Putri Nur Handayani-Fkik PDF
Putri Nur Handayani-Fkik PDF
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ii
ABSTRAK
Nama
: Putri Nur Handayani
Program Studi : Farmasi
Judul
: Isolasi, Seleksi, dan Uji Aktivitas Antimikroba Kapang Endofit
dari Daun Tanaman Jamblang (Syzygium cumini L.) terhadap
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus, Candida albicans dan Aspergillus niger.
Kapang endofit adalah kapang yang hidup pada jaringan tanaman dan tidak
membahayakan inangnya. Kapang endofit dapat menghasilkan senyawa bioaktif
sebagai senyawa metabolit sekunder yang memiliki daya antimikroba,
antimalaria, antikanker, anti-HIV, antioksidan dan sebagainya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengisolasi, menyeleksi dan menguji aktivitas antimikroba isolat
kapang endofit yang diisolasi dari daun tanaman Syzygium cumini L. terhadap
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtillis, Staphylococcus
aureus, Candida albicans dan Aspergillus niger. Kapang endofit berhasil diisolasi
dari daun jamblang (Syzygium cumini L), sebanyak 14 isolat, yaitu terdiri dari 6
isolat kapang endofit dari daun tuan (DT1, DT2, DT3, DT4, DT5, dan DT6) dan 8
isolat kapang endofit dari daun muda (DM1, DM2, DM3, DM4, DM5, DM6,
DM7, dan DM8). Keempat belas isolat ini diseleksi lebih lanjut potensi
antimikrobanya dengan menggunakan metode difusi agar untuk aktivitas
antibakteri dan antikhamir dan metode uji antagonis untuk aktivitas antifungi.
Hasil seleksi isolat kapang endofit yang berpotensi antimikroba sebanyak 11 isolat
(DT1, DT2, DT3, DT4, DT5, DM2, DM3, DM4, DM5, DM6, dan DM8).
Kesebelas isolat tersebut difermentasi pada media Potato Dextrose Yeast Broth
selama 14 hari dengan kondisi statis dan diuji aktivitas antimikrobanya. Metode
yang digunakan untuk uji antimikroba adalah metode Kirby-Bauer atau yang lebih
dikenal dengan sebutan metode cakram kertas. Aktivitas antimikroba isolat
kapang endofit dapat dilihat dari zona hambat yang terbentuk pada koloni isolat.
Hasil uji aktivitas antimikroba dari supernatan hasil fermentasi isolat kapang
endofit selama 14 hari didapatkan 10 isolat yang aktif terhadap Escherichia coli
(DT1, DT2, DT3, DT4, DT5, DM2, DM3, DM4, DM5, dan DM6), 5 isolat yang
aktif terhadap Staphylococcus aureus (DT1, DT2, DT3, DM2, dan DM5). 5 isolat
yang aktif terhadap Bacillus subtillis (DT1, DT2, DT3, DT4, dan DT5), 2 isolat
yang aktif terhadap Aspergillus niger (DM6 dan DM8), dan tidak ada isolat yang
aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa maupun Candida albicans.
Kata kunci : Jamblang, Syzygium cumini L, kapang endofit, aktivitas antimikroba,
metode difusi agar, metode uji antagonis, metode Kirby-Bauer.
vi
ABSTRACT
Name
: Putri Nur Handayani
Study Program: Pharmacy
Title
: Isolation, Selection, and Antimicrobial Activity of Endophytic
Fungus from Jamblang Leaf Plants (Syzygium cumini L.) Against
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus, Candida albicans dan Aspergillus niger.
Endophytic fungi are fungi that live on plant tissue and does not harm its host.
Endophytic fungi can produce bioactive compounds as secondary metabolites that
have antimicrobial, anti-malarial, anti-cancer, anti-HIV, antioxidants and etc. This
study aims to isolate, select and test the antimicrobial activity of endophytic fungi
isolates that isolated from leaves of Syzygium cumini L. against Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtillis, Staphylococcus aureus, Candida
albicans and Aspergillus niger. The result of endophytic fungi isolation in these
experiments showed a total of 14 isolates, which consists of 6 isolates of
endophytic fungi of dark green leaves (DT1, DT2, DT3, DT4, DT5, and DT6) and
8 isolates of endophytic fungi of light green leaves (DM1, DM2, DM3, DM4,
DM5, DM6, DM7 and DM8). Furthermore, that fourteenth isolates were selected
antimicrobial potential with using the agar diffusion method for antibacterial
activity and antikhamir activity and using antagonist test method for antifungal
activity. The selection results of antimicrobial potential of endophytic fungi
isolates were 11 isolates (DT1, DT2, DT3, DT4, DT5, DM2, DM3, DM4, DM5,
DM6, and DM8). The eleven isolates were fermented in medium Potato Dextrose
Yeast Broth for 14 days with a static condition and tested antimicrobial activity.
The method used to test the antimicrobial is Kirby-Bauer method, or better known
as paper disc method. The antimicrobial activity of endophytic fungi isolates can
be seen from the inhibition zone formed in the colony isolates. The results on the
antimicrobial activity of the supernatant of endophytic fungi isolates fermented
for 14 days showed 10 isolates were active against Escherichia coli (DT1, DT2,
DT3, DT4, DT5, DM2, DM3, DM4, DM5, dan DM6), 5 isolates were active
against Staphylococcus aureus (DT1, DT2, DT3, DM2, dan DM5), 5 isolates were
active against Bacillus subtillis (DT1, DT2, DT3, DT4, dan DT5), 2 isolates were
active against Aspergillus niger (DM6 dan DM8), none of the isolates active
against Pseudomonas saeruginosa and Candida albicans.
Keywords: Jamblang, Syzygium cumini L, endophytic fungi, antimicrobial
activity, agar diffusion method, antagonist test method, Kirby-Bauer method
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul Isolasi, Seleksi, dan Uji Aktivitas Antimikroba Kapang Endofit
dari Daun Tanaman Jamblang (Syzygium cumini L.) terhadap Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Candida
albicans dan Aspergillus niger. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar sarjana farmasi di Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, penyusunan skripsi ini akan terasa sulit. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Atiek Soemiati, M.Sc., Apt selaku pembimbing pertama dan Ibu
Eka Putri, M.Si., Apt selaku pembimbing kedua, yang senantiasa memberi
arahan, dukungan, semangat, saran, dan solusi dalam proses penelitian dan
penyelesaian skripsi ini. Semoga segala bantuan dan bimbingannya mendapat
imbalan yang lebih baik di sisi-Nya.
2. Ibu Puteri Amelia, M.Farm., Apt. dan Ibu Ismiarni Komala, Ph.D., Apt selaku
dosen penguji yang telah memberikan sumbangan pikiran, saran, dan masukan
kepada penulis.
3. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M. Kes, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Yardi, Ph.D., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Saiful Bahri, M.Si atas diskusi dan masukan selama penelitian ini.
6. Ibu/Bapak Dosen dan Staf Akademika Program Studi Farmasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
viii
7. Ayahanda Saman dan Ibunda Nuraidah yang tiada hentinya memberikan doa,
dukungan dan kasih sayang yang tiada terhingga kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kakak-kakakku tercinta yang telah memberi motivasi dan dukungannya
kepada penulis.
9. Para laboran di FKIK (Kak Rani, Kak Eris, Kak Lisna, Kak Tiwi, dan Kak
Rachmadi) yang telah banyak membantu selama proses penelitian.
10. Teman-teman seperjuangan mikrobiologi (Arini, Ambar, Ati, Brasti, Rahma,
Karimah, Sumiati, Dila, Meri, Bachtiar, Adit, Mozer, Fitri, dan Syaima) yang
menemani dan mengisi hari-hari waktu penelitian menjadi menyenangkan.
11. Sahabat-sahabat tercinta (Arini, Sheila, Meryza, dan Athiyah) yang senantiasa
menjadi penyemangat, motivator, dan tempat berbagi suka dan duka kepada
penulis.
12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat ditulis satu persatu yang turut membantu
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi penyempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan
pengetahuan bagi para pembacanya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..... iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI....... v
ABSTRAK .......... vi
ABSTRACT ............ vii
KATA PENGANTAR ....... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSTUJUAN PUBLIKASI ....... x
DAFTAR ISI .. xi
DAFTAR GAMBAR.. xiii
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR LAMPIRAN.. xvi
BAB 1. PENDAHULUAN ..... 1
1.1 Latar Belakang ...... 1
1.2 Rumusan Masalah ..... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian .... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Kapang Endofit .... 5
2.1.1 Interaksi Kapang Endofit dengan Tanaman .... 6
2.1.2 Kapang Endofit Penghasil Antimikroba ...... 6
2.1.3 Isolasi Kapang Endofit .... 7
2.2 Antimikroba .. 7
2.2.1 Mekanisme Antimikroba ..... 8
2.2.2 Penentuan Aktivitas Antimikroba .... 9
2.3 Mikroba Uji ....... 11
2.3.1 Aspergillus niger ...... 11
2.3.2 Pseudomonas aeruginosa ..... 11
2.3.3 Staphylococcus aureus ..,,. 12
2.3.4 Escherichia coli.. .... 13
2.3.5 Bacillus subtilis .... 14
2.3.6 Candida albicans ..... 15
2.4 Tanaman Jamblang.... 16
2.4.1 Klasifikasi .... 17
2.4.2 Penggunaan Tradisional Tanaman Jamblang ....... 17
2.4.3 Kandungan Kimia dan Aktivitas Biologi ..... 18
BAB 3. METODE PENELITIAN ..... 20
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian /.. 20
3.2 Alat dan Bahan ..... 20
3.2.1 Alat ...... 20
3.2.2 Sampel Tumbuhan.... 20
3.3.3 Media Pertumbuhan Mikroba .. 21
3.3.4 Bahan untuk Sterilisasi Permukaan ..... 21
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
Gambar 4.16
Gambar 4.17
Gambar 4.18
Gambar 4.19
Gambar 4.20
Gambar 4.21
Gambar 4.22
Gambar 4.23
Gambar 4.24
Gambar 4.25
Gambar 4.26
Gambar 4.27
Gambar 4.28
Gambar 4.29
Gambar 4.30
Gambar 4.31
Gambar 4.32
Gambar 4.33
Gambar 4.34
Gambat 4.35
Gambar 4.36
Gambar 4.37
Gambar 4.38
Gambar 4.39
Halaman
Syzygium cumini L. .... 16
Isolasi kapang endofit pada daun hijau tua. .............. 34
Isolasi kapang endofit pada daun hijau muda. ...... 35
Hasil stocking dan working culture isolat kapang endofit .... 36
Isolat DT1. ..... 37
Pengamatan mikroskopik isolat DT1 perbesaran 1000x 37
Isolat DT2. ..... 38
Pengamatan mikroskopik isolat DT2 perbesaran 1000x 38
Isolat DT3. ..... 39
Pengamatan mikroskopik isolat DT3 perbesaran 1000x 39
Isolat DT4. . 40
Pengamatan mikroskopik isolat DT4 perbesaran 1000x.... 40
Isolat DT5. ..... 41
Pengamatan mikroskopik isolat DT5 perbesaran 1000x.... 41
Isolat DT6. ......... 42
Pengamatan mikroskopik isolat DT6 perbesaran 1000x.... 42
Isolat DM1. ......., 43
Pengamatan mikroskopik isolat DM1 perbesaran 1000x.... 43
Isolat DM2. .... 44
Pengamatan mikroskopik isolat DM2 perbesaran 1000x... 44
Isolat DM3. .... 45
Pengamatan mikroskopik isolat DM3 perbesaran 1000x... 45
Isolat DM4. .... 46
Pengamatan mikroskopik isolat DM4 perbesaran 1000x... 46
Isolat DM5. .... 47
Pengamatan mikroskopik isolat DM5 perbesaran 1000x... 47
Isolat DM6. .... 48
Pengamatan mikroskopik isolat DM6 perbesaran 1000x... 48
Isolat DM7. .... 49
Pengamatan mikroskopik isolat DM7 perbesaran 1000x... 49
Isolat DM8. .... 50
Pengamatan mikroskopik isolat DM8 perbesaran 1000x... 50
Hasil pengamatan mikroskopik bakteri uji dengan
mikroskop perbesaran 1000x...... 52
Hasil pengamatan mikroskopik Candida albicans dengan
mikroskop perbesaran 1000x...... 53
Hasil pengamatan mikroskopik Aspergillus niger dengan
mikroskop perbesaran 1000x. .... 53
Kurva Pertumbuhan Bakteri Uji.. 56
Seleksi kapang endofit terhadap Escherichia coli... 59
Seleksi kapang endofit terhadap Staphylococcus aureus....
60
Seleksi kapang endofit terhadap Pseudomonas aeruginosa . 61
Seleksi kapang endofit terhadap Bacillus subtillis... 62
xiii
xiv
63
64
65
67
71
72
73
74
75
75
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil pengamatan makroskopik dan mikroskopik bakteri uji umur
24 jam pada medium NA dengan suhu 37 oC... 51
Tabel 4.2 Hasil pengamatan makroskopik dan mikroskopik Candida albicans
umur 2 hari pada medium PDA pada suhu 29oC.. 52
Tabel 4.3 Hasil pengamatan makroskopik dan mikroskopik
Aspergillus niger umur 5 hari pada medium PDA suhu 29 oC.. 53
Tabel 4.4 Hasil pengukuran absorbansi bakteri uji pada pembuatan
kurva pertumbuhan........ 55
Tabel 4.5 Hasil pengukuran zona hambat kapang endofit terhadap
bakteri uji dan khamir uji.. 58
Tabel 4.6 Data perhitungan presentase penghambatan isolat kapang
endofit terhadap Aspergillus niger.... 65
Tabel 4.7 Hasil pengukuran zona hambat dari supernatan hasil fermentasi
isolat kapang endofit. ... 70
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Jamblang (Syzygium cumini L.).. 83
Lampiran 2. Alur Penelitian. .... 84
Lampiran 3. Skema Kerja Isolasi Kapang Endofit. . 85
Lampiran 4. Skema Kerja Pemurnian Kapang Endofit. ..
86
Lampiran 5. Bagan Kerja Karakterisasi Kapang Endofit. ... 87
Lampiran 6. Identifikasi Kemurnian Mikroba Uji..... 88
Lampiran 7. Skema Kerja Kurva Pertumbuhan Bakteri Uji.. 89
Lampiran 8. Pembuatan Suspensi Mikroba Uji......... 90
Lampiran 9. Skema Kerja Seleksi Kapang Endofit yang Berpotensi
Sebagai Antimikroba............. 92
Lampiran 10. Skema Kerja Fermentasi Kapang Endofit......... 93
Lampiran 11. Skema Kerja Pengujian Aktivitas Antimikroba dari
Hasil Fermentasi Isolat Kapang Endofit....... 94
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu sumber daya yang sangat potensial yang
dijadikan bahan baku dalam pembuatan obat maupun pengobatan. Menurut Deus
et al., (1982) dan Stafford et al., (1986) dalam Radji (2005) sebagian besar
komponen kimia yang berasal dari tanaman yang digunakan sebagai obat atau
bahan obat merupakan metabolit sekunder. Metabolit sekunder seperti alkaloid,
terpen, steroid, flavonoid, kuinon, fenol dan lain sebagainya dapat diproduksi oleh
mikroorganisme endofit yang dalam habitat aslinya dapat membentuk koloni
dalam jaringan tanaman (Bills dan Polyshook, 1992).
Mikroba endofit dapat menghasilkan senyawa-senyawa bioaktif sebagai
senyawa metabolit sekunder yang memiliki daya antimikroba, antimalaria,
antikanker, anti HIV, antioksidan dan sebagainya (Strobel, 2003; Prihatiningtias
dan Wahyuningsih, 2006). Kemampuan mikroba endofit memproduksi senyawa
metabolit sekunder sesuai dengan tanaman inangnya merupakan peluang yang
sangat besar dan dapat diandalkan dalam pencarian sumber obat baru. Hal ini
dikarenakan mikroba merupakan organisme yang mudah ditumbuhkan, memiliki
siklus hidup yang pendek dan dapat menghasilkan jumlah senyawa bioaktif dalam
jumlah besar dengan metode fermentasi (Prihatiningtias dan Wahyuningsih,
2006).
Mikroba endofit adalah mikroba yang hidup pada jaringan tanaman dan
tidak membahayakan inangnya. Mikroba endofit dapat ditemukan pada berbagai
jaringan tanaman diantaranya biji, ovula, buah, batang, akar, umbi akar, dan daun
tetapi tidak menyebabkan penyakit pada tanaman tersebut (Zinneal, 2002; Vega,
2005; Altahi, 2009). Dari sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar di muka
bumi, masing-masing tanaman mengandung satu atau lebih mikroba endofit yang
terdiri dari bakteri atau fungi. Namun, yang paling umum ditemukan adalah dari
jenis fungi (Strobel, 2003). Dreyfuss dan Chapela (1994) dalam Strobel (2002)
mengestimasikan terdapat sekitar 1.000.000 spesies fungi endofit di bumi. Kapang
adalah bentuk organisme yang paling sering ditemukan sebagai endofit dan
quercetin, myricetin, myricitrin, dan glikosida flavonol myricetin 3-O-(4"-acetyl)-L-rhamnopyranosides, terasilasi glikosida flavonol. Kulit batang dilaporkan
mengandung friedelin, friedelan-3--ol, asam betulinic, -sitosterol, kaempferol,
-sitosterol-D-glukosida, galat acid, ellagic acid, tanin galat, ellagitannin, dan
myricetin. Bunganya diamati mengandung oleanolic acid, ellagic acid,
Isoquercetin, quercetin, kaempferol, dan myricetin (Baliga et al, 2011).
Menurut penelitian Rossama (2002), Shafi et al (2002), dan Reddy (2013),
menyatakan bahwa minyak atsiri dari daun jamblang dilaporkan memiliki
aktivitas antibakteri dan antijamur. Minyak atsiri dari tanaman family Myrtaceae
terkenal akan aktivitas biologisnya dikarenakan keberadaan 1,8-cineole.
Monoterpen dan seskuiterpen yang terkandung dalam minyak ini seperti linalool,
kamper, geraniol, a-terpineol, P-caryophyllene, nerolidol dan cadinene derivative,
memiliki sifat bakterisida (Rossama, 2002). Selain itu, pada penelitian lain
menyatakan bahwa ekstrak etanol daun dan ekstrak air biji Syzygium cumini L
ditemukan memiliki aktivitas antimikroba yang sangat tinggi terhadap bakteri
Gram positif dan Gram negatif (Prabhakaran et al., 2011). Dengan adanya
kenyataan ini, isolat kapang endofit dari tanaman jamblang memiliki potensi yang
besar dalam usaha penemuan jenis antimikroba baru ataupun jenis obat baru yang
lain. Selain itu, penelitian yang dilakukan terhadap kapang endofit tersebut masih
sedikit, sehingga perlu untuk diteliti lebih lanjut.
1.2
Rumusan Masalah
Apakah daun tanaman Syzygium cumini L. memiliki isolat kapang endofit
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.
2.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan :
1.
2.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kapang Endofit
Mikroba endofit adalah mikroba yang hidup didalam jaringan tanaman
pada periode tertentu dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan
tanaman tanpa membahayakan inangnya. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat
mengandung beberapa mikroba endofit yang mampu menghasilkan senyawa
biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau
transfer genetik (genetic recombination) dari tanaman inangnya ke dalam mikroba
endofit (Radji, 2005).
Dari sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar di muka bumi,
masing-masing tanaman mengandung satu atau lebih mikroba endofit yang terdiri
dari bakteri atau fungi. Namun, yang paling umum ditemukan adalah dari jenis
fungi (Strobel, 2003). Dreyfuss dan Chapela (1994) dalam Strobel (2002).
mengestimasikan terdapat sekitar 1.000.000 spesies fungi endofit di bumi Kapang
adalah bentuk organisme yang paling sering ditemukan sebagai endofit dan
dilaporkan memiliki potensi yang lebih besar untuk menghasilkan metabolit
sekunder yang bermanfaat sebagai senyawa obat dibandingkan bentuk organisme
endofit lainnya (Wahyudi, 1998).
Kapang endofit merupakan kombinasi antara kapang dan tumbuhan
dimana kapang hidup secara sistematik dan umumnya berada didalam tumbuhan
(Labeda, 1990). Awalnya keberadaan kapang endofit diduga bersifat netral,
maksudnya tidak memberikan pengaruh, baik manfaat maupun kerusakan yang
ditimbulkan terhadap tanaman. Ternyata setelah para peneliti mulai mempelajari
lebih dalam, ada hubungan simbiosis mutualisme antara kapang endofit dengan
tanaman inang terutama peranannya yang sangat penting dalam melindungi
tanaman inang terhadap predator dan patogen (Prasetyoputri dan Atmosukarto,
2006).
Dalam simbiosis antara kapang endofit dengan tanaman obat, kapang
endofit dapat membantu proses penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh
tumbuhan untuk proses fotosintesis serta melindungi tumbuhan inang dari
serangan penyakit, dan hasil dari fotosintesis dapat digunakan oleh kapang untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya (Bacon dan Siegel, 1990; Petrini et al.,
1992).
2.1.1
organ tumbuhan tertentu, berhubungan erat dengan siklus hidup yang dilaluinya.
Masuknya kapang endofit pada jaringan tanaman inang tergantung pada
keberhasilan endofit tersebut menembus lapisan eksternal inangnya. Proses
masuknya endofit ini dicapai melalui mekanisme pemecahan atau degradasi
jaringan pelindung pada lapisan kutikula dan epidermis (Bacon dan Siegel, 1990).
Proses masuknya endofit ke dalam jaringan tanaman inang terjadi secara
langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung ditandai dengan masuknya
endofit ke dalam bagian internal jaringan pembuluh tanaman dan diturunkan
melalui biji, sedangkan secara tidak langsung endofit hanya menginfeksi bagian
eksternal yaitu pada bagian pembungaan (Bacon, 1985).
Pada organ atau jaringan tanaman tertentu, ternyata dapat ditempati oleh
beberapa jenis mikroorganisme endofit yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini
merupakan adaptasi dari mikroorganisme endofit terhadap mikroekologi dan
kondisi fisiologi yang spesifik dari masing-masing tanaman (Petrini et al., 1992).
2.1.2
adalah
antifungi
yang
dihasilkan
oleh
kapang
endofit
2.1.3
diperhatikan agar didapat isolat kapang endofit yang tepat pula. Bagian tanaman
yang dipilih harus sehat dan segar. Sampel tanaman dapat disimpan dalam plastik
bersegel dan kering, serta dapat disimpan pada suhu 4C (Strobel dan Daisy,
2003).
Sterilisasi
permukaan
sampel
tanaman
perlu
dilakukan
untuk
2.2
Antimikroba
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat
2.2.1
berdasarkan
struktur
kimia
dan
mekanisme
aksi,
permeabilitas
dan
menyebabkan
kebocoran
senyawa
yang
mempengaruhi
metabolisme
asam
nukleat
bakteri.
2.2.2
metode difusi dan metode dilusi. Pada metode difusi termasuk didalamnya metode
disk diffusion (tes Kirby & Bauer), E-test, ditch-plate technique, dan cup-plate
technique. Sedangkan pada metode dilusi termasuk didalamnya metode dilusi cair
dan dilusi padat (Pratiwi, 2008).
a. Metode difusi diantaranya:
1) Metode disk diffusion (tes Kirby & Bauer) menggunakan piringan yang
berisi agen antimikroba, kemudian diletakan pada media agar yang
sebelumnya telah ditanami mikroorganisme sehingga agen antimikroba
dapat berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan
adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba
pada permukaan media agar.
2) Metode E-test digunakan untuk mengestimasi Kadar Hambat Minimum
(KHM), yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini digunakan
10
sumur
pada
media
agar
yang
telah
ditanami
dengan
11
2.3
Mikroba Uji
Mikroba uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aspergillus niger,
Aspergillus niger
Klasifikasi Aspergillus niger adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Mycetae
Divisio
: Amastigomycota
Class
: Ascomycotina
Ordo
: Eurotiales
Famili
: Eurotiaceae
Genus
: Aspergillus
Spesies
: Aspergillus niger
2.3.2
Pseudomonas aeruginosa
Klasifikasi Pseudomonas aeruginosa adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma proteobacteria
12
Ordo
: Pseudomonadales
Famili
: Pseudomonadaceae
Genus
: Pseudomonas
Spesies
: Pseudomonas aeruginosa.
2.3.3
Staphylococcus aureus
Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Prokaryota
Divisio
: Bacteria
Class
: Schizomyces
Ordo
: Eubacteriales
Famili
: Micrococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Spesies
: Staphylococcus aureus
13
2.3.4
Escherichia coli
Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Prokaryota
Divisio
: Gracilicutes
Class
: Scotobacteria
Ordo
: Eubacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: Escherichia coli
14
meningkat dan asam organik yang dibentuk oleh metabolisme basil kolon ini
mengakibatkan iritasi pada usus dan menimbulkan sindroma yang disebut summer
diarrhea (Tim Mikrobiologi, 2003).
