Disusun oleh :
Psikologi 2B
DEPARTEMEN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Perkembangan
Fisik, Sensori, dan Persepsi pada Masa Bayi.
Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................................. 1
1.2 TUJUAN.............................................................................................................. 1
1.3 RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 1
BAB II.......................................................................................................................... 2
ISI............................................................................................................................... 2
1.1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FISIK PADA MASA BAYI...........................2
A. POLA PERTUMBUHAN....................................................................................... 2
B. REFLEKS........................................................................................................... 2
C. TINGGI DAN BERAT........................................................................................... 4
D. OTAK................................................................................................................ 4
E. TIDUR............................................................................................................... 5
F.
GIZI
6
1.2
A.
A.
PERSEPSI VISUAL........................................................................................... 8
B.
C. PERSEPSI MENYELURUH.................................................................................9
BAB III....................................................................................................................... 11
SIMPULAN................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia sebagai makhluk hidup memiliki koordinasi motorik yang buruk sehingga ia
harus bersusah payah belajar untuk mampu menggerakan badannya. Perilaku umumnya tampak
tidak terorganisasi, contohnya jika seorang bayi menangis ia sedang tidak merasa nyaman.
Seorang bayi tidur hampir sepanjang waktu, kira kira 16 hingga 17 jam sehari. Para peneliti
menyebutkan bahwa pertumbuhan bayi ialah bayi telah mengembangkan sistem motorik
perseptual yang tinggi. Walaupun begitu, banyak perawat di rumah sakit persalinan yang masih
yakin bahwa bayi yang baru lahir adalah buta pada saat lahir. Kebanyakan orang tuas juga
merasakan bahwa bayi mereka yang baru lahir tidak dapat mengecap, mencium, atau merasakan
sakit. Tetapi penulis akan membahas bahwa bayi yang baru lahir dapat melihat, mengecap,
mencium, dan merasakan rasa sakit. Oleh sebab itu kita akan membahas sejumlah pandangan
tentang perkembangan fisik, sensori, dan persepsi pada masa bayi.
1.2 TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Bapak
Dosen, dan juga untuk menambah wawasan tentang perkembangan fisik, sensori, dan persepsi
pada masa bayi, serta memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan.
BAB II
ISI
1.1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FISIK PADA MASA
BAYI
A. POLA PERTUMBUHAN
Bayi memiliki ukuran kepala yang tergolong sangat besar dibandingkan dengan
keseluruhan tubuhnya, yaitu pada masa pra kelahiran dan awal masa bayi. Pola sefalokaudal
adalah urutan pertumbuhan yang selalu dimulai dari bagian paling atas yaitu kepala kemudian
pertumbuhan fisik dan diferensiasi karakteristik karakteristik nya berlangsung secara bertahap
dari atas ke bawah, contohnya kepundak, batang tubuh, dan seterusnya. Pola yang sama terjadi di
kepala itu sendiri karena bagian atas kepala, yaitu mata dan otak tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan bawah kepala, contohnya rahang.
Perkembangan motorik pada umumnya juga mengikuti prinsip sefalokaudal, selain itu
pertumbuhan juga memiliki pola proksimodistal, yaiut pertumbuhan yang dimulai dari bagian
tengah lalu bergerak menuju bagian ujung. Contohnya bayi dapat mengendalikan otot otot
batang tubuh dan lengannya sebelum dapat mengendalikan tangan dan jari jarinya, begitu juga
mereka harus menggunakan keseluruhan tangannya sebelum dapat mengendalikan jari jarinya.
B. REFLEKS
Refleks mengatur gerakan gerakan bayi yang baru lahir. Sifat refleks ini adalah
otomatis dan berada di luar kendali bayi yang baru lahir. Refleks merupakan reaksi terhadap
rangsang terhadap rangsang tertentu dan memberi bayi respons penyesuaian diri terhadap
lingkungan mereka sebelum mereka memiliki kesempatan untuk belajar lebih banyak.
Refleks terbagi kedalam empat bagian, yaitu :
1. Refleks mengisap (sucking reflex)
Terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis mengisap benda yang di tempatkan di
mulut mereka. Refleks mengisap memudahkan bayi yang baru lahir untuk memperoleh
makanan sebelum mereka mengasosiasikan putting susu dengan makanan.
2. Refleks mencari (rooting reflex)
Terjadi ketika pipi bayi di usap atau di belai atau pinggir mulutnya di sentuh. Sebagai
respons, bayi itu memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya, dalam
upaya yang jelas untuk menemukan sesuatu yang dapat dihisap.
Refleks
Stimulasi
Respon Bayi
Mengejapkan
mata
Babinski
Sorotan
cahaya,
tiupan angin
Telapak
kaki
diusap
Permanen
Memegang
Telapak
tangan
diusap
Stimulasi tiba-tiba,
seperti mendengar
suara nyaring atau
diturunkan
Menutup
kedua
mata
Menyebarkan jari
kaki,
memutarmutarkan kaki
Menggenggam
dengan kuat
Kaget,
melengkungkan
punggung,
melemparkan
kepala ke belakang,
merentangkan
lengan dan kaki
serta
kemudian
dengan
cepat
menutupkannya ke
pusat tubuh
Membalikkan
kepala, membuka
mulut,
mulai
mengisap
Menggerakan kaki
seolah-olah
berjalan
Mengisap
secara
otomatis
Membuat gerakan
gerakan berenang
yang terkoordinasi
Mengepalkan tinju
kedua tangan dan
biasanya
membalikan kepala
Moro
(mengejutkan)
Mencari
Melangkah
Mengisap
Berenang
Leher ditopang
Pola Perkembangan
Menghilang setelah 9 bulan
hingga setahun
Melemah setelah 3 bulan,
menghilang setelah setahun
Menghilang setelah 3 hingga 4
bulan
ke kanan (kadang
kadang
disebut
gaya
pemain
anggar karena bayi
kelihatan
seperti
sedang
dalam
posisi anggar)
Korteks serebral (cerebral cortex) menyelimuti otak depan seperti topi berkeriput. Korteks
serebral memiliki dua belahan atau hemisfer. Berdasarkan bukit dan lembah yang terdapat pada
korteks sehingga dibedakan empat area utama yang disebut lobus di setiap hemisfer, meskipun
lobus lobus ini biasanya saling berfungsi bersama, masing masing memiliki fungsi utama
tersendiri, yaitu :
1. Lobus frontal (frontal lobe)
Terlibat dengan gerakan disengaja, berpikir, personalitas, dan niat atau tujuan.
2. Lobus oksipital (occipital lobe)
Terlibat dengan fungsi penglihatan.
3. Lobus temporal (temporal lobe)
Berperan aktif dengan pendengaran, pemrosesan bahasa, dan memori.
4. Lobus parietal (parietal lobe)
Berperan penting dengan menentukan lokasi spasial, atensi, dan kendali motorik.
E. TIDUR
Untuk menggambarkan dan memahami perkembangan bayi, para ahli perkembangan
(developmentalist) telah membangun klasifikasi keadaan bayi (Berg & Berg, 1987; Brown, 1964;
Colombo, Moss, & Horowitz, 1989). Berikut ini salah satu kemungkinan skema klasifikasi, yang
menggambarkan tujuh keadaan bayi (Brown, 1964):
1. Tidur nyenyak (deep sleep)
Bayi berbaring tidak bergerak dengan mata tertutup, bernafas secara teratur, tidak
membuat suara, dan tidak merespons terhadap rangsangan luar,
2. Tidur teratur (regular sleep)
Bayi sangat sedikit bergerak, bernafas dengan serak atau meliputi mendesah, dan
pernafasan normal atau bergerak dari normal ke tidak teratur
3. Tidur terganggu (disturbed sleep)
Ada sejumlah variable gerakan, kelopak mata bayi tertutup tetapi tidak dapat mengedipngedip, bernafas tidak teratur, dan barangkali ada beberapa keluhan, isakan, dan nafas
panjang.
4. Mengantuk (drowsy)
Mata bayi tertutup atau sebagian tertutup atau tampak berkaca-kaca, ada gerakan kecil
(walaupun kejutan-kejutan dan gerakan bebas tertentu dapat terjadi,) suara lebih teratur
dibandingkan tidur terganggu, dan beberapa suara peralihan dapat terjadi.
5. Aktivitas waspada (alert activity)
Ini adalah keadaan yang paling sering dilihat oleh orang tua sebagai bangun. Mata bayi
terbuka dan bersinar. Bayi melakukan berbagai gerakan bebas, cerewet, dan kulitnya
memerah. Mungkin ada pernafasan yang tidak teratur ketika bayi merasa tegang.
Jenis perhatian ini sering terlihat pada anak-anak yang lebih tua, tetapi kurang lazim pada
bayi yang baru lahir. Mata anak terbuka dan bersinar. Suatu aktivitas motoric dapat
terjadi, tetapi diintegrasikan sekitar aktivitas khusus. Keadaan waspada dan terfokus ini
mungkin terjadi ketika memfokuskan perhatian pada bunyi atau rangsangan visual.
7. Terfokus secara kaku (inflexsibly focused)
Dalam keadaan ini, bayi sedang bangun tetapi tidak beraksiterhadap rangsangan dari luar;
dua contohnya ialah mengisap dan menangis keras. Selama menangis keras, bayi
menggelepar-gelepar, tetapi matanya tertutup ketika ia mulai menjerit-jerit
Bayi yang baru lahir tidur selama 16 hingga 17 jam sehari, walaupun beberapa bayi tidur
lebih lama, dan yang lain kurang lama. Rentangnya ialah dari yang rendah sekitar 10 jam hingga
yang tinggi sekitar 21 jam (Parmalee, Wenner, & Schulz, 1964)
Pada usia kira-kira sebulan, kebanyakan bayi mulai tidur lebih lama pada malam hari,
dan pada usia kira-kira 4 bulan mereka biasanya bergerak lebih dekat ke pola tidur orang dewasa,
yang menghabiskan masa tidur terlama mereka pada malam hari dan masa bangun terlama
mereka pada siang hari (Coons & Gilleminault).
Suatu persoalan khusus tentang tidur bayi ialah sindrom kematian bayi secara tiba-tiba
(sudden infact death syndrome, (SIDS), yakni suatu kondisi yang terjadi ketika seorang bayi
berhenti bernafas, biasanya saat malam hari, dan secara tiba-tiba meninggal tanpa sebab yang
jelas. Sekitar 13 persen kematian bayi disebabkan oleh SIDS; bagi bayi yang berusia antara 10
hari setelah kelahiran dan 1 tahun, SIDS merupakan penyebab kematian yang paling banyak
dibandingkan dengan faktor lain. Bayi-bayi yang meninggal oleh kondisi ini memperlihatkan
kerapuhan biologis sebelumnya dalam perkembangan mereka, yang meliputi peristiwa kelahiran
premature, rendahnya berat lahir, rendahnya skala Apgar, dan masalah-masalah pernafasan
(Barness & Gilbert-Barness, 1992; Buck, dkk, 1989, Woolsey, 1992).
F. GIZI
1. Kebutuhan Gizi
Perbedaan individual diantara para bayi dalam hal penyimpanan nutrisi, komposisi tubuh,
tingkat pertumbuhan, dan pola aktivitas menyulitkan penentuan kebutuhan nutrisi actual (Schiff,
2011; Wardlaw&Smith, 2011). Ahli nutrisi merekomendasi terhadap para orang tua bahwa para
bayi untuk mengonsumsi sekitar 50 kalori per hari untuk setiap pon berat tubuhnya dua kali
lebih banyak dari yang dibutuhkan orang dewasa per ponnya.
Sejumlah perubahan perkembangan yang mencakup aktivitas makan menjadi
karakteristik tahun pertama dalam kehidupan bayi (Black&Hurley, 2007). Seiring perkembangan
keterampilan motorik bayi, terjadi perubahan dari gerakan mengisap dan menelan ASI atau susu
formula menjadi mengunyah dan menelan makanan semi padat yang lebih kompleks. Seiring
peningkatan keterampilan motorik bayi di tahun pertama, terjadi transisidari disuapi menjadi
menyuap sendiri. Di posisi ini, bayi perlu mendapatkan menu yang mencakup berbagai macam
makanan terutama buah dan sayur.
Sebuah studi nasionalyang melibatkan 3000 bayi berusia 4-24 bulan yang dipilih secara
acak berhasil mendokumentasikan bahwa banyak orang tua di A.S. yang tidak memberi buahbuahan dan sayur-sayuran secara cukup kepada bayinya, namun terlalu banyak memberi
makanan junk food (Fox dkk., 2004). Pola makan yang buruk seperti itu dan diperiode begitu
awal dalam perkembangan dapat mengakibatkan lebih banyak bayi yang kelebihan berat badan.
Selain faktor dari makanan junk food, faktor lainnya adalah pemberian ASI atau susu
botol kepada para bayi tersebut. Ketika merekamencapai usia sekolah, para bayi yang diberi ASI
menunjukkan laju peningkatan berat badan yang lebih kecil disbanding mereka yang diberi susu
botol, dan terdapat estimasi bahwa pemberian ASI akan mengurangi risiko obesitas sebesar
kurang lebih 20 persen.
2. ASI versus Susu Formula
Selama 4 hingga 6 bulan pertama kehidupan, ASI atau susu formula alternatif lainnya
merupakan sumber gizi dan energi untuk bayi. Pemberian ASI kepada bayi lebih menguntungkan
daripada susu formula karena pemberian ASI lebih baik untuk kesehatan bayi.
Berikut keuntungan yang diperoleh dari pemberian ASI :
a. Hasil terhadap bayi
Mengalami lebih sedikit infeksi gastrointestin
Mengurangi infeksi saluran pernapasan bawah
Menurunkan risiko alergi
Mencegah asma
Mengurangi infeksi telinga bagian tengah (otitis media)
Mengurangi peradangan kulit kronis (dermatitis atopic)
Mengurangi kelebihan berat badan dan obesitas
Mengurangi kemungkinan diabetes
Mengurangi kemungkinan mengalami SIDS (Sudden Infant Death Syndrome)
b. Hasil terhadap ibu
Mengurangi risiko kanker payudara
Mengurangi kanker indung telur
Mengurangi untuk mengalami diabetes tipe dua
3. Kekurangan gizi di masa bayi
Penyapihan bayi yang terlalu dini dari pemberian ASI ke sumber gizi yang lain
yang tidak memadai, seperti susu sapi formula yang tidak sesuai dan tidak higienis,
dapat mengakibatkan bayi mengalami defisiensi protein dan kekurangan gizi.
Kekurangan gizi dapat mengakibatkan dua kondisi yang membahayakan hidup, yaitu:
1. Marasmus disebabkan oleh kekurangan protein dan kalori secara parah yang
mengakibatkan pengkerutan jaringan penting pada bayi selama satu tahun
pertama. Bayi menjadi sangat kekurangan berat badan dan otot- otot nya
mengalami atrofi.
2. Kwashiorkor disebabkan oleh kekurangan protein secara parah dengan perut
dan kaki anak menggelembung berisi air, biasanya terjadi antara usia 1 3
tahun.
Kekurangan gizi dalam jangka waktu lama dan parah dapat menganggu perkembangan
fisik, kognitif, dan sosial.
wajah dari etnis nya sendiri, dan dari etnis lain. Dari usia 3 9 bulan, bayi secara
bertahap mulai lebih memfokuskan atensi nya, seperti pada wajah pada film animasi.
Penglihatan warna
Pada usia 8 minggu dan mungkin bahkan usia 4 minggu bayi dapat membedakan
beberapa warna. Hal ini menunjukkan bahwa bayi mengalami kemajuan penglihatan
tanpa warna. Pada usia 4 bulan mereka telah memiliki prefensi warna yang terkadang
memcerminkan prefensi orang dewasa, memilih warna warna penuh, misalnya biru
cerah alih alih biru pucat.
B. INDRA- INDRA LAINNYA
1. Pendengaran
Selama dua bulan terakhir kehamilan sambil mendekam dalam rahim, bayi dapat
mendengar suara ibunya, musik, dan suara lain. Perubahan perubahan pendengaran
yang berlangsung di masa bayi, yaitu :
Kekerasa suara (loudness)
Tinggi nada
Penentuan lokasi
2. Sentuhan dan rasa sakit
Bayi yang baru lahir sudah dapat merasakan sakit. Kemampuan menghubungkan
informasi mengenai penglihatan dengan informasi mengenai sentuhan berperan penting
di masa bayi. Koordinasi penglihatan dan sentuhan telah di dokumentasikan secara baik
dalam 6 bulan pertama dan sebuah studi juga mendokumentasikannya di usia 2 3 bulan.
3. Penciuman
Bayi bayi yang baru lahir mampu membedakan bau. Hal ini dapat terlihat pada ekspresi
wajah mereka, seperti mereka tampak menyukai bau vanilla dan bau arbei, namun tidak
menyukai bau telur dan ikan busuk.
4. Pengecapan
Sensitivitas atau kepekaan terhadap rasa dapat muncul sebelum kelahiran. Selain itu bayi
yang baru berusia dua jam juga mampu memperlihatkan ekspresi wajah yang berbeda.
Mereka diberi larutan manis, asam, dan pahit. Ketika berusia sekitar 4 bulan, bayi-bayi
mulai lebih menyukai rasa asin dan cenderung tidak disukai ketika mereka baru lahir.
C. PERSEPSI MENYELURUH
Persepsi menyeluruh (intermodal perception) kemampuan mengintegrasikan
informasi dari dua atau lebih modalitas sensori, misalnya penglihatan dan pendengaran.
Bentuk awal dan sederhana dari persepsi yang menyeluruh telah dapat ditemukan, bahkan
pada bayi baru lahir. Contohnya, bayi baru lahir akan mengarahkan mata dan kepalanya
ke arah bunyi, manusia, atau suara lain ketika bunyi itu di perdengarkan selama
beberapa detik.
BAB III
SIMPULAN
Simpulan:
Sebagai bayi yang baru lahir, kita bukanlah makhluk hidup tanpa kemampuan. Kita
memiliki beberapa refleks dasar, antara lain menangis, menendang, dan batuk. Kita banyak tidur,
dan terkadang kita tersenyum, meski senyum pertama kita tidak benar-benar jelas artinya. Kita
makan dan kita tumbuh. Kita merangkak kemudian kita berjalan, perjalanan ribuan mil yang
berawal dari satu langkah. Terkadang kita menyesuaikan diri, terkadang orang lain menyesuaikan
diri terhadap kita. Perkembangan diri kita merupakan penciptaan secara kontinu atas bentukbentuk yang lebih kompleks. Keberadaan kita yang tidak berdaya memerlukan kasih sayang dari
orang lain. Kita berusaha mewujudkan keinginan kita dengan menjadi apa pun yang kita
inginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. 2012. Perkembangan Masa Hidup Edisi ke 13 Jilid I. Jakarta: Erlangga
Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup Edisi ke 5 Jilid I. Jakarta: Erlangga