respon pengobatan SSRI (selective serotonin
reuptake inhibitor) dalam mengatasi depress. Rendahnya kadar serotonin dapat
menjadi factor resipitat depresi, beberapa pasien dengan dorongan bunuh diri
memiliki konsentrasi serotonin yang rendah dalam cairan cerebropinalnya dan
Studi pada keluarga. Data dari studi ini mengatakan 1 orang tua dengan gangguan
mood, anaknya akan memiliki risiko antara 10-25% untuk menderita gangguan
mood.
Jika
kedua
orang
tuanya
menderita
gangguan
mood,
maka
kemungkinannya menjadi 2 kali lipat. Risiko ini meningkat jika ada anggota
keluarga dari 1 generasi sebelumnya daripada kerabat jauh. Satu riwayat keluarga
gangguan bipolar dapat meningkatkan risiko untuk gangguan mood secara umum,
dan lebih spesifik pada kemungkianan munculnya bipolar.
11
Studi pada anak kembar. Studi ini menunjukan bahwa gen hanya menjelaskan 5070% etiologi dari gangguan mood. Studi ini menunjukan rentang gangguan mood
pada monozigot sekitar 70-90% dibandingkan dengan kembar dizigot sekitar 1635%.
Faktor psikososial
Stress dari lingkungan dan peristiwa dalam hidup seseorang. Penelitian telah
membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting dalam Gangguan
perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan pada kehidupan
psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor
lingkungan. Stress yang menyertai episode pertama dari Gangguan bipolar dapat
menyebabkan perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan
lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai
neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal. Perubahan mungkin
termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil
akhir perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang
lebih tinggi untuk menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya
stressor eksternal.
Faktor kepribadian. Tidak ada bukti yang mengindikasikan bahwa gangguan
kepribadian tertentu berhubungan dengan berkembangnya gangguan bipolar I,
walaupun pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik berisiko untuk dapat
berkembang menjadi depresi mayor atau gangguan bipolar I. Kejadian tiba-tiba
yang memicu stress yang kuat adalah prediktor dari onset episode depresi.
3. Amygdala kiri lebih aktif pada wanita yang manik dan orbitofrontal cortex
kurang aktif manifestasi episode manik.6/.
4. Awalnya kan pasien menderita depresi. Dimana ini berpengaruh pada
neurotransmiter GABA. GABA merupakan neurotransmiter yang memegang
peran penting dalam gejala-gejala gangguan jiwa. Hampir tiap-tiap area otak
berisi neuron-neuron GABA.
Stressor khronik (penderita depresi) mengurangi kadar GABA.
13
3. Pasien mengatakan ada suara-suara yang memuji dirinya, serta berkeyakinan bahwa
dirinya orang yang penting di negeri ini. Kemudian kemunduran makin hebat, pasien
tidak bisa mengurus diri, tidak mau makan minum, serta tidak tidur dan sering keluyuran.
a. Apa makna klinis dari keluhan pasien?
Ada suara-suara yang memuji dirinya : Halusinasi Auditorik
Berkeyakinan bahwa dirinya orang yang penting di negeri ini : Waham Grandiosa
Adanya gangguan halusinasi auditorik dan gangguan waham menunjukkan bahwa
pasien sedang mengalami gejala psikotik.
Pasien tidak bisa mengurus diri dan tidak mau makan minum : menunjukkan telah
terjadi regresi (menghadapi stress dengan perilaku, perasaan dan cara berfikir
mundur kembali ke ciri tahap perkembangan sebelumnya.)
Tidak tidur dan sering keluyuran : menunjukkan bahwa pada saat itu pasien
berada pada episode manik yang ditandai oleh hal-hal yang berlebihan seperti
hiperaktivitas, agitasi, euforia, dll.
b. Apa penyebab dan bagaimana mekanisme ada suara-suara yang memuji dirinya?
Tujuan dari otak adalah untuk mengumpulkan informasi dari tubuh (nyeri,
kelaparan, dll), dan dari dunia luar, menafsirkannya dengan pandangan dunia yang
koheren, dan menghasilkan tanggapan yang berarti. Informasi dari indera masuk
ke otak di daerah sensorik primer. Mereka memproses informasi dan
mengirimkannya ke daerah sekunder dimana informasi itu ditafsirkan. Aktivitas
spontan di daerah sensorik primer dapat menghasilkan halusinasi yang
disalahartikan oleh daerah sekunder sebagai informasi dari dunia nyata. Misalnya,
PET scan atau fMRI dari seseorang yang mengaku mendengar suara-suara dapat
menunjukkan aktivasi di korteks pendengaran primer, atau bagian otak yang
terlibat dalam persepsi dan pemahaman berbicara. Psikosis telah secara tradisional
dikaitkan dengan dopamin neurotransmitter. Secara khusus, hipotesis dopamin
psikosis telah berpengaruh dan menyatakan bahwa hasil psikosis dari overactivity
fungsi dopamin di otak, khususnya di jalur mesolimbic. Dua sumber utama bukti
yang diberikan untuk mendukung teori ini adalah bahwa reseptor dopamin D2
memblokir obat (yaitu, antipsikotik) cenderung mengurangi intensitas gejala
psikotik, dan bahwa obat yang meningkatkan aktivitas dopamin (seperti
amfetamin dan kokain) dapat memicu psikosis pada beberapa orang.
14
Delusi grandiose
Delusi tipe sekunder ini terjadi akibat adanya efek dari psikopatologi lain. Pada
kasus ini adalah psikopatologi halusinasi dan depresi. Depresi menyebabkan
penurunan serotonin dan dopamin, jika berlebihan akan mengganggu instabilitas
kedua neurostransmitter tersebut.
Akibatnya bisa terjadi hiperiritabilitas, restlessness, penurunan ambang sensoris
dan penurunan mood. Hal ini menyebabkan stimulus dari luar akan ditangkap dan
diproses jaras sensoris secara berlebihan, menyebabkan pengulangan / penciptaan
/ pengembangan berlebihan ide ide yang dimiliki.
