Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO C BLOK 21

Tutor : dr. Alfian Hasbi


oleh: Kelompok B10
1. Muhammad Muharraty A
2. Ita Rahmatika
3. Leonardus Yogie R
4. Filia Nurul Dasti
5. Atika Amaliah
6. Muhammad Kokoh Saputra
7. Cahaya Intan
8. Saktheeswary Achanan
9. Harvinder Kaur Indar Singh
10. Sarayati KH
11. Ezi Septyandra
12. Muhammad Imam Mulia
13. Hery Akbar

(04011281320008)
(04011281320048)
(04011281320050)
(04011281320050)
(04011381320020)
(04011381320024)
(04011381320044)
(04011381320078)
(04011381320080)
(04011181320024)
(04011181320032)
(04011181320034)
(04011181320056)

PENDIDIKAN DOKTER UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN PELAJARAN 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang MahaEsa karena berkat rahmat dan karunia-Nya tugas
laporan tutorial Skenario C Blok 21 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran PBL di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dan tak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada dr. Alfian Hasbi, selaku tutor
serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.
Kami menyadari laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari pembaca akan sangat kami harapkan guna perbaikan di masa yang akan
datang.
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita
dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha
Esa.Amin.

Tim Penyusun
Kelompok B10

DAFTAR ISI
2

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
SKENARIO C............................................................................................................................4
I. Klarifikasi Istilah..........................................................................................................5
II. Identifikasi Masalah.........................................................................................................6
III. Analisis Masalah...............................................................................................................7
IV. Kerangka Konsep...........................................................................................................62
V. Sintesis Masalah.................64
VI. Kesimpulan.....80
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................81

I. Skenario C
Ny. SST, umur 32 tahun, seorang ibu rumah tangga masuk ke UGD RSJ Ernaldi Bahar
Palembang karena sering keluyuran, dan tidak mau tidur. Dua tahun yang lalu, terdapat
perubahan perilaku yaitu sedih, mengisolasi diri, tidak bias mengurus diri, dan bicara terbatas.
1,5 tahun yang lalu, pasien cenderung normal. Satu tahun yang lalu, keluarga mengeluh pasien
mulai banyak bicara, selalu gembira, frekuensi tidur berkurang, banyak bergerak dan mudah
tersinggung. Pasien mengatakan ada suara-suara yang memuji dirinya, serta berkeyakinan bahwa
dirinya orang yang penting di negeri ini. Kemudian kemunduran makin hebat, pasien tidak bisa
mengurus diri, tidak mau makan minum, serta tidak tidur dan sering keluyuran.
Menurut keluarga ada masalah yang menjadi pemicu perubahan perilaku ini yaitu pasien
bertengkar dengan adik kandung.
Pada autoanamnesis pasien tidak bisa duduk diam, banyak bergerak, banyak bicara, dan susah
dihentikan. Jika ditanya, jawaban pasien sangat panjang bahkan banyak tidak berhubungan
dengan pertanyaan.
Riwayat perkawinan baik. Ada riwayat gangguan afektif dalam keluarga, dan kepribadian
premorbid terdapat gangguan kepribadian emosional tidak stabil.
Pemeriksaan fisik normal.
GAF scale 40-31 saat pemeriksaan
Kesimpulan pemeriksaan psikiatrik:
Psikopatologi discriminative insight terganggu, terdapat gangguan asosiasi flight of ideas,
halusinasi auditorik (+), waham grandiose (+), logore.
RTA terganggu

II. Klarifikasi istilah


1. Keluyuran
2. Premorbid
3. Isolasi

: pergi ke mana-mana tanpa tujuan tertentu


: terjadi sebelum berkembangnya penyakit
: pemisahan suatu hal dari hal lain atau usaha untuk memencilkan

manusia dari manusia lain


4. Gangguan afektif
: gangguan jiwa dengan kelainan utama pada bidang afektif,
dengan atau tanpa ciri psikotik, tidak ada tanda schizophrenia dan secara periodic dapat
kambuh kembali
5. GAF scale

: penilaian global berfungsi skala numeric 0-100 yang digunakan

oleh dokter kesehatan mental dan dokter untuk menilai subjektif fungsi social, pekerjaan,
dan psikologis orang dewasa, misalnya seberapa baik atau adaptif suatu pertemuan
berbagai masalah dalam hidup
6. Discriminative insight: kemampuan untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari
suatu situasi seperti kumpulan gejala, terutama keadaan diri-sendiri
7. Logore
: pasien berbicara terus-menerus tanpa henti
8. Waham grandiosa
: waham kebesaran atau waham megalomanik merupakan
perluasan dari individu akan pentingnya dirinya, identifikasi dengan orang penting atau
kesimpulan paralogik.
9. RTA
: Reality testing ability. Tes untuk menilai kemampuan menilai
realitas (afek, pemikiran dan perbuatan)
10. Halusinasi auditorik : persepsi sensorik pendengaran tanpa adanya stimulus eskternal
11. Flight of ideas
: pikiran melompat yang merupakan kelainan arus pikiran, ide
susul-menyusul dengan sangat cepat, tidak terdapat arah umum atau ide tujuan

III. Identifikasi masalah


1. Ny. SST, umur 32 tahun, seorang ibu rumah tangga masuk ke UGD RSJ Ernaldi
Bahar Palembang karena sering keluyuran, dan tidak mau tidur. (Main problem)
2. Dua tahun yang lalu, terdapat perubahan perilaku yaitu sedih, mengisolasi diri, tidak bias
mengurus diri, dan bicara terbatas. 1,5 tahun yang lalu, pasien cenderung normal. Satu
tahun yang lalu, keluarga mengeluh pasien mulai banyak bicara, selalu gembira,
frekuensi tidur berkurang, banyak bergerak dan mudah tersinggung.
3. Pasien mengatakan ada suara-suara yang memuji dirinya, serta berkeyakinan bahwa
dirinya orang yang penting di negeri ini. Kemudian kemunduran makin hebat, pasien
tidak bisa mengurus diri, tidak mau makan minum, serta tidak tidur dan sering keluyuran
4. Menurut keluarga ada masalah yang menjadi pemicu perubahan perilaku ini yaitu pasien
bertengkar dengan adik kandung
5. Pada autoanamnesis pasien tidak bisa duduk diam, banyak bergerak, banyak bicara, dan
susah dihentikan. Jika ditanya, jawaban pasien sangat panjang bahkan banyak tidak
berhubungan dengan pertanyaan
6. Riwayat perkawinan baik. Ada riwayat gangguan afektif dalam keluarga, dan kepribadian
premorbid terdapat gangguan kepribadian emosional tidak stabil
7. Pemeriksaan fisik normal. GAF scale 40-31 saat pemeriksaan
8. Kesimpulan pemeriksaan psikiatrik:
Psikopatologi discriminative insight terganggu, terdapat gangguan asosiasi flight of ideas,
halusinasi auditorik (+), waham grandiose (+), logore.
RTA terganggu

IV. Analisis masalah


1. Ny. SST, umur 32 tahun, seorang ibu rumah tangga masuk ke UGD RSJ Ernaldi
Bahar Palembang karena sering keluyuran, dan tidak mau tidur. (Main problem)
a. Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin dan pekerjaan dengan keluhan yang
dialami?
Umur
Umur saat onset terjadinya bipolar bervariasi yaitu berkisar sejak kanak-kanak
sampai umur 50 tahun, dengan usia rata-rata sekitar 21 tahun. Kebanyakan kasus
bipolar muncul ketika seorang individu berusia 15-19 tahun.
Beberapa pasien yang terdiagnosa dengan depresi major yang berulang
kemungkinan akan memiliki kelainan bipolar dan akan mengalami episode
pertama manic ketika berusia lebih dari 50 tahun. Orang-orang tersebut mungkin
memiliki riwayat keluarga dengan kelainan bipolar. Bagaimanapun, untuk
sebahian besar pasien dengan onset mania pertama saat berusia 50 tahun harus
diinvestigasi

lebih

lanjut

untuk

kelainan

neurologis

seperti

penyakit

serebrovaskular.
Jenis kelamin
Kelainan bipolar terjadi secara merata pada laki-laki maupun perempuan.
Riwayat pekerjaan biasanya berhubungan dengan stress psiko-sosial yang
mungkin dialami oleh pasien.
b. Apa penyebab dan bagaimana mekanisme keluyuran dan tidak mau tidur pada
kasus?
Adanya riwayat gangguan afektif dalam keluarga (genetik) + stressor sebagai
faktor pemicu peningkatan hormone kortisol, neurotransmiter norepineprin,
dopamine respon neurotransmiter tersebut ke sistem limbik (hipotalamus,
amigdala, dan hipokampus) terganggu gejala episode manik euforia dan
perubahan prilaku (keluyuran, tidak mau tidur)
KELUYURAN
Keluyuran dalam hal ini berkaitan dengan hiperaktivitas pada episode manik. Hal
ini dikarenakan aktivitas dopamine meningkat pada mania. Sedangkan perubahan
kadar

serotonin

diduga

mengacaukan

menyebabkan

instabilitas

system

katekolamin, sehingga memicu episode mania pada gangguan bipolar. Dikatakan


7

bahwa deficit asetil kolin menyebabkan munculnya mania sehingga keluhan


gejala pada kasus ini timbul.
TIDAK MAU TIDUR
Masalah tidur-insomnia inisial dan terminal, sering terbangun, hipersomniaadalah gejala yang lazim dan klasik pada depresi, dan penurunan kebutuhan untuk
tidur merupakan gejala klasik mania. Para peneliti telah lama mengenali bahwa
elektroensefalogram tidur (EEG) pada banyak orang dengan depresi menunjukkan
kelainan. Kelainan yang lazim adalah awitan tidur yang tertunda, pemendekan
latensi rapid eye movement (REM) (waktu antara jatuh tertidur dan periode REM
pertama), peningkatan lama periode REM pertama, serta tidur delta abnormal.

2. Dua tahun yang lalu, terdapat perubahan perilaku yaitu sedih, mengisolasi diri, tidak bisa
mengurus diri, dan bicara terbatas. 1,5 tahun yang lalu, pasien cenderung normal. Satu
tahun yang lalu, keluarga mengeluh pasien mulai banyak bicara, selalu gembira,
frekuensi tidur berkurang, banyak bergerak dan mudah tersinggung.
a. Bagaimana progresivitas dari keluhan yang dialami pasien?
Waktu tertentu dari gangguan ini terdiri dari suasana hati yang berubah-ubah
(mood), pada waktu lainnya bisa terjadi penurunan suasana hati

energi dan

pengurangan aktifitas (depresi). Waktu berikutnya peningkatan energi, prilaku dan


aktifitas (mania). Terlihat lebih khas ketika adanya penyembuhan antar episode.
b. Apa makna klinis 1,5 tahun pasien cenderung normal?
Pada gangguan bipolar terdapat 2 kutub yaitu, pertama mania atau depresi dan
kemudian pada saat berikutnya terjadi hal yang sebaliknya. Periode diantara kedua
kutub itu cenderung normal, yang merupakan karakteristik dari penyakit bipolar
tersebut.

c. Mengapa terjadi perubahan perilaku seperti sedih, mengisolasi diri, tidak bisa
mengurus diri, dan bicara terbatas pada dua tahun yang lalu menjadi ke perubahan
perilaku ke satu tahun yang lalu seperti mulai banyak bicara, selalu gembira,
frekuensi tidur berkurang, banyak bergerak dan mudah tersinggung?

Hal ini terjadi karena perubahan mood penderita bipolar type I karena
ketidakseimbangan antara Serotonin dan Dopamin
d. Bagaimana mekanisme terjadi gejala-gejala pada 2 tahun yang lalu?
Perilaku tersebut disebut episode depresi; Gejala-gejala dari tahap depresi bipolar
disorder adalah sebagai berikut:
1. Kesedihan dan menangis secara umum.
2. Mengalami kesulitan tidur (insomnia)

atau

terlalu

banyak

tidur

(hypersomnolence).
3. Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan atau sebaliknya.
4. Menarik diri dari pergaulan, hilangnya rasa percaya diri.
5. Kehilangan rasa suka terhadap hal-hal yang menyenangkan saat penderita dalam
kondisi normal.
6. Merasa pesimis, putus asa, tidak ada yang bersedia membantu, tidak bernilai atau
berharga. dan tidak diinginkan.
7. Terjadi komplikasi pada organ lainnya yang disebabkan oleh sugesti yang buruk
terhadap kesehatannya.
8. Memiliki respon yang lambat saat berbicara, kesulitan untuk berkonsentrasi,
selalu berpikiran yang tidak jelas, dan bingung.
9. Pekerjaan dan hubungan interpersonal terganggu
10. Merasa tidak berdaya dan benar-benar berpikir tentang cara membunuh dirinya
sendiri.
Faktor yang menyebabkan Ny. SST menjadi depresi adalah
Faktor biologi
Hingga saat ini neurotransmitter monoamine seperti norepinefrin, dopamine,
serotonin, dan histamine menjadi focus teori dan masih diteliti hingga saat ini.
Sebagai biogenik amin norepinefrin dan serotonin adalah neurotransmitter yang
-

paling berpengaruh dalam patofisiologi gangguan mood ini.


Norepinefrin. Teori ini merujuk pada penurunan regulasi dan penurunan
sensitivitas dari reseptor adrenergik dan dalam klinik hal ini dibuktikan oleh
respon pada penggunaan anti depresan yang cukup baik sehingga mendukung
adanya peran langsung dari system noradrenergik pada depresi. Bukti lainnya
melibatkan reseptor 2 presinaps pada depresi karena aktivasi pada reseptor ini
menghasilkan penurunan dari pelepasan norepinefrin. Reseptor 2 juga terletak
pada neuron serotoninergic dan berperan dalam regulasi pelepasan serotonin.

