Anda di halaman 1dari 5

Metode Forwarding pada Switch

Dengan semakin cepatnya jaringan berkembang dan membuat jaringan


menjadi semakin lambat, Ethernet Bridge (switch versi lama) digunakan
pada suatu jaringan untuk membatasi ukuran dari Collision Domain. Pada
tahun 1990-an dengan adanya kemajuan dari teknologi Integrated Circuit
(IC) maka dibuatlah Switch sebagai pengganti Bridge. Switch beroperasi
pada layer 2 (data link), switch tersebut dapat menangani dan meneruskan
data/frame dengan metode yang lebih efektif dan cerdas.
Metode forwarding pada switch dibedakan menjadi dua, yaitu store-forward
switching dan cut-through switching.
1. Store-Forward Switching

Pada metode forwarding Store-Forward, Switch akan membuat keputusan


ketika switch telah menerima sebuah frame secara utuh dan melakukan
pengecekan error terhadap frame. jika nilai dirasa tidak terdapat error
maka frame akan diteruskan ke tujuan sesuai dengan table switching, jika
terdapat error maka frame akan didrop/dibuang.
Karakteristik Store-Forward Switching :

Error Checking : Sebuah switch dengan metode ini melakukan


pengecekan pada frame yang diterimanya. setelah seluruh bagian
frame telah diterima, switch membandingkan nilai FCS (frame-checksequence) di bagian akhir suatu datagram dengan perhitungan FCS
yang dimiliki oleh switch. FCS membantu untuk memastikan sebuah
frame bebas dari physical error dan data link error. jika frame babas
dari error maka switch akan meneruskan frame, sebaliknya jika
terdapat error maka frame dibuang.
Automatic Buffering : Proses port Buffering yang digunakan pada
metode Store-Forward Switching menyediakan fleksibilitas untuk
menangani perbedaan kecepatan Ethernet. Misalnya menangani
sebuah frame yang berjalan dari 100 mbps port ethernet harus
dikirim ke sebuah interface dengan kecepatan 1 GBps, dengan
adanya perbedaan kecepatan dari port masukan (ingress) dan
keluaran (egress) maka switch akan menyimpan frame pada sebuah
memori buffer, melakukan pengecekan error dan meneruskannya ke
memori buffer port keluaran, kemudian mengirimkannya.
Metode ini merupakan metode utama yang digunakan pada switch Cisco,
Switch membuang frame yang tidak lolos FCS, artinya switch tidak
meneruskan frame yang dianggap error atau cacat.

Sedikit saya simpulkan..hehe, jadi Switch yang menggunakan


metode Store-Forward sebelum switch mengirimkan frame ke tujuan,
switch menunggu dan menyimpan bagian bagian dari frame yang diterima
dari ingress port di buffer hingga seluruh bagian diterima hingga menjadi
satu frame yang utuh. kemudian melakukan error checking dengan
mencocokan nilai CRC dari frame dengan nilai yang dimiliki switch, jika
nilai CRC cocok dan frame dianggap bagus/tanpa error maka frame akan
diteruskan untuk dikirim keluar port (egress port), sebaliknya jika pada

frame ditemukan error dan dianggap cacat maka frame akan dibuang
sehingga lebih efisien dari segi penggunaan bandwidth.
2. Cut-Through Switching

Kelebihan dari metode Cut-Through Switching adalah kemampuan untuk


meneruskan frame lebih cepat dibandingkan dengan metode StoreForward Switching. Ada dua karakteristik dari metode ini yaitu Rapid
Frame Forwarding dan Fragment Free.
Rapid Frame Forwarding : Seperti yang ditunjukkan pada gambar,
switch menggunakan metode cut-through dapat membuat keputusan
forwarding tepat setelah switch mengetahui alamat MAC address
tujuan dari frame dalam tabel alamat MAC. switch tidak harus
menunggu untuk sisa dari frame untuk memasuki port ingress
sebelum membuat keputusan forwarding. Dengan MAC Controller
dan ASICs, metode cut-through dapat dengan cepat memutuskan
apakah perlu untuk memeriksa porsi yang lebih besar dari header
frame untuk tujuan penyaringan tambahan. Misalnya, switch dapat
menganalisis
14
byte pertama (sumber
alamat
MAC,
MAC tujuan, dan EtherType), dan memeriksa tambahan 40 byte
untuk melakukan fungsi yang lebih canggih untuk IPv4 Layers 3 dan
4.

Metode cut-through tidak membuang frame yang cacat/error. Frame


dengan kesalahan akan diteruskan ke segmen lain dari jaringan. Jika
ada tingkat kesalahan yang tinggi (frame tidak valid) dalam jaringan,
cut-through switching dapat memberikan dampak negatif pada
bandwidth; dengan demikian, menyumbat bandwith dengan frame
yang rusak dan cacat.
Fragment Free : Fragment free adalah bentuk modifikasi dari cutthrough switching di mana menunggu collision windows (64 bytes)
untuk lulus sebelum meneruskan frame. Ini berarti setiap frame akan
diperiksa ke dalam bagian data untuk memastikan tidak ada
fragmentasi telah terjadi. mode bebas fragmen memberikan
pengecekan error yang lebih baik daripada cut-through, dengan
hampir tidak ada peningkatan latency.
kecepatan latency rendah dari cut- through switching membuatnya
lebih tepat untuk kebutuhan extreme, komputasi kinerja tinggi
( HPC ) aplikasi yang memerlukan proses - ke - proses latency dari
10 mikrodetik atau kurang .

Kesimpulannya, metode ini, switch meneruskan frame tepat setelah switch


menerima bagian frame yang berisi MAC address sumber dan tujuan,
metode ini tidak menunggu sampai semua bagian frame diterima dan tidak
melakukan proses error checking. kelebihannya metode ini lebih cepat
dalam meneruskan data, sehingga latency yang lebih kecil dan bebas dari
fragment. kekurangannya metode ini selain meneruskan frame frame
bagus juga meneruskan frame yang mungkin terdapat error/cacat yang
menjadikan penggunaan bandwitdh lebih besar dibanding metode StoreForward.
Sumber : CCNA2 Routing & Switching Essentials

Anda mungkin juga menyukai