Konten dari halusinasi bergantung pada stressor yang menyerang pasien dulu.
MekanismeTerjadinyaHalusinasiAuditorik
1. Halusinasi auditori terjadi karena penurunan volume grey matter (anatomi)
pada superior temporal gyrus gangguan pada area auditory otak halusinasi
auditori (suara/command)
2. Hiperreaktivitas system dopaminergik pada sistem mesolimbik berkaitan
dengan gejala positif, terutama halusinasi pendengaran. Meningkatnya dopamine
pada jalur mesolimbik dapat menimbulkan simtom positif dari skizofrenia
Selain itu Stuart dan Sundeen (1998), mengemukakan dua teori tentang halusinasi,
yaitu :
a.Teori biokimia
Respon metabolik terhadap stress yang mengakibatkan pelepasan zat halusinogen
pada sistem limbik otak, atau terganggunya keseimbangan neuro transmiter di
otak.
b. Teori psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang
di tekan yang kemungkinan mengancam untuk timbul.
15
Jenis halusinasi dengar ditentukan oleh tipe kepribadian dan gangguan mental
pasien.
16
4. Menurut keluarga ada masalah yang menjadi pemicu perubahan perilaku ini yaitu pasien
bertengkar dengan adik kandung.
a. Apakah hubungan antara pertengkaran pasien dengan adik kandung dengan gejala
yang dialami pasien?
Pertengakaran merupakan stressor terjadinya gangguan bipolar yang mengarah
kearah faktor psikososial (diagnosis multiaksial pada AKSIS IV). Adanya
peristiwa yang menyebabkan stres lebih sering mendahului episode pertama
gangguan mood daripada episode selanjutnya. Stres yang menyertai episode
pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama Hasil dari
perubahan tersebut menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi
untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya bahkan tanpa adanya stresor
eksternal. Hasil dari penelitian juga menyatakan bahwa semua manusia, apapun
pola kepribadiannya, dapat dan memang menjadi depresi dalam keadaan yang
tepat, tetapi kerpibadian tertentu seperti: dependen, obsesif-kompulsif, dan
histerikal mungkin berada dalam resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi
daripada tipe kepribadian lain (Kaplan dkk, 1997).
17
5. Pada autoanamnesis pasien tidak bisa duduk diam, banyak bergerak, banyak bicara, dan
susah dihentikan. Jika ditanya, jawaban pasien sangat panjang bahkan banyak tidak
berhubungan dengan pertanyaan.
a. Bagaimana mekanisme terjadinya gejala-gejala di atas?
18
19
6. Riwayat perkawinan baik. Ada riwayat gangguan afektif dalam keluarga, dan kepribadian
premorbid terdapat gangguan kepribadian emosional tidak stabil
a. Apa hubungan adanya riwayat gangguan afektif dengan gejala yang dialami?
Adanya riwayat gangguan afektif dalam keluarga (genetik) + stressor sebagai
factor pemicupeningkatan hormone kortisol, neurotransmitter norepineprin,
dopamine respon neurotransmitter tersebut ke system limbik (hipotalamus,
amigdala, danhipokampus) terganggugejala episode manikkemunduran pada
pasien (tidak bisa mengurus diri, tidak mau makan minum, serta tidak tidur dan
sering keluyuran kemunduran pada pasien (tidak bisa mengurus diri, tidak mau
makan minum, serta tidak tidur dan sering keluyuran
b. Apa makna klinis ditanyakannya riwayat perkawinan?
Freud mendeskripsikan adanya ambivalent terhadap objek yang dicintai
(manusia), yang dapat menghasilkan bentuk patologis kesedihan jika objek
tersebut hilang atau terasa hilang. Kesedihan ini dapat menjadi depresi yang parah
dengan adanya perasaan bersalah, tidak berguna dan keinginan bunuh diri.
Kehilangan tersebut dapat dipersepsikan sebagai penolakan. Mania diperlihatkan
sebagai bentuk pertahanan terhadap depresi.
c. Apa hubungan riwayat kepribadian premorbid dengan gejala yang dialami?
Orang dengan kepribadian emosional tidak stabil hampir selalu berada dalam
keadaan krisis. Suasana hati yang mudah berubah umum terjadi. Pasien dapat
menjadi argumentatif pada satu saat, depresif berikutnya, dan kemudian mengeluh
tidak memiliki perasaan.
Orang dengan kepribadian emosional tidak stabil biasanya bergantung dengan
orang lain. Karena merasa baik bergantung dan bermusuhan, orang dengan
gangguan ini memiliki hubungan interpersonal yang penuh gejolak. Mereka dapat
bergantung pada orang-orang dengan siapa mereka dekat dan, jika mersa frustasi,
bias mengungkapkan kemarahan besar terhadap teman intim mereka. Pasien
dengan emosional tidak stabil tidak bias mentolerir sendirian, dan mereka lebih
suka mencari
persahabatan
secara
seberapa
20
memuaskan, untuk menemani mereka. Kepribadian yang tidak stabil memicu Ny.
SST bertengkar dengan adik kandung.
Berikut cirri-ciri kepribadian tidak stabil
1. Upaya penuh keglisahan untuk menghindari keadaan ditinggalkan yang nyata
maupun hanya dibayangkan
2. Pola hubungan interpersonal yang erat namun tidak stabil
3. Gangguan identitas : citra diri yang secara nyata dan terus menerus
4. Impulsive srtidaknya dua wilayah yangberpotensi merusak diri (misalnya,
pengeluaran, seks, penyalahgunaan zat, mengemudi sembrono, makan pesta).
5. Prilaku bunuh diri berulang dsb
d. Apa saja jenis-jenis gangguan afektif dan jelaskan secara singkat?
