Modul Tangga
Modul Tangga
DIDIK :
.......................................
..................
KELAS
:
.......................................
..................
NOMER ABSEN
:
.......................................
..................
SMK
KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK
GAMBAR BANGUNAN
MENGGAMBAR KONSTRUKSI
TANGGA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Dalam modul ini Anda mempelajari mengenai pengenalan tangga hingga
merancang dan menggambar konstruksi tangga yang terangkum dalam mata pelajaran
Gambar Konstruksi Tangga dalam mata pelajaran ini mencakup materi mengenai
definisi, pengertian dan pemahaman tangga, langkah kerja dalam mendesain dan
menggambar tangga baik tangga beton maupun tangga kayu.
Apabila anda telah mempelajari serta menguasai modul ini, diharapkan anda
mampu melakukan pekerjaan desain dan perancangan konstruksi tangga secara baik dan
benar.
B. Prasyarat
Dalam mempelajari modul ini, Anda harus mampu mendesain dan menggambar
konstruksi tangga dengan baik dan benar sesuai prosedur yang telah ditentukan.
C. Petunjuk Penggunaan Modul
Sebelum Anda membaca dan mempelajari modul ini, perhatikan hal-hal berikut ini:
1. Setiap peserta didik wajib mempelajari Modul ini sesuai dengan Kegiatan Belajar
yang bersangkutan atau sesuai dengan petunjuk guru.
2. Setelah selesai kegiatan belajar yang bersangkutan, setiap peserta didik menjawab
soal-soal latihan dan menyelesaikan tugas mandiri atau menurut petunjuk.
3. Peserta didik dianjurkan untuk melengkapi referensi seperti Internet, Koran, buku
sumber lain yang relevan/sesuai dengan pembahasan kalau memang diperlukan.
4. Bila tes hasil belajar belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditetapkan guru, maka siswa yang bersangkutan harus mengikuti program remedial
sampai mencapai KKM.
5. Siswa yang tuntas boleh dilakukan pengayaan dengan melanjutkan pelajaran
kepada kegiatan belajar berikutnya.
D. Tujuan Akhir
Setelah Anda membaca dan mempelajari modul ini Anda mampu :
1. Mendiskripsikan konstruksi tangga
2. Merncang konstruksi tangga
3. Menggambar konstruksi tangga beton
4. Merancang konstruksi tangga kayu
E. SILABUS
NAMA SEKOLAH
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER
STANDAR KOMPETENSI
KODE
ALOKASI WAKTU
:
:
:
:
:
:
ALOKASI WAKTU
KOMPETENSI DASAR
9.1
INDIKATOR
Mendeskripsi Memahami
k- an konstruksi
pengertian tangga
tangga
Menyebutkan
fungsi tangga
Menjelaskan
rencana letak
tangga
Menyebutkan
bahan pembuat
tangga
Menyebutkan bagianbagian tangga
MATERI
PEMBELAJARAN
Pengertian
tangga
Fungsi tangga
Rencana letak
tangga
Bahan pembuat
tangga
Bagian-bagian
tangga
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Membaca modul
Mendeskripsikan
pengertian tangga
Menjelaskan fungsi
tangga
Menjelaskan rencana
letak tangga
Menyebutkan bahan
pembuat tangga
Menyebutkan bagianbagian tangga
PENILAIAN
Tes
subyektif
Observasi
TM
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
Modul
konstruksi
tangga
KARAKTER
Jujur
Disiplin
Kerja keras
ALOKASI WAKTU
KOMPETENSI DASAR
9.2 Merancang
Konstruksi tangga
INDIKATOR
Menghitung
lebar tangga,
Menghitung
tinggi trap
tangga,
9.3 Menggambar
Menghitung
ukuran ruang
tangga
Menyebutkan
keuntungan
konstruksi
tangga beton
Menyebutkan
kerugian
konstruksi
tangga beton
Menyebutkan
macammacam bentuk
tangga beton
Menggambar
konstruksi tangga
beton
Syarat umum
tangga
Perhitungan
lebar tangga,
tinggi trap,
jumlah anak
tangga, ukuran
ruang tangga
Menghitung
jumlah anak
tangga
konstruksi
tangga beton
TOTAL
Menjelaskan
syarat umum
tangga
MATERI
PEMBELAJARAN
Keuntungan
konstruksi
tangga beton
Kerugian
konstruksi
tangga beton
Macam-macam
bentuk tangga
beton
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Membaca modul
Menjelaskan syarat
umum tangga
Menghitung lebar
tangga,
Menghitung ukuran
ruang tangga
Membaca modul
Menjelaskan keuntungan
konstruksi tangga beton
Menjelaskan kerugian
konstruksi tangga beton
Menyebutkan macam-macam
bentuk tangga beton
Menggambar konstruksi
tangga beton
PENILAIAN
Tes
tertulis
Observa
si
PT
merenca
nakan
tangga
Tes
subyektif.
TM
PS
PI
Konstruks
i
Bangunan
Gedung
Bertingka
t Rendah,
UAY, 1996
(12)
PT
membu
at
makalah
macam2
bentuk
tangga
beton
(16)
10
14
KARAKTER
SUMBER
BELAJAR
Modul
konstruk
si
Tangga
Jujur
Disiplin
Kerja keras
Religius
Kerja keras
Kreatif
Gemar
membaca
NAMA SEKOLAH
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER
STANDAR KOMPETENSI
KODE
ALOKASI WAKTU
:
:
:
:
:
:
KOMPETENSI
DASAR
10.1 Merancang
Konstruksi tangga
INDIKATOR
Menghitung
lebar tangga,
Menghitung
tinggi trap
tangga,
1.1
Menjelaskan
syarat umum
tangga
MATERI PEMBELAJARAN
Syarat umum
tangga
Perhitungan lebar
tangga, tinggi trap,
jumlah anak
tangga, ukuran
ruang tangga
Menghitung
jumlah anak
tangga
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Membaca modul
Menjelaskan syarat
umum tangga
Menghitung lebar
tangga,
Menghitung jumlah
anak tangga
Menghitung ukuran
ruang tangga
Membaca modul
Mendeskripsikan
pengertian tangga
Menjelaskan fungsi
tangga
Menjelaskan rencana
letak tangga
Menyebutkan bahan
pembuat tangga
Menyebutkan bagianbagian tangga
PENILAIAN
Tes
tertulis
Observa
si
PT
merenca
nakan
tangga
TM
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
KARAKTER
Konstruks
Jujur
Disiplin
i
Bangunan Kerja
keras
(12)
Gedung
Bertingka
t Rendah,
UAY, 1996
Menghitung
ukuran ruang
tangga
Mendeskripsi Memahami
k- an
pengertian tangga
konstruksi
Menyebutkan
tangga
fungsi tangga
Menjelaskan
rencana letak
tangga
Menyebutkan
bahan pembuat
tangga
Menyebutkan bagianbagian tangga
Pengertian tangga
Fungsi tangga
Rencana letak
tangga
Bahan pembuat
tangga
Bagian-bagian
tangga
Tes
subyektif
Observasi
Modul
konstruksi
tangga
Jujur
Disiplin
Kerja
keras
Pertanyaan
Ya
1.
2.
3.
4.
langkah-langkah
langkah-langkah
menghitung,
dan
menggambar,
membuat
Tidak
Ket
BAB II
PEMBELAJARAN
Tanggal
Waktu
Tempat
Tandatangan
Pembelajaran
Belajar
Instruktur
1.1 Mendiskripsikan
pelaksanaan pekerjaan
6 x 45 menit
dasar-dasar survei
1.2 Mengidentifikasi
jenis-jenis pekerjaan dasar
4 x 45 menit
4 x 45 menit
dasar-dasar survei
2.2 Melaksanakan
pekerjaan dasar-dasar
14 x 45 menit
12 x 45
menit
B. Kegiatan Belajar
KEGIATAN BELAJAR I
a. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa mampu :
b. Uraian Materi
Survey dan Pemetaan didefinisikan sebagai suatu seni pengukuran, pencatatan
titik di muka bumi, kemudian menghubungkan titik-titik tersebut, dipindahkan pada
kertas dengan skala tertentu.
Seperti
yang
dapat
anda
lihat
pada
Mengambil
keputusan,
dengan
melakukan seleksi metode survey, mengetahui tabiat alat dan mengetahui titik
kritis di lapang
2. Kerja lapangan, yaitu mengukur dan mencatat data di lapang.
3. Menghitung proses data, yaitu menghitung data yang ada di lapang baik yang
secara manual maupun menggunakan alat canggih.
4. Membuat peta ; menggambar peta baik secara manual ataupun dengan
peralatan yang canggih.
5. Menentukan batas ; menentukan batas kerja dari hasil pemetaan.
6. Interppretasi peta ; mengungkapkan, menganalisa citra yang ditujukan oleh
peta.
Pekerjaan survey dan pemetaan menghasilkan produk berupa peta yang
merupakan gambaran permukaan bumi yang diproyeksikan ke dalam bidang datar
dengan skala tertentu. Sedangkan ilmu yang khusus mempelajari segala sesuatu tentang
peta adalah Kartografi, mulai dari sejarah, perkembangan, pembuatan, pengetahuan,
penyimpanan, hingga pengawetan serta cara-cara penggunaan peta.
Lalu apa fungsi dan tujuan pembuatan peta? Kenapa diperlukan adanya beberapa
maksud dari pembuatan sebuah peta. Fungsi pembuatan peta antara lain:
1. Dengan adanya peta dapat menunjukkan posisi atau lokasi relatif yang
hubungannya dengan lokasi asli dipermukaan bumi.
untuk menentukan permukaan bumi dengan membuat bayangan yang dinamakan peta
dari sebagian besar ataupun sebagian kecil permukaan bumi.
Pekerjaan dalam membuat bayangan dari sebagian besar ataupun sebagian kecil
permukaan bumi yaitu pemetaan, seperti yang telah kita bahas pada pertemuan
sebelumnya, pengukuran dan pemetaan pada dasarnya dibagi dalam dua perinsip, yaitu:
1. Plan Surveying ; merupakan ilmu, seni dan tekhnologi untuk menyajikan
bentuk bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang
yang dianggap datar. Bidang pada permukaan bumi dapat dianggap datar
apabila memiliki luas maksimum 0,5 derajat x 0,5 derajat atau 55 km x 55
km.
2. Geodetic Surveying ; merupakan ilmu, seni, dan teknologi untuk menyajikan
informasi kelengkungan bumi atau pada kelengkungan bola, pada bidang
melengkung / ellipsoda atau bola.
Pada dasarnya bumi bukan berbentuk bulat sempurna seperti bola, namun
berbentuk oval yang pepat pada kedua kutubnya, hal ini dibuktikan dengan lebih
panjangnya jarak lingkar equator bumi, dibandingkan dengan jarak lingkar yang melalui
kutub utara dan kutub selatan bumi, agar lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini !
Garis merah yang membagi bumi menjadi dua bagian, yaitu bagian utara dan
selatan disebut garis lingkar paralel atau garis lintang, sedangkan garis yang memanjang
dari kutub utara hingga kutub selatan bumi disebut garis bujur atau garis lingkar
meridian. Dengan adanya bukti bahwa garis lingkar equator lebih panjang dari garis
lingkar meridian, menunjukkan bahwa bumi berbentuk ellips atau ellipsodal. Bidang
ellipsodal ini memiliki beberapa komponen seperti berikut
Ku
b
E
o
a
Ks
Gambar 1.3 Bidang Ellipsodal
Keterangan :
o a adalah sumbu setengah pendek atau jari-jari equator,
o b adalah setengah sumbu pendek atau jari-jari kutub,
o o adalah pusat bumi (pusat ellipsoda bumi)
o Ku adalah Kutub Utara bumi,
o Ks adalah Kutub Selatan bumi,
o Ek adalah ekuator bumi
Ditentukannya garis lingkar paralel dan garis lingkar meridian oleh para ahli
bukannya tanpa alasan, garis-garis ini memiliki banyak fungsi yang digunakan dalam
keseharian kita. Garis lintang digunakan untuk menentukan perbedaan iklim wilayahwilayah yang ada di bumi, serta menentukan letak atau lokasi. Sedangakan garis bujur
berguna dalam menentukan atau membagi waktu berdasarkan wilayah, garis bujur 0 o
dimulai dari kota Greenwich di UK (GMT), setiap pertambahan 10 suatu wilayah dengan
wilayah lainnya mempunyai perbedaan waktu selama 15 menit, garis lingkar meridian
digunakan pula untuk menentukan lokasi suatu wilayah.
Walaupun pada kenyataannya bumi berbentuk agak lonjong, namun pendekatan
bentuk bumi sebagai bola sempurna masih cukup relevan dengan sebagian besar
kebutuhan, termasuk penentuan kedudukan dengan tingkat presisi yang relatif rendah.
Untuk menyajikan permukaan bumi dalam bidang datar, bentuk ellipsode bumi akan
dikupas sehingga bentuknya mengalami perubahan atau distorsi karena ada bagian
speroid yang tersobek, untuk mengatasi hal ini dilakukan pendekatan dengan perantara
bidang proyeksi. Bidang proyeksi ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
o Bidang proyeksi bidang datar disebut perantara azimuthal dan zenithal
o Bidang perantara yang berbentuk kerucut disebut bidang perantara conical,
o Bidang proyeksi yang menggunakan bidang perantara berbentuk silinder
disebut bidang perantara cylindrical
Dengan bidang perantara proyeksi ini akan memudahkan para ahli dalam
membuat peta,
matematis ke dalam bidang datar yang berhubungan dengan luas disebut proyeksi
equivalent. Apabila berhubungan dengan jarak ( jarak di permukaan bumi sama dengan
jarak pada bidang datar dalam perbandingan skalanya) dinamakan proyeksi equidistance.
Sedangkan yang berhubungan dengan sudut ( sudut di permukaan bumi sama dengan
sudut di bidang datar ) dinamakan proyeksi conform.
yang
digunakan
oleh
dinas
perhubungan,
proyeksi
equidistance
menunjukkan jarak sebenarnya yang diperkecil dengan skala tertentu, dengan adanya
peta ini, akan membantu dinas perhubungan dalam menghitung jarak dari satu titik ke
titik yang lain.
Sedangkan pada gambar 1.6 disajikan contoh aplikasi yang menggunakan
proyeksi conform yaitu mempertahankan perbandingan sudut antara kenyataan (yang
sebenarnya) dengan peta, peta navigasi udara ini banyak dimanfaatkan oleh maskapai
penerbangan guna menentukan rute penerbangan.
Dalam proses pembuaatan peta atau dapat disebut pemetaan, dapat dicapai
dengan melakukan pengukuran-pengukuran diatas permukaan bumi yang memiliki
bentuk-bentuk tidak beraturan. Pada dasarnya Ilmu Ukur tanah memiliki tiga bagian
besar metode pengukuran, yaitu
1. Pengukuran kerangka dasar Vertikal, yaitu pengukuran-pengukuran tegak guna
mendapatkan hubungan-hubungan tegak antara titik-titik yang diukur
2. Pengukuran kerangka dasar Horisontal, yaitu pengukuran-pengukuran yang
mendatar guna mendapatkan hubungan-hubungan antara titik-titik yang diukur di
atas permukaan bumi.
3. Pengukuran titik-titik detail
Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa teknik sipil pada kawasan
yang tidak luas, sehingga permukaan bumi dianggap datar. Pengukuran atau pemetaan
lahan dalam rekayasa teknik sipil biasanya merupakan satu paket dengan perencanaan
dan perancangan bangunan sipil. Titik- titik kerangka dasar pemetaan yang akan
ditentukan tebih dahulu koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan
kerapatan tertentu, permanen, mudah dikenali dan didokumentasikan secara baik
sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya.
Dalam perencanaan bangunan Sipil misalnya perencanaan jalan raya, jalan kereta
api, bendung dan sebagainya, Peta merupakan hal yang sangat penting untuk
perencanaan bangunan tersebut. Untuk memindahkan titik - titik yang ada pada peta
perencanaan suatu bangunan sipil ke lapangan (permukaan bumi) dalam pelaksanaanya
pekerjaan sipil ini dibuat dengan pematokan/ staking out, atau dengan perkataan lain
bahwa pematokan merupakan kebalikan dari pemetaan.
Metode sipat datar prinsipnya adalah mengukur tinggi bidik alat sipat datar
optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Hingga saat ini, pengukuran beda
tinggi dengan menggunakan metode sipat datar optis masih merupakan cara
pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar
vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil
pengukuran sipat datar pergi dan pulang.
Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik.
Beda tinggi h diketahui antara dua titik a dan b, sedang tinggi titik A diketahui
sama dengan Ha dan titik B lebih tinggi dari titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha
+ h yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A clan titik B adalah jarak
antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah
bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B dapat dianggap
sebagai bidang yang mendatar.
Untuk melakukan dan mendapatkan pembacaan pada mistar yang
dinamakan pula Baak (Rambu Ukur), diperlukan suatu garis lurus, Untuk garis
lurus ini tidaklah mungkin seutas benang, meskipun dari kawat, karena benang ini
akan melengkung, jadi tidak lurus.
Bila diingat tentang hal hal yang telah di bicarakan tentang teropong, maka
setelah teropong dilengkapi dengan diafragma, pada teropong ini di dapat suatu
garis lurus ialah garis bidik. Garis bidik ini harus di buat mendatar supaya dapat
digunakan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik, ingatlah pula nivo pada
tabung, karena pada nivo tabung dijumpai suatu garis lurus yang dapat mendatar
dengan ketelitian besar. Garis lurus ini ialah tidak lain adalah garis nivo. Maka
garis arah nivo yang dapat mendatar dapat pula digunakan untuk mendatarkan
garis bidik di dalam suatu teropong, caranya; tempatkan sebuah nivo tabung
diatas teropong. Supaya garis bidikmendatar, bila garis arah nivo di
datarkandengan menempatkan gelembung di tengah-tengah, perlulah lebih
dahulu.
Garis bidik di diafragma teropong, dibuat sejajar dengan garis arah nivo.
Hal inilah yang menjadi syarat utama untuk semua alat ukur penyipat datar.
Dalam pengukuran Sipat Datar Optis bisa menggunakan Alat sederhana dengan
spesifikasi alat penyipat datar yang sederhana terdiri atas dua tabungterdiri dari
gelas yang berdiri dan di hubungkan dengan pipa logam. Semua ini dipasang
diatas statif. Tabung dari gelas dan pipa penghubung dari logam di isi dengan zat
cair yang berwarna. Akan tetapi ketelitian membidik kecil, sehingga alat ini tidak
digunakan orang lagi. Perbaikan dari alat iniadalah mengganti pipa logam dengan
slangdari karet dan dua tabung gelas di beri skala dalam mm.
Cara menghitung tinggi garis bidik atau benang tengah dari suatu rambu
dengan menggunakan alat ukur sifat datar (waterpass). Rambu ukur berjumlah 2
buah masing-masing di dirikan di atas dua patok yang merupakan titik ikat jalur
pengukuran alat sifat optis kemudian di letakan ditengah-tengah antara rambu
belakang dan muka .Alat sifat datar diatur sedemikian rupa sehingga teropong
sejajar dengan nivo yaitu dengan mengetengahkan gelembung nivo. Setelah
gelembung nivo di ketengahkan barulah di baca rambu belakang dan rambu muka
yang terdiri dari bacaan benang tengah, atas dan bawah. Beda tinggi selang
tersebut pada dasarnya adalah pengurangan benang tengah belakang dengan
benang tengah muka.
Berikut ini adalah syarat-syarat untuk alat penyipat datar optis :
Garis arah nivo harus tegak lurus
Benang mendatar diagfragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu
Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo
2. Metode Pengukuran Barometris
Pengukuran Barometris pada prinsip-nya adalah mengukur beda tekanan
atmosfer. Pengukuran tinggi dengan menggunakan metode barometris dilakukan
dengan menggunakan sebuah barometer sebagai alat utama.
Seperti telah di ketahui, Barometer adalah alat pengukur tekanan udara. Di
suatu tempat tertentu tekanan udara sama dengan tekanan udara dengan tebal
tertentu pula. Idealnya pencatatan di setiap titik dilakukan dalam kondisi atmosfer
yang sama tetapi pengukuran tunggal hampir tidak mungkin dilakukan karena
pencatatan tekanan dan temperatur udara mengandung kesalahan akibat
perubahan kondisi atmosfir. penentuan beda tinggi dengan cara mengamati
tekanan udara di suatu tempat lain yang dijadikan referensi. dalam hal ini
misalnya elevasi 0,00 meter permukaan air laut rata-rata.
Pada point nomer 1,2 dan 3 adalah metode pengukuran kerangka dasar horizontal
yang akan kita pelajari pada modul ini,
1. Metode Poligon
Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan di cari koordinatnya terletak
memanjang sehingga tnernbentuk segi banyak (poligon).
2. Poligon Terbuka
3. Poligon Bercabang
2. Metode Triangulasi
Triangulasi
panjang dan lebar yang sama, maka dibuat jaring segitiga. Pada cara ini sudut
yang diukur adalah sudut dalam tiap - tiap segitiga. Metode Triangulasi.
Pengadaan kerangka dasar horizontal di Indonesia dimulai di pulau Jawa
oleh Belanda pada tahun 1862. Titik-titik kerangka dasar horizontal buatan
Belanda ini dikenal sebagai titik triangulasi, karena pengukurannya menggunakan
cara triangulasi. Hingga tahun 1936, pengadaan titik triangulasi oleh Belanda ini
telah mencakup pulau Jawa dengan datum Gunung Genuk, pantai Barat Sumatra
dengan datum Padang, Sumatra Selatan dengan datum Gunung Dempo, pantai
Timur Sumatra dengan datum Serati, kepulauan Sunda Kecil, Bali dan Lombok
dengan datum Gunung Genuk, pulau Bangka dengan datum Gunung Limpuh,
Sulawesi dengan datum Moncong Lowe, kepulauan Riau dan Lingga dengan
datum Gunung Limpuh dan Kalimantan Tenggara dengan datum Gunung Segara.
Posisi horizontal (X, Y) titik triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi Mercator,
sedangkan posisi horizontal peta topografi yang dibuat dengan ikatan dan
pemeriksaan ke titik triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi Polyeder. Titik
triangulasi buatan Belanda tersebut dibuat berjenjang turun berulang, dari
cakupan luas paling teliti dengan jarak antar titik 20 - 40 km hingga paling kasar
pada cakupan 1 - 3 km.
Selain posisi horizontal (X Y) dalam sistem proyeksi Mercator, titik-titik
triangulasi ini juga dilengkapi dengan informasi posisinya. dalam sistem
geografis (j,l) dan ketinggiannya terhadap muka air laut rata- rata yang ditentukan
Pada jaring segitiga akan selalu diperoleh suatu titik sentral atau titik pusat.
Pada titik pusat tersebut terdapat beberapa buah sudut yang jumlahnya sama
dengan 360 derajat.
Pengukuran Titik-Titik Detail
Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran Kerangka Dasar
Vertikal yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran Kerangka Dasar
Horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan
pengukuran titik-titik detail untuk menghasilkan yang tersebar di permukaan bumi yang
menggambarkan situasi daerah pengukuran.
Dalam pengukuran titik-titik detail prinsipnya adalah menentukan koordinat dan
tinggi titik-titik detail dari titik-titik ikat. Metode yang digunakan dalam pengukuran
titik-titik detail adalah metode offset dan metode tachymetri. Namun metode yang
sering digunakan adalah metode Tachymetri karena Metode tachymetri ini relatif cepat
dan mudah karena yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut
horizontal (azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat.
Hasil yang diperoleh dari pengukuran tachymetri adalah posisi planimetris X, Y dan
ketinggian Z.
1. Metode Pengukuran Offset
Metode offset adalah pengukuran titik-titik menggunakan alat alat
sederhana yaitu pita ukur, dan yalon. Pengukuran untuk pembuatan peta cara
offset menggunakan alat utama pita ukur, sehingga cara ini juga biasa disebut
cara rantai (chain surveying).
Cara offset biasa digunakan untuk daerah yang relatif datar dan tidak
luas, sehingga kerangka dasar untuk pemetaanyapun juga dibuat dengan cara
offset. Peta yang diperoleh dengan cara offset tidak akan menyajikan informasi
ketinggian rupa bumi yang dipetakan.
Cara pengukuran titik detil dengan cara offsetada tiga cara:
x Cara siku-siku (cara garis tegak lurus),
x Cara mengikat (cara interpolasi),
x Cara gabungan keduanya.
2. Metode Pengukuran Tachimetri
Metode tachymetri adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis,
elektronis, dan digital. Pengukuran detail cara tachymetri dimulai dengan
penyiapan alat ukur di atas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik.
Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat
alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan
data di rambu BT, BA, BB serta sudut miring . Metode tachymetri didasarkan
pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah
sebanding.
Kebanyakan pengukuran tachymetri adalah dengan garis bidik miring
karena adanya keragaman topografi, tetapi perpotongan benang stadia dibaca
pada rambu tegak lurus dan jarak miring "direduksi" menjadi jarak horizontal
dan jarak vertikal.
Pada gambar, sebuah transit dipasang pada suatu titik dan rambu dipegang
pada titik tertentu. Dengan benang silang tengah dibidikkan pada rambu ukur
sehingga tinggi t sama dengan tinggi theodolite ke tanah.
Sudut vertikalnya (sudut kemiringan) terbaca sebesar a. Perhatikan bahwa
dalam pekerjaan tachymetri tinggi instrumen adalah tinggi garis bidik diukur dari
titik yang diduduki (bukan TI, tinggi di atas datum seperti dalam sipat datar).
Metode tachymetri itu paling bermanfaat dalam penentuan lokasi sejumlah besar
detail topografik, baik horizontal maupun vetikal, dengan transit atau planset. Di
wilayah-wilayah perkotaan, pembacaan sudut dan jarak dapat dikerjakan lebih
cepat dari pada pencatatan pengukuran dan pembuatan sketsa oleh pencatat.
Tachymetri "diagram' lainnya pada dasarnya bekerja atas bekerja atas
prinsip yang, sama sudut vertikal secara otomatis dipapas oleh pisahan garis
stadia yang beragam. Sebuah tachymetri swa-reduksi memakai sebuah garis
horizontal tetap pada sebuah diafragma dan garis horizontal lainnya pada
diafragma keduanya dapat bergerak, yang bekerja atas dasar perubahan sudut
vertikal. Kebanyakan alidade planset memakai suatu jenis prosedur reduksi
tachymetri.
c. Rangkuman
Survey dan pemetaan, adalah suatu seni pengukuran, pencatatan titik di muka
bumi, kemudian menghubungkan titik-titik tersebut, dipindahkan pada kertas
dengan skala tertentu.
Surveyor adalah seseorang yang melakukan kegiatan survey dan pemetaan.
Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diproyeksikan ke dalam bidang
datar dengan skala tertentu.
Plan Surveying merupakan ilmu seni dan teknologi untuk menyajikan informasi
bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun buatan manusia di bidang
lengkung (luas < 55 km x 55 km) atau (<0,5 derajat x 0,5 derajat)
Ilmu ukur tanah pada dasarnya terdiri dari tiga bagian besar yaitu :
a. Pengukuran kerangka dasar Vertikal (KDV)
b. Pengukuran kerangka dasar Horizontal (KDH)
c. Pengukuran Titik-titik Detail
Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titiktitik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya
terhadapbidang rujukan ketinggian tertentu.
Pengukuran kerangka Dasar vertical pada dasarnya ada 3 metode, yaitu :
a. Metode pengukuran kerangka dasar sipat datar optis;
b. Metode pengukuran Trigonometris; dan
c. Metode pengukuran Barometris.
Pengukuran kerangka dasar horizontal adalah untuk mendapatkan hubungan
mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi maka perlu dilakukan
pengukuran mendatar.
Bagian-bagian dari pengukuran kerangka dasar horizontal adalah :
a. Metode Poligon
b. Metode Triangulasi
c. Metode Trilaterasi
d. Metode kuadrilateral
e. Metode Pengikatan ke muka
f. Metode pengikatan ke belakang cara Collins dan cassini
Alat ukur tanah dapat dibedakanmenjadi dua, berdasarkan fungsinya, yaitu
Theodolite sebagai alat ukur sudut, dan alat penyipat datar.
Selain Theodolite dan Waterpass, digunakan juga alat berupa meteran, kompas,
statif dan tripod.
Pelajari materi pada kegiatan belajar I, kemudian tuliskan kembali (rangkum) materi
yang telah dipelajari.
e. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat !
1. Jelaskan pengertian dari pekerjaan Survey dan Pemetaan !
2. Jelaskan fungsi dari Survey dan Pemetaan !
3. Apakah yang dimaksud dengan surveyor?
Jawab :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
SOAL A
SOAL B
surveying? (20)
2. Jelaskan perbedaan plan surveying
(20)
Ku
pemetaan? (20)
a
E
Ks
Jelaskan bagian yang ditandai
dengan a,b,Ks,Ku,Ek
3. Apakah yang dimaksud dengan
lingkar equator? (20)
4. Apakah fungsi dari lingkar
equator? (20)
5. Jelaskan beberapa bukti bahwa
bumi berbentuk oval atau ellipse !
(30)
Jawab :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Jawab :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
KEGIATAN BELAJAR 2
1. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa mampu :
2. Uraian Materi
Pada kegiatan belajar dua, anda akan mempelajarai materi mengenai pekerjaan
dasar survey, di lapangan ilmu ukur tanah dimanfaatkan dalam perencanaan,
pembangunan, dan pemeliharaan pekerjaan, pekerjaan jalan raya, system perhubungan,
bangunan gedung, trowongan, terusan, saluran irigasi, bendungan dan pengkavlingan.
Untuk dapat melakukan pekerjaan ukur tanah, kita harus tau alat apa yang digunakan,
bagaimana pengoprasian alat-alat tersebut, serta bagamana melakukan analisis atau
penghitungan data yang telah kita peroleh. Namun sebelum mempelajari itu semua,
terlebih dahulu kita mempelajari mengenai dasar-dasar kegiatan survey dan pemetaan ini.
Pekerjaan mengukur tanah dan pemetaan (Survei dan pemetaan) meliputi
pengambilan/ pemindahan data-data dari lapangan ke peta atau sebaliknya. Pengukuran
yang akan dipelajari dibagi bagi dalam pengukuran mendatar dari titik titik yang terletak
diatas permukaaan bumi , dan pengukuran tegak guna mendapatkan beda tinggi antara
titik titik yang diukur diatas permukaan bumi yang tidak beraturan ,yang pada akhirnya
dapat digambar diatas bidang datar (Peta).Ilmu ukur tanah merupakan ilmu sebagai dasar
dalam melaksanakan pekerjaan survey atau ukur mengukur tanah.
Manfaat pekerjaan survei dan pemetaan yang ditemui dalam kehidupan
1. Pengukuran untuk mencari luas tanah
Luas tanah sangat diperlukan untuk keperluan jual beli, penentuan pajak, dan
untuk perencanaan pengembangan daerah, rencana jalan, rencana pengairan dan
rencana transmigrasi.
2. Pengukuran untuk mengetahui beda tinggi tanah
Sebelum suatu bangunan didirikan , maka terlebih dahulu harus diketahui tinggi
permukaan tanah dan rencana meratakan tanahnya sehingga dapat dihitung seberapa
tanah yang gigali dan berapa banyak urugan yang diperlukan serta untuk menentukan
peil suatu bangunan yang akan dibangunan untuk pedoman ketinggian lantai dan
sebagainya.
3. Pengukuran untuk pembuatan peta
Untuk memberi petunjuk berapa jauh antara tempat A ke tempat B maka kita
harus membuat sket jalan dari tempat A ke tempat B.Gambar sket tersebut walaupun
tidak sempurna dinamakan peta. Untuk praktisnya pemerintah mulai dari tingkat desa,
4. Tugas
Carilah sebuah gambar mengenai pekerjaan mengukur tanah, kemudian jelaskan
sesuai dengan pengetahuan anda !
5. Tes Formatif
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................
....................................................................................................................................
KEGIATAN BELAJAR 3
a. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa mampu :
b. Uraian Materi
A. ALAT
UKUR SUDUT
B. PENYIPAT
DATAR
atau mengikuti bidang vertikal. Secara garis besar theodolit terbagi 2, Theodolit
bagian atas, terdiri dari :
Sumbu HOR
Nivo tabung
Telescop (teropong), Pada teropong ini terdapat dua lensa, depan yang
disebut lensa objektif dan belakang yang disebut lensa okuler, dimana
kedua lensa diletakkan sedemikian rupa sehingga sumbu optisnya berimpit.
Agar teropong bisa digunakan sebagai alat bidik pada bagian belakang
dilengkapi dengan dua garis salib sumbu yang terbuat dari benang labalaba atau dengan cara digoreskan pada kaca. Garis salib sumbu biasanya
berupa garis tegak dan tiga garis mendatar yang biasanya digunakan untuk
pembacaan.
Plat bawah
Lingkaran horizontal
Statip atau tripot atau kaki tiga yang berguna untuk menyangga theodolit
Centring.
Agar lebih jelasnya, perhatikan gambar pesawat Theodolite di bawah ini
dahulu
posisi
alat
tersebut
pada
tempatnya,
karena
lingkaran petunjuk yang ada pada centring akan berubah dan arahkan
lingkaran tersebut pada paku yang ada dipatok.
6. Setelah itu barulah dilihat nivo kotak(bagian bawah). Apabila nivo
mata sapinya tidak ada ditengah maka posisi alat dalam keadaan miring.
Untuk melihat dimana posisi alat yang lebih tinggi maka lihat gelembung
yang ada pada nivo kotak apabila nivo mata sapinya ada di Timur maka
posisi alat tersebut lebih tinggi disebelah Timur (kaki sebelah Timur
dipendekkan atau yang sebelah Barat dinaikkan ). Setelah posisi
gelembung pads nivo kotak ada ditengah maka alat sudah dalam keadaan
waterpas (walau masih dalam keadaan kasar).
7. Untuk menghaluskan agar posisinya lebih level maka gunakan nivo
tabung caranya : karena dibawah alat theodolit terdapat tiga sekrup
penyetel maka sebut saja sekrup A, B, C. Pertama sejajarkan nivo tabung
dengan kedua sekrup penyetel (bebas dan tidak terikat harus sekrup yang
mana). Misalnya saja A dan B, setelahitu baru dilihat posisi
gelembungaya. Apabila tidak ditengah maka posisi alat tersebut belum
level maka harus ditengahkan dengan menggunakan sekrup A dan B
(kalau belum mahir disarankan untuk menggunakan satu sekrup saja A
atau B karena dikhawatirkan sekrup yang A akan menarik nivo kekiri
dan sekrup yang B akan menarik nivo tabung kekanan ).
8. Setelah nivo tabung ada ditengah baru diputar 90 atau 270 dan nivo
tabung ditengahkan dengan menggunakan sekrup yang C, setelah
ditengah berarti posisi nivo tabung dan kotak sudah sempurna dan
keduanya ada ditengah. Setelah itu baru dilihat centring apabila paku
sudah tepat pada lingkaran kecil berarti alat tersebut sudah tepat diatas
patok apabila belum tepat maka alat harus digeser dengan cara
mengendorkan baut pengikat yang berada dibawah alat ukur.
9. Setelah kendor geser alat tersebut agar tepat di atas paku. Perlu diingat
untuk merubah posisi alat agar tepat diatas paku harus digeser sekali lagi
digeser dan jangan diputar, sebab kalau diputar posisi nivo pasi akan
berubah banyak. Setelah posisi alas tepat diatas patok maka pengaturan
nivo tabung diulangi seperti semula sehinga posisinya ditengah lagi,
seperti pada waktu penyetelan pertama.
10. Setelah itu baru angka bacaan pada Skala horizontal disetel dan diatur
pada angka 000'0" dan selanjutnya sejajarkan arah teropong, dan arah
Utara dengan menggunakan kompas arah, setelah itu di ukur tingginya
alat dan alat siap digunakan.
B. Penyipat Datar
Alat penyipat datar dalam kegiatan survey dan pemetaan yaitu waterpass, adalah
alat penyipat datar dengan teropong yang dilengkapi nivo dan sumbu mekanis tegak
sehingga teropong dapat berputar ke arah horisontal. Alat ini tergolong ke dalam alat
penyipat datar kaki tiga (Tripod level), karena apabila alat ini digunakan harus dipasang
di atas kaki tiga atau statif.
Perinsip kerja alat ini ialah garis bidik ke semua arah harus mendatar, sehingga
membentuk bidang datar atau horisontal, dimana titik-titik pada bidang tersebut akan
menunjukkan ketinggian yang sama. Beberapa fungsi alat penyipat datar yaitu sebagai
berikut :
1. Memperoleh garis mendatar atau garis bidikan yang sama tinggi sehingga
titik-titik yang tepat pada garis bidikan memiliki ketinggian yang sama.
2. Dengan garis mendatar ini, apat diketahui jarak titik bidik dari alat, ketinggian
titik bidik, serta perbedaan ketinggian antar titik bidik.
3. Apabila waterpass difungsikann bersama rambu ukur dan benang stadia,
benang stadia yaitu dua buah benang yang berada di atas dan dibawah serta
sejajar dengan jarak yang sama dengan dengan benang diafragma mendatar,
waterpass dapat digunakan sebagai alat ukur jarak horisontal atau mendatar,
cara pengukuran jarak seperti ini disebut jarak optis.
4. Apabila waterpass disertai dengan alat lingkaran bersekala, yaitu lingkaran di
badan alat yang dilengkapi dengan skala ukuran sudut. Dapat berfungsi
sebagai alat pengukur sudut horisontal. Dengan adanya lingkaran bersekala
ini arah yang dinyatakan dengan bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan
oleh benang diafragma tegak dapat diketahui, sehingga bila dibidikkan ke dua
buah titik, sudut antara dua buah titik tersebut dapat ditentukan.
Alat lainnya yang digunakan dalam kegiatan ukur tanah diantaranya sebagai berikut:
1. Meteran, sering disebut sebagai pita ukur atau tape, yang dibuat dalam bentuk pita
dengan panjang tertentu. Fungsi utama alat meteran ini adalah untuk mengukur
panjangatau jarak.
2. Kompas, kompas adalah alat dengan komponen utama jarum dimana salah satu
ujungnya bermagnet, sehingga dalam keadaan bebas, ujung jarum yang bermagnet
secara bebas bergerak ke arah horisontal untuk menemukan arah utara, jenis
kompas yang akurat adalah dilengkapi dengan pembidik, dan cairan untuk
menstabilkan gerakan jarum dan alat pembidik yang disebut pisir. Fungsi utama alat
ini yaitu untuk mengetahui arah mata angin, penentuan arah dari satu titik ke titik
lain, yang ditunjukkan oleh besarnya sudut, yaitu besarnya sudut yang dimulai dari
arah utara atau selatan, selain itu kompas juga digunakan untuk mengukur sudut
horisontal dan membuat sudut siku-siku. Ada beberapa jenis kompas, diantaranya
sebagai berikut :
Kompas statif, yaitu kompas yang apabila digunakan dengan dipasang diatas
statif atau kaki tiga, salah satu contoh kompas statif yaitu kompas Busol.
3. Tripod (Statif), disebut juga kaki tiga yang memiliki fungsi utama
untuk
menstabilkan alat yang dipasang, dengan pengaturan yang tepat akan diperoleh
statif yang stabil.
c. Rangkuman
Alat-alat ukur tanah adalah alat-alat yang dipersiapkan untuk mengukur suatu
jarak dan atau sudut.
Alat ukur tanah dibagi menjadi dua jenis, yaitu Alat ukur sudut, dan Penyipat
datar
Bagian-bagian atas Theodolite terdiri dari : Plat atas yang langsung dipasang pada
sumbu vertical, sumbu HOR, nivo tabung, telescop (teropong).
Bagian atas Theodolite terdiri dari :
Plat bawah
Lingkaran horizontal
Statip atau tripot atau kaki tiga yang berguna untuk menyangga theodolit
Centring.
d. Tugas
Lakukan pekerjaan dasar ukur tanah dengan mengatur theodolite agar siap untuk
digunakan sesuai dengan tahapan yang telah anda pelajari !
Penilaian dilakukan melalui pengammatan dengan kriteria sebagai berikut
No
1
SKOR
SKOR YANG
MAK.
DICAPAI
PERSIAPAN
Alat
Lokasi Kerja
3
5
tanah
Mempersiapkan lokasi kerja
Cara mengatur dan
memposisikan tripod dan
memasang pesawat theodolite
1
2
KET.
pada tripod
Cara mengatur posisi theodolit
4
3
20
HASIL KERJA
Tripod dalam posisi
10
10
10
10
50
KESELAMATAN KERJA
Pribadi
Membereskan Alat
5
15
WAKTU
10
Skor Maksimum
100
75
Hasil Penilaian
LULUS/TIDAK LULUS*)
e. Tes Formatif
1. Sebutkan peralatan yang digunakan dalam kegiatan Ukur Tanah, kemudian jelaskan
fungsi masing-masing peralatan tersebut !
Jawab :
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
KEGIATAN BELAJAR 4
a. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa mampu :
b. Uraian Materi
Pembacaan Mistar
Dalam pengukuran dengan menggunakan theodolit data yang diperleh salah
satunya adalah jarak. Jarak ini didapat dengan pembacaan Benang Atas (BA), Benang
Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB).
Contoh : BA = 1750 ; BT = 1500 ; BB = 1250
Untuk mengetahui bacaan rambu salah atau benar dapat dicek dengan
menggunakan rumus : (BA +BB)/2= BT
BB + BA = 2BT
BB = 2BT BA
BA = 2BT BB
Contoh :
Diketahui, benang atas 1750 mm, benang bawah 1250
Jadi benang tengah = (1750 + 1250)/2 = 1500
Dalam hal ini Benang Tengah diusahakan menggunakan bilangan bulat. Contoh
1500, 1450, 1520, 1480 karena dengan dibulatkan akan memudahkan dalam perhitungan
selanjutnya. Hasil dari (BA BB) x 100 merupakan Jarak Miring.
Koreksi Sudut Horizontal dan Vertical ( biasa dan luar biasa)
Dalam pembacaan sudut baik yang horizontal maupun vertiakal ada koreksinya.
Cara pengkoreksiannya adalah dengan pembacaan luar biasa. Setelah theodolit tepat
pada posisi yang dituju maka dibaca sudut horizontal maupun yang vertical.
Contoh :
Sudut Horizontal 17937'28" (biasa)
Sudut vertikal 9328 48 " (biasa)
Maka untuk mendapatkan pembacaan luar biasa alat theodolit kita putar 180
secara horizontal dan teropong diputar 180 secara vertical maka akan didapat bacaan
sebagai berikut :
Sudut Horizontal 35937'10"( luar biasa) 26631'03"( luar biasa), Hasilnya :
359037'10" 9328'48"
17937'28" - 26631'03" +
17959'42" 35959'51"
Kalau hasilnya baik untuk pembacaan sudut horizontal luar biasa - sudut biasa =
180. Sedang untuk koreksi pembacaan sudut vertikal biasa dan luar biasa maka sudut
biasa + luar biasa = 360. Koreksi yang diijinkan adalah 20 0 dan apabila koreksinya >
20 maka alat survey tersebut harus dikalibrasi. Setelah itu baru angka bacaan pada
skala, horizontal distel dan ddiatur pada angka 00'0" dan selanjutnya sejajarkan arah
teropong dan arah Utara dengan menggunakan kompas arah Setelah itu diukur tingginya
alat dan alat siap kerja.
Pengukuran (Survey)
A. Survey Original
Dalam kegiatan penambangan sebelum dimulai kegiatan yang lainnya, maka
terlebih dahulu akan dilakukan kegiatan survey original yang bertujuan untuk
menggambarkan keadaan permukaan tanah yang belum berubah karena belum ada
kegiatan penambangan. Survey original sebagai acuan untuk perhitungan volume
progress. Dalam pekerjaan survey original atau progress digunakan sistem line, dimana
jarak dan data yang dihasilkan dari pengukuran ini adalah jarak miring dan beda tinggi
dan selanjutnya akan diketahui jarak datar dan beda tinggi dari rumus tersebut diatas.
Sebelum survey original dimulai biasanya terlebih dahulu dilakukan kegiatan clearing
agar mempermudah pekerjaan survey original .
Hasil dari perhitungan original berupa potongan melintang dimana setelah peta
selesai barulah pekejaan penambangan dapat dilakukan. Cari atau tentukan titik dipatok
simpanan pada lahan yang belum ditambang karena biasanya surveyor pasti mempunyai
simpanan titik atau patok yang disimpan didalam hutan agar tidak hilang dan tidak
dicabut . Setelah itu baru ditarikpada daerah yang akan dikembangkan dan dipasangi
patok dengan jarak tiap 10m dan patok tersebut didirikan alat dan dihitung jaraknya.
Didirikan alat pada patok-patok yang jaraknya kelipatan 10, akan didirikan alat
untuk menembak kiri dan kanan dengan menggunakan rambu untuk mengetahui jarak
maupun beda tinggi.
Dengan data original dapat digunakan untuk menggambar propil melintang dari
daerah yang diukur. Kegiatan ini merupakan dasar atau acuan untuk menghitung progress
setelah tambang dikerjakan.
B. Pengukuran (Survey) Progress
Survey progress adalah survey yang diakukan setiap bulan yang bertujuan untuk
menghitung berapa volume overburden (lapisan tanah penutup) yang telah diambil dan
dipindahkan dari lokasi tambang yang akan diambil batubaranya ketempat lokasi yang
tidak ada batubaranya (disposal area).
Dari hasil survey progress digunakan untuk menghitung berapa uang yang
dibayarkan dari pemilik lahan (owner) kepada kontraktor. Mengingat pentingnya
pekerjaan survey progress maka biasanya dilakukan oleh dua team survey yaitu
kontraktor dan owner. Hasil perhitungan kedua team survey akan dibandingkan dan
dirata--ratakan. Data yang diperoleh dan pengukuran survey progress adalah jarak datar,
Beda Tinggi dan data ini akan diplotkan pada peta yang sebelumnya sudah diplotkan data
original pada line yang sama.
Metode pengukuran progress yang dilakukan pads PT. Alas Watu Utama adalah
menggunakan sistem penampang melintang atau sistem line dengan jarak antar ine
adalah 10 m. Untuk mempermudah perhitungan line-line tersebut dibuat pada angka
kelipatan 10, sedangkan arahnya tidak terikat dan tinggal mengikuti survey yang sudah
dilakukan sebelumnya baik itu arah Timur Barat atau Utara Selatan.
Pertama cari dua buah titik simpanan yang masih baik. Contoh titik D 340 dan E
340 (biasanya disimpan di hutan, agar tidak terganggu ). Salah satu dititik -tersebut
dijadikan untuk mendirikan alat dan satunya untuk back sigh. Dari kedua titiktersebut
tarik titik ketempat lokasi dimana pada lokasi tersebut banyak terjadi perubahan karena
diambil lapisan atasnya atau overburden selama satu bulan.
Dari tarikan tersebut dibuat baseline dimana jarak tiap- tiap baseline 10 m. Dari
baseline tersebut didirikan alat satu persatu untuk mengambil detail baik kearah 900 atau
2700 dimana detail-detail tersebut diplot gambar- gambarnya yang akan dijadikan acuan
dalam menghitung luas areal tersebut . Hasil perhitungan luas dijumlahkan dan dikalikan
dengan 10 m (jarak antar line) yang akan menghasilkan volume.
C. Arah
Dalam pekeerjaan survey, baik untuk survey geologi, pemetaan topografi. situasi
maupun untuk survey progress, arah atau azimuth merupakan hal yang harus dicari
dilapangan. Ada dua cara untuk mencari arah :
Dengan cara setiap alat berdiri, arah Utara disejajarkan dengan 0 0 pada
piringan skala HOR. Kelebihan dari cara ini tidak perlu menghitung besarnya
sudut dari titik-titik yang ditembak karena begitu ditembak skala horizontal
sudah menunjukan arah sebenarnya.
Sedangkan k-ekurangannya adalah pada setiap berdiri alat harus
mensejajarkan arah Utara dengan arah 0 pada alat. Dengan demikian setiap
berdiri alat harus memasang kompas arah, dan mensejajarkan arah Utara
dengan 0 pada piringan skala horizontal. Seperti diketahui magnet pada
kompas arah peka sekali terhadap bahan logam atau besi, sedangkan disekitar
alat banyak perangkat survey terbuat dari besi misalnya parang, tongkat
payung dan lain- lain.
Jadi dengan demikian benda-benda tersebut mempengaruhi jarum
kompas, arah Utara pada kompas, sehingga berpotensi menimbulkan
kesalahan arah.
Jarak miring atau optis dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut,
dimana: BA =Benang Atas ; BB = Benang Bawah ; 100 adalah bilangan konstanta
pengali teropong.
Contoh :
BA = 1750 mm
BT = 1500 mm
BB = 1250 mm
Jarak Miring = (1750 mm - 1250 mm ) x 100 = 50.000 mm = 59 m
E. Jarak Datar
Untuk mencari jarak datar dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti
dibawah ini.
Cara 1:
Jarak Datar = Cos 2 x Jarak miring
Contoh :
Diketahui
BA = 1750 Pembacaan vertikal 95 23' 48
BB = 1250
JM = 50 m
Maka slope atau sudut kemiringannya = 9523'48"
900000 - 52348
Jarak Datarnya Cos 523'48" = 0,9955674382
= 0,991154523 x Jarak Miring
= 0,991154523 x 50 m
= 49,557726 m
Cara 2:
Apabila yang digunakan untuk menghitung bukan sudut kemiringan tapi
pembacaan sudut vertikal dan yang terbaca adalah 95 023'48" maka rumus yang
digunakan adalah :
Diketahui :
BA = 1750 Pembacaan vertikal 95o23'48
BB = 1250, JM= 50 m
Jarak Datarnya Sin 2 (95o2348") = 0,995567438`
= 0,991154523 x Jarak Miring = 0,991154523 x 50 m
= 49,557726 m
F. Beda Tinggi
Beda tinggi merupakan hal yang juga sangat penting apalagi dalam pekeerjaan
bangunan gedung dan irigasi, kalau tidak teliti akan mengakibatkan kemiringan pada
gedung atau aliran air yang tidak sesuai dengan perencanaan. Pada pekerjaan pengukuran
beda tinggi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Cara 1 :
BT = Sin 2 x Jarak Miring
Contoh :
Diketahui
BA = 1750 mm
BB = 1250 mm
pembacaan sudut vertikal 95o23'48" , JM = 50 m.
Maka sudut kemiringannya adalah 95023'48" - 9000'00" = 05o23'48"
Beda tinggi
= Sin (523'48" x 2) x Jarak Miring
= Sin (1047'36") x Jarak Miring
= (0,187267019 ) x Jarak Miring
= 0,093633509 x Jarak Miring
= 0,093633509 x 50 m
= 4,681675 m
= - 4,681675 m
Karena pembacaan sudut vertikal lebih dari 90 maka beda tingginya diberi
tanda minus.
Cara 2
Apabila yang digunakan untuk menghitung bukan sudut kemiringan tapi
pembacaan sudut vertikal dan yang terbaca adalah 95o23'48 maka minus yang
digunakan adalah :
Diketahui
BA = 1750 mm
BB = 1250 mm
pembacaan sudut vertikal 95o23'48" , JM = 50 m
Beda tinggi = 1/2 (95o23'48" x 2) x 50 m
= 1/2 Sin 190o47' 36 x 50 m
=1/2(- 0,187267019) x 50 m
= - 0,093633509 x 50 m
= - 4,681675 m
Kesalahan Dalam Pengukuran
Dalam pengukuran ada bermacam- macam kesalahan dan yang sering terjadi
dilapangan ada tiga macam kesalahan dalam pengukuran yaitu :
A. Kesalahan yang disebabkan karena alam
Dalam hal ini kesalahan disebabkan karena keadaan bumi yang sebenarnya
melengkung atau berbentuk bola tapi kita menggapnya lurus. Hal ini bisa ter jadi
karena jarak yang diukur tidak terlalu jauh sekitar 50 m sampai 80 m. Tapi karena
jarak yang diukur tersebut berulang kali maka dari jarak yang pendek-pendek
tersebut digabung yang akan menjadi panjang dengan sendirinya kelengkungan bumi
akan berpengaruh terhadap ketelitian pengukuran. Tapi kesalahan karena alam tidak
terlalu berpengaruh terhadap penngukuran progress karena dalam pengukuran
progress jarak yang diambil tidak telalu jauh maksimal 70m sampai dengan 100m.
Jadi dalam hal ini faktor alam bisa diabaikan. Faktor alam juga bisa
disebabkan sinar matahari dimana pada bagian nivo yang mudah mengembang jika
terkena panas matahari . Maka dalam pekerjaansurvey harus memaki payung jika
cuaca dalam keadaan panas.
B. Kesalahan yang disebabkan oleh alat
Kesalahan karena alat ukut theodolit yang sangat peka terhadap goncangan
dan tekanan maka alat ukur ditempatkan pada kotak yang sedemiklan rupa.
Karenasering berpindah- pindah maka theodoit juga, akan terguncang- guncang
bahkan terbanting dan akan mengalami perubahan misalnya nivo tidak bisa ditengah
waktu distel, centring akan berubah jika dilihat disisi lain, pembacaan biasa dan luar
biasa pada pembacaan sudut horizontal dan vertikal akan mengamlami selisih yang
besar, maka alat tersebut harus dikalibrasi.
Kesalahan juga bisa karena rambu ukur misalnya pada waktu memegang
rambu letakkya tidak vertikal, bagian bawah rambu sudah rusak, rambu terbenam
dilumpur sambungan rambu yang tidak tepat, rambu sudah rusak sehingga tulisannya
tidak jelas yang menyulitkan surveyor untuk-membacanya.
C. Kesalahan yang disebabkan manusia
Kesalahan disini lebih sering terjadi karena, orangnya belum mahir atau
kondsi sudah dalam kelelahan. Apabila, lokasinya jauh dan memerlukan perjalanan
yang melelahkan. Untuk itu disararankan apabila lokasinya jauh didalam hutan dan
mernerlukan perjalanan yang jauh dan melelahkan, lebih baik membuat basecamp
dilokasi sekitar tempat kerja, agar bisa menyingkat waktu dan menghemat biaya
maupun tenaga.
Adapun macam-macam kesalahan yang ditimbulkan oleh manusianya,
meliputi kesalahan dalam penyetelan alat, kesalahan dalam pembacaan. Untuk
mengatasinya perlu mencari surveyor yang mahir dan diusahakan tempat menginap
tidak jauh dari lokasi kerja dan disediakan fasilitas yang memadai.
c. Rangkuman
e. Tes Formatif
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
KEGIATAN BELAJAR 5
a. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa mampu :
benar.
Melakukan perhitungan hasil pengukuran dasar-dasar survei dengan berbagai
b. Uraian Materi
Luas Penampang
Yang dimaksud dengan luas (L) adalah suatu nominal yang didapat dari
perkalian antara panjang (p) dan lebar (1) dari suatu bidang. Dalam hal ini, luasnya
adalah luas yang dihitung dalam peta atau gambar yang merupakan keadaan bumi
dengan proyeksi orthogonal. Luas penampang dapat dihitung secara mekanis
menggunakan alat ukur theodolite dan dioleh dengan menggunakan planimeter.
Ada bebempa cara yang dapat digunakan untuk menghitung luas, yaitu antara
lain:
1. Dengan menggunakan kertas milimeter, Cara ini dilakukan dengan
menghitung banyaknya kotak kecil per milimeter yang termasuk dalam
area pengukuran. L = Luas ; n = Banyaknya kotak per milimeter
2. Dengan menggunakan data koordinat, Cara ini dilakulan dengan
menggunakan data-data koordinat (koordinat X, Y dan z). L = Luas, Z =
Elevasi, X= Koordinat X, n = point titik pengukuran
3. Dengan menggunakan alat Planimeter, Cara ini lebih mudah, karena
dengan mengelilingi area penelitian (dalam bentuk peta) sudah dapat
diketahui nilai luas area tersebut.
4. Dengan menggunakan Software, Cara ini yang paling mudah yaitu dengan
memasukkan data pengukuran dari theodolite ke dalam komputer
(software) seperti surfac, surfer, kemudian diolah dengan perintahperintah yang tersedia, maka dengan sendirinya akan dapat diketahui
besaran luas dari daerah penelitian.
PENUTUP
Ilmu Ukur Tanah , khususnya pada kompetensi Dasar-Dasar Survei dan Pemetaan akan
dikuasai dengan lebih, jika menguasai baik teori maupun keahlian dan ketrampilan dalam
menggunakan peralatan survei.
Setelah menyelesaikan modul ini anda berhak untuk mengikuti tes praktik uji
kompetensi. Dan jika anda memenuhi syarat lulus yaitu dengan mencapai hasil minimal rata-rata
7,5 (tujuh koma lima).
Mintalah kepada instruktur anda untuk melakukan uji kompetensi dengan sistem
penilaian yang dilakukan langsung oleh pihak DuDi (Dunia Usaha dan Dunia Industri) yang
kompeten jika anda telah menyelesaikan suatu kompetensi tertentu.
Apabila anda telah menyelesaikan seluruh evaluasi dari setiap modul, maka hasil yang
berupa nilai dari instruktur dapat dijadikan verifikasi bagi DuDi sebagai standart pemenuhan
kompetensi tertentu. Jika anda telah memenuhi syarat, anda berhak mendapatkan sertifikat
kompetensi yang dikeluarkan oleh DuDi (Dunia Uasah dan Dunia Industri).
DAFTAR PUSTAKA