Tujuan :
Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab IV, diharapkan
mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan fungsi ulir dalam kaitannya dengan perlunya
dilakukan pengukuran ulir.
2.
Menyebutkan bermacam-macam ulir yang banyak
digunakan dalam permesinan.
3.
Menyebutkan elemen-elemen penting dari ulir yang perlu
diukur.
4.
Menjelaskan standar umum dari suatu ulir, baik menurut
sistem metrik maupun menurut sistem inchi.
5.
Memeriksa atau mengukur elemen-elemen penting dari ulir
dengan alat dan cara yang tepat, baik pengukuran secara langsung
maupun pengukuran tak langsung.
6.
Menjelaskan suaian dan toleransi dalam pembuatan
komponen berulir (mur dan baut).
7.
Menganalisis
hasil-hasil
pengukuran
ulir
BAB IV
PENGUKURAN ULIR
Sistem ulir sudah dikenal dan sudah digunakan oleh manusia sejak
beberapa abad yang lalu. Tujuan diciptakannya sistem ulir ini pada
dasarnya adalah mendapatkan cara yang mudah untuk menggabungkan
atau menyambung dua buah komponen sehingga gabungan ini menjadi
satu kesatuan unit yang bermafaat sesuai dengan fungsinya. Sebelum
teknologi industri maju pembuatan ulir hanya dilakukan dengan tangan
dan sudah tentu hasilnya kasar.
Pada abad ke 18 yaitu pada masa Revolusi Industri, Inggris mulai
memproduksi sistem ulir dengan peralatan yang waktu itu sudah
dipunyai. Karena belum ada standarnya maka antara ulir yang satu
dengan ulir yang lain (ulir luar dan ulir dalam) jarang diperoleh kecocokan
waktu digabungkan. Pada tahun 1841 seorang ilmuwan Inggris bernama
Sir Joseph Whitworth mulai mencoba membuat standar ulir yang hasilnya
sampai sekarang dikenal dengan nama ulir yang hasilnya sampai
sekarang dikenal nama ulir Whitworth.
Pada tahun 1864, Wiliam Sellars, seorang ilmuwan Amerika
mengembangkan sistem ulir yang kemudian digunakan di Amerika
Serikat pada masa tersebut. Ulir buatan Sellars ini diberi rekomendasi
oleh Franklin Institut. Meskipun demikian, ulir Sellars tidak cocok
dipasangkan dengan ulir Whitworth karena sudut ulirnya berbeda.
Pada tahun 1935, American Standard mulai mengenalkan standar
sudut ulir sebesar 60. Akan tetapi masih juga beluM ada standar yang
sama antara beberapa negara seperti Kanada, Inggris dan Amerika.
Akhirnya, pada masa perang dunia kedua, terjadi persetujuan antara
Kanada, Inggris dan Amerika untuk menggabungkan standar ulir Inggris
dan Amerika yang sekarang terkenal dengan nama Ulir Unified. Dengan
ulir unified ini penggunaan sistem ulir di ketiga negara tersebut menjadi
fleksibel karena adanya keseragaman dalam standarnya.
Dari sejarah singkat di atas nampak bahwa sejalan dengan
perkembangan teknologi perindustrian maka penyederhanaan sistem ulir
pun mulai dilakukan. Dalam kaitan ini, Organisasi Standar Internasional
(ISO) pun telah membuat standar tersendiri untuk sistem ulir. Perubahanperubahan dan pengembangan sistem standar ulir ini dilakukan dengan
maksud untuk memperoleh komponen-komponen yang berulir
mempunyai sifat mampu tukar (interchangeability) dan dapat diproduk
dalam jumlah besar.
2.
Ulir Unified
British Association
Buttress 450
Knuckle
ACME
Gambar 4.2. Jenis-jenis ulir menurut bentuk sisi ulir
4.
Fungsi Ulir
Dengan adanya sistem ulir memungkinkan kita untuk
menggabungkan atau menyambung beberapa komponen menjadi satu
unit produk jadi. Berdasarkan hal ini maka fungsi dari ulir secara umum
dapat dikatakan sebagai berikut:
a. Sebagai alat pemersatu, artinya menyatukan beberapa komponen
menjadi satu unit barang jadi. Biasanya yang digunakan adalah ulirulir segi tiga baik ulir yang menggunakan standar ISO, British
Standard maupun American Standard.
b. Sebagai penerus daya, artinya sistem ulir digunakan untuk
memindahkan suatu daya menjadi daya lain misalnya sistem ulir
pada dongkrak, sistem ulir pada poros berulir (transportir) pada
mesin-mesin produksi, dan sebagainya. Dengan adanya sistem ulir
c.