2.3.5
Bacillus subtilis
Klasifikasi Bacillus subtilis adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Prokaryota
Class
: Shizomycetes
Ordo
: Eubecteriales
Famili
: Bacillaceae
Genus
: Bacillus
Spesies
: Bacillus subtilis.
15
2.3.6
Candida albicans
Klasifikasi Candida albicans adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Mycetae
Divisi
: Amastigomycota
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Deuteromycetes
Ordo
: Cryptococcales
Famili
: Cryptococcaceae
Genus
: Candida
Spesies
: Candida albicans
16
2.4
sebagai tanaman jamblang, family Myrtaceae. Tanaman ini berasal dari India atau
Hindia Timur, dan terdistribusi luas diberbagai negara diantarnya Thailand,
Filipina, Myanmar, Sri Lanka, Kepulauan Andaman, Madagaskar, Malaysia,
Indonesia, Florida, California, Algeria, Israel, dan berbagai negara lainnya (Lim,
2012; Ross, 2003).
Di Indonesia, tanaman jamblang dikenal dengan berbagai nama, antara
lain : Sumatera: jambe kleng (Aceh), jambu kling (Gayo), jambu kalang (Mink.).
Jawa: jamblang (Sunda), juwet, duwet, duwet manting (Jawa), dhalas, dhalas bato,
dhuwak (Madura). Nusa Tenggara: juwet, jujutan (Bali), klayu (Sasak), duwe
(Bima), jambulan (Flores), Sulawesi: raporapo jawa (Makasar), alicopeng (Bugis).
Maluku: jambula (Ternate). Melayu: jamlang, jambelang, duwet. Dalam bahasa
Inggris orang mengenalnya dengan nama java plum, black plum, jambolan,
jambul (Mudiana, 2006).
(a)
(b)
17
2.4.1
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division
: Magnoliophyta
Class
: MagnoliopsidaDicotyledons
Subclass
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Syzygium
Species
2.4.2
18
2.4.3
asam
betulinic,
mycaminose,
asam
crategolic
(maslinic),
19
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Laboratorium
Farmakogosi
Fitokimia,
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
3.2
3.2.1
Alat
Laminar Air Flow (Minihelix II), inkubator (France Etuves), oven
3.2.2
Sampel Tumbuhan
Sampel tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
tumbuhan jamblang (Syzygium cumini L.) yang diambil pada tanggal 4 Februari
2015 dari SDN Kampung Tengah 07 Pg. Jl. Trikora IV Rt. 05/ Rw 07 Kelurahan
Tengah, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Tumbuhan ini telah dideterminasi di
Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI), Herbarium Bogoriense, Cibinong,
Bogor.
Sampel daun yang digunakan sebanyak 6 helai yang terdiri dari 3 helai
daun hijau tua dan tiga helai daun hijau muda. Daun hijau tua memiliki ciri daun
20
21
berwarna hijau tua, tebal, dan kaku. Sedangkan daun hijau muda memiliki ciri
daun berwarna hijau muda, daun tipis dan lentur. Sampel daun yang digunakan
yaitu daun yang masih segar, tidak layu atau tidak menguning dan bebas dari
kontaminasi (tidak ada bercak hitam atau jamur yang menempel pada daun).
3.2.3
Potato Dextrose Broth (Oxoid), Nutrient Agar (NA, Merck), Nutrient Broth (NB,
Merck), Yeast Extract (YE, Merck), dan kalsium karbonat (CaCO3).
3.2.4
3.2.5
3.2.6
3.2.7
Mikroba Uji
Mikroba uji yang digunakan yaitu bakteri Gram positif (Bacillus subtillis
ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923), bakteri Gram negatif
(Escherichia coli ATCC 25922 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853),
kapang (Aspergillus niger ATCC 16404), dan khamir (Candida albicans ATCC
10231). Mikroba tersebut diperoleh dari Labotarorium Mikrobiologi Farmasi
FMIPA UI.
22
3.3
Prosedur Penelitian
3.3.1
Sterilisasi Alat
Untuk alat-alat yang tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi, sterilisiasi
3.3.2
Pembuatan Media
23
24
menggunakan hot plate dan stirrer. Campuran media tersebut disterilisasi dalam
autoklaf pada suhu 121oC, tekanan 1 atm selama 15 menit.
3.3.3
yang digunakan adalah daun hijau muda dan daun hijau tua. Isolasi kapang
endofit dilakukan mengikuti metode Fisher et al., (1993) yang dimodifikasi.
Sampel daun tanaman jamblang di cuci dengan air mengalir selama 10 menit.
Sampel daun yang telah dicuci kemudian disterilisasi permukaan dengan cara
daun direndam ke dalam etanol 70% selama 1 menit, kemudian direndam ke
dalam larutan NaOCl 5,25% selama 5 menit, lalu direndam kembali ke dalam
etanol 70% selama 30 detik, dan terakhir dibilas dengan akuadest steril selama 5
detik. Daun yang telah disterilisasi permukaannya diletakkan di atas kertas saring
steril dan dibiarkan hingga kering di udara. Setelah kering, daun dipotong menjadi
bagian kecil dengan ukuran 1x1 cm2 dengan pisau steril.
Potongan sampel diletakkan pada cawan petri yang berisi media MEA.
Inokulasi sampel dilakukan triplo dan tiap cawan berisi 2 potongan daun. Selain
itu pada akuadest bilasan terakhir diambil 1 mL dan diisolasi ke media MEA
lainnya, perlakuan ini berfungsi sebagai kontrol. Selama pekerjaan dilakukan di
dalam laminar air flow dan kemudian media yang telah diinokulasi potongan
sampel dan media kontrol diinkubasi pada suhu 29oC selama 521 hari tergantung
tingkat pertumbuhan kapang. Isolat endofit yang menunjukkan sifat morfologi
jamur dipindahkan ke media MEA yang baru sampai diperoleh isolat murni.
3.3.4
25
isolat murni. Setiap isolat murni dibuat duplo pada agar miring. Masing-masing
sebagai kultur stok (stock culture) dan kultur untuk penelitian (working culture)
dan diinkubasi pada suhu 29oC selama 5-7 hari sesuai dengan pertumbuhannya
(Noverita et al., 2009).
3.3.5
26
3.3.6
27
objek yang telah dibersihkan dengan alkohol. Miselium diambil yang sudah
bersporulasi, atau sesuai yang diperlukan, dan diurai hati-hati dengan jarum
preparat. Kaca penutup diletakkan secara hati-hati di atas permukaan preparat dan
kelebihan methylene blue diserap dengan kertas saring. Preparat diamati di bawah
mikroskop cahaya dari perbesaran terkecil hingga terbesar (Gandjar, 2000).
3.3.7
masing-masing sebanyak satu ose ke medium agar miring PDA, Aspergillus niger
pada agar miring PDA diinkubasi selama 5 hari pada suhu 29C, sedangkan
Candida albicans pada agar miring PDA dieramkan selama 3 hari pada suhu
29C. Sedangkan peremajaan Bacillus subtillis, Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus diinokulasikan masing-masing satu ose ke
dalam medium NA miring, kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu
37oC. Pengerjaan dilakukan dalam kondisi steril di dalam laminar air flow
(Jauhari, 2010).
3.3.8
28
29
30
Keterangan :
I
= Persentase penghambatan.
R1
R2
kapang
endofit
dilakukan
dengan
fermentasi
cair
menggunakan media Potato Dextrose Yeast (PDY) Broth. Koloni murni isolat
kapang endofit yang terseleksi diambil sebanyak 5 potongan biakan kapang
menggunakan sedotan steril lalu diinokulasikan ke dalam media fermentasi cair
PDY sebanyak 200 mL dalam labu Erlenmeyer ukuran 250 mL. Selanjutnya
media diinkubasi secara statis pada suhu kamar 29oC selama 14 hari (Noverita et
al., 2009).
31
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
dari daun tanaman jamblang (Syzygium cumini L.). Keempat belas isolat kapang
endofit ini terdiri dari enam isolat kapang endofit dari daun hijau tua (DT1, DT2,
DT3, DT4, DT5, dan DT6) dan delapan isolat kapang endofit dari daun hijau
muda (DM1, DM2, DM3, DM4, DM5, DM6, DM7, dan DM8). Keempat belas
isolat kapang endofit ini dianggap sebagai kapang endofit bila memiliki ciri-ciri,
waktu tumbuh lebih dari 5 hari, tumbuh disekitar sampel daun yang ditanam dan
memiliki morfologi yang berbeda dari kapang yang tumbuh pada cawan petri
kontrol. Selain itu, untuk menentukan keempat belas endofit ini berbeda juga
dapat dilihat dari waktu pertumbuhannya. Hasil isolasi kapang endofit dapat
dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2.
Proses isolasi dilakukan menggunakan media MEA (Malt Extract Agar).
Media MEA merupakan media yang umum digunakan untuk isolasi, deteksi,
kultivasi dan enumerasi kapang maupun khamir (Galloway dan Burgess, 1952).
Media ini mengandung malt extract yang digunakan sebagai sumber nutrisi yang
menguntungkan untuk pertumbuhan dan metabolisme kapang maupun khamir,
serta memberikan lingkungan asam yang baik untuk menekan pertumbuhan
bakteri. Selain itu, media ini juga mengandung pepton mikologi yang berfungsi
sebagai sumber nitrogen sehingga memberikan pertumbuhan yang cepat pada
kapang maupun khamir serta memberikan morfologi dan pigmentasi yang khas.
Proses isolasi dimulai dengan melakukan sterilisasi permukaan terhadap
sampel
daun
yang
akan
digunakan.
Sterilisasi
permukaan
bertujuan
32
33
34
Cawan 1
Cawan 2
Cawan 3
Cawan 2
Cawan 3
Cawan 2
Cawan 3
Hari ke-7
Cawan 1
Hari ke-14
Cawan 1
Kontrol
35
Cawan 1
Cawan 2
Cawan 3
Cawan 2
Cawan 3
Cawan 2
Cawan 3
Hari ke-7
Cawan 1
Hari ke-14
Cawan 1
Kontrol
36
Gambar 4.3 Hasil stocking dan working culture isolat kapang endofit
4.2
37
1. Isolat DT1
Isolat DT1 memiliki warna hifa hijau gelap dengan hifa putih keabuan
dibagian tengah, warna sebalik hijau kehitaman, tekstur granular, tepi koloni tidak
rata seperti serabut, dan tidak mempunyai zonasi maupun tetes eksudat (Gambar
4.4). Pada pengamatan mikroskopik memperlihatkan hifa berseptat dengan
pertumbuhan hifa bercabang, konidia berbentuk batang pendek dan berwarna
hijau cerah (Gambar 4.5)
Tampak depan
Tampak belakang
38
2. Isolat DT2
Isolat DT2 memiliki warna hifa hijau kecoklatan, warna sebalik hijau
kehitaman, tekstur granular, tepi koloni tidak rata, dan tidak mempunyai zonasi
maupun
tetes
eksudat
(Gambar
4.6).
Pada
pengamatan
mikroskopik
Tampak depan
Tampak belakang
39
3. Isolat DT3
Isolat DT3 memiliki warna hifa hitam, warna sebalik hijau kehitaman,
tekstur granular, tepi koloni tidak rata, mempunyai zonasi dan tidak terdapat tetes
eksudat (Gambar 4.8). Pada pengamatan mikroskopik memperlihatkan hifa
berseptat dengan pertumbuhan hifa bercabang (Gambar 4.9).
Tampak depan
Tampak belakang
40
4. Isolat DT4
Isolat DT4 memiliki warna hifa hijau pudar dengan growing zone
berwarna putih kekuning, warna sebalik kuning kehijauan, tekstur granular, tepi
koloni tidak rata, tidak mempunyai zonasi dan tetes eksudat (Gambar 4.10). Pada
pengamatan mikroskopik memperlihatkan hifa berseptat dengan pertumbuhan
hifa bercabang (Gambar 4.11).
Tampak depan
Tampak belakang
41
5. Isolat DT5
Isolat DT5 memiliki warna hifa putih kelabu, warna sebalik putih
kecoklatan pada bagian luar sedangkan ditengah hijau kecoklatan, tekstur seperti
beludru, tepi koloni bergelombang, tidak mempunyai zonasi dan tetes eksudat
(Gambar 4.12). Pada pengamatan mikroskopik memperlihatkan hifa berseptat
dengan pertumbuhan hifa bercabang (Gambar 4.13)
Tampak depan
Tampak belakang
Gambar 4.12 Isolat DT5
42
6. Isolat DT6
Isolat DT6 memiliki warna hifa hijau tua kelabu, warna sebalik hijau
kehitaman dengan pingir putih kecoklatan, tekstur seperti beludru, tepi koloni
rata, tidak mempunyai zonasi dan tetes eksudat (Gambar 4.14). Pada pengamatan
mikroskopik memperlihatkan hifa tidak berseptat dengan pertumbuhan
hifa
bercabang (Gambar 4.15). Isolat DT6 tumbuh pada hari ke-20 dari proses isolasi
kapang endofit.
Tampak depan
Tampak belakang
Gambar 4.14 Isolat DT6
43
7. Isolat DM1
Isolat DM1 memiliki warna hifa hijau tua kehitaman, warna sebalik hijau
kehitaman dengan pingir putih, tekstur granular, tepi koloni tidak rata, tidak
mempunyai zonasi dan tetes eksudat (Gambar 4.16). Pada pengamatan
mikroskopik memperlihatkan hifa tidak berseptat dengan pertumbuhan hifa
bercabang (Gambar 4.17).
Tampak belakang
Tampak depan
Gambar 4.16 Isolat DM1
44
8. Isolat DM2
Isolat DM2 memiliki warna hifa hijau tua kehitaman dengan pinggir
berwarna putih, warna sebalik hijau kehitaman dengan pingir kecoklatan, tekstur
granular, tepi koloni tidak rata, mempunyai zonasi dan terdapat tetes eksudat
berwana coklat (Gambar 4.18). Pada pengamatan mikroskopik memperlihatkan
hifa berseptat dengan pertumbuhan hifa bercabang (Gambar 4.19).
Tampak belakang
Tampak depan
Gambar 4.18 Isolat DM2
45
9. Isolat DM3
Isolat DM3 memiliki warna hifa kecoklatan, warna sebalik coklat
kehitaman, tekstur seperti beludru, tepi koloni rata, tidak mempunyai zonasi dan
tidak terdapat tetes eksudat (Gambar 4.20). Pada pengamatan mikroskopik
memperlihatkan hifa berseptat dengan pertumbuhan hifa bercabang dan konidia
berbentuk elips (Gambar 4.21).
Tampak belakang
Tampak depan
Gambar 4.20 Isolat DM3
46
Tampak belakang
Tampak depan
Gambar 4.22 Isolat DM4
47
Tampak belakang
Tampak depan
Gambar 4.24 Isolat DM5
48
atau
bening
(Gambar
4.26).
Pada
pengamatan
mikroskopik
Tampak depan
Tampak belakang
49
Tampak belakang
Tampak depan
Gambar 4.28 Isolat DM7
50
tetes
eksudat
(Gambar
4.30).
Pada
pengamatan
mikroskopik
Tampak belakang
Tampak depan
Gambar 4.30 Isolat DM8
51
4.3
positif (Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 14028),
bakteri Gram negatif (Escherichia coli ATCC 35218 dan Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853), kapang (Aspergillus niger ATCC 16404), dan khamir
(Candida albicans ATCC 10231). Pengamatan kemurnian mikroba uji dilakukan
untuk memastikan bahwa mikroba uji yang digunakan merupakan mikroba uji
yang murni tanpa adanya kontaminasi. Pengamatan kemurnian mikroba uji ini
dilakukan dengan mengamati karakteristik secara makroskopis dan mikroskopis
mikroba uji. Hasil dari pengamatan kemurnian mikroba uji dapat dilihat pada
tabel 4.1, tabel 4.2, dan tabel 4.3.
Tabel 4.1 Hasil pengamatan makroskopik dan mikroskopik bakteri uji umur 24
jam pada medium NA dengan suhu 37oC
Bakteri Uji
E. coli
Makroskopik
S. aureus
P. aeruginosa
B. subtillis
Keterangan
Kuning
Putih
keemasan
kehijauan
Utuh
Utuh
Utuh
Permukaan
Halus buram
Mengkilat halus
Halus
Bentuk koloni
Bulat
Bulat
Titik-titik
Warna koloni
Putih
Tepi koloni
Mikroskopik
Putih keruh
Berombak
Halus
buram
titik-titik
Keterangan
Basil
Bentuk sel
Basil pendek
Stafilokokus
Basil
Pewarnaan
Merah
Ungu
Merah
Ungu
Gram
Gram negatif
Gram positif
Gram negatif
Gram positif
panjang
52
(a)
(b)
(c)
(d)
Candida albicans
Makroskopik
Keterangan
Mikroskopik Keterangan
Warna koloni
Putih
Bentuk sel
Oval
Permukaan
Mengkilat
Miselium
Tidak ada
Tekstur
Mentega
Tepi koloni
Utuh
Profil koloni
Mencembung
53
Keterangan
Mikroskopik
Keterangan
Warna koloni
Hijau kehitaman
Hifa
Berseptat
Glanular
Exudate drops
Ada
Zonasi
Ada
Sporulasi
Ada
Bulat
54
4.4
koloni bakteri. Hubungan antara jumlah sel bakteri dengan waktu pertumbuhan
bakteri dapat dinyatakan dalam kurva pertumbuhan bakteri. Kurva pertumbuhan
tersebut terbagi dalam beberapa fase, yaitu fase permulaan (fase lag), fase
pembiakan cepat (fase log), fase diperlambat (fase stasioner), dan fase kematian
(fase penurunan).
Fase lag merupakan masa adaptasi bakteri terhadap lingkungan yang baru
sehingga pertumbuhannya belum maksimal. Fase log atau fase logaritmik
merupakan masa pertumbuhan bakteri mencapai maksimum. Fase stasioner
merupakan masa pertumbuhan bakteri menjadi konstan atau horisontal karena
terjadinya keseimbangan antara jumlah sel bakteri yang membelah dengan jumlah
sel bakteri yang mati. Sedangkan fase kematian adalah fase yang ditandai dengan
kematian sel-sel bakteri karena sel-sel bakteri berhenti memperbanyak diri
(Spellman, 1999). Keempat fase pertumbuhan tersebut dapat diketahui dari
pengukuran turbiditas populasi bakteri pada kultur cair dengan menggunakan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang 600 nm dengan melihat nilai
absorbansi yang dihasilkan (Sholikah, 2014). Data selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 4.4.
Pembuatan kurva pertumbuhan ini bertujuan untuk mengetahui fase
logaritmik dari masing-masing bakteri uji. Fase logaritmik ini merupakan fase
yang cocok untuk pengujian antimikroba. Suatu zat antimikroba ketika akan diuji
aktivitas antimikrobanya, maka bakteri uji yang digunakan harus dalam keadaan
fase aktif pembelahan sel dengan laju yang konstan (Jauhari, 2010).
55
Tabel 4.4 Hasil pengukuran absorbansi bakteri uji pada pembuatan kurva
pertumbuhan
Waktu
(jam)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
E.coli
0.007
0.012
0.055
0.203
0.402
0.542
0.624
0.689
0.806
0.884
1.056
1.160
1.470
1.647
1.895
1.973
2.053
2.086
2.072
2.058
2.057
2.033
2.033
Absorbansi
P. aeruginosa S. aureus
0.006
0.001
0.009
0.005
0.011
0.014
0.016
0.066
0.038
0.198
0.086
0.404
0.222
0.821
0.341
1.022
0.446
1.142
0.732
1.191
0.750
1.485
0.763
1.479
0.167
1.769
0.132
2.122
0.092
1.946
0.087
2.083
1.839
1.911
B.subtilis
0.002
0.002
0.006
0.009
0.021
0.065
0.163
0.294
0.434
0.633
0.474
0.621
0.830
0.855
1.132
0.156
1.776
1.893
1.956
1.978
1.946
1.981
1.958
1.944
56
2.5
Absorbansi
2
1.5
1
0.5
0
0
10
12
14
16
18
20
22
Waktu (jam)
E. coli
P. aeruginosa
S. aureus
B. subtillis
57
stasioner pada jam ke-18 hingga jam ke-23. Oleh karena itu untuk melakukan uji
antimikroba, maka bakteri Bacillus subtilis tersebut ditumbuhkan sampai jam ke16 (fase log).
Bakteri uji siap digunakan untuk uji antibakteri apabila OD (Optical
Density) telah mencapai 0,08-0,1 (setara 10 CFU/mL). Jika OD lebih besar dari
0,1 maka dilakukan pengenceran dengan menggunakan larutan NaCl fisiologis 0,9
% (Fitriyah et al., 2013).
Jadi, bakteri E. coli ditumbuhkan sampai jam ke-15, P. aeruginosa
ditumbuhkan sampai jam ke-9, S. aureus ditumbuhkan sampai jam ke-9, dan B.
subtilis ditumbuhkan sampai jam ke-16 (fase log) karena pada jam tersebut
masing-masing bakteri uji sedang aktif melakukan pembelahan sel dengan laju
yang konstan, aktivitas metabolik konstan serta keadaan pertumbuhan seimbang.
Kondisi tersebut merupakan kondisi yang tepat ketika bakteri uji tersebut akan
diuji dengan pengujian antimikroba.
4.5
untuk menentukan kapang endofit yang akan dilanjutkan pada proses fermentasi
dan uji aktivitas antimikroba dari supernatan hasil fermentasi. Seleksi kapang
endofit yang berpotensi sebagai antimikroba dilakukan dengan metode difusi agar
padat untuk antibakteri dan antikhamir dan metode uji antagonis untuk antifungi.
Metode difusi agar didasarkan pada kemampuan senyawa antimikroba
pada isolat kapang endofit yang diuji untuk menghasilkan zona penghambatan
disekeliling potongan agar terhadap bakteri dan khamir uji (Nurainy et al, 2008).
Aktivitas antibakteri dan antikhamir dari kapang endofit dapat dilihat dari zona
hambat yang terbentuk. Data hasil pengukuran zona hambat kapang endofit
terhadap bakteri uji dan khamir uji dapat dilihat pada tabel 4.5.
58
Tabel 4.5 Hasil pengukuran zona hambat kapang endofit terhadap bakteri uji dan
khamir uji
Zona Hambat Isolat Kapang Endofit (mm)
Isolat
Escherichia
Staphylococcus
Pseudomonas
Bacillus
Candida
coli
aureus
aeruginosa
subtillis
albicans
DT1
6,2
7,2
6,35
DT2
7,0
7,9
6,57
6,9
DT3
6,2
7,25
6,2
DT4
6,55
6,7
6,3
6,2
DT5
6,9
7,7
6,33
6,8
DT6
DM1
DM2
6,2
DM3
7,0
DM4
6,35
6,26
DM5
6,2
6,5
6,2
6,3
DM6
6,65
6,32
DM7
DM8
6,24
6,5
6,2
6,2
59
DT6
1
DT5
1
DT1
1
DT4
1
DT1
DT4
DT2
DT5
DT2
1
DT3
DT3
DM4
1
DM5
1
DM6
1
DM3
1
DM7
1
DM2
1
DM1
1
DM3
DM6
DM4
DM8
DM8
1
DM5
Gambar 4.36 Seleksi kapang endofit terhadap Escherichia coli
60
61
DT1
DT2
DT6
DT5
DT2
DT5
DT4
DT3
DT4
DM4
DM5
DM3
DM6
DM5
DM7
DM6
DM8
DM2
DM1
DM8
62
DT1
DT2
DT6
DT3
DT5
DT1
DT4
DT2
DT5
DT4
DT3
DM8
DM1
DM7
DM2
DM6
DM4
DM8
DM5
DM3
DM5
DM4
63
DT2
DT6
DT5
DM1
DT1
DT3
DT4
DM8
DM7
DM3
DM2
DM5
DM6
64
Tampak depan
Tampak depan
Gambar 4.41 Hasil uji antagonis isolat kapang endofit DM8 (B) terhadap
Aspergillus niger (A).
65
R2 (mm)
9.20
8.80
7.80
19.60
29.00
40.00
25.40
21.40
11.20
10.00
30.00
12.30
21.60
17.45
I (%)
9.80
3.30
19.59
4.39
0.68
5.62
16.99
26.21
8.20
28.57
3.23
40.00
2.92
44.69
66
Berdasarkan
histogram
(Gambar
4.41)
menunjukkan
persentase
yaitu
antara
0,68-44,69%.
Penghambatan
tertinggi
terhadap
pertumbuhan koloni Aspergillus niger terdapat pada isolat kapang endofit DM8
yaitu sebesar 44,69% dan penghambatan terendah terjadi pada isolat DT5 yaitu
sebesar 0,68%.
Berdasarkan hasil seleksi, dari keempat belas isolat kapang endofit yang
menunjukan potensi sebagai antimikroba yaitu sebanyak 11 isolat kapang endofit.
Kesebelas isolat kapang endofit tersebut yaitu isolat DT1, DT2, DT3, DT4, DT5,
DM2, DM3, DM4, DM5, DM6, dan DM8.
4.6
67
68
4.6
endofit dilakukan pada isolat DT1, DT2, DT3, DT4, DT5, DM2, DM3, DM4,
DM5, DM6, dan DM8 yang telah difermentasi selama 14 hari. Pengujian aktivitas
antimikroba dari supernatan hasil fermentasi kapang endofit dilakukan dengan
metode Kirby-Bauer atau yang lebih dikenal dengan sebutan metode cakram
kertas. Metode ini adalah metode yang paling sering digunakan karena
mempunyai keuntungan
reproduksibel. Selain itu, metode ini juga merupakan prosedur yang paling sering
digunakan dan dianjurkan oleh WHO (World Health Organitation) dan NCCLS
(Nation Committee for Clinical Laboratory Standards) (Depkes RI, 1999).
Pada metode ini, larutan uji yaitu supernatan hasil fermentasi yang telah
diresapkan ke dalam kertas cakram ditempelkan pada media NA dan PDA yang
telah diinokulasikan suspensi mikroba uji. Setelah inkubasi, diameter zona
hambatan sekitar cakram dipergunakan untuk mengukur kekuatan hambatan isolat
kapang endofit terhadap mikroba uji. (Lay, 1994). Parameter yang digunakan
adalah zona bening. Zona bening adalah area bening disekeliling cakram kertas
sebagai indikasi tidak adanya atau terhambatnya pertumbuhan mikroorganisme
akibat ekskresi zat antimikroba oleh kompetitornya (Byod, 1995; Atlas and
Bartha, 1998). Diameter zona yang terbentuk termasuk cakram diukur dengan
menggunakan jangka sorong.
Kontrol positif yang digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri pada
penelitian ini adalah cakram kloramfenikol konsentrasi 30 g/cakram dan kontrol
positif yang digunakan dalam pengujian aktivitas antifungi adalah cakram nistatin
konsentrasi 100 g/cakram. Sedangkan kontrol negatif yang digunakan yaitu
akuadest steril yang diresapkan pada cakram dan dikeringkan.
Kloramfenikol adalah salah satu jenis antibiotika yang secara alami
diproduksi oleh Streptomyces venezuelae. Dipilihnya kloramfenikol karena
kloramfenikol bekerja pada spektrum luas, efektif baik terhadap Gram positif
maupun Gram negatif. Mekanisme kerja kloramfenikol melalui penghambatan
terhadap biosintesis protein pada siklus pemanjangan rantai asam amino, yaitu
69
hambatan
pembentukan
ikatan
peptida
dan
biosintesis
protein.
70
Tabel 4.7 Hasil pengukuran zona hambat dari supernatan hasil fermentasi isolat
kapang endofit.
Zona Hambat dari Supernatan Hasil Fermentasi Isolat Kapang
Endofit (mm)
Isolat
E.coli
S.aureus
P.aeruginosa
B.subtillis
C.albicans
A.niger
DT1
6,43
6,3
6,5
DT2
6,4
6,4
6,3
DT3
6,5
6,33
6,35
DT4
6,43
6,45
DT5
6,4
6,75
DM2
6,25
6,4
DM3
6,5
DM4
6,3
DM5
6,3
6,4
DM6
6,53
9.3
DM8
8.4
K (-)
K (+)
8,9
24,5
11,6
19
30,7
22,65
Supernatan dari isolat kapang endofit yang aktif terhadap Escherichia coli
yaitu DT1 (6,43 mm), DT2 (6,4 mm), DT3 (6,5 mm), DT4 (6,43 mm), DT5 (6,4
mm), DM2 (6,25 mm), DM3 (6,5 mm), DM4 (6,3 mm), DM5 (6,3 mm), dan DM6
(6,53 mm) (Gambar 4.44). Supernatan dari isolat kapang endofit yang aktif
terhadap Staphylococcus aureus yaitu DT1 (6,3 mm), DT2 (6,4 mm), DT3 (6,33
mm), DM2 (6,4 mm), dan DM5 (6,4 mm) (Gambar 4.45). Supernatan dari isolat
kapang endofit yang aktif terhadap Bacillus subtillis yaitu DT1 (6,5 mm), DT2
(6,3 mm), DT3 (6,35 mm), DT4 (6,45 mm), dan DT5 (6,75 mm) (Gambar 4.46).
Supernatan dari isolat kapang endofit yang aktif terhadap Aspergillus niger yaitu
DM6 (9,3 mm) dan DM (8,4 mm) (Gambar 4.47). Tidak ada supernatan dari isolat
kapang endofit yang aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa (Gambar 4.48).
maupun Candida albicans (Gambar 4.49).
71
DT1
DT2
DT3
DT4
DT5
DM2
DM3
DM4
DM5
DM6
Kontrol (-)
Kontrol (+)
Kloramfenikol
Gambar 4.43 Hasil uji aktivitas antibakteri dari supernatan hasil fermentasi
kapang endofit terhadap Escherichia coli
72
DT1
DT2
DM5
DT3
Kontrol (+)
Kloramfenikol
DM2
Kontrol (-)
Gambar 4.44 Hasil uji aktivitas antibakteri dari supernatan hasil fermentasi
kapang endofit terhadap Staphylococcus aureus
73
DT2
DT1
DT5
DT3
Kontrol (+)
Kloramfenikol
DT4
Kontrol (-)
Gambar 4.45 Hasil uji aktivitas antibakteri dari supernatan hasil fermentasi
kapang endofit terhadap Bacillus subtillis
74
DM6
DM8
Kontrol (+)
Nistatin
Kontrol (-)
Gambar 4.46 Hasil uji aktivitas antifungi dari supernatan hasil fermentasi kapang
endofit terhadap Aspergillus niger
75
Gambar 4.47 Hasil uji aktivitas antibakteri dari supernatan hasil fermentasi
kapang endofit terhadap Pseudomonas aeruginosa
Gambar 4.48 Hasil uji aktivitas antikhamir dari supernatan hasil fermentasi
kapang endofit terhadap Candida albicans
76
77
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kapang endofit berhasil diisolasi dari daun jamblang (Syzygium cumini L),
sebanyak 14 isolat, yaitu terdiri dari 6 isolat kapang endofit dari daun hijau tua
(DT1, DT2, DT3, DT4, DT5, dan DT6) dan 8 isolat kapang endofit dari daun
hijau muda (DM1, DM2, DM3, DM4, DM5, DM6, DM7, dan DM8).
2. Hasil seleksi kapang endofit yang berpotensi sebagai antimikroba sebanyak 11
isolat, yaitu isolat DT1, DT2, DT3, DT4, DT5, DM2, DM3, DM4, DM5,
DM6, dan DM8.
3. Hasil uji aktivitas antimikroba dari supernatan hasil fermentasi isolat kapang
endofit selama 14 hari didapatkan 10 isolat yang aktif terhadap Escherichia
coli (DT1, DT2, DT3, DT4, DT5, DM2, DM3, DM4, DM5, dan DM6), 5
isolat yang aktif terhadap Staphylococcus aureus (DT1, DT2, DT3, DM2, dan
DM5). 5 isolat yang aktif terhadap Bacillus subtillis (DT1, DT2, DT3, DT4,
dan DT5), 2 isolat yang aktif terhadap Aspergillus niger (DM6 dan DM8), dan
tidak ada isolat yang aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa maupun
Candida albicans.
5.2
Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat dikemukakan bebera saran, yaitu :
77
78
DAFTAR PUSTAKA
Altahi, Abdulla D. 2009. Plasmid Profiles, Antibiotic, and Heavy Metal
Resistance Incidence of Endophytic Bacteria Isolated from Grapevine
(Vitis vinivera L.). African Journal of Biotechnolog, 8:5873-5882.
Andra. 2007. Aspergilosis: Medikamentosa. http://www.majalahfarmacia.
com/rubrik/one_news_print.asp?IDNews=431. 19 Desember 2014, pk.
14.33 WIB.
Arifin et al. 2006. Standarisasi Ekstrak Etanol Daun Eugenia cumini Merr. J.
Sains Tek Farmasi.
Atika, Dian. 2007. Uji Aktivitas Antimikroba Hasil Fermentasi Kapng Endofit
yang Diisolasi dai Akar, Batang, Daun Tanaman Garcinia fructiosa
Lauterb dan Garcinia lateriflora Blume Serta Akar dan Daun Tanaman
Garcinia cowa Roxb. Skripsi Sarjana Farmasi. Depok : FMIPA
Universitas Indonesia.
Atlas, R.M. dan R. Bartha. 1998. Microbial Ecology Fundamentals and
Applications. California : Benjamin Cummings Publishing Company Inc.
Bacon, C.W. 1985. A Chemically Defined Medium for The Growth and Synthetis
of Ergot Alkaloids by the spesies of Balansia. Mycologia. 77:418-423.
Bacon, C.W. dan M.R. Siegel. 1990. Isolation of Biotechnological Organism from
Nature. USA : McGraw-Hill.. Hlm.259-279.
Bahgat. MagdyMohsen Mohammed et al. 2014. Characterization of Endophytic
Bacteria Isolated from the Medicinal Plant Capparissinaica Veill. And
Analyze its Bioactive Flavonoid. Botany Research Paper. Vol.4.11.
Baliga, Manjeshwar Shrinathet et al. 2011. Phytochemistry, Traditional Uses and
Pharmacology of Eugenia jambolana Lam. (Black Plum): A Review.
Elsevier Ltd. Food Research International. 44:17761789.
Bills, G.F. dan J.D. Polyshook. 1992. Recovery of Endophytic Fungi from
Chamaechyparis tyoides. Sydowia, 44:1-12.
Brunton, L.L., Lazo, J.S., dan Parker, K.L. 2006. Goodman & Gilmans The
Pharmacological Basis of Therapeutics. Ed 11. New York : McGraw
Hill.
Byod, R.F. 1995. Basic Medical Microbiology. 5 Ed. Boston : Little Brown
Company Inc.
David dan Stout. 1971. Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic Essay.
Journal of Microbioogy Vol.22, No.4.
Dep Kes RI. 1999. Good Laboratory Practices. Dep Kes RI. Jakarta.
Deus B., dan M.H. Zenk. 1982. Exploitation of Plant Cells for The Production
of Natural Compounds. Biotechnol Bioeng. 24:1965-1974.
Dhankar, Seema et al. 2012. Antioxidant Activity OF Fungal Endophhytes
Isolated from Salvadora Oleoides decne. International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol.4. Issue.2.
Elfina, Dewi, Atria Martina, dan Rodesia Mustika. 2014. Isolasi dan Karakterisasi
Fungi Endofit dari Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.)
Sebagai Antimikroba Terhadap Candida albicans, Staphylococcus aureus,
dan Escherichia coli. FMIPA-UR.
79
80
81
Sinaga E, Noverita, Fitria D. Daya Antibakteri Jamur Endofit yang Diisolasi dari
Daun dan Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga Sw.). Jurnal Farmasi
Indonesia. 2009;4:161-162.
Siswandono, Soekardjo B. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya : Airlangga
University
Press. Hlm.351-406.
Soni, Himesh et al. Pharmacognostic Studies of the Leaves of Syzygium cumini
Linn. International Journal of Research in Pharmaceutical and
Biomedical Sciences. India. 4:507-509.
Spellman, Frank R. 1999. Microbiology for Water/Wastewater Operators. USA :
Technomic Publishing Company Inc.
Stanbury, P. F., A. Whitaker dan S. J. Hall. 1994. Principles of Fermentation
Technology. Burlington : Elsevier Science Ltd.
Stafford A., P. Morris, dan M. W. Fowler. 1986. Plant Cell Biotchnology: A
Perspective. Enzyme Microbial Tech. 8: 578-597.
Stone, J. K., J. D. Polishook dan J. F. White Jr. 2004. Endophytic Fungi. Dalam
M. S. Foster, G. F.
Strobel, G. A. 2002. Microbial Gift from Rain Forest. Can J Plant Pathol.
24:14-20.
Strobel, G.A. 2003. Endophytes as Sources of Bioactive Products. Microbes
Infect. pp.11.
Strobel, Gary dan Bryn Daisy. 2003. Bioprospecting for Microbial Endophytes
and Their Natural Product, Microbiology and Molecular Biology Review.
67:491-502.
Sudantha, I. M. dan Abadi, A. L. 2007. Identification of Endophytic Fungi and
Their Anatgonistic Mechanism Against Fusarium oxysporum sp.
Vanillae in Vanilla Tree. Jurnal Agroteksos. 17(1):23-38.
Sundari, 2012. Suatu Model Pengembangan Media Pembelajaran Slide Culture
Untuk Pengamatan Struktur Mikroskopik Kapang Pada Matakuliah
Mycologi. Jurnal Bioedukasi Vol 1 No.1. FKIP Universitas Khairun
Volk, W. A., dan Wheeler, M.F.. 1988. Mikrobiologi Dasar. Terjemahan
Soenarto. Jakarta : Erlangga.
Wahyudi, P. 1998. Mikroba Endofitik Sebagai Penghasil Materi yang
Bermanfaat. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 98:1-9.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Lingkungan. Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang Press..
Xu, J. 2010. Secondary Metabolites from the Endophytic Fungus Pestalotiopsis
sp. JCM2A4 and Its Microbe Host Relationship with The Mangrove Plant
Rhizophora mucronat.
Tim Mikrobiologi. 2003. Bakteriologi Medik. Malang : Bayumedia Publishing.
Vega, et al. 2005. Endophytic Bacteria in Coffea Arabica L. J. Basic Microbiol.
45:371-380.
Wulandari. D, Liliek Sulistyowati, dan Anton Muhibuddin. 2014.
Keanekaragaman Jamur Endofit Pada Tanaman Tomat. Jurnal HPT.
Volume 2 No.1,
Yadav, et al. 2014. Evaluation of In Vitro Antimicrobial Potential of Endophytic
Fungi Isolated From Eugenia jambolana Lam. International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol 6:208-211.
82
Yulia, P.R. 2005. Isolasi dan Seleksi Kapang Endofit Penghasil Antimikroba
pada Beberapa Tanaman Obat Tradisional Indoneisa. Skripsi. Depok:
Universitas Indonesia.
Zinnieal, et al. 2002. Isolation and Characterization of Endophytic Colonizing
Bacteria from Agronomic Crops and Prairie Plants. Applied and
Enviromental Microbiology. 68:2198-2208.
83
LAMPIRAN
84
Sampling Tanaman
Daun Jamblang (Syzygium cumini L.)
85
Keringkan diatas
kertas saing
Di kerjakan
di LAF
(Laminar
air flow)
kondisi
aseptik
Triplo
Berisi bilasan
akuadest
Inkubasi suhu 29oC
selama 5-21 hari
86
Stock culture
Working culture
87
88
Pengamatan
Warna koloni
Tepi koloni
Permukaan koloni
Bentuk koloni
Pengamatan Mikroskopik
Bilas air
mengalir
Alkohol
selama 1 menit
Safranin
selama 1 menit
Bilas air
mengalir
Bilas air
mengalir
Fiksasi
Lugol
selama 1 menit
Cristal violet
selama 1 menit
Bilas air
mengalir
Keringkan
89
Pengamatan Makroskopik
Pengamatan A.niger :
Warna
permukaan
koloni,
warna sebalik koloni, tekstur
koloni, zonasi, sporulasi, dan
tetes eksudat.
Pengamatan C.albicans :
warna koloni, tekstur koloni,
permukaan
koloni,
profil
koloni, dan tepi koloni
Pengamatan Mikroskopik
90
0,1 mL
Bakteri uji + 5 mL
NaCL 0,9% steril
Media NB
10 mL
Media NA
Biakan
C.albicans yang
berumur 3 hari
109
Mc Farland III
Di ratakan dengan
batang Drigalski
Pipet 1ml ke 9 ml
NaCl-fisiologis
1 mL
1 mL
100 L
1 mL
Media PDA
8
10
10
10
10
91
1 mL
Biakan A.niger
yang berumur 5
hari + 1 mL
akuadest steril
10-1
1 mL
10-2
1 mL
10-3
1 mL
10-4
1 mL
10-5
10-6
100 L
Media PDA
92
Diinokulasikan ke
dalam medium PDA
pada waktu bersamaan
Aspergillus
niger
93
10 mL
Supernatan
Larutan Uji
Biomasa
Sentrifuse 3000 rpm
selama 20 menit
94
Supernatan
Larutan Uji
Cakram diletakkan pada
media NA dan PDA yang
sudah berisi mikroba uji
Setiap cawan berisi cakram larutan uji, cakram kontrol positif dan cakram
amoksisilin. Sebanyak 20 l larutan amoksisilin konsentrasi 2 mg/ml
kontrol negatif.
cakram larutan uji
cakram kontrol positif (kloramfenikol untuk uji antibakteri) (nistatin
untuk uji antifungi)
cakram kontrol negatif (akuadest steril)
Media diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.untuk uji aktivitas antibakteri
dan inkubasi selama 3-5 hari pada suhu 29oC untuk uji aktivitas antifungi.
Zona hambatan yang terbentuk diukur diameternya dengan jangka sorong