PPDGJ:F30-F39 Gangguan Suasana Perasaan / Afektif
F 30 Episode manik
F 30.0 Hipomania
.1 Mania tanpa gejala psikotik
.2 Mania dengan gejala psikotik
.8 Episode manik lainnya
.9 Episode manik YTT
F 31 Gangguan afektif bipolar
F 31.0 Gg.a.b.,episode kini hipomanik
.1 Gg.a.b.,episode kini manik tanpa gejala psikotik
.2 Gg.a.b.,episode kini manik dg gejala psikotik
.3 Gg.a.b.,episode kini depresif ringan atau sedang
.30 tanpa gejala somatik
.31 dg gejala pskotik
.4 Gg.a.b.,episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
.5 Gg.a.b.,episode kini depresif berat dg gejala psikotik
21
F 34.
.0
.1
.8
.9
F 38.
.0
.00
.1
.10
.8
F 39.
22
dan
lingkungan
(keluarga,
23
30-21
patogenese
Hubungan antara Aksis I-II-III dan Aksis IV dapat timbal balik saling
mempengaruhi
meramalkan outcome
Format mudah dan
sistematik
sehingga
membantu
menata
dan
24
Interpretasi
Abnormal
terganggu
gangguan asosiasi flight Tidak terganggu
Abnormal
of ideas
halusinasi auditorik (+)
waham grandiose (+)
Logore
(-)
(-)
Abnormal
Abnormal
penting.
Fase Lack of Human need.
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
kemampuannya.
Fase control internal external.
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan
Fase environment support.
25
diulang-ulang.
Fase comforting.
Klien merasa nyaman dengan
serta
mendukungnya.
Fase improving.
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat.
26
dengan baik.
Ditemukan adanya tingkah laku yang aneh (bizar) yang tidak diterima oleh
lingkungan sosialnya.
Tilikan (insight into illness) tidak ada. Pasien mengingkari bahwa dirinya sakit
jiwa.
c. Apa saja jenis dari gangguan-gangguan asosiasi dan jelaskan secara singkat?
-Kelainan pikiran menurut Fish :
1. Kelainan arus pikiran
2.Kelainan pemilikan pikiran.
3.Kelainan isi pikiran.
4.Kelainan bentuk pikiran.
Kelainan arus pikiran :
-disorder of the stream/ progression of the thought.
-Normal pikiran berjalan dari suatu ide initial
(ide
awal) menuju ke ide tujuan, dimana trejadi suatu arus yang terus menerus
dan berkesinambungan.
Pikiran melompat (flight of idea):
-
Kelainan arus pikiran ide susul menyusul dengan sangat cepat, tidak
dimengerti.
Khas untuk keadaan manik, pasien skizofrenia gelisah (afektif atau
katatonik), dan lesi organic di hypothalamus.
Pikiran menyimpang :
-
Pikiran terhambat :
-
Pikiran terhalang :
-
Suatu kalimat atau ide yang betul- betul baru kemudian dapat dimulai,
Perseverasi :
-
Verbigerasi :
-
dihadapi.
Yang diulangi adalah jawaban terhadap pertanyaan yang pernah diajukan, jadi
Inkoherensi :
-
Merupakan
kelainan
progresi
pikiran
dimana
ide
yang
berturutan
29
a. Halusinasi pendengaran :
Ucapan yang paling sering ditemukan pasien berupa suara bersifat mengejek,
memerintah, menuduh, atau kata-kata cabul.
Pasien dapat terlihat berbicara sendiri dan dapat melakukan tindakan sesuai
dengan perintah halusinasinya.
b. Halusinasi penglihatan :
biasanya bersifat organic, walaupun dapat juga ditemukan pada kelainan psikiatrik
fungsional.
c. Halusinasi pembauan :
yang tercium oleh pasien adalah bau yang tidak menyenangkan (busuk, menusuk,
amis, bau basi, dll).
d. Halusinasi pengecapan :
e. Halusiansi haptik :
f.
halusinasi kinestetik :
30
h.
adanya perasaan seperti terbang melayang diudara atau rasa tenggelam menembus
tempat tidur.
f. Waham bizar
1. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di dalam
pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
2. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut, diucapkan beulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
32
9. Aspek Klinis
a. Bagaimana cara menegakkan diagnosis (status psikiatrikus)?
Pedoman diagnostik gangguan bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik
menurut PPDGJ III (F31.2)
1. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2) dan
2. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran di masa lampau).
Pedoman diagnostik F30.2 mania dengan gejala psikotik :
1. Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania
tanpa psikotik)
2. Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham kebesaan, iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar,
waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut.
Untuk mendiagnosis gangguan bipolar episode manik dengan anamnesis yang
terdiri dari alloanamnesis dengan keluarga, saudara, atau teman pasien yang
paham kondisi pasien, selain itu autoanamnesis atau anamnesis terhadap pasien
sendiri. Pemeriksaan lain seperti fisik diagnostik, status mentalis, laboratorium,
dan radiologi bila diperlukan.
Anamnesis (Alloanamnesis)
Riwayat Gangguan Sekarang
Gejala-gejala dari tahap gangguan bipolar episode mania adalah sebagai berikut :
-
Gembira berlebihan
Mudah tersinggung sehingga mudah marah
Merasa dirinya sangat penting
Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain
Penuh ide dan semangat baru
Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
Nafsu seksual meningkat
Menyusun rencana yang tidak masuk akal
Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan
Menghamburkan uang
Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan
Merasa sangat mengenal orang lain
Mudah melempar kritik terhadap orang lain
Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari
Sulit tidur
33
melibatkan
hubungan
antar
perseorangan
atau
peristiwa-peristiwa
6.
7.
Afek: terkadang afek inappropriate atau afek tidak sesuai , selain itu pasien
manik biasanya euforik dan lekas marah. Mereka memiliki toleransi frustasi
yang rendah, yang dapat menyebabkan perasaan kemarahan dan permusuhan.
Secara emosional adalah labil, beralih dari tertawa menjadi lekas marah .
8.
Gangguan Persepsi : jika nonpsikosis tidak ada halusinasi, tetapi jika psikosis
ada halusinasi.
35
9.
Hubungan jiwa: jika non psikosis hubungan jiwa bias masih baik, tetapi jika
psikosis umumnya hubungan jiwa cenderung buruk.