H
4
H
8
H
= 0.14434p
6
= 0.10825p
Rr = 0.14434p
5
H = 0.54127p
8
17
H = 0.61343p
Kedalaman ulir luar (bolt) =
24
Kedalaman ulir dalam (nut) =
2.
Ulir Unified
hb
hm
E
1
n
0.61343 17
=
H
n
24
0.54127 5
= kedalaman ulir dalam = 0.54127p =
= H
n
8
3.
Ulir Unifield
24 x 3
20 x 2.5
16 x 2
12 x 1.75
10 x 1.5
M = simbol ISO
10 = diameter nominal 8 x 1.25
= 10mm
6x1
1.5 = jarak puncak ulir
5 x 0.8
= 1.5 mm
6g = kualitas dan daerah
4 x 0.7
toleransi ulir
3 x 0.5
2.5 x 0.45
2 x 0.4
1-8
7/8- 9
3/4 - 10
5/8 - 11
9/16 - 12
- 13
7/16 - 14
3/8 - 16
5/16 - 18
- 20
12 - 24
10 - 24
8 - 32
6 - 32
5 - 40
4 - 40
3 - 48
2 - 56
2A
UNC
16
= kelas ulir
= seri ulir
= jumlah gang
per inchi
= diameter
mayor =
inchi
Pengaruh kesalahan sudut sisi ulir pada fungsi dari ulir dapat
dijelaskan sebagai berikut: lihat Gambar 4.6 berikut ini. Gambar ini
menunjukkan pasangan ulir di mana salah satu sudut sisi ulir yang lain
terdapat kesalahan. Kenaikan diameter efektif (diameter tusuk) nya
adalah Ed. Besarnya Ed ini dapat kita cara dengan memperbesar gambar
bagian dari pasangan ulir yang menunjukkan terjadinya kesalahan sudut
sisi ulir, lihat gambar di sebelah kanan 4.6.
Gambar 4.5. Pasangan ulir luar dan ulir dalam yang menunjukkan adanya
kesalahan sudut.
Dari gambar yang diperbesar dapat dituliskan di sini bahwa :
DF
sin
DE
DF DF
Bila harga
AD AC
DE
DF
sin
sin
AB
AB
cos AC
Akan tetapi,
AC
cos
DF AC dan D
Ed
Ed
h
1 2
sin
1, 2 = kesalahan sudut sisi ulir, baik untuk ulir luar maupun ulir dalam,
dalam radian.
Gambar 4.6. Ulir Whitworth dengan r = 0,1373p dan sudut ulir = 550.
Dari gambar di atas dapat dijelaskan hubungan trigoneometri
sebagai berikut :
R = 0.1373p
h = 0.6403p-2r +2BC
BC
Sin
AB
BC = r sin
h = 0.6403p 2r + 2r sin
Ed
h
1 2
sin 2
0.4924p
1 2x 2
0.8192
360
Ed 0.0105p1 2
Ed
2
.
360
Dengan cara yang sama seperti di atas maka untuk ulir-ulir yang
lain dapat dituliskan hubungan trigonometri sebagai berikut :
Ulir standar British Association dengan sudut ulir 47 30 harga koreksi
kesalahan sudut sisi ulir adalah:
Ed 0.0091p1 2
Ulir Unified dengan sudut ulir 600 harga koreksi kesalahan sudut sisi ulir
adalah :
Ed 0.0098p1 2
Untuk ulir metrik dengan sudut ulir 600 harga koreksi kesalahan sudut sisi
ulir adalah :
Ed 0.00115p1 2
2. Analisis Kesalahan Jarak Puncak Ulir (pitch)
Untuk mempermudah pembahasan maka kita anggap pembuatan
ulir dilakukan dengan mesin bubut. Dengan mesin bubut maka tingkat
ketelitian jarak puncak ulir yang dibuat akan tergantung pada dua hal
yaitu:
a. kebenaran hasil bagi (rasio) antara kecepatan pemakanan pahat
(gerak translasi) dengan kecepatan potong pahat (kecepatan putar
dari benda kerja),
b. hasil bagi antara kecepatan pemakanan dan kecepatan putar harus
tetap konstan selama proses pemotongan berlangsung.
Apabila syarat pertama tidak dipenuhi maka akan terjadi kesalahan
jarak puncak ulir (pitch) yang disebut dengan istilah kesalahan pit
progresif (progressive pitch error). Sebaliknya, apabila syarat nomor dua
dipenuhi maka akan terjadi kesalahan jarak puncak ulir yang disebut
dengan istilah kesalahan pit periodik (periodic pitch error).
Bila digambarkan secara grafik maka dapat diperoleh bentuk grafik
sebagai berikut:
Gambar 4.8. Kesalahan pit progresif Gambar 4.9. Kesalahan pit periodik
Kesalahan pit progresif dapat disebabkan oleh penggunaan rodaroda gigi pengganti yang tidak tepat. Secara umum kesalahan pit bisa
juga disebabkan adanya kesalahan pit pada poros transportier mesin
bubut atau poros-poros penggerak lainnya. Kalau setiap jarak puncak ulir
terjadi kesalahan sebesar p, maka untuk setiap puncak ulir sepanjang
benda berulir tersebut terjadi kesalahan n p, n adalah jumlah ulir yang
dibuat. Dari keadaan seperti itu, bila digambarkan secara grafik maka
diperoleh keadaaan seperti pada Gambar 4.8. di atas.
Kesalahan pit periodik dapat terjadi karena adanya kesalahan rodaroda gigi yang menghubungkan benda kerja dengan poros penggerak
utama atau karena adanya gerakan-gerakan aksial dari poros utama
(lead screw). Keadaan seperti ini akan menyebabkan kesalahan yang
sifatnya siklus. Artinya pada saat tertentu jarak puncak ulir harganya
melebihi harga yang sebenarnya, pada saat-saat yang lain jarak puncak
tersebut justru lebih kecil dari pada harga yang sebenarnya. Kemudian
kembali lagi pada harga yang normal, lalu menuju ke harga yang lebih
besar, kembali ke harga yang normal lagi. Demikian seterusnya. Kalau
digambarkan nampak seperti sinusoida, lihat Gambar 4.9
Apakah kesalahan jarak puncak ulir ini ada pengaruhnya terhadap
diameter efektif atau fungsional? Tentu saja ada pengaruhnya. Untuk
pembahasan ini dapat dilihat Gambar 4.10.
= 1.920 p
Alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur diameter minor (inti)
ulir antara lain adalah mikrometer ulir yang ujung ukurnya berbentuk
runcing dan Bench Micrometer. Bila pengukurannya dengan mikrometer
biasa yang kedua maka ukurnya memang khusus untuk pengukuran
diameter inti ulir maka pembacaan hasil pengukurannya dapat langsung
dibaca pada skala ukur mikrometer tersebut.
Apabila alat ukur yang digunakan adalah Bench Micrometer maka
cara pengukurannya juga sama dengan pengukuran diameter mayornya.
Ambil silinder standar dan ukurlah dengan Bench Micrometer. Misalnya
diameter silinder standar adalah Ds, dan hasil pembacaan mikrometer
terhadap silinder standar misalnya R1. Kemudian silinder standar
dilepaskan dari Bench Micrometer dan diganti dengan ulir yang akan
diukur. Untuk pengukuran diameter inti diperlukan alat bantu lain yaitu
prisma yang biasanya sudah disediakan sebagai pelengkap dari Floating
Carriage Micrometer. Prismanya diletakkan sedemikian rupa sehingga
bagian yang tajam (sisi prisma) masuk pada sudut ulir. Dengan memutar
mikrometer maka batang prisma yang digunakan tepat menyentuh
permukaan ukur dengan catatan bahwa kedudukan fiducial indicator
harus betul-betul pada posisi nol. Dengan mikrometer dapat diketahui
besarnya harga pengukuran, misalnya R2. Dengan hasil ini maka dapat
dihitung besarnya diameter inti dari ulir yaitu :
Di = Ds (R2 R1) mm.
pakai.
b. Bentuk ujung penuh, sering
digunakan untuk ulir dengan
pits yang kecil.
c. Bentuk ujung dengan sudut
yang kecil, biasa untuk
mengukur diameter.
