Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ILMU LINGKUNGAN

PENGENALAN AMDAL
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Lingkungan

DISUSUN
AHMAD FAISAL MAULANA

F 221 16 121

JURUSAN S1 TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2016

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan
rahmat dan hidayahNYA sehingga penulis berhasil menyelesaikan penyusunan
makalah tersebut.
Makalah ini penulis susun dengan tujuan agar dapat memberikan informasi
kepada pembaca khususnya penulis sehingga lebih memperkaya pengetahuan tentang
AMDAL. Penulis memahami bahwa tanpa bantuan dari semua pihak makalah ini
tidak akan selesai tepat waktu sehingga olehnya penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis juga menyadari banyaknya kekurangan dalam makalah ini sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
penyusunan makalah-makalah berikutnya dapat lebih baik lagi
Palu, 9 Oktober 2016
Penulis
Ahmad Faisal Maulana

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN
BAB II ISI
1. KONSEP DASAR AMDAL
2. SEJARAH AMDAL DI INDONESIA
3. UNDANG UNDANG YANG MENGATUR TENTANG AMDAL
4. JENIS DOKUMEN AMDAL
5. PRINSIP KERJA DALAM ANDAL
6. KAWASAN YANG DILINDUNGI DALAM ANDAL
7. KOMPONEN LINGKUNGAN HIDUP YANG TETAP DAN BERUBAH
8. PENILAIAN KOMPONEN HIDUP DALAM KEGIATAN
9. KAJIAN DAN PENYAJIAN TELAAH DALAM LINGKUNGAN HIDUP
10. PROSES/PROSEDUR PENYUSUNAN AMDAL
11. TAHAPAN STUDI AMDAL
12. MANFAAT AMDAL
13. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
14. PERBANDINGAN PRSES AMDAL DI INDONESIA
BAB III PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN

BAB II
ISI

2
3
3
3
4
4
5
7
9
9
9
10
10
11
13
15
16
18
19
19

A.KONSEP DASAR AMDAL


Berbicara tentang lingkungan hidup, lingkungan hidup memiliki dua fungsi
utama, yaitu :
Sebagai sumberdaya alam yang perlu dilestarikan
kemampuannya

Sebagai ruang hidup yang harus dipelihara bahkan


ditingkatkan kualitasnya

Oleh karena itu setiap rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan harus
menempatkan rencana atau kegiatan tersebut sebagai bagian dari Pembangunan
Berwawasan Lingkungan (PBL) yang bertujuan untuk melestarikan kemampuan
sumber daya alam, serta memelihara dan meningkatkan keserasian kualitas
lingkungan hidup.
Salah satu hal yang dilakukan untuk mencapai indicator dari Pembangunan
Berwawasan Lingkungan ialah AMDAL ( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup ).
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan ( UU RI
No. 32/2009 ). AMDAL adalah proses pengkajian terpadu yang mempertimbangkan
aspek ekologi, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya sebagai pelengkap studi kelayakan
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu
proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di
sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek Abiotik, Biotik, dan
Kultural.
Analisis Dampak Lingkungan Hidup ( ANDAL ) merupakan Telaahan secara
cermat & mendalam tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan (UU
RI No. 23/1997)

B.SEJARAH AMDAL DI INDONESIA


Sebenarnya AMDAL itu sudah mulai berlaku di Indonesia pada tahun 1986 karena
berlakunya PP No. 29 Tahun 1986. Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari studi
kelayakan pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Tujuannya untuk
memastikan bahwa pembangunan suatu rencana/atau kegiatan yang akan dilaksanakan
bermanfaat dan tidak mengorbankan lingkungan hidup. Lambat laun karena
pelaksanaan aturan tersebut terhambat akibat sifat birokratis maupun metodologis,
maka sejak 23 Oktober 1993 pemerintah RI mencabut PP.29.19986 kemudian
menggantinya dengan PP.51.1993. Diterbitkannya Undang-Undang No. 23. 1997,
maka PP.51.1993 perlu penyesuaian, sehingga pada tanggal 7 Mei 1999, Pemerintah
RI menerbitkan PP. No. 27 Tahun 1999 sebagai penyempurnaan PP. 51. 1993. Efektif

berlakunya PP. No. 27 Tahun 1999 mulai 7 November 2000 dan satu hal penting yang
diatur dalam PP No. 27 Tahun 1999 ini adalah pelimpahan hampir semua kewenangan
penilaian AMDAL kepada daerah.
Ketentuan-ketentuan di atas mengacu pada peraturan pemerintah PP. No. 27 Tahun
1999 Pasal 1 butir 1. Peraturan ini masih berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Selain
mengacu pada peraturan tersebut di atas, maka landasan peraturan pemerintah tersebut
di atas mengacu pada undang-undang yaitu UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup. Jadi sudah jelas acuan peraturan dan perundangannya,
jadi sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia kita wajib melaksanakannya sebagai
perwujudan berbangsa dan bermasyarakat yang baik

C.UNDANG-UNDANG
TENTANG AMDAL

YANG

MENGATUR

A. UNDANG-UNDANG (UU)
UURI No. 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup jo No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup jo No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan
Hidup
UURI No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
UURI No. 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya
UURI No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
UURI No. 5 Tahun 1994 Tentang Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman
Hayati
UURI No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang
UURI No. 6 Tahun 1994 Tentang Konvensi Kerangka Kerja PBB Mengenai
Perubahan Iklim
B. PERATURAN PEMERINTAH (PP)
PP RI No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air
PP RI No. 35 Tahun 1991 Tentang Sungai
PP RI No. 19 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
PP RI No. 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta
Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang
PP RI No. 29 Tahun 1986 jo No. 51 Tahun 1993 jo No. 27 Tahun 1999 Tentang
Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL)
PP RI No. 19 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut
PP RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
C. KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPRES)
Kepres RI No. 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri
Kepres RI No. 23 Tahun 1990 Tentang Bappedal
Kepres RI No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
D. KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP (KEPMEN LH)