10

Serotonin. Teori ini didukung oleh respon pengobatan SSRI (selective serotonin
reuptake inhibitor) dalam mengatasi depress. Rendahnya kadar serotonin dapat
menjadi factor resipitat depresi, beberapa pasien dengan dorongan bunuh diri
memiliki konsentrasi serotonin yang rendah dalam cairan cerebropinalnya dan

memiliki kadar konsentrasi rendah uptake serotonin pada platelet.


Dopamine. Selain dari norepinefrin dan serotonin, dopamine juga diduga memiliki
peran. Data memperkirakan bahwa aktivitas dopamine dapat mengurangi depresi
dan meningkat pada mania. Dua teori mengenai dopamine dan depresi adalah
bahwa jalur mesolimbic dopamine tidak berfungsi

terjadi pada depresi dan

dopamine reseptor D1 hipoaktif pda keadaan depresi.


Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat
perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar.
Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission
tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang
berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam
Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada amygdale
dan hippocampus. Korteks prefrontal, amygdale, dan hippocampus merupakan
bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek). Penelitian lain
menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak penderita
bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang
membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf.
Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar
saraf tidak berjalan lancar.
Faktor genetik

Studi pada keluarga. Data dari studi ini mengatakan 1 orang tua dengan gangguan
mood, anaknya akan memiliki risiko antara 10-25% untuk menderita gangguan
mood.

Jika

kedua

orang

tuanya

menderita

gangguan

mood,

maka

kemungkinannya menjadi 2 kali lipat. Risiko ini meningkat jika ada anggota
keluarga dari 1 generasi sebelumnya daripada kerabat jauh. Satu riwayat keluarga
gangguan bipolar dapat meningkatkan risiko untuk gangguan mood secara umum,
dan lebih spesifik pada kemungkianan munculnya bipolar.
11

Studi pada anak kembar. Studi ini menunjukan bahwa gen hanya menjelaskan 5070% etiologi dari gangguan mood. Studi ini menunjukan rentang gangguan mood
pada monozigot sekitar 70-90% dibandingkan dengan kembar dizigot sekitar 1635%.
Faktor psikososial

Stress dari lingkungan dan peristiwa dalam hidup seseorang. Penelitian telah
membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting dalam Gangguan
perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan pada kehidupan
psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor
lingkungan. Stress yang menyertai episode pertama dari Gangguan bipolar dapat
menyebabkan perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan
lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai
neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal. Perubahan mungkin
termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil
akhir perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang
lebih tinggi untuk menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya

stressor eksternal.
Faktor kepribadian. Tidak ada bukti yang mengindikasikan bahwa gangguan
kepribadian tertentu berhubungan dengan berkembangnya gangguan bipolar I,
walaupun pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik berisiko untuk dapat
berkembang menjadi depresi mayor atau gangguan bipolar I. Kejadian tiba-tiba
yang memicu stress yang kuat adalah prediktor dari onset episode depresi.

e. Bagaimana mekanisme terjadi gejala-gejala pada satu tahun yang lalu?


Satu tahun yang lalu, keluarga mengeluh pasien mulai banyak bicara, selalu
gembira, frekuensi tidur berkurang, banyak bergerak dan mudah tersinggung
episode mania.
Mekanisme episode mania:
1. Gangguan pada pengaturan oleh otak peningkatan kadar dopamin dan
norepineprin pada lobus temporalis manifestasi episode manik
2. Mutasi pada gen ANK3 meningkatnya intraselular kalsium timbul
manifestasi episode manik
12

3. Amygdala kiri lebih aktif pada wanita yang manik dan orbitofrontal cortex
kurang aktif manifestasi episode manik.6/.
4. Awalnya kan pasien menderita depresi. Dimana ini berpengaruh pada
neurotransmiter GABA. GABA merupakan neurotransmiter yang memegang
peran penting dalam gejala-gejala gangguan jiwa. Hampir tiap-tiap area otak
berisi neuron-neuron GABA.
Stressor khronik (penderita depresi) mengurangi kadar GABA.

13

3. Pasien mengatakan ada suara-suara yang memuji dirinya, serta berkeyakinan bahwa
dirinya orang yang penting di negeri ini. Kemudian kemunduran makin hebat, pasien
tidak bisa mengurus diri, tidak mau makan minum, serta tidak tidur dan sering keluyuran.
a. Apa makna klinis dari keluhan pasien?
Ada suara-suara yang memuji dirinya : Halusinasi Auditorik
Berkeyakinan bahwa dirinya orang yang penting di negeri ini : Waham Grandiosa
Adanya gangguan halusinasi auditorik dan gangguan waham menunjukkan bahwa
pasien sedang mengalami gejala psikotik.
Pasien tidak bisa mengurus diri dan tidak mau makan minum : menunjukkan telah
terjadi regresi (menghadapi stress dengan perilaku, perasaan dan cara berfikir
mundur kembali ke ciri tahap perkembangan sebelumnya.)
Tidak tidur dan sering keluyuran : menunjukkan bahwa pada saat itu pasien
berada pada episode manik yang ditandai oleh hal-hal yang berlebihan seperti
hiperaktivitas, agitasi, euforia, dll.
b. Apa penyebab dan bagaimana mekanisme ada suara-suara yang memuji dirinya?
Tujuan dari otak adalah untuk mengumpulkan informasi dari tubuh (nyeri,
kelaparan, dll), dan dari dunia luar, menafsirkannya dengan pandangan dunia yang
koheren, dan menghasilkan tanggapan yang berarti. Informasi dari indera masuk
ke otak di daerah sensorik primer. Mereka memproses informasi dan
mengirimkannya ke daerah sekunder dimana informasi itu ditafsirkan. Aktivitas
spontan di daerah sensorik primer dapat menghasilkan halusinasi yang
disalahartikan oleh daerah sekunder sebagai informasi dari dunia nyata. Misalnya,
PET scan atau fMRI dari seseorang yang mengaku mendengar suara-suara dapat
menunjukkan aktivasi di korteks pendengaran primer, atau bagian otak yang
terlibat dalam persepsi dan pemahaman berbicara. Psikosis telah secara tradisional
dikaitkan dengan dopamin neurotransmitter. Secara khusus, hipotesis dopamin
psikosis telah berpengaruh dan menyatakan bahwa hasil psikosis dari overactivity
fungsi dopamin di otak, khususnya di jalur mesolimbic. Dua sumber utama bukti
yang diberikan untuk mendukung teori ini adalah bahwa reseptor dopamin D2
memblokir obat (yaitu, antipsikotik) cenderung mengurangi intensitas gejala
psikotik, dan bahwa obat yang meningkatkan aktivitas dopamin (seperti
amfetamin dan kokain) dapat memicu psikosis pada beberapa orang.

14

c. Apa penyebab dan bagaimana mekanisme berkeyakinan bahwa dirinya orang


yang penting di negeri ini?

Delusi grandiose
Delusi tipe sekunder ini terjadi akibat adanya efek dari psikopatologi lain. Pada
kasus ini adalah psikopatologi halusinasi dan depresi. Depresi menyebabkan
penurunan serotonin dan dopamin, jika berlebihan akan mengganggu instabilitas
kedua neurostransmitter tersebut.
Akibatnya bisa terjadi hiperiritabilitas, restlessness, penurunan ambang sensoris
dan penurunan mood. Hal ini menyebabkan stimulus dari luar akan ditangkap dan
diproses jaras sensoris secara berlebihan, menyebabkan pengulangan / penciptaan
/ pengembangan berlebihan ide ide yang dimiliki.
Konten dari halusinasi bergantung pada stressor yang menyerang pasien dulu.

MekanismeTerjadinyaHalusinasiAuditorik
1. Halusinasi auditori terjadi karena penurunan volume grey matter (anatomi)
pada superior temporal gyrus gangguan pada area auditory otak halusinasi
auditori (suara/command)
2. Hiperreaktivitas system dopaminergik pada sistem mesolimbik berkaitan
dengan gejala positif, terutama halusinasi pendengaran. Meningkatnya dopamine
pada jalur mesolimbik dapat menimbulkan simtom positif dari skizofrenia
Selain itu Stuart dan Sundeen (1998), mengemukakan dua teori tentang halusinasi,
yaitu :
a.Teori biokimia
Respon metabolik terhadap stress yang mengakibatkan pelepasan zat halusinogen
pada sistem limbik otak, atau terganggunya keseimbangan neuro transmiter di
otak.
b. Teori psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang
di tekan yang kemungkinan mengancam untuk timbul.
15

Jenis halusinasi dengar ditentukan oleh tipe kepribadian dan gangguan mental
pasien.

16

4. Menurut keluarga ada masalah yang menjadi pemicu perubahan perilaku ini yaitu pasien
bertengkar dengan adik kandung.
a. Apakah hubungan antara pertengkaran pasien dengan adik kandung dengan gejala
yang dialami pasien?
Pertengakaran merupakan stressor terjadinya gangguan bipolar yang mengarah
kearah faktor psikososial (diagnosis multiaksial pada AKSIS IV). Adanya
peristiwa yang menyebabkan stres lebih sering mendahului episode pertama
gangguan mood daripada episode selanjutnya. Stres yang menyertai episode
pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama Hasil dari
perubahan tersebut menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi
untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya bahkan tanpa adanya stresor
eksternal. Hasil dari penelitian juga menyatakan bahwa semua manusia, apapun
pola kepribadiannya, dapat dan memang menjadi depresi dalam keadaan yang
tepat, tetapi kerpibadian tertentu seperti: dependen, obsesif-kompulsif, dan
histerikal mungkin berada dalam resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi
daripada tipe kepribadian lain (Kaplan dkk, 1997).

17

5. Pada autoanamnesis pasien tidak bisa duduk diam, banyak bergerak, banyak bicara, dan
susah dihentikan. Jika ditanya, jawaban pasien sangat panjang bahkan banyak tidak
berhubungan dengan pertanyaan.
a. Bagaimana mekanisme terjadinya gejala-gejala di atas?

Mekanisme gejala-gejala mania


Neurotransmitter Dopamin diduga berperan penting dalam episode manik pasien
dengan gangguan bipolar. Reseptor Dopamin ada 2 tipe, D1-like dan D2-like. D1like lebih berperan ke pertumbuhan neuron, sementara D2-like berperan ke
fungsinya sebagai transmiter neuron-neuron saat mengolah fungsi motorik,
kognitif, afektif.
Reseptor dopamine ini tersebar menjadi 4 jalur, dimana setiap jalur memegang
peran trnasmisi yang berbeda-beda.
1. Nigrostriatal
Berjalan dari batang otak ke ganglia basal
Berperan dalam gerakan motorik
2. Mesolimbik
Berjalan dari batang otak bagian VTA ke sistem limbik
Berperan dalam pengaturan emosi, motivasi, dan kesenangan
3. Mesokortikal
Berjalan dari batang otak bagian VTA ke korteks serebral
Berperan dalam memori, wicara, kognisi. Pada pasien psikosis negative
symptom
4. Taberoinfindibular
Berperan dalam inhibisi prolaktin
Pada ibu baru melahirkan jika stress air susu kadang tidak keluar.
Dopamine bisa disebut juga Neurotransmitter Cinta, bersama Serotonin menjadi
Happy Neurotransmitters
Jika terjadi defisiensi dopamine, dapat berakibat: depresi, penurunan fungsi
kognitif, penurunan perhatian, kehilangan minat
Jika terjadi kelebihan dopamine/ overeksitasi/ overaktifitas reseptor dopamine.
Dapat berakibat: episode manik, paranoid behaviour, halusinasi, hipersensitifitas.

18

Mekanisme Vorbeireden (Talking past the point)


Pembicaraan yang berputar-putar tanpa tujuan biasanya terdapat pada pasien
schizofrenia, dimana terdapat ketidakmampuan diri untuk fokus terhadap
pertanyaan/ input yang masuk karena instabilitas impuls sel otak di korteks otak,
khususnya bagian lobus temporal, akibat ketidakseimbangan neurotrasmitter. Pada
kasus, ketidakseimbangan neurotransmitter diduga pada Serotonin dan Dopamine.