= diameter efektif
= X 2d
= ukuran/jarak bagian luar kawat
= diameter kawat
= X 2d + 2 FG
OP
d cos ec / 2
2
PF
d cos ec / 2 1
2
P
cot / 2
4
p cot / 2 d cos ec / 2 1
GF PG PF
4
2
PG GC cot / 2
Padahal H = X 2d
2 FG 2.
p cot / 2 d cos ec / 2 1
4
2
p
cot / 2 d cos es 2 1
2
De X 2 d
p
cot / 2 d cos ec / 2 1
2
cos
Dimana:
BC
AB
BC
Cos
d
p
2 4 cos
p
Jadi : d
2 cos
2
AB
d
p
Sudut
Diameter kawat
maksimum
0.853p
1.010p
0.730p
Diameter kawat
minimum
0.506p
0.505p
0.498p
= sudut ulir
1
d
2
AD = AB cosec
= r cosec
p
H = DE cot
=
cot
2 2
2
1
p
CD = H cot
2
4
2
X
= AD CD
= r cosec
p
cot
4
2
= Ed + 2x + 2r
cot ) +2r
2 4
2
p
= Ed + 2r (1 + cosec
)cot
2
2
2
p
= Ed + d (1 + cosec
)cot
2
2
2
= Ed + 2 (r cosec
Co sec
\
Cot
p
cot
2
2
2
p
= D1 0.6496p + (1+2) - (1.732)
2
= De + d (1+cosec
)-
= D1 + 3d (0.6496 + 0.866) p
M
= Dluar + 3d 1.515p
1.732
Untuk ulir Whitworth juga dapat dilakukan dengan cara yang sama.
= Dluar - 0.64p
= D1 0.64p + d(1+2.1657) -
= D1 + 3.1657d 1.6p
p
(1.921)
2
Sin
1
M 2 M 1 R 2 R1
AD
= AC CD
= R1 + (M2 M1) R2
CB
BC
AB
2
R 2 R1
Jadi : Sin
2 M 2 M 1 R 2 R1
Selain dengan mal ulir pengukuran sudut ulir dan jarak puncak ulir
bisa juga dengan menggunakan proyektor bentuk, tetapi untuk ulir-ulir
yang berdimensi relatif kecil dan dengan pertimbangan tidak akan
merusakkan kaca landasan ukur dari proyektor bentuk.
Berikut ini dua buah contoh perhitungan pada pemeriksaan
diameter efektif ulir dengan menggunakan kawat.
Contoh 1. Memeriksa baut 10 x 1.5 ISO dengan menggunakan kawat
berdiameter terbaik, maksimum dan minimum.
Diameter kawat terbaik untuk ISO adalah : 0.5773p.
Diameter kawat d = 0.5773 x 1.5 = 0.86595 mm
Jarak luar kawat
M
= Dluar + 3 d 1.5156p
= 10 + 3 x 0.86595 1.5156 x 1.5
M
= 2.60785 + 10 2.27340 = 10.33445 mm.
Bila dipakai kawat dengan diameter maksimum maka :
d
= 1.010p = 1.010 x 1.5 = 1.515 mm
M
= 10 + 3 x 1.515 1.515 x 1.5
= 12.37160 mm
Dan jika digunakan kawat yang berdiameter minimum maka :
d
= 0.505p = 0.505 x 1.5 = 0.5575 mm
M
= 10 + 3 x 0.5575 1.5156 x 1.5
= 9,39910 mm
Contoh 2. Periksalah ulir Whitworth inchi dengan menggunakan kawat
berdiameter terbaik, maksimum dan minimum.
Misalnya jumlah gang per inchi = 10, maka pitch = 0.1 inchi.
Untuk diameter terbaik,
d
= 0.5637p = 0.05637 inchi.
M
= Dluar + 3.1657 x d 1.6p
= 0.50 + 3.1657 x 0.05637 1.6 x 0.1
M
= 0.51846 inchi.
Untuk diameter kawat maksimum,
d
= 0.853p
= 0.853 inchi.
M
= 0.50 + 3.1657 x 0.0853 1.6 x 0.1
= 0.6100 inchi.
Untuk diameter minimum,
d
17
H
24
3
De d2 2x H d2 0.64952p
8
3
de d2 2x H d2 0.64952p
8
5
H H
D1 de 2x d2 2H1 d2 2x H
8
2 4
= d2 1.08253p
5
H
8
17
H H
d1 de 2x d2 2x
H
24
2 6
= d2 1.22687p
D2 D1 5
H 0.54127p
2
8
D2 D1 17
He
H 0.61343p
2
24
H1
H
0.14434p
6
Gambar 4.22 Posisi daerah toleransi mur dan baut dengan simbol H, G
dan e, g, h.
Dari gambar di atas, penyimpangan fundamental dari mur dan baut
dapat dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut :
Penyimpangan bawah untuk toleransi G adalah :
: 4, 5, 6, 7, dan 8.
3.15
p
: Td2(8) = 1.6Td2(6).
Tde(9) = 2 Tde(6)
Ulir pada
Close Fit
Mur
5H
Medium Fit
6H
Baut
4h
6g
5H
6H
7H
6g
8g
4h
Pasangan
5H/4h
Pasangan
6H/6g
Free Fit
7H
8g
Kelonggaran
minimum
Pasangan
7H/8g
2. Ulir Unified
Ulir unified adalah salah satu jenis ulir yang satuannya dalam inchi.
Bentuk standar ulir unified dapat dilihat pada gambar 4.4 di muka. Untuk
diameter efektifnya maka perhitungan toleransi berkaitan erat dengan
diameter mayor, panjangnya pasangan mur dan baut, dan jarak puncak
ulir.
Secara umum, toleransi dari diameter efektif dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
TDe a3 D + bL + cp
Dimana:
D
L
p
a, b, c
= diameter mayor
= panjang pemasangan
= jarak puncak ulir
= konstante
Bentuk ulir ini bila diperiksa dengan kaliber ulir maka kaliber ulir dapat
berputar dengan bebas, akan tetapi masih tetap tidak terlalu
longgar/lepas. Medium fit, kebanyakan digunakan pada ulir-ulir yang
dibuat dibengkel (toolroom) untuk keperluan khusus dalam permesinan.
Pada ulir dengan kelas suaian menengah (medium fit), apabila bentuk
ulirnya diperiksa dengan kaliber pemeriksa ulir, maka kaliber pemeriksa
harus diputar dengan sedikit paksaan, tapi tidak terlalu ringan dan tidak
pula terlalu keras memutarnya. Close fit, pada waktu memeriksa ulirnya
dengan kaliber pemeriksa ulir, maka kaliber tersebut harus betul-betul
mempunyai kerapatan yang sempurna dengan permukaan ulir.
Untuk kelas toleransi dari ulir Unified menurut British Standard 1580
ada tiga kelas yaitu kelas 1A, 2A, dan 3A digunakan untuk menunjukkan
kelas toleransi dari ulir luar (baut), sedangkan kelas 1B, 2B dan 3B
digunakan untuk menunjukkan kelas toleransi dari ulir dalam (mur). Kelas
toleransi 1A dan 1B untuk perakitan komponen-komponen yang cepat
dan cara yang mudah, juga diperlukan sedikit kelonggaran pada
pasangannya (free fit). Kelas toleransi 2A dan 2B untuk mur-mur dan
baut-baut yang toleransinya lebih sempit daripada toleransi kelas 1A dan
1B, biasanya digunakan untuk keperluan permesinan secara umum yang
suaian pasangannya termasuk jenis suaian menengah (medium fit).
Kelas toleransi 3A dan 3B digunakan untuk ulir-ulir yang memerlukan
kerapatan yang tinggi di mana ketepatan jarak tempuh kisar (lead) dan
sudut ulir merupakan elemen yang penting. Ulir dengan kelas toleransi
3A dan 3B ini khusus digunakan untuk produksi komponen-komponen
dnegan kualitas tinggi. Adapun simbol untuk ulir dengan toleransi 3B
yang dianjurkan untuk digunakan adalah - 13NC - 3B.
Untuk toleransi diameter efektif kelas 2A dapat dihitung dengan
rumus :
Tde(2A) = 0.0015 3 D + 0.0015L + 0.015p
Dimana:
D = diameter mayor
L = panjang pasangan
P = pitch
Untuk ulir dalam (mur) dengan kelas 2B diameter efektifnya telah dibaut
30% lebih besar dari pada kelas 2A diatas.
Untuk kelas 1A dan 1B diameter efektifnya adalah 1.5 kali harga
toleransi kelas 2A dan 2B. Sedangkan untuk kelas 3A dan 3B toleransi
diameter efektifnya adalah kali harga toleransi kelas 2A dan 2B.
G. Pertanyaan-pertanyaan
1. Jelaskan fungsi dari ulir dan jelaskan pula mengapa pengukuran ulir
perlu dilakukan.
2. Sebutkan macam-macam ulir menurut arah gerakan jalur ulir, jumlah
ulir tiap gang dan menurut bentuk sisi ulir.
3. Sebutkan beberapa elemen penting dari ulir yang perlu diperiksa.
4. Gambarlah bagan ulir menurut sistem metrik dan sistem inchi (ulir
ISO metrik dan ulir Unified).
5. Jelaskan arti dari simbol-simbol ulir berikut ini :
a. M 12 x 1.75 6g
b.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
7
14UNC 2A
16