Anda di halaman 1dari 2

Kasus leptospirosis biasanya ditemukan pada negara tropik sedangkan di negara

subtropik infeksi leptospira jarang ditemukan, Iklim yang cocok untuk perkembangan
leptospira adalah udara yang hangat, tanah yang lembab/basah. Keadaan yang demikian dapat
dijumpai di negara tropik sepanjang tahun di negara beriklim tropik, kejadian leptospirosis
lebih banyak 1000 kali dibandingkan dengan negara subtropik dengan risiko penyakit lebih
berat.Faktor perilaku yang terbukti berhubungan dengan kejadian leptospirosis yaitu kontak
dengan tikus, hewan peliharaan seperti anjing, kerbau, sapi, luka, kebiasaan mandi atau
mencuci di sungai. Selain itu riwayat kontak dengan genangan air juga terbukti sebagai faktor
risiko kejadian leptospirosis karena bakteri leptospira dapat bertahan hidup di air sampai
sekitar satu bulan terutama dalam air tawar. Seseorang terinfeksi leptospirosis setelah
berenang, piknik di luar rumah, kerja bakti membersihkan genangan air.
Banjir dan bencana alam lainnya dapat meningkatkan risiko penyakit menular seperti
leptospirosis, bencana ini menyebabkan terganggunya pelayanan kesehatan masyarakat dan
infrastruktur, air dan sanitasi yang kotor, rumah rusak dan meningkatkan paparan lingkungan
menjadi patogen (Cook et al., 2008). Hujan deras dan banjir meningkatkan risiko
leptospirosis melalui bakteri yang dibawa hewan reservoir ke manusia (Lau et al.,2010).
Penularan leptospirosis dapat terjadi jika ada kontak antara manusia dengan lingkungan.
Membersihkan got/selokan yang tergenang, kontak dengan genangan air di sekitar
rumah/banjir dan adanya luka Selokan sering menjadi tempat tinggal tikus dan sering juga
dilalui oleh hewan hewan peliharaan seperti kucing, anjing, dan kambing sehingga selokan
ini dapat menjadi salah satu jalur untuk penularan penyakit leptospirosis. Peran selokan
sebagai jalur penularan penyakit leptospirosis terjadi ketika air selokan terkontaminasi oleh
urin tikus atau hewan peliharaan yang terinfeksi bakteri Leptospira dan aliran air selokan
tidak lancar atau tergenang sehingga meluap ke lingkungan sekitar rumah.
Bakteri penyebab infeksi ini keluar melalui urin pada hewan yang terinfeksi (paling
banyak terjadi pada urin/kencing tikus), yang kemudian akan bercampur dengan tanah,
benda-benda dan sumber air terdekat. Itulah kenapa penyakit ini paling banyak menyerang
korban saat hujan atau banjir tiba. Sebab pada saat itu, air yang terkontaminasi bakteri
leptospira dapat dengan mudah mengenai tubuh manusia, sehingga penularannya bisa terjadi.
Kuman leptospira bisa masuk ke dalam tubuh manusia ketika menempel pada kulit
yang luka dan mulut melalui air yang tercemar air kencing tikus yang mengandung kuman
leptospira. Pada mulut artinya manusia meminum air yang terkontaminasi dari bakteri
leptospira, selain saat banjir bakteri leptospira ini bisa ditemukan di selokan-selokan serta
persawahan yang banyak dicemari oleh tikus.
Penularan melalui makanan seperti pada daging, daging yang sehat terkontaminasi
bakteri leptospira karena kesalahan pada saat pengolahannya yang menggunakan air yang
tercemar leptospira serta juga bisa dari hewannya secara langsung yang telah terkontaminasi
leptospira karena beberapa faktor seperti sanitasi kandang yang kurang baik lalu memakan
pakan yang telah terkontaminasi leptospira.
Penularan leptospirosis selain pada daging juga bisa melalui sayur-sayuran dan buahbuahan, cara penuarannya dapat terjadi karena cara pengolahan yang salah yaitu mencuci
dengan air yang telah terkontaminasi dengan leptospira serta dapat terjadi dari tanah yang

lembab yang terkena genangan air yang terkontaminasi leptospira karena lingkungan sekitar
yang kumuh.

DAPUS
Lau CL, Smythe LD, Craig SB, and Weinstein P. Climate change, flooding,
urbanisation and leptospirosis: fuelling the fire. Transactions of the
Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene. 2010; 104:6318.
Cook A, Watson J, Buynder PV, Robertson A, and Weinstein P. Natural Disasters and
Their Long-Term Impacts on the Health of Communities. J Environ Monit.
2008; 10:16775.

Anda mungkin juga menyukai