Seperti yang kita ketahui, perkembangan budaya indonesia salalu saja naik dan turun. Pada awalnya,
indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal
seperti itulah yang harus dibanggakan oleh penduduk indonesia sendiri, tetapi sekarang-sekarang ini
budaya indonesia agak menurun dari sosialisasi penduduk kini telah banyak yang melupakan apa itu
budaya Indonesia. Semakin majunya arus globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin berkurang,
dan ini sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli Indonesia. Terlalu banyaknya kehidupan
asing yang masuk ke Indonesia, masyarakat kini telah berkembang menjadi masyarakat modern..
namun akhir-akhir ini indonesia semakin gencar membudidayakan sebagian budaya indonesia,
buktinya, masyarakat luar lebih mengenal budaya indonesia dibandingkan masyarakat indonesia.
Sebagai contoh adalah batik hasil dari budaya indonesia, batik tersebut belakangan ini termasuk
bahan-bahan yang diminati oleh masyarakat luar. Muncul trend ini dikarenakan batik telah diresmikan
bahwa batik tersebut telah ditetapkan oleh UNESCO pada hari jumat tanggal 02 oktober 2009
sebagai warisan budaya indonesia, dan hari itulah ditetapkannya sebagai hari batik nasional.
Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya masyarakat
Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang mmicu perubahan sosial, Petama, adalah
kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai
penemuan dan rekayasa setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor),
seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran
(unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu
perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka .
Didalam budaya seni, indonesia mempunyai kemajuan. khususnya Tarian tradisional telah mengalami
kemajuan yang cukup baik dan telah meranjak ke internasional. Akan tetapi ada beberapa bagian dari
budaya indonesia yang di klaim oleh negara lain. Berikut, data dari budaya yang di klaim oleh negara
lain:
1. batik dari jawa oleh Adidas
2. Naskah kuno dari riau oleh pemerintah malaysia
3. Naskah kuno dari sumatera barat oleh pemerintah malaysia
4. Naskah kuno dari sulawesi selatan oleh pemerintah malaysia
5. Naskah kuno dari sulawesi tenggara oleh pemerintah malaysia
6. rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
http://rahmayantiblog.blogspot.co.id/2013/11/analisa-perkembangan-budaya-indonesia.html
Nasution menjadi ketua MPRS, mulai saat itu Indonesia dibawah regim militer (eksekutip
dan legislatip dibawah militer) dan menjadi negara boneka USA! Keterlibatan AS dalam
kupdeta militer yang merangkak di tahun 1965 di Indonesia sudah banyak ditulis. Semalam
sebelum pembunuhan, Soeharto telah diberitahu oleh Latief akan adanya aksi ini, namun ia
tidak bertindak sama sekali. Selain itu, para jendral itu harus dihabisi Soeharto dkk. agar
tidak menjadi pesaing/duri dalam daging. Nasution yang dapat menyelamatkan diri,
akhirnya terpaksa bergabung dengan Soeharto; pada akhirnya: Jendral Soeharto menjadi
presiden, dan Nasution menjadi ketua MPRS, mulai saat itu Indonesia dibawah regim
militer (eksekutip dan legislatip dibawah militer, sehingga tak dapat disangkal lagi bahwa
telah terjadi coup detat oleh TNI AD!), dan Indonesia menjadi negara boneka USA!
- Jendral Soeharto beserta para jendral TNI AD kemudian memprovokasi/mendalangi
massa NU (umat Islam, terutama di Jatim) untuk membantai ratusan ribu massa PKI yang
tak berdosa dan tidak tahu menahu tentang politik di desa2 ditahun 1965, hal ini dilakukan
untuk menutupi coup detat angkatan darat sekaligus mengkambinghitamkan PKI. Cara
provokasi adalah dengan melarang surat kabar umum beredar, dan hanya harian Angkatan
Bersenjata dan Berita Yudha (keduanya milik TNI AD) saja yang boleh beredar. Isi beritanya
sangat provokatip dan tendensius, misalnya pesta Gerwani dan penyiksaan para jendral di
Lubang Buaya; berita ini dibuat untuk menjadikan PKI musuh bersama bangsa.
Pembunuhan yang lebih kejam lagi adalah pembunuhan kemanusiaan terhadap anak cucu
para anggota PKI yang tidak tahu menahu dan tidak terlibat politik dengan cara merintangi
perkembangan kepribadian, emosi dan bisnis mereka (alat2 pembunuh yang diciptakan
misalnya: litsus dan S.K bebas G30S). Operator pembunuhan nasional ini adalah pasukan
KOPASUS/RPKAD. Baru Gus Dur saja (saat itu sebagai presiden) yang meminta maaf atas
kebiadaban umat NU dalam menjagal sesama anak bangsa. Semenjak sukses adu domba
ditahun 1965, maka hobi para jendral TNI AD itu s/d sekarang masih diteruskan dengan
banyaknya kasus2 kerusuhan massa di berbagai daerah, misalnya: Tisakti, Pembantaian
Tionghoa, Ambon, Poso, Sampit, Banyuwangi-santet, dst. (harap baca artikel George
Aditjondro).
- Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya boneka Indonesia ketangan USA
dkk., hasil tangkapan pun dibagi. The Time-Life Corporation mensponsori konferensi
istimewa di Jenewa yang dalam waktu tiga hari merancang pengambilalihan Indonesia. Para
pesertanya meliputi para kapitalis yang paling berkuasa di dunia, orang-orang seperti David
Rockefeller. Semua raksasa korporasi Barat diwakili: perusahaan-perusahaan minyak dan
bank, General Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American
Tobacco, American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation, US
Steel. Di seberang meja adalah orang-orangnya Soeharto yang oleh Rockefeller disebut
- Untuk mengelabui sejarah pelanggaran HAM 1965 atau kupdeta militer, maka secara licik
regim militer memakai strategi: 1) Semua jalan raya disemua kota besar Indonesia
diinstruksikan untuk memakai nama para jendral Angkatan Darat yang terbunuh secara
konyol namun tragis (A. Yani, Panjaitan, dst.) dan mereka ini digelari pahlawan nasional,
langkah ini disertai pendirian monumen2 yang bersifat otot dan kekerasan: patung tentara
dan bambu runcing, peran kecerdasan para intelektual seperti organisasi Stovia, Bung
Karno, Bung Hatta, Sri Sultan HB IX, yang justru lebih penting malah diabaikan; ini mirip
strategi: Maling teriak maling. 2) Hari lahir Pancasila digantikan dengan hari kesaktian
Pcsl. 3) Direkayasa film sejarah yang menipu yang wajib diputar secara nasional setiap
tahunnya. 4) Dibuat buku wajib sejarah untuk SD s/d SMA yang menyesatkan. 5)
Menciptakan sekolah bagi eselon satu pegawai negeri yaitu LEMHANAS (lembaga ini adalah
monumen resmi kemenangan militer terhadap sipil, saat ini masyarakat dikelabui dengan
mendudukan seorang Sipil sebagai kepalanya, apa sih arti seorang dibanding segerombolan
militer? Pada umumnya kepala LEMHANAS akan dihadiahi jabatan yang amat basah,
minimal menteri, seperti Yuwono Sudarsono dan Purnomo Yosgiantoro). 5) Menciptakan
penataran P4 dan mata kuliah Kewiraan (dibawah kendali militer yang ketat). 6)
Mewajibkan litsus dan surat bebas G30S bagi pencari kerja. 7) Stigmatisasi PKI sebagai
pengkhianat bangsa. 8) Mendirikan berbagai LSM/ORMAS untuk melawan bangkitnya
gerakan penegakan kebenaran sejarah 1965. 9) Menguasai berbagai mass media baik koran,
radio, dan terutama TV untuk menjadi leader dalam pembentukan opini bangsa. 10)
Membrangus kampus dengan wawasan Almamater (dan sekarang ini dengan strategi
melibatkan para dosennya untuk ber multi fungsi yaitu: dosen, selebritis, bisnis, dan
politikus). 10) Menugas belajarkan para jendral TNI/POLRI lalu beramai-ramai menempuh
program MM dan MBA untuk menjustifikasi peran multi fungsi mereka (inilah saat
dimulainya perusakan mutu pendidikan tinggi di Indonesia; banyak militer yang malas
kuliah/belajar namun tetap ingin lulus, dan dosennyapun takut pada para preman
berbintang yang digaji negara ini). 11) Terus menerus menyewa ilmuwan untuk menulis
buku sejarah versi mereka (= regim militer), terutama ilmuwan Barat mengingat bangsa
Indonesia masih merasa rendah diri ketimbang kulit putih. 12) Last but not least,
menyelubungi kupdetat merangkak militer ini dengan menciptakan ideologi baru yang
disebut Dwi fungsi ABRI.
- Mengingat kasus 1965 adalah kasus pelanggaran HAM yang maha besar, bahkan lebih
kejam daripada Hitler di Jerman, sebab regim Soeharto membantai bangsanya sendiri
itupun s/d anak-cucu, Hitler/Jerman membantai Yahudi, maka level pelanggaran HAM
1965 sudah tingkatan internasional. Para oknum Jendral AD sebagai pelaku kebiadaban
yang luar biasa itu kini hidupnya selalu berkeringat dingin campur darah, ketakutan,
selamat dan sejahtera s/d saat ini, namun bangsa Indonesia menjadi dimasukan kepihak
Timur Tengah/Arab dalam menghadapi dunia barat!
- USA, yang dipenuhi pemenang hadiah Nobel dan orang Yahudi yang cerdas, menyadari
strategi Soeharto. Maka digunakanlah alat internet untuk menembus dominasi mass media
dalam negeri Indonesia yang dikuasai regim ORBA; antara lain dibuatlah web site Apa Kabar
yang dikelola John McDougall dari Maryland USA. Ingat, s/d sekarang musuh paling
ditakuti oleh setiap regim militer/diktator diberbagai negara adalah internet, mengingat
internet tidak bisa dikontrol. Melalui web site ini, para cerdas-cendekia di Indonesia
dicerahkan dan disadarkan tentang berbagai strategi Soeharto untuk berkuasa selama 30
tahunan. Artikel berbobot itu silih berganti muncul dan berasal dari para pakar politik
tentang Indonesia, misal: Ben Anderson, Wiliam Lidle, Jeffry Winters, Harould Crouch, Gus
Dur, Arief Budiman, M. Prabot Tinggi, George Adi Condro, Budiman Sudjatmiko, dst. Berkat
artikel berbobot ini, maka percepatan reformasi terjadi dengan pesat sekali. Setelah selesai
mempersiapkan manusianya, maka jago pakar politik USA dengan cerdik meluluh lantakan
regim Soeharto (yang dianggap telah membangkang USA) dengan cukup membanting nilai
tukar rupiah, puncaknya: 1 $ = Rp. 16.000,-. Hancurlah regim Soeharto, namun ia tetap
dengan lihai memperdayai kaum reformasi, ia turun dari singgasana bagaikan tanpa
tergores sedikitpun (baca artikel yang lain)! Setelah regim Soeharto runtuh, media internet
Apa Kabar pun dihentikan dengan alasan kekurangan biaya dan man power. Sungguh licik
dan hebooaaat ya para politisi sekaliber pemenang Nobel di USA dalam menggulung regim
didikannya yang membangkang!
- Dengan merangkul Islam, oleh regim Soeharto, Indonesia seolah-olah ingin dilepaskan
dari mulut harimau (USA), namun dimasukan mulut buaya (ARAB); hasilnya: Indonesia
saat ini justru masuk mulut harimau dan sekaligus mulut buaya! Hal ini telah
mengakibatkan Indonesia terus mengalami krisis kebudayaan s/d saat ini. Semestinya
Indonesia terus mempertahankan sifat non-bloknya dan menjaga/memperkembangkan
budayanya sendiri! Jadi, boleh dikata antara tahun 1960-1965: Indonesia dijadikan ajang
pertempuran ideologi antara USA (kapitalis) melawan Rusia (komunis); kemudian mulai
dari 1998 (awal reformasi semu) s/d sekarang, Indonesia dijadikan ajang pertempuran
ideologi antara Barat (modern, sekuler) melawan Arab/Timur Tengah (Islam, non sekuler).
Jadi, semenjak 1965, Indonesia sebenarnya tidak pernah merdeka dan mandiri lagi. Visi
Bung Karno, yang non blok dan cinta budaya sendiri, seperti India dan RRC, negara yang
mempunyai kepribadian sendiri dan mandiri, saat ini hanya tinggal kenangan... Indonesia
sampai detik ini (Nov. 2005) sekedar menjadi ajang pertempuran ideologi asing Sungguh
sayang sekali.
- Mengingat tambang minyak di Timur Tengah (TIMTENG/Arab) terbatas umurnya
(diperkirakan oleh para ahli tinggal sekitar 15 tahun lagi), disamping itu, penemuan energi
alternatip akan dapat membuat minyak turun harganya, maka negara2 TIMTENG/ARAB
harus berjuang sekuat tenaga dengan cara apapun untuk mendapat devisa dari alternatip
lain, strategi termudah adalah politisasi agama Islam (mirip Soeharto dan Osama Bin
Laden). Dampak gelombang politisasi agama Islam dari negara TIMTENG/Arab sangat
terasa sekali dengan banyaknya pergolakan di: Thailand selatan, Philipina, Afganistan,
negara Balkan/Rusia, dan Indonesia. Di Indonesia, hal ini mulai terasa dengan terusiknya
pluralisme atau Bhineka Tunggal Ika. Dana trilyunan rupiah dikucurkan demi menjadikan
Indonesia menjadi boneka Arab, baik melalui lembaga agama, pendidikan, maupun LSM2;
sampai2 organisasi preman yang dinamai Pemuda Pancasila dan Front Pembela Islam pun
kebagian dana ini dan mulai beraksi dengan mendirikan banyak pesantren di Kalimantan;
masjid2 diseluruh pedesaan P. Jawa menjadi indah dan bagus, ini disertai dengan
mewajibkan pakaian jilbab bagi wanita2 di pedesaan. Memang salah satu alternatip
tergampang menjajah negara lain adalah melalui kebudayaan, misalnya membuat dominasi
kebudayaan Arab lewat agama Islam; bahkan kalau mungkin membuat negara boneka
Islam. Gerilya kebudayaan asing lewat agama begitu gencarnya, terutama lewat media
televisi dan radio, masyarakat yang awam politik tidak akan menyadarinya. Jadi, dalang
berbagai kekerasan dan kerusuhan berbasis agama Islam di Indonesia dan untuk level
internasional adalah kelompok fundamentalis dinegara-negara Arab (bahkan politisinya).
Sayangnya, militer, POLRI, dan Badan Intelijen justru memanfaatkan mereka ini mengingat
hobi mereka untuk adu domba (ingat 1965) dan hobi bermulti fungsi: ya bisnis, ya militer, ya
politik; dengan demikian profesionalisme mereka tak pernah tercapai, dan rakyat harus
menerima getahnya: keamanan dan ketentraman terusik. Padahal begitu mudahnya untuk
melacak kaum teroris melalui aliran dana di rekening bank (apapun pasti butuh dana),
menyadap pembicaraan/sms via telepon/hp, dan internet. Dasar pagar makan tanaman, hal
itu tidak dilakukan mereka!
- Jadi, dapat disimpulkan dalang tragedi 1965 ada dua, yaitu: untuk level internasional
adalah USA dkk. (melalui operator CIA), sedangkan untuk level nasional adalah para jendral
TNI AD yang pro USA dengan pimpinan jendral Soeharto (melalui operator: pasukan
KOPASUS/RPKAD dibawah pimpinan Sarwo Edhi, mertua presiden SBY, yang kemudian
meninggal secara mengenaskan). Selain itu, USA telah dengan cerdik mempersiapkan coup
detat merangkak ini dengan teliti dan seksama, misalnya dengan mempersiapkan SDM yang
berbobot yang disebut: Mafia Berkeley (untuk golongan Sipil, mayoritas berasal dari dosen
Universitas Indonesia) dan Mafia West Point (untuk golongan TNI AD). Dengan demikian
pengaruh USA sungguh kuat sekali melalui: para menterinya (Mafia Berkeley) dan ditopang
para jendral TNI ADnya (mafia West Point). Pada saat itu, regim yang amat sangat korup
seperti Soeharto, Marcos, Mobutu Seseseko, Syah Iran, Pinocet, dst., adalah hasil rekayasa
politisi USA. Di negara Amerika Latin, politisi USA juga banyak mensuport regim militer
yang juga dibuat amat sangat korup; demikian pula di Timur Tengah. Jendral Pinochet dari
Chili, yang juga boneka USA, melakukan strategi kupdeta yang mirip dengan strategi
Soeharto. Pinochet menyebut strateginya dengan nama sandi Operasi Jakarta! Dengan
dibuat sangat korup, negara boneka mudah didikte oleh negara asing-tuannya! Akhir2 ini
politisi USA mulai sadar bhw negara2 tsb. makin pandai, dan tidak bisa dibodohi lagi, maka
arah kebijakan politiknya mulai berbeda! Dokumen nasional USA yang terbuka (setelah 30
tahun) menyiratkan hal ini, sayang dokumen ini ditutup kembali demi untuk mengelabui
bangsa Indonesia untuk kesekian kalinya! Perlu diketahui, Sadam Husein dari Irak dan
Osama Bin Laden pada awal mulanya adalah didikan/boneka USA, namun seperti Soeharto,
mereka juga menyadari bahwa mereka hanya sekedar diperalat dan diperas oleh para politisi
USA, lalu mereka justru berbalik melawan USA. Atas dasar fakta2 diatas, maka peristiwa
G30S 1965 lebih tepat bila didefinisikan sebagai pengkianatan Soeharto terhadap bangsanya
sendiri, bukan pengkianatan PKI.
- Setelah berhasil melakukan pembantaian massal 1965 kemudian dapat mengelabui
bangsanya dengan sejarah bohong dan bodoh tentang peristiwa itu, maka mereka ini, s/d
saat ini masih terus menerus mendalangi berbagai kerusuhan yang menjurus pelanggaran
HAM berat diseluruh Indonesia, seperti misalnya: tragedi Trisakti, pembantaian etnis
Tionghoa 1998, tragedi Semanggi, tragedi TIMTIM, tragedi Aceh, kerusuhan Maluku, Poso,
Sambas, dst., dst., dst.. Sesungguhnya, adalah amat mudah untuk menangkap para dalang
kerusuhan, yakni melihat aliran dana di rekening bank yang mencurigakan, menyadap
HP/telpon dan informasi di internet, namun dasar bandit kelas berat, hal ini tidak mereka
lakukan atau mereka justru sembunyikan! Rasa aman bangsa Indonesia mereka mainkan
demi keuntungan ekonomi dan politik semata bagi kelompok mereka, keamanan adalah
bisnis yang menggiurkan! Dari pihak negara, mereka dapat anggaran, dari pihak yang
ketakutan/terancam: mereka juga dapat dana penjagagaan keamanan, dari luar negeri
mereka dapat sponsor dana demi goalnya tujuan negara asing itu! Sungguh licik dan berjiwa
bandit para oknum jendral AD/Polisi/BIN itu!
Buku-buku G30S
Buku Sukarno File, Berkas-Berkas Soekarno 1965-1967, dan Kronologi Suatu Keruntuhan,
ditulis oleh Antonie CA Dake dan diterbitkan oleh Aksara Kurnia, Jakarta. Peluncurannya
dilakukan tanggal 17 November 2005 yang juga dipublikasikan Kompas. Pada intinya
menyatakan Soekarno, Presiden RI pertama, adalah biang dari peristiwa pembunuhan
Madura diadu dengan etnik Dayak, manusia dan kebudayaan Jawa ditelantarkan, manusia
dan kebudayaan Arab ditinggikan. Oleh regim Soeharto, seolah-olah telah dibuat agar tiap
etnik merasa etniknya dianak tirikan dan etnik lain ditinggikan, sehingga timbulah rasa
saling curiga yang dalam antar etnik; f) penyeragaman dan penindasan budaya nasional
(bukan pengembangan) yang mengakibatkan kemunduran SDM. Dengan demikian,
semenjak 1965 s/d detik ini (2005), bangsa Indonesia boleh dikata telah dijajah kembali oleh
konspirasi jahat internasional yang bersimbiose mutualitis dengan konspirasi jahat nasional
yang tersentralisasi di Jakarta, sehingga boleh dikata Indonesia s/d saat ini belum merdeka
sepenuhnya!
Visi negara Indonesia yang dikumandangkan Bung Karno sebagai negara yang non blok,
mandiri, tidak mau tergantung pada utang luar negeri, berkepribadian nasional yang kuat,
Bhineka Tunggal Ika (pluralisme), serta berdasar Pancasila sudah semakin menjauh dan
pudar. Negara-negara sahabat Bung Karno, seperti RRC dan India, yang mempunyai prinsip
serupa dengan BK dan tidak mempunyai pengkianat negara semacam Soeharto Cs., saat ini
sudah menjadi bangsa yang sehat, normal, bahkan adidaya! Presiden SBY baru-baru ini
terpaksa mengulangi langkah BK lagi dengan mengunjungi RRC dan India.
Visi dan misi generasi tua perusak bangsa ini (Soeharto dkk) adalah: 1) menyelamatkan diri
atau bebas dari hukum 2) tetap dihormati oleh masyarakat 3) kekayaan hasil rampokan
tetap aman (diparkir di LN) 4) bila meninggal dapat dimakamkan di Taman Pahlawan. Jadi,
seolah-olah mereka telah mengancam generasi muda dengan berkata:Jangan berani
mengungkit masa lampau kami dan hormati kami s/d kami meninggal. Tolong, jangan lupa,
makamkan kami di makam pahlawan. Setelah kami meninggal, baru silahkan buka borok2
kami dan luruskan sejarahmu. Kalau kami masih hidup, jangan sekali-kali berani
melakukannya, atau negara ini akan kami obok2 sampai manusianya mabok. Hanya dengan
bunga uang kami di bank2 luar negeri, kiranya sudah cukup untuk mengobok-obok
Indonesia! Maka tidak heran, dijaman transisi ini amat banyak kerusuhan yang dibuat oleh
regim bablasan ORBA, sehingga masyarakat kembali merindukan regim Soeharto; semua
ketidak stabilan ditumpahkan kepada regim reformasi yang semu (ingat, belum terjadi
reformasi), sungguh licik generasi tua itu!
Saran-saran
Mengapa bangsa ini selalu gagal dalam menegakan kebenaran akan sejarah? Jawabnya
mudah! Tiga tiang utama penopang demokrasi telah tumbang, yakni:
- agama sebagai pemilik otorita kebenaran tertinggi sudah terbeli, lihat saja ulah ara
ulamanya.
- Universitas, terutama PTN, sebagai pemilik otorita analisis dan sintesis demi penegakan
kebenaran keilmuan juga telah terbeli, lihatlah peran multi fungsi para dosennya.
- Mass media yang seharusnya menjadi ujung tombak pencerdasan bangsa, terusmenerus
dikuasai/disusupi regim tua untuk mengarahkan opini publik.
Mengingat semua hal diatas, kita semua, yang masih mencitai negara, yang ingin melihat
tegaknya kebenaran, yang ingin mempersingkat waktu demi bangkitnya kembali Indonesia,
hendaklah berupaya sekuat mungkin untuk melakukan aksi (bukan hanya omong); beberapa
alternatip aksi yang mudah dilakukan namun sangat besar dampaknya adalah:
- Meningkatkan publikasi lewat tv, radio, dan surat kabar tentang kebenaran sejarah dan
peran negara asing yang terus ingin mendominasi kita.
- Mengusulkan kepada media internasional ternama seperti BBC dan CNN untuk
mengungkapkan berbagai pelanggaran HAM di Indonesia.
- Membuat film seperti Schlinder list atau The Pianist Man (yang menelanjangi kekejaman
Nazi secara bagus sekali), dengan tujuan menguak kebenaran berbagai pelanggaran HAM
(PHAM) sekaligus pendidikan politik, jadi kalau perlu ya dibuat di Luar Negeri.
- Mendaya gunakan internet yang bebas-merdeka untuk membuat situs, blogger, milling list,
news group untuk pengungkapan sejarah dan pendidikan politik. Ini untuk menyaingi
dominasi regim militer yang s/d saat ini (November 2005) masih mendominasi mass media
dalam negeri, kalau perlu ya diorganisasi dari Luar Negeri.
- Menyurati anak cucu para jendral pelaku PHAM yang masih di SD atau SMP setiap minggu
secara bergantian (antara para korban PHAM dan simpatisannya), supaya mereka selalu
menanyakan kepada kakeknya pertanyaan berikut ini:Eyang, benarkah eyang telah
membunuh ratusan ribu manusia tak berdosa dan membunuh anak cucu mereka dengan
melarang berbisnis? Mengapa eyang kejam sekali sih? Surat harus didesain seindah dan
semudah mungkin ntuk dicerna level anak2. Ini demi memberikan hukuman sosial.
- Menuntut para pemimpin agama yang tidak peka hati nuraninya akan keadilan, lihat
mereka s/d saat ini diam saja!
- Menuntut para sivitas akademika perguruan tinggi (termasuk mahasiswa) yang tidak peka
akan kebenaran, lihat mereka s/d saat ini seolah-olah menutup mata-hati-telinganya!
- Menyadarkan sivitas akademika (dosen, alumni, dan mahasiswa) Universitas Indonesia
bahwa sejak jaman 1965 s/d sekarang peran negatip mereka sangat menonjol, misalnya:
dalam pendirian regim ORBA, dalam pembelokan arah Reformasi, dalam penyelamatan
regim ORBA. Demikian pula dengan ITB, UGM dan IPB. Politisi busuk sadar bahwa apabila
para mahasiswa dan dosen di 4 PTN top ini bergerak maka akan terjadi efek bola salju, oleh
sebab itu mereka perlu dikebiri; salah satu cara adalah dengan membeli PTN tsb.! Artinya
money politics terselubung, yaitu dengan memberikan berbagai jabatan multi fungsi
(menteri, eselon 1 dan 2) dari PTN2 ini. Multi fungsi berarti: ya dosen, ya politisi, ya birokrat
pusat, ya pelacur intelektual. Selain itu supaya mereka tidak iri dengan multi fungsi militer!
- Menerbitkan buku, pamlet, dan selebaran. Mengadakan seminar, sarasehan, diskusi, dst.
- Selalu menggalang kekuatan riil untuk senantiasa bergerak, dan mempersatukan langkah
melalui internet.
Bila semua hal diatas masih gagal, maka cara termujarab adalah menginternasionalisasikan
kasus PHAM 1965 ini (beserta PHAM yang lain: seperti tragedi Mei 1998). Aksi ini harus
melibatkan organisasi internasional seperti Amnesti Internasional, Human Rights Watch,
ICW, dst., dan yang paling penting harus juga menyeret politisi USA/CIA yang terlibat dan
menjadi dalang internasionalnya (kasus 1965) sebagai terdakwa (jadi tidak hanya Soeharto
Cs. sebagai dalang level nasional); dengan cara demikian, pasti kebenaran akan menang.
Marilah bercermin pada kasus pelanggaran HAM berat seperti: pembantaian Yahudi,
Bosnia, Kamboja, Ruanda, dan Sudan; ternyata dengan membuat persoalan ini
internasional, maka pelakunya dapat diseret ke depan pengadilan; itulah yang semestinya
dilakukan oleh para pejuang kebenaran di Indonesia! Di masing2 negerinya, para setan
pelanggar HAM berat ini terlalu kuat dan mampu membina pemujanya sendiri! Dengan otak
yang cerdas dan cemerlang, disertai niat baik, kiranya tidak ada hal yang mustahil, tidak ada
kebenaran yang tidak bisa diungkap! Tuhan itu Maha Adil. Selamat berjuang, dan mohon
artikel ini disebar luaskan.
Sebagai penutup, kalau pada tahun 1960 s/d 1970 Indonesia dijadikan ladang pertempuran
yang sengit antara ideologi kapitalisme (USA dkk.) melawan komunisme (Rusia dkk.), maka
ingat pada detik ini (2005), Indonesia sedang mengalami dan sedang menjadi ajang
pertempuran hebat antara: negara Barat/maju, negara Timur Tengah, para pelaku
pelanggaran HAM berat dan para pelaku KKN (sisa2 regim Soeharto/ORBA yang ingin
menyelamatkan diri, bebas dari jerat hukum); jadi tugas manusia Indonesia adalah sungguh
berat sekali, karena harus bisa mengatasi keempatnya! Kita doakan agar sukses!
P O S T E D B Y A N A L I S K E B U D A YA A N AT 4 : 1 8 A M
M O N D A Y, D E C E M B E R 0 5 , 2 0 0 5
Beberapa buku yang terbit belakangan ini mengarah kepada upaya de-Soekarnoisasi,
menjadikan mantan Presiden RI pertama sebagai dalang peristiwa G30S/1965 dan
bertanggung jawab atas segala dampak kudeta berdarah itu. Proses ini terkesan sebagai
pengulangan dari yang dilakukan terhadap Bung Karno tahun 1970-an.
Pada 17 November 2005, di Jakarta diluncurkan buku Sukarno File, Berkas-Berkas Soekarno
1965-1967, dan Kronologi Suatu Keruntuhan yang ditulis Antonie CA Dake. Bukan hanya
sekadar mengatakan bahwa Bung Karno biang yang sebenarnya dari apa yang terjadi pada
paruh akhir 1965, Dake juga menuding bahwa sang proklamator secara langsung harus
memikul tanggung jawab atas pembunuhan enam jenderal dan secara tidak langsung untuk
pembantaian antara komunis dan bukan komunis yang berlangsung kemudian.
Tuduhan Dake itu didasarkan pada hasil pemeriksaan ajudan Presiden Soekarno, Bambang
Widjanarko, oleh Teperpu (Team Pemeriksa Pusat) Kopkamtib yang mengungkapkan bahwa
tanggal 4 Agustus 1965 Bung Karno memanggil Brigjen Sabur dan Letkol Untung ke kamar
tidurnya dan menanyakan apakah mereka bersedia menerima perintah yang akan mencakup
tindakan terhadap para jenderal yang tidak loyal. Untung menyatakan kesediaannya.
Keterangan Bambang Widjanarko itu yang dijadikan alasan Dake untuk menyimpulkan
bahwa Soekarno bertanggung jawab secara langsung atas pembunuhan enam jenderal.
Dokumen Widjanarko itu sangat lemah dari sudut metodologi sejarah. Sebab, beberapa
tahun setelah itu, ketika mendiskusikan buku Sewindu Bersama Bung Karno, Widjanarko
mengakui bahwa dia mengalami siksaan selama ditahan dan pengakuan tersebut diberikan
secara paksa.
Pengakuan Widjanarko itu diterbitkan dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris dengan kata
pengantar dari Antonie Dake tahun 1974 di Belanda dengan judul The Devious Dalang. Yang
menarik, Dake mengaku menerima laporan pemeriksaan itu di hotelnya di Jakarta melalui
pos dengan tanpa alamat pengirim. Siapa yang mengirim dokumen itu?
Orang dekat Nasution
Dalam buku Lambert Giebels, Pembantaian yang Ditutup-tutupi, Peristiwa Fatal di Sekitar
Kejatuhan Bung Karno (2005 hal 151) disebutkan, Hampir pasti bahwa seseorang yang dekat
dengan Nasution yang menaruh bungkusan itu dalam kotak surat hotel. Mengapa Giebels
berkesimpulan demikian? Tahun 1972 dalam sebuah acara televisi Nasution menuduh Bung
Karno terlibat dalam kup Gestapu dengan menunjuk kepada interogasi Widjanarko. Kalau
interogasi tersebut dianggap palsu atau telah diolah, maka Giebels lagi-lagi menuduh bahwa
itu berasal dari Nasution (hal 152).
Buku Lambert Giebels itu bukan saja mendukung tesis keterlibatan Soekarno dalam G30S,
tetapi juga mengungkapkan hal- hal yang bersifat pribadi. Mengenai istri beliau yang lebih
dari satu, itu sudah diketahui umum. Tetapi, Giebels juga menuduh bahwa dalam kunjungan
ke Sumatera Selatan tahun 1963, disediakan gadis-gadis berumur 16-17 tahun untuk
melayani Presiden sewaktu makan dan harus siap bila bapak presiden masih mempunyai
kebutuhan-kebutuhan lain (hal 42). Lambert tidak segan mengutip majalah gosip Jerman,
Aktuell, yang menulis, Presiden Indonesia telah mengajak empat pramugari ke konferensi di
Beograd dan untuk masing-masing disediakan apartemen di Hotel Metropole.
Sebelumnya terbit buku Victor Miroslav Fic yang menulis buku Kudeta 1 Oktober 1965,
Sebuah Studi Tentang Konspirasi. Penulisnya adalah profesor emeritus ilmu politik pada
Brock University, Kanada, yang berasal dari Cekoslovakia. Fic dua kali datang ke Indonesia
dengan difasilitasi Nugroho Notosusanto tahun 1968 dan 1971. Ia memperoleh banyak
dokumen antara lain dari Letkol Djiwo Soegondo dari Teperpu Kopkamtib. Tahun 1996-1997
ia menjadi visiting fellow di CSIS Jakarta untuk merampungkan buku yang telah dimulai
lebih dari 30 tahun sebelumnya. Buku tersebut bertujuan menjelaskan ancaman paling
serius dari pemberontakan PKI terhadap pluralisme yang telah berkembang di Nusantara
sejak dahulu kala. Buku yang kontroversial ini diluncurkan di Jakarta 30 September 2005
dengan pembahas Prof Taufik Abdullah yang memuji karya tersebut.
Menurut Fic, 1) Mao yang memerintahkan Aidit tanggal 5 Agustus di Beijing untuk
melakukan kup; dan 2) Aidit membicarakan perintah Mao itu dengan Soekarno di Istana
Bogor tanggal 8 Agustus 1965; 3) Soekarno setuju dengan usul Aidit dia akan membiarkan
PKI mengambil alih kekuasaan negara. Setelah Aidit diangkat menjadi Perdana Menteri
dengan kabinet mayoritas PKI, maka Soekarno akan beristirahat di Danau Angsa di China.
Tiga klaim Victor Fic ini luar biasa. Namun persoalannya, mana dokumen atau arsip yang
mendukung pernyataan itu. Apakah mungkin Mao memerintah Aidit? Bagaimana mungkin
Soekarno dengan sukarela melepaskan kursi presiden, untuk apa?
Soehartoisasi
Apa yang ditampilkan hari- hari ini merupakan pengulangan dari de-Soekarnoisasi (jilid
satu) yang telah dimulai pasca-G30S/ 1965. Kelihatan makin sistematis sejak tahun 1970
dengan pelarangan peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 1970 dan penerbitan leaflet
Nugroho Notosusanto tentang lahirnya Pancasila. Bukan Bung Karno yang pertama
berpidato, tetapi didahului oleh M Yamin dan Supomo. Pada saat yang sama diangkat
kehebatan Soeharto dalam kasus Serangan Umum 1 Maret 1949 dengan mendirikan dua
monumen peringatan. Belum lagi beberapa film untuk menonjolkan Soeharto, seperti
Pengkhianatan G30S dan Janur Kuning.
Yang menarik adalah upaya de-Soekarnoisasi belakangan ini seakan seiring dengan
Soehartoisasi, yaitu memulihkan nama baik Soeharto seperti yang berkembang dalam
Rapimnas Partai Golkar minggu lalu. Apakah ini suatu kebetulan atau memang sebuah
rekayasa?
* Penulis: Asvi Warman Adam Ahli Peneliti Utama LIPI, Harian Kompas 3 Desembar 2005
G30S CHILI KONGKRIT LURUSKAN SEJARAHNYA!
Pemerintah Indonesia yang silih berganti, mulai dari Presiden Habibie, pemerintah Presiden
Abdurrahman Wahid, sampai pemerintah Presiden Megawati Sukarnoputri, belum
mengakui kesalahan negara di waktu yl. (tentang G30S). Bagaimana dengan pemerintah
Presiden SBY sekarang ini. Di sinilah perlunya dengan rendah hati belajar dari Chili,
pertama-tama mengakui kesalahan negara di waktu y.l. Kemudian rehabilitasi dan
kompensasi para korban tsb. Dengan demikian merintis jalan ke pelurusan sejarah, mencari
kebenaran dan rekonsiliasi nasional.
Kekuatan utama dan paling konsisten di Chili adalah gerakan rakyat yang luas untuk
demokrasi dan kebebasan, yang dilakukan oleh rakyat Chili di bawah mendiang Presiden
Salvador Gossen Allende (pemimpin Partai Sosialis Chili), yang dibunuh oleh tentara Chili di
bawah Jendral Pinochet, ketika tentara Chili dengan bantuan dan keterlibatan CIA/AS
mengadakan perebutan kekuasaan negara (September 1973).
Dewasa ini di saat banyak dibicarakan mengenai Rekonsiliasi atas dasar Kebenaran serta
kaitannya dengan pelurusan sejarah. Telah pula dilakukan usaha sementara organisasi dan
tokoh masyarakat untuk menarik pelajaran dari Chili dan Afrika Selatan misalnya.
Maka: Sekadar supaya ingat kembali: Pemerintah dan pers AS, yang berusaha menutupi
keterlibatan CIA dalam coup Jendral Pinnochet tsb.,tidak beda dengan sikapnya terhadap
coup Jendral Suharto terhadap Presiden Sukarno dan keterlibatan CIA. Namun, lama-lama
terbongkar juga yang hendak ditutup-tutupi itu. Pada tahun 1974 Michael J. Jarrington (DMA) membocorkan bagian-bagian dari kesaksian rahasia William Colby di muka Congres
AS. Kita juga masih ingat, pada penghujung tahun 1975 Komite Senat yg dikepalai oleh
Frank Church mengeluarkan laporan mengenai Aksi Rahasia di Chili, 1963-1973.
Kemudian dalam tahun 1982 Hollywood membuat film yang menggemparkan dunia politik
dan perfileman, berjudul Missing. Film itu disutradarai oleh Costa Gravas, dibintangi oleh
Jack Lemon dan Sissy Spacek. Film itu menuturkan secara dramatis tentang nasib Charles
Horman, seorang jurnalis free-lance AS berumur 30 th, yang ditahan fihak militer Chili,
kemudian dieksekusi. Satu-satunya penyebab ia dieksekusi: Karena Horman memiliki
bahan-bahan mengenai coup Jendral Pinnochet dan kekejaman-kekajamn pelanggaran
HAM luar biasa yang dilakukan tentara terhadap pengikut-pengikut Allende dan rakyat yang
berlawan terhadapnya.
BREAKING NEWS Berita ini disiarkan pers mancanegara hari ini a.l. oleh BBC, CNN,
Reuter, Herald Tribune, atau dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai: berita
penjebolan/kejutan, ialah tentang tindak politik Presiden terpilih Chili, Ricardo Lagos, yang
menjebol dan merupakan kejutan, terutama bagi pelanggar HAM di mana saja mereka
berada. Yang disebut breaking news itu ialah tawaran Presiden Lagos untuk memberikan
pensiun seumur hidup (kira-kira US$ 185 seorang sebulannya) kepada 28.000 rakyat Chili,
korban penyiksaan oleh agen-agen pemerintah militer Jendral Pinochet. Presiden Lagos
menekankan bahwa sesungguhnya apapaun tidak memadai untuk menebus penderitaan
para korban penyiksaan militer dan polisi. Kebijaksanaan Presiden Ricardo Lagos dari Chili
ini betul-betul merupakan langkah penting dan kongkrit ke arah pelurusan sejarah,
menemukan kebenaran dan rekonsiliasi nasional di Chili.
Kebijaksanaan Presiden Lagos ini keluar bersamaan dengan diumumkannya sebuah laporan
resmi mengenai penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh pemerintah antara tahun
1973 1990, yaitu semasa pemerintah Jendral Pinochet. Presiden Lagos menyatakan bahwa
laporan yang didasasrkan atas kesaksian korban-korban yang masih hidup, membuktikan
bahwa PENYIKSAAN ADALAH POLITIK NEGARA ketika itu. Korban penyiksaan itu
mencakup 3.400 wanita dan bahkan anak-anak. Penyiksaan yang dilakukan agen-agen
tentara dan polisi itu meliputi penenggelaman (kepala sang korban) dalam air, pelistrikan
dan pemukulan berulang-ulang. Laporan tsb juga mengungkapkan bahwa banyak tindakan
pelanggaran tsb dilakukan oleh tentara dan polisi Chili. Bahwa 12% dari korban yang disiksa
itu terdiri dari perempuan dan anak-anak. Dari jumlah anak-anak yang ditahan, 88 adalah
anak-anak berumur 12 tahun kebawah. Mereka diambil dari rumah-rumahnya pada malam
hari, diangkut dengan truk, kemudian dijebloskan di lebih dari 800 tempat-tempat tahanan
dan penjara.
Presiden Lagos menyatakan bahwa: Laporan tsb membuat kita harus menghadapi
kenyataan politik yang tidak bisa dihindarkan, bahwa penahanan politik dan penyiksaan
merupakan praktek yang inkonstitusionil oleh negara, yang sepenuhnya tidak bisa diterima
dan asing bagi tradisi sejarah Chili. Diungkapkan oleh Lagos bahwa banyak dari korban
melakoni penderitaan tanpa buka mulut. Namun, akhirnya mereka tampil ke depan
menuturkan ceritera penderitaan mereka. Seperti diketahui kompensasi yang diberikan
negara kepada para korban tsb adalah tindakan terbaru dari banyak kebijaksanaan yang
sudah diambil sebelumnya oleh tiga pemerintahan koalisi tengah-kiri di Chili, untuk
mengkoreksi pelanggaran HAM di bawah pemerintah militer Jendral Augusto Pincochet.
Chili sudah memberikan semacam ganti-rugi keuangan kepada para keluarga yang dibunuh
atau hilang, dan para korban yang dipaksa untuk menjadi orang buangan, selama periode
kediktatoran Jendral Pinochet. Presiden Lagos menekankan bahwa negara harus
Teknik) di Istora Senayan, Presiden tidak bermalam di Istana, tetapi di rumah Ny Sari Dewi
di Jalan Gatot Subroto. Pagi harinya, 1 Oktober sekitar pukul 06.00, Presiden bermaksud
kembali ke Istana setelah minta pertimbangan dari pengawal dan mendapat laporan singkat
mengenai peristiwa pagi itu.
Keempat, pada 30 September 1965 Presiden memanggil Jenderal Yani untuk menghadap
pada 1 Oktober 1965. Rencananya akan membahas lagi tentang keberadaan Dewan Jenderal.
Dake menulis (dalam Sukarno File), penciutan staf Kedubes AS di Jakarta sebagai salah satu
bukti ketidakterlibatan Washington. Itu keliru. Pengurangan staf Kedubes AS sengaja
dilakukan dengan tujuan agar kekuatan antikomunis dan kaum ekstremis lain di Indonesia
free to handle a confrontation, which they believe will come, without the incubus of being
attacked as defenders of the neo-colonialists and imperialists (surat Dubes AS, Ellsworth
Bunker kepada Presiden Lyndon B Johnson). Meski ada penciutan staf kedubes, Bunker
menasihati Presiden Johnson agar Washington tetap aktif melakukan kontak rahasia dengan
constructive elements of strength in Indonesia.
Lashmar dan Oliver dalam Britain Secret Propaganda War (1987) menulis, pada 1962
Presiden John F Kennedy dan PM Inggris Harold Macmillan mengadakan kesepakatan
rahasia bahwa Soekarno harus dilikuidasi (baca: disingkirkan) karena dinilai telah
mengancam stabilitas Asia Tenggara, selain telah membawa Indonesia ke gerbang
komunisme. Namun, menurut Lashmar dan Oliver, secara fisik kedua negara Barat itu tidak
berperan nyata dalam G30S. Yang digulirkan AS dan Inggris, bersama Malaysia dan
Selandia Baru, adalah perang propaganda untuk memperlemah kekuasaan Soekarno,
memperkuat anasir-anasir kekuatan militer pro-Barat dan memisahkan rakyat Indonesia
dari PKI. Isu-isu Dewan Jenderal, rencana AD menggulingkan kekuasaan Soekarno, sakitnya
Presiden Soekarno serta Dokumen Gilchrist, semua itu, menurut Lashmar dan Oliver, tidak
lebih hasil gemilang propaganda dan perang urat saraf negara-negara Barat, khususnya
dinas intelijen M-16 dari Inggris.
Artikel singkat Prof Benedict R Anderson dan Ruth McVey, What Happened in Indonesia?
(1978), menarik dicermati. Ia pun menggugat sangkaan keterlibatan Bung Karno. Semua
orang tahu, Aidit Ketua Umum PKI amat dekat dengan Soekarno. Semua orang tahu jika PKI
meyakini AD akan melancarkan kudeta, terutama karena mengkhawatirkan keadaan negara
jika Soekarno wafat.
Dari hasil Mahmilub atas diri Syam diketahui, sekitar pertengahan Agustus 1965 rapat
pimpinan PKI menyimpulkan, PKI harus mendahulukan rencana kudeta AD.
Pertanyaannya, tulis Anderson dan McVey, mengapa Aidit tidak mampu meyakinkan
Soekarno bahwa kudeta AD pasti tak terhindarkan? Jika Soekarno terlibat G30S, mengapa ia
tidak menggunakan kekuasaan besarnya atau menggerakkan dukungan populer rakyat
Indonesia?
Hampir pasti, Soekarno tahu bakal ada aksi penculikan jenderal-jenderal oleh para perwira
revolusioner. Tetapi, fakta ini tidak bisa dijadikan bukti keterlibatan Soekarno, apalagi
mendalangi tragedi berdarah. Mengapa? Soekarno sebenarnya masih tidak yakin tentang
keberadaan Dewan Revolusi yang dijadikan alasan utama PKI dan perwira-perwira
revolusioner melancarkan semacam preemptive strike.
Peristiwa G30S masih diliputi misteri yang belum terungkap, mungkin amat sulit diungkap
sampai kapan pun. Maka, tidaklah bijak juga dalam situasi penuh kabut diambil satu atau
dua konklusi definitif.
* Penulis: Tjipta Lesmana Pengajar Universitas Pelita Harapan, Harian Kompas 3 Desembar
2005
P O S T E D B Y A N A L I S K E B U D A YA A N AT 7 : 0 3 P M 8 C O M M E N T S
S A T U R D A Y, N O V E M B E R 1 9 , 2 0 0 5
PENGANTAR
PARA PEMBACA YANG BUDIMAN,
Terima kasih atas kunjungan anda. debat dan diskusi yang: rasional, dewasa, jauh dari
emosional dan menang2an, akan sangat mencerdaskan kita semua. Bila anda ingin
menuliskan tanggapan, silahkan menulis email ke kbdyn@yahoo.com. Kami juga
menghimbau anda yang cerdas dan bijaksana mau menulis di internet untuk sumbang saran
bagi kemajuan bangsa indonesia yang terus menerus mengalami krisis. Budaya tepo
sliro/KKN telah menghambat kedalaman pemberitaan disurat kabar, hal ini tidak terjadi
dengan internet. Berita di tv, radio dan koran sekedar bagaikan gunung es yang mengapung,
tak pernah mengupas secara: tuntas, investigatip, dan dalam analisisnya. Dominasi regim
ORBA beserta bablasannya terhadap mass media dan ketakutan akan kekerasan juga
berpengaruh. Sebagai contoh: Sydney Jones diusir (karena keterbukaan dan kedalaman
analisisnya), Munir dihabisin, Jeffry Winters pernah dikerjain di Yogya (dipukuli preman),
dan Tempo dikerjain oleh Tommy Winata. Budaya jurnalism di Indonesia sangat
menguntungkan bagi para pelaku kejahatan besar, mereka nyaris tak pernah terungkap
(kasus Pertamina, kasus rekening polisi, dst.)! Beda dengan di negara maju: good news is
bad news; jadi setiap peristiwa yang buruk pasti di investigasi sampai detail; sang pelaku
bisa habis riwayat kariernya, atau bahkan bunuh diri saking malu (misal di Jepang:
harakiri)! Internet, yang bebas dan sulit dikontrol, adalah senjata yang sangat ampuh bagi
pencerdasan bangsa, dan sangat ditakuti oleh oknum pejabat bahkan pemerintah (yang
ditaktor). Perlu diketahui, regim Soeharto/militer juga dijatuhkan oleh USA dengan salah
satu cara melalui internet (Apakabar net asuhan John McDougall). Isi web site ini
merupakan sumbangan pemikiran masyarakat cerdik-pandai-bijak dari mana saja, terutama
dari kota gudeg, Yogyakarta. Terima kasih, mohon
situs:http://diskusikebudayaan3.blogspot.com/ danhttp://analisakebudayaan.blogspot.com
/ dipopulerkan. Akhir kata, selamat membaca dan menanggapi.
Hormat kami,
Para pengasuh - manusia Yogyawan
Biasa berdiskusi berat sambil lesehan di Malioboro
////////////
ALASAN MENGAPA WEB BLOG INI DIBUAT
Mengapa web blog ni dibuat?
Karena para pengasuhnya, (yang rata-rata berpendidikan tinggi: minimal S1, beberapa S2
dan S3, dan sudah berusia diatas 45 tahun, serta ada yang sudah pensiun), merasa sedih,
prihatin, dan kecewa atas:
- perilaku sementara agamawan yang membelenggu, membatasi dan memenjarakan Tuhan
Yang Maka Kuasa dan Maha Tak Terbatas menjadi hanya sebatas buku kitab suci agama
masing2 yang mengandung bias dan justru sangat terbatas. Cara pandang ini harus dianggap
kesalahan terbesar bahkan dosa terbesar kaum agamawan terhadap Tuhan.
- perilaku sementara agamawan dan umat beragama yang penuh hipokrisi dan munafik.
- mengajak bangsa Indonesia untuk tetap mencintai Tuhan dan memandang bahwa Tuhan
YME itu: bijaksana, demokratis, tidak SARA, tidak beragama, dan tidak akan pernah selesai
untuk dipelajari, serta tidak mungkin hanya dapat dijelaskan dengan beberapa nabi lama
(yang hidup ribuan tahun yang lalu) saja,
- mengajak para pemimpin agama untuk berani mengajarkan kepada umatnya akan
keterbatasan kitab suci dan kemungkinan penyalah gunaan agama untuk hal-hal yang
negatip, terutama politik.
- mudahnya bangsa Indonesia dipermainkan dan dipermalukan oleh bangsa lain dan bangsa
sendiri (terutama oknum pejabat pusat di Jakarta).
- mengingat berbagai krisis, terutama krisis kebudayaan, yang sedang dialami bangsa
Indonesia.
- memberikan alternatip mass media (internet) yang bebas-merdeka yang dapat dipakai
untuk meningkatkan EQ bangsa, serta membebaskan masyarakat dari kungkungan
informasi yang masih didominasi oleh regim ORBA dan bablasannya yang kandungan
informasinya sering bersifat membodohi, tidak dalam, tidak ivestigatip, dan justru
memanipulasi dan menina bobokan bangsa.
- diskusi dan debat yang berbobot, dewasa dan rasional, tanpa disertai sumpah serapah dan
ancaman phisik, adalah sangat bermanfaat bagi EQ manusia.
- diskusi dan debat lintas SARA adalah wajib dilaksanakan untuk menghilangkan
kedangkalan dan salah paham; diskusi dan debat yang hanya satu
kelompok/golongan/agama seringkali hanya akan menambah kecurigaan atau membuat
stigmatisasi atas kelompok yang lain.
Demikian penjelasan kami atas berbagai email yang masuk, terima kasih atas perhatian dan
kerjasama anda. Mohon tanggapan anda.
P O S T E D B Y A N A L I S K E B U D A YA A N AT 1 : 5 7 A M
Konpirasi Jahat Soeharto, CIA, dan Mafia UI Dalam Menghabisi Bung Karno
Terjerat Kekuatan Barat
Keterlibatan AS dalam kupdeta militer yang merangkap di tahun 1965 di Indonesia sudah
banyak ditulis. Bung Karno (BK) yang mempunyai visi jauh kedepan sudah menetapkan
bahwa Indonesia adalah non blok, mandiri (berdikari), dan tidak mau tergantung pada
utang luar negeri (Go to hell with your aids!). Sayang sekali, Soeharto dkk. melakukan
konspirasi dengan USA (via CIA) menusuk bangsanya sendiri. Negara-negara sahabat Bung
Karno, sperti RRC dan India, yang mempunyai prinsip serupa dengan BK dan tidak
mempunyai pengkianat negara semacam Soeharto Cs., saat ini sudah menjadi bangsa yang
sehat, normal, bahkan adidaya! Presiden SBY baru-baru ini terpaksa mengulangi langkah BK
lagi dengan mengunjungi RRC dan India.
Dalam buku yang ditulis John Pilger dan yang juga ada film dokumenternya, dengan judul
The New Rulers of the World, antara lain, dikatakan: Dalam dunia ini, yang tidak dilihat
oleh bagian terbesar dari kami yang hidup di belahan utara dunia, cara perampokan yang
canggih telah memaksa lebih dari sembilan puluh negara masuk ke dalam program
penyesuaian struktural sejak tahun delapan puluhan, yang membuat kesenjangan antara
kaya dan miskin semakin menjadi lebar.
Ini terkenal dengan istilah nation building dan good governance oleh "empat serangkai"
yang mendominasi World Trade Organisation (Amerika Serikat, Eropa, Canada, dan
Jepang), dan triumvirat Washington (Bank Dunia, IMF, dan Departemen Keuangan AS).
Mereka mengendalikan setiap aspek detail dari kebijakan pemerintah di negara-negara
berkembang. Kekuasaan mereka diperoleh dari utang yang belum terbayar, yang memaksa
negara-negara termiskin membayar USD 100 juta per hari kepada para kreditor Barat.
Akibatnya adalah sebuah dunia yang elitenya -dengan jumlah lebih sedikit dari satu miliar
orang- menguasai 80 persen kekayaan seluruh umat manusia."
Itu ditulis oleh John Pilger, seorang wartawan Australia yang bermukim di London, yang
tidak saya kenal. Antara John Pilger dan saya, tidak pernah ada komunikasi. Namun, ada
beberapa kata yang saya rasakan berlaku untuk bangsa Indonesia dan yang relevan dengan
yang baru saya kemukakan. Kalimat John Pilger itu begini: "Their power derives largely
from an unrepayable debt that forces the poorest countres..." dan seterusnya. Dalam hal
Indonesia, keuangan negara sudah bangkrut pada 1967. Paling tidak, demikianlah yang
digambarkan oleh para teknokrat ekonom Orde Baru yang dipercaya oleh Presiden Soeharto
untuk memegang tampuk pimpinan dalam bidang perekonomian. Maka, dalam buku John
Pilger tersebut, antara lain, juga dikemukakan sebagai berikut:
(Saya kutip halaman 37) "Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya hadiah
terbesar, hasil tangkapannya dibagi. The Time-Life Corporation mensponsori konferensi
istimewa di Jenewa yang dalam waktu tiga hari merancang pengambilalihan Indonesia. Para
pesertanya meliputi para kapitalis yang paling berkuasa di dunia, orang-orang seperti David
Rockefeller. Semua raksasa korporasi Barat diwakili: perusahaan-perusahaan minyak dan
bank, General Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American
Tobacco, American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation, US
Steel. Di seberang meja adalah orang-orangnya Soeharto yang oleh Rockefeller disebut
"ekonoom-ekonoom Indonesia yang top".
"Di Jenewa, Tim Indonesia terkenal dengan sebutan the Berkeley Mafia (kebanyakan dosen
UI), karena beberapa di antaranya pernah menikmati beasiswa dari pemerintah Amerika
Serikat untuk belajar di Universitas California di Berkeley. Mereka datang sebagai pemintaminta yang menyuarakan hal-hal yang diinginkan oleh para majikan yang hadir.
Menyodorkan butir-butir yang dijual dari negara dan bangsanya, mereka menawarkan :
buruh murah yang melimpah cadangan besar dari sumber daya alam pasar yang besar."
Di halaman 39 ditulis: "Pada hari kedua, ekonomi Indonesia telah dibagi, sektor demi
sektor. Ini dilakukan dengan cara yang spektakuler kata Jeffry Winters, guru besar pada
Northwestern University, Chicago, yang dengan mahasiwanya yang sedang bekerja untuk
gelar doktornya, Brad Sampson, telah mempelajari dokumen-dokumen konferensi. Mereka
membaginya ke dalam lima seksi: pertambangan di satu kamar, jasa-jasa di kamar lain,
industri ringan di kamar lain, perbankan dan keuangan di kamar lain lagi; yang dilakukan
oleh Chase Manhattan duduk dengan sebuah delegasi yang mendiktekan kebijakankebijakan yang dapat diterima oleh mereka dan para investor lainnya. Kita saksikan para
pemimpin korporasi besar ini berkeliling dari satu meja ke meja yang lain, mengatakan: ini
yang kami inginkan: ini, ini, dan ini, dan mereka pada dasarnya merancang infrastruktur
hukum untuk berinvestasi di Indonesia.
Saya tidak pernah mendengar situasi seperti itu sebelumnya, di mana modal global duduk
dengan para wakil dari negara yang diasumsikan sebagai negara berdaulat dan merancang
persyaratan buat masuknya investasi mereka ke dalam negaranya sendiri.
Freeport mendapatkan bukit (mountain) dengan tembaga di Papua Barat (Henry Kissinger
duduk dalam board). Sebuah konsorsium Eropa mendapat nikel Papua Barat. Sang raksasa
Alcoa mendapat bagian terbesar dari bauksit Indonesia. Sekelompok perusahaanperusahaan Amerika, Jepang, dan Prancis mendapat hutan-hutan tropis di Sumatera, Papua
Barat, dan Kalimantan. Sebuah undang-undang tentang penanaman modal asing yang
dengan buru-buru disodorkan kepada Soeharto membuat perampokan ini bebas pajak untuk
lima tahun lamanya. Nyata dan secara rahasia, kendali ekonomi Indonesia pergi ke Inter
Governmental Group on Indonesia (IGGI), yang anggota-anggota intinya adalah Amerika
Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan, yang terpenting, Dana Moneter Internasional dan
Bank Dunia. Sekali lagi, semuanya itu tadi kalimat-kalimatnya John Pilger yang tidak saya
kenal.
Kalau kita percaya John Pilger, Brad Sampson, dan Jeffry Winters, sejak 1967 Indonesia
sudah mulai dihabisi (plundered) dengan tuntunan oleh para elite bangsa Indonesia sendiri
yang ketika itu berkuasa.
Sejak itu, Indonesia dikepung oleh kekuatan Barat yang terorganisasi dengan sangat rapi.
Instrumen utamanya adalah pemberian utang terus-menerus sehingga utang luar negeri
semakin lama semakin besar. Dengan sendirinya, beban pembayaran cicilan utang pokok
dan bunganya semakin lama semakin berat. Kita menjadi semakin tergantung pada utang
luar negeri. Ketergantungan inilah yang dijadikan leverage atau kekuatan untuk mendikte
semua kebijakan pemerintah Indonesia. Tidak saja dalam bentuk ekonomi dan keuangan,
tetapi jauh lebih luas dari itu. Utang luar negeri kepada Indonesia diberikan secara
sistematis, berkesinambungan, dan terorganisasi secara sangat rapi dengan sikap yang keras
serta persyaratan-persyaratan yang berat. Sebagai negara pemberi utang, mereka tidak
sendiri-sendiri, tetapi menyatukan diri dalam organisasi yang disebut CGI.
Negara-negara yang sama sebagai pemberi penundaan pembayaran cicilan utang pokok dan
bunganya yang jatuh tempo menyatukan diri dalam organisasi yang bernama Paris Club.
Pemerintah Indonesia ditekan oleh semua kreditor yang memberikan pinjaman kepada
swasta Indonesia supaya pemerintah menekan para kreditor swasta itu membayar tepat
waktu dalam satu klub lagi yang bernama London Club. Secara kolektif, tanpa dapat dikenali
negara per negara, utang diberikan oleh lembaga multilateral yang bernama Bank Dunia,
Bank Pembangunan Asia. Pengatur dan pemimpin kesemuanya itu adalah IMF. Jadi,
kesemuanya itu tidak ada bedanya dengan kartel internasional yang sudah berhasil
membuat Indonesia sebagai pengutang yang terseok-seok.
Sejak itu, utang diberikan terus sampai hari ini. Dalam krisis di tahun 1997, Indonesia
sebagai anggota IMF menggunakan haknya untuk memperoleh bantuan. Ternyata, ada
aturan ketat untuk bantuan itu. Bantuan uang tidak ada, hanya dapat dipakai dengan
persyaratan yang dibuat demikian rupa, sehingga praktis tidak akan pernah terpakai.
Dengan dipegangnya pinjaman dari IMF sebagai show case, IMF mendikte kebijakankebijakan pemerintah Indonesia, yang dengan segala senang hati dipenuhi oleh para menteri
ekonomi Indonesia, karena mereka orang-orang pilihan yang dijadikan kroni dan
kompradornya.
Maka, dalam ikatan EFF itulah, pemerintah dipaksa menerbitan surat utang dalam jumlah
Rp 430 triliun untuk mem-bail out para pemilik bank yang menggelapkan uang masyarakat
yang dipercayakan pada bank-bank mereka. Mereka tidak dihukum, sebaliknya justru
dibuatkan perjanjian perdata bernama MSAA yang harus dapat meniadakan pelanggaran
pidana menurut undang-undang perbankan. Dalam perjanjian perdata itu, asalkan
penggelap uang rakyat yang diganti oleh pemerintah itu dapat mengembalikan dalam bentuk
aset yang nilainya sekitar 15 persen, dianggap masalahnya sudah selesai, diberikan release
and discharge.
Lima tahun lamanya, yaitu untuk tahun 1999 sampai dengan tahun 2003, pembayaran utang
luar negeri yang sudah jatuh tempo ditunda. Namun, mulai tahun 2004, utang yang jatuh
tempo beserta bunganya harus dibayar sepenuhnya. Pertimbangannya tidak karena
keuangan negara sudah lebih kuat, tetapi karena sudah tidak lagi menjalankan program IMF
dalam bentuk yang paling keras dan ketat, yaitu EFF atau LoI.
Setelah keuangan negara dibuat bangkrut, Indonesia diberi pinjaman yang tidak boleh
dipakai sebelum cadangan devisanya sendiri habis total. Pinjaman diberikan setiap
pemerintah menyelesaikan program yang didiktekan oleh IMF dalam bentuk LoI demi LoI.
Kalau setiap pelaksanaan LoI dinilai baik, pinjaman sebesar rata-rata USD 400 juta
diberikan. Pinjaman ini menumpuk sampai jumlah USD 9 miliar, tiga kali lipat melampaui
kuota Indonesia sebesar USD 3 miliar. Karena saldo pinjaman dari IMF melampaui kuota,
Indonesia dikenai program pemandoran yang dinamakan Post Program Monitoring.
Mengapa Indonesia tidak mengembalikan saja yang USD 6 miliar supaya saldo menjadi USD
3 miliar sesuai kuota agar terlepas dari post program monitoring. Berkali-kali saya
mengusulkan dalam sidang kabinet agar seluruh saldo utang sebesar USD 9 miliar
dikembalikan. Alasannya, kita harus membayar, sedangkan uang ini tidak boleh dipakai
sebelum cadangan devisa milik sendiri habis total. Cadangan devisa kita ketika itu sudah
mencapai USD 25 miliar, sedangkan selama Orde Baru hanya sekitar USD 14 miliar. Yang
USD 9 miliar itu harus dicicil sesuai jadwal yang ditentukan oleh IMF. Skemanya diatur
sedemikian rupa sehingga pada akhir 2007 saldonya tinggal USD 3 miliar. Ketika itulah,
baru program pemandoran dilepas. Alasannya kalau yang USD 9 miliar dibayarkan
sekarang, cadangan devisa kita akan merosot dari USD 34 miliar menjadi USD 25 miliar.
Saya mengatakan, kalau yang USD 9 miliar dibayarkan, cadangan devisa kita meningkat dari
USD 14 miliar menjadi USD 25 miliar. Toh pendapat saya dianggap angin lalu sampai hari
ini.
Mari sekarang kita bayangkan, seandainya cadangan devisa kita habis pada akhir 2007.
Ketika itu, utang dari IMF tinggal USD 3 miliar sesuai kuota. Barulah ketika itu utang dari
IMF boleh dipakai. Olehnya secara implisit dianggap bahwa ini lebih kredibel, yaitu
mengumumkan bahwa cadangan devisa tinggal USD 3 miliar yang berasal dari utang IMF.
Kalau seluruh utang yang USD 9 miliar dibayar kembali karena sudah mempunyai cadangan
devisa sendiri sebesar USD 25 miliar dikatakan bahwa Indonesia tidak akan kredibel karena
cadangan devisa merosot dari USD 34 miliar menjadi USD 25 miliar.
Jelas sekali sangat tidak logisnya kita dipaksa untuk memegang utang dari IMF dengan
pengenaan bunga yang tinggi, sekitar 4 persen setahun, tanpa boleh dipakai. Jelas sekali
bahwa Indonesia dipaksa berutang yang jumlahnya melampaui kuota yang sama sekali tidak
kita butuhkan. Tujuannya hanya supaya Indonesia dikenai pemandoran yang bernama post
program monitoring. Jelas ini hanya mungkin dengan dukungan dan kerja sama dari kronikroninya Kartel IMF.
Mengapa kami dan teman-teman yang sepikiran dan sepaham dikalahkan terus-menerus?
Mengapa pikiran yang tidak masuk akal seabsurd itu dipertahankan? Sebab, para menteri
ekonomi yang ada dalam kabinet dan otoritas moneter sedikit pun tidak menanggapinya.
Memberikan komentar pun tidak mau. Mengapa? Sebab, perang modern yang menggunakan
seluruh sektor ekonomi sebagai senjata, terutama sektor moneternya, membutuhkan kroni
atau komprador bangsa Indonesia sendiri yang mutlak mengabdi pada kepentingan agresor.
Kalau kita percaya pada Brad Sampson, Jeffrey Winters, dan John Pilger, dan kita
perhatikan serta ikuti terus sikap satu kelompok tertentu, kiranya jelas bahwa kelompok
pakar ekonomi yang dijuluki "the Berkeley Mafia" adalah kelompok kroni dalam bidang
ekonomi dan keuangan. Lahirnya kelompok tersebut telah dikemukakan dalam studi Brad
Sampson yang tadi saya kutip. Pengamatan saya sendiri juga membenarkan bahwa
kelompok itu menempatkan dan memfungsikan diri sebagai kroni kekuatan asing.
Yang paling akhir menjadi kontroversi adalah sikap beberapa menteri dalam Kabinet
Indonesia Bersatu terhadap uluran tangan spontan dari beberapa kepala pemerintahan
beberapa negara Eropa penting berkenaan dengan bencana tsunami. Baru kemarin media
massa penuh dengan komentar minor mengapa tim ekonomi pemerintah utang lagi dalam
jumlah besar sehingga jumlah stok utang luar negeri keseluruhannya bertambah? Ini sangat
bertentangan dengan yang dikatakan selama kampanye presiden dan juga dikatakan oleh
para menteri ekonomi sendiri bahwa stok utang akan dikurangi. Berdasar pengalaman, saya
yakin bahwa kartel IMF yang memaksa kita berutang dalam jumlah besar supaya dapat
membayar utang yang jatuh tempo. Buat mereka, yang terpenting memperoleh pendapatan
bunga dan mengendalikan Indonesia dengan menggunakan utang luar negeri yang sulit
dibayar kembali.
Mafia Berkeley
Mafia Berkeley adalah Organisasi Tanpa Bentuk (OTB). Mereka mempunyai atau
menciptakan keturunan-keturunan. Para pendirinya memang sudah sepuh, yaitu Prof
Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Emil Salim, Soebroto, Moh. Sadli, J.B. Soemarlin,
Adrianus Mooy, dan masih sangat banyak lagi. Yang sekarang dominan adalah Sri Mulyani,
Moh. Ikhsan, Chatib Basri, dan masih banyak lagi. Mereka tersebar pada seluruh
departemen dan menduduki jabatan eselon I dan II, sampai kepala biro.
Ciri kelompok itu ialah masuk ke dalam kabinet tanpa peduli siapa presidennya. Mereka
mendesakkan diri dengan bantuan kekuatan agresor. Kalau kita ingat, sejak akhir era Orde
Lama, Emil Salim sudah anggota penting dari KOTOE dan Widjojo Nitisastro sudah
sekretaris Perdana Menteri Djuanda. Widjojo akhirnya menjabat sebagai ketua Bappenas
dan bermarkas di sana. Setelah itu, presiden berganti beberapa kali. Yang "kecolongan" tidak
masuk ke dalam kabinet adalah ketika Gus Dur menjadi presiden. Namun, begitu mereka
mengetahui, mereka tidak terima. Mereka mendesak supaya Gus Dur membentuk Dewan
Ekonomi Nasional. Seperti kita ketahui, ketuanya adalah Emil Salim dan sekretarisnya Sri
Mulyani.
Mereka berhasil mempengaruhi atau "memaksa" Gus Dur bahwa mereka diperbolehkan
hadir dalam setiap rapat koordinasi bidang ekuin. Tidak puas lagi, mereka berhasil
membentuk Tim Asistensi pada Menko Ekuin yang terdiri atas dua orang saja, yaitu Widjojo
Nitisastro dan Sri Mulyani. Dipaksakan bahwa mereka harus ikut mendampingi Menko
Ekuin dan menteri keuangan dalam perundingan Paris Club pada 12 April 2000, walaupun
mereka sama sekali di luar struktur dan sama sekali tidak dibutuhkan. Mereka membentuk
opini publik bahwa ekonomi akan porak-poranda di bawah kendali tim ekonomi yang ada.
Padahal, kinerja tim ekonomi di tahun 2000 tidak jelek kalau kita pelajari statistiknya
sekarang.
Yang mengejutkan adalah Presiden Megawati yang mengangkat Boediono sebagai menteri
keuangan dan Dorodjatun sebagai Menko Perekonomian. Aliran pikir dan sikap Laksamana
Sukardi sangat jelas sama dengan Berkeley Mafia, walaupun dia bukan anggotanya. Ada
penjelasan tersendiri tentang hal ini. Presiden SBY sudah mengetahui semuanya. Toh tidak
dapat menolak dimasukkannya ke dalam kabinet tokoh-tokoh Berkeley Mafia seperti Sri
Mulyani, Jusuf Anwar, dan Mari Pangestu, seperti yang telah disinaylir oleh beberapa media
massa.
Peranan UI dalam Konspirasi Destruktip
Setelah dr. Mahar Marjono sukses mengemban tugas Soeharto dalam mempersingkat
hidup Bung Karno (meninggal pada usia sekitar 66 th.), maka Mahar Marjono diangkat
menjadi Rektor UI. Dengan ini, maka konspirasi tiga serangkai: USA-Militer-UI mulai
terjadi. Untuk menguasai SDM top Indonesia, maka dibentuklah mafia Berkeley (yang sipil,
yang notabene para oknum akademisi UI) dan mafia West Point (yang militer, yang
notabene para oknum petinggi TNI AD/Polisi). Sejarah dan pendidikan Indonesia
mengalami kegelapan disaat Rektor UI dijabat oleh jendral TNI AD yaitu Nugroho
Notosusanto. Hari lahir Pancasila diabaikan, sejarah nasional dijungkir balikan: nama2 jalan
besar diseluruh kota besar di Indonesia harus memakai nama jendral AD (Yani, Tendean,
dst), peran BK diminimalkan, peran militer di blow up, peran inteligensia/kecerdasan
disempitkan, dan wawasan almamater (pembungkaman kampus) dilaksanakan. Para
pelacur intelektual UI sungguh banyak, mereka ini telah ikut serta menenggelamkan
Indonesia, sudah saatnya mereka mengalami hukuman sosial dengan membeberkan dosadosa terselubung mereka! Prof. Ismail Suni, Yusril, Jimmly Asidiqi, Miranda Gultom, Anwar
Nasution, Nazarudin, dst., adalah termasuk para konspiran. Pada umumnya, mereka
ditokohkan terlebih dahulu melalui televisi sebagai intelektual yang kritis (politik kambing
putih); kemudian setelah beberapa bulan dan telah mempunyai reputasi nasional, maka
mereka diselundupkan/disusupkan dan diangkat menjadi pejabat penting regim ORBA (dan
bablasannya) dalam pemerintahan (eselon 1, 2, atau menteri). Konspirasi destruktip USAMiliter-UI yang berhasil menusuk Bung Karno dari belakang (kupdeta yang merangkak)
menjadikan Indonesia hingga kini terjebak dalam berbagai krisis dan sulit kembali menjadi
bangsa yang sehat sehat.
Dalam perkembangannya, Soeharto dan regim penerusnya tidak hanya menggunakan UI,
melainkan juga memanfaatkan para pelacur intelektual dari: ITB, UGM dan IPB. Seperti
diketahui, UI, ITB, IPB, dan UGM adalah institusi perguruan tinggi negeri (PTN) tertua dan
terbesar di Indonesia. Jadi, mereka adalah pencetak para PNS (peg. Negeri sipil) terbanyak,
tersenior dan terbesar di Indonesia, dan alumni mereka menduduki jabatan tertinggi di
pemerintahan; dari pegawai menengah (IIIA), eselon dua, eselon satu, dan menteri. Sayang
sekali, masyarakat telah memahami adanya istilah korupsi berjamaah dan birokrasi
keranjang sampah; ini ibarat mengatakan bahwa keempat PTN itu adalah produsen
koruptor dan birokrat keranjang sampah terbesar didunia (ingat prestasi KKN kita selalu
nomor satu atau tiga besar)! Melihat, memahami, dan mengalami sendiri berbagai krisis di
Indonesia, sudah sepatutnya kalau kita tidak perlu mensyukuri kehadiran ITB, UI, UGM,
dan IPB, mereka tidak membawa berkah dan rahmat ke masyarakat; atau justru sebaliknya,
kita harus merasa prihatin atas moral hazard dan tingkat kecerdasan mereka, mereka yang
dianggap kelompok terpandai di Indonesia ternyata tidak pernah bisa membawa Indonesia
ke bangsa yang mandiri, sejahtera, adil, berwibawa, dan berkepribadian! Ternyata mereka,
kalau diijinkan pembaca, boleh diibaratkan dan boleh disebut sekedar sampah masyarakat
yang terhormat (sampah berdasi) dan sekedar alat politisi busuk atau alat negara asing
dalam membodohi bangsanya sendiri!
Mari Mewaspadai Mass Media Terutama TV
Regim ORBA (dan bablasannya) menguasai hampir 75% mass media di Indonesia; maka
mereka dengan mudah menyusupkan manusia2nya melalui politik kambing putih; dan
sebaliknya melakukan character assasination/kambing hitam bagi musuh2 politiknya!
Seringkali mereka cukup memberi gaji tambahan bulanan bagi para kuli tinta, tanpa harus
mendirikan mass media corporation, sungguh jeli dan licik! Dengan menguasai mass media,
maka mereka dapat membentuk mind set (pola pikir) bangsa Indonesia sesuai kehendak
mereka.
Kambing Putih adalah strategi memberikan gelar yang hebat agar didengar masyarakat dan
untuk mendongkrak dan menjadikan level nasional, contoh politik kambing putih adalah:
- Prof. Sumitro (besan Soeharto): digelari Begawan Ekonomi, padahal anak2nya terlibat
maha kejahatan (Prabowo: pembantaian Cina Mei 98, dan Sudrajat J. dan Hasyim: kasus
BLBI, dst), jadi mestinya begawan Durna (karena suka menipu Pendawa, muridnya
sendiri!). Dijaman beliau, ekonomi kita mulai dijajah Barat!
- Marie Muhammad: digelari Mister Clean, padahal saat beliaulah terjadi kasus BLBI, jadi
semestinya Mister berlepotan saja!
- Zainudin MZ: digelari Dai Sejuta Umat, padahal dai politik untuk menggaet suara pemilih!
Semestinya digelari dai sejuta dollar, atas upahnya menipu umat Islam melalui politisi
agama!
- Tanri Abeng: digelari Manajer Satu Milyar, padahal dipakai untuk menghisap BUMN!
Semestinya manajer sejuta kasus, atas upahnya membuat BUMN menjadi sapi perah politisi,
petinggi militer dan polri!
- Prof. Yuwono Sudarsono: penjaga setia dominasi Militer atas Sipil dan dwi fungsi ABRI,
maka ia diselundupkan ke LEMHANAS (alat intelektual militer) dan saat ini menjabat
MENHAN. Bagaimana para petinggi militer tidak pakar dalam politik kalau pekerjaan
utamanya beralih ke politik (sehingga tugas utamanya terbengkelai, apalagi juga pelaku
bisnis ilegal) yang menghasilkan account di bank menjadi ukuran XL (puluhan milyar
rupiah), yang semestinya ukuran S (small) mengingat gaji pegawai negeri itu rendah sekali.
Sementara itu, sipil, yang digaji rendah sehingga sulit fokus pada bidangnya, yang berusaha
menguasai perpolitikan dengan baik dan etis selalu mereka ganggu dan gagalkan upayanya
untuk mendominasi kancah perpolitikan nasional!
- Prof. Nazarudin Syamsudin dkk.: diselundupkan ke KPU untuk menjaga PEMILU agar
regim ORBA selalu menang atau minimal termasuk tiga besar.
- Saat menjelang reformasi: Sri Mulyani dan Anwar Nasution (dosen UI) di roketkan,
seolah-olah mereka kritis terhadap regim ORBA, padahal mereka diselundupkan demi
mengamankan sisa hari Tua regim Soeharto/ORBA dari jamahan hukum dibidang
Keuangan dan demi dominasi asing!
- Puncak politik kambing putih dan strategi penyelundupan adalah Amien Rais! Beliau
digelari tokoh/pelopor reformasi, padahal beliau diselundupkan untuk membelokan
reformasi dan menyelamatkan regim ORBA! Untuk ini baca artikel di web site di seksi Pesan
Penutup dibawah.
- Dst. (sampai dengan sekarang, politik kambing putih terus dilaksanakan)
Saat ini kedudukan politik regim ORBA dan Bablasannya amat sangat kuat, lihatlah posisi:
Yusril (kesayangan Soeharto) menjadi Setneg (powerful sekali dalam memfilter informasi ke
presiden SBY); Miranda Gultom (kepala BI) dan Anwar Nasution (ketua BPK): untuk
melindungi ORBA dari segi keuangan atas kasus BLBI, dan kasus besar lainnya (terutama di
BUMN), agar sulit terungkap, padahal mengungkap KKN itu mudah sekali, cukup
mempelajari histori rekening para pejabat dan tersangka secara mendalam dan tuntas, nah
disinilah faktor keamanan regim Soeharto terjamin oleh Miranda Gultom dan Anwar
Nasution; Jimmly Asidiqi (ketua MK): untuk melindungi ORBA dari segi hukum, agar
berbagai kasus pelanggaran HAM berat sulit terungkap; dan seterusnya masih banyak
sekali. Mereka ini, pelacur intelektual sekaligus akademisi selebritis dari UI, selalu
dikonotasikan pandai dan bersih dalam mass media, padahal sebaliknya!
Saat reformasi (1998) papan tulisan di Kampus UI Salemba yang berjudul: KAMPUS
PERJUANGAN ORDE BARU ditutup kain hitam, tanda malu dan berkabung; mungkin
sekarang sudah dibuka lagi dan ditulis ulang sebagi: KAMPUS PERJUANGAN ORDE
BARU DAN BABLASANNYA, MENERIMA ORDER PENELITIAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT WALAU UNTUK MERUSAK BANGSA SENDIRI.
Sebaliknya, Kambing Hitam adalah strategi memberikan gelar yang sangat negatip agar
mereka tidak laku dimasyarakat (character assasination); contoh politik kambing hitam
adalah: di PKI kan, dikonotasikan radikal (Munir, Budiman Sujatmiko, Ditasari, dst),
dikonotasikan agen asing (Hendradi dan NGO/LSM yang baik dan bermoral).
Menonton TV (dan mendengarkan radio) di Indonesia harus waspada; sebab banyak
skenario dibelakangnya/terselubung; pada umumnya untuk membentuk opini yang pro
Regim ORBA dan bablasannya. Semakin sering seorang cendekiawan/akademisi/pengamat
muncul di TV, kita harus semakin waspada pada orang itu (alat Regim ORBA dan
bablasannya dan moralitasnya perlu diragukan)! Sebaliknya, semakin jarang, semakin dapat
dipercaya ke idealismeannya! Sebagai contoh: pernah terjadi dialog yang sangat
menggelikan, WS Rendra tidak bisa dikontrol pembicaraannya oleh Salim Said (pengamat
militer, alat ORBA) dan Anhar Gogong (pengamat sejarah, alat ORBA); WS Rendra terus
nerocos membahas rusaknya kebudayaan kita akibat ORBA! Sejak saat itu, WS Rendra tidak
pernah muncul lagi di dialog Televisi! Jangan harap kita disuguhi dialog yang sering dengan
orang yang bermoral baik dan idealis seperti: Kwik Kian Gie, Mochtar Prabotinggi,
Hendradi, Teten Masduki/tokoh ICW, Dita Sari, Wardah Hafidz/ketua UPC, Munir, Jeffry
Winters, Budiman Sujatmiko, Faisal Basri, dst. Seandainya mereka muncul, slot waktunya
paling hanya singkat dan amat jarang; mereka dimunculkan kadang2 saja hanya untuk
sekedar mengelabui bahwa stasiun TV tsb. adalah netral, padahal tidak!
Pesan Penutup
Dengan keterlibatan USA dalam kupdeta 1965, semestinya para kurban PKI mempunyai alat
jitu dengan membuat masalah ini menjadi masalah internasional dengan strategi tidak
hanya menuntut regim militer Soehato, melainkan juga menuntut USA! Tentu saja dengan
melibatkan NGO level internasional; sayang sekali nalar para kurban 1965 belum sampai
kesitu! Dengan internasionalisasi masalah HAM berat, maka kans untuk membawa ybs. ke
kebenaran dan keadilan akan mudah terlaksana! Karena visi/misi para konspirator/mafia
1965 (yang saat ini banyak yang sudah berusia diatas 60 th.) adalah: Jangan berani
mengungkit masa lampau kami dan hormati kami s/d kami meninggal. Setelah kami
meninggal silahkan buka borok2 kami dan luruskan sejarahmu. Kalau kami masih hidup,
jangan sekali-kali kau berani melakukannya, atau negara ini akan kami obok2 sampai
manusianya mabok. Hanya dengan bunga uang kami (hasil curian/merampok) yang
disimpan di luar negeri, kiranya sudah cukup untuk mengobok-obok Indonesia! Ketahuilah
dengan samar2 bahwa TNI AD, Kepolisian, Badan Intelijen dan Lembaga Peradilan masih
dalam cengkeraman kami. Selain itu, telah kami tempatkan penjaga setia kami yaitu para
pakar/pelacur intelektual di posisi yang strategis!. Memahami misi mereka, maka upaya
membawa mereka ke justice, kalau hanya level dalam negeri, hanya akan sia2 saja!
Demikian pula dengan kasus pelanggaran HAM dan KKN berat yang lain!
Sebagai penutup, tulisan diatas diambil dari artikel karangan Kwik Kian Gie di Jawa Pos,
edisi pertengahan Agustus 2005, dengan sedikit tambahan. Bila anda merasa artikel ini
bagus dan bermanfaat untuk mencerdaskan kebudayaan bangsa Indonesia, maka mohon
diteruskan keseluruh penjuru Indonesia dan dunia.
Penulis juga berharap agar tulisan ini jatuh ketangan para mahasiswa aktivis di ITB, UI,
UGM dan IPB, dengan maksud agar mereka menyadari/memahami bahwa banyak dosen
mereka yang menjadi oknum kelas berat (level nasional atau bahkan internasional) dan yang
sepantasnya dijadikan musuh bangsa!
Dan bagi anda yang mempunyai: inteligensi, idealisme, moral dan etika yang baik,
keprihatinan akan krisis di Indonesia, serta kemampuan menulis, kami menghimbau anda
untuk menulis di Internet yang bebas, kritis, lugas dan pembacanya mencapai seluruh
dunia! Selamat berkarya.
* Catatan: kata saya = Kwik Kian Gie, tokoh cerdas, bijak dan nasionalis.
* Semua tanggapan harap ditulis ke: pertiwiibunusantara@yahoo.com
* artikel lain yang sangat dalam dan sangat luas pembahasannya ada
di http://diskusikebudayaan3.blogspot.com/ DANhttp://analisakebudayaan.blogspot.com/.
P O S T E D B Y A N A L I S K E B U D A YA A N AT 1 : 5 1 A M
UGM, ITB, IPB, ITS, dst., diam saja! Padahal universitas adalah pembela kebenaran!
-Peristiwa G30S lebih tepat bila didefinisikan sebagai pengkianatan Soeharto terhadap
bangsanya sendiri, bukan pengkianatan PKI.
- Mengingat kasus 1965 adalah kasus pelanggaran HAM yang maha besar (setingkat Hitler di
Jerman, jadi level internasional), maka untuk melawan tuntutan yang maha luar biasa
besarnya dan beratnya dari para korban G30S tsb., para oknum Jendral AD sebagai pelaku
kebiadaban yang luar biasa itu (yang hidupnya selalu dibayang-bayangi wajah hampir sejuta
jiwa korban manusia) terus menerus menggunakan politisasi agama dengan menggunakan
pemuka agama, LSM agama, dan cendekiawan kampus untuk melawan pelurusan sejarah
Indonesia (dalam hal ini politisasi agama Islam). Contoh ormas Islam yang sering dipakai
adalah: FPI, Liga Muslimin Indonesia, dst. Sampai sekarang para korban fitnah Soeharto ini,
yang sudah usia tua/sepuh, masih memperjuangkan pemulihan hak dan kehormatannya.
- Mendudukan Sri Sultan HB IX sbg Wapres pertama demi mengambil hati masyarakat Jawa
yang mayoritas (politik kebudayaan); HB IX kemudian mengundurkan diri melihat tangan
Soeharto penuh berlumuran darah korban 1965 plus Bung Karno!
- Menipu Supersemar. Surat begitu penting dikatakan hilang.
- Menipu sejarah Serangan Umum 1 Maret 1945 di Yogya. Sri Sultan HB IX adalah otaknya,
namun Soeharto mendakunya.
- Merampok habis uang rakyat Indonesia melalui BLBI (700 trilyun); sekarang uang itu
parkir di bank2 L.N atas nama para konglomerat hitam dan para kerabatnya.
- Bersama regim ORBA mendirikan BPPN: Badan Penyelamat Para penilep uang Negara.
Kalkulasi para ekonom ahli: mungkin yang kembali cuman 25% saja dari 700 trilyun itu!
Jadi, yang diselamatkan bukan uang rakyat, tapi justru pencurinya, sungguh genius/licik!
Para konglomerat hitam ini dibantu oleh para akademisi busuk (kebanyakan dari UI dan
UGM) dalam memberikan justifikasi2 penyelamatan.
- Membentuk mafia/konspirasi yang sangat distruktip antara: 1) konglomerat hitam, 2)
oknum preman berbintang empat (jendral AD/Polisi), 3) birokrat keranjang sampah, politisi
busuk (terutama di DPR/DPRD), 4) oknum ulama pemuja saiton (politisasi agama,
kebanyakan duduk di MUI), dan 5) oknum pelacur intelektual/ akademisi (tukang justifikasi
policy, mostly from UI), dan 6) para preman kriminal yang diorganisasikan dalam suatu
wadah organisasi (Pemuda Pancasila). Sebut saja mereka itu MAFIA6, yang sampai detik ini
masih dengan kuat mendominasi Indonesia. Rasanya, Indonesia sudah sulit untuk bangun
kembali, MAFIA6 ini begitu kuatnya mendominasi Indonesia, jaringan kejahatannya sudah
melebihi jaringan Multi Level Marketing (MLM) Amway dari USA! Senjata utama regim
ORBA bersama bablasannya (saat ini masih kuat) adalah: uang yang berlimpah, teror
kekerasan, politisasi agama, pemandulan universitas ternama (UI, ITB, UGM, IPB, dsb.)
lewat dwifungsi akademisi, dan dominasi mass media. Musuh nomor satu bangsa Indonesia
yang sebenarnya adalah MAFIA6 ini!
- Semenjak menduduki Kodam Diponegoro Semarang, Soeharto sudah biasa bekerja sama
dengan konglomerat hitam, misalnya waktu itu, beliau bersama Liem Swie Liong menjadi
penyelundup gula pasir. Saat berkuasa, Soeharto mengembangkan model bisnis yang luar
biasa busuk dan buruk yang membuat bisnis dan industri Indonesia tidak bisa bersaing
dengan luar negeri (ekonomi biaya sangat tinggi), sehingga rakyat dipaksa membeli
barang/jasa dengan harga yang sangat tinggi (untuk menggaji para oknum birokrat plat
merah, sehingga mereka menjadi konglomerat plat merah, tanpa harus kerja keras, alias
duduk malas dapat upeti yang tinggi sekali)! Model bisnis busuk ini adalah model konspirasi
destruktip (Mafia) antara: konglomerat hitam, oknum jendral militer/polri, dan
birokrat/politisi busuk, serta berbasis KKN. Dimulai sejak jaman Soeharto, militer/polri
mulai menjadi raksasa bisnis yang penuh KKN yang tidak bisa dikontrol publik/negara
(bagaikan negara dalam suatu negara). Sekarang hampir dikota besar, god father Mafia
(para konglomerat hitam) pasti ada, mereka ini mampu mendudukan walikota, Bupati,
bahkan Gubernur. Bahkan mereka juga mampu memesan peraturan daerah yang
menguntungkan bisnis Mafia ini. Mereka dilindungi dengan kekerasan oleh oknum ABRI
dan POLRI serta preman (Pemuda Pancasila). Contoh konglomerat hitam untuk level
nasional adalah Tomy Winata, dimana majalah Tempo bersama Gunawan Muhammad
dipaksa bertekuk lutut. Bisnis hitam seperti ini mengakibatkan biaya ekonomi tinggi, apalagi
ditambah KKN, maka tidak mengherankan barang produksi Indonesia tak dapat bersaing
dengan produk luar negeri, biaya over head produksinya sangat mahal sekali. Contoh
sederhana adalah Probo Sutejo, paman Soeharto. Probo aslinya adalah guru SMA. Baru2 ini
ia didakwa telah menyuap jaksa agung dan ketua MA sebesar Rp. 16 milyar! Heboooaaat
sekali, seorang mantan guru yang pada umumnya kehidupannya pas2an dan notabene
disebut Pahlawan Tanpa Tanda Jasa (julukan politis plus penghinaan yang sangat dalam
maknanya, entah mengapa para guru/dosen tidak marah), telah disulap oleh Soeharto
menjadi trilyuner! Harta kekayaan Probo (plus kroni2 Soeharto) diperkirakan trilyunan,
termasuk rumah2 di luar negeri (London, Australia) yang dulu sering diungkapkan oleh
George Adi Tjondro (sayang tidak di followup i!). Tatanan ekonomi yang sangat rusak
semacam ini sudah sulit untuk di normalkan kembali! Di jaman Bung Karno masih banyak
kita jumpai para pegawai negeri yang jujur, bersih dan mempunyai rasa malu, sekarang yang
menjamur adalah kebalikannya!
- Saat bum minyak 1973/74 dan 1978/79, uang trilyunan rupiah tidak disetor ke kas negara!
Soeharto menugaskan Sudharmono, Moerdiono, dan Ginanjar Kartasasmita membentuk tim
sepuluh untuk mengurus milyaran dollar AS uang bum minyak. Tim sepuluh ini hanya bisa
dikontrol oleh Soeharto. Jeffry Winters menjuluki Sudharmono cs. sebagai the most evil
persons (manusia terjahat) in Indonesia. Dapat dibayangkan kekayaan para jendral militer
saat itu! Sebagai gambaran: kasus perebutan warisan haji Tahir sebanyak Rp. 500 milayar
yang berupa tabungan di Singapore oleh janda2nya menjadikan bangsa Indonesia tersentak
(sebatas kaget saja!); sebab si Tahir jabatannya bukan eselon di Pertamina, lalu kalau eselon
nilep berapa milyar atau trilyun uang negara? Pegawai negeri yang dapat menabung lebih
dari 2,5 milyar sudah luar biasa sekali kejahatannya, mengingat gaji PNS/BUMN kan ya
paspasan! Pegawai negeri gol. I untuk menabung 2,5 juta saja sudah tidak mungkin. Jurang
kekayaan yang berbanding 1: 1000 sungguh luar biasa, sayang kita diam saja! Sungguh telah
terjadi perampokan atas bangsa Indonesia, ini lebih kejam dari penjajahan Belanda! Kasus
kenaikan harga BBM akhir2 ini (2005) tidak perlu terjadi kalau KKN di Pertamina
dibersihkan. Bangsa Indonesia berhak mendapat harga BBM yang murah sebab
pendapatannya kecil dan penghasil minyak!
- Saat regim militer diatas angin, mereka lupa diri atau sedang mabok kepayang dengan
peran bisnis dan politiknya, sehingga persenjataan mereka s/d saat ini menjadi tertinggal,
dan mereka menjadi tidak profesional lagi. Semestinya saat itu mereka dapat dengan mudah
mempermodern persenjataan mereka mengingat saat itu militer adalah penguasa! Namun
mereka tidak kerjakan hal itu.