Kepmen LH No. Kep-03/SE/MENKLH/6/1987 Tentang Prosedur


Penanggulangan
Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Kepmen LH No. Kep-49/MENLH/6/1987 Tentang Dampak Penting
Kepmen LH No. Kep-50/MENLH/6/1987 Tentang Pedoman Penyusunan
AMDAL
Kepmen LH No. Kep-51/MENLH/6/1987 Tentang Prosedur Pelaksanaan Studi
Evaluasi
Mengenai Dampak Lingkungan
Kepmen LH No. Kep-02/MENKLH/1/1988 Tentang Pedoman Penetapan Baku
Mutu
Lingkungan
Kepmen LH No. Kep-03/MENKLH/11/1991 Tentang Baku Mutu Limbah Cair
dari
Kegiatan yang Sudah Beroperasi
Kepmen LH No. Kep-10/MENLH/3/1994 Tentang Pencabutan Kepmen LH
No. Kep-49,
Kep-50, Kep-51, Kep-52, dan Kep-53/1987
Kepmen LH No. Kep-11/MENLH/3/1994 Tentang Jenis Usaha dan/atau
Kegiatan yang
Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
Kepmen LH No. Kep-12/MENLH/3/1994 Tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
Kepmen LH No. Kep-13/MENLH/3/1994 Tentang Susunan Keanggotaan dan
Tata Kerja
Komisi AMDAL
Kepmen LH No. Kep-14/MENLH/3/1994 Tentang Pedoman Umum
Penyusunan AMDAL
Kepmen LH No. Kep-15/MENLH/3/1994 Tentang Pembentukan Komisi
AMDAL Terpadu
Kepmen LH No. 17 Tahun 2001 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang
Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
SE Meneg LH No. 1234 Tahun 1999 Tentang Kegiatan Wajib UKL dan UPL
E. PERATURAN DAN KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM (PERMEN
PU & KEPMEN PU)
Permen PU No. 39/PRT/1989 Tentang Pembagian Wilayah Sungai
Permen PU No. 42/PRT/1990 Tentang Pengelolaan atas Air dan/atau Sumber
Air pada Wilayah Sungai
Permen PU No. 45/PRT/1990 Tentang Pengendalian Mutu Air pada SumberSumber Air
Permen PU No. 48/PRT/1990 Tentang Pengelolaan Atas Air dan/atau Sumber
Air pada Wilayah Sungai
Permen PU No. 49/PRT/1990 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Ijin
Penggunaan Air dan/atau
Sumber Air
Permen PU No. 63/PRT/1993 Tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah
Manfaat Sungai, Daerah
Penguasaan Sungai

Kepmen PU No. 640/1986 Tentang Perencanaan Tata Ruang Kota


F. KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN (SK MENPERIN)
SK Menperin No. 148/M/SK/4/1985 Tentang Pengamanan Bahan Beracun dan
Berbahaya (B3) di
Perusahaan Industri
SK Menperin No. 134/M/SK/4/1988 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Pencemaran Sungai
Akibat Kegiatan Usaha Industri Terhadap Lingkungan Hidup
G. KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDAL (KEPKA BAPEDAL)
Kepka Bapedal No. 56 Tahun 1994 Tentang Pedoman Mengenai Dampak
Penting
Kepka Bapedal No. 299 Tahun 1996 Tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek
Sosial dalam Penyusunan
AMDAL
Kepka Bapedal No. 105 Tahun 1997 Tentang Panduan Pemantauan
Pelaksanaan RKL dan RPL
Kepka Bapedal No. 124 Tahun 1997 Tentang Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat dalam
Penyusunan AMDAL
Kepka Bapedal No. 8 Tahun 2000 Tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam
Proses AMDAL
Kepka Bapedal No. 9 Tahun 2000 Tentang Pedoman Penyusunan AMDAL

D.JENIS DOKUMEN AMDAL


Dokumen AMDAL itu terbagi dalam beberapa komponen dokumen yang menjadi
satu kesatuan rangkaian studi yang saling terkait dan tidak terpisahkan. Dokumen
AMDAL terdiri dari :
1.
Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup
serta kedalaman kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi
penentuan dampak-dampak penting yang akan dikaji secara lebih mendalam
dalam ANDAL dan batas-batas studi ANDAL. Sedangkan kedalaman studi
berkaitan dengan penentuan metodologiyang akan digunakan untuk mengkaji
dampak. Penentuan ruang lingkup dan kedalaman kajian ini merupakan
kesepakatan antara Pemrakarsa Kegiatan dan Komisi Penilai AMDAL
melalui proses yang disebut dengan proses pelingkupan. Beberapa contoh isi
dari KA antara lain izin tata ruang, izin prinsip lokasi, peta-peta terkait, dan
lain-lain. Selain itu juga harus ada sosialisasi dengan masyarakat sekitar
berupa papan pengumuman.
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
ANDAL adalah dokumen yang berisi telaahan secara cermat terhadap
dampak penting dari suatu rencana kegiatan. Dampak-dampak penting yang
telah diindetifikasi di dalam dokumen KA-ANDAL kemudian ditelaah secara
lebih cermat dengan menggunakan metodologi yang telah disepakati.
Tujuannya untuk menentukan besaran dampak. Setelah besaran dampak
diketahui, selanjutnya dilakukan penentuan sifat penting dampak dengan cara

3.