10. Perhatian : bias mudah ditarik atau sukar ditarik, dan mudah dicantum atau
sukar dicantum.
11. Insight/ tilikan berbeda-beda setiap pasien:
Jenis - jenis tilikan:
-
penyakitnya
Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namum
perilaku praktisnya
Tilikan derajat 6 (sehat): menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya
disertai motivasi untuk mencapai perbaikan
Gangguan
bipolar
Schizoafektif
Schizophrenia
Siklotimia
dengan
gejala psikotik
Gejala Manik (banyak +
Penyalahgun
aan zat
- (gembira +
tidak
menurun,
sampai
gembira
taraf
diam)
Gejala
(sedih,
depresif +
isolasi
manik)
+
diri,
bicara terbatas)
Terdapat
beberapa +
bulan normal diantara
2 episodik
Waham
(Waham +
36
Grandiose)
Halusinasi
(Halusinasi Auditorik)
Riwayat
keluarga +
gangguan afektif
Riwayat kepribadian +
III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini
yang dialami penderita.
Tabel 2. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III
(F31)
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan
gejalapsikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan
F31 Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua)
yangmenunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya
jelasterganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian
suasanaperasaan (mood) serta peningkatan enersi dan aktivitas (mania atau
hipomania), danpada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan (mood)
serta pengurangan enersidan aktivitas depresi). Yang khas adalah bahwa
biasanya ada penyembuhan sempurnaantar episode, dan insidensi pada kedua
jenis kelamin kurang lebih sama disbanding dengan gangguan suasana
perasaan (mood) lainnya. Dalam perbandingan, jarangditemukan pasien yang
menderita hanya episode mania yang berulang-ulang, dankarena pasien-pasien
tersebut menyerupai (dalam riwayat keluarga, kepribadianpramorbid, usia
38
40
42
43
44
bipolar.
Kerentanan psikologis (psychological vulnerability). Kepribadian dan cara
seseorang menghadapi masalah hidup kemungkinan juga berperanan
45
bipolar III dan bipolar IV namun sementara ini yang 2 terakhir belum
dijelaskan.
Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan
longitudinal gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat
1 episode manik di sana. Walaupun hanya terdapat 1 episode manik tanpa
episode depresi lengkap maka tetap dikatakan gangguan bipolar I. Adapun
episode-episode yang lain dapat berupa episode depresi lengkap maupun
episode campuran, dan episode tersebut bisa mendahului ataupun didahului
oleh episode manik. Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode
hipomanik. Gangguan bipolar II dibagi menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila
sebelumnya didahului oleh episode depresi mayor dan disebut tipe depresi bila
sebelum episode depresi tersebut didahului oleh episode hipomanik
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)
III, gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana
perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini
pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan serta peningkatan
energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
Yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode
manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sampai
4-5
bulan,
sedangkan
depresi
cenderung
berlangsung
lebih
lama.Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak
sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun.
Semakin dini seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih
berat, kronik bahkan refrakter.
Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu
hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik.
Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam
masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta. Perasaan
senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang
46
defisitatensi/hiperaktivitas)
dan
selanjutnya
mengalami
48
49
lamotrigine.
Lamotrigine
merupakan
antikonvulsan
yang
50
respon yang cukup bagus dengan pemberian obat psikostimulan dalam dosis kecil
seperti amfetamin 5-15 mg/ hari. Dalam semua kasus harus ada kombinasi kedua
hal tadi. Gangguan bipolar harus diobati secara kontinu, tidak boleh putus. Bila
putus, fase normal akan memendek sehingga kekambuhan semakin sering.
Adanya fase normal pada gangguan bipolar sering mengakibatkan buruknya
compliance untuk berobat karena dikira sudah sembuh. Oleh karena itu, edukasi
sangat penting agar penderita dapat ditangani lebih dini.
- Psikoterapi
Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu pendekatan psikoterapi
dibandingkan yang lain dalam terapi gangguan mood masa anak-anak dan remaja.
Tetapi, terapi keluarga adalah diperlukan untuk mengajarkan keluarga tentang
gangguan mood serius yang dapat terjadi pada anak-anak saat terjadinya stres
keluarga yang berat. Pendekatan psikoterapetik bagi anak terdepresi adalah
pendekatan kognitif dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur
dibandingkan yang biasanya digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi
psikososial anak yang terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang
lama,
walaupun
setelah
episode
depresif
telah
menghilang,
intervensi
Penyuluhan Psikososial
Informasikan kepada orang dengan gangguan bipolar (tidak dalam episode manik
akut) dan pada anggota keluarga pasien gangguan bipolar.
-
51
Dalam keadaan ini diperlukan cara untuk mengawasi alam perasaan dalam
waktu 1 hari yang dapat terjadi marah, sensitif dan kesenangan yang
berlebihan .
Penting untuk mengatur pola tidur yang normal (contohnya waktu saatnya
tidur yang sama, mencoba untuk tidur dalam kuantitas yang sama sebelum
sakit serta hindari kebutuhan tidur yang berlebihan dari biasanya).
Pasien yang berada dalam keadaan manik tidak sadar akan penyakit yang
sedang dideritanya dan merasa hebat serta energi yang meluap-luap, jadi
pengasuh sangat perlu menjadi bagian dalam upaya pencegahan.
Bangun kepercayaan: rasa percaya antara pasien dan staf perawat memegang
peranan penting dalam perawatan pasien dengan gangguan bipolar, dimana
hubungan saling percaya secara medis ikut membantu pemulihan pasien
secara simultan.
52
2)
Mencari tahu kegiatan pasien, yang jika dianjurkan dapat mebantu secara
langsung maupun tidak langsung dukungan psikososial (contohnya
pertemuan keluarga, bepergian bersama teman, mengunjungi tetangga,
berolahraga).
3)
Rehabilitation
-
Menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang sulit dalam usaha untuk
mencari pekerjaan yang baik.
4)
Follow-up
-
Follow
yang
berkesinambungan
wajib
diperlukan.
Tingkat
53
Penyangkalan seperti itu sering dibesar-besarkan oleh pasien yang pintar, yang
dapat menjustifikasi kelakuan destruktif mereka, tidak hanya kepada orang
lain, namun juga kepada diri mereka sendiri.
Anggota keluarga juga dapat merasakan dikucilkan secara sosial dengan fakta
bahwa memiliki kerabat dengan gangguan jiwa, dan merasa dipaksa untuk
menyembunyikan informasi ini dari kenalan mereka.
Asosiasi dengan gangguan fisik
Orang dengan gangguan mental memiliki insiden lebih tinggi pada banyak
kondisi medis, termasuk penyakit jantung, asma dan masalah paru lainnya,
kelainan gastrointestinal, infeksi kulit, diabetes, hipertensi, migraine, sakit
kepala, hipotiroid, dan kanker. Pasien dengan bipolar lebih jarang
mendapatkan penanganan medis dibanding orang dengan gangguan mental.
Penyalahgunaan zat, termasuk merokok, alcohol, dan penyalahgunaan obat,
juga berkontribusi untuk masalah penyakit ini, termasuk mengurangi akses
kepada penanganan medis. Pengobatan untuk bipolar bisa meningkatkan
resiko untuk masalah medis.
Diabetes didiagnosa hamper 3x lebih sering pada orang dengan bipolar
dibanding pada populasi umum. Banyak pasien dengan biporal mengalami
overweight, dengan 25%-nya berkriteria obesitas. Mengalami overweight
merupakan factor resiko besar untuk diabetes. Obat yang digunakan untuk
menangani bipolar bisa juga menyebabkan kenaikan berat badan dan diabetes.
Factor genetic dalam diabetes dan bipolar dapat menyebabkan gangguan yang
jarang seperti wolfram syndrome dan masalah lainnya yang terkait
metabolisme karbohidrat.
Hipertensi. Pasien dengan bipolar dapat beresiko tinggi untuk hipertensi
dibanding pasien tanpa bipolar. Tingginya prevalensi dari hipertensi diantara
pasien dengan bipolar juga memperbesar resiko untuk penyakit dan kematian
akibat kondisi yang berkaitan dengan jantung.
Migraine. Migraine merupakan masalah umum pada pasien dengan gangguan
mental, tapi lebih sering terjadi pada gangguan bipolar II. Pasien dengan
bipolar II menderita dari migraine lebih sering dibanding pasien bipolar I,
56
Prognosis Baik
Fase manic (dalam durasi pendek)
Onset terjadi pada usia yang lanjut
Pemikiran untuk bunuh diri yang rendah
Gambaran psikotik yang rendah
Masalah kesehatan (organik) yang rendah.
V.Kerangka konsep
Ny. SST, 32
tahun
Riwayat
keluarga ggn
afektif
Bertengkar dengan
adik kandung
Halusinasi
RTA terganggu
Disregulasi
neurotransmitte
r
Waham
Gangguan
struktur otak
NE, DA
Sedih
Ggn kepribadian
emosional tidak stabil
Isolasi diri
Serotonon
meregulasi DA,
NE
Fase normal
Disregulasi neurotransmitter
Aktivitas
Aktivitas jalur
nigrostriatal
Modulasi dopamin
sensitivitas
reseptor
serotonin
Serotonin gagal
regulasi DA,NE
Mania
Volume
amigdala
58
Aktivitas tinggi
amigdala
Mania
Mood
Selalu
gembir
a
Banyak
bicara
Energy
Frekuens
i tidur
berkura
ng
Banya
k
gerak
keluyu
Gagal normalisasi
sensitivitas
reseptor serotonin
Flight
of
ideas
Ggn
mood
Mudah
tersinggung
Tidak
mau
makan
Tidak
tidur
59
berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan kromosom 18 dan 22,
namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut yang benarbenar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18
sentromer, 18q22, 18q22-q23, dan 21q22. Yang menarik dari studi kromosom ini,
ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21) berisiko rendah menderita gangguan
bipolar.2 Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar,
peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan bipolar.
Neurotransmiter tersebut adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen yang
berhubungan dengan neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang
mengkode
monoamine
oksidase
(MAOA),
tirosin
hidroksilase,
catechol-
Dapat dikatakan insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar antara 0,3-1,5%.
Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis. Risiko kematian terus
membayangi penderita bipolar. Biasanya kematian itu dikarenakan mereka mengambil
jalan pintas yaitu bunuh diri. Risiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang
tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya 1,3 per 1000
pasien.
Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul di usia remaja atau
dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa, tetapi
kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anakanak.
GAMBARAN KLINIS
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada
gangguan bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II
mempunyai episode hipomanik. Beberapa ahli menambahkan adanya bipolar III dan
bipolar IV namun sementara ini yang 2 terakhir belum dijelaskan.
Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan
longitudinal gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat 1 episode
manik di sana. Walaupun hanya terdapat 1 episode manik tanpa episode depresi lengkap
maka tetap dikatakan gangguan bipolar I. Adapun episode-episode yang lain dapat berupa
episode depresi lengkap maupun episode campuran, dan episode tersebut bisa
mendahului ataupun didahului oleh episode manik.
Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode hipomanik. Gangguan bipolar II
dibagi menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya didahului oleh episode depresi
mayor dan disebut tipe depresi bila sebelum episode depresi tersebut didahului oleh
episode hipomanik
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III,
gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien dan
tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari
62
peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan
energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2
minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama.
Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak sampai tua.
Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini
seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan
refrakter.6 Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu
hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik
dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (estrus)
atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta. Perasaan senang, sangat bersemangat untuk
beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah beberapa contoh gejala
hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejalagejala tersebut
tidak mengakibatkan disfungsi sosial.
Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh
pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu optimis.
Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi.
Tanda manik lainnya dapat berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal
lelah melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif, euphoria hingga logorrhea
(banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga menceracau dengan 'word salad'),
dan biasanya disertai dengan waham kebesaran, waham kebesaran ini bisa sistematik
dalam artian berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik, berperilaku tidak sesuai
dengan wahamnya. Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham maka
diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan
DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik
ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar
63
II ditandai dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang
berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita.
