Injection Molding PDF
Injection Molding PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1
(mould) sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Komponen yang dihasilkan dari
proses injeksi disebut Green Compact. Bahan pengikat yang digunakan kemudian
dipisahkan melalui proses yang disebut sebagai proses pemisahan (debinding).
Komponen yang telah dibuang bahan pengikatnya disebut Brown Compact, yang
selanjutnya dipanaskan pada suhu di bawah titik didih bahan utama plastik yang
digunakan. Proses ini disebut proses pemanasan (sintering). Komponen hasil
pemanasan lalu didinginkan.
Serbuk
Campuran
Butiran
Binder
Pencetakan
Debinding
Sintering
Selesai
Keluaran
Gambar 2.3 Tahapan Proses Plastic Injection Molding ( PIM ) (German 1990 )
Persentase ( % )
Bahan
0,05
25,36
Pengacuan Suntikan
0,06
27,75
Penyingkiran
0,07
32,50
Sinter
0,03
15,39
Jumlah
0,21
100
3. Bahan Elastis (Elastomer) yaitu bahan yang sangat elastis. Contoh bahan
elastis adalah : karet sintetis.
Berikut pembagian polymer secara umum :
3. Branching (percabangan)
Semakin banyak cabang pada rantai polimer maka densitasnya akan semakin
kecil. Hal ini akan membuat titik leleh polimer berkurang dan elastisitasnya
bertambah karena gaya ikatan intermolekularnya semakin lemah.
4. Tacticity (taktisitas)
Taktisitas menggambarkan susunan isomerik gugus fungsional dari rantai karbon.
Ada tiga jenis taktisitas yaitu isotaktik dimana gugus-gugus subtituennya terletak
pada satu sisi yang sama, sindiotaktik dimana gugus-gugus subtituennya lebih
teratur, dan ataktik dimana gugus-gugus subtituennya terletak pada sisi yang acak.
2.3.2 Elongation
Menurut Rahmat (2007) semua jenis kekuatan memberitahu kita berapa
tegangan yang dibutuhkan untuk mematahkan sesuatu, tetapi tidak memberitahu
kita tentang apa yang terjadi pada sampel kita saat kita mencoba untuk
mematahkannya, itulah kenapa kita mempelajari elongation dari polimer. Elongasi
merupakan salah satu jenis deformasi. Deformasi merupakan perubahan ukuran
yang terjadi saat material di beri gaya. % Elongasi adalah panjang polimer setelah
di beri gaya (L) dibagi dengan panjang sampel sebelum diberi gaya (Lo)
kemudian dikalikan 100%. Elongation-to-break (ultimate elongation) adalah
regangan pada sampel pada saat sampel patah. Elastomer memiliki ultimate
elongation yang tinggi.
2.3.3 Modulus
Modulus diukur dengan menghitung tegangan dibagi dengan elongasi.
Satuan modulus sama dengan satuan kekuatan (N/cm2) (Rahmat, 2007).
6. Bakelit
Bakelit banyak digunakan untuk alat-alat listrik.
7. Polyester
Poliester dibentuk dari monomer-monomer ester. Salah satu contoh
polimer ini adalah dakron. Dakron digunakan sebagai serat tekstil. Selain
dakron dikenal pula Mylar, yang digunakan sebagai pita perekam
magnetik
8. Polyurethanes
Polyurethanes banyak digunakan untuk produk-produk yang terbuat dari
foam, serat, dan yang digunakan untuk elastomer dan pelapis (coating).
Aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari misalnya untuk pembuatan
wadah dari foam, untuk industri garmen, untuk aplikasi bahan bangunan
dan sebagainya.
9. Karet alam dan karet sintetis
Karet diperoleh dari getah pohon karet (lateks). Karet alam merupakan
polimer isoprena. Karet sintetis terdiri dari beberapa macam, misalnya
polibutadiena, polikloroprena dan polistirena. Karet sintetis yang telah
banyak dikenal yaitu SBR. SBR terdiri dari monomer stirena dan 1,3butadiena, banyak digunakan untuk pembuatan ban mobil.
Polyethylene ini dibuat dengan jalan polimerisasi gas etilen yang dapat
diperoleh dengan memberi hydrogen gas petroleum pada pemecahan minyak
(nafia), gas alam atau asetelin. Melihat kristalinitas dan massa molekul, titik leleh,
dan transisi gelas sulit melihat sifat fisik polietilena. Temperatur titik tersebut
sangat bervariasi bergantung pada tipe polietilena. Pada tingkat komersil,
polietilena berdensitas menengah dan tinggi, titik lelehnya berkisar 120oC hingga
135oC. Titik leleh polietilena berdensitas rendah berkisar 105oC hingga 115oC.
Kebanyakan LDPE, MDPE, dan HDPE mempunyai tingkat resistansi kimia yang
sangat baikdan tidak larut pada temperatur ruang karena sifat kristalinitas mereka.
Polietilena umumnya bisa dilarutkan pada temperatur yang tinggi dalam
hidrokarbon aromatik seperti toluena atau xilena, atau larutan terklorinasi seperti
trikloroetana atau triklorobenzena (Boedeker, 2010).
Polyethylene digolongkan menjadi polyethylene tekanan tinggi, tekanan
medium dan tekanan rendah. Oleh tekanan polimerisasinya atau masing-masing
menjadi polyethylene massa jenis rendah dengan massa jenis 0,910 - 0,926 g.cm-3,
Polyethylene massa jenis medium dengan massa jenis 0,926 - 0,940 dan
polyethylene massa jenis tinggi 0,941 - 0,965. Pada polyethylene massa jenis
rendah, molekul-molekulnya tidak mengkristal secra baik tetapi memiliki banyak
cabang. Disisi lain polyethylene tekanan rendah kurang bercabang dan merupakan
rantai lurus karena itu massa jenisnya lebih besar sebab mengkristal secara baik
sehingga memiliki kristalinitas tinggi. Karena kristal yang berbentuk baik itu
mempunyai gaya antar molekul yang kuat, maka bahan ini memiliki kekuatan
mekanis yang tinggi dan titik lunak yang tinggi pula.
Polyethylene mudah diolah maka dari itu sering di cetak dengan
penekanan, injeksi, ekstruksi, peniupan dan hampa udara. Polyethylene massa
jenis terendah terutama digunakan dalam bentuk tipis atau lembaran, misalnya :
tas, botol-botol yang dapat dijepit tabung tinta pada pena, tali senar/dawai, isolator
kabel, wadah alat dapur, botol minyak tanah, dan kantong tempat sampah.
Sedangkan polyethylene massa jenis tinggi digunakan untuk perpipaan, mainan,
filament tenunan dan peralatan rumah tangga. Kedua jenis polyethylene ini
memiliki daya tahan kimia yang sangat baik, sedikit penyerapan uap air dan
ketahanan listrik yang tinggi. Umumnya bahan tambahan (additive) digunkan
dalam polyethylene yaitu karbon hitam sebagai penstabil, pewarna untuk
memberikan warna, serat kaca untuk peningkatan daya lentur, tarik dan karet
butyl (butyl rubber) untuk mencegah terjadinya tekanan saat tidak digunakan.
Sumber : boedeker.com
b. Polyprophylene (PP)
Polyprophylene
Kristalinitas
60%
0,90
Tg [C]
10
Tm[C]
176
30 sampai 40
Perpanjangan [%]
50 sampai 600
Catatan
Tg
Tm
Sumber : boedeker.com
c. Polystyrene
Sumber : boedeker.com
Gambar 2.6 Spesimen Uji Tarik Dan Perilaku Polimer Thermoplastik Saat
Mengalami Pembebanan Di Mesin Uji Tarik (Rahmat Saptono, 2007 )
deformasi plastik atau yang selama ini kita kenal dengan kekuatan (strength) dari
polimer.
Gelinciran rantai molekul polimer thermoplastik dapat pula dilihat sebagai
aliran viskos dari suatu fluida. Kemudahan molekul polimer untuk dideformasi
secara permanen dalam hal ini berbanding lurus dengan viskositas dari polimer.
Dari persamaan umum dapat dilihat bahwa tegangan geser akan menyebabkan
gradien kecepatan antar rantai molekul yang dapat menyebabkan deformasi
permanen tergantung pada viskositasnya.
bergerak untuk membawa butiran plastik menuju barrel untuk melelehkan butiran
plastik. Langkah berikutnya, cetakan ditutup dan screw didorong maju oleh piston
untuk mendorong lelehan plastik dari screw chamber melalui nozzle masuk ke
dalam cetakan.
Lelehan plastik yang telah diinjeksi mengalami pengerasan karena
energi panasnya diserap oleh dinding cetakan yang berpendingin air. Setelah
proses pendinginan dan kekakuan produk cukup maka screw bergerak mundur
untuk melakukan pengisian barrel. Pada saat itu, clamping unit akan bergerak
untuk membuka cetakan. Produk dikeluarkan dengan ejector. Setelah itu, cetakan
siap untuk diinjeksi kembali. Gambar 2.13 memperlihatkan mekanisme injection
molding.
Gambar 2.14 Waktu siklus pada Mesin Injection Molding (Ptsch, 1995)
Enam langkah utama yang biasanya dilakukan pada proses Injection Molding :
1. Pengapitan
Suatu mesin injeksi memiliki tiga bagian utama, yaitu cetakan, pengapit
dan unit penyuntik. Unit pengapit adalah pemegang cetakan yang mengalami
tekanan selama proses penyuntikan dan pendinginan. Pada dasarnya, pengapit ini
memegang kedua belah cetakan bersama-sama.
2. Suntikan
Pada saat penyuntikan, material plastik umumnya dalam bentuk
butiran/pellet, diisi kedalam suatu wadah saluran tuang (hopper) yang terdapat
bagian atas unit mesin. Butir/pellet ini disuap ke dalam silinder untuk dipanaskan
hingga mencair. Di dalam silinder (barrel) terdapat mesin screw (berputar) yang
mencampur bahan butiran/pellet cair dan mendorong campuran ke bagian ujung
silinder.
Ketika material yang dikumpulkan di ujung screw telah cukup, proses
penyuntikan dimulai. Plastik yang dicairkan dimasukkan kedalam cetakan melalui
suatu nozzle injector, ketika tekanan dan kecepatan diatur oleh screw tersebut.
Sebagian mesin injeksi menggunakan suatu pendorong sebagai pengganti screw.
NOZZLE INJECTOR
CETAKAN
HOPPER
SCREW PRESS
3. Penenangan
Tahap ini adalah waktu penenangan sesaat setelah proses penyuntikan.
Plastik cair telah disuntik kedalam cetakan dan tekanan dipertahankan untuk
meyakinkan segala sisi rongga cetakan telah terisi secara sempurna.
4. Pendinginan
Plastik didinginkan didalam cetakan untuk mendapatkan bentuk padatnya
didalam cetakan. Pada proses ini sekaligus pengisian ulang bahan plastik dari
hopper ke dalam barrel dengan screw yang berputar.
5. Cetakan Dibuka
Unit pengapit dibuka, yang memisahkan keduabelah cetakan
6. Pengeluaran
Pena dan plat ejector mendorong dan mengeluarkan hasil cetakan dari
dalam cetakan,. Geram dan sisa pada sisi-sisi hasil cetakan yang tidak dipakai
dapat didaur ulang untuk digunakan pada pencetakan berikutnya.
tekanan, maka bahan plastik kemungkinan tidak akan keluar atau terinjeksi ke
dalam cetakan. Akan tetapi jika tekanan udara terlalu tinggibdapat mengakibatkan
tersemburnya bahan plastik dari dalam cetakan dan hal ini akan berakibat proses
produksi menjadi tidak efisien.
2.10. Pencampuran
2.10.1. Teori Pencampuran
Pencampuran adalah tahap pertama pada proses PIM dan proses ini sangat
penting untuk menentukan keberhasilan proses (German, 1990). Pencampuran ini
dimaksudkan untuk membuat sifat bahan campuran yang seragam (Moller & Lee,
1994 ) dan juga menjaga batas keseragaman yang diinginkan pada keadaan yang
optimal
sejak
proses pencampuran
Tujuan
tegangan shear stress lebih dominan, pencampuran dilakukan pada suhu rata-rata
yaitu sekitar 190oC. Pemanasan diperlukan untuk menurunkan viskositas
campuran.
Cacat yang terjadi dapat dihindari apabila pencampuran dilakukan pada
suhu dimana campuran masih mempunyai kekuatan patah. Pencampuran pada
suhu yang terlalu tinggi menyebabkan bahan pengikat terpisah dari serbuk karena
viskositas campuran terlalu rendah. Pencampuran yang dilakukan di udara bebas
dapat menyebabkan bahan pengikat teroksidasi dan ini akan menaikkan viscositas
campuran (Kwon, 1995). Peningkatan viskositas ini menyebabkan bahan pengikat
kurang sesuai untuk digunakan dalam proses injeksi plastik karena akan
menyulitkan pada saat injeksi.
pencampuran harus diatas suhu transisi bahan kaca,Tg, dari unsur plastik yang
menjadi komponen dalam campuran dan diatas suhu cair, Tm, dari unsur
campuran plastik semikristallin. Untuk alasan ekonomi, pencampuran secara
mekanik lebih mendominasi. Ukuran partikel pada fase pemisahan sangat perlu
dipertimbangkan
untuk
mengoptimalkan
kinerja
campuran.
Biasanya
3. Polimerisasi
Metode polimerisasi digunakan untuk mempersiapkan campuran bahan
plastik, terutama pada polimerisasi emulsi. Bahan-bahan plastik dibutuhkan dalam
bentuk latek atau emulsi. Proses pencampuran bahan latek yang ukurannya sangat
kecil, akan berkurang dalam skala satu mikron atau lebih, saat pemisahan yang
sempurna oleh air. Tidak ada pengaruh panas, tegangan dan bahan pengikat, jika
latek diuapkan atau dibekukan. Campuran bahan plastik yang padat biasanya
dapat diperoleh dengan proses pemisahan antara kedua komponen (Ilham, 2007).
4. Pencampuran Reaksi
Metode pencampuran reaksi merupakan satu metode yang begitu inovatif.
Penggunaan
metode
ini
memudahkan
dalam
penyamarataan sifat
dan
intensif.
Pengembangan
mikrostruktur
diawali
sejak
komponen
bentuk vektor-vektor kecepatan yang akan memaksa fluida mengalir dari pusat ke
arah dinding luar pipa. Pada saat yang sama, aliran berbalik dan dapat mengarah
ke kiri atau ke kanan mengikuti konfigurasi lingkaran.