4.

5.

membandingkan besaran dampak terhadap kriteria dampak penting yang


telah ditetapkan oleh pemerintah.
Tahap kajian selanjutnya adalah evaluasi terhadap keterkaitan antara
dampak yang satu dengan yang lainnya. Evaluasi dampak ini bertujuan untuk
menentukan dasar-dasar pengelolaan dampak yang akan dilakukan untuk
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif. Bisa
dibilang ANDAL ini merupakan isi sebenar-benarnya dari Kajian AMDAL
nantinya.
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah,
mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang
bersifat negatif serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat
rencana suatu kegiatan. Upaya-upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil
arahan dasar-dasar pengelolaan dampak yang dihasilkan dari kajian ANDAL.
Jadi, RKL ini berisikan upaya dari si pemrakarsa untuk meminimalisir
dampak lingkungan.
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
RPL adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk
melihat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang
berasal dari rencana kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk
mengevaluasi efektifitas upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah
dilakukan, ketaatan pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan hidup dan
dapat digunakan untuk mengevaluasi akurasi prediksi dampak yang
digunakan dalam kajian ANDAL.
Dalam hal ini BLH kota Tanjungpinang dan si pemrakarsa ikut serta
dalam memantau setiap kegiatan. Biasanya, pantauan yang dilakukan oleh
BLH Kota Tanjungpinang satu kali dalam enam bulan, atau satu kali dalam
satu tahun. Itu semua tergantung dari seberapa besar dampak lingkungan
yang akan terjadi di setiap kegiatan.
Ringkasan Eksekutif
Ringkasan eksekutif adalah dokumen yangmeringkas secara singkat dan
jelas hasil kajian ANDAL. Hal yang perlu disampaikan dalam ringkasan
eksekutif biasanya adalah uraian secara singkat tentang besaran dampak dan
sifat penting dampak yang dikaji di dalam ANDAL dan upaya pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup yang akan dilakukan untuk mengelola
dampak-dampak tersebut.

E.PRINSIP KERJA DALAM ANDAL

Sudut pandang telaahan difokuskan pada identifikasi, prakiraan, serta evaluasi


dampak (dampak besar & penting) yang diperkirakan muncul sebagai akibat
pelaksanaan rencana kegiatan pembangunan, semenjak tahap Pra Konstruksi,
Konstruksi & Pasca Konstruksi terhadap berbagai komponen & variabel rona
lingkungan hidup awal di sekitarnya

Berdasarkan analisis tersebut disusun arahan untuk pengelolaan & pemantauan


lingkungan hidup, terutama pada dampak penting yang timbul pada masa
Konstruksi di lakukan

F. KAWASAN YANG
ANDAL

DILINDUNGI

DALAM

Kawasan Lindung yang dilindungi dalam ANDAL (Keppres No. 32/1990):


Kawasan hutan lindung
Kawasan bergambut
Kawasan resapan air (water recharge)
Sempadan pantai
Sempadan sungai
Kawasan sekitar danau/waduk
Kawasan sekitar mata air
Kawasan suaka alam (terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan
wisata, daerah perlindungan plasma nutfah & daerah pengungsian satwa)
Kawasan suaka alam laut & perairan lainnya (termasuk perairan laut,
perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang/terumbu
karang & atol yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau
keunikan ekosistem)
Kawasan pantai berhutan bakau (mangrove)
Taman nasional
Taman hutan raya
Taman wisata alam
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (termasuk daerah karst
berair, daerah dengan budaya masyarakat istimewa, daerah lokasi situs
purbakala atau peninggalan sejarah yang bernilai tinggi)
Kawasan rawan bencana alam

G.
KOMPONEN LINGKUNGAN HIDUP
YANG TETAP DAN BERUBAH

Komponen Lingkungan Hidup yang Harus Dipertahankan Tetap Lestari Fungsi &
Keberadaannya dalam ANDAL (Kepmen LH No. 11/1994):
Hutan lindung, hutan konservasi & cagar biosfer
Sumberdaya air
Keanekaragaman hayati
Warisan alam & budaya
Kesehatan & kenyamanan lingkungan
Kwalitas udara
Daya dukung lingkungan
Nilai-nilai budaya yang berorientasi & selaras dengan lingkungan

Komponen Lingkungan Hidup yang Berubah Secara Mendasar dalam ANDAL


(Kepmen LH No. 11/1994):
Taraf hidup masyarakat
Lapangan kerja & kesempatan berusaha masyarakat
Pemanfaatan sumberdaya (termasuk pemilikan & penguasaan lahan)
Modal pembangunan
Kwalitas manusia
Kelembagaan & citra masa depan kehidupan manusia & lingkungan
Kesehatan masyarakat

H.PENILAIAN KOMPONEN
HIDUP DALAM KEGIATAN

LINGKUNGAN

PR ( KIRIM DI EMAIL NYA BAPAK ) Penilaian/Studi Kelayakan Proyek


Pembangunan:
Aspek teknis/teknologi
Aspek ekonomi/finansial
Aspek lingkungan hidup
Aspek tata ruang
Sosial-budaya & kesehatan masyarakat
Tahapan Proyek Pembangunan:
Tahap pra konstruksi
Tahap konstruksi
Tahap pasca konstruksi/operasional

