Anda di halaman 1dari 56

NAMA PESERTA

DIDIK :

.......................................
..................

KELAS
:

.......................................
..................

NOMER ABSEN
:

.......................................
..................

SMK
KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK
GAMBAR BANGUNAN

MENGGAMBAR KONSTRUKSI
TANGGA

KODE MODUL 004.KK.09


DISUSUN OLEH
SIH LIBERTI, S.Pd

BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Dalam modul ini Anda mempelajari mengenai pengenalan tangga hingga
merancang dan menggambar konstruksi tangga yang terangkum dalam mata pelajaran
Gambar Konstruksi Tangga dalam mata pelajaran ini mencakup materi mengenai
definisi, pengertian dan pemahaman tangga, langkah kerja dalam mendesain dan
menggambar tangga baik tangga beton maupun tangga kayu.
Apabila anda telah mempelajari serta menguasai modul ini, diharapkan anda
mampu melakukan pekerjaan desain dan perancangan konstruksi tangga secara baik dan
benar.
B. Prasyarat
Dalam mempelajari modul ini, Anda harus mampu mendesain dan menggambar
konstruksi tangga dengan baik dan benar sesuai prosedur yang telah ditentukan.
C. Petunjuk Penggunaan Modul
Sebelum Anda membaca dan mempelajari modul ini, perhatikan hal-hal berikut ini:
1. Setiap peserta didik wajib mempelajari Modul ini sesuai dengan Kegiatan Belajar
yang bersangkutan atau sesuai dengan petunjuk guru.
2. Setelah selesai kegiatan belajar yang bersangkutan, setiap peserta didik menjawab
soal-soal latihan dan menyelesaikan tugas mandiri atau menurut petunjuk.
3. Peserta didik dianjurkan untuk melengkapi referensi seperti Internet, Koran, buku
sumber lain yang relevan/sesuai dengan pembahasan kalau memang diperlukan.
4. Bila tes hasil belajar belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditetapkan guru, maka siswa yang bersangkutan harus mengikuti program remedial
sampai mencapai KKM.
5. Siswa yang tuntas boleh dilakukan pengayaan dengan melanjutkan pelajaran
kepada kegiatan belajar berikutnya.
D. Tujuan Akhir
Setelah Anda membaca dan mempelajari modul ini Anda mampu :
1. Mendiskripsikan konstruksi tangga
2. Merncang konstruksi tangga
3. Menggambar konstruksi tangga beton
4. Merancang konstruksi tangga kayu

5. Merancang konstruksi tangga kayu


6. Menggambar konstruksi tangga kayu

E. SILABUS
NAMA SEKOLAH
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER
STANDAR KOMPETENSI
KODE
ALOKASI WAKTU

:
:
:
:
:
:

SMK Negeri 2 Kraksaan


Konstruksi Tangga
XI/Genap
9. Menggambar Konstruksi Tangga Beton
04.KK.09
32 Jam @ 45 Menit

ALOKASI WAKTU
KOMPETENSI DASAR

9.1

INDIKATOR

Mendeskripsi Memahami
k- an konstruksi
pengertian tangga
tangga
Menyebutkan
fungsi tangga
Menjelaskan
rencana letak
tangga
Menyebutkan
bahan pembuat
tangga
Menyebutkan bagianbagian tangga

MATERI
PEMBELAJARAN

Pengertian
tangga
Fungsi tangga
Rencana letak
tangga
Bahan pembuat
tangga
Bagian-bagian
tangga

KEGIATAN PEMBELAJARAN

Membaca modul
Mendeskripsikan
pengertian tangga
Menjelaskan fungsi
tangga
Menjelaskan rencana
letak tangga
Menyebutkan bahan
pembuat tangga
Menyebutkan bagianbagian tangga

PENILAIAN

Tes
subyektif
Observasi

TM

PS

PI

SUMBER
BELAJAR

Modul
konstruksi
tangga

KARAKTER

Jujur
Disiplin
Kerja keras

ALOKASI WAKTU
KOMPETENSI DASAR

9.2 Merancang
Konstruksi tangga

INDIKATOR

Menghitung
lebar tangga,

Menghitung
tinggi trap
tangga,

9.3 Menggambar

Menghitung
ukuran ruang
tangga

Menyebutkan
keuntungan
konstruksi
tangga beton
Menyebutkan
kerugian
konstruksi
tangga beton
Menyebutkan
macammacam bentuk
tangga beton
Menggambar
konstruksi tangga
beton

Syarat umum
tangga
Perhitungan
lebar tangga,
tinggi trap,
jumlah anak
tangga, ukuran
ruang tangga

Menghitung
jumlah anak
tangga

konstruksi
tangga beton

TOTAL

Menjelaskan
syarat umum
tangga

MATERI
PEMBELAJARAN

Keuntungan
konstruksi
tangga beton
Kerugian
konstruksi
tangga beton
Macam-macam
bentuk tangga
beton

KEGIATAN PEMBELAJARAN

Membaca modul
Menjelaskan syarat
umum tangga
Menghitung lebar
tangga,

Menghitung tinggi trap


tangga,

Menghitung jumlah anak


tangga

Menghitung ukuran
ruang tangga

Membaca modul
Menjelaskan keuntungan
konstruksi tangga beton
Menjelaskan kerugian
konstruksi tangga beton
Menyebutkan macam-macam
bentuk tangga beton
Menggambar konstruksi
tangga beton

PENILAIAN

Tes
tertulis
Observa
si
PT
merenca
nakan
tangga

Tes
subyektif.

TM

PS

PI

Konstruks
i
Bangunan
Gedung
Bertingka
t Rendah,
UAY, 1996

(12)

PT
membu
at
makalah
macam2
bentuk
tangga
beton

(16)

10

14

KARAKTER

SUMBER
BELAJAR

Modul
konstruk
si
Tangga

Jujur
Disiplin
Kerja keras

Religius
Kerja keras
Kreatif
Gemar
membaca

NAMA SEKOLAH
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER
STANDAR KOMPETENSI
KODE
ALOKASI WAKTU

:
:
:
:
:
:

SMK Negeri 2 Kraksaan


Konstruksi Tangga
XI/Genap
10. Menggambar Konstruksi Tangga Kayu
04.KK.09
32 Jam @ 45 Menit
ALOKASI WAKTU

KOMPETENSI
DASAR
10.1 Merancang
Konstruksi tangga

INDIKATOR

Menghitung
lebar tangga,

Menghitung
tinggi trap
tangga,

1.1

Menjelaskan
syarat umum
tangga

MATERI PEMBELAJARAN

Syarat umum
tangga
Perhitungan lebar
tangga, tinggi trap,
jumlah anak
tangga, ukuran
ruang tangga

Menghitung
jumlah anak
tangga

KEGIATAN PEMBELAJARAN

Membaca modul
Menjelaskan syarat
umum tangga
Menghitung lebar
tangga,

Menghitung tinggi trap


tangga,

Menghitung jumlah
anak tangga

Menghitung ukuran
ruang tangga

Membaca modul
Mendeskripsikan
pengertian tangga
Menjelaskan fungsi
tangga
Menjelaskan rencana
letak tangga
Menyebutkan bahan
pembuat tangga
Menyebutkan bagianbagian tangga

PENILAIAN

Tes
tertulis
Observa
si
PT
merenca
nakan
tangga

TM

PS

PI

SUMBER
BELAJAR

KARAKTER

Konstruks

Jujur
Disiplin
i
Bangunan Kerja
keras

(12)

Gedung
Bertingka
t Rendah,
UAY, 1996

Menghitung
ukuran ruang
tangga

Mendeskripsi Memahami
k- an
pengertian tangga
konstruksi
Menyebutkan
tangga
fungsi tangga
Menjelaskan
rencana letak
tangga
Menyebutkan
bahan pembuat
tangga
Menyebutkan bagianbagian tangga

Pengertian tangga
Fungsi tangga
Rencana letak
tangga
Bahan pembuat
tangga
Bagian-bagian
tangga

Tes
subyektif
Observasi

Modul
konstruksi
tangga

Jujur
Disiplin
Kerja
keras

E. Cek Kemampuan Awal Peserta Diklat


No.

Pertanyaan

Ya

1.

Apakah anda mengetahui tentang pekerjaan


survey dan pemetaan?

2.

Apakah anda mengetahui jenis-jenis pekerjaan


dasar survey dan pemetaan?

3.

Apakah anda mengetahui peralatan-peralatan


pengukuran yang digunakan dalam pekerjaan
survey dan pemetaan?

4.

Apakah anda mengetahui

langkah-langkah

penggunaan peralatan dalam pekerjaan survey


dan pemetaan ?
5.

Apakah anda mengetahui

langkah-langkah

menghitung,

dan

menggambar,

membuat

laporan hasil pekerjaan dasar-dasar survei dan


pemetaan ?

Tidak

Ket

BAB II
PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Peserta Diklat


Standar Kompetensi :
1. Memahami Dasar-Dasar Survey dan Pemetaan
2. Melaksanakan Pekerjaan Dasar-Dasar Survei dan Pemetaan
KD
(Kompetensi Dasar)

Tanggal

Waktu

Tempat

Tandatangan

Pembelajaran

Belajar

Instruktur

1.1 Mendiskripsikan
pelaksanaan pekerjaan

6 x 45 menit

dasar-dasar survei
1.2 Mengidentifikasi
jenis-jenis pekerjaan dasar

4 x 45 menit

survei dan pemetaan


2.1 Mendiskripsikan
pelaksanaan pekerjaan

4 x 45 menit

dasar-dasar survei
2.2 Melaksanakan
pekerjaan dasar-dasar

14 x 45 menit

survei dan pemetaan


2.3 Menghitung,
menggambar, dan
membuat laporan hasil
pekerjaan dasar-dasar

12 x 45
menit

survei dan pemetaan

B. Kegiatan Belajar
KEGIATAN BELAJAR I

a. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa mampu :

Memahami devinisi dan pengertian survey dan pemetaan dengan benar


Menjelaskan ruang lingkup pekerjaan survey dan pemetaan secara konseptual

Menjelaskan tujuan pengukuran survey dan pemetaan dengan benar

Mengidentifikasi peralatan pengukur jarak dengan benar.

Mengidentifikasi peralatan pengukur beda tingggi dengan benar.

Mengidentifikasi peralatan pengukur sudut dengan benar.

b. Uraian Materi
Survey dan Pemetaan didefinisikan sebagai suatu seni pengukuran, pencatatan
titik di muka bumi, kemudian menghubungkan titik-titik tersebut, dipindahkan pada
kertas dengan skala tertentu.
Seperti

yang

dapat

anda

lihat

pada

Gambar.1.1 yaitu gambar seorang pria sedang


melakukan pekerjaan pemetaan. Seseorang yang
sedang melakukan kegiatan pemetaan disebut
surveyor.

Gambar 1.1 Surveyor

Tugas surveyor secara umum adalah :


1.

Mengambil

keputusan,

dengan

melakukan seleksi metode survey, mengetahui tabiat alat dan mengetahui titik
kritis di lapang
2. Kerja lapangan, yaitu mengukur dan mencatat data di lapang.
3. Menghitung proses data, yaitu menghitung data yang ada di lapang baik yang
secara manual maupun menggunakan alat canggih.
4. Membuat peta ; menggambar peta baik secara manual ataupun dengan
peralatan yang canggih.
5. Menentukan batas ; menentukan batas kerja dari hasil pemetaan.
6. Interppretasi peta ; mengungkapkan, menganalisa citra yang ditujukan oleh
peta.
Pekerjaan survey dan pemetaan menghasilkan produk berupa peta yang
merupakan gambaran permukaan bumi yang diproyeksikan ke dalam bidang datar
dengan skala tertentu. Sedangkan ilmu yang khusus mempelajari segala sesuatu tentang
peta adalah Kartografi, mulai dari sejarah, perkembangan, pembuatan, pengetahuan,
penyimpanan, hingga pengawetan serta cara-cara penggunaan peta.
Lalu apa fungsi dan tujuan pembuatan peta? Kenapa diperlukan adanya beberapa
maksud dari pembuatan sebuah peta. Fungsi pembuatan peta antara lain:
1. Dengan adanya peta dapat menunjukkan posisi atau lokasi relatif yang
hubungannya dengan lokasi asli dipermukaan bumi.

2. Peta mampu memperlihatkan ukuran.


3. Peta mampu menyajikan dan memperlihatkan bentuk.
4. Mengumpulkan dan menyeleksi data dari suatu daerah dan menyajikan diatas
peta dengan simbolisasi.
Sedangkan tujuan pembuatan peta yaitu:
1. Untuk komunikasi informasi ruang
2. Media menyimpan informasi.
3. Membantu pekerjaan.
4. Membantu dalam desain.
5. Analisis data spatial.
Dari fungsi dan tujuan diatas, maka peta bukan hanya berguna dalam menentukan
lokasi namun juga dalam berbagai bidang. Selain itu, pembuatan peta bukan semata-mata
hanya karena untuk memperoleh uang, namun juga sangat berguna bagi hajat hidup
masyarakat yang luas dalam keruangan.
Apabila dilihat berdasarkan isinya, dikenal berbagai macam peta, yaitu :
1. Peta Hidrologi ; peta ini memuat gambaran keadaan dasar laut, kedalaman
air, dan keterangan-keterangan lainnya.
2. Peta Geologi ; peta ini memuat informasi geologi suatu daerah, bahan-bahan
yang membentuk lapisan tanah.
3. Peta Hedaster ; peta ini memuat informasi tentang batasan-batasan pemilikan
tanah, kelas tanah dan lain-lain.
4. Peta Irigasi ; peta ini memuat informasi tentang jaringan pembawa maupun
saluran-saluran pembuang serta bangunan-bangunan irigasi yang ada.
5. Peta Jalan ; peta ini memuat tentang jaringan informasi mengenai jalan.
6. Peta Kota ; peta ini memuat jaringan jalan, bangunan yang terdapat di kota
dan keteranngan lain menurut kebutuhan.
7. Peta Relief ; peta ini memuat gambaran bentuk permukaan tanah serta
kandungannya.
Dalam proses pemetaan harus melalui beberapa tahapan mulai dari penyusunan
ide hingga peta siap digunakan. Kesemua itu harus dilakukan dengan penuh hati-hati dan
ketelitian agar diperoleh peta yang baik dan benar sera memiliki dilai artistik atau seni
sehingga pengguna mampu menggunakan peta dengan maksimal dan pembuat dapat
menghasilkan peta yang baik sehingga terjadi timbal balik antar pengguna dengan
pembuat peta.
Dalam pemberian simbol pada peta juga harus diperhatikan agar peta mudah
diketahui dan dipahami isi dan maksud peta tersebut. Pemberian simbol ini juga
menentukan nilai keartistikan sebuah peta sehingga peta tersebut enak dipandang dan
lebih jelas.
Ilmu Ukur Tanah atau seurvey dan pemetaan merupakan cabang keilmuan dari
ilmu yang lebih luas, disebut Geodesi, ilmu geodesi merupakan ilmu yang bertujuan

untuk menentukan permukaan bumi dengan membuat bayangan yang dinamakan peta
dari sebagian besar ataupun sebagian kecil permukaan bumi.
Pekerjaan dalam membuat bayangan dari sebagian besar ataupun sebagian kecil
permukaan bumi yaitu pemetaan, seperti yang telah kita bahas pada pertemuan
sebelumnya, pengukuran dan pemetaan pada dasarnya dibagi dalam dua perinsip, yaitu:
1. Plan Surveying ; merupakan ilmu, seni dan tekhnologi untuk menyajikan
bentuk bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang
yang dianggap datar. Bidang pada permukaan bumi dapat dianggap datar
apabila memiliki luas maksimum 0,5 derajat x 0,5 derajat atau 55 km x 55
km.
2. Geodetic Surveying ; merupakan ilmu, seni, dan teknologi untuk menyajikan
informasi kelengkungan bumi atau pada kelengkungan bola, pada bidang
melengkung / ellipsoda atau bola.
Pada dasarnya bumi bukan berbentuk bulat sempurna seperti bola, namun
berbentuk oval yang pepat pada kedua kutubnya, hal ini dibuktikan dengan lebih
panjangnya jarak lingkar equator bumi, dibandingkan dengan jarak lingkar yang melalui
kutub utara dan kutub selatan bumi, agar lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini !

Gambar 1. 2 Ellipsodal Bumi

Garis merah yang membagi bumi menjadi dua bagian, yaitu bagian utara dan
selatan disebut garis lingkar paralel atau garis lintang, sedangkan garis yang memanjang
dari kutub utara hingga kutub selatan bumi disebut garis bujur atau garis lingkar
meridian. Dengan adanya bukti bahwa garis lingkar equator lebih panjang dari garis
lingkar meridian, menunjukkan bahwa bumi berbentuk ellips atau ellipsodal. Bidang
ellipsodal ini memiliki beberapa komponen seperti berikut
Ku

b
E

o
a
Ks
Gambar 1.3 Bidang Ellipsodal

Keterangan :
o a adalah sumbu setengah pendek atau jari-jari equator,
o b adalah setengah sumbu pendek atau jari-jari kutub,
o o adalah pusat bumi (pusat ellipsoda bumi)
o Ku adalah Kutub Utara bumi,
o Ks adalah Kutub Selatan bumi,
o Ek adalah ekuator bumi
Ditentukannya garis lingkar paralel dan garis lingkar meridian oleh para ahli
bukannya tanpa alasan, garis-garis ini memiliki banyak fungsi yang digunakan dalam
keseharian kita. Garis lintang digunakan untuk menentukan perbedaan iklim wilayahwilayah yang ada di bumi, serta menentukan letak atau lokasi. Sedangakan garis bujur
berguna dalam menentukan atau membagi waktu berdasarkan wilayah, garis bujur 0 o
dimulai dari kota Greenwich di UK (GMT), setiap pertambahan 10 suatu wilayah dengan
wilayah lainnya mempunyai perbedaan waktu selama 15 menit, garis lingkar meridian
digunakan pula untuk menentukan lokasi suatu wilayah.
Walaupun pada kenyataannya bumi berbentuk agak lonjong, namun pendekatan
bentuk bumi sebagai bola sempurna masih cukup relevan dengan sebagian besar
kebutuhan, termasuk penentuan kedudukan dengan tingkat presisi yang relatif rendah.
Untuk menyajikan permukaan bumi dalam bidang datar, bentuk ellipsode bumi akan
dikupas sehingga bentuknya mengalami perubahan atau distorsi karena ada bagian
speroid yang tersobek, untuk mengatasi hal ini dilakukan pendekatan dengan perantara
bidang proyeksi. Bidang proyeksi ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
o Bidang proyeksi bidang datar disebut perantara azimuthal dan zenithal
o Bidang perantara yang berbentuk kerucut disebut bidang perantara conical,
o Bidang proyeksi yang menggunakan bidang perantara berbentuk silinder
disebut bidang perantara cylindrical
Dengan bidang perantara proyeksi ini akan memudahkan para ahli dalam
membuat peta,

bidang perantara yang memproyeksikan geometris bumi secara

matematis ke dalam bidang datar yang berhubungan dengan luas disebut proyeksi
equivalent. Apabila berhubungan dengan jarak ( jarak di permukaan bumi sama dengan
jarak pada bidang datar dalam perbandingan skalanya) dinamakan proyeksi equidistance.
Sedangkan yang berhubungan dengan sudut ( sudut di permukaan bumi sama dengan
sudut di bidang datar ) dinamakan proyeksi conform.

Gambar 1.4 Peta BPN

Gambar 1.5 Peta Dinas Perhubungan

Gambar 1.6 Peta Navigasi Udara

Contoh aplikasi yang mempertahankan proyeksi equivalent adalah peta yang


digunakan oleh BPN (Badan Pertahanan Nasional) pada Gambar 1.4 , proyeksi
equivalent menggambarkan luas yang sebenarnya dengan perbandingan skala,
Pada Gambar 1.5 disajikan contoh aplikasi yang mempertahankan proyeksi
equidistance

yang

digunakan

oleh

dinas

perhubungan,

proyeksi

equidistance

menunjukkan jarak sebenarnya yang diperkecil dengan skala tertentu, dengan adanya
peta ini, akan membantu dinas perhubungan dalam menghitung jarak dari satu titik ke
titik yang lain.
Sedangkan pada gambar 1.6 disajikan contoh aplikasi yang menggunakan
proyeksi conform yaitu mempertahankan perbandingan sudut antara kenyataan (yang
sebenarnya) dengan peta, peta navigasi udara ini banyak dimanfaatkan oleh maskapai
penerbangan guna menentukan rute penerbangan.
Dalam proses pembuaatan peta atau dapat disebut pemetaan, dapat dicapai
dengan melakukan pengukuran-pengukuran diatas permukaan bumi yang memiliki
bentuk-bentuk tidak beraturan. Pada dasarnya Ilmu Ukur tanah memiliki tiga bagian
besar metode pengukuran, yaitu
1. Pengukuran kerangka dasar Vertikal, yaitu pengukuran-pengukuran tegak guna
mendapatkan hubungan-hubungan tegak antara titik-titik yang diukur
2. Pengukuran kerangka dasar Horisontal, yaitu pengukuran-pengukuran yang
mendatar guna mendapatkan hubungan-hubungan antara titik-titik yang diukur di
atas permukaan bumi.
3. Pengukuran titik-titik detail

Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa teknik sipil pada kawasan
yang tidak luas, sehingga permukaan bumi dianggap datar. Pengukuran atau pemetaan
lahan dalam rekayasa teknik sipil biasanya merupakan satu paket dengan perencanaan
dan perancangan bangunan sipil. Titik- titik kerangka dasar pemetaan yang akan
ditentukan tebih dahulu koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan
kerapatan tertentu, permanen, mudah dikenali dan didokumentasikan secara baik
sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya.
Dalam perencanaan bangunan Sipil misalnya perencanaan jalan raya, jalan kereta
api, bendung dan sebagainya, Peta merupakan hal yang sangat penting untuk
perencanaan bangunan tersebut. Untuk memindahkan titik - titik yang ada pada peta
perencanaan suatu bangunan sipil ke lapangan (permukaan bumi) dalam pelaksanaanya
pekerjaan sipil ini dibuat dengan pematokan/ staking out, atau dengan perkataan lain
bahwa pematokan merupakan kebalikan dari pemetaan.

Gambar 1.7 Staking Out (Pematokan)

Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal


Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titiktitik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya
terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini biasanya
berupa ketinggian muka air taut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal.
Beberapa contoh pengukuran kerangka dasar vertikal diantarannya seperti di bawah ini:
1. Metode sipat datar prinsipnya adalah mengukur tinggi bidik alat sipat datar
optis di lapangan menggunakan rambu ukur.
2. Pengukuran Trigonometris prinsipnya adalah Mengukur jarak langsung (Jarak
Miring), tinggi alat, tinggi, benang tengah rambu, dan suclut Vertikal (Zenith
atau Inklinasi).
3. Pengukuran Barometris pada prinsip-nya adalah mengukur beda tekanan
atmosfer.
Metode sipat datar merupakan metode yang paling teliti dibandingkan dengan
metode trigonometris dan barometris. Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan
teori perambatan kesalahan yang dapat diturunkan melalui persamaan matematis
diferensial parsial.
1. Metode Sipat Datar

Metode sipat datar prinsipnya adalah mengukur tinggi bidik alat sipat datar
optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Hingga saat ini, pengukuran beda
tinggi dengan menggunakan metode sipat datar optis masih merupakan cara
pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar
vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil
pengukuran sipat datar pergi dan pulang.

Gambar 1.8 Pengukuran Sipat Datar Optis

Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik.
Beda tinggi h diketahui antara dua titik a dan b, sedang tinggi titik A diketahui
sama dengan Ha dan titik B lebih tinggi dari titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha
+ h yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A clan titik B adalah jarak
antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah
bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B dapat dianggap
sebagai bidang yang mendatar.
Untuk melakukan dan mendapatkan pembacaan pada mistar yang
dinamakan pula Baak (Rambu Ukur), diperlukan suatu garis lurus, Untuk garis
lurus ini tidaklah mungkin seutas benang, meskipun dari kawat, karena benang ini
akan melengkung, jadi tidak lurus.
Bila diingat tentang hal hal yang telah di bicarakan tentang teropong, maka
setelah teropong dilengkapi dengan diafragma, pada teropong ini di dapat suatu
garis lurus ialah garis bidik. Garis bidik ini harus di buat mendatar supaya dapat
digunakan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik, ingatlah pula nivo pada
tabung, karena pada nivo tabung dijumpai suatu garis lurus yang dapat mendatar
dengan ketelitian besar. Garis lurus ini ialah tidak lain adalah garis nivo. Maka
garis arah nivo yang dapat mendatar dapat pula digunakan untuk mendatarkan
garis bidik di dalam suatu teropong, caranya; tempatkan sebuah nivo tabung
diatas teropong. Supaya garis bidikmendatar, bila garis arah nivo di
datarkandengan menempatkan gelembung di tengah-tengah, perlulah lebih
dahulu.
Garis bidik di diafragma teropong, dibuat sejajar dengan garis arah nivo.
Hal inilah yang menjadi syarat utama untuk semua alat ukur penyipat datar.
Dalam pengukuran Sipat Datar Optis bisa menggunakan Alat sederhana dengan

spesifikasi alat penyipat datar yang sederhana terdiri atas dua tabungterdiri dari
gelas yang berdiri dan di hubungkan dengan pipa logam. Semua ini dipasang
diatas statif. Tabung dari gelas dan pipa penghubung dari logam di isi dengan zat
cair yang berwarna. Akan tetapi ketelitian membidik kecil, sehingga alat ini tidak
digunakan orang lagi. Perbaikan dari alat iniadalah mengganti pipa logam dengan
slangdari karet dan dua tabung gelas di beri skala dalam mm.
Cara menghitung tinggi garis bidik atau benang tengah dari suatu rambu
dengan menggunakan alat ukur sifat datar (waterpass). Rambu ukur berjumlah 2
buah masing-masing di dirikan di atas dua patok yang merupakan titik ikat jalur
pengukuran alat sifat optis kemudian di letakan ditengah-tengah antara rambu
belakang dan muka .Alat sifat datar diatur sedemikian rupa sehingga teropong
sejajar dengan nivo yaitu dengan mengetengahkan gelembung nivo. Setelah
gelembung nivo di ketengahkan barulah di baca rambu belakang dan rambu muka
yang terdiri dari bacaan benang tengah, atas dan bawah. Beda tinggi selang
tersebut pada dasarnya adalah pengurangan benang tengah belakang dengan
benang tengah muka.
Berikut ini adalah syarat-syarat untuk alat penyipat datar optis :
Garis arah nivo harus tegak lurus
Benang mendatar diagfragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu
Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo
2. Metode Pengukuran Barometris
Pengukuran Barometris pada prinsip-nya adalah mengukur beda tekanan
atmosfer. Pengukuran tinggi dengan menggunakan metode barometris dilakukan
dengan menggunakan sebuah barometer sebagai alat utama.
Seperti telah di ketahui, Barometer adalah alat pengukur tekanan udara. Di
suatu tempat tertentu tekanan udara sama dengan tekanan udara dengan tebal
tertentu pula. Idealnya pencatatan di setiap titik dilakukan dalam kondisi atmosfer
yang sama tetapi pengukuran tunggal hampir tidak mungkin dilakukan karena
pencatatan tekanan dan temperatur udara mengandung kesalahan akibat
perubahan kondisi atmosfir. penentuan beda tinggi dengan cara mengamati
tekanan udara di suatu tempat lain yang dijadikan referensi. dalam hal ini
misalnya elevasi 0,00 meter permukaan air laut rata-rata.

Gambar 1.9 Barometris

3. Metode Pengukuran Trigonometris

Gambar 1.10 PengukuranTrigonometris

Pengukuran kerangka dasar vertikal metode trigonometris pada prinsipnya


adalah perolehan beda tinggi melalui jarak langsung teropong terhadap beda
tinggi dengan memperhitungkan tinggi alat, sudut vertikal (zenith atau inklinasi)
serta tinggi garis bidik yang diwakili oleh benang tengah rambu ukur. Alat
theodolite, target dan rambu ukur semua berada diatas titik ikat. Prinsip awal
penggunaan alat theodolite sama dengan alat sipat datar yaitu kita harus
mengetengahkan gelembung nivo terlebih dahulu baru kemudian membaca
unsur-unsur pengukuran yang lain. Jarak langsung dapat diperoleh melalui
bacaan optis benang atas dan benang bawah atau menggunakan alat pengukuran
jarak elektronis yang sering dikenal dengan nama EDM (Elektronic Distance
Measurement). Untuk menentukan beda tinggi dengan cara trigonometris di
perlukan alat pengukur sudut (Theodolit) untuk dapat mengukur sudut sudut
tegak. Sudut tegak dibagi dalam dua macam, ialah sudut miring m clan sudut
zenith z, sudut miring m diukur mulai ari keadaan mendatar, sedang sudut zenith
z diukur mulai dari keadaan tegak lurus yang selalu ke arah zenith alam.
Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal
Untuk mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan
bumi maka perlu dilakukan pengukuran mendatar yang disebut dengan istilah
pengukuran kerangka dasar Horizontal. Jadi untuk hubungan mendatar diperlukan data
sudut mendatar yang diukur pada skala lingkaran yang letaknya mendatar. Bagianbagian dari pengukuran kerangka dasar horizontal adalah :
1. Metode Poligon
2. Metode Triangulasi
3. Metode Trilaterasi
4. Metode kuadrilateral
5. Metode Pengikatan ke muka
6. Metode pengikatan ke belakang cara
7. Collins dan cassini

Pada point nomer 1,2 dan 3 adalah metode pengukuran kerangka dasar horizontal
yang akan kita pelajari pada modul ini,
1. Metode Poligon
Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan di cari koordinatnya terletak
memanjang sehingga tnernbentuk segi banyak (poligon).

Gambar 1.11 Pengukuran Poligon

Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan salah satu pengukuran dan


pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat
planimetris (X,Y) titik-titik pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung
arti salah satu metode penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik
yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran cara poligon
merupakan pilihan yang sering di gunakan, karena cara tersebut dapat dengan
mudah menyesuaikan diti dengan keadaan daerah/lapangan. Penentuan koordinat
titik dengan cara poligon ini membutuhkan,
Koordinat awal
Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu, haruslah
dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik triangulasi atau
titik-titik tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan
dipatokkan. Bila dipakai system koordinat lokal pilih salah satu titik, BM
kemudian beri harga koordinat tertentu dan tititk tersebut dipakai sebagai
acuan untuk titik-titik lainya.
Koordinat akhir
Koordinat titik ini di butuhkan untuk memenuhi syarat Geometri hitungan
koordinat dan tentunya harus di pilih titik yang mempunyai sistem koordinat
yang sama dengan koordinat awal.
Azimuth awal
Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah
orientasi dari system koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat
di tempuh dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
1. Hasil hitungan dari koordinat titik -titik yang telah diketahui dan akan
dipakai sebagai tititk acuan system koordinatnya.
2. Hasil pengamatan astronomis (matahari). Pada salah satu titik poligon
sehingga didapatkan azimuth ke matahari dari titik yang bersangkutan. Dan

selanjutnya dihasilkan azimuth ke salah satu poligon tersebut dengan


ditambahkan ukuran sudut mendatar (azimuth matahari).
Data ukuran sudut dan jarak
Data ukuran sudut dan jarak sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak
antara dua titik kontrol perlu diukur di lapangan. Data ukuran tersebut, harus
bebas dari sistematis yang terdapat (ada alat ukur) sedangkan salah sistematis
dari orang atau pengamat dan alam di usahakan sekecil mungkin bahkan kalau
bisa ditiadakan.
Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
Poligon berdasarkan visualnya
1. Poligon Tertutup

2. Poligon Terbuka

3. Poligon Bercabang

Poligon berdasarkan geometriknya


1. Poligon terikat sempurna
2. Poligon terikat sebagian
3. Poligon tidak terikat
Untuk mendapatkan nilai sudut-sudut dalam atau sudut-sudut luar serta
jarak jarak mendatar antara titik-titik poligon diperoleh atau diukur di lapangan
menggunakan alat pengukur jarak yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.
Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan dicari koordinatnya terletak
memanjang sehingga membentuk segi banyak (poligon). Metode poligon

merupakan bentuk yang paling baik di lakukan pada bangunan karena


memperhitungkaan bentuk kelengkungan bumi yang pada prinsipnya cukup di
tinjau dari bentuk fisik di lapangan dan geometrik-nya. Cara pengukuran polygon
merupakan cara yang umum dilakukan untuk pengadaan kerangka dasar
pemetaan pada daerah yang tidak terlalu luas sekitar (20 km x 20 km). Berbagai
bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan dengan berbagai bentuk
medan pemetaan dan keberadaan titik titik rujukan maupun pemeriksa. Tingkat
ketelitian sistem koordinat yang diinginkan dan kedaan medan lapangan
pengukuran merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam menyusun
ketentuan poligon kerangka dasar.Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan jenis
dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan. Sistem koordinat dikaitkan
dengan keperluan pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran
menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai penanda titik di lapangan
dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan titik.

2. Metode Triangulasi
Triangulasi

digunakan apabila daerah pengukuran mempunyai ukuran

panjang dan lebar yang sama, maka dibuat jaring segitiga. Pada cara ini sudut
yang diukur adalah sudut dalam tiap - tiap segitiga. Metode Triangulasi.
Pengadaan kerangka dasar horizontal di Indonesia dimulai di pulau Jawa
oleh Belanda pada tahun 1862. Titik-titik kerangka dasar horizontal buatan
Belanda ini dikenal sebagai titik triangulasi, karena pengukurannya menggunakan
cara triangulasi. Hingga tahun 1936, pengadaan titik triangulasi oleh Belanda ini
telah mencakup pulau Jawa dengan datum Gunung Genuk, pantai Barat Sumatra
dengan datum Padang, Sumatra Selatan dengan datum Gunung Dempo, pantai
Timur Sumatra dengan datum Serati, kepulauan Sunda Kecil, Bali dan Lombok
dengan datum Gunung Genuk, pulau Bangka dengan datum Gunung Limpuh,
Sulawesi dengan datum Moncong Lowe, kepulauan Riau dan Lingga dengan
datum Gunung Limpuh dan Kalimantan Tenggara dengan datum Gunung Segara.
Posisi horizontal (X, Y) titik triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi Mercator,
sedangkan posisi horizontal peta topografi yang dibuat dengan ikatan dan
pemeriksaan ke titik triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi Polyeder. Titik
triangulasi buatan Belanda tersebut dibuat berjenjang turun berulang, dari
cakupan luas paling teliti dengan jarak antar titik 20 - 40 km hingga paling kasar
pada cakupan 1 - 3 km.
Selain posisi horizontal (X Y) dalam sistem proyeksi Mercator, titik-titik
triangulasi ini juga dilengkapi dengan informasi posisinya. dalam sistem
geografis (j,l) dan ketinggiannya terhadap muka air laut rata- rata yang ditentukan

dengan cara trigonometris. Triangulasi dapat diklasifikasi menjadi primer,


skunder dan tersier.
Bentuk geometri triangulasi terdapat tiga buah bentuk geometrik dasar
triangulasi, yaitu :
Rangkaian segitiga yang sederhana cocok untuk pekerjaan-pekerjaan dengan
orde rendah untuk ini dapat sedapat mungkin diusahakan sisi-sisi segitiga sama
panjang.
Kuadrilateral merupakan bentuk yang terbaik untuk ketelitian tinggi, karena
lebih banyak syarat yang dapat dibuat. Kuadrilateral tidak boleh panjang dan
sempit.
Titik pusat terletak antara 2 titikyang terjauh dan sering diperlukan.
3. Metode Trilaterasi
Trilaterasi digunakan apabila daerah yang diukur ukuran salah satunya lebih
besar daripada ukuran lainnya, maka dibuat rangkaian segitiga. Pada cara ini
sudut yang diukur adalah semua sisi segitiga. Metode Trilaterasi yaitu
serangkaian segitiga yang seluruh jarak jaraknya di ukur di lapangan.

Gambar 1.12 Jaring-Jaring Segitiga

Pada jaring segitiga akan selalu diperoleh suatu titik sentral atau titik pusat.
Pada titik pusat tersebut terdapat beberapa buah sudut yang jumlahnya sama
dengan 360 derajat.
Pengukuran Titik-Titik Detail
Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran Kerangka Dasar
Vertikal yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran Kerangka Dasar
Horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan
pengukuran titik-titik detail untuk menghasilkan yang tersebar di permukaan bumi yang
menggambarkan situasi daerah pengukuran.
Dalam pengukuran titik-titik detail prinsipnya adalah menentukan koordinat dan
tinggi titik-titik detail dari titik-titik ikat. Metode yang digunakan dalam pengukuran

titik-titik detail adalah metode offset dan metode tachymetri. Namun metode yang
sering digunakan adalah metode Tachymetri karena Metode tachymetri ini relatif cepat
dan mudah karena yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut
horizontal (azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat.
Hasil yang diperoleh dari pengukuran tachymetri adalah posisi planimetris X, Y dan
ketinggian Z.
1. Metode Pengukuran Offset
Metode offset adalah pengukuran titik-titik menggunakan alat alat
sederhana yaitu pita ukur, dan yalon. Pengukuran untuk pembuatan peta cara
offset menggunakan alat utama pita ukur, sehingga cara ini juga biasa disebut
cara rantai (chain surveying).
Cara offset biasa digunakan untuk daerah yang relatif datar dan tidak
luas, sehingga kerangka dasar untuk pemetaanyapun juga dibuat dengan cara
offset. Peta yang diperoleh dengan cara offset tidak akan menyajikan informasi
ketinggian rupa bumi yang dipetakan.
Cara pengukuran titik detil dengan cara offsetada tiga cara:
x Cara siku-siku (cara garis tegak lurus),
x Cara mengikat (cara interpolasi),
x Cara gabungan keduanya.
2. Metode Pengukuran Tachimetri
Metode tachymetri adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis,
elektronis, dan digital. Pengukuran detail cara tachymetri dimulai dengan
penyiapan alat ukur di atas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik.
Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat
alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan
data di rambu BT, BA, BB serta sudut miring . Metode tachymetri didasarkan
pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah
sebanding.
Kebanyakan pengukuran tachymetri adalah dengan garis bidik miring
karena adanya keragaman topografi, tetapi perpotongan benang stadia dibaca
pada rambu tegak lurus dan jarak miring "direduksi" menjadi jarak horizontal
dan jarak vertikal.

Gambar 1.13 Pengukuran Titik Detail Tachimetri

Pada gambar, sebuah transit dipasang pada suatu titik dan rambu dipegang
pada titik tertentu. Dengan benang silang tengah dibidikkan pada rambu ukur
sehingga tinggi t sama dengan tinggi theodolite ke tanah.
Sudut vertikalnya (sudut kemiringan) terbaca sebesar a. Perhatikan bahwa
dalam pekerjaan tachymetri tinggi instrumen adalah tinggi garis bidik diukur dari
titik yang diduduki (bukan TI, tinggi di atas datum seperti dalam sipat datar).
Metode tachymetri itu paling bermanfaat dalam penentuan lokasi sejumlah besar
detail topografik, baik horizontal maupun vetikal, dengan transit atau planset. Di
wilayah-wilayah perkotaan, pembacaan sudut dan jarak dapat dikerjakan lebih
cepat dari pada pencatatan pengukuran dan pembuatan sketsa oleh pencatat.
Tachymetri "diagram' lainnya pada dasarnya bekerja atas bekerja atas
prinsip yang, sama sudut vertikal secara otomatis dipapas oleh pisahan garis
stadia yang beragam. Sebuah tachymetri swa-reduksi memakai sebuah garis
horizontal tetap pada sebuah diafragma dan garis horizontal lainnya pada
diafragma keduanya dapat bergerak, yang bekerja atas dasar perubahan sudut
vertikal. Kebanyakan alidade planset memakai suatu jenis prosedur reduksi
tachymetri.
c. Rangkuman
Survey dan pemetaan, adalah suatu seni pengukuran, pencatatan titik di muka
bumi, kemudian menghubungkan titik-titik tersebut, dipindahkan pada kertas
dengan skala tertentu.
Surveyor adalah seseorang yang melakukan kegiatan survey dan pemetaan.
Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diproyeksikan ke dalam bidang
datar dengan skala tertentu.

Ilmu yang mempelajari tentang peta, baik sejarah, perkembangan, pembuatan,


pengetahuan, penyimpanan, hingga pengawetan serta cara-cara penggunaan peta
disebut Kartografi.
Pengukuran dan pemetaan pada dasarnya dapat dibagi 2, yaitu :
a. Geodetic Surveying
b. Plan Surveying

Geodetic surveying merupakan ilmu seni dan teknologi untuk menyajikan


informasi bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun buatan manusia di
bidang lengkung (luas > 55 km x 55 km) atau (>0,5 derajat x 0,5 derajat)

Plan Surveying merupakan ilmu seni dan teknologi untuk menyajikan informasi
bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun buatan manusia di bidang
lengkung (luas < 55 km x 55 km) atau (<0,5 derajat x 0,5 derajat)
Ilmu ukur tanah pada dasarnya terdiri dari tiga bagian besar yaitu :
a. Pengukuran kerangka dasar Vertikal (KDV)
b. Pengukuran kerangka dasar Horizontal (KDH)
c. Pengukuran Titik-titik Detail
Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titiktitik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya
terhadapbidang rujukan ketinggian tertentu.
Pengukuran kerangka Dasar vertical pada dasarnya ada 3 metode, yaitu :
a. Metode pengukuran kerangka dasar sipat datar optis;
b. Metode pengukuran Trigonometris; dan
c. Metode pengukuran Barometris.
Pengukuran kerangka dasar horizontal adalah untuk mendapatkan hubungan
mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi maka perlu dilakukan
pengukuran mendatar.
Bagian-bagian dari pengukuran kerangka dasar horizontal adalah :
a. Metode Poligon
b. Metode Triangulasi
c. Metode Trilaterasi
d. Metode kuadrilateral
e. Metode Pengikatan ke muka
f. Metode pengikatan ke belakang cara Collins dan cassini
Alat ukur tanah dapat dibedakanmenjadi dua, berdasarkan fungsinya, yaitu
Theodolite sebagai alat ukur sudut, dan alat penyipat datar.
Selain Theodolite dan Waterpass, digunakan juga alat berupa meteran, kompas,
statif dan tripod.

MODEL DIAGRAM ALIR PENGANTAR SURVEY DAN


PEMETAAN

Gambar 1.14 Diagram Alir Pengantar Survey dan Pemetaan

Ilmu, seni dan teknologi


untuk
d. Tugas
menyajikaninformasi
bentuk permukaan bumi
baik unsuralam maupun
buatan manusia di
bidangdatar (luas < 55

Ilmu, seni dan teknologi


untuk
menyajikaninformasi
bentuk permukaan bumi
baik unsuralam maupun
buatan manusia di
bidang lengkung (luas >

0,5derajat x 0,5 derajat)

0,5derajat x 0,5 derajat)

Pelajari materi pada kegiatan belajar I, kemudian tuliskan kembali (rangkum) materi
yang telah dipelajari.
e. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat !
1. Jelaskan pengertian dari pekerjaan Survey dan Pemetaan !
2. Jelaskan fungsi dari Survey dan Pemetaan !
3. Apakah yang dimaksud dengan surveyor?
Jawab :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Diskusikan dengan kelompok anda, kemudian jawablah pertanyaan di bawah ini


dengan tepat!
Pertanyaan untuk kelompok 1,3,5

Pertanyaan untuk kelompok 2,4,6

SOAL A

SOAL B

1. Apakah yang dimaksud dengan plan

1. Apakah yang dimaksud dengan

surveying? (20)
2. Jelaskan perbedaan plan surveying

geodetic surveying? (10)


2. Perhatikan gambar dibawah ini !

dengan geodetic surveying ! (30)

(20)

3. Apakah yang dimaksud dengan

Ku

pemetaan? (20)

a
E

Ks
Jelaskan bagian yang ditandai

4. Perhatikan gambar diatas ! garis


yang ditandai dengan huruf a
adalah ...... (10)
5. apakah fungsi dari lingkar meridian?
(20)

dengan a,b,Ks,Ku,Ek
3. Apakah yang dimaksud dengan
lingkar equator? (20)
4. Apakah fungsi dari lingkar
equator? (20)
5. Jelaskan beberapa bukti bahwa
bumi berbentuk oval atau ellipse !
(30)

Jawab :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat !


1. Apakah yang di maksud dengan Proyeksi?
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis proyeksi berdasarkan bidang proyeksinya !
3. Apakah yang dimaksud dengan :
a. Proyeksi Equivalent
b. Proyeksi Equidistance
c. Proyeksi Conform
4. Berikan masing-masing contoh peta yang memanfaatkan proyeksi pada soal nomer 3 !

5. Sebutkan pekerjaan dasar pengukuran tanah !

Jawab :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

KEGIATAN BELAJAR 2

1. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa mampu :

Menjelaskan jenis-jenis pekerjaan dasar survey dengan benar.

Melaksanakan jenis-jenis pekerjaan dasar Survey dan Pemetaan untuk pekerjaan


teknik sipil dengan benar.

2. Uraian Materi
Pada kegiatan belajar dua, anda akan mempelajarai materi mengenai pekerjaan
dasar survey, di lapangan ilmu ukur tanah dimanfaatkan dalam perencanaan,
pembangunan, dan pemeliharaan pekerjaan, pekerjaan jalan raya, system perhubungan,
bangunan gedung, trowongan, terusan, saluran irigasi, bendungan dan pengkavlingan.
Untuk dapat melakukan pekerjaan ukur tanah, kita harus tau alat apa yang digunakan,
bagaimana pengoprasian alat-alat tersebut, serta bagamana melakukan analisis atau
penghitungan data yang telah kita peroleh. Namun sebelum mempelajari itu semua,
terlebih dahulu kita mempelajari mengenai dasar-dasar kegiatan survey dan pemetaan ini.
Pekerjaan mengukur tanah dan pemetaan (Survei dan pemetaan) meliputi
pengambilan/ pemindahan data-data dari lapangan ke peta atau sebaliknya. Pengukuran
yang akan dipelajari dibagi bagi dalam pengukuran mendatar dari titik titik yang terletak
diatas permukaaan bumi , dan pengukuran tegak guna mendapatkan beda tinggi antara
titik titik yang diukur diatas permukaan bumi yang tidak beraturan ,yang pada akhirnya
dapat digambar diatas bidang datar (Peta).Ilmu ukur tanah merupakan ilmu sebagai dasar
dalam melaksanakan pekerjaan survey atau ukur mengukur tanah.
Manfaat pekerjaan survei dan pemetaan yang ditemui dalam kehidupan
1. Pengukuran untuk mencari luas tanah
Luas tanah sangat diperlukan untuk keperluan jual beli, penentuan pajak, dan
untuk perencanaan pengembangan daerah, rencana jalan, rencana pengairan dan
rencana transmigrasi.
2. Pengukuran untuk mengetahui beda tinggi tanah
Sebelum suatu bangunan didirikan , maka terlebih dahulu harus diketahui tinggi
permukaan tanah dan rencana meratakan tanahnya sehingga dapat dihitung seberapa
tanah yang gigali dan berapa banyak urugan yang diperlukan serta untuk menentukan
peil suatu bangunan yang akan dibangunan untuk pedoman ketinggian lantai dan
sebagainya.
3. Pengukuran untuk pembuatan peta
Untuk memberi petunjuk berapa jauh antara tempat A ke tempat B maka kita
harus membuat sket jalan dari tempat A ke tempat B.Gambar sket tersebut walaupun
tidak sempurna dinamakan peta. Untuk praktisnya pemerintah mulai dari tingkat desa,

kecamatan, kabupaten , propinsi bahkan setiap Negara mempunyai ganbar daerahnya


yang disebut peta. Peta tersebut harus digambar berdasarkan hasil pengukuran tanah,
baik pengukuran secara teoritis maupun secara fotogrametrik.
4. Pengukuran untuk merencanakan bangunan
Bila akan mendirikan rumah , maka harus ada ijin bangunan dari dinas
pertanahan atau dinas pekerjaan umum. Pada setiap rencana pembangunan daerah ,
pembuatan jalan, rencana irigasi terlebih dahulu tanah yang akan dibangunan harus
diukur dan disahkan oleh pemerintah daerah. Disamping hal tersebut pekerjaan ukur
tanah merupakan hal sangat penting dalam merencana bangunan karena dapat
memudahkan menghitung rencana biaya.
3. Rangkuman
Pekerjaan mengukur tanah dan pemetaan (Survei dan pemetaan) meliputi
pengambilan/ pemindahan data-data dari lapangan ke peta atau sebaliknya. Manfaat
pekerjaan survei dan pemetaan yang ditemui dalam kehidupan
1. Pengukuran untuk mencari luas tanah
2. Pengukuran untuk mengetahui beda tinggi tanah
3. Pengukuran untuk pembuatan peta
4. Pengukuran untuk merencanakan bangunan.

4. Tugas
Carilah sebuah gambar mengenai pekerjaan mengukur tanah, kemudian jelaskan
sesuai dengan pengetahuan anda !
5. Tes Formatif

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................
....................................................................................................................................

KEGIATAN BELAJAR 3
a. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa mampu :

Menjelaskan macam-macam pekerjaan dasar survei dengan benar


Mengidentifikasi peralatan untuk pekerjaan dasar survei sesuai kegunaannya

b. Uraian Materi

Peralatan Survey dan Pemetaan


Alat-alat ukur tanah adalah alat-alat yang dipersiapkan untuk mengukur suatu
jarak dan atau sudut. Peralatan ukur tanah beragam macamnya, baik yang konvensional
atau sederhana maupun modern, hal ini dapat dilihat dari komponen-komponen alat
tersebut serta cara penggunaannya. Dalam pekerjaan pengukuran progress mining atau
survey perlu digunakan alat-alat untuk mempermudah penyelesaian pengambilan datadata. Jenis alat yang digunakanpun sangat mempengaruhi kecepatan dan ketepatan dalam
pekerjaan tersebut. Alat yang umum digunakan dalam pengukuran ini adalah theodolite.
ALAT UKUR
TANAH

A. ALAT
UKUR SUDUT

B. PENYIPAT
DATAR

Gambar 3.1 Jenis Alat Ukur Tanah


A. Alat Ukur Sudut
Untuk mengukur sudut dalam Ilmu Ukur Tanah yaitu menggunakan pesawat
Theodolite. Theodolite merupakan alat pengukur sudut vertikal maupun horisontal,
sehingga teropong yang ada pada alat ini harus dapat berputar pada dua lingkaran
bersekala, yaitu lingkaran bersekala tegak dan mendatar. Pesawat ini merupakan alat
berkaki tiga, yaitu menggunakan alat bantu penyangga berupa tripod.
Alat theodolite ini dinyatakan sebagai alat ukur sudut dikarenakan alat ini
khusus diciptakan atau disiapkan guna mengukur sudut, baik sudut vertikal maupun
horisontal. Penggunaan alat ini, selain berfungsi untuk mengukur sudut, dengan
bantuan rambu ukur (Baak) dapat difungsikan sebagai alat pengukur jarak, baik jarak
horisontal maupun miring, ataupun beda tinggi dengan menggunakan metode
tertentu. Di dalam pesawat theodolite ini terdapat bagian yang disebut nivo, nivo
pertama berbentuk bulat atau kotak, sedangkan nivo kedua berbentuk tabung di
dalam kedua nivo ini terdapat gelembung udara. Pada nivo kotak apabila gelembung
udara ini ditempatkan pada titik tengah nivo, menunjukan bahwa sumbu pertama
dalam keadaan tegak, Sedangkan pada nivo tabung menunjukkan bahwa sumbu
kedua dalam keadaan mendatar. Pada pembidikan alat, yang perlu diperhatikan
adalah benangnya karena teropong theodolite tidak harus dalam posisi tepat
mendatar.
Perinsip kerja alat ini yaitu apabila teropong atau benang diafragma mendatar
pada jarak tertentu, apabila diputar mendatar harus membentuk bidang horisontal,
dan diafragma tegak apabila diputar ke dalam arah tegak lurus harus membentuk

atau mengikuti bidang vertikal. Secara garis besar theodolit terbagi 2, Theodolit
bagian atas, terdiri dari :

Plat atas yang langsung dipasang pada sumbu vertical

Sumbu HOR

Nivo tabung

Telescop (teropong), Pada teropong ini terdapat dua lensa, depan yang
disebut lensa objektif dan belakang yang disebut lensa okuler, dimana
kedua lensa diletakkan sedemikian rupa sehingga sumbu optisnya berimpit.
Agar teropong bisa digunakan sebagai alat bidik pada bagian belakang
dilengkapi dengan dua garis salib sumbu yang terbuat dari benang labalaba atau dengan cara digoreskan pada kaca. Garis salib sumbu biasanya
berupa garis tegak dan tiga garis mendatar yang biasanya digunakan untuk
pembacaan.

Theodolit bagian bawah, terdiri dari :

Plat bawah

Lingkaran horizontal

Tabung sumbu luar dari sumbu vertical

Sekrup pengikat datar ( penyetel nivo)

Statip atau tripot atau kaki tiga yang berguna untuk menyangga theodolit

Centring.
Agar lebih jelasnya, perhatikan gambar pesawat Theodolite di bawah ini

beserta fungsi dari masing-masing bagiannya,

Gambar 3.2 Pesawat Theodolite


Keterangan :
1. Visir, selain berfungsi sebagai alat pengarah kasar, juga berfungsi sebagai alat
penunjuk bacaan sudut.

2. Teropong, berfungsi sebagai pembidik


3. Sekrup pengunci gerak vertikal, berfungsi sebagai pengunci agar teropong
tidak bergerak ke arah vertikal, apabila terkunci, maka skrup gerakan halus
vertikal akan berfungsi.
4. Sekrup okuler, berfungsi untuk memperjelas benang diafragma
5. Kaca penerang, berfungsi untuk menangkap dan memantulkan cahaya sehingga
pembacaan benang dan micrometer lebih jelas.
6. Teropong pembaca sudut terletak disebelah kanan dari teropong besar yang
berguna untuk membaca sudut horizontal dan vertical.
7. Sekrup obyektif, berfungsi untuk memperjelas sasaran bidik sedangka lensa
obyektif berfungsi sebagai penangkap bayangan sasaran bidik.
8. Sekrup gerak halus vertikal, berfungsi untuk menempatkan bidikan atau
benang diafragma mendatar pada tinggi bidikan yang dihendaki
9. Nivo tabung, berfungsi sebagai petunjuk pengatur sumbu ke dua atau sumbu
mendatar, apabila gelembung nivo berada di tengah menunjukkan bahwa sumbu
ke dua dalam keadaan mendatar.
10. Sekrup mikrometer, Alat ini terletak pada bagian kanan atas dari theodolit yang
berguna untuk mempaskan bacaan sudut horizontal dan vertical dengan cara
diputar kedepan atau kebelakang agar sudut horizontal dan vertical pas pada
pembacaan sudut.
11. Centring optis, Berguna untuk melihat posisi alat apakah sudah tepat berada
diatas patok. Pada alat model lama tidak ada centringnya masih menggunakan
unting-unting yang dihubungkan dengan benang dan digantung di bawah alat
ukur.
12. Sekrup gerak halus horisontal atas, untuk menggerakkan bidikan atau
diafragma tegak ke arah horisontal sehingga tepat pada sasaran.
13. Sekrup gerak halus pengunci atas, untuk mengunci teropong agar tidak
berputar atau bergerak ke arah horisontal dan memfungsikan gerakan halus
horisonlat.
14. Sekrup pengunci gerak halus bawah
15. Sekrup gerak halus horisontal bawah
16. Lensa penerang,
17. Nivo kotak, sebagai patokan arah vertikal dari sumbu pertama
18. Tribarch
19. Sekrup penyetel, sebagai pengataur gelembung pada nivo kotak
20. Statif, berfungsi sebagai landasan pesawat theodolite yang dilengkapi dengan
sekrup pengunci agar statif dan pesawat theodolite menyatu dengan baik.
21. Baak atau Rambu, Berupa garis garis yang tebalnya 1 cm yang berguna untuk
menghitung jarak yang diukur yaitu jarak antara alat berdiri dengan bak yang
menghasilkan jarak miring.

Gambar 3.3 Pesawat Theodolite


Pemasangan theodolit dan Pembacaan Alat Ukurnya
Sebelum theodolit digunakan harus distel terlebih dahulu agar posisi
theodolit bisa waterpas atau level kesegala arah dan cara penggunaannya sebagai
berikut :
1. Sebelum alat dikeluarkan dari tempatnya maka harus diperhatikan
terlebih

dahulu

posisi

alat

tersebut

pada

tempatnya,

karena

dikhawatirkan apabila tidak diperhatiakan posisinya, setelah dipakai dan


akan disimpan kembali akan mengalami kesulitan .
2. Untuk mempermudah pada setiap alat pasti ada tandanya berupa titik
merah atau hitam dan biasanya kedua titik tersebut dalam keadaan sejajar
bila akan dimasukkan pada tempatnya. Setelah posisi tandanya sudah
kita perhatikan lalu letakkan pesawat diatas statip atau kaki tiga lalu
diikat dengan baut yang ada pada statip.
3. Setelah pesawat tereikat dengan sempurna pada statip baru pesawat yang
sudah terikat pada statip diangkat dan diletakkan diatas patok yangsudah
ada pakunya.
4. Pertama tancapkan salah satu kaki di tripod sambil tangan dua
memegang kedua kaki di tripod lihat paku dibawah dengan bantuan
centring, setelah paku terlihat baru kedua kaki yang kita pegang ditaruh
pada tanah (kalau sudah mahir tanpa melihat centring sudah bisa
menentukan posisi alat sudah tepat diatas patok atau palu (walaupun
tidak pas).
5. Setelah statip ditaruh semua dan patok serta pakunya sudah kelihatan
(walau tidak tepat)baru diinjak ketiga kaki di statip agar posisinya kuat
menancap ditanah dan alat tidak mudah digoyang . Setelah posisi statip
kuat dan tidak goyang barulah dilihat paku lowat centring, apabila paku
tidak tepat maka kejar pakunya dengan menggunakan sekrup penyetel
sambil melihat centring, karena dengan memutar sekrup penyetel,

lingkaran petunjuk yang ada pada centring akan berubah dan arahkan
lingkaran tersebut pada paku yang ada dipatok.
6. Setelah itu barulah dilihat nivo kotak(bagian bawah). Apabila nivo
mata sapinya tidak ada ditengah maka posisi alat dalam keadaan miring.
Untuk melihat dimana posisi alat yang lebih tinggi maka lihat gelembung
yang ada pada nivo kotak apabila nivo mata sapinya ada di Timur maka
posisi alat tersebut lebih tinggi disebelah Timur (kaki sebelah Timur
dipendekkan atau yang sebelah Barat dinaikkan ). Setelah posisi
gelembung pads nivo kotak ada ditengah maka alat sudah dalam keadaan
waterpas (walau masih dalam keadaan kasar).
7. Untuk menghaluskan agar posisinya lebih level maka gunakan nivo
tabung caranya : karena dibawah alat theodolit terdapat tiga sekrup
penyetel maka sebut saja sekrup A, B, C. Pertama sejajarkan nivo tabung
dengan kedua sekrup penyetel (bebas dan tidak terikat harus sekrup yang
mana). Misalnya saja A dan B, setelahitu baru dilihat posisi
gelembungaya. Apabila tidak ditengah maka posisi alat tersebut belum
level maka harus ditengahkan dengan menggunakan sekrup A dan B
(kalau belum mahir disarankan untuk menggunakan satu sekrup saja A
atau B karena dikhawatirkan sekrup yang A akan menarik nivo kekiri
dan sekrup yang B akan menarik nivo tabung kekanan ).
8. Setelah nivo tabung ada ditengah baru diputar 90 atau 270 dan nivo
tabung ditengahkan dengan menggunakan sekrup yang C, setelah
ditengah berarti posisi nivo tabung dan kotak sudah sempurna dan
keduanya ada ditengah. Setelah itu baru dilihat centring apabila paku
sudah tepat pada lingkaran kecil berarti alat tersebut sudah tepat diatas
patok apabila belum tepat maka alat harus digeser dengan cara
mengendorkan baut pengikat yang berada dibawah alat ukur.
9. Setelah kendor geser alat tersebut agar tepat di atas paku. Perlu diingat
untuk merubah posisi alat agar tepat diatas paku harus digeser sekali lagi
digeser dan jangan diputar, sebab kalau diputar posisi nivo pasi akan
berubah banyak. Setelah posisi alas tepat diatas patok maka pengaturan
nivo tabung diulangi seperti semula sehinga posisinya ditengah lagi,
seperti pada waktu penyetelan pertama.
10. Setelah itu baru angka bacaan pada Skala horizontal disetel dan diatur
pada angka 000'0" dan selanjutnya sejajarkan arah teropong, dan arah
Utara dengan menggunakan kompas arah, setelah itu di ukur tingginya
alat dan alat siap digunakan.
B. Penyipat Datar

Alat penyipat datar dalam kegiatan survey dan pemetaan yaitu waterpass, adalah
alat penyipat datar dengan teropong yang dilengkapi nivo dan sumbu mekanis tegak
sehingga teropong dapat berputar ke arah horisontal. Alat ini tergolong ke dalam alat
penyipat datar kaki tiga (Tripod level), karena apabila alat ini digunakan harus dipasang
di atas kaki tiga atau statif.
Perinsip kerja alat ini ialah garis bidik ke semua arah harus mendatar, sehingga
membentuk bidang datar atau horisontal, dimana titik-titik pada bidang tersebut akan
menunjukkan ketinggian yang sama. Beberapa fungsi alat penyipat datar yaitu sebagai
berikut :
1. Memperoleh garis mendatar atau garis bidikan yang sama tinggi sehingga
titik-titik yang tepat pada garis bidikan memiliki ketinggian yang sama.
2. Dengan garis mendatar ini, apat diketahui jarak titik bidik dari alat, ketinggian
titik bidik, serta perbedaan ketinggian antar titik bidik.
3. Apabila waterpass difungsikann bersama rambu ukur dan benang stadia,
benang stadia yaitu dua buah benang yang berada di atas dan dibawah serta
sejajar dengan jarak yang sama dengan dengan benang diafragma mendatar,
waterpass dapat digunakan sebagai alat ukur jarak horisontal atau mendatar,
cara pengukuran jarak seperti ini disebut jarak optis.
4. Apabila waterpass disertai dengan alat lingkaran bersekala, yaitu lingkaran di
badan alat yang dilengkapi dengan skala ukuran sudut. Dapat berfungsi
sebagai alat pengukur sudut horisontal. Dengan adanya lingkaran bersekala
ini arah yang dinyatakan dengan bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan
oleh benang diafragma tegak dapat diketahui, sehingga bila dibidikkan ke dua
buah titik, sudut antara dua buah titik tersebut dapat ditentukan.
Alat lainnya yang digunakan dalam kegiatan ukur tanah diantaranya sebagai berikut:
1. Meteran, sering disebut sebagai pita ukur atau tape, yang dibuat dalam bentuk pita
dengan panjang tertentu. Fungsi utama alat meteran ini adalah untuk mengukur
panjangatau jarak.
2. Kompas, kompas adalah alat dengan komponen utama jarum dimana salah satu
ujungnya bermagnet, sehingga dalam keadaan bebas, ujung jarum yang bermagnet
secara bebas bergerak ke arah horisontal untuk menemukan arah utara, jenis
kompas yang akurat adalah dilengkapi dengan pembidik, dan cairan untuk
menstabilkan gerakan jarum dan alat pembidik yang disebut pisir. Fungsi utama alat
ini yaitu untuk mengetahui arah mata angin, penentuan arah dari satu titik ke titik
lain, yang ditunjukkan oleh besarnya sudut, yaitu besarnya sudut yang dimulai dari
arah utara atau selatan, selain itu kompas juga digunakan untuk mengukur sudut
horisontal dan membuat sudut siku-siku. Ada beberapa jenis kompas, diantaranya
sebagai berikut :

Kompas tangan, yaitu kompas jenis konvensional yang digunakan dengan


dipegang dengan tangan dan diarahkan untuk menemukan arah utara.

Kompas statif, yaitu kompas yang apabila digunakan dengan dipasang diatas
statif atau kaki tiga, salah satu contoh kompas statif yaitu kompas Busol.

3. Tripod (Statif), disebut juga kaki tiga yang memiliki fungsi utama

untuk

menstabilkan alat yang dipasang, dengan pengaturan yang tepat akan diperoleh
statif yang stabil.
c. Rangkuman
Alat-alat ukur tanah adalah alat-alat yang dipersiapkan untuk mengukur suatu
jarak dan atau sudut.
Alat ukur tanah dibagi menjadi dua jenis, yaitu Alat ukur sudut, dan Penyipat
datar
Bagian-bagian atas Theodolite terdiri dari : Plat atas yang langsung dipasang pada
sumbu vertical, sumbu HOR, nivo tabung, telescop (teropong).
Bagian atas Theodolite terdiri dari :

Plat bawah

Lingkaran horizontal

Tabung sumbu luar dari sumbu vertical

Sekrup pengikat datar ( penyetel nivo)

Statip atau tripot atau kaki tiga yang berguna untuk menyangga theodolit

Centring.

Bagian-bagian Theodolite secara mendetail adalah : Statif, Sekrup penyetel,


Tribarch, Nivo kotak, Lensa penerang, Sekrup gerak halus horisontal bawah,
Sekrup pengunci gerak halus bawah, Sekrup gerak halus pengunci atas, Sekrup
gerak halus horisontal atas, Centring optisSekrup mikrometerNivo tabung, Sekrup
gerak halus vertikal, Sekrup obyektif, Teropong pembaca sudut Kaca penerang,
Sekrup okuler, Sekrup pengunci gerak vertikal, Teropong, Visir,
Baak atau Rambu, adalah rambu yang di dalamnya terdapat garis garis yang
tebalnya 1 cm yang berguna untuk menghitung jarak yang diukur yaitu jarak
antara alat berdiri dengan bak yang menghasilkan jarak miring.
Alat penyipat datar dalam kegiatan survey dan pemetaan yaitu waterpass, adalah
alat penyipat datar dengan teropong yang dilengkapi nivo dan sumbu mekanis
tegak sehingga teropong dapat berputar ke arah horisontal
Alat lainnya yang digunakan dalam kegiatan ukur tanah adalah : Meteran,
Kompas, dan Tripod.

d. Tugas
Lakukan pekerjaan dasar ukur tanah dengan mengatur theodolite agar siap untuk
digunakan sesuai dengan tahapan yang telah anda pelajari !
Penilaian dilakukan melalui pengammatan dengan kriteria sebagai berikut
No
1

ASPEK YANG DINILAI

SKOR

SKOR YANG

MAK.

DICAPAI

PERSIAPAN
Alat

Lokasi Kerja

Alat Keselamatan Kerja


Jumlah

3
5

PROSES UNJUK KERJA


Sikap Kerja

Menyiapkan peralatan ukur

tanah
Mempersiapkan lokasi kerja
Cara mengatur dan
memposisikan tripod dan
memasang pesawat theodolite

1
2

KET.

pada tripod
Cara mengatur posisi theodolit

tepat diatas patok (titik ukur)


Cara menseting nivo kotak

Cara menseting nivo tabung

4
3

Memposisikan teropong ke arah

utara dan dalam posisi 0o00


Jumlah
3

20

HASIL KERJA
Tripod dalam posisi

10

kuat/menancap dan tidak


bergeser
10

Posisi pesawat theodolite tepat


diatas patok (titik ukur)

10

Gelembung nivo kotak tepat


berada di tengah-tengah
lingkaran nivo

10

Gelembung nivo tabung tepat


berada di tengah-tengah nivo
tabung

10

Teropong pesawat theodolite

mengarah ke utara dan dan


dalam posisi 0o00
Jumlah
4

50

KESELAMATAN KERJA
Pribadi

Membereskan Alat

Membereskan lokasi kerja


Jumlah

5
15

WAKTU

10

Skor Maksimum

100

Syarat Lulus (Skor Minimum)

75

Hasil Penilaian

LULUS/TIDAK LULUS*)

e. Tes Formatif
1. Sebutkan peralatan yang digunakan dalam kegiatan Ukur Tanah, kemudian jelaskan
fungsi masing-masing peralatan tersebut !

2. Gambarkan dan jelaskan fungsi setiap bagian theodolite !


3. Uraikan langkah kerja dalam mempersiapkan theodolite agar siap untuk digunakan !

Jawab :
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

KEGIATAN BELAJAR 4
a. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa mampu :

Langkah-langkah pekerjaan pengukuran dasar-dasar survei dijelaskan dengan benar.


Pengukuran dasar-dasar survei berbagai metode dilaksanakan dengan benar.

b. Uraian Materi
Pembacaan Mistar
Dalam pengukuran dengan menggunakan theodolit data yang diperleh salah
satunya adalah jarak. Jarak ini didapat dengan pembacaan Benang Atas (BA), Benang
Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB).
Contoh : BA = 1750 ; BT = 1500 ; BB = 1250
Untuk mengetahui bacaan rambu salah atau benar dapat dicek dengan
menggunakan rumus : (BA +BB)/2= BT
BB + BA = 2BT
BB = 2BT BA
BA = 2BT BB
Contoh :
Diketahui, benang atas 1750 mm, benang bawah 1250
Jadi benang tengah = (1750 + 1250)/2 = 1500
Dalam hal ini Benang Tengah diusahakan menggunakan bilangan bulat. Contoh
1500, 1450, 1520, 1480 karena dengan dibulatkan akan memudahkan dalam perhitungan
selanjutnya. Hasil dari (BA BB) x 100 merupakan Jarak Miring.
Koreksi Sudut Horizontal dan Vertical ( biasa dan luar biasa)
Dalam pembacaan sudut baik yang horizontal maupun vertiakal ada koreksinya.
Cara pengkoreksiannya adalah dengan pembacaan luar biasa. Setelah theodolit tepat
pada posisi yang dituju maka dibaca sudut horizontal maupun yang vertical.
Contoh :
Sudut Horizontal 17937'28" (biasa)
Sudut vertikal 9328 48 " (biasa)
Maka untuk mendapatkan pembacaan luar biasa alat theodolit kita putar 180
secara horizontal dan teropong diputar 180 secara vertical maka akan didapat bacaan
sebagai berikut :
Sudut Horizontal 35937'10"( luar biasa) 26631'03"( luar biasa), Hasilnya :
359037'10" 9328'48"
17937'28" - 26631'03" +
17959'42" 35959'51"

Kalau hasilnya baik untuk pembacaan sudut horizontal luar biasa - sudut biasa =
180. Sedang untuk koreksi pembacaan sudut vertikal biasa dan luar biasa maka sudut
biasa + luar biasa = 360. Koreksi yang diijinkan adalah 20 0 dan apabila koreksinya >
20 maka alat survey tersebut harus dikalibrasi. Setelah itu baru angka bacaan pada
skala, horizontal distel dan ddiatur pada angka 00'0" dan selanjutnya sejajarkan arah
teropong dan arah Utara dengan menggunakan kompas arah Setelah itu diukur tingginya
alat dan alat siap kerja.
Pengukuran (Survey)
A. Survey Original
Dalam kegiatan penambangan sebelum dimulai kegiatan yang lainnya, maka
terlebih dahulu akan dilakukan kegiatan survey original yang bertujuan untuk
menggambarkan keadaan permukaan tanah yang belum berubah karena belum ada
kegiatan penambangan. Survey original sebagai acuan untuk perhitungan volume
progress. Dalam pekerjaan survey original atau progress digunakan sistem line, dimana
jarak dan data yang dihasilkan dari pengukuran ini adalah jarak miring dan beda tinggi
dan selanjutnya akan diketahui jarak datar dan beda tinggi dari rumus tersebut diatas.
Sebelum survey original dimulai biasanya terlebih dahulu dilakukan kegiatan clearing
agar mempermudah pekerjaan survey original .
Hasil dari perhitungan original berupa potongan melintang dimana setelah peta
selesai barulah pekejaan penambangan dapat dilakukan. Cari atau tentukan titik dipatok
simpanan pada lahan yang belum ditambang karena biasanya surveyor pasti mempunyai
simpanan titik atau patok yang disimpan didalam hutan agar tidak hilang dan tidak
dicabut . Setelah itu baru ditarikpada daerah yang akan dikembangkan dan dipasangi
patok dengan jarak tiap 10m dan patok tersebut didirikan alat dan dihitung jaraknya.
Didirikan alat pada patok-patok yang jaraknya kelipatan 10, akan didirikan alat
untuk menembak kiri dan kanan dengan menggunakan rambu untuk mengetahui jarak
maupun beda tinggi.
Dengan data original dapat digunakan untuk menggambar propil melintang dari
daerah yang diukur. Kegiatan ini merupakan dasar atau acuan untuk menghitung progress
setelah tambang dikerjakan.
B. Pengukuran (Survey) Progress
Survey progress adalah survey yang diakukan setiap bulan yang bertujuan untuk
menghitung berapa volume overburden (lapisan tanah penutup) yang telah diambil dan
dipindahkan dari lokasi tambang yang akan diambil batubaranya ketempat lokasi yang
tidak ada batubaranya (disposal area).
Dari hasil survey progress digunakan untuk menghitung berapa uang yang
dibayarkan dari pemilik lahan (owner) kepada kontraktor. Mengingat pentingnya
pekerjaan survey progress maka biasanya dilakukan oleh dua team survey yaitu

kontraktor dan owner. Hasil perhitungan kedua team survey akan dibandingkan dan
dirata--ratakan. Data yang diperoleh dan pengukuran survey progress adalah jarak datar,
Beda Tinggi dan data ini akan diplotkan pada peta yang sebelumnya sudah diplotkan data
original pada line yang sama.
Metode pengukuran progress yang dilakukan pads PT. Alas Watu Utama adalah
menggunakan sistem penampang melintang atau sistem line dengan jarak antar ine
adalah 10 m. Untuk mempermudah perhitungan line-line tersebut dibuat pada angka
kelipatan 10, sedangkan arahnya tidak terikat dan tinggal mengikuti survey yang sudah
dilakukan sebelumnya baik itu arah Timur Barat atau Utara Selatan.
Pertama cari dua buah titik simpanan yang masih baik. Contoh titik D 340 dan E
340 (biasanya disimpan di hutan, agar tidak terganggu ). Salah satu dititik -tersebut
dijadikan untuk mendirikan alat dan satunya untuk back sigh. Dari kedua titiktersebut
tarik titik ketempat lokasi dimana pada lokasi tersebut banyak terjadi perubahan karena
diambil lapisan atasnya atau overburden selama satu bulan.
Dari tarikan tersebut dibuat baseline dimana jarak tiap- tiap baseline 10 m. Dari
baseline tersebut didirikan alat satu persatu untuk mengambil detail baik kearah 900 atau
2700 dimana detail-detail tersebut diplot gambar- gambarnya yang akan dijadikan acuan
dalam menghitung luas areal tersebut . Hasil perhitungan luas dijumlahkan dan dikalikan
dengan 10 m (jarak antar line) yang akan menghasilkan volume.

Gambar 4.1. Contoh Pembuatan Baseline


Dalam pengambilan data, daerah yang diukur adalah seluruh daerah Yang
berubah, cara pengambilan data harus mengikuti lekuk- lekuk permukaan tanpa harus
ada yang terlewati.

C. Arah
Dalam pekeerjaan survey, baik untuk survey geologi, pemetaan topografi. situasi
maupun untuk survey progress, arah atau azimuth merupakan hal yang harus dicari
dilapangan. Ada dua cara untuk mencari arah :

Dengan cara setiap alat berdiri, arah Utara disejajarkan dengan 0 0 pada
piringan skala HOR. Kelebihan dari cara ini tidak perlu menghitung besarnya
sudut dari titik-titik yang ditembak karena begitu ditembak skala horizontal
sudah menunjukan arah sebenarnya.
Sedangkan k-ekurangannya adalah pada setiap berdiri alat harus
mensejajarkan arah Utara dengan arah 0 pada alat. Dengan demikian setiap
berdiri alat harus memasang kompas arah, dan mensejajarkan arah Utara
dengan 0 pada piringan skala horizontal. Seperti diketahui magnet pada
kompas arah peka sekali terhadap bahan logam atau besi, sedangkan disekitar
alat banyak perangkat survey terbuat dari besi misalnya parang, tongkat
payung dan lain- lain.
Jadi dengan demikian benda-benda tersebut mempengaruhi jarum
kompas, arah Utara pada kompas, sehingga berpotensi menimbulkan
kesalahan arah.

Gambar 4.2. Pengukuran Dengan Menggunakan Arah Utara Sebagai Acuan


-

Setiap berdiri alat arah 0 pads Skala horizontal diarahkan ke titik


sebelumnya. Keuntungan dari cara ini adalah penggunaan kompas arah hanya
pada waktu pemasangan alat untuk penembakkan pertama kali atau pada awal
pekerjaan.
Kerugian dari cara ini terlalu banyak menghitung sudut- sudut yang
menggunakan bilangan derajat (0), menit () dan detik (") sedangkan bilangan
derajat, menit dan detik merupakan bilangan yang sulit untuk dihitung kecuali
bagi yang sudah terbiasa menggunakannya.

Gambar 4.3. Pengukuran Dengan Patok Sebelumya Sebagai Acuan


D. Jarak miring atau jarak optik
Dalam pekejaan pengukuran yang menggunakan alat ukur Theodolit, yang tidak
kalah pentingnya selain arah dan azimuth adalah jarak. Jarak yang dimaksud adalah jarak
optis. Jarak optis didapat dari pembacaan mistar, bak atau rambu.

Jarak miring atau optis dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut,
dimana: BA =Benang Atas ; BB = Benang Bawah ; 100 adalah bilangan konstanta
pengali teropong.

Contoh :
BA = 1750 mm
BT = 1500 mm
BB = 1250 mm
Jarak Miring = (1750 mm - 1250 mm ) x 100 = 50.000 mm = 59 m
E. Jarak Datar
Untuk mencari jarak datar dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti
dibawah ini.
Cara 1:
Jarak Datar = Cos 2 x Jarak miring

Contoh :
Diketahui
BA = 1750 Pembacaan vertikal 95 23' 48
BB = 1250
JM = 50 m
Maka slope atau sudut kemiringannya = 9523'48"
900000 - 52348
Jarak Datarnya Cos 523'48" = 0,9955674382
= 0,991154523 x Jarak Miring
= 0,991154523 x 50 m
= 49,557726 m
Cara 2:
Apabila yang digunakan untuk menghitung bukan sudut kemiringan tapi
pembacaan sudut vertikal dan yang terbaca adalah 95 023'48" maka rumus yang
digunakan adalah :
Diketahui :
BA = 1750 Pembacaan vertikal 95o23'48
BB = 1250, JM= 50 m
Jarak Datarnya Sin 2 (95o2348") = 0,995567438`
= 0,991154523 x Jarak Miring = 0,991154523 x 50 m

= 49,557726 m
F. Beda Tinggi
Beda tinggi merupakan hal yang juga sangat penting apalagi dalam pekeerjaan
bangunan gedung dan irigasi, kalau tidak teliti akan mengakibatkan kemiringan pada
gedung atau aliran air yang tidak sesuai dengan perencanaan. Pada pekerjaan pengukuran
beda tinggi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Cara 1 :
BT = Sin 2 x Jarak Miring
Contoh :
Diketahui
BA = 1750 mm
BB = 1250 mm
pembacaan sudut vertikal 95o23'48" , JM = 50 m.
Maka sudut kemiringannya adalah 95023'48" - 9000'00" = 05o23'48"
Beda tinggi
= Sin (523'48" x 2) x Jarak Miring
= Sin (1047'36") x Jarak Miring
= (0,187267019 ) x Jarak Miring
= 0,093633509 x Jarak Miring
= 0,093633509 x 50 m
= 4,681675 m
= - 4,681675 m
Karena pembacaan sudut vertikal lebih dari 90 maka beda tingginya diberi
tanda minus.
Cara 2
Apabila yang digunakan untuk menghitung bukan sudut kemiringan tapi
pembacaan sudut vertikal dan yang terbaca adalah 95o23'48 maka minus yang
digunakan adalah :
Diketahui
BA = 1750 mm
BB = 1250 mm
pembacaan sudut vertikal 95o23'48" , JM = 50 m
Beda tinggi = 1/2 (95o23'48" x 2) x 50 m
= 1/2 Sin 190o47' 36 x 50 m
=1/2(- 0,187267019) x 50 m
= - 0,093633509 x 50 m
= - 4,681675 m
Kesalahan Dalam Pengukuran

Dalam pengukuran ada bermacam- macam kesalahan dan yang sering terjadi
dilapangan ada tiga macam kesalahan dalam pengukuran yaitu :
A. Kesalahan yang disebabkan karena alam
Dalam hal ini kesalahan disebabkan karena keadaan bumi yang sebenarnya
melengkung atau berbentuk bola tapi kita menggapnya lurus. Hal ini bisa ter jadi
karena jarak yang diukur tidak terlalu jauh sekitar 50 m sampai 80 m. Tapi karena
jarak yang diukur tersebut berulang kali maka dari jarak yang pendek-pendek
tersebut digabung yang akan menjadi panjang dengan sendirinya kelengkungan bumi
akan berpengaruh terhadap ketelitian pengukuran. Tapi kesalahan karena alam tidak
terlalu berpengaruh terhadap penngukuran progress karena dalam pengukuran
progress jarak yang diambil tidak telalu jauh maksimal 70m sampai dengan 100m.
Jadi dalam hal ini faktor alam bisa diabaikan. Faktor alam juga bisa
disebabkan sinar matahari dimana pada bagian nivo yang mudah mengembang jika
terkena panas matahari . Maka dalam pekerjaansurvey harus memaki payung jika
cuaca dalam keadaan panas.
B. Kesalahan yang disebabkan oleh alat
Kesalahan karena alat ukut theodolit yang sangat peka terhadap goncangan
dan tekanan maka alat ukur ditempatkan pada kotak yang sedemiklan rupa.
Karenasering berpindah- pindah maka theodoit juga, akan terguncang- guncang
bahkan terbanting dan akan mengalami perubahan misalnya nivo tidak bisa ditengah
waktu distel, centring akan berubah jika dilihat disisi lain, pembacaan biasa dan luar
biasa pada pembacaan sudut horizontal dan vertikal akan mengamlami selisih yang
besar, maka alat tersebut harus dikalibrasi.
Kesalahan juga bisa karena rambu ukur misalnya pada waktu memegang
rambu letakkya tidak vertikal, bagian bawah rambu sudah rusak, rambu terbenam
dilumpur sambungan rambu yang tidak tepat, rambu sudah rusak sehingga tulisannya
tidak jelas yang menyulitkan surveyor untuk-membacanya.
C. Kesalahan yang disebabkan manusia
Kesalahan disini lebih sering terjadi karena, orangnya belum mahir atau
kondsi sudah dalam kelelahan. Apabila, lokasinya jauh dan memerlukan perjalanan
yang melelahkan. Untuk itu disararankan apabila lokasinya jauh didalam hutan dan
mernerlukan perjalanan yang jauh dan melelahkan, lebih baik membuat basecamp
dilokasi sekitar tempat kerja, agar bisa menyingkat waktu dan menghemat biaya
maupun tenaga.
Adapun macam-macam kesalahan yang ditimbulkan oleh manusianya,
meliputi kesalahan dalam penyetelan alat, kesalahan dalam pembacaan. Untuk
mengatasinya perlu mencari surveyor yang mahir dan diusahakan tempat menginap
tidak jauh dari lokasi kerja dan disediakan fasilitas yang memadai.
c. Rangkuman

BA adalah Benang Atas, BB adalah Benang Bawah, BT adalah Benang Tengah


Untuk mengetahui bacaan rambu salah atau benar dapat dicek dengan
menggunakan rumus : (BA +BB)/2 = BT
Untuk menghitung jarak miring, apabila diketahui BA, BB digunakan rumus (BA
- BB) x 100
Apabila diketahui BA, BB, dan jarak miring, untuk menari Jarak datar digunakan
rumus, Jarak Datar = Cos 2 x Jarak miring dimana adalah sudut miring
Apabila diketahui Sudut Vertikalnya untuk mencari jarak datarnya digunakan
rumus, Jarak Datar = Sin 2 , dimana adalah sudut vertikal
Apabila diketahui Jarak miring dan sudut miringnya, maka beda tinggi dapat
dicari dengan menggunakan persamaan BT = Sin 2 x Jarak Miring, dimana
adalah sudut miring
Apabila diketahui Jarak miring dan sudut miringnya, maka beda tinggi dapat
dicari dengan menggunakan persamaan BT = Sin 2 x Jarak Mendatar ,
dimana adalah sudut vertikal
d. Tugas
Bacalah dan pahami materi pada kegiatan belajar 4 !

e. Tes Formatif
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

KEGIATAN BELAJAR 5
a. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa mampu :

Melakukan langkah perhitungan hasil pengukuran dasar-dasar survei dengan

benar.
Melakukan perhitungan hasil pengukuran dasar-dasar survei dengan berbagai

metode dengan benar.


Menggambar hasil pengukuran sesuai dengan data lapangan.
Mengambar hasil pengukuran dengan skala tertentu.
Menjelaskan sistermatika laporan hasil pengumpulan data dengan benar.
Membuat laporan hasil pengumpulan data sesuai dengan sistematika laporan.

b. Uraian Materi
Luas Penampang
Yang dimaksud dengan luas (L) adalah suatu nominal yang didapat dari
perkalian antara panjang (p) dan lebar (1) dari suatu bidang. Dalam hal ini, luasnya
adalah luas yang dihitung dalam peta atau gambar yang merupakan keadaan bumi
dengan proyeksi orthogonal. Luas penampang dapat dihitung secara mekanis
menggunakan alat ukur theodolite dan dioleh dengan menggunakan planimeter.
Ada bebempa cara yang dapat digunakan untuk menghitung luas, yaitu antara
lain:
1. Dengan menggunakan kertas milimeter, Cara ini dilakukan dengan
menghitung banyaknya kotak kecil per milimeter yang termasuk dalam
area pengukuran. L = Luas ; n = Banyaknya kotak per milimeter
2. Dengan menggunakan data koordinat, Cara ini dilakulan dengan
menggunakan data-data koordinat (koordinat X, Y dan z). L = Luas, Z =
Elevasi, X= Koordinat X, n = point titik pengukuran
3. Dengan menggunakan alat Planimeter, Cara ini lebih mudah, karena
dengan mengelilingi area penelitian (dalam bentuk peta) sudah dapat
diketahui nilai luas area tersebut.
4. Dengan menggunakan Software, Cara ini yang paling mudah yaitu dengan
memasukkan data pengukuran dari theodolite ke dalam komputer
(software) seperti surfac, surfer, kemudian diolah dengan perintahperintah yang tersedia, maka dengan sendirinya akan dapat diketahui
besaran luas dari daerah penelitian.

Volume Tanah Penutup

Untuk menentukan volume tanah penutup, dapat diperoleh diantaranya melalui


peta topografi yaitu dengan cara membuat penampang melintang (cross section).
Penampang melintang dibuat tegak lurus terhadap kontur struktur batubara dengan
interval tertentu antar penampang dengan batas-batas sesuai rencana-rencana
penambangan.
Adapun cara yang dapat digunakan untuk menghitung volume tanah penutup,
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Menentukan luas area per penampang (section) kemudian luas 1 ditambah
luas 2 dibagi 2 kemudian dikalikan jarak per penampang- Atau dapat denggan
menggunakan rumus:
V = Volume tanah penutup
A = Luas area
L = Jarak per area

PENUTUP

Ilmu Ukur Tanah , khususnya pada kompetensi Dasar-Dasar Survei dan Pemetaan akan
dikuasai dengan lebih, jika menguasai baik teori maupun keahlian dan ketrampilan dalam
menggunakan peralatan survei.
Setelah menyelesaikan modul ini anda berhak untuk mengikuti tes praktik uji
kompetensi. Dan jika anda memenuhi syarat lulus yaitu dengan mencapai hasil minimal rata-rata
7,5 (tujuh koma lima).
Mintalah kepada instruktur anda untuk melakukan uji kompetensi dengan sistem
penilaian yang dilakukan langsung oleh pihak DuDi (Dunia Usaha dan Dunia Industri) yang
kompeten jika anda telah menyelesaikan suatu kompetensi tertentu.
Apabila anda telah menyelesaikan seluruh evaluasi dari setiap modul, maka hasil yang
berupa nilai dari instruktur dapat dijadikan verifikasi bagi DuDi sebagai standart pemenuhan
kompetensi tertentu. Jika anda telah memenuhi syarat, anda berhak mendapatkan sertifikat
kompetensi yang dikeluarkan oleh DuDi (Dunia Uasah dan Dunia Industri).

DAFTAR PUSTAKA

Muda, Iskandar. (2008). Survei dan Pemetaan Jilid 1. Jakarta :


Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Muda, Iskandar. (2008). Survei dan Pemetaan Jilid 2. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Anda mungkin juga menyukai