Anda di halaman 1dari 51

PERTUMBUHAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir.

)
DENGAN PENAMBAHAN HASIL FERMENTASI LIMBAH
PABRIK TAHU DAN AIR KELAPA YANG DIPERKAYA EM4

NUR DINA AMALIA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022 M / 1444 H
PERTUMBUHAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir.)
DENGAN PENAMBAHAN FERMENTASI HASIL LIMBAH
PABRIK TAHU DAN AIR KELAPA YANG DIPERKAYA EM4

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

NUR DINA AMALIA


11180950000062

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022 M / 1444 H

ii
v
ABSTRAK

Nur Dina Amalia. Pertumbuhan Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.)


dengan Penambahan Hasil Fermentasi Limbah Pabrik Tahu dan Air Kelapa
yang Diperkaya EM4. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2022.
Dibimbing oleh Dr.Dasumiati, M.Si dan Achmad Junaidi, M.Si.

Limbah cair tahu merupakan limbah yang dihasilkan dalam jumlah banyak oleh
pabrik tahu setiap harinya. Limbah ini mengandung unsur hara yang dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk melalui proses fermentasi dengan campuran air kelapa
sebagai ZPT dan EM4 sebagai bioaktivator. Fermentasi berfungsi untuk mengurai
bahan organik serta menurunkan kadar pencemar pada limbah tahu. Hasil
fermentasi limbah tahu ini dapat dimanfaatkan pada tanaman kangkung darat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian beberapa dosis
hasil fermentasi limbah pabrik tahu yang ditambahkan air kelapa dan diperkaya
EM4. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6
perlakuan, yaitu pupuk kandang dan urea (kontrol positif), kontrol negatif (tanpa
pupuk), FLT (Fermentasi Limbah Tahu) 10%, FLT 20%, FLT 30%, dan FLT 40%.
Analisis data menggunakan ANOVA dilanjutkan uji DMRT dengan aplikasi SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian hasil fermentasi limbah tahu
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap diameter batang, berat basah, jumlah buku,
luas daun, tinggi tanaman (21 dan 28 HST), serta jumlah daun (14, 21, dan 28 HST)
tanaman kangkung darat. Hasilnya tidak lebih baik dibandingkan kontrol positif,
namun lebih baik daripada kontrol negatif. Hal ini dikarenakan terdapatnya unsur
hara pada hasil fermentasi walaupun belum memenuhi standar Kementerian
Pertanian. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian hasil fermentasi limbah
tahu berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter pertumbuhan tanaman
kangkung darat dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung darat.
Dosis optimum pemberian hasil fermentasi limbah tahu untuk pertumbuhan
kangkung darat pada penelitian ini adalah FLT 40%.
Kata kunci : Air Kelapa; EM4; Fermentasi; Kangkung Darat; Limbah Tahu

vi
ABSTRACT

Nur Dina Amalia. The growth of land spinach (Ipomoea reptans Poir.) with the
addition of from Tofu Factory Waste and Coconut Water Enriched by EM4
Fermentation. Undergraduate Thesis. Department of Biology. Faculty of
Science and Technology. State Islamic University of Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2022. Supervised by Dr. Dasumiati, M.Si and Achmad Junaidi, M.Si.

Tofu liquid waste is waste that is produced in large quantities by tofu factories every
day. This waste contains nutrients that can be used as fertilizer through a
fermentation process with a mixture of coconut water as ZPT and EM4 as a
bioactivator. Fermentation functions to break down organic matter and reduce
pollutant levels in tofu waste. The results of this tofu waste fermentation can be
utilized in land spinach plants. The purpose of this study was to determine the effect
of giving several doses of fermented tofu factory waste added with coconut water
and enriched with EM4. This study used a completely randomized design (CRD)
with 6 treatments, namely manure and urea (positive control), negative control
(without fertilizer), 10% TWF (Tofu Waste Fermentation), 20% TWF, 30% TWF,
and 40 TWF. %. Data analysis used ANOVA followed by the DMRT test with the
SPSS application. The results showed that the application of fermented tofu waste
had a significant effect (P<0.05) on stem diameter, wet weight, number of nodes,
leaf area, plant height (21 and 28 HST), and number of leaves (14, 21 and 28 HST)
of land spinach. The results were not better than the positive control, but better than
the negative control. This is due to the presence of nutrients in the fermented
product, although it does not meet the standards of the Ministry of Agriculture. The
conclusion of this study is that the provision of fermented tofu waste has a
significant effect on all parameters of the growth of the land spinach plant and can
increase the growth of the land spinach plant. The optimum dose of fermented tofu
waste for the growth of land spinach in this study was 40% TWF.
Keywords : Coconut Water; EM 4; Fermentation; Land Spinach; Tofu Waste.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pertumbuhan Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.) dengan Penambahan
Hasil Fermentasi Limbah Pabrik Tahu dan Air Kelapa yang Diperkaya
EM4”. Skripsi ini diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar
sarjana pada program studi biologi, fakultas sains dan teknologi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis ucapkan terima kasih atas dukungan, bantuan, dan
bimbingan semua pihak dalam penyusunan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Nasrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Priyanti, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Narti Fitriana, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Biologi, Fakultas Sains
dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku Pembimbing
Akademik
4. Dr. Dasumiati, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing
dan memberikan arahan selama penelitian kepada penulis.
5. Achmad Junaidi ,M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing
dan memberikan arahan selama penelitian kepada penulis.
6. Junaidi, M.Si dan Ardian Khairiah, M.Si selaku penguji pada seminar
proposal dan seminar hasil yang telah memberikan arahan dan saran
membangun kepada penulis.
7. Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M.Si dan Dr. Fahma Wijayanti, M.Si selaku
penguji pada sidang skripsi yang telah memberikan arahan dan saran
membangun kepada penulis.
8. Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mengizinkan dan memfasilitasi penulis untuk melaksanakan penelitian di
Kebun Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

viii
9. Iping Ruspendi, S.P yang membimbing serta memfasilitasi penulis selama
proses penelitian serta Mas Aang yang banyak membantu dalam penelitian
ini.
10. Ayah, Bunda, Keluarga yang telah senantiasa mendukung dan mendoakan
penulis selama pengerjaan skripsi.
11. Trangko Putra Negara yang banyak membantu dan mendukung dalam
proses penelitian ini.
12. Diannisa, Alifia, Kuni, Lita D, Devi, Fitra, Alvina, Siti, Salsa dan rekan-
rekan Biologi angkatan 2018 yang senantiasa mendukung dan
membersamai penulis dari awal perkuliahan sampai selesai penelitian ini.
13. Zia mu’tazzah yang selalu mendukung penulis selama proses penyelesaian
penulisan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana


semestinya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang terlibat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Oktober 2022

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 13


1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 13
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 16
1.3 Hipotesis ............................................................................................... 16
1.4 Tujuan ................................................................................................... 16
1.5 Manfaat ................................................................................................. 16
1.6 Kerangka Berpikir ................................................................................ 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 18


2.1. Limbah Cair Pabrik Tahu ..................................................................... 18
2.2. Air Kelapa............................................................................................. 19
2.3. Effective Microorganism 4 (EM4) ........................................................ 20
2.4. Fermentasi ............................................................................................ 21
2.5. Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea Reptans Poir.)............................ 22
2.6. Tanah Latosol ....................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 26


3.1. Waktu dan Tempat................................................................................ 26
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................................... 26
3.3. Rancangan Penelitian ........................................................................... 26
3.4. Cara Kerja ............................................................................................. 27
3.5. Parameter Pengamatan ......................................................................... 29
3.6. Analisis Data......................................................................................... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 31


4.1. Pengaruh Pemberian Fermentasi Limbah Pabrik Tahu Terhadap Tinggi
Tanaman Kangkung Darat .................................................................... 31
4.2..Pengaruh Pemberian Fermentasi Limbah Pabrik Tahu Terhadap
Pertumbuhan Batang Tanaman Kangkung ........................................... 33
4.3..Pengaruh Pemberian Fermentasi Limbah Pabrik Tahu Terhadap
Pertumbuhan Daun Tanaman Kangkung Darat .................................... 35

x
BAB V PENUTUP................................................................................................ 39
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 39
5.2. Saran ..................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40


LAMPIRAN .......................................................................................................... 46

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dosis masing-masing perlakuan ....................................................... 46


Lampiran 2. Denah Penelitian ............................................................................... 47
Lampiran 3. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu terhadap
diameter batang ................................................................................. 47
Lampiran 4. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu terhadap
jumlah buku ....................................................................................... 48
Lampiran 5.Hasil Uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu terhadap
berat basah ......................................................................................... 48
Lampiran 6. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu terhadap
luas daun ............................................................................................ 48
Lampiran 7. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu terhadap
tinggi tanaman 14 HST .................................................................... 48
Lampiran 8. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi libah tahu terhadap
tinggi tanaman 21 HST ..................................................................... 48
Lampiran 9. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu terhadap
tinggi tanaman 28 HST ..................................................................... 49
Lampiran 10.Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu
terhadap jumlah daun 14 HST ........................................................ 49
Lampiran 11.Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu
terhadap jumlah daun 21 HST ........................................................ 49
Lampiran 12.Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu
terhadap jumlah daun 28 HST ........................................................ 49
Lampiran 13. Hasil uji fermentasi limbah tahu, air kelapa dan EM4 ................... 49
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 50
Lampiran 15. Hasil Uji Analisis Tanah ................................................................ 52
Lampiran 16. Tabel hasil pengamatan suhu dan RH lokasi penelitian ................. 53

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pabrik tahu menghasilkan limbah cair setidaknya sepuluh kali dari volume
kedelai yang diproses setiap harinya. Limbah cair tahu ini menimbulkan aroma
busuk yang menyengat. Limbah cair tahu berpotensi menimbulkan pencemaran
terutama pencemaran pada air. Perlu dilakukan langkah tepat untuk mengatasi
limbah cair dari produksi tahu tersebut. Salah satunya adalah dengan pengolahan
limbah cair tahu menjadi pupuk organik untuk pertumbuhan tanaman karena
menurut Hikmah (2016) limbah cair produksi tahu mengandung bahan organik
seperti protein, karbohidrat, dan lemak serta mengandung kandungan seperti
natrium, fosfat, dan kalium. Dapat diberikan penambahan bahan organik seperti air
kelapa sebagai campuran untuk limbah tahu untuk penambahan nutrisi apabila
digunakan pada tanaman.
Air kelapa merupakan salah satu hasil samping dari buah kelapa dan mudah
ditemukan. Air kelapa mengandung banyak mineral seperti Na, Ca, Mg, Fe, Cu,
dan P. selain itu air kelapa juga mengandung hormon sitokinin dan auksin dimana
kedua hormon ini berperan penting dalam pertumbuhan tanaman (Saptaji et al.,
2015).
Selain air kelapa, dapat ditambahkan juga bioaktivator Effective
microorganism-4 (EM4). EM4 merupakan bioaktivator yang berfungsi untuk
mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitas dari
pupuk organik tersebut. Hal ini dikarenakan EM4 mengandung mikroorganisme
yang bermanfaat untuk proses fermentasi seperti Lactobacillus sp., kemudian
bakteri pelarut fosfat, jamur pengurai dan ragi (Yacob, 2008).
Fermentasi adalah proses yang dilakukan oleh mikroorganisme aerob dan
anaerob yang mampu mengubah senyawa kimia kompleks menjadi lebih sederhana.
Limbah cair tahu mengandung bahan organik seperti nitrogen, fosfor dan kalium
yang dibutuhkan tanaman. Namun, tanaman tidak dapat menyerap secara langsung
karena masih berupa senyawa yang harus diuraikan menjadi bentuk ionik yang

13
14

dapat dengan mudah diserap oleh tanaman. Melalui fermentasi, tanaman dapat
dengan mudah menyerap zat-zat tersebut (Makiyah, 2015). Fermentasi dengan
penambahan EM4 juga dapat menurunkan kadar bahan pencemar dalam limbah
seperti kandungan COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biological Oxygen
Demand) (Jasmiati, 2010). Campuran hasil fermentasi limbah tahu, air kelapa, dan
EM4 ini dapat digunakan pada tanaman kangkung darat. Kangkung adalah salah
satu komoditas sayur-sayuran semusim yang populer dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat karena mudah didapatkan, harga terjangkau, dan rasanya yang gurih.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Iskandar (2018), masyarakat
lebih menyukai kangkung darat dibandingkan dengan kangkung air untuk
dikonsumsi dan budidaya produksi. Rasa dari kangkung darat lebih renyah dan juga
tidak terlalu keras (Walangitan, 2021). Budidaya kangkung pun tergolong mudah,
karena umur hidup dari kangkung tergolong pendek dan termasuk ke dalam sayuran
yang relatif tahan terhadap hama (Maulana, 2018).
Selain rasanya yang gurih, kangkung memiliki kandungan gizi (per 100 gram)
yaitu 25 kalori, karbohidrat 5 gram, dan protein 1 gram (Kementerian Kesehatan,
2014). Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika Nasional
konsumsi kangkung perkapita mengalami kenaikan dari tahun 2019 (41,49
gram/kapita), 2020 (41,674 gram/kapita), dan 2021 (42,558 gram/kapita). Begitu
juga dengan ketersediaan stok kangkung berdasarkan data yang dikutip dari Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dalam Analisis Ketersediaan Pangan
Neraca bahan makanan Indonesia tahun 2017-2019 ketersediaan stok kangkung
dari tahun 2017-2019 mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan, yaitu 277.000
ton (2017), 290.000 ton (2018), dan 294.000 ton (2019). Hal ini juga berbanding
lurus dengan produksi tanaman kangkung yang mengalami peningkatan sebanyak
5,7% dari tahun 2019-2020.
Meskipun begitu, perlu ditingkatkan kembali produktivitas dari tanaman
kangkung itu sendiri guna mencukupi kebutuhan pangan kedepannya dengan
kangkung yang sehat dan berkualitas tinggi seperti yang disebutkan dalam Buletin
Pemantauan Ketahanan Pangan tahun 2017 bahwa produksi kangkung sebagai
salah satu sayur yang banyak dikonsumsi sangat sedikit dan tidak mencukupi
apabila tingkat konsumsinya sesuai dengan yang direkomendasikan. Menurut Vasia
15

(2019), kangkung yang sehat memiliki ciri-ciri yaitu memiliki akar yang banyak
dan berbulu akar serta batang dan daunnya berwarna hijau. Sedangkan menurut
Djuariah (1997), kangkung yang memiliki kualitas tinggi memiliki ciri daunnya
berwarna hijau cerah yang menarik, daun yang lebar (kangkung air) atau sempit
(kangkung darat), dan juga berbatang renyah.
Kangkung dengan kualitas tinggi dapat diperoleh dengan memperhatikan
nutrisi yang diserap oleh tanaman kangkung selama masa pertumbuhan. Nutrisi
tersebut dapat diperoleh dari pupuk. Namun, selama ini para petani dan
pembudidaya kangkung masih menggunakan pupuