1. Mrs. Ani , 43 years old woman presents with a history of a insidious onset of joint
pain since three month ago. Affected are all small joints of the hands, wrists, knees,
and forefeet.
a. Apa hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan?
Jawab :
Insidensi rheumatoid arthritis lebih banyak dialami oleh wanita daripada lakilaki dengan rasio 2:1 hingga 3:1. Perbedaan ini diasumsikan karena pengaruh
dari hormon namun data ini masih dalam penelitian. Wanita memiliki hormon
estrogen sehingga dapat memicu sistem imun. Onset rheumatoid arthritis
terjadi pada orang-orang usia sekitar 50 tahun.
b. Mengapa yang terkena hanya sendi-sendi kecil (makna klinis)?
Jawab :
Rheumatoid Artritis biasanya menyebabkan masalah di beberapa sendi dalam
waktu yang sama. Pada tahap awal biasanya mengenai sendi-sendi kecil
seperti, pergelangan tangan, tangan, pergelangan kaki, dan kaki. Dalam
perjalanan penyakitnya, selanjutnya akan mengenai sendi bahu, siku, lutut,
panggul, rahang dan leher.
Beberapa
lokasi
sendi
yang
dapat
terserang
Rheumatoid
Artritis
reumatoid).
Kelelahan, demam, dan penurunan berat badan.
Alasan mengapa di sendi kecil masih belum tahu. Pada awal perjalanan
penyakit biasanya sendi kecil dahulu yang terkena. Sendi yang terkena
biasanya simetris (kiri dan kanan).
c. Apa penyebab dan bagaimana mekanisme nyeri sendi pada kasus?
Jawab :
Organ indra untuk nyeri terdiri dari ujung-ujung saraf telanjang yang dapat
dijumpai pada hampir semua jaringan tubuh. Impuls nyeri nantinya akan
dihantarkan p susunan sistem saraf pusat oleh 2 sistem serabut. Yaitu:
1. Sistem nosiseptor yang terbentuk dari serabut-serabut A kecilbermielin
dengan diameter 2-5 m yang akan menghantar dengan kecepatan sebesar 1230 m/det.
2. Serabut C tak bermielin dengan diameter 0,4-1,2 m, serabut yang terakhir
akan bertemu di lateral radiks dorsalis sehingga serabut ini disebut juga
serabut C radiks dorsalis yang akan menghantar dengan kecepatan 0,5-2 m/det.
Kedua kelompok serabut ini berakhir di kornu dorsalis; serabut A berakhir
terutama di neuron-neuron lamina I dan V, sementara serabut C radiks dorsalis
berakhir di neuron di lamina I dan II. Transmitter sinaps yang disekresi oleh
serabut aferen primer yang menhantarkan nyeri ringan cepat adalah glutamate,
dan transmitter yang menghantarkan nyeri hebat lambat adalah substansi P.
Proses nyeri mulai stimulasi nociceptor oleh stimulus noxiuos sampai
terjadinya pengalaman subyektif nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik dan
kimia yang bisa dikelompokkan menjadi 4 proses, yaitu : transduksi, transmisi,
modulasi, dan persepsi.
Secara singkat mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nociceptor oleh
stimulus noxiuos pada jaringan, yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi
nosiseptor dimana disini stimulus noxiuos tersebut akan dirubah menjadi
potensial aksi. Proses ini disebut disebut transduksi atau aktivasi reseptor.
Nyeri Inflamasi
Pada proses inflamasi, misalnya pada arthritis, proses nyeri terjadi karena
stimulus nosiseptor akibat pembebasan berbagai mediator biokimiawi.
Inflamasi terjadi akibat rangkaian reaksi imunologi yang dimulai oleh adanya
antigen yang kemudian diproses oleh antigen presenting cels (APC) yang
kemudian diekskresikan ke permukaan sel dengan determinan HLA yang
sesuai. Antigen yang diekspresikan tersebut akan diikat oleh sel T melalui
reseptor sel T pada permukaan sel T membentuk kompleks trimolekuler.