- Bersama USA dan negara barat lainnya merampok Indonesia (diawal kejayaan Soeharto),
misalnya konsesi tambang2: Freeport, Caltex, LNG Arun, dst; juga lewat IMF dan world
bank. Manusia Dayak, Riau, Aceh, dan Irian tetap sangat miskin, walau daerahnya sangat
kaya raya; yang kaya adalah pejabat Jakarta dan negara asing. Walau regim Shto korup
sekali, IMF dan world bank terus memberikan hutangnya! Soeharto sungguh2
menggadaikan negara ini ke negara asing! Ini adalah hadiah regim Soeharto bagi dukungan
negara2 adikuasa dalam menjatuhkan Bung Karno (BK) yang non blok. Visi jauh kedepan
BK luar biasa, negara sahabat BK: India dan RRC saat ini sehat luar biasa dan maju pesat
sekali. SBY terpaksa mengulangi jejak BK lagi, belajar ke RRC dan India. Regim yang amat
sangat korup seperti Soeharto, Marcos, Mobutu Seseseko, Syah Iran, Pinocet, dst., adalah
rekayasa politisi USA. Di negara Amerika Latin, politisi USA juga banyak mensuport regim
militer yang amat sangat korup; demikian pula di Timur Tengah. Akhir2 ini politisi USA
mulai sadar bhw negara2 tsb. makin pandai, dan tidak bisa dibodohi lagi, maka arah
kebijakan politiknya mulai berbeda! Namun lepas dari USA, RI masuk kepangkuan saudara
tua Jepang; sehingga s/d saat ini, RI hanya menjadi sekedar permainan negara adidaya
ekonomi! Dengan sistim yang sangat korup seperti ini, dan sentraliasi kebijakan di Jakarta,
dengan Jakarta menyandang kota terkorup di dunia, maka muncul pemeo indah: Untuk
menguasai Indonesia, cukup menguasai Jakarta dengan cara menyuap 100 pejabat top
Indonesia di Jakarta! Maka benarlah bahwa pemilik kekayaan alam Indonesia itu bukan
manusia Dayak, Riau, Aceh, dan Irian, melainkan negara adidaya dan para oknum pejabat
pusat di Jakarta. Tidak heran kalau mereka berkeinginan melepaskan diri dari Indonesia!
- Regim Soeharto juga membuat para pemimpinnya gila hutang dengan prinsip: Gali lubang
tutup lubang. Bantuan bersyarat yang mencekik leher bangsa dan membebani generasi
penerus tetap diteken, penekennya dapat komisi yang luar biasa besarnya dibanding gajinya
sebagai pegawai negeri! Setiap APBN mengandung komponen hutang luar negeri, para
eksekutip dan legislatip telah dibuat mendem/mabok hutang!
- Soeharto terus menerus membodohi bangsanya dengan pura2 sakit setiap kali mau diadili.
Ini politisasi kebudayaan, sebab bila mhs demo anti Soeharto, bisa dicap sebagai tidak tau:
tata krama, sopan santun, adat, dan agama; orang sudah tua dan sakit2an kok masih
didemo! Padahal sehat segar bugar! Sungguh licik beliau itu! Strategi ini lalu ditiru para
generasi tua busuk! (Ginanjar dkk).
- Merusak tata kota Indonesia dan hutan Indonesia. Mana ada kota di Indonesia yang
teratur rapi? Mana ada hutan Indonesia yang tidak dijarah rayah? Lapangan dan taman kota
dihabisin untuk mal dan perumahan mewah, generasi mudanya kalau malam minggu
diarahkan ke mal2 untuk konsumptip, anak muda sudah kesulitan untuk berolah raga, maka
di Jakarta, kalau akhir pekan banyak perkelahian remaja (tawuran). Pembangunan di
pusatkan Jawa sentris, sehingga P. Jawa yang sangat indah ini mengalami kerusakan luar
biasa. P. Sumatra, Irian, Sulawesi, Kalimantan, yang luas sekali, dibiarkan kosong dan
sekedar dijadikan tempat jarahan manusia serakah di Jakarta dan perusahaan multi
Internasional, s/d saat inipun pulau2 itu belum mempunyai lintasan kereta api, sangat
memprihatinkan! Tidak heran kalau suku asli dipulau tsb. merasa dijajah oleh Jakarta dan
ingin merdeka lepas dari RI (misal Papua).
- Menghancurkan keyakinan/kebudayaan penduduk asli (terutama Jawa), misal Kejawen,
dengan mengharuskan mencantumkan hanya agama pada KTP dan tatacara perkawinan.
Sementara itu, keyakinan bangsa lain justru diutamakan (misal Islam, Kong Hu Cu, dst).
- Menghancurkan ekonomi penduduk asli (terutama Jawa), karena diarahkan menjadi
pegawai negeri sipil (PNS) yang digaji sangat rendah sekali sehingga terjerumus dalam KKN
yang tiada habisnya. Jiwa enterpreneur tidak dididik, kredit bank diberikan ke konglomerat
hitam dari etnis Tionghoa dan kerabat regim Orba. Etnis Tionghoa yang baik dan ulet
bekerja dan mempunyai manajemen keuangan lebih baik justru dipersulit masuk jadi PNS
dan dipaksa berdagang, akhirnya jadilah masyarakat seperti saat ini: etnis Tionghoa
menguasai perdagangan, dan manusia Jawa menguasai perkorupsian (KKN) di PNS!
Kemudian, etnis Tionghoa yang justru hitam malah digerojogi BLBI (700 trilyun),
sehingga otomatis ekonomi Indonesia dicengkeram konglomerat hitam! Dipaksa oleh
ketidak adilan, maka etnis Tionghoa justru menjadi sangat ulet, kreatip dan mandiri;
sedangkan manusia pribumi (terutama Jawa) dinina bobokan dengan jiwa priyayi/feodal tuk
menjadi birokrat pegawai negeri dengan gaji yang sangat rendah dan tidak manusiawi
namun dibebaskan untuk berkorupsi! Di jaman Bung Karno, masih banyak dijumpai pejabat
yang mempunyai rasa malu, di jaman regim Soeharto rasa malu sudah tidak ada!
- Menghancurkan keyakinan/kebudayaan etnis Tionghoa, dengan mengharuskan
mencantumkan nama asli Indonesia dan melarang aktivitas budaya Cina yang sangat indah,
mapan dan tua. Juga, mendiskriminasikan mereka dengan masalah kewarga negaraan dan
penandaan KTP.
- Menghancurkan nama baik etnis Tionghoa dengan menonjolkan hanya para konglomerat
hitamnya (perampok uang negara lewat BLBI). Para konglomerat hitam ini oleh Soeharto
dijejerkan dan ditayangkan di TV secara nasional ketika pertemuan di Tapos, sungguh licik!
Banyak manusia Tionghoa yang baik dan berprestasi tinggi, misalnya: Yap Thian Hien, Arief
Budiman, Kwik Kian Gie, Rudy Hartono, Ivana Lie, para pahlawan: bulu tangkis, tenis,
lomba science, dst.; namun sayang, regim Soeharto justru memakai yang hitam (sebab
mereka sendiri adalah birokat dan militer hitam, MAFIA6). Seperti manusia Inggris, etnis
Cina juga sudah terbukti mampu membuat negara yang sehat, baik dan normal. Seandainya
yang dipakai adalah etnis Tionghoa yang baik dan pintar dalam manajemen negara, pastilah
Indonesia tidak akan seperti ini! Minimal secerdas dan semakmur Taiwan, Singapore atau
Hongkong atau RRC! Dengan demikian, regim ORBA boleh dikatakan telah mengadu domba
etnis Tionghoa dan Jawa! Puncak adu domba adalah saat tragedi Mei 1988, dimana etnis
Cina dipermalukan dan direndahkan martabatnya melalui kekerasan dan perkosaan
(semoga etnis Tionghoa mau gigih membongkar kasus ini, diduga dalangnya adalah
Prabowo atau Wiranto dengan pelaksana KOPASUS dibantu Pemuda Pancasila, sebab
pandangan etnik lain menyiratkan bahwa etnis Tionghoa cuman pasrah-diam saja, kurang
gigih membongkar tragedi ini!). Politik adu domba antar etnik ini (asli vs keturunan)
sungguh membuat bangsa Indonesia menjadi rapuh sekali! Sampai saat ini, etnik Tionghoa
masih mengalami diskriminasi melalui KTP dan Surat Kewarga Negaraan.
- Menghancurkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Dengan APBN yang sangat kecil
dan gaji dosen/gaji yang sangat kecil, otomatis SDM nya hancur. Dijaman BK, dosen masih
menduduki jabatan dan penghasilan terhormat, misal dapat rumah dinas dan kendaraan
dinas dan gaji layak. Saat itu masih banyak mahasiswa Malaysia kuliah di Indonesia,
sekarang terbalik! Bahkan kita dikirimi seorang Asahari (teroris) saja sudah kuwalahan! Hal
ini juga yang sangat diharapkan oleh politisi negara asing (Jepang, Spore, USA, dsb.),
mereka mengupayakan sekuat tenaga agar SDM Indonesia tidak maju, supaya bisa
menguasai kekayaan alamnya yang berlimpah! Caranya? Mereka tekan politisi Indonesia
agar APBN pendidikannya tetap rendah, gaji PNSnya agar tetap rendah supaya tetap KKN
(bisa dibeli), dan negara dibikin mabok kepayang (mendem) agama!
- Menyusupi dan membelokan arah reformasi! Masyarakat luas telah menerima bahwa telah
terjadi reformasi, padahal belum! Regim ORBA adalah ibarat rangkaian seratus gerbong
kereta api Argo Bromo, kemudian melalui reformasi semu, yang turun baru satu masinis
saja, yaitu Soeharto, sedangkan lainnya masih mendominasi tatanan bisnis, birokrasi dan
perpolitikan di Indonesia (terutama oknum petinggi militer/polri). Persamaan mathematik
reformasi di Indonesia sungguh kayal dan irasional, persamaan itu adalah: Orde Reformasi
= Orde Baru cukup dikurangi satu Soeharto saja!!! Strategi penyusupan dan pembelokan
arah reformasi ini, yang penuh seni dan sangat indah, telah ditulis oleh seorang begawan
politik dan dapat anda baca di
website http://www.diskusikebudayaan3.blogspot.com (termasuk analisis adu domba suku2
di Indonesia). Penyusupan dan money politics adalah alat utama regim Orba; peran
penyusup seperti Amien Rais dan para cendekiawan Muslim (ICMI) dalam penyelamatan
regim Orba sungguh luar biasa indahnya namun sangat menyakitkan bangsa Indonesia.
- Pada saat reformasi, regim Soeharto dengan seni yang indah dan tinggi sekali memperdaya
bangsanya sendiri melalui politisasi agama. Dengan strategi safety exit yang jitu, maka regim
Soeharto dkk. selamat dan sejahtera s/d saat ini, namun bangsa Indonesia menjadi
dimasukan kepihak Timur Tengah/Arab dalam menghadapi dunia barat! Oleh regim
Soeharto, Indonesia ingin dilepaskan dari mulut harimau (USA), namun dimasukan mulut
buaya (ARAB); hasilnya: Indonesia justru masuk mulut harimau dan sekaligus mulut buaya!
Jadi, boleh dikata antara tahun 1960-1965: Indonesia dijadikan ajang pertempuran USA
(kapitalis) melawan Rusia (komunis); kemudian mulai dari 1998 (awal reformasi semu) s/d
sekarang, Indonesia dijadikan ajang pertempuran Barat (modern, sekuler) melawan
Arab/Timur Tengah (Islam, non sekuler). Semenjak 1965, Indonesia tidak pernah mandiri
lagi (seperti visi Bung Karno, yang non blok dan cinta budaya sendiri, seperti juga India dan
RRC, negara yang mempunyai kepribadian sendiri dan mandiri).
- dst. (silahkan menambahi sendiri)
Penutup
Regim Soeharto telah mengakibatkan lima faktor utama penyebab Indonesia tidak pernah
mandiri dan terusmenerus mengalami krisis, yaitu terpaan: a) badai salju yang dinginmembekukan dari negara barat/modern yang ingin menjajah ekonomi/teknologi dan
mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia; b) badai gurun Sahara yang panas-membara dari
negara Timur Tengah yang ingin memporak-porandakan budaya asli, meningkatkan budaya
kekerasan serta kerusuhan dan menguras devisa negara; c) badai KKN yang merampok
keuangan dan membangkrutkan bangsa, yang juga menyebabkan Indonesia terjebak hutang
maha besar serta membuat ekonomi/bisnis Indonesia dikuasai oleh konglomerasi
internasional yang bekerjasama dengan para konspirator nasional jahat yang terdiri atas:
politisi busuk-konglomerat hitam-birokrat keranjang sampah dan jendral berhati preman
dari TNI AD/POLRI, d) badai SARA yang meningkatkan kecurigaan berbasis suku, agama,
ras, dan golongan antar masyarakat! Sungguh licik dan sangat kejam, untuk
mempertahankan kekuasaannya selama 32 tahun, regim Soeharto menggunakan politik
devide et impera: memecah belah bangsanya sendiri! Manusia Jawa dianggap penjajah oleh
manusia non Jawa (sebab pembangunan yang Jawa sentris), etnik Tionghoa dicurigai oleh
manusia pribumi, manusia Ambon saling diadu domba, etnik Madura diadu dengan etnik
Dayak, manusia dan kebudayaan Jawa ditelantarkan, manusia dan kebudayaan Arab
ditinggikan. Oleh regim Soeharto, seolah-olah telah dibuat agar tiap etnik merasa etniknya
dianak tirikan dan etnik lain ditinggikan, sehingga timbulah rasa saling curiga yang dalam
antar etnik; f) penyeragaman dan penindasan budaya nasional (bukan pengembangan) yang
mengakibatkan kemunduran SDM. Dengan demikian, semenjak 1965 s/d detik ini (2005),
bangsa Indonesia boleh dikata telah dijajah kembali oleh konspirasi jahat internasional yang
bersimbiose mutualitis dengan konspirasi jahat nasional yang tersentralisasi di Jakarta,
sehingga boleh dikata Indonesia s/d saat ini belum merdeka sepenuhnya!
Kalau Bung Karno dikenal sebagai founding father dan nation character building, maka
Soeharto layak disebut mafia god father (pelindung segala bentuk konspirasi kejahatan) dan
nation character destroyer (perusak kerukunan dan karakter bangsa). Dengan demikian,
semenjak 1965 s/d detik ini (2005), bangsa Indonesia boleh dikata belum merdeka
sepenuhnya! Dijaman Soeharto, Indonesia boleh dikata dijajah oleh bangsanya sendiri yang
tak kalah sadisnya daripada Belanda dan Jepang.
Maha kebobrokan nasional yang luar biasa tinggalan regim ORBA/Soeharto telah
mengakibatkan Indonesia terus mengalami krisis kebudayaan s/d saat ini, dan diperkirakan
dua pemilu lagi baru bisa bangkit lagi, maha luar biasa dosa regim ORBA/Soeharto terhadap
bangsanya!
Visi dan misi generasi tua perusak bangsa ini adalah: 1) menyelamatkan diri atau bebas dari
hukum 2) tetap dihormati oleh masyarakat 3) kekayaan hasil rampokan tetap aman
(diparkir di LN) 4) bila meninggal dapat dimakamkan di Taman Pahlawan. Jadi, seolah-olah
mereka telah mengancam generasi muda dengan berkata:Jangan berani mengungkit masa
lampau kami dan hormati kami s/d kami meninggal. Tolong, jangan lupa, makamkan kami
di makam pahlawan. Setelah kami meninggal silahkan buka borok2 kami dan luruskan
sejarahmu (terutatama sejarah 1965). Dan jangan lupa membayar hutang tinggalan kami
kepada luar negeri yang hampir 1/3 nya kami korup dan kami simpan di luar negeri untuk
cucu-cicit kami s/d tujuh turunan! Kalau kami masih hidup, jangan sekali-kali berani
menyentuh kami, atau negara ini akan kami obok2 sampai manusianya mabok. Hanya
dengan bunga uang kami di bank2 luar negeri, kiranya sudah cukup untuk mengobok-obok
Indonesia! Maka tidak heran, dijaman transisi ini amat banyak kerusuhan yang dibuat oleh
regim bablasan ORBA, sehingga masyarakat kembali merindukan regim Soeharto; namun
semua ketidak stabilan ditumpahkan kepada regim reformasi semu (ingat, belum terjadi
reformasi), sungguh licik generasi tua itu! Di negeri yang normal dan baik, mencari perusuh
itu mudah sekali, cukup disadap handphone/teleponnya, disadap internetnya, dilacak
account banknya. Demikian pula mencari koruptor kelas berat, cukup berburu di bank, lihat
besar simpanan uang para pejabat tinggi (eselon 2 keatas), misal yang punya simpanan
diatas 2,5 milyar lalu diselidiki aliran dananya, dengan cara ini pasti koruptor plat merah
mudah ditangkap. Namun di negara tak normal seperti Indonesia, dimana Badan
Intelijennya sering justru menjadi musuh berat bagi masyarakat yang baik, jujur, dan idealis,
maka setiap kerusuhan justru tidak pernah terkuak kasusnya, atau oknum aparat (intelijen +
polri + TNI + preman) justru menjadi dalang/pelaku kerusuhan diberbagai pelosok
Indonesia. Dapat dipastikan bahwa selama militer/polri tidak mau berhenti berpolitik dan
berbisnis, maka Indonesia akan terus bergejolak, mereka bagaikan pagar makan tanaman.
Untuk itu peningkatan gaji s/d batas yang wajar bagi segenap pegawai/militer adalah mutlak
perlu dilakukan.
Perlu kita sadari, kalau pada tahun 1960 s/d 1970 Indonesia dijadikan ladang pertempuran
yang sengit antara ideologi kapitalisme (USA dkk.) melawan komunisme (Rusia dkk.), maka
ingat pada detik ini (2005), Indonesia sedang mengalami dan sedang menjadi ajang
pertempuran hebat antara: negara Barat/maju, negara Timur Tengah, para pelaku
pelanggaran HAM berat dan para pelaku KKN (sisa2 regim Soeharto/ORBA yang ingin
menyelamatkan diri, bebas dari jerat hukum); jadi tugas manusia Indonesia adalah sungguh
berat sekali, karena harus bisa mengatasi keempatnya! Kita doakan agar sukses!
Akhir kata, semoga Tuhan YME memberikan kejernihan berpikir dan kebijaksanaan yang
utama, agar di akhir hayatnya, para generasi tua ini (yang sudah nyaris out dan ingin
dimakamkan di Taman Pahlawan) sungguh2 mau melakukan pertobatan! Doa kita: Oh,
generasi tua, kasihanilah generasi mudamu karena: terus belajar sejarah nasional yang
salah, yang sedang mengalami busung lapar, dan yang engkau tinggali utang maha luar biasa
besarnya, hutan dan tatakota yang rusak parah, generasi penerus dibuat mendem agama,
serta melanggengkan penjajahan ekonomi oleh negara adidaya, dsb. Dan engkau, para
generasi tua busuk dan hitam, yang mempunyai tabungan berpuluh milyar bahkan
mungkin trilyunan, walau cukup hanya dengan status pegawai negeri (ini sungguh kayal),
sungguh telah melakukan perampokan nasional! Mereka adalah sungguh musuh sejati
bangsa Indonesia!
Sebagai penutup, mohon tulisan ini dapat sampai ditangan para generasi tua (regim ORBA
dan anggota MAFIA6), untuk bacaan sekaligus hukuman sosial menjelang akhir hidupnya
(siapa tahu mereka menganggap rakyat itu bodoh, dan tidak mengetahui strategi mereka)!
Terima kasih.
P O S T E D B Y A N A L I S K E B U D A YA A N AT 1 : 4 9 A M
http://analisakebudayaan.blogspot.co.id/
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang sangat
beraneka ragam baik jumlahnya maupun keanekaragamannya. misal nya batik nya
tariannya dll. Karena keanekaragaman tersebutlah indonesia menjadi daya tarik
bangsa lain dari belahan dunia untuk mengetahuinya bahkan tidak sedikit mereka
juga mempelajarinya karena selain beraneka ragam budaya Indonesia dikenal
sangat unik.Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan
dijaga serta perlu dilestarikan agar kebudayaan kita tidak hilang dan bisa menjadi
warisan anak cucu kita kelak. Hal ini tentu menjadi tanggungjawab para generasi
muda dan juga perlu dukungan dari berbagai pihak, karena ketahanan budaya
merupakansalah satu Identitas suatu negara. Kebanggaan bangsa indonesia akan
budaya yang beraneka ragam sekaligusmengundang tantangan bagi seluruh rakyat
untuk mempertahankan budaya lokal agar tidak hilang ataupundicuri oleh bangsa
lain. Sudah banyak kasus bahwa budaya kita banyak yang dicuri karena
ketidakpedulian paragenerasi penerus, dan ini merupakan pelajaran berharga
Analisis 5W + 1H
1.
Apa yang harus kita lakukan untuk selalu mejaga dan melestarikan
kebudayaan Indonesia?
Mengajarkan kepada anak bangsa agar selalu banga mempunyai kebudayaan yang
amat banyak di Indonesia
2.
Sudah patutnya dari sekarang kita sudah harus melestarikan kebudayaan neraga ini
agar selalu menjadi warisan untuk nantinya
5.
yang
terlalu
mengentengkan
masalah
kebudayaan
di
yang
ada
di
Indonesia,
diikuti
dengan
http://febriyanto826.blogspot.co.id/2013/09/analisis-masalah-kebudayaan-diindonesia.html
Artikel-4 Pentingnya
Melestarikan Kebudayaan
Indonesia
May 27, 2015Uncategorizedikmaafrisha
Budaya adalah suatu warisan dari leluhur atau nenek moyang kita yang tidak ternilai
harganya. Negara Indonesia disebut Negara maritim karena dikelilingi oleh banyak
pulau, budaya Indonesia sangat banyak dan beraneka ragam.
Kebudayaan Sunda
Kebudayaan Sunda adalah budaya yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat sunda.
Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada
umumnya karakter masyarakat sunda adalah periang, ramah-ramah (someah), murah
senyum, lemah-lembut, dan sangat menghormati orang tua. Itulah cermin budaya
Nilai-nilai budaya
Kebudayaan Sunda memiliki ciri khas tertentu yang membedakannya dari kebudayaankebudayaan lain. Secara umum masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda, dikenal sebagai
masyarakat yang lembut, religius, dan sangat sepiritual . Kecenderungan ini tampak
sebagaimana dalam pameo silih asih, silih asah dan silih asuh, dapat diartikan saling
mengasihi ( mengutamakan sifat welas asih), saling menyempurnakan atau memperbaiki diri
(melalui pendidikan dan berbagi ilmu), dan saling melindungi(saling menjaga keselamatan).
Selain itu sunda juga memiliki sejumlah nilai-nilai lain seperti kesopanan, rendah hati
terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada yang lebih muda.
Pada kebudayaan Sunda keseimbangan magis dipertahamkan dengan cara melakukan
upacara-upacara adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sunda melakukan
gotong royong untuk mempertahankannya.
Kesenian
Budaya Sunda memiliki banyak kesenian, diantaranya adalah kesenian sisingaan, tarian
khas Sunda, wayang golek, permainan anak-anak, dan alat musik serta kesenian musik
tradisional Sunda yang bisanya dimainkan pada pagelaran kesenian.
Berikut penjelasan sedikit mengenai kesenian Sunda diantaranya :
1.
Sisingaan, sisingaan adalah kesenian khas sunda yang menampilkan 2-4 boneka
singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari. sisingaan sering digunakan dalam
acara tertentu, seperti pada acara khitanan.
2.
Wayang Golek, wayang golek adalah boneka kayu yang dimainkan berdasarkan
karakter tertentu dalam suatu cerita perwayangan. Wayang dimainkan oleh seorang dalang
yang menguasai berbagai karakter maupun suara tokoh yang dimainkan.
3.
Tarian Jaipong, Tari ini bentuk pengembangan dan akar dari tarian klasik.
4.
Tarian Ketuk Tilu, sesuai dengan namanya Tarian ketuk tilu berasal dari nama
sebuah instrumen atau alat musik tradisional yang disebut ketuk sejumlah 3 buah.
5.
Alat musik khas Sunda yaitu, amgklung, rampak kendang, suling, kecapi, goong,
calung. Angklung adalah instrumen musik yang terbuat dari bambu, yang unik enak didengar
angklung juga sudah menjadi satu dari ribuan warisan kebudayaan Indonesia. Rampak
Karakteristik Budaya
Dalam karakteristik budaya sunda sendiri memiliki kemampuan-kemampuan yang
menjadikannya sebagai daya hidup bagi masyarakatnya, yang diantaranya seperti,
kemampuan berkoordinasi dan berorganisasi, dimaknai sebagai kemampuan kesadaran
untuk secara kreatif mengatasi tantangan keadaan, tantangan zaman dan tantangan
berbagai ragam pergaulan. Kemampuan mobilitas, dimaknai sebagai kemampuan untuk
dengan kreatif menciptakan mobilitas sosial, politik, dan ekonomi, baik yang bersifat
horizontal maupun vertikal. Kemampuan tumbuh dan berkembang, diartikan sebagai
kemampuan kesadaran untuk selalu maju, selalu bertambah luas dan dalam wawasan-nya
selalu menawarkan pemikiran-pemikiran yang segar dan baru kemampuan regenerasi,
dimaknai sebagai kemampuan untuk mendorong munculnya generasi baru yang kreatif dan
produktif.
Disamping gaya hidup, unsur lain lagi yang juga penting dalam suatu kebudayaan adalah
mutu hidup. Mutu hidup bukanlah merupakan kesempurnaan tetapi lebih dimaknai sebagai
kebiaasaan.
Adapun kebiasaan dalam hidup manusia merupakan kaloborasi dari tiga aspek, yakni :
Hal ini tentu menjadi tanggungjawab kita terutama para generasi muda dan juga
perlu dukungan dari berbagai pihak, karena ketahanan budaya merupakan salah
satu Identitas suatu negara. Kebanggaan bangsa indonesia akan budaya yang
beraneka ragam sekaligusmengundang tantangan bagi seluruh rakyat untuk
mempertahankan budaya lokal agar tidak hilang ataupundicuri oleh bangsa lain.
Sudah banyak kasus bahwa budaya kita banyak yang dicuri karena ketidakpedulian
paragenerasi penerus, dan ini merupakan pelajaran berharga karena Kebudayaan
Bangsa Indonesia adalah hartayang mempunyai nilai yang cukup tinggi di mata
Culture Experience
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam
sebuah pengalaman kultural. contohnya, jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka
masyarakat dianjurkan untukk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian tersebut. Dengan
semikian dalam setiap tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian budaya kita ini
Culture Knowledge
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu informasi
mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi kedalam banyak bentuk. Tujuannya
adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu sendiri
dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para generasi muda dapat
mengetahui tentang kebudayaannya sendiri.
Selain dilestarikan dalam kedua bentuk diatas, kita juga dapat melestarikan kebudayaan
dengan cara mengenal budaya itu sendiri dengan adanya kesadaran yang kita miliki
melestarikannya adalah :
menghormati dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat ia tingal
yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya,
rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang
ada dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkungan.
Jadi Cinta tanah air dapat dilakukan dengan cara Melestarikan Kebudayaan yang sudah ada
sebagai warisan nenek moyang kita dimasa lalu. Agar Dunia tahu bahwa kita menghargai
Tanah dan Air Indonesia ini.
My Opinion :
Buat saya Pentingnya Melestarikan Budaya adalah suatu hal yang sangat sangat penting
untuk kita dan Bangsa Indonesia. Karena dengan adanya kebudayaan yang kita miliki
negara kita diakui dan dikenal oleh bangsa lain. Dan dapat menumbuhkan rasa ketertarikan
wisatawan untuk datang ke negara kita, dan wisatawan tersebut mengenalkan atau
menceritakan kebudayaan yang kita miliki kepada bangsa atau negaranya.
*Mengapa begitu penting melestarikan budaya indonesia ?
-Karena budaya yang kita miliki ini adalah warisan yang diberikan oleh leluhur kita dulu. Jika
mata dunia internasional melihat budaya kita sebagai budaya yang menarik, tentunya akan
banyak wisatawan-wisatawan mancanegara yang singgah sebentar untuk melihat indahnya
budaya kita. Hal ini pastinya akan membuat omset usaha-usaha tradisional masyarakat
Indonesia semakin meningkat dan menaikkan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia.
Ini juga membuat Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam budaya yang
menarik. Bayangkan jika Indonesia tidak memiliki budaya. Apa jadinya negara ini yang tidak
dapat menampilkan keindahan budaya kepada negara lain.
*Bagaimana cara kita untuk melestarikan budaya indonesia ?
-Tidak begitu sulit hal yang harus kita lakukan untuk melestarikan budaya ini. Kita cukup
dengan memiliki rasa mencintai budaya Indonesia,akan membuat kita mempelajarinya
sehingga budaya akan tetap ada karena pewaris kebudayaan juga ada. Selain itu juga,
banyak hal positif yang kita dapat dengan mengikuti kegiatan-kegitan dalam mempelajari
tarian-tarian daerah. Lalu menyaksikan penampilan yang berkaitan melastarikan budaya
seperti wayang golek, lenong dan overa lainnya.
*Apa yang terjadi bila kita tidak menjaga dan melestarikan budaya indonesia ?
Kebudayaan yang kita miliki akan menjadi tidak karuan seperti hilangnya budaya yang
dimiliki manusia karena di akui atau di rebut oleh negara lain, tidak adanya ketertarikan
orang asing terhadap negara kita apabila tidak memiliki kebudayaan untuk di perkenalkan
dengan baik.
*Dimana kita bisa melestarikan budaya indonesia ?
-Dimana saja bisa, asal kita memiliki kesaran akan pentingnya melestarikan budaya
indonesia. Dan bangga akan semua kebudayaan yang kita punya.
http://ul102.ilearning.me/2015/05/27/artikel-4-pentingnya-melestarikankebudayaan-indonesia/
2.
3.
4.
1.
2.
3.
1.
1.
1.
Tahun 1816-1848
Pada masa ini kedudukkan hukum adat terancam karena belanda
membauut sebuah univikasi hukum untuk seluruh wilayah jajahan nya.
1.
Tahun 1848-1928
Tejadi suatu kondifikasi hukum yang mulai di gunakan Indonesia yang
mengancam keberadaan hukum adat dengan kondifikasi algemene
berpalingen van wetgeving voor Nederland inde serta beberapa aturan
yang di buat dan di berlaukan di Indonesia pada masa itu.
1.
Tahun 1928-1945.
Pada jamaan ini ada beberapa aturan yang meberiakn tempat bagi hukum
adat baik dalaam bidang umuum maupun dalam lingkup peradialan.
1.
secara samar-samar, masih kita dapat amati muncul pada berbagai acara
ritual sebagai suku bangsa di Indonesia.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
1.
1.
1.
1.
Tahun 1816-1848
Pada masa ini kedudukkan hukum adat terancam karena belanda
membauut sebuah univikasi hukum untuk seluruh wilayah jajahan nya.
1.
Tahun 1848-1928
Tejadi suatu kondifikasi hukum yang mulai di gunakan Indonesia yang
mengancam keberadaan hukum adat dengan kondifikasi algemene
berpalingen van wetgeving voor Nederland inde serta beberapa aturan
yang di buat dan di berlaukan di Indonesia pada masa itu.
1.
Tahun 1928-1945.
Pada jamaan ini ada beberapa aturan yang meberiakn tempat bagi hukum
adat baik dalaam bidang umuum maupun dalam lingkup peradialan.
1.