Tatalaksana
64
Psikoterapi
Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu pendekatan psikoterapi
dibandingkan yang lain dalam terapi gangguan mood masa anak-anak dan remaja.
Tetapi, terapi keluarga adalah diperlukan untuk mengajarkan keluarga tentang
gangguan mood serius yang dapat terjadi pada anak-anak saat terjadinya stres
keluarga yang berat. Pendekatan psikoterapetik bagi anak terdepresi adalah
pendekatan kognitif dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur
dibandingkan yang biasanya digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi psikososial
anak yang terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang lama, walaupun
setelah episode depresif telah menghilang, intervensi keterampilan sosial jangka
panjang adalah diperlukan. Pada beberapa program terapi, modeling dan permainan
peran dapat membantu menegakkan keterampilan memecahkan masalah yang baik.
Psikoterapi adalah pilihan utama dalam pengobatan depresi.
65
Klasifikasi Gangguan mood berbeda dalam hal manifestasi klinik, perjalanan penyakit,
genetik, dan respons pengobatan. Kondisi ini dibedakan satu sama lain berdasarkan: (1) ada
tidaknya mania (bipolar atau unipolar); (b) berat ringannya penyakit (mayor atau minor); (c)
kondisi medik atau psikiatrik lain sebagai penyebab gangguan. Maka diklasifikasikan sebagai
berikut:
(I)
Gangguan mood mayor : depresi mayor dan/ atau tanda-tanda gejala manik. Gangguan
Bipolar I ( manik-depresi) mania pada masa lalu atau saat ini ( dengan atau tanpa adanya
depresi atau riwayat depresi). Gangguan Bipolar II hipomania dan depresi mayor mesti
ada saat ini atau pernah ada. Gangguan Depresi Mayor- hanya depresi berat saja.
(II)
Gangguan mood spesifik lainnya. Depresi minor dan/atau gejala-gejala dan tanda-tanda
manik. Gangguan distimia depresi saja. Gangguan siklotimia depresi dan hipomanik
saat atau baru saja berlalu (secara terus menerus selama 2 tahun).
(III)
(IV)
Gangguan mood akibat kondisi medik umum dan gangguan mood akibat zat.
Gangguan penyesuaian dengan mood depresi : depresi yang disebabkan oleh stressor.
nafsu makan, hilang energi, worthlessness, suicidal thought, dan sulit konsentrasi.
Subclinical depression: individu yang simtomnya kurang dari 5, memiliki kesulitan dalam
Gangguan Bipolar I: episode mania/ campuran, terdapat simtom mania dan depresi.
Episode mania disini minimal muncul 3 simtom additional (4 simptom jika mood hanya
irrirable).
Gangguan bipolar lebih jarang muncul daripada depresi mayor
Rata-rata onset: umur 20an, seimbang antara pria dan wanita Heterogenitas Kategori
DSM-IV.
Banyak penderita dengan gejala heterogen, tapi dikelompokkan pada diagnosis yang sama.
Munculnya delusi dapat membedakan penderita depresi unipolar tidak reaktif terhadap
tidak bertujuan).
Gangguan bipolar dan unipolar mungkin sifatnya musiman bila pasien secara teratur
mengalaminya. Gangguan Mood Kronik Jangka panjang, minimal 2 tahun, belum cukup
mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan. Ada 2 jenis:
a. Gangguan cyclothymic
Periode depresi dan hipomania berulang. Selama depresi pasien merasa inadekuat,
selama hipomania self esteem meningkat. Menarik diri, tidur terlalu sering atau terlalu
sebentar, sulit konsentrasi, dan jarang berbicara.
b. Gangguan dysthymic
67
Depresi kronis, feeling blue, sedikit sekali merasa senang, insomnia atau justru terlalu
banyak tidur, tidak efektif, letih, pesimis, sulit konsentrasi, dan berpikir jernih,
menghindari bersama-sama dengan orang lain. Pasien distimia mengalami 3 atau lebih
simtom additional, meliputi mood depresif tapi bukan suicidal thought. Minimal
berlangsung selama 2 bulan. Gangguan Mood dan Depresi - Individu yang depresi
lebih sedikit menunjukkan ekspresi wajah positif dan mengalami emosi
menyenangkan - Gangguan kecemasan biasanya muncul bersamaan dengan depresi.
3. Gangguan schizophrenic
Istilah "skizofrenia" berasal dari bahasa Inggris yaitu "schizophrenia" yang memiliki arti
"pikiran terbagi atau terpecah" di mana hal itu mengacu pada terganggunya keseimbangan
pada emosi dan pikiran.
Skizofrenia dibedakan menjadi lima subtipe, yakni:
1. Paranoid
Orang yang mengalami hal ini akan sering berkhayal dan mengalami halusinasi, biasanya
pada pendengaran. Penderitanya sering mendengar suara-suara pada telinganya, padahal suara
itu tidak didengarkan oleh orang lain. Namun, fungsi intelektual dari penderitanya biasanya
relatif normal. Jika seseorang mengalami paranoid, biasanya penderitanya biasanya lebih
sering menunjukkan kemarahan, bersikap acuh tak acuh, dan cemas. Namun, hal ini masih
bisa disembuhkan.
2. Katatonik
Orang yang mengalami subtipe dari skizofrenia ini seringkali melakukan kegiatan dan
gerakan yang tidak berarti. Mereka juga akan menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka
lebih senang menyendiri dan tidak melakukan interaksi dengan orang lain.
3. Tidak teratur
Jenis skizofrenia ini ditandai dengan ucapan dan perilaku yang tidak teratur atau sulit
dipahami, misalnya tertawa tanpa alasan yang jelas. Mereka juga sering meluapkan emosi
yang tidak pantas. Selain itu, orang yang mengalami hal ini akan terlihat sibuk dengan
pemikiran atau persepsi mereka sendiri. Sangat kecil kemungkinan untuk menyembuhkan
jenis skizofrenia ini.