19

6. Riwayat perkawinan baik. Ada riwayat gangguan afektif dalam keluarga, dan kepribadian
premorbid terdapat gangguan kepribadian emosional tidak stabil
a. Apa hubungan adanya riwayat gangguan afektif dengan gejala yang dialami?
Adanya riwayat gangguan afektif dalam keluarga (genetik) + stressor sebagai
factor pemicupeningkatan hormone kortisol, neurotransmitter norepineprin,
dopamine respon neurotransmitter tersebut ke system limbik (hipotalamus,
amigdala, danhipokampus) terganggugejala episode manikkemunduran pada
pasien (tidak bisa mengurus diri, tidak mau makan minum, serta tidak tidur dan
sering keluyuran kemunduran pada pasien (tidak bisa mengurus diri, tidak mau
makan minum, serta tidak tidur dan sering keluyuran
b. Apa makna klinis ditanyakannya riwayat perkawinan?
Freud mendeskripsikan adanya ambivalent terhadap objek yang dicintai
(manusia), yang dapat menghasilkan bentuk patologis kesedihan jika objek
tersebut hilang atau terasa hilang. Kesedihan ini dapat menjadi depresi yang parah
dengan adanya perasaan bersalah, tidak berguna dan keinginan bunuh diri.
Kehilangan tersebut dapat dipersepsikan sebagai penolakan. Mania diperlihatkan
sebagai bentuk pertahanan terhadap depresi.
c. Apa hubungan riwayat kepribadian premorbid dengan gejala yang dialami?
Orang dengan kepribadian emosional tidak stabil hampir selalu berada dalam
keadaan krisis. Suasana hati yang mudah berubah umum terjadi. Pasien dapat
menjadi argumentatif pada satu saat, depresif berikutnya, dan kemudian mengeluh
tidak memiliki perasaan.
Orang dengan kepribadian emosional tidak stabil biasanya bergantung dengan
orang lain. Karena merasa baik bergantung dan bermusuhan, orang dengan
gangguan ini memiliki hubungan interpersonal yang penuh gejolak. Mereka dapat
bergantung pada orang-orang dengan siapa mereka dekat dan, jika mersa frustasi,
bias mengungkapkan kemarahan besar terhadap teman intim mereka. Pasien
dengan emosional tidak stabil tidak bias mentolerir sendirian, dan mereka lebih
suka mencari

persahabatan

secara

terburu-buru, tidak peduli

seberapa

20

memuaskan, untuk menemani mereka. Kepribadian yang tidak stabil memicu Ny.
SST bertengkar dengan adik kandung.
Berikut cirri-ciri kepribadian tidak stabil
1. Upaya penuh keglisahan untuk menghindari keadaan ditinggalkan yang nyata
maupun hanya dibayangkan
2. Pola hubungan interpersonal yang erat namun tidak stabil
3. Gangguan identitas : citra diri yang secara nyata dan terus menerus
4. Impulsive srtidaknya dua wilayah yangberpotensi merusak diri (misalnya,
pengeluaran, seks, penyalahgunaan zat, mengemudi sembrono, makan pesta).
5. Prilaku bunuh diri berulang dsb
d. Apa saja jenis-jenis gangguan afektif dan jelaskan secara singkat?
PPDGJ:F30-F39 Gangguan Suasana Perasaan / Afektif
F 30 Episode manik
F 30.0 Hipomania
.1 Mania tanpa gejala psikotik
.2 Mania dengan gejala psikotik
.8 Episode manik lainnya
.9 Episode manik YTT
F 31 Gangguan afektif bipolar
F 31.0 Gg.a.b.,episode kini hipomanik
.1 Gg.a.b.,episode kini manik tanpa gejala psikotik
.2 Gg.a.b.,episode kini manik dg gejala psikotik
.3 Gg.a.b.,episode kini depresif ringan atau sedang
.30 tanpa gejala somatik
.31 dg gejala pskotik
.4 Gg.a.b.,episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
.5 Gg.a.b.,episode kini depresif berat dg gejala psikotik
21

.6 Gg.a.b.,episode kini campuran


.7 Gg.a.b.,kini dengan remisi
.8 Gg.a.b. Lainnya
.9 Gg.a.b. YTT

F 34.
.0
.1
.8
.9

Gangguan suasana persaan (mood [afektif] ) menetap


Siklotimia
Distimia
Gg.s.p. menetap lainnya
Gg.s.p. menetap YTT

F 38.
.0
.00
.1
.10
.8
F 39.

Gangguan suasana perasaan lainnya


Gg.s.p. tunggal lainnya
Episode afektif campuran.
Gg.s.p.berulang lainnya
Gg.depresif singkat berulang.
Gg.s.p.lainnya YTT
Gangguan suasana perasaan YTT

Berdasarkan kasus, gangguan bipolar episode manik dengan gejala psikotik:


a. Disertai waham
b. Waham kebesaran atau penganiaaan serta halusinasi pendengaran dapat timbul
dan biasanya sesuai dengan mood
c. Tindakan agresif
d. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik
e. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, campuran) dimasa lampau.

22

7. GAF scale 40-31 saat pemeriksaan


a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dan pemeriksaan GAF?
Nilai normal: 91 100 berfungsi Unggul dalam berbagai kegiatan, masalah hidup
sepertinya tidak pernah keluar dari tangan, dicari oleh orang lain karena-nya atau
banyak kualitas nya positif. Tidak ada gejala.
Interpretasi:
Kerusakan beberapa fungsi dalam pengujian realitas atau komunikasi (misalnya,
bicara pada waktu yang tidak logis, jelas, atau tidak relevan) ATAU penurunan
besar di beberapa daerah, seperti pekerjaan atau sekolah, hubungan keluarga,
penilaian, berpikir, atau suasana hati (misalnya, depresi menghindari teman pria,
mengabaikan keluarga, dan tidak mampu bekerja; anak sering memukuli anakanak muda, adalah pemberontak di rumah, dan gagal di sekolah).
b. Bagaimana cara membuat diagnosis multiaksial secara umum (Aksis 1 - Aksis 5
(GAF))?
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL TERDIRI DARI 5 AKSIS :
Aksis I
: - Gangguan klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48,
-

F50-59, F62-68, F80-89, F90-98, F99)


Kondisi lain yang menjadi Fokus Perhatian klinis (tidak ada diagnosis Z03.2,
diagnosis tertunda R69)
Aksis II
: - Gangguan kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian

maladaptive, mekanisme defensi maladaptif)


Retardasi Mental (F70-79)
Aksis III
: Kondisi Medik Umum
Aksis IV
: Masalah Psikososial

dan

lingkungan

(keluarga,

lingkungan social, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses pelayanan


kesehatan, hukum, psikososial).
Aksis V
: Penilaian fungsi secara global
Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale)
100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi
90-81 gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa
80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social
70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum baik
60-51 gejala dan disabilitas sedang
50-41 gejala dan disabilitas berat
40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi

23

30-21

disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu

berfungsi dalam hampir semua bidang


20-11
bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam
komunikasi dan mengurus diri
10-01 persisten dan lebih serius
0
informasi tidak adekuat
Catatan :
Antara Aksis I, II, III tidak selalu harus ada hubungan etiologik atau

patogenese
Hubungan antara Aksis I-II-III dan Aksis IV dapat timbal balik saling
mempengaruhi

Tujuan diagnosis multiaksial


Informasi komprehensif sehingga membantu perencanaan terapi dan

meramalkan outcome
Format mudah dan

sistematik

sehingga

membantu

menata

dan

mengkomunikasikan informasi klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis,

dan menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis yang sama


Penggunaan model bio-psiko-sosial

Contoh dalam kasus


a. Aksis I
= F31.5 Gangguan afektif bipolar,episode kini depresi berat
b. Aksis II
c. Aksis III
d. Aksis IV
e. Aksis V

dengan gejala psikotik


= F60.3 Gangguan Kepribadian emosional tak stabil
= Tidak ada (None)
= masalah dengan primary support group (keluarga)
= GAF : 40-31 ( saat pemeriksaan )

24

8. Kesimpulan pemeriksaan psikiatrik:


Psikopatologi discriminative insight terganggu, terdapat gangguan asosiasi flight of ideas,
halusinasi auditorik (+), waham grandiose (+), logore.
RTA terganggu
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan psikiatrik?
Pemeriksaan psikiatrik
Normal
discriminative
insight Tidak terganggu

Interpretasi
Abnormal

terganggu
gangguan asosiasi flight Tidak terganggu

Abnormal

of ideas
halusinasi auditorik (+)
waham grandiose (+)
Logore

(-)
(-)

Abnormal
Abnormal

Discriminative insight terganggu = pasien tidak menyadari dan memahami apa

yang terjadi pada dirinya saat ini.


Asosiasi Flight of Ideas = Ide susul menyusul dengan cepat dan tidak ada arah
umum atau ide tujuan, normalnya pikiran akan berjalan dari suatu ide initial ke

ide tujuan, dimana terjadi arus terus menerus dan berkesinambungan.


Waham = Keyakinan yang salah karena bertentangan dengan realitas serta

dibangun atas unsur logika yang tidak sehat.


Waham grandiose = Waham kebesaran dimana individu merasa dirinya sangat

penting.
Fase Lack of Human need.
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara

fisik maupun psikis.


Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standard lingkungan sudah melampaui

kemampuannya.
Fase control internal external.
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan

kenyataan
Fase environment support.

25

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya


menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya

diulang-ulang.
Fase comforting.
Klien merasa nyaman dengan

keyakinan dan kebohongannya

serta

menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan

mendukungnya.
Fase improving.
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat.

Logore = Banyak Bicara


Adanya riwayat gangguan afektif dalam keluarga (genetik) + stressor sebagai
factor pemicu peningkatan hormone kortisol, neurotransmitter norepineprin,
dopamine respon neurotransmitter tersebut ke system limbik (hipotalamus,
amigdala, danhipokampus) terganggu gejala episode manic Logore

(bicara terus menerus tanpa henti)


Halusinasi = persepsi sensorik tanpa rangsang dari luar
RTA = Reality Testing Ability, yaitu kemampuan seseorang untuk menilai
realitas. Kemampuan ini akan menentukan persepsi, respons emosi dan
perilaku dalam berelasi dengan realitas kehidupan.

b. Bagaimana cara pemeriksaan RTA pada kasus?


RTA (Reality Testing Ability) atau dalam bahasa indonesia adalah fungsi menilai
realita bukan sebuah pemeriksaan yang dilakukan menggunakan alat bantu seperti
pemeriksaan psikiatri yang lainnya. Di sini pemeriksa hanya melihat bagaimana
pasien menilai realitas yang ada. Pada kekacauan perilaku, waham, dan halusinasi
fungsi untuk menilai realita nya akan terganggu. Pada kasus ini Ny. SST
menanggap dirinya sebagai orang yang penting di negeri ini, sedangkan
kenyataannya Ny. SST hanya menjadi ibu rumah tangga tanpa ada pekerjaan lain.
Cara pemeriksaan RTA sifatnya subjektif , dilakukan dengan anamnesis dan
observasi tingkah laku pasien. Kemampuan menilai realitas dikatakan terganggu
apabila:

26

Ditemukan adanya waham / halusinasi (gejala psikopatologis yang berat)


Ditemukan adanya disorganisas idalam proses berpikirnya sedemikian rupa
sehingga dapat dipastikan bahwa pasien tidak mampu lagi menilai realita

dengan baik.
Ditemukan adanya tingkah laku yang aneh (bizar) yang tidak diterima oleh

lingkungan sosialnya.
Tilikan (insight into illness) tidak ada. Pasien mengingkari bahwa dirinya sakit
jiwa.

c. Apa saja jenis dari gangguan-gangguan asosiasi dan jelaskan secara singkat?
-Kelainan pikiran menurut Fish :
1. Kelainan arus pikiran
2.Kelainan pemilikan pikiran.
3.Kelainan isi pikiran.
4.Kelainan bentuk pikiran.
Kelainan arus pikiran :
-disorder of the stream/ progression of the thought.
-Normal pikiran berjalan dari suatu ide initial
(ide

awal) menuju ke ide tujuan, dimana trejadi suatu arus yang terus menerus

dan berkesinambungan.
Pikiran melompat (flight of idea):
-

Kelainan arus pikiran ide susul menyusul dengan sangat cepat, tidak

terdapat arah umum


atau ide tujuan (goal idea)
Penderita bicara dengan sangat cepat dari satu topik ketopik lainnya

Cameron menyebutnya flight of topics.


Ciri lain pikiran melompat desakan atau keterpaksaan bicara ( pressure of
speech) penderita tidak bisa menahan diri untuk tidak bicara.
27

Terjadi pelonggaran asosiasi, tetapi secara keseluruhan pemikiran masih bisa

dimengerti.
Khas untuk keadaan manik, pasien skizofrenia gelisah (afektif atau
katatonik), dan lesi organic di hypothalamus.

Pikiran berputar- putar (circumstantial) :


-

Kelainan arus pikiran pikiran maju dengan pelan karena menyertakan


banyak hal- hal yang

kecil dan tak perlu, berliku- liku, dan berbelit- belit

tetapi mencapai tujuan (goal).

Kecepatan bicara adalah biasa.


Terjadi karena tidak ada atau sedikitnya dilakukan supresi selektif,
melemahnya pertimbangan, dan egosentrisitas.
Ditemukan pada : kepribadian epileptik, keterbelakangan mental, gangguan
mental pada usia tua, kepribadian obsesi, dan skizofrenia

Pikiran menyimpang :
-

Menyerupai circumstantial tetapi goal/tujuan pemikiran tidak pernah tercapai


atau memang tidak ada.

Pikiran terhambat :
-

Disebut juga retardasi pikiran; inhibisi pikiran ; hemmung.


Kebalikan daripada pikiran melompat.
Pemikiran melambat, baik inisiasi maupun pergerakan/kemajuannya, dan

jumlah ide/pikiran yang diucapkan berkurang.


Biasanya pasien mengeluh kalau dirinya sulit berpikir, susah berkonsentrasi,

pikirannya berjalan lambat, dan sulit mengambil keputusan.


Perhatian aktif menurun sehingga kejadian- kejadian sekitarnya tidak tercatat

secara mental dengan baik keluhan lemah ingatan.


Khas pada keadaan depresi tetapi dapat pula ditemukan pada skizofrenia.

Pikiran terhalang :
-

Disebut juga : thought blocking; thought deprivation; thought obstruction.


Terjadi penghentian mendadak rentetan ide/ pikiran mis : pasien berhenti
bicara ditengah- tengah kalimat.
28

Suatu kalimat atau ide yang betul- betul baru kemudian dapat dimulai,

meninggalkan satu kekosongan dengan ucapan sebelumnya.


Pasien tidak dapat dapat menjelaskan kenapa tiba- tiba ia berhenti berbicara

biasanya disebabkan oleh hal- hal yang sifatnya tidak disadari.


Sering terjadi pada skizofrenia.

Perseverasi :
-

Merupakan gangguan arus pikiran atau progresi pikiran dimana majunya


pikiran tercegah sehingga pasien terus menerus mengulangi jawaban terhadap

stimulus yang terdahulu walaupun stimulus yang baru telah diberikan.


Ditemukan pada penyakit otak organic difus maupun terlokalisir (dementia
senilis) dan skizofrenia. (biasanya katatonik).

Verbigerasi :
-

Disebut juga ; cataphasia; verbal stereotypy.