I. KAJIAN DAN PENYAJIAAN


DALAM LINGKUNGAN HIDUP

TELAAH

Kajian/Studi Lingkungan Hidup Mencakup:


Identifikasi pengaruh komponen lingkungan hidup terhadap aktivitas proyek
Identifikasi pengaruh aktivitas proyek terhadap komponen lingkungan hidup di
sekitarnya
Tahapan Analisis: identifikasi, prediksi & evaluasi dampak potensial, dampak
besar & penting yang dapat muncul pada semua Tahapan Proyek (Pra
Konstruksi, Konstruksi & Pasca konstruksi) Arahan Pengelolaan
Arahan pengelolaan lingkungan hidup guna Meningkatkan dampak positif (+)
& menekan dampak negatif (-)
Penyajian Penelaahan Lingkungan:
Penentuan area studi
Penentuan rona wilayah awal
Penentuan jenis/aktivitas teknis proyek
Penentuan komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak
proyek
Identifikasi dampak
Metode & teknik prakiraan dampak
Identifikasi dampak penting
Evaluasi dampak

Rencana pemantauan & pengelolaan dampak penting

J. PROSES/PROSEDUR PENYUSUNAN AMDAL


1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL
Penapisan bertujuan untuk memilih rencana pembangunan mana yang harus
dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan. Langkah ini sangat
penting untuk pemrakarsa untuk dapatmengetahui sedini mungkin apakah
proyeknya akan terkena AMDAL. Hal ini berkenaan dengan rencana anggaran
dan waktu.
Seperti diamanatkan dalam pasal 16 Undang-undang No.4 tahun 1982, hanya
rencana proyek yang diprakirakan akan mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan saja yang diwajibkan untuk dilengkapi dengan analisis mengenai
dampak lingkungan. Dengan penapisan ini diharapkan kepeduliaan kita terhadap
lingkungan tidak akan mengakibatkan bertambahnya waktu, tenaga dan biaya
yang berlebihan yang diperlukan untuk pembanguna. Dalam keadaan ekstrem
penentuan diperlukan atau tidak diperlukanya AMDAL adalah mudah. Misalnya,
rencana untuk mendirikan sebuah gedung sekolah dasar jelaslah tidak
memerlukan AMDAL. Sebaliknya, rencana untuk membangun sebuah Pusat
Listrik Tenaga Nuklir jelas memerlukan AMDAL. Yang sulit ialah untuk
menentukan diperlukan atau tidak diperlukanya AMDAL untuk rencana proyek
yang ada diantara kedua ekstrem tersebut.
Di Indonesia penapisan dilakukan dengan daftar positif seperti ditentukan
dalam
keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Kepmen11/MENLH/4/1994.
2. Pelingkupan
Pelingkupan (scoping) ialah penentuan ruang lingkup studi ANDAL, yaitu
bagian AMDAL yang terdiri atas identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak.
Pelingkupan ANDAL nampaknya adalah suatu hal yang lumrah yang tidak perlu
dibicarakan. Semua mahasiswa dipelajari melakukan pembatasan ruang lingkup
permasalahan pada waktu mendapatkan tugas membuat makalah dan skripsi.
Akan tetapi jika kita lihat laporan AMDAL, didalam maupun diluar negeri,
batas penelitianya sering tidak jelas. Fokusnya kabur. Sebab terjadinya kekaburan
batas dan fokus itu ialah keharusan dilakukanya ANDAL secara komprehensif. Di
Amerika Serikat, tempat lahirnya AMDAL, laporan AMDAL dapat ditelaah oleh
umum, baik pakar maupun orang awam. Untuk dapat melakukan pelingkupan
haruslah dilakukan identifikasi dampak. Pada tahap pertama diusahakan untuk
mengidentifikasi dampak selengkapnya. Dari semua dampak yang teridentifikasi
ini kemudian ditentukan dampak mana yang penting. Dampak penting inilah yang
dimasukkan ke dalam ruang lingkup studi ANDAL, sedangkan dampak yang
tidak penting dikeluarkan.
3. Kerangka Acuan
Kerangka acuan ialah uraian tugas yang harus dilakukan dalam studi ANDAL.
Kerangka acuan dijabarkan dari pelingkupan sehingga KA memuat tugas-tugas
yang releven dengan dampak penting. Dengan KA yang demikian itu studi
ANDAL menjadi terfokus pada dampak penting.
Karena KA didasarkan pada pelingkupan dan pelingkupan mengharuskan
adanya identifikasi dampak penting maka pemrakarsa haruslah mempunyai

kemampuan untuk melakukan identifikasi dampak penting itu, baik sendiri


ataupun dengan bantuan konsultan.
Di dalam studi ANDAL dilakukan pula identifikasi dampak. Jika pelaksana
ANDAL adalah konsultan yang membantu pemrakarsa dalam penyusunan KA,
tidaklah akan terjadi perbedaan antara dampak penting yang diidentifikasikanya
dengan yang tertera dalam KA. Tetapi jika konsultanya lain, dapatlah terjadi
bahwa dalam proses identifikasi dampak itu dapat terjadi teridentifikasinya
dampak penting yang tidak termuat dalam KA. Dalam hal ini konsultan ANDAL
seyogyanya merundingkan dengan pihak pemrakarsa agar dilakukan pekerjaantambah. Sebaliknya juga dapat terjadi adanya dampak yang semula dianggap
sebagai penting dan karena itu dimuat dalam KA. Tetapi kemudian ternyata tidak
penting. Dalam hal ini seyogyamya diusulkan untuk dilakukan pekerjaan-kurang.
Karena menurut Kepmen KA harus disetujui oleh instansi yang berwenang, maka
baik dalam hal pekerjaan-kurang maupun pekerjaan-tambah persetujuan haruslah
bersifat resmi yang disetujui tidak saja oleh pemrakarsa, melainkan juga oleh
instansi yang berwenang.
4. ANDAL
Di dalam studi ANDAL hanya diprakirakan dan dievaluasi dampak penting
yang teridentifikasi dalam pelingkupan dan tertera dalam KA sehingga penelitian
ANDAL terfokus pada dampak penting saja. Dampak yang tidak penting
diabaikan. Dengan penelitian yang terfokus perhitungan untuk memprakirakan
besarnya dan pentingnya dampak juga menjadi terbatas. Besarnya dampak
haruslah diprakirakan dengan menggunakan metode yang sesuai dalam bidang
yang bersangkutan. Metode itu mungkin telah ada, tetapi mungkin juga harus
dikembangkan atau dimodifikasi dari metode yang ada. Dalam hal ini diperlukan
pakar yang menguasai bidang yang diliput dalam AMDAL tertentu. Pakar itu
tidaklah perlu untuk bekerja sepanjang pelaksanaa AMDAL, melainkan cukup
untuk periode tertentu saja pada waktu tenaga dan keahlianya diperlukan. Pakar
tidak perlu mempunyai sertifikat A dan B kursus AMDAL, jadi pakar tersebut
merupakan masukan untuk digunakan oleh ketua gugus kerja dalam penyusunan
AMDAL. Ketua ini dan seyogyanya juga wakil ketualah yang harus mempunyai
pengalaman dalam pelaksanaan dan penyusunan AMDAL. Pengalaman ini harus
dibuktikan dengan riwayat hidup mereka. Sebaiknya pengalaman lebih
dipentingkan dari pada sertifikat kursus AMDAL, karena seseorang yang
mempunyai sertifikat tapi tidak berpengalaman kementakanya adalah kecil dapat
membuat AMDAL yang baik.
5. Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan
Dalam pengelolaan lingkungan pemantauan merupakan komponen yang
esensial. diperlukan sebagai sarana untuk memeriksa apakah persyaratan
lingkungan dipatuhi dalam pelaksanaan proyek. Informasi yang didapatkan dari
pemantauan juga berguna sebagai peringatan dini, baik dalam arti positif maupun
negatif, tentang perubahan lingkungan yang mendekati atau melampaui nilai
ambang batas serta tindakan apa yang perlu diambil. Juga untuk mengetahui
apakah prakiraan yang dibuat dalam ANDAL, sesuai dengan dampak yang
terjadi. Karena itu pemantauan sering juga disebut post-audit dan berguna sebagai
masukan untuk memperbaiki ANDAL di kemudian hari dan untuk perbaikan
kebijaksanaan lingkungan.

Seperti halnya metode prakiraan dampak, metode untuk pengelolaan dan


pemantauan dampak juga harus kita pinjam dari bidang yang bersangkutan atau
harus kita kembangkan sesuai dengan kaidah bidang yang bersangkutan.
6. Pelaporan
Pada akhirnya setelah semua pekerjaan itu selesai ditulislah hasil penelitian
dalam laporan. Pada umumnya laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu ringkasan
eksekutif, laporan utama, dan lampiran. Pembagian dalam tiga bagian mempunyai
maksud untuk dapat mencapai dua sasaran kelompok pembaca. Sasaran pertama
adalah para pengambil keputusan pada pihak pemrakarsa (direktur dan direktur
utama) maupun pemerintah (direktur, direktur jenderal, dan menteri) yang
berkepentingan dengan proyek tersebut. Para pengambil keputusan ini sibuk dan
tidak mempunyai waktu untuk mempelajari laporan yang terperinci. Dan memang
tugas mereka bukanlah untuk melihat rincian, melainkan untuk melihat pokokpokok permasalahan. Bgi merekalah diperuntukan ringkasan eksekutif. Laporan
ini singkat dan berisi pokok permasalahan, cara pemecahanya dan rekomendasi
tindakan yang harus diambil. Bahasa laporan harus sederhana dan mudah
dimengerti , juga perlu dengan tabel dan grafikringkasan. Bahasa ilmiah
dihindari, panjang laporan sekitar 10 laman dan seyogyanya tidak lebih dari 20
halaman.
Laporan utama diperuntukan bagi para pelaksana proyek dan teknisi yang
memerlukan keterangan terinci. Laporan harus dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah, baik isi maupun format, dengan bahasa yang harus dapat
dimengerti dengan mudah oleh pakar dalam bidang yang berbeda-beda. Hal ini
mengingat AMDAL bersifat lintas sektroal dan harus dipelajari oleh pakar dalam
berbagai bidang.
Suatu tantangan dalam metode penulisan laporan adalah untuk membuat
bagian-bagian dalam berbagai bidang menjadi satu kesatuan yang koheren, yaitu
terintegrasi. Yang sering terjadi adalah penelitian AMDAL yang bersifat
multidisiplin menghasilkan laporan yang terdiri atas bab-bab dalam berbagai
bidang yang berdiri sendiri-sendiri. Di sini pulalah yang letak bahaya tidak
terintegrasinya ANDAL dengan RKL dan RPL. (Otto Soemarwoto, 2007:81).

K.TAHAPAN STUDI AMDAL

Hampiran (approach) yang Digunakan dalam Penentuan Area Studi:


Pendekatan Proyek
Pendekatan Administrasi
Pendekatan Ekologis
Pendekatan Teknis (disesuaikan dengan sumberdaya, waktu, & biaya yang
tersedia)
Penentuan Aktivitas Proyek per Tahapan Proyek Pembangunan:
Aktivitas proyek pada tahap Pra Konstruksi
Aktivitas proyek pada tahap Konstruksi
Aktivitas proyek pada tahap Pasca Konstruksi/Operasional
Rona Wilayah/Lingkungan Hidup Awal
Keadaan/kondisi eksisting lingkungan hidup lokasi proyek (environmental base-line
atau environmental setting). Terdiri dari komponen lingkungan hidup:
Daratan/kontinental

Perairan/terestrial
Udara/atmosfir
Kehidupan manusia atau aspek Sosekbudkesmas (Kondisi Sosial Ekonomi
Budaya & Kesehatan Masyarakat)
Identifikasi Dampak yang Potensial Muncul:
Daftar uji (check list)
Bagan alir (flow chart)
Matriks interaksi (interaction matrices)

Tingkat Pentingnya Dampak (SK MenLH No. 49/1987; Kepka Bapedal No. 56/1994):
Jumlah manusia terkena dampak
Luas persebaran dampak
Intensitas dampak
Lama berlangsungnya dampak
Komponen lingkungan terkena dampak
Sifat kumulatif dampak
Sifat berbaliktidak berbaliknya dampak

Metode & Teknik Prakiraan Dampak:


Teknik sederhana: intuitive, ad hock, analogi & Delphi
Pemodelan: model matematik, statistik, grafis
Eksperimental
Pengalaman peneliti/ahli (professional judgement)

Metode Evaluasi Dampak:


Metode matrik interaksi Leopold (serta modifikasinya)
Metode Fisher & Davis
Metode Moore
Metode Philip & Defilipi
Metode Welch & Lewis
Metode Lohani & Thank
Metode lainnya
Rencana Pemantauan & Pengelolaan Lingkungan hidup:
Berbagai alternatif Ilmu Pengetahuan & Teknologi (Iptek) untuk memantau,
mengurangi & mengatasi dampak penting
Mengurangi/menekan dampak negatif (-) & meningkatkan dampak positif (+)
Melestarikan & meningkatkan kualitas lingkungan hidup secara umum

L.MANFAAT AMDAL
1. Bagi Pemerintah :
Mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tidak rusak (khusus untuk
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui)
Mencegah rusaknya sumberdaya alam lain yang berada di luar lokasi proyek, baik yang
diolah oleh proyek lain, diolah oleh masyarakat, ataupun yang sama sekali belum diolah
Menghindarkan perusakan lingkungan hidup (seperti: timbulnya berbagai pencemaran air,
udara, tanah, dsb) Tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan & keselamatan masyarakat

Menghindarkan pertentangan-pertentangan yang mungkin timbul, khususnya pertentangan


dengan masyarakat & proyek-proyek lain
Sesuai dengan rencana pembangunan daerah, nasional, maupun internasional, serta tidak
mengganggu proyek lain
Menjamin manfaat yang jelas bagi masyarakat umum
Sebagai alat pengambil keputusan pemerintah
2. Bagi pemilik proyek/pemrakarsa modal :
Untuk melindungi proyek dari pelanggaran undang-undang & peraturan
yang berlaku lainnya
Untuk melindungi proyek dari tuduhan pelanggaran atau suatu dampak
negatif yang sebenarnya tidak dilakukannya
Untuk melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi di masa
yang akan datang
Mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah yang akan dihadapi di masa
yang akan datang
Sebagai sumber informasi lingkungan di sekitar lokasi proyek yang
direncanakan secara kwantitatif, termasuk informasi sosial-ekonomi &
social budaya
Sebagai bahan untuk analisis pengelolaan & sasaran proyek
Sebagai bahan penguji secara komprehensif dari perencanaan proyek yang
direncanakan, untuk dapat menemukan kelemahan & kekurangan untuk
segera dipersiapkan penyempurnaannya
Untuk menemukan keadaan lingkungan yang membahayakan proyek yang
direncanakan (misalnya banjir, tanah longsor, gempa bumi, dsb) & mencari
keadaan lingkungan yang berguna & menunjang proyek yang direncanakan
3. Bagi pemilik modal :
Untuk dapat menjamin bahwa modal (dari pemilik modal/penyandang
dana/investor) yang dipinjamkan kepada proyek yang direncanakan dapat
mencapai tujuan dari misi bank/lembaga lainnya dalam membantu
pembangunan dan/atau pemilik modal yang memberikan pinjamannya
Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan dapat dibayar
kembali oleh proyek yang direncanakan sesuai dengan tenggang waktu
yang telah disepakati, sehingga modal tidak hilang
Menentukan prioritas peminjaman sesuai dengan misinya
Pengaturan modal & promosi dari berbagai sumber modal
Menghindari duplikasi dari proyek-proyek lain yang tidak perlu
4. Bagi masyarakat
Dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya Dapat
mempersiapkan diri dalam penyesuaian kehidupannya apabila diperlukan
Adaptasi & partisipasi masyarakat dalam pembangunan
Mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek di bangun
Dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat menguntungkan dirinya
dan/atau menghindarkan diri dari kerugian kerugian yang dapat diderita
akibat adanya proyek yang direncanakan tersebut