68
4. Diferentiatif
Dibandingkan dengan subtipe lainnya, jenis skizofrenia ini adalah jenis yang paling banyak
dialami oleh para penderitanya. Gejala yang ditimbulkan merupakan kombinasi dari beberapa
subtipe dari skizofrenia.
5. Residual
Orang yang mengalami hal ini biasanya tidak akan menunjukkan gejala-gejala positif dari
penyakit skizofrenia, seperti berkhayal, halusinasi, tidak teratur dalam berbicara dan
berperilaku. Biasanya, jenis penyakit ini akan terdiagnosa setelah salah satu dari empat
subptipe skizofrenia telah terjadi.
Meski sudah dijelaskan mengenai subtipe dari penyaki skizofrenia, namun sangat sulit untuk
menentukan jenis skizofrenia mana yang dialami oleh si penderita. Sebab, mayoritas dari
penderita akan menunjukkan gejala-gejala yang hampir sama dengan penderita lainnya.
Namun, bila penderita sudah menunjukkan beberapa gejala yang dianggap sudah mewakili
penyakit ini, maka pengobatan harus dilakukan dengan cepat. Sebab, bila tidak, hal ini dapat
menimbulkan beberapa masalah lain. Seringkali, penderita ingin berbuat sesuatu yang dapat
menyakiti dirinya sendiri. Bila hal itu tidak berhasil dilakukan, mereka mungkin akan
mencoba untuk bunuh diri.
Gejala
Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia seringkali dikaitkan dengan penyakit
mental lainnya. Sebab, tanda dan gejala dari penyakit ini memang hampir sama dengan tanda
dan gejala dari penyakit mental lainnya. Hal ini yang menyebabkan penyakit skizofrenia sulit
untuk didiagnosis.
Tanda dan gejala dari penyakit ini dibagi menjadi tiga kategori:
1. Gejala positif
Fungsi otak dari penderita penyakit skizofrenia akan bekerja lebih aktif atau bisa dikatakan
berlebihan. Hal ini menyebabkan otak bekerja dengan tidak normal. Akibatnya, penderita akan
mengalami beberapa hal seperti berikut ini:
Berkhayal
69
Ini merupakan hal yang paling umum dialami oleh para penderita skizofrenia. Mereka
memiliki keyakinan yang berbeda dengan orang normal. Mereka akan melihat realitas
yang berbeda pula. Selain itu, penderita juga sering salah menafsirkan persepsi.
Halusinasi
Orang yang mengalami penyakit ini sering berhalusinasi. Mereka seringkali melihat atau
mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
Gangguan pikiran
Penderita skizofrenia akan kesulitan berbicara dan mengatur pikirannya sehingga hal ini
mengganggu kemampuan berkomunikasi.
2. Gejala negatif
Gejala ini mengacu pada berkurangnya atau bahkan tidak adanya karakteristik fungsi
otak yang normal. Gejala ini mungkin muncul disertai atau tanpa adanya gejala positif.
Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain:
Sulit mengekspresikan emosi
Menarik diri dari lingkungan sosial
Kehilangan motivasi
70
Masalah dalam membuat informasi yang masuk akal dan dapat dimengerti
Sulit berkonsentrasi
pada suasana hati. Para penderitanya akan mengalami depresi, cemas, dan seringkali
mencoba untuk bunuh diri. Gejala-gejala dari penyakit ini lambat laun dapat
melumpuhkan para penderitanya. Sebab, hal ini sangatlah mengganggu kemampuan
mereka untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari.
Namun, apabila penderitanya masih berusia remaja, gejala yang ditimbulkan sulit
untuk dideteksi dan kemudian dianggap sebagai penyakit skizofrenia. Sebab, pada usia
tersebut mereka pasti akan mengalami hal-hal ini yang ternyata merupakan gejala dari
penyakit skizofrenia:
Sulit tidur
71
Cepat emosi
Namun, bila dibandingkan dengan orang dewasa, anak muda kurang cenderung mengalami
khayalan dan lebih cenderung mengalami halusinasi visual.
Penyebab
Penyebab pasti dari penyakit skizofrenia belum diketahui. Namun, beberapa peneliti percaya
bahwa penyakit ini dapat terjadi akibat unsur kimia pada otak bermasalah, termasuk
neurotransmiter dopamin dan glutamat. Hal ini terlah dibuktikan dari sebuah studi neuroimaging
yang menunjukkan perbedaan dalam struktur otak dan sistem saraf pusat dari penderita
skizofrenia. Selain itu, para peneliti juga percaya bahwa faktor genetika dan lingkungan turut
berkontribusi dalam perkembangan penyakit ini. Namun, ada beberapa faktor yang tampaknya
dapat meningkatkan risiko penyakit ini timbul dan berkembang, seperti:
Sering mengkonsumsi obat psikoaktif selama masa remaja dan dewasa muda
Sering terkena paparan virus, racun, atau kekurangan gizi selama masa kehamilan,
khususnya pada trimester pertama dan kedua
Pengobatan
Tidak ada cara pasti untuk mencegah penyakit skizofrenia. Namun, pengobatan dini dapat
membantu mencegah kekambuhan dan memburuknya gejala yang timbul akibat dari penyakit
ini. Bila tidak diobati, penyakit ini dapat menimbulkan masalah pada emosi, perilaku, dan
kesehatan yang semakin lama akan semakin memburuk. Oleh karena itu, segeralah untuk
memeriksakan diri ke dokter. Bila Anda telah menduga bahwa Anda mengalami skizofrenia,
bicaralah ke dokter Anda. Sebab, dokter akan langsung meminta Anda untuk melakukan
pemeriksaan. Beberapa jenis tes dan ujian yang umumnya dilakukan oleh dokter, antara lain:
Tes laboratorium
72
Dokter akan melakukan tes darah, misalnya dengan melakukan penghitungan sel darah secara
lengkap (CBC). Hal ini dapat membantu Anda untuk menyingkirkan kondisi lain yang
menimbulkan gejala serupa. Selain itu, dokter mungkin akan merekomendasikan kepada Anda
untuk melakukan skrining untuk alkohol dan obat-obatan.