Kompleks trimolekuler tersebut akan mencetuskan rangkaian reaksi imunologi
dengan pelepasan berbagai sitokin sehingga terjadi aktifasi, mitosis dan
proliferasi sel T tersebut. Sel T yang teraktifasi juga akan menghasilkan
berbagai limfokin dan mediator inflamasi yang bekerja merangsang makrofak
untuk meningkatkan aktifitas fagositosisnya dan merangsang proliferasi dan
aktifitas sel B untuk memproduksi antibody.
Setelah berikatan dengan antigen, antibody yang dihasilkan akan membentuk
kompleks imun yang akan mengendap pada organ target dan mengaktifkan sel
Nyeri Psikogenik
Nyeri dapat merupakan keluhan utama berbagai kelainan pisikiatrik,
pisikosomatik dan depresi terselubung. Pasien nyeri kronik akibat trauma yang
berat, misalnya kecelakaan, peperangan dan sebagainya, sering kali
menunjukkan gambaran posttraumatic stress disorder, dimana pasien selalu
merasa dirinya sakit walaupun secara medic kelainan fisiknya sudah sembuh.
Dalam hal ini, pasien harus diyakinkan bahwa keadaan psikologi ini sering
terjadi dan dia harus berusaha untuk mengatasinya dengan baik karena
keadaan fisiknya sebenarnya sudah sembuh.
Nyeri merupakan salah satu kelainan psikosomatik, dimana pasien
mengekspresikan konflik yang tidak disadarinya sebagai keluhan fisik.
Keluhan dapat sedemikian beratnya sehingga mempengaruhi aktifitas sehariharinya. Pasien dengan nyeri psikosomatik akan mengeluh nyeri pada satu
bagian tubuhnya atau lebih sedemikian beratnya sehingga membutuhkan
perhatian dokter.
d. Bagaimana dampak penyakit yang bertahan selama 3 bulan pada kasus?
Jawab :
Dengan bertahan penyakit selama 3 bulan tanpa mendapatkan terapi yang
adekuat maka proses progresivitas penyakit dapat meningkat seiring
bertambahnya waktu.
2. A steroid dose-pack and 400 mg dose of ibuprofen three times a day relieved all
symptoms for one month month, but was followed by a slow return of joint pain, now
with clearly swelling , and morning stiffness lasting two hours.
a. Bagaimana hubungan konsumsi obat dengan riwayat perjalanan penyakit?
Jawab :
Tidak ada pengobatan tunggal bekerja untuk semua pasien. Banyak orang
dengan rheumatoid arthritis harus mengubah pengobatan setidaknya sekali
dalam seumur hidup. Pasien dengan diagnosis rheumatoid arthritis memulai
pengobatan dengan DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs)
seperti metotreksat, sulfasalazin dan leflunomid. Obat ini tidak hanya
meringankan gejala tetapi juga memperlambat kemajuan penyakit. Seringkali
dokter meresepkan DMARD bersama dengan obat anti-inflamasi atau NSAID
dan/atau kortikosteroid dosis rendah, untuk mengurangi pembengkakan, nyeri
dan demam (Arthritis Foundation, 2008).
Kortikosteroid berguna untuk mengontrol gejala sebelum efek terapi DMARD
muncul. Dosis rendah secara terus-menerus dapat diberikan sebagai tambahan
dan
jaringan
Kortikosteroid
lokal
sebaiknya
untuk
tidak
mengendalikan
diberikan
sebagai
peradangan
monoterapi
lokal.