Turut serta dalam pembangunan di daerah/ikut berpartisipasi sejak dari


awal, khususnya di dalam memberikan masukan informasi informasi atapun
ikut langsung di dalam membangun & menjalankan proyek
Pemahaman hal ikhwal mengenai proyek secara jelas akan ikut
menghindarkan timbulnya kesalah-pahaman Dapat menggalangkerjasama
yang saling menguntungkan (win-win solution)
Mengetahui hak & kewajibannya dalam hubungan dengan proyek tersebut
(khususnya hak & kewajiban dalam ikut menjaga & mengelola kwalitas
lingkungan hidup secara keseluruhan)
5. Manfaat lain :
Kegunaan dalam analisis, kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi (iptek)
Kegunaan dalam penelitian/riset ilmiah Pengembangan keilmuan
Kegunaan dalam meningkatkan ketrampilan penelitian & pengetahuan
Tumbuhnya konsultan-konsultan ANDAL swasta yang baik, profesional &
berkualitas

M.
KEBIJAKAN
INDONESIA

PEMBANGUNAN

DI

Secara teoretik bahwa pembangunan merupakan upaya untuk mengubah kehidupan


masyarakat setarap lebih baik. Pembangunan tersebut dilakukan dengan
memanfaatkan seluruh sumber daya alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang dimiliki untuk memperoleh tingkat kesejahteraan yang memadai bagi seluruh
warganya. Di dalam melaksanakan pembangunan tersebut, adakalanya sebuah negara
tidak memiliki modal untuk melakukannya. Makanya, di dalam teori pembangunan
kemudian disebutkan melalui konsep pembangunan berbasis hutang luar negeri.
Cerita tentang keberhasilan pembangunan melalui konsep hutang luar negeri
memang pernah terjadi ketika Inggris mengalami kebangkrutan pasca perang dunia I
dan tidak lagi mampu untuk membiayai pembangunan negerinya. Inggris nyaris
bangkrut karena ketidakmampuan melakukan pembiayaan pembangunannya ini. Maka
melalui skema bantuan Amerika Serikat, maka Inggris kembali memperoleh modal
untuk melakukan pembangunan semua aspek kehidupan masyarakatnya.
Sebagai akibat perang, maka banyak infrastruktur di negeri Inggris yang rusak dan
tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Akibatnya maka kehidupan masyarakatnya
menjadi kurang sejahtera. Ekonomi masyarakat menjadi semakin rentan. Negeri ini
tentu diambang kehancuran. Itulah sebabnya maka negeri ini memerlukan suntikan
dana untuk melakukan pembangunannya.
Secara lambat tetapi pasti Inggris kemudian berkembang dan secara perlahan-lahan
ekonominya bangkit sehingga tingkat kesejahteraannya juga meningkat. Lambat tetapi
pasti Inggris juga menjadi semakin berdaya dalam pembangunan ekonominya. Dan
Inggris kembali menjadi negara yang secara ekonomi independen. Inggris bisa
membiayai pembangunannya sendiri. Melalui pembangunan berbasis hutang luar
negeri ini maka Inggris kemudian mampu melepaskan ketergantungannya.
Skema pembangunan berbasis hutang luar negeri ternyata manjur untuk
membangun kembali Inggris dari keterpurukan. Keberhasilan ini kemudian
diteoretisasikan melalui konsepsi Harold dan Domar dalam teori pembangunan.
Makanya, konsep dan praksis pembangunan berbasis hutang luar negeri lalu menjadi

model. Banyak negara yang mengadopsi sistem pembangunan berbasis hutang luar
negeri.
Semua negara yang kalah perang di Negara Eropa mengikuti model pembangunan
sebagaimana yang dilakukan oleh Inggris. Dan sebagaimana yang dapat disaksikan
bahwa melalui skema pembangunan berbasis hutang luar negeri, maka tingkat
kesejahteraan masyarakatnya menjadi setarap lebih baik. Oleh karena itu lalu menjadi
rujukan bagi negara-negara lain di dunia.
Negara Amerika Latin, Afrika, Asia dan lainnya juga melakukan hal yang sama.
Negara-negara yang secara ekonomi berhasil seperti Inggris, Belanda, Perancis,
Jepang, Kanada, Amerika Serikat dan sebagainya lalu membentuk organisasi donor
untuk negara-negara yang tergolong dunia ketiga. Hampir seluruh negara berkembang
masuk ke dalam skema bantuan luar negeri, termasuk Indonesia.
Belanda kemudian membentuk Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI)
yang menghimpun dana dari seluruh dana pendonor untuk membantu pembiayaan
pembangunan di Indonesia. Skema ini tampaknya di awal akan berhasil. Sebab
pembangunan yang selama ini tidak bisa dilakukan ternyata bisa dilaksanakan.
Pemerintah pun kemudian merumuskan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
yang dijadikan sebagai pedoman untuk membangun Indonesia. Secara konseptual,
skema pembangunan yang tertuang di dalam GBHN tentulah sangat baik. Hal ini
dapat dipahami sebab yang merumuskan adalah para pakar pembangunan dalam
disiplin ilmu yang sangat mencukupi.
Di lima tahun awal pembangunan, tampaknya skema hutang luar negeri ini akan
berhasil. Banyak infrastruktur ekonomi dibangun. Prasarana jalan, pasar, industri,
infrastruktur pertanian, perkebunan, tambang dan sebagainya dilakukan dengan sangat
getol. Makanya, terjadilah peningkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup memadai.
Dengan demikian, skema hutang luar negeri dalam proses pembangunan sepertinya
berada di jalur yang benar atau on the right track.
Namun demikian, cerita sukses ini kemudian direduksi oleh tindakan korupsi yang
tidak tertanggungkan. Banyak proyek yang anggarannya berasal dari dana luar negeri
ternyata dikorupsi. Jadi korupsi telah mengkorupsi Indonesia. Uang jutaan dollar yang
dipinjam dari luar negeri kemudian nyasar ke kantong-kantong pejabat. Akibatnya,
proyek yang sesungguhnya dapat digunakan sebagai sarana untuk menyejahterakan
rakyat hanya dapat menyejahterakan individu-individu pelaksana proyek
pembangunan.
Indonesia pun diambang bangkrut hingga akhirnya memaksa pemerintahan harus
mengevaluasi kembali program pembangunannya. Hanya sayangnya bahwa program
bantuan luar negeri melalui skema hutang luar negeri tersebut sudah menjerat
pemerintah Indonesia. Kita sudah tidak lagi memiliki kemandirian dalam membiayai
pembangunan. Hingga sekarang kita masih sangat tergantung kepada hutang luar
negeri untuk pembiayaan proyek-proyek pembangunan.
Namun demikian, sebagaimana yang diungkapkan oleh Direktur Pembiayaan Luar
Negeri Multilateral bahwa pemerintah sudah berusaha secara maksimal untuk
mengurangi hutang luar negeri. Hanya saja memang masih ada hal-hal tertentu yang
memang harus didanai oleh hutang luar negeri untuk mempercepat proses pencapaian
targetnya.

N.PERBANDINGAN
INDONESIA

PROSES

AMDAL

DI

Perbandingan proses AMDAL di Indonesia memiliki banyak kelemahan, yaitu:


AMDAL belum sepenuhnya terintegrasi dalam proses perijinan suatu rencana
kegiatan pembangunan, sehingga tidak terdapat kejelasan apakah Amdal dapat dipakai
untuk menolak atau menyetujui suatu rencana kegiatan pembangunan.
Proses partisipasi masyarakat belum sepenuhnya optimal. Selama ini LSM telah
dilibatkan dalam sidang-sidang komisi AMDAL, akan tetapi suaranya belum
sepenuhnya diterima di dalam proses pengambilan keputusan.
Terdapatnya berbagai kelemahan di dalam penerapan studi-studi AMDAL. Dengan
kata lain, tidak ada jaminan bahwa berbagai rekomendasi yang muncul dalam studi
AMDAL serta UKL dan UPL akan dilaksanakan oleh pihak pemrakarsa.
Masih lemahnya metode-metode penyusunan AMDAL, khususnya aspek sosial
budaya, sehingga kegiatan-kegiatan pembangunan yang implikasi sosial budayanya
penting, kurang mendapat kajian yang seksama.
Jadi, dapat dikatakan bahwa persoalan lingkungan hidup di Indonesia baru didekati
secara kelembagaan dan baru berhasil dalam tingkat politis, tetapi masih gagal dalam
tingkat pelaksanaannya. Jika kita membandingkan NEPA 1969 dengan peraturan
negara lain hasil adopsinya, maka akan banyak terdapat persamaan serta perbedaan
yang menciptakan keunikan masing-masing. Kanada, salah satu negara tetangga
Amerika Serikat, juga mengadopsi peraturan itu meskipun dalam perkembangannnya,
ada karakter-karakter unik yang kemudian muncul. Di negara Mesir, Polandia, dan
Turki, pengaturan mengenai dampak lingkungan lebih bersifat desentralisasi.
Di Asia Tenggara, Negara Philipina-lah yang merupakan negara paling maju dalam
peraturan perundang-undangan mengenai lingkungan hidup. Ini bisa dilihat dengan
banyaknya undang-undang yang mengatur secara lengkap dan mendetail mengenai
masalah lingkungan, termasuk didalamnya mengenai amdal. Di Indonesia hampir 84
persen dokumen amdal belum memenuhi syarat, 16 persen berkriteria baik, tapi belum
memenuhi syarat ideal, tukas Harry Supriyono, salah satu pakar amdal dari Pusat
Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM mengenai kualitas dokumen amdal. Banyak
yang masih sebatas amdal-amdalan.

1. TUGAS CONTOH KEJADIAN NYATA PELANGGARAN


TERHADAP AMDAL
2.
KAJIAN TENTANG PENILAIAN/STUDI KELAYAKAN
PROYEK PEMBANGUNAN
A. TEKNIK
B. EKONOMI
C. LINGKUNGAN HIDUP
D. TATA RUANG
E. SOSIAL BUDAYA DAN KESMAS

BAB III

PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dewasa ini kesadaran terhadap lingkungan hidup di negara indonesia semakin
membaik, walaupun masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara
lain, hal ini di buktikan dengan gencarnya isu-isu lingkungan yang mulai banyak
digembar gemborkan di media massa, salah satunya adalah tentang analisis mengenai
dampak lingkungan (AMDAL) suatu kawasan. namun ironisnya sampai saat sekarang
masih banyak masyarakat yang masih belum mengerti AMDAL, bahkan AMDAL
yang notabene Tata cara penyusunannya telah diatur di dalam (PermenLH no 08 tahun
2006 tentang pedoman penyusunan AMDAL) secara jelas, seringkali penyusunan
AMDAL hanya dengan meng-copy paste dari AMDAL yang lainnya.

2. SARAN
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan
olehnya Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
pada makalah-makalah berikutnya

Anda mungkin juga menyukai