Tes pencitraan dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) dan computed
tomography (CT) scan.
Evaluasi psikologis
Dokter akan memeriksa status mental Anda dengan cara mengamati penampilan dan sikap Anda.
Dokter akan mengajukan pertanyaan seputar pikiran, suasana hati, khayalan, halusinasi,
penyalahgunaan zat, dan potensi percobaan bunuh diri.
Bila dokter sudah menetapkan bahwa Anda mengalami penyakit skizofrenia, dokter pasti akan
langsung merujuk Anda untuk melakukan pengobatan. Penyakit ini mruapakan suatu kondisi
kronis yang mengharuskan penderitanya untuk melakukan pengobatan seumur hidup mereka
walaupun gejala yang timbul juga telah mereda. Anda dapat melakukan pengobatan dengan cara
menggunakan obat-obatan atu dengan terapi psikososial.
1. Obat-obatan
Pengobatan dasar untuk mengatasi penyakit skizofrenia adalah dengan menggunakan obatobatan. Obat antipsikotik adalah obat yang paling sering digunakan untuk mengobati penyakit
ini. Jenis obat ini dapat mengontrol gejala karena obat ini dapat mempengaruhi neurotransmitter
otak dopamin dan serotonin.
Pilihan pengobatan juga disesuaikan dengan keadaan dari penderitanya. Bila si penderita
merupakan pribadi yang tidak disiplin dan pelupa, dokter mungkin akan memberikan obat
dengan cara disuntikkan, bukan dalam bentuk pil yang sering dilupakan.
Selain itu, apabila si penderita adalah pribadi yang gelisah, dokter akan melakukan pengobatan
73
awal dengan memberikan obat penenang, seperti benzodiazepin dan lorazepam (Ativan), di mana
obat tersebut dapat dikombinasikan dengan obat antipsikotik. Berikut jenis-jenis obat yang dapat
Anda gunakan untuk menangani penyakit ini:
Jenis obat ini memiliki efek samping neurologis yang berpotensi untuk mengembangkan
gangguan pada gerakan (tardive dyskinesia). Beberapa macam dari jenis obat ini, antara lain
Chlorpromazine, Fluphenazine, Haloperidol (Haldol), dan Perphenazine. Selain itu, Anda juga
dapat menggunakan obat antipsikotik yang dapat mengontrol tanda dan gejala dari penyakit
skizofrenia dengan dosis serendah mungkin.
Ini merupakan jenis obat baru yang juga digunakan untuk mengatasi penyakit skizofrenia. Obat
ini juga lebih banyak disukai karena memiliki risiko efek samping yang ditimbulkan lebih rendah
daripada obat konvensional. Efek samping dari jenis obat ini antara lain menambah berat badan,
menimbulkan penyakit diabetes, dan kolestrol darah menjadi tinggi. Ada beberapa macam obat
antipsikotik atipikal, misalnya Aripiprazole (Abilify), Clozapine (Clozaril, Fazaclo ODT),
Olanzapine (Zyprexa), dan masih banyak lagi.
Dengan melakukan pengobatan dengan obat-obatan seperti di atas, kondisi Anda dapat Anda
kelola dengan lebih mudah. Namun, karena banyak obat yang menimbulkan efek samping yang
serius, banyak orang enggan untuk melakukan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan.
2. Perawatan psikososial
Meskipun obat-obatan adalah landasan dari pengobatan penyakit skizofrenia, perawatan
psikososial juga penting untuk dilakukan. Pada perawatan ini, Anda akan melakukan beberapa
74
Terapi keluarga yang dapat memberikan dukungan dan pendidikan bagi keluarga yang
berhubungan dengan penderita penyakit skizofrenia.
Rehabilitasi vokasional atau kejuruan dan dukungan pekerjaan guna membantu penderita
skizofrenia untuk dapat mempertahankan pekerjaan mereka walaupun dalam kondisi
krisis.
Terapi individu. Penderita akan diajari untuk mengelola stress dan mengidentifikasi tanda
dan gejala sedini mungkin supaya mereka dapat menghindari kekambuhan.
Selain itu, bagi orang-orang yang memiliki risiko pada peningkatan penyakit skizofrenia
dianjurkan untuk melakukan langkah-langkah proaktif, seperti menghindari penggunaan
narkoba, mengurangi stres, dan tidur dengan cukup.
Dengan begitu, mereka dapat terbantu untuk meminimalkan gejala dan mencegah penyakit ini
semakin memburuk. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan orang dengan skizofrenia dapat
mengelola kondisi mereka.
75
VII. Kesimpulan
Ny. SST, umur 32 tahun, sering keluyuran dan tidak mau tidur karena menderita gangguan
afektif bipolar, episode kini-manik dengan gejala psikotik.
76
Daftar pustaka
Maslim, Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III
dan DSM -5. Jakarta: PT. Nuh Jaya
Haurissa, Jenny. Referat Bipolar.2013. https://www.academia.edu/4837823/Refrat_bipolar
(Diakses pada 17 November 2015)
Sadock BJ, Sadock VA. 2003, Kaplan & Sadocks synopsis of psychiatry. 9th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Putra, A. 2013. Gangguan Bipolar. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38120/4/Chapter%20II.pdf pada 17 November
2015
Amalina, DB. 2012. Gangguan Bipolar I dan II. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31704/4/Chapter%20II.pdf pada 17 November
2015
Putra, A. 2014. Gangguan Afektif Bipolar dengan Psikotik. Diunduh dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=151070&val=970&title=GANGGUAN
%20AFEKTIF%20BIPOLAR%20MANIA%20DENGAN%20PSIKOTIK:%20SEBUAH
%20LAPORAN%20KASUS pada 17 November 2015
Saddock, Benjamin & Virginia Saddock. 2004. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi Kedua.
Jakarta:EGC
77
78