Merupakan pengulangan- pengulangan patologik dan tak berarti dari kata atau
kalimat secara spontan dan tdk ada hubungan atau terlepas dari situasi yang

dihadapi.
Yang diulangi adalah jawaban terhadap pertanyaan yang pernah diajukan, jadi

masih ada relevansinya dengan situasi yang dihadapi.


Ditemukan pada skizofrenia katatonik atau skizofrenia kronik yang sudah
sangat mundur.

Inkoherensi :
-

Merupakan

diekspresikan tidak mempunyai urutan yang logic.


Terjadi disorganisasi struktur kalimat sehingga tidak dapat dimengerti.
Bleuler menggolongkan gejala ini sebagai salah satu bentuk pelonggaran

kelainan

progresi

pikiran

dimana

ide

yang

berturutan

asosiasi termasuk dalam gejala primer skizofrenia.


d. Apa saja jenis dari halusinasi dan jelaskan secara singkat?
Halusinasi :

persepsi sensorik tanpa adanya stimulus luar.

29

Ciri- ciri : persepsi sensorik yang sungguh-sungguh, stimulus terletak didunia


luar yang objektif, tidak tergantung dari kemauan sadar individu.

a. Halusinasi pendengaran :

gangguan perceptual yang paling sering ditemukan.

Ucapan yang paling sering ditemukan pasien berupa suara bersifat mengejek,
memerintah, menuduh, atau kata-kata cabul.

Pasien dapat terlihat berbicara sendiri dan dapat melakukan tindakan sesuai
dengan perintah halusinasinya.

b. Halusinasi penglihatan :

biasanya bersifat organic, walaupun dapat juga ditemukan pada kelainan psikiatrik
fungsional.

Gambaran biasanya terlihat berupa kilatan cahaya, orang, hewan, dll.

Halusinasi liliput halusinasi penglihatan yang disertai mikropsia pasien


melihat orang dan benda dalam ukuran kecil.

c. Halusinasi pembauan :

yang tercium oleh pasien adalah bau yang tidak menyenangkan (busuk, menusuk,
amis, bau basi, dll).

d. Halusinasi pengecapan :

biasanya selalu berbarengan dengan halusinasi pembauan.Gejala ini dapat


ditemukan pada keadaan skizofrenia dan kelainan organic akut.

e. Halusiansi haptik :

dapat berupa perasaan ada binatang merayapi tubuhnya formication (misalnya


semut, cacing,dll).

Sensasi seksual dapat pula dihalusinasikan.

f.

halusinasi kinestetik :
30

biasanya bersifat organic.


Fenomena fantom pasien masih merasakan ia mempunyai tungkai/lengan
sedangan kenyataannya impuls sensorik dari tungkai/lengan telah hilang.

g. halusinasi sensasi nyeri dan sensasi dalam :

disertai gambaran bahwa dagingnya dikoyak-koyak, atau jantungnya ditusuktusuk.

Perasaan adanya binatang yang merayap dalam tubuhnya delusional zoopathy.

h.

halusinasi sensasi vestibuler :

adanya perasaan seperti terbang melayang diudara atau rasa tenggelam menembus
tempat tidur.

i. halusinasi rasa kehadiran (sense of presence).


e. Apa saja jenis dari waham-waham dan jelaskan secara singkat?
Adapun jenis-jenis waham menurut Marasmis, stuart and sundeen ( 1998) dan
Keliat (1998) waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu:
a. Waham agama : keyakinan klien terhjadap suatu agama secara berlebihan
diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham kebesaran : klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki
kebesaran atau kekuatan khusus diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
c. Waham somatic : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya teganggu
dan terserang penyakit, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
d. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien
yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan
atau mencurigai dirinya, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
e. Waham nihilistic : klien yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia atau
sudah meninggal, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
31

f. Waham bizar
1. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di dalam
pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
2. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut, diucapkan beulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

32

9. Aspek Klinis
a. Bagaimana cara menegakkan diagnosis (status psikiatrikus)?
Pedoman diagnostik gangguan bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik
menurut PPDGJ III (F31.2)
1. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2) dan
2. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran di masa lampau).
Pedoman diagnostik F30.2 mania dengan gejala psikotik :
1. Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania
tanpa psikotik)
2. Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham kebesaan, iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar,
waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut.
Untuk mendiagnosis gangguan bipolar episode manik dengan anamnesis yang
terdiri dari alloanamnesis dengan keluarga, saudara, atau teman pasien yang
paham kondisi pasien, selain itu autoanamnesis atau anamnesis terhadap pasien
sendiri. Pemeriksaan lain seperti fisik diagnostik, status mentalis, laboratorium,
dan radiologi bila diperlukan.
Anamnesis (Alloanamnesis)
Riwayat Gangguan Sekarang
Gejala-gejala dari tahap gangguan bipolar episode mania adalah sebagai berikut :
-

Gembira berlebihan
Mudah tersinggung sehingga mudah marah
Merasa dirinya sangat penting
Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain
Penuh ide dan semangat baru
Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
Nafsu seksual meningkat
Menyusun rencana yang tidak masuk akal
Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan
Menghamburkan uang
Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan
Merasa sangat mengenal orang lain
Mudah melempar kritik terhadap orang lain
Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari
Sulit tidur
33

Merasa sangat bersemangat, seakan-akan 1 hari tidak cukup 24 jam

Riwayat Gangguan Dahulu


Riwayat stress, riwayat melahirkan, riwayat epilepsi, riwayat trauma pasca
operasi,

riwayat penggunaan obat antidepresan, alkohol, antikonvulsan,

bronkodilator, cimetidin, dekongestan, disulfiram, halusinogen, steroid, isoniazid,


prokainamid. Selain itu, seorang penderita bipolar disorder ( gangguan bipolar)
yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai
riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak
kegelisahan atau depresi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Memiliki keluarga dengan riwayat yang sama. Gen bawaan adalah faktor umum
penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya
merupakan pengidap bipolar disorder memiliki resiko mengidap penyakit yang
sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar disorder,
maka 50%-75%. Anak-anaknya beresiko mengidap bipolar disorder. Kembar
identik dari seorang pengidap bipolar disorder memiliki resiko tertinggi
kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik.
Penelitian mengenai pengaruh faktor genetis pada bipolar disorder pernah
dilakukan dengan melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami
gangguan bipolar disorder pernah mengalami satu episode gangguan mood).
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit
yang

melibatkan

hubungan

antar

perseorangan

atau

peristiwa-peristiwa

pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan


antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa
pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari
pekerjaan. Stres dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang dengan
kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan drastis atau
tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi,
kehilangan orang yang dicintai, dipecat.
34

Status mental pada pasien episode manik :


Deskriksi Umum atau kesan umum
1. Penampilan : umumnya pasien dalam episode manik penampilannya rapi,
menggunakan pakaian yang berwarna cerah, terkadang tidak tampak sakit
jiwa.
2. Tatapan mata: bias berbinar atau hidup, dan sering mengarah pada orang yang
mengajak bicara, misalnya pemeriksa.
- Sikap : pasien episode manik biasanya kooperatif atau mau bekerja sama
-

dengan pemeriksa, tetapi sedikit agresif.


Tingkah laku : biasanya hiperaktif (aktivitas motorik meningkat),

bersemangat, dan terkadang seperti menantang.


3. Orientasi
- Waktu : bisa baik, bisa buruk
- Orang : bisa baik, bisa buruk
- Tempat: bisa baik, bisa buruk
- Situasi : bisa baik, bisa buruk
4. Kesadaran : compos mentis
5. Proses pikiran
- Bentuk pikir : bisa realistis atau nonrealistik, pada hipomanik, manik tanpa
psikosis umumnya realitis atau sesuai kenyataan. Sedangkan pada manik
dengan gejala psikosis bentuk pikirnya nonrealistik karena pasien dengan
-

psikosis mempunyai waham dan atau halusinasi.


Isi pikir: terdapat waham atau tidak. Isi pikirannya termasuk tema

kepercayaan dan kebesaran diri, sering kali perhatiannya mudah dialihkan


Progresi piker : flight of idea atau penuturan pikiran dan pembicaraan
yang meloncat-loncat, logorrhea atau intonasi bicara keras dan cepat
alurnya banyak bicara tidak dapat disela, sirkumtangensial atau bicara
memutar-mutar.

6.

Roman muka: biasanya banyak mimic

7.

Afek: terkadang afek inappropriate atau afek tidak sesuai , selain itu pasien
manik biasanya euforik dan lekas marah. Mereka memiliki toleransi frustasi
yang rendah, yang dapat menyebabkan perasaan kemarahan dan permusuhan.
Secara emosional adalah labil, beralih dari tertawa menjadi lekas marah .

8.

Gangguan Persepsi : jika nonpsikosis tidak ada halusinasi, tetapi jika psikosis
ada halusinasi.
35

9.

Hubungan jiwa: jika non psikosis hubungan jiwa bias masih baik, tetapi jika
psikosis umumnya hubungan jiwa cenderung buruk.

10. Perhatian : bias mudah ditarik atau sukar ditarik, dan mudah dicantum atau
sukar dicantum.
11. Insight/ tilikan berbeda-beda setiap pasien:
Jenis - jenis tilikan:
-

Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnya


Tilikan derajat 2: ambivalensi terhadap penyakitnya
Tilikan derajat 3: menyalahkan faktor lain sebagai penyebab

penyakitnya
Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namum

tidak memahami penyebab sakitnya


Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dan faktor - faktor yang
berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam

perilaku praktisnya
Tilikan derajat 6 (sehat): menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya
disertai motivasi untuk mencapai perbaikan

a. Apa saja diagnosis banding?


Kasus

Gangguan
bipolar

Schizoafektif

Schizophrenia

Siklotimia

dengan

gejala psikotik
Gejala Manik (banyak +

Penyalahgun
aan zat

- (gembira +

bicara, frekuensi tidur

tidak

menurun,

sampai

gembira

berlebihan, tidak bisa

taraf

diam)
Gejala

(sedih,

depresif +
isolasi

manik)
+

diri,

bicara terbatas)
Terdapat
beberapa +
bulan normal diantara
2 episodik
Waham

(Waham +

36

Grandiose)
Halusinasi

(Halusinasi Auditorik)
Riwayat
keluarga +

gangguan afektif
Riwayat kepribadian +

emosional tak stabil


b.
-

Apa saja pemeriksaan penunjang?


Pemeriksaan cairan cerebrospinal berkaitan dengan neurotransmitter
CT-scan
EEG

c. Apa saja diagnosis kerja?


Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik
d. Apa saja klasifikasi?
Berdasarkan DSM-IV-TR klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:
a. Gangguan bipolar I.
Ditandai oleh satu atau lebih episode manik atau campuran yang biasanya
disertai oleh episode-episode depresi mayor;
b. Gangguan bipolar II
Gambaran utama ditandai oleh terjadinya satu atau lebih episode depresi mayor
yang disertai oleh paling sedikit satu episode hipomanik;
c. Gangguan siklotimik
Ditandai paling sedikit dua tahun dari sejumlah periode waktu gejala
hipomanik yang tidak memenuhi kriteria episode manik dan sejumlah periode
gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria depresif mayor;
d. Gangguan bipolar yang tidak terinci
Gangguan ini mencakup gambaran bipolar yang tidak memenuhi kriteria di
atas.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau
tipeklasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi,
sedangkan gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ
37

III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini
yang dialami penderita.
Tabel 2. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III
(F31)
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan
gejalapsikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan
F31 Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua)
yangmenunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya
jelasterganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian
suasanaperasaan (mood) serta peningkatan enersi dan aktivitas (mania atau
hipomania), danpada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan (mood)
serta pengurangan enersidan aktivitas depresi). Yang khas adalah bahwa
biasanya ada penyembuhan sempurnaantar episode, dan insidensi pada kedua
jenis kelamin kurang lebih sama disbanding dengan gangguan suasana
perasaan (mood) lainnya. Dalam perbandingan, jarangditemukan pasien yang
menderita hanya episode mania yang berulang-ulang, dankarena pasien-pasien
tersebut menyerupai (dalam riwayat keluarga, kepribadianpramorbid, usia

38

onset, dan prognosis jangka panjang) pasien yang mempunyai jugaepisode


depresi sekali-sekali, maka pasien itu digolongkan sebagai bipolar.
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini hipomanikPedoman
diagnostic
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0)
dan,
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala
Psikotik Pedoman diagnostik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1) dan,
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala
Psikotik Pedoman diagnostik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2) dan,
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau
Sedang
Pedoman diagnostik
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
ringan(F32.0) ataupun sedang (F32.1), dan b. Harus ada sekurangkurangnya satu episode afektif hipomanik, manik ataucampuran di masa
39

lampau.Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan ada atau


tidaknya gejalasomatic dalam episode depresif yang sedang berlangsung.
F31.30 Tanpa gejala somatik
F31.31 Dengan gejala somatic
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa
GejalaPsikotik
Pedoman diagnostik
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik (F32.2), dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan
GejalaPsikotik
Pedoman diagnostik
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3), dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat
ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afeknya.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
Pedoman diagnostic
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik dan
depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania
dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit
yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2minggu) dan

40

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau


campuran di masa lampau.
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan
terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurangkurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT
e. Apa saja etiologi pada kasus?
Penyebab gangguan bipolar multifaktor. Secara biologis dikaitkan dengan
faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial
dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak, stress yang menyakitkan,
stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor
lainnya.
Faktor Genetik
Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemungkinan menderita suatu
gangguan mood menurun saat derajat hubungan kekeluargaan melebar.
Sebagai contoh, sanak saudara derajat kedua (sepupu) lebih kecil
kemungkinannya dari pada sanak saudara derajat pertama. Penurunan
gangguan bipolar juga ditunjukkan oleh fakta bahwa kira-kira 50 persen
pasien Gangguan bipolar memiliki sekurangnya satu orang tua dengan suatu
Gangguan mood, paling sering Gangguan depresif berat. Jika satu orang tua
menderita gangguan bipolar, terdapat kemungkinan 25 persen bahwa anaknya
menderita suatu Gangguan mood. Jika kedua orangtua menderita gangguan
bipolar, terdapat kemungkinan 50-75 persen anaknya menderita gangguan
mood.
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara Gangguan bipolar
dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana
dari kromosom tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang
41

telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer, 18q22-q23, dan 21q22.


Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down
(trisomi 21) beresiko rendah menderita Gangguan bipolar.
Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar,
peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmitter dengan Gangguan
bipolar. Neurotransmitter tersebut adalah dopamine, serotonin, noradrenalin.
Gen-gen yang berhubungan dengan neurotransmitter tersebut pun mulai
diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A (MAOA), tirosin
hidroksilase, cathecol-ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter
(5HTT). Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan
penyakit ini yaitu gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor
(BDNF). BDNF adalah neurotropin yang berperan dalam regulasi plastisitas
sinaps, neurogenesis, dan perlindungan neuron otak. BDNF diduga ikut
terlibat dalam mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada kromosom
11p13. Terdapat tiga penelitian yang mencari tahu hubungan antara BDNF
dengan Gangguan bipolar dan hasilnya positif.1,3
Faktor Biologis
Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat
perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar.
Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission
tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang
berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk
dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada
amygdale dan hippocampus. Korteks prefrontal, amygdale, dan hippocampus
merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan
afek).
Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada
otak penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan
membran myelin yang membungkus akson sehingga mampu mempercepat
hantaran konduksi antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka
dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.
Faktor Lingkungan

42

Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting


dalam Gangguan perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat
berperan pada kehidupan psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress
yang dipicu oleh faktor lingkungan. Stress yang menyertai episode pertama
dari Gangguan bipolar dapat menyebabkan perubahan biologik otak yang
bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem
pemberian signal intraneuronal. Perubahan mungkin termasuk hilangnya
neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil akhir perubahan
tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi
untuk menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stressor
eksternal.
Sistem neurokimia dan gangguan suasana hati
Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap gangguan bipolar
adalah terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak.
Sebagai organ yang berfungsi menghantarkan rangsang, otak membutuhkan
neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh
lainnya) dalam menjalankan tugasnya. Norepinephrin, dopamin, dan serotonin
adalah beberapa jenis neurotransmitter yang penting dalam penghantaran
impuls syaraf. Pada penderita gangguan bipolar, cairan-cairan kimia tersebut
berada dalam keadaan yang tidak seimbang.
Sebagai contoh, ketika seorang pengidap gangguan bipolar dengan kadar
dopamin yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif
dan percaya diri. Keadaan inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan
fase depresi yang terjadi ketika kadar cairan kimia utama otak itu menurun di
bawah normal, sehingga penderita merasa tidak bersemangat, pesimis dan
bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar.
Seseorang yang menderita gangguan bipolar menandakan adanya gangguan
pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral activation system
(BAS). BAS memfasilitasi kemampuan manusia untuk memperoleh
penghargaan (pencapaian tujuan) dari lingkungannya. Hal ini dikaitkan
dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert

43

(bersifat terbuka), peningkatan energi dan berkurangnya kebutuhan untuk


tidur. Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak
yang melibatkan dopamin dan perilaku untuk memperoleh penghargaan.
Peristiwa kehidupan yang melibatkan penghargan atau keinginan untuk
mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania tetapi tidak ada
kaitannya dengan episode depresi. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak
terkait dengan perubahan pada episode mania.
Sistem neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi
hipotalamus yang berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon
yang dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi
kelenjar pituaritas. Kelenjar ini terkait dengan gangguan depresi seperti
gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal
tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon
adrenocortical) yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi yang berlebih
dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus. Produksi yang berlebih dari
cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya
kelenjar adrenal. Banyaknya cortisol tersebut juga berhubungan dengan
kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan bahwa
pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang tidak normal. Penelitian
mengenai Cushings Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat
cortisol pada gangguan depresi.
f. Apa saja epidemiologi?
Secara global angka prevalensi dari bipolar disorder adalah 0,3-1,5%.
Umur saat onset terjadinya bipolar bervariasi yaitu berkisar sejak kanak-kanak
sampai umur 50 tahun, dengan usia rata-rata sekitar 21 tahun. Kebanyakan
kasus bipolar muncul ketika seorang individu berusia 15-19 tahun.
Beberapa pasien yang terdiagnosa dengan depresi major yang berulang
kemungkinan akan memiliki kelainan bipolar dan akan mengalami episode
pertama manic ketika berusia lebih dari 50 tahun. Orang-orang tersebut
mungkin memiliki riwayat keluarga dengan kelainan bipolar. Bagaimanapun,
untuk sebahian besar pasien dengan onset mania pertama saat berusia 50

44

tahun harus diinvestigasi lebih lanjut untuk kelainan neurologis seperti


penyakit serebrovaskular.
Kelainan bipolar terjadi secara merata pada laki-laki maupun perempuan.
g. Apa saja faktor resiko?
- Genetika dan riwayat keluarga. Penderita bipolar lebih sering dijumpai
pada penderita yang mempunyai saudara atau orang tua dengan gangguan
-

bipolar.
Kerentanan psikologis (psychological vulnerability). Kepribadian dan cara
seseorang menghadapi masalah hidup kemungkinan juga berperanan

dalam mendorong munculnya gangguan bipolar..


Lingkungan yang menekan (stressful) dan kejadian dalam hidup (live

events). Riwayat pelecehan, pengalaman hidup yang menekan.


Gangguan neurotransmitter di otak.
Gangguan keseimbangan hormonal.
Factor biologis. Ada beberapa perubahan kimia di otak yang diduga terkait
dengan gangguan bipolar. Hal ini menunjukkan adanya factor biologis

dalam masalah gangguan bipolar.


Pada kasus ini, faktor resiko yang berperan yaitu adanya riwayat gangguan
afektif pada keluarga dan adanya stressor bertengkar dengan adik kandung.
h. Bagaimana patofisiologi pada kasus?
Gangguan kepribadiaan emosional tak stabil (faktor kepribadian) + gangguan
afektif dalam keluarga (genetik) + masalah dengan adik kandung (stressor)
Neuroanatomi & Neurotransmitter berlebihan gangguan afektif bipolar
dengan gejala psikotik terbagi menjadi 3 stadium ( 2 tahun yg lalu (depresif),
1,5 tahun yang lalu (normal), 1 tahun yang lalu (manik) RTA terganggu dan
GAF scale 40-31 (bicara banyak tapi tidak berhubungan) gangguan afektif
bipolar episode manik dengan gejala psikotik.
i. Bagaimana manifestasi klinis?
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah
pada gangguan bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan
bipolar II mempunyai episode hipomanik. Beberapa ahli menambahkan adanya

45

bipolar III dan bipolar IV namun sementara ini yang 2 terakhir belum
dijelaskan.
Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan
longitudinal gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat
1 episode manik di sana. Walaupun hanya terdapat 1 episode manik tanpa
episode depresi lengkap maka tetap dikatakan gangguan bipolar I. Adapun
episode-episode yang lain dapat berupa episode depresi lengkap maupun
episode campuran, dan episode tersebut bisa mendahului ataupun didahului
oleh episode manik. Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode
hipomanik. Gangguan bipolar II dibagi menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila
sebelumnya didahului oleh episode depresi mayor dan disebut tipe depresi bila
sebelum episode depresi tersebut didahului oleh episode hipomanik
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)
III, gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana
perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini
pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan serta peningkatan
energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
Yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode
manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sampai

4-5

bulan,

sedangkan

depresi

cenderung

berlangsung

lebih

lama.Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak
sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun.
Semakin dini seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih
berat, kronik bahkan refrakter.
Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu
hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik.
Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam
masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta. Perasaan
senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang
46

meningkat adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih


ringan daripada manik karena gejalagejala tersebut tidak mengakibatkan
disfungsi sosial.2 Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga
mengacaukan hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri
membumbung tinggi dan terlalu optimis. Perasaan mudah tersinggung dan
curiga lebih banyak daripada elasi.Tanda manik lainnya dapat berupa
hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal lelah melebihi batas wajar
dan cenderung non-produktif, euphoria hingga logorrhea (banyak berbicara,
dari yang isi bicara wajar hingga menceracau dengan 'word salad'), dan
biasanya disertai dengan waham kebesaran, waham kebesaran ini bisa
sistematik dalam artian berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik,
berperilaku tidak sesuai dengan wahamnya. Bila gejala tersebut sudah
berkembang menjadi waham maka diagnosis mania dengan gejala psikotik
perlu ditegakkan.
Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum di bawah
ini, ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat (F32.2 dan F32.3), individu
biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat
dan kegembiraan, dan berkurangnya enersi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah :
-

Konsentrasi dan perhatian berkurang


Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode

tipe ringan sekali pun)


Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang

j. Bagaimana tatalaksana pada kasus?


- Farmakoterapi
Fluoxetin (prozac) telah digunakan dengan suatu keberhasilan pada
remaja dengan gangguan depresif barat. Karena beberapa anak dan
47

remaja yang menderita depresif akan mengalami gangguan bipolar,


klinisi harus mencatat gejala hipomanik yang mungkin terjadi selama
pemakaian fluoxetin dan anti depresan lain. Pada kasus tersebut medikasi
harus dihentikan untuk menentukan apakah episode hipomanik
selanjutnya menghilang. Tetapi, respon hipomanik terhadap antidepresan
tidak selalu meramalkan bahwa gangguan bipolar telah terjadi. Gangguan
bipolar pada masa anak-anak dan remaja adalah diobati dengan lithium
(Eskalith) dengan hasil yang baik. Tetapi, anak-anak yang memiliki
gangguan

defisitatensi/hiperaktivitas)

dan

selanjutnya

mengalami

gangguan bipolar pada awal masa remaja adalah lebih kecil


kemungkinannya untuk berespon baik terhadap lithium dibandingkan
mereka yang tanpa gangguan perilaku. Pasien dengan gangguan bipolar
membutuhkan dorongan untuk mencari dan mempertahankan pengobatan
dan tindak lanjutnya dengan segala keterbatasannya lithium merupakan
pengobatan untuk gangguan bipolar yang telah lama digunakan meskipun
banyak obat-obat generasi baru yang ditemukan, namun efektifitas
pencegahan bunuh diri masih belum jelas.
Garam Lithium (carbonate) merupakan antidepresan yang dianjurkan
untuk gangguan depresi bipolar (terdapatnya episode depresi dan mania)
dan penderita gangguan depresi. Lithium tidak bersifat sedative, depresan
ataupun eforian, inilah yang membedakannya dari antidepresan lain
Mekanis aksi lithium mengendalikan alam perasaan belum diketahui,
diduga akibat efeknya sebagai membrana biologi. Sifat khas ion lithium
dengan ukuran yang amat kecil tersebar melalui membrana biologik,
berbeda dari ion Na dan K. Ion lithium menggantikan ion Na mendukung
aksi potensial tunggal di sel saraf dan melestarikan membrana potensial
itu. Masih belum jelas betul makna interaksi antara lithium (dengan
konsentrasi 1 mEq per liter) dan transportasi monovalent atau divalent
kation oleh sel saraf. Aksi lithium disusunan saraf pusat dispekulasikan
merobah distribusi ion didalam sel susunan saraf pusat, perhatian terpusat
pada efek konsentrasi ionnya yang rendah dalam metabolisme biogenik

48

amin yang berperanan utama dalam patofisiologi gangguan alam


perasaan. Sudah lebih dari 50 tahun lithium digunakan sebagai terapi
gangguan bipolar. Keefektivitasannya telah terbukti dalam mengobati 6080% pasien. Pamornya semakin berkibar karena dapat menekan ongkos
perawatan dan angka kematian akibat bunuh diri. Tapi bukan berarti
lithium tanpa cela. Terdapat orang-orang yang kurang memberi respon
terhadap lithium di antaranya penderita dengan riwayat cedera kepala,
mania derajat berat (dengan gejala psikotik), dan yang disertai dengan
komorbid. Bila penggunaanya dihentikan tiba-tiba, penderita cepat
mengalami relaps. Selain itu, indeks terapinya sempit dan perlu monitor
ketat kadar lithium dalam darah. Gangguan ginjal menjadi kontraindikasi
penggunaan lithium karena akan menghambat proses eliminasi sehingga
menghasilkan kadar toksik. Di samping itu, pernah juga dilaporkan
lithium dapat merusak ginjal bila digunakan dalam jangka lama. Karena
keterbatasan itulah, penggunaan lithium mulai ditinggalkan.
Antipsikotik mulai digunakan sebagai antimanik sejak tahun 1950-an.
Antipsikotik lebih baik daripada lithium pada penderita bipolar dengan
agitasi psikomotor. Perhatian ekstra harus dilakukan bila hendak
merencanakan pemberian antipsikotik jangka panjang terutama generasi
pertama (golongan tipikal) sebab dapat menimbulkan beberapa efek
samping seperti ekstrapiramidal, neuroleptic malignant syndrome, dan
tardive dyskinesia Valproat menjadi pilihan ketika penderita bipolar tidak
memberi respon terhadap lithium. Bahkan valproat mulai menggeser
dominasi lithium sebagai regimen lini pertama. Salah satu kelebihan
valproat adalah memberikan respon yang baik pada kelompok rapid
cycler. Penderita bipolar digolongkan rapid cycler bila dalam 1 tahun
mengalami 4 atau lebih episode manik atau depresi. Efek terapeutik
tercapai pada kadar optimal dalam darah yaitu 60-90 mg/L. Efek samping
dapat timbul ketika kadar melebihi 125 mg/L, di antaranya mual, berat
badan meningkat, gangguan fungsi hati, tremor, sedasi, dan rambut
rontok. Dosis akselerasi valproat yang dianjurkan adalah loading dose 30

49

mg/kg pada 2 hari pertama dilanjutkan dengan 20 mg/kg pada 7 hari


selanjutnya. Pencarian obat alternatif terus diupayakan. Salah satunya
adalah

lamotrigine.

Lamotrigine

merupakan

antikonvulsan

yang

digunakan untuk mengobati epilepsi. Beberapa studi acak, buta ganda


telah menyimpulkan, lamotrigine efektif sebagai terapi akut pada
gangguan bipolar episode kini depresi dan kelompok rapid cycler.
Sayangnya, lamotrigine kurang baik pada episode manik.

Selain itu pengobatan dengan antidepresan, terutama yang mengandung agen


serotonergik seperti sertraline (zoloft 50 mg/hari). Beberapa pasien memberikan

50

respon yang cukup bagus dengan pemberian obat psikostimulan dalam dosis kecil
seperti amfetamin 5-15 mg/ hari. Dalam semua kasus harus ada kombinasi kedua
hal tadi. Gangguan bipolar harus diobati secara kontinu, tidak boleh putus. Bila
putus, fase normal akan memendek sehingga kekambuhan semakin sering.
Adanya fase normal pada gangguan bipolar sering mengakibatkan buruknya
compliance untuk berobat karena dikira sudah sembuh. Oleh karena itu, edukasi
sangat penting agar penderita dapat ditangani lebih dini.
- Psikoterapi
Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu pendekatan psikoterapi
dibandingkan yang lain dalam terapi gangguan mood masa anak-anak dan remaja.
Tetapi, terapi keluarga adalah diperlukan untuk mengajarkan keluarga tentang
gangguan mood serius yang dapat terjadi pada anak-anak saat terjadinya stres
keluarga yang berat. Pendekatan psikoterapetik bagi anak terdepresi adalah
pendekatan kognitif dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur
dibandingkan yang biasanya digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi
psikososial anak yang terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang
lama,

walaupun

setelah

episode

depresif

telah

menghilang,

intervensi

keterampilan sosial jangka panjang adalah diperlukan. Pada beberapa program


terapi, modeling dan permainan peran dapat membantu menegakkan keterampilan
memecahkan masalah yang baik. Psikoterapi adalah pilihan utama dalam
pengobatan depresi.
Edukasi
1)

Penyuluhan Psikososial

Informasikan kepada orang dengan gangguan bipolar (tidak dalam episode manik
akut) dan pada anggota keluarga pasien gangguan bipolar.
-

Penjelasan : gangguan bipolar ialah suatu keadaan alam perasaan yang


ekstrim dimana dapat merasa sangat depresi, lemah, lesu kemudian beralih
pada keadaan energik, sangat semangat.

51

Dalam keadaan ini diperlukan cara untuk mengawasi alam perasaan dalam
waktu 1 hari yang dapat terjadi marah, sensitif dan kesenangan yang
berlebihan .

Penting untuk mengatur pola tidur yang normal (contohnya waktu saatnya
tidur yang sama, mencoba untuk tidur dalam kuantitas yang sama sebelum
sakit serta hindari kebutuhan tidur yang berlebihan dari biasanya).

Kekambuhan perlu dicegah dengan mengenali gejala, seperti berkurangnya


waktu tidur, menghabiskan uang atau merasa lebih enegik dari biasanya dan
segera mulai terapi jika hal tersebut terjadi.

Pasien yang berada dalam keadaan manik tidak sadar akan penyakit yang
sedang dideritanya dan merasa hebat serta energi yang meluap-luap, jadi
pengasuh sangat perlu menjadi bagian dalam upaya pencegahan.

Hindari penggunaan alkohol maupun zat psikoaktif


Perubahan gaya hidup sebaiknya terus dilanjutkan dan perlu diupayakan serta
direncanakan

Pasien harus diberikan semangat untuk mencari dukungan setelah kejadian


yang menyedihkan dan mebicarakannya pada keluarga dan sahabat.

Perencanaan untuk kembali bekerja atau bersekolah yang dapat menghindari


pengurangan waktu tidur, memperbaiki hubungan dukungan sosial,
berdiskusi serta meminta pendapat tentang keputusan penting misalnya
tentang uang atau keputusan penting lainnya)

Kesehatan fisik, sosial, jiwa anggota keluarga juga patut diperhatikan.

Bangun kepercayaan: rasa percaya antara pasien dan staf perawat memegang
peranan penting dalam perawatan pasien dengan gangguan bipolar, dimana
hubungan saling percaya secara medis ikut membantu pemulihan pasien
secara simultan.

52

2)

Membangun hubungan sosial


-

Mencari tahu kegiatan pasien, yang jika dianjurkan dapat mebantu secara
langsung maupun tidak langsung dukungan psikososial (contohnya
pertemuan keluarga, bepergian bersama teman, mengunjungi tetangga,
berolahraga).

Secara aktif memberi semangat kepada pasien untuk memulai kembali


segala kegiatan sosial yang pernah dijalaninya serta menasehati keluarga
pasien tentang ini.

3)

Rehabilitation
-

Memfasilitasi kesempatan kepada pasien dan perawatnya untuk berpartisipasi


dalam kegitan ekonomi, pendidikan serta kesenian di lingkungannya baik
secara formal maupun informal.

Menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang sulit dalam usaha untuk
mencari pekerjaan yang baik.

4)

Follow-up
-

Follow

yang

berkesinambungan

wajib

diperlukan.

Tingkat

kekambuhannya tinggi dan pasien yang berada dalam keadaan manik


seringkali tidak sadar untuk mencari pengobatan bagi dirinya, jadi
pengobatan serta perawatan yang tidak dilakukan secara bersamaan
-

sangat merugikan pada saat tertentu


Pada setiap follow up, gejala serta efek samping dari pengobatan dan

kebutuhan akan intervensi psikososial perlu dicantumkan.


Pasien dengan gangguan manik sebaiknya melakukan evaluasi secara

berkala. Evaluasi harus lebih sering sampai episode manik berakhir.


Kumpulkan informasi mengenai penyakit serta terapi dari pasien dan
perawatnya, khususnya yang

tentang gejala dan tanda serta

pengelolaan terapi secara bersamaan, saat hilangnya gejala. Jika pasien


tidak memiliki perawat yang merawatnya amak pemeriksaan dilakukan

53

secara berkala, diusahakan merekrut seorang perawat, idealnya yang


berasal dari lingkungannya dapat teman atau keluarganya.
k. Bagaimana pencegahan-pencegahan pada kasus?
- Memperbanyak pengetahuan tentang bipolar dan cara mengatasinya.
- Jauhkan stress. Hindari stres tinggi dengan menjaga situasi keseimbangan
antara pekerjaan dan hidup sehat, dan mencoba teknik relaksasi seperti
-

meditasi, yoga, atau pernapasan dalam.


Mencari dukungan. Sangat penting untuk memiliki orang yang dapat
diminta bantuan dan dorongan. Cobalah bergabung dengan kelompok
pendukung atau berbicara dengan teman yang dipercaya.

l. Apa komplikasi pada kasus?


Gangguan emosi atau gangguan neurologic
Pasien dengan bipolar, terutama tipe II atau siklotimik, memiliki episode
depresi berat yang sering. Gangguan anxietas, seperti panik, juga sering
timbul pada pasien ini. Pasien dengan bipolar, terutama tipe II, juga sering
menderita fobia.
Suicide
Risiko untuk suicide sangat tinggi pada pasien dengan bipolar dan yang tidak
menerima tindakan medis. 10-15% pasien dengan Bipolar I melakukan
percobaan bunuh diri, dengan risiko tertinggi saat episode depresi atau
campuran. Beberapa studi memperlihatkan risiko suicide pada pasien dengan
bipolar II lebih tinggi dibanding bipolar I atau depresi berat. Pasien yang
menderita gangguan anxietas juga memiliki resiko tinggi untuk suicide.
Masalah memori dan berpikir
Studi menunjukkan bahwa pasien dengan bipolar bisa memiliki masalah yang
bervariasi pada ingatan jangka pendek dan panjang, kecepatan memproses
informasi, dan fleksibilitas mental. Masalah seperti ini bahkan dapat muncul
diantara episode. Masalah ini cenderung lebih parah ketika seseorang
memiliki episode manik lebih sering.
54

Efek perilaku dan emosional saat fase manik pada pasien


Dalam persentase kecil dari pasien bipolar mendemonstrasikan kenaikan
produktivitas dan kreativitas saat episode manik. Kelainan cara berpikir dan
penilaian yang merupakan karakterisik dari episode manik dapat berujung
pada perilaku berbahaya seperti

Mengeluarkan uang dengan ceroboh, yang dapat menghancurkan finansial


Mengamuk, paranoid, dan bahkan kekerasan
Perilaku keinginan untuk sex terhadap banyak orang
Perilaku seperti di atas sering diikuti dengan rasa bersalah dan penurunan
harga diri, yang diderita saat fase depresi.
Penyalahgunaan zat
Merokok merupakan salah satu hal tersering yang digunakan pada pasien
bipolar, dibandingkan mereka yang memiliki gejala psikotik. Beberapa dokter
berspekulasi, dalam skizofren, nikotin digunakan sebagai self-medication
karena efek spesifik pada otak.
Sampai 60% pasien dengan gangguan bipolar menyalahgunakan zat lain
(paling sering merupakan alcohol, diikuti marijuana atau kokain) pada suatu
titik dalam perjalanan penyakitnya.
Beberapa factor resiko untuk alkoholisme dan penyalahgunaan zat pada
pasien dengan bipolar:

Memiliki episode campuran dibandingkan pasien dengan mania murni


Laki-laki dengan bipolar.
Efek pada orang yang disayangi
Pasien tidak mengembangkan perilaku negatif dalam sekejap. Mereka
memiliki efek langsung pada orang sekitar mereka. Sangat sulit bahkan bagi
keluarga atau pengasuh untuk objektif dan secara konsisten simpatis dengan
individu yang secara periodic dan tidak terduga membuat kekacauan disekitar
mereka.
Banyak pasien dan keluarga mereka merasa sulit untuk menerima episode ini
sebagai bagian dari penyakit dan bukan hal ekstrim, tapi normal, karakteristik.
55

Penyangkalan seperti itu sering dibesar-besarkan oleh pasien yang pintar, yang
dapat menjustifikasi kelakuan destruktif mereka, tidak hanya kepada orang
lain, namun juga kepada diri mereka sendiri.
Anggota keluarga juga dapat merasakan dikucilkan secara sosial dengan fakta
bahwa memiliki kerabat dengan gangguan jiwa, dan merasa dipaksa untuk
menyembunyikan informasi ini dari kenalan mereka.
Asosiasi dengan gangguan fisik
Orang dengan gangguan mental memiliki insiden lebih tinggi pada banyak
kondisi medis, termasuk penyakit jantung, asma dan masalah paru lainnya,
kelainan gastrointestinal, infeksi kulit, diabetes, hipertensi, migraine, sakit
kepala, hipotiroid, dan kanker. Pasien dengan bipolar lebih jarang
mendapatkan penanganan medis dibanding orang dengan gangguan mental.
Penyalahgunaan zat, termasuk merokok, alcohol, dan penyalahgunaan obat,
juga berkontribusi untuk masalah penyakit ini, termasuk mengurangi akses
kepada penanganan medis. Pengobatan untuk bipolar bisa meningkatkan
resiko untuk masalah medis.
Diabetes didiagnosa hamper 3x lebih sering pada orang dengan bipolar
dibanding pada populasi umum. Banyak pasien dengan biporal mengalami
overweight, dengan 25%-nya berkriteria obesitas. Mengalami overweight
merupakan factor resiko besar untuk diabetes. Obat yang digunakan untuk
menangani bipolar bisa juga menyebabkan kenaikan berat badan dan diabetes.
Factor genetic dalam diabetes dan bipolar dapat menyebabkan gangguan yang
jarang seperti wolfram syndrome dan masalah lainnya yang terkait
metabolisme karbohidrat.
Hipertensi. Pasien dengan bipolar dapat beresiko tinggi untuk hipertensi
dibanding pasien tanpa bipolar. Tingginya prevalensi dari hipertensi diantara
pasien dengan bipolar juga memperbesar resiko untuk penyakit dan kematian
akibat kondisi yang berkaitan dengan jantung.
Migraine. Migraine merupakan masalah umum pada pasien dengan gangguan
mental, tapi lebih sering terjadi pada gangguan bipolar II. Pasien dengan
bipolar II menderita dari migraine lebih sering dibanding pasien bipolar I,
56

diperkirakan bahwa berbagai factor biologis dapat terlibat dengan berbagai


bentuk bipolar.
Hipotiroid. Hipotiroid merupakan efek samping yang sering terjadi pada
lithium, penanganan standar untuk bipolar. Namun, bukti juga menyatakan
bahwa pasien, terutama wanita, memiliki resiko lebih besar untuk memiliki
kadar tiroid rendah terlepas dari obat apa yang digunakan. Hipotiroidism
dapat menjadi factor resiko untuk bipolar pada beberapa pasien.
Beban ekonomi. Beban ekonomi pada bipolar sangat signifikan. Diperkirakan
bahwa gangguan tersebut menimbulkan kerugian pada sector industry di US
sebesar 14,1 miliar dollar per tahun akibat hilangnya produktivitas, sebagian
besar akibat rendahnya fungsi kerja. Berdasarkan studi pada tahun 2006 yang
disponsori US National Institute of Mental Health, bipolar 2x lebih besar
menimbulkan hilangnya produktivitas sebagai Major Depressive Disorder
(MDD). Walau nyatanya MDD lebih sering terjadi. Setiap pekerja dengan
bipolar kehilangan 66 hari kerja setahun dibandingkan 27 hari kerja setahun
orang dengan MDD. Penelitian memperlihatkan episode depresi pada bipolar
lebih merusak produktivitas dibanding episode manik.
m. Bagaimana prognosis pada kasus?
Pada kasus mengarah ke buruk
Prognosis Buruk
Akut
Onset terjadi pada usia muda
Riwayat kerja yang buruk
Penyalahgunaan alcohol
Gambaran psikotik
Gambaran
depresif
diantara

Prognosis Baik
Fase manic (dalam durasi pendek)
Onset terjadi pada usia yang lanjut
Pemikiran untuk bunuh diri yang rendah
Gambaran psikotik yang rendah
Masalah kesehatan (organik) yang rendah.

episode manic dan depresi


Adanya bukti keadaan depresif
Jenis kelamin laki-laki.
n. Apa SKDI pada kasus?
3A
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan (psikiater) yang paling tepat bagi penanganan pasien
57

selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali


dari rujukan.

V.Kerangka konsep
Ny. SST, 32
tahun
Riwayat
keluarga ggn
afektif

Bertengkar dengan
adik kandung

Halusinasi

Ggn afektif bipolar


dgn gejala psikotik

RTA terganggu

Disregulasi
neurotransmitte
r

Waham

Gangguan
struktur otak

NE, DA

Sedih

Ggn kepribadian
emosional tidak stabil

volume korteks prefrontal,


ganglia basal, hippocampus,
cingulate anterior
Depresi

Isolasi diri

Tidak bisa mengurus diri


Bicara terbatas

Serotonon
meregulasi DA,
NE
Fase normal

Disregulasi neurotransmitter

Aktivitas

Aktivitas jalur
nigrostriatal
Modulasi dopamin

sensitivitas
reseptor
serotonin
Serotonin gagal
regulasi DA,NE
Mania

Ggn struktur otak

Volume
amigdala
58
Aktivitas tinggi
amigdala

Mania

Mood

Selalu
gembir
a

Banyak
bicara

Energy

Frekuens
i tidur
berkura
ng

Banya
k
gerak
keluyu

Gagal normalisasi
sensitivitas
reseptor serotonin

Flight
of
ideas

Ggn
mood

Mudah
tersinggung

Tidak
mau
makan

Tidak
tidur

59

VI. Sintesis masalah


1. Bipolar disorder
DEFINISI
Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan
pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan,
dan proses berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya
fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali)
dan depresi
ETIOPATOFISIOLOGI
Dahulu virus sempat dianggap sebagai penyebab penyakit ini. Serangan virus pada
otak berlangsung pada masa janin dalam kandungan atau tahun pertama sesudah
kelahiran. Namun, gangguan bipolar bermanifestasi 15-20 tahun kemudian. Telatnya
manifestasi itu timbul karena diduga pada usia 15 tahun kelenjar timus dan pineal yang
memproduksi hormon yang mampu mencegah gangguan psikiatrik sudah berkurang
50%.2 Penyebab gangguan Bipolar multifaktor. Mencakup aspek bio-psikososial. Secara
biologis dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara
psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kana-kanak, stres yang menyakitkan, stres
kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.
Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya
episode manik dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya,
berdasar etiologi biologik. 50% pasien bipolar mimiliki satu orangtua dengan gangguan
alam perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar (depresi saja). Jika seorang
orang tua mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap
gangguan alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka 75%
anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan pertama dari
seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita gangguan serupa sebesar
7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar monozigot
(40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih rendah, yakni 10-20%.2 Beberapa studi
60

berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan kromosom 18 dan 22,
namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut yang benarbenar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18
sentromer, 18q22, 18q22-q23, dan 21q22. Yang menarik dari studi kromosom ini,
ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21) berisiko rendah menderita gangguan
bipolar.2 Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar,
peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan bipolar.
Neurotransmiter tersebut adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen yang
berhubungan dengan neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang
mengkode

monoamine

oksidase

(MAOA),

tirosin

hidroksilase,

catechol-

Ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter (5HTT).


Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit ini yaitu
gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF adalah
neurotropin yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis dan
perlindungan neuron otak. BDNF diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang mengatur
BDNF terletak pada kromosom 11p13. Terdapat 3 penelitian yang mencari tahu
hubungan antara BDNF dengan gangguan bipolar dan hasilnya positif.2 Kelainan pada
otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat perbedaan gambaran
otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic
resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah
substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak
hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang
kecil pada amygdala dan hipokampus. Korteks prefrontal, amygdala dan hipokampus
merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).
Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak
penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang
membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila
jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak
berjalan lancar.
EPIDEMIOLOGI
61

Dapat dikatakan insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar antara 0,3-1,5%.
Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis. Risiko kematian terus
membayangi penderita bipolar. Biasanya kematian itu dikarenakan mereka mengambil
jalan pintas yaitu bunuh diri. Risiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang
tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya 1,3 per 1000
pasien.
Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul di usia remaja atau
dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa, tetapi
kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anakanak.
GAMBARAN KLINIS
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada
gangguan bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II
mempunyai episode hipomanik. Beberapa ahli menambahkan adanya bipolar III dan
bipolar IV namun sementara ini yang 2 terakhir belum dijelaskan.
Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan
longitudinal gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat 1 episode
manik di sana. Walaupun hanya terdapat 1 episode manik tanpa episode depresi lengkap
maka tetap dikatakan gangguan bipolar I. Adapun episode-episode yang lain dapat berupa
episode depresi lengkap maupun episode campuran, dan episode tersebut bisa
mendahului ataupun didahului oleh episode manik.
Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode hipomanik. Gangguan bipolar II
dibagi menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya didahului oleh episode depresi
mayor dan disebut tipe depresi bila sebelum episode depresi tersebut didahului oleh
episode hipomanik
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III,
gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien dan
tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari
62

peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan
energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2
minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama.
Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak sampai tua.
Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini
seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan
refrakter.6 Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu
hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik
dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (estrus)
atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta. Perasaan senang, sangat bersemangat untuk
beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah beberapa contoh gejala
hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejalagejala tersebut
tidak mengakibatkan disfungsi sosial.
Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh
pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu optimis.
Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi.
Tanda manik lainnya dapat berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal
lelah melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif, euphoria hingga logorrhea
(banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga menceracau dengan 'word salad'),
dan biasanya disertai dengan waham kebesaran, waham kebesaran ini bisa sistematik
dalam artian berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik, berperilaku tidak sesuai
dengan wahamnya. Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham maka
diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan
DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik
ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar
63

II ditandai dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang
berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita.

Tatalaksana

64

Psikoterapi
Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu pendekatan psikoterapi
dibandingkan yang lain dalam terapi gangguan mood masa anak-anak dan remaja.
Tetapi, terapi keluarga adalah diperlukan untuk mengajarkan keluarga tentang
gangguan mood serius yang dapat terjadi pada anak-anak saat terjadinya stres
keluarga yang berat. Pendekatan psikoterapetik bagi anak terdepresi adalah
pendekatan kognitif dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur
dibandingkan yang biasanya digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi psikososial
anak yang terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang lama, walaupun
setelah episode depresif telah menghilang, intervensi keterampilan sosial jangka
panjang adalah diperlukan. Pada beberapa program terapi, modeling dan permainan
peran dapat membantu menegakkan keterampilan memecahkan masalah yang baik.
Psikoterapi adalah pilihan utama dalam pengobatan depresi.

65

2. Gangguan afektif (GANGGUAN MOOD)


Mood didefinisikan sebagai alam perasaan atau suasana perasaan yang bersifat internal.
Ekspresi eksternal dari mood disebut afek, atau eksternal display. Sejak lama dalam literatur
psikiatri mood yang terganggu disebut gangguan afektif. Tapi kurang lebih dalam 5 tahun
terakhir, gangguan afektif ini diubah namanya dengan gangguan mood. Yang paling utama
dalam gangguan moodini adalah mood yang menurun atau tertekan yang disebut depresi, dan
mood yang meningkat atau ekspansif yang disebut mania (manik). Baik mood yang menurun
atau terdepresi dan mood yang meningkat bersifat graduil , suatu kontinuum dari keadaan
normal ke bent6uk yang jelas-jelas patologik. Pada beberapa individu gejala-gejalanya bisa
disertai dengan ciri psikotik.

Klasifikasi Gangguan mood berbeda dalam hal manifestasi klinik, perjalanan penyakit,
genetik, dan respons pengobatan. Kondisi ini dibedakan satu sama lain berdasarkan: (1) ada
tidaknya mania (bipolar atau unipolar); (b) berat ringannya penyakit (mayor atau minor); (c)
kondisi medik atau psikiatrik lain sebagai penyebab gangguan. Maka diklasifikasikan sebagai
berikut:
(I)

Gangguan mood mayor : depresi mayor dan/ atau tanda-tanda gejala manik. Gangguan
Bipolar I ( manik-depresi) mania pada masa lalu atau saat ini ( dengan atau tanpa adanya
depresi atau riwayat depresi). Gangguan Bipolar II hipomania dan depresi mayor mesti
ada saat ini atau pernah ada. Gangguan Depresi Mayor- hanya depresi berat saja.

(II)

Gangguan mood spesifik lainnya. Depresi minor dan/atau gejala-gejala dan tanda-tanda
manik. Gangguan distimia depresi saja. Gangguan siklotimia depresi dan hipomanik
saat atau baru saja berlalu (secara terus menerus selama 2 tahun).

(III)
(IV)

Gangguan mood akibat kondisi medik umum dan gangguan mood akibat zat.
Gangguan penyesuaian dengan mood depresi : depresi yang disebabkan oleh stressor.

Diagnostik Formal Gangguan Mood Menurut DSM IV-TR


66

A. Diagnosis Depresi (Depresi Mayor/ Unipolar)


-

Minimal 2 minggu kehilangan minat dan kesenangan dan mood depresif.


Minimal muncul 4 diantara simptom additional berikut ini, yaitu: gangguan tidur dan

nafsu makan, hilang energi, worthlessness, suicidal thought, dan sulit konsentrasi.
Subclinical depression: individu yang simtomnya kurang dari 5, memiliki kesulitan dalam

fungsi psikologis mirip


Depresi 2-3x lebih sering pada wanita daripada pria; lebih sering terjadi pada golongan

ekonomi bawah; dewasa muda


Depresi cenderung muncul berulang 80 % penderita mengalami episode lain.

B. Diagnosis Gangguan Bipolar


-

Gangguan Bipolar I: episode mania/ campuran, terdapat simtom mania dan depresi.
Episode mania disini minimal muncul 3 simtom additional (4 simptom jika mood hanya

irrirable).
Gangguan bipolar lebih jarang muncul daripada depresi mayor
Rata-rata onset: umur 20an, seimbang antara pria dan wanita Heterogenitas Kategori

DSM-IV.
Banyak penderita dengan gejala heterogen, tapi dikelompokkan pada diagnosis yang sama.
Munculnya delusi dapat membedakan penderita depresi unipolar tidak reaktif terhadap

terapi obat-obatan biasa, kecuali dikombinasikan dengan terapi psikotik.


Sejumlah pasien depresi mengalami fitur melankolis (tidak bahagia/ senang meski terjadi
peristiwa menggembirakan, bangun tidur 2 jam lebih cepat, cemas berlebihan) reaktif

terhadap terapi biologis.


Episode manik dan depresif mungkin ditandai fitur katatonik (gangguan motorik, aktifitas

tidak bertujuan).
Gangguan bipolar dan unipolar mungkin sifatnya musiman bila pasien secara teratur
mengalaminya. Gangguan Mood Kronik Jangka panjang, minimal 2 tahun, belum cukup
mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan. Ada 2 jenis:
a. Gangguan cyclothymic
Periode depresi dan hipomania berulang. Selama depresi pasien merasa inadekuat,
selama hipomania self esteem meningkat. Menarik diri, tidur terlalu sering atau terlalu
sebentar, sulit konsentrasi, dan jarang berbicara.
b. Gangguan dysthymic
67

Depresi kronis, feeling blue, sedikit sekali merasa senang, insomnia atau justru terlalu
banyak tidur, tidak efektif, letih, pesimis, sulit konsentrasi, dan berpikir jernih,
menghindari bersama-sama dengan orang lain. Pasien distimia mengalami 3 atau lebih
simtom additional, meliputi mood depresif tapi bukan suicidal thought. Minimal
berlangsung selama 2 bulan. Gangguan Mood dan Depresi - Individu yang depresi
lebih sedikit menunjukkan ekspresi wajah positif dan mengalami emosi
menyenangkan - Gangguan kecemasan biasanya muncul bersamaan dengan depresi.

3. Gangguan schizophrenic
Istilah "skizofrenia" berasal dari bahasa Inggris yaitu "schizophrenia" yang memiliki arti
"pikiran terbagi atau terpecah" di mana hal itu mengacu pada terganggunya keseimbangan
pada emosi dan pikiran.
Skizofrenia dibedakan menjadi lima subtipe, yakni:
1. Paranoid
Orang yang mengalami hal ini akan sering berkhayal dan mengalami halusinasi, biasanya
pada pendengaran. Penderitanya sering mendengar suara-suara pada telinganya, padahal suara
itu tidak didengarkan oleh orang lain. Namun, fungsi intelektual dari penderitanya biasanya
relatif normal. Jika seseorang mengalami paranoid, biasanya penderitanya biasanya lebih
sering menunjukkan kemarahan, bersikap acuh tak acuh, dan cemas. Namun, hal ini masih
bisa disembuhkan.
2. Katatonik
Orang yang mengalami subtipe dari skizofrenia ini seringkali melakukan kegiatan dan
gerakan yang tidak berarti. Mereka juga akan menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka
lebih senang menyendiri dan tidak melakukan interaksi dengan orang lain.
3. Tidak teratur
Jenis skizofrenia ini ditandai dengan ucapan dan perilaku yang tidak teratur atau sulit
dipahami, misalnya tertawa tanpa alasan yang jelas. Mereka juga sering meluapkan emosi
yang tidak pantas. Selain itu, orang yang mengalami hal ini akan terlihat sibuk dengan
pemikiran atau persepsi mereka sendiri. Sangat kecil kemungkinan untuk menyembuhkan
jenis skizofrenia ini.
68

4. Diferentiatif
Dibandingkan dengan subtipe lainnya, jenis skizofrenia ini adalah jenis yang paling banyak
dialami oleh para penderitanya. Gejala yang ditimbulkan merupakan kombinasi dari beberapa
subtipe dari skizofrenia.
5. Residual
Orang yang mengalami hal ini biasanya tidak akan menunjukkan gejala-gejala positif dari
penyakit skizofrenia, seperti berkhayal, halusinasi, tidak teratur dalam berbicara dan
berperilaku. Biasanya, jenis penyakit ini akan terdiagnosa setelah salah satu dari empat
subptipe skizofrenia telah terjadi.
Meski sudah dijelaskan mengenai subtipe dari penyaki skizofrenia, namun sangat sulit untuk
menentukan jenis skizofrenia mana yang dialami oleh si penderita. Sebab, mayoritas dari
penderita akan menunjukkan gejala-gejala yang hampir sama dengan penderita lainnya.
Namun, bila penderita sudah menunjukkan beberapa gejala yang dianggap sudah mewakili
penyakit ini, maka pengobatan harus dilakukan dengan cepat. Sebab, bila tidak, hal ini dapat
menimbulkan beberapa masalah lain. Seringkali, penderita ingin berbuat sesuatu yang dapat
menyakiti dirinya sendiri. Bila hal itu tidak berhasil dilakukan, mereka mungkin akan
mencoba untuk bunuh diri.
Gejala
Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia seringkali dikaitkan dengan penyakit
mental lainnya. Sebab, tanda dan gejala dari penyakit ini memang hampir sama dengan tanda
dan gejala dari penyakit mental lainnya. Hal ini yang menyebabkan penyakit skizofrenia sulit
untuk didiagnosis.
Tanda dan gejala dari penyakit ini dibagi menjadi tiga kategori:
1. Gejala positif
Fungsi otak dari penderita penyakit skizofrenia akan bekerja lebih aktif atau bisa dikatakan
berlebihan. Hal ini menyebabkan otak bekerja dengan tidak normal. Akibatnya, penderita akan
mengalami beberapa hal seperti berikut ini:

Berkhayal
69

Ini merupakan hal yang paling umum dialami oleh para penderita skizofrenia. Mereka
memiliki keyakinan yang berbeda dengan orang normal. Mereka akan melihat realitas
yang berbeda pula. Selain itu, penderita juga sering salah menafsirkan persepsi.

Halusinasi
Orang yang mengalami penyakit ini sering berhalusinasi. Mereka seringkali melihat atau
mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada.

Gangguan pikiran
Penderita skizofrenia akan kesulitan berbicara dan mengatur pikirannya sehingga hal ini
mengganggu kemampuan berkomunikasi.

Perilaku tidak teratur


Orang yang mengalami skizofrenia sering berperilaku aneh, seperti anak kecil yang
melakukan hal-hal konyol.
Selain keempat hal di atas, para penderitanya juga sering curiga dan mereka
seolah-olah berada di bawah pengawasan yang ketat. Hal itu menyebabkan mereka
merasa tertekan.

2. Gejala negatif
Gejala ini mengacu pada berkurangnya atau bahkan tidak adanya karakteristik fungsi
otak yang normal. Gejala ini mungkin muncul disertai atau tanpa adanya gejala positif.
Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain:
Sulit mengekspresikan emosi
Menarik diri dari lingkungan sosial
Kehilangan motivasi
70

Tidak minat melakukan kegiatan sehari-hari


Mengabaikan kebersihan pribadi
Gejala-gejala tersebut seringkali dianggap sebagai kemalasan yang biasa dialami oleh
tiap orang. Namun, hal itu ternyata keliru.
3. Gejala kognitif
Jenis gejala ini akan menimbulkan masalah pada proses berpikir. Tanda dan gejala yang
mungkin timbul, antara lain:

Masalah dalam membuat informasi yang masuk akal dan dapat dimengerti

Sulit berkonsentrasi

Masalah pada memori otak


Selain ketiga gejala di atas, penyakit skizofrenia juga akan menimbulkan masalah

pada suasana hati. Para penderitanya akan mengalami depresi, cemas, dan seringkali
mencoba untuk bunuh diri. Gejala-gejala dari penyakit ini lambat laun dapat
melumpuhkan para penderitanya. Sebab, hal ini sangatlah mengganggu kemampuan
mereka untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari.
Namun, apabila penderitanya masih berusia remaja, gejala yang ditimbulkan sulit
untuk dideteksi dan kemudian dianggap sebagai penyakit skizofrenia. Sebab, pada usia
tersebut mereka pasti akan mengalami hal-hal ini yang ternyata merupakan gejala dari
penyakit skizofrenia:

Menarik diri dari keluarga dan teman

Penurunan kinerja di sekolah

Sulit tidur

71

Cepat emosi

Namun, bila dibandingkan dengan orang dewasa, anak muda kurang cenderung mengalami
khayalan dan lebih cenderung mengalami halusinasi visual.
Penyebab
Penyebab pasti dari penyakit skizofrenia belum diketahui. Namun, beberapa peneliti percaya
bahwa penyakit ini dapat terjadi akibat unsur kimia pada otak bermasalah, termasuk
neurotransmiter dopamin dan glutamat. Hal ini terlah dibuktikan dari sebuah studi neuroimaging
yang menunjukkan perbedaan dalam struktur otak dan sistem saraf pusat dari penderita
skizofrenia. Selain itu, para peneliti juga percaya bahwa faktor genetika dan lingkungan turut
berkontribusi dalam perkembangan penyakit ini. Namun, ada beberapa faktor yang tampaknya
dapat meningkatkan risiko penyakit ini timbul dan berkembang, seperti:

Kondisi hidup yang penuh stres

Sering mengkonsumsi obat psikoaktif selama masa remaja dan dewasa muda

Sering terkena paparan virus, racun, atau kekurangan gizi selama masa kehamilan,
khususnya pada trimester pertama dan kedua

Pengobatan
Tidak ada cara pasti untuk mencegah penyakit skizofrenia. Namun, pengobatan dini dapat
membantu mencegah kekambuhan dan memburuknya gejala yang timbul akibat dari penyakit
ini. Bila tidak diobati, penyakit ini dapat menimbulkan masalah pada emosi, perilaku, dan
kesehatan yang semakin lama akan semakin memburuk. Oleh karena itu, segeralah untuk
memeriksakan diri ke dokter. Bila Anda telah menduga bahwa Anda mengalami skizofrenia,
bicaralah ke dokter Anda. Sebab, dokter akan langsung meminta Anda untuk melakukan
pemeriksaan. Beberapa jenis tes dan ujian yang umumnya dilakukan oleh dokter, antara lain:

Tes laboratorium

72

Dokter akan melakukan tes darah, misalnya dengan melakukan penghitungan sel darah secara
lengkap (CBC). Hal ini dapat membantu Anda untuk menyingkirkan kondisi lain yang
menimbulkan gejala serupa. Selain itu, dokter mungkin akan merekomendasikan kepada Anda
untuk melakukan skrining untuk alkohol dan obat-obatan.

Tes pencitraan dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) dan computed
tomography (CT) scan.

Evaluasi psikologis

Dokter akan memeriksa status mental Anda dengan cara mengamati penampilan dan sikap Anda.
Dokter akan mengajukan pertanyaan seputar pikiran, suasana hati, khayalan, halusinasi,
penyalahgunaan zat, dan potensi percobaan bunuh diri.
Bila dokter sudah menetapkan bahwa Anda mengalami penyakit skizofrenia, dokter pasti akan
langsung merujuk Anda untuk melakukan pengobatan. Penyakit ini mruapakan suatu kondisi
kronis yang mengharuskan penderitanya untuk melakukan pengobatan seumur hidup mereka
walaupun gejala yang timbul juga telah mereda. Anda dapat melakukan pengobatan dengan cara
menggunakan obat-obatan atu dengan terapi psikososial.
1. Obat-obatan
Pengobatan dasar untuk mengatasi penyakit skizofrenia adalah dengan menggunakan obatobatan. Obat antipsikotik adalah obat yang paling sering digunakan untuk mengobati penyakit
ini. Jenis obat ini dapat mengontrol gejala karena obat ini dapat mempengaruhi neurotransmitter
otak dopamin dan serotonin.
Pilihan pengobatan juga disesuaikan dengan keadaan dari penderitanya. Bila si penderita
merupakan pribadi yang tidak disiplin dan pelupa, dokter mungkin akan memberikan obat
dengan cara disuntikkan, bukan dalam bentuk pil yang sering dilupakan.
Selain itu, apabila si penderita adalah pribadi yang gelisah, dokter akan melakukan pengobatan
73

awal dengan memberikan obat penenang, seperti benzodiazepin dan lorazepam (Ativan), di mana
obat tersebut dapat dikombinasikan dengan obat antipsikotik. Berikut jenis-jenis obat yang dapat
Anda gunakan untuk menangani penyakit ini:

Obat konvesional atau tipikal dan obat antipsikotik

Jenis obat ini memiliki efek samping neurologis yang berpotensi untuk mengembangkan
gangguan pada gerakan (tardive dyskinesia). Beberapa macam dari jenis obat ini, antara lain
Chlorpromazine, Fluphenazine, Haloperidol (Haldol), dan Perphenazine. Selain itu, Anda juga
dapat menggunakan obat antipsikotik yang dapat mengontrol tanda dan gejala dari penyakit
skizofrenia dengan dosis serendah mungkin.

Obat antipsikotik atipikal

Ini merupakan jenis obat baru yang juga digunakan untuk mengatasi penyakit skizofrenia. Obat
ini juga lebih banyak disukai karena memiliki risiko efek samping yang ditimbulkan lebih rendah
daripada obat konvensional. Efek samping dari jenis obat ini antara lain menambah berat badan,
menimbulkan penyakit diabetes, dan kolestrol darah menjadi tinggi. Ada beberapa macam obat
antipsikotik atipikal, misalnya Aripiprazole (Abilify), Clozapine (Clozaril, Fazaclo ODT),
Olanzapine (Zyprexa), dan masih banyak lagi.
Dengan melakukan pengobatan dengan obat-obatan seperti di atas, kondisi Anda dapat Anda
kelola dengan lebih mudah. Namun, karena banyak obat yang menimbulkan efek samping yang
serius, banyak orang enggan untuk melakukan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan.
2. Perawatan psikososial
Meskipun obat-obatan adalah landasan dari pengobatan penyakit skizofrenia, perawatan
psikososial juga penting untuk dilakukan. Pada perawatan ini, Anda akan melakukan beberapa

74

hal, seperti berikut:

Pelatihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan


berinteraksi.

Terapi keluarga yang dapat memberikan dukungan dan pendidikan bagi keluarga yang
berhubungan dengan penderita penyakit skizofrenia.

Rehabilitasi vokasional atau kejuruan dan dukungan pekerjaan guna membantu penderita
skizofrenia untuk dapat mempertahankan pekerjaan mereka walaupun dalam kondisi
krisis.

Terapi individu. Penderita akan diajari untuk mengelola stress dan mengidentifikasi tanda
dan gejala sedini mungkin supaya mereka dapat menghindari kekambuhan.

Selain itu, bagi orang-orang yang memiliki risiko pada peningkatan penyakit skizofrenia
dianjurkan untuk melakukan langkah-langkah proaktif, seperti menghindari penggunaan
narkoba, mengurangi stres, dan tidur dengan cukup.
Dengan begitu, mereka dapat terbantu untuk meminimalkan gejala dan mencegah penyakit ini
semakin memburuk. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan orang dengan skizofrenia dapat
mengelola kondisi mereka.

75

VII. Kesimpulan
Ny. SST, umur 32 tahun, sering keluyuran dan tidak mau tidur karena menderita gangguan
afektif bipolar, episode kini-manik dengan gejala psikotik.

76

Daftar pustaka
Maslim, Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III
dan DSM -5. Jakarta: PT. Nuh Jaya
Haurissa, Jenny. Referat Bipolar.2013. https://www.academia.edu/4837823/Refrat_bipolar
(Diakses pada 17 November 2015)
Sadock BJ, Sadock VA. 2003, Kaplan & Sadocks synopsis of psychiatry. 9th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Putra, A. 2013. Gangguan Bipolar. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38120/4/Chapter%20II.pdf pada 17 November
2015
Amalina, DB. 2012. Gangguan Bipolar I dan II. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31704/4/Chapter%20II.pdf pada 17 November
2015
Putra, A. 2014. Gangguan Afektif Bipolar dengan Psikotik. Diunduh dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=151070&val=970&title=GANGGUAN
%20AFEKTIF%20BIPOLAR%20MANIA%20DENGAN%20PSIKOTIK:%20SEBUAH
%20LAPORAN%20KASUS pada 17 November 2015
Saddock, Benjamin & Virginia Saddock. 2004. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi Kedua.
Jakarta:EGC

77

78

Anda mungkin juga menyukai