dan
Jawab :
Sistem imun merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat membedakan
komponen self dan non-self. Kasus rheumatoid arthritis sistem imun tidak
mampu lagi membedakan keduanya dan menyerang jaringan sinovial serta
jaringan penyokong lain. Inflamasi berlebihan merupakan manifestasi utama
yang tampak pada kasus rheumatoid arthritis. Inflamasi terjadi karena adanya
paparan antigen. Antigen dapat berupa antigen eksogen, seperti protein virus
atau protein antigen endogen (Schuna, 2005). Paparan antigen akan memicu
pembentukan antibodi oleh sel B. Pada pasien rheumatoid arthritis ditemukan
antibodi yang dikenal dengan Rheumatoid Factor (RF). Rheumatoid Factor
mengaktifkan
komplemen kemudian memicu kemotaksis, fagositosis dan pelepasan sitokin
oleh sel mononuklear sehingga dapat mempresentasikan antigen kepada sel T
CD4+
. Sitokin yang dilepaskan merupakan sitokin proinflamasi dan kunci terjadinya
inflamasi pada rheumatoid arthritis seperti TNF-a, IL-1 dan IL-6. Aktivasi sel
T CD4+
(pembentukan
pembuluh
darah
baru)
sehingga
terjadi
e. Apa makna klinis dari kaku sendi di pagi hari selama 2 jam?
Jawab :
Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata
tatapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari tersebut merupakan petunjuk
bahwa seseorang mungkin memiliki rheumatoid arthritis, karena sedikit
penyakit arthritis lainnya berperilaku seperti ini. Misalnya, osteoarthritis
paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi yang berkepanjangan
(American College of Rheumatology, 2012).
3. In the afternoon , she often felt low grade fever, fatique and less appetite. There is no
back pain. She works halftime in a flower shop, and is having diffuclty cutting
flowers and picking up anything over five pounds.
a. Bagaimana mekanisme demam yang tidak tinggi, kelelahan, dan kurang nafsu
makan?
Jawab :
Demam
Sebagai respon terhadap adanya inflamasi, sel-sel fagositik tertentu (makrofag)
mengeluarkan suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen yang
selain efek-efeknya dalam melawan infeksi, bekerja pada pusat termoregulasi
hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus sekarang
mempertahankan suhu di tingkat yang baru dan tidak mempertahankannya di
suhu normal tubuh. Jika, sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik
patokan menjadi 102o F (38,9oC), maka hipotalamus mendeteksi bahwa suhu
normal pra demam terlalu dingin sehingga bagian otak ini memicu
mekanisme-mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu menjadi
102oF. Secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi panas
segera meningkat dan mendorong vasokontriksi kulit untuk mengurangi
pengeluaran panas. Kedua tindakan ini mendorong suhu naik dan
menyebabkan demam. Namun pada kasus ini, pasien tidak menggigil karena
pirogen endogen yang dikeluarkan hanya sedikit sehingga menyebabkan
pengeluaran prostaglandin juga sedikit maka tidak menyebabkan demam
menggigil (mengalami demam subfebris).
Kasus
Normal
metacarpal phalangeal
metacarpal phalangeal
sendi metatarsal
sendi metatarsal
phalangeal
phalangeal
Underweight = <18.5
Interpretasi
Abnormal
Abnormal
24.9
Overweight = 2529.9
Normal
Obesity = BMI of 30 or
greater
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?
Jawab :
Struktur yang terganggu pada kasus ini adalah pada bagian persendian
terutama pada cairan sinovial. Dalam keadaan normal , setiap ujung dari tulang
dilapisi oleh lapisan kartilago yang sangat halus dengan permukaan yang licin.
Lapisan ini memperbolehkan setiap gerakan yang terjadi antara ujung-ujung
tulang tidak terjadi gesekan. Sendi dikelilingi oleh sebuah membran sinovium
yang memproduksi sejumlah kecil cairan yang disebut dengan cairan sinovial.
Cairan ini berfungsi untuk memberi nutrisi pada kartilago dan lubrikasi dari
sendi. Membran sinovium memiliki lapisan terluar yang disebut kapsul yang
bersamaan dengan ligamen mempertahankan sendi dan tulang pada tempatnya.
Tendon (keras, pita fibrosa dan cord) menghubungkan otot dengan tulang.
Perubahan yang terjadi pada sendi di kasus ini adalah terdapat pada
struktur sinovium, dimana terjadi proses inflamasi. Sehingga dapat muncul
tanda-tanda peradangan seperti merah, bengkak, dan nyeri. Kemerahan terjadi
karena peningkatan aliran darah, yang juga akan menyebabkan sendi yang
mengalami inflamasi terasa lebih hangat dibandingkan normal. Fungsi yang
terganggu adalah dalam sistem motorik, dimana seseorang yang mengalami
peradangan pada sendi akan mengalami kesulitan dalam beraktivitas terutama
dalam aktivitas yang memerlukan gerakan sendi yang banyak. Hal ini
dikarenakan setiap gerakan yang terjadi akan menimbulkan rasa nyeri nyeri
bergantung pada letak terjadinya peradangan pada sendi.
c. Mengapa synovitis ada di sendi metacarpal phalang tetapi tidak ada di lutut
dan metatarsal phalang?
Jawab :
Frekuensi keterlibatan sendi metacarpophalangeal pada penyakit RA lebih
besar yaitu dengan persentase 85%, sedangkan keterlibatan sendi lutut dan
metatarsophalangeal yaitu tidak sebesar sendi metacarpophalangeal yaitu
masing-masing hanya sebesar 75%. ? (PAPDI)
d. Mengapa ada nyeri tetapi tidak ada bengkak pada sendi lutut dan sendi
metatarsal phalang?
Jawab :
Umumnya nyeri disebabkan oleh sinovitis yang bisa mengenai sendi mana
saja. namun terjadi bengkak atau ditemukannya nodul itu tidak memerlukan
interversi khusus. Biasanya nodul ditemukan di daerah ulna, olecranon, jari
tangan, tendon Achilles atau bursa olecranon. Dan biasanya ditemukan pada
pasien yang memiliki kadar factor rheumatoid yang positif(titernya tinggi).
e. Bagaimana cara pemeriksaan dari synovitis dan nyeri terkait kasus?
Jawab :
Menilai Lengan (ARMS)
Lakukan penekanan pada Orang
masing-masingsendi dengan merasakan
jari-jari
tangan,
normal
tidak
nyeri
dengan
terjadi
keradangan
maka
pada
kanan,tangan
kiri
positif
bila
tibial tuberosity
biasanya
terdapat
tanda-
lateral condyle
Sebagian besar RF adalah IgM, tetapi dapat juga berupa IgG atau IgA. Kadar
RF yang sangat tinggi menandakan prognosis yang buruk dengan kelainan
sendi yang berat dan kemungkinan komplikasi sistemik.
RF sering dijumpai pada penyakit autoimun lain, seperti LE, scleroderma,
dermatomiositis, tetapi kadarnya biasanya lebih rendah dibanding kadar RF
pada rematik arthritis. Kadar RF yang rendah juga dijumpai pada penyakit
aktivitas penyakit.
C reactive protein 35mg/dL
CRP dalam plasma diproduksi oleh sel hepatosit hati terutama dipengaruhi
oleh Interleukin 6 (IL-6). CRP merupakan marker inflamasi yang diproduksi
dan dilepas oleh hati dibawah rangsangan sitokin-sitokin seperti IL6,Interleukin 1 (IL-1), dan Tumor Necroting Factor _(TNF-). Laju endap
darah (LED) dan C-Reactive Protein(CRP) menunjukkan adanya proses
inflamasi, akan tetapi memiliki spesifisitas yang rendah untuk RA. Tes ini
berguna untuk memonitor aktivitas penyakit dan responnya terhadap
pengobatan (NHMRC, 2009).
Gambar 7 : (A) tangan kanan dengan PIP sendi bengkak jari keempat dan
kapsul menggembung. (B) Hand scintigraphy scan, menunjukkan peningkatan
penyerapan 99mTc-anti-TNF-a pada jari keempat kanan (PIP) (panah), PIP kiri
jari ketiga dan keempat dan pergelangan tangan. (C dan D) MRI kanan tangan
coronal (C) dan aksial (D) iris menunjukkan sinovitis PIP jari keempat.
(Sumber : Zeman dan Scott, 2012)
6. Aspek Klinis
a. DD
Jawab :
b. DK
Jawab :
Artritis reumatoid
c. Definisi
Jawab :
Rheumatoid Arthritis adalah penyakit inflamasi kronis yang menyerang
membran sinovium, tulang rawan dan tulang.
d. Algoritme Penegakkan diagnosis
Jawab :
1. Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
- Keluhan pasien ?
- Sudah berapa lama ?
- Bagaimana sifat nyerinya ?
- Apakah nyerinya bertambah saat beraktivitas ? Apakah berkurang setelah
beristirahat ?
- Apakah nyerinya disertai kekakuan sendi di pagi hari? dan berapa lama
durasinya?
- Apakah disertai demam ?
Kekurangan
hormon
estrogen
mengakibatkan
lebih
banyak
Sendi-sendi
besar
juga
dapat
terserang
dan
mengalami
menyebabkan edema, eritema, nyeri dan terasa panas. Selain itu, aktivasi
makrofag, limfosit dan fibroblas juga dapat menstimulasiangiogenesis
(pembentukan
pembuluh
darah
baru)
sehingga
terjadi
peningkatan
diekskresi oleh sel CD4+ akan mengikatkan diri pada reseptor spesifik pada
permukaannya sendiri dan akan menyebabkan terjadinya mitosis dan
proliferasi sel tersebut. Proliferasi sel CD4+ ini akan berlangsung terus selama
antigen tetap berada dalam lingkunan tersebut. Selain IL-2, CD 4+ yang telah
teraktivasi juga mensekresi berbagai limfokin lain seperti gamma-interferon,
tumor necrosis factor (TNF-), interleukin-3 (IL-3), interleukin-4 (IL-4),
granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) serta beberapa
mediator lain yang bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan
aktivitas fagositosisnya dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk
memproduksi antibodi. Produksi antibodi oleh sel B ini dibantu oleh IL-1, IL2, dan IL-4.
Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan
akan membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam
ruang sendi. Pengendapan kompleks imun akan mengaktivasi sistem
komplemen yang akan membebaskan komponen-komplemen C5a. Komponenkomplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan
permeabilitas vaskular juga dapat menarik lebih banyak sel polimorfonuklear
(PMN) dan monosit ke arah lokasi tersebut. Pemeriksaan histopatologis
membran sinovial menunjukkan bahwa lesi yang paling dini dijumpai pada AR
adalah peningkatan permeabilitas mikrovaskular membran sinovial, infiltrasi
sel PMN dan pengendapan fibrin pada membran sinovial.
Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai oleh
pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrien, prostaglandin
dan protease neutral (collagenase dan stromelysin) yang akan menyebabkan
erosi rawan sendi dan tulang Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan
terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya
penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga
merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi.
Prostaglandin E2( PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dan dapat
merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1 dan
TNF. Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bila antigen
penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapi pada AR,
antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap pada struktur
persendian, sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus. Tidak
- Kanker
- Komplikasi kardiak
- Pembentukan fistula
- Peningkatan infeksi dan deformitas sendi lainnya
n. Prognosis
Jawab :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
Prediktor prognosis buruk pada stadium dini AR antara lain : skor funsional yang
rendah dan status sosial ekonomi.
Gangguan yang terjadi pada pasien
kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien.
Kebanyakan penyakit rheumatoid arthritis berlangsung kronis yaitu sembuh dan
kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi
secara menetap.
o. SKDI
Jawab :
Indikasi Merujuk
Sebagai dokter umum kita memiliki SKDI 3A :
Mampu menegakkan diagnosa, pemeriksaan tambahan, dan terapi awal.
Selanjutnya pasien dapat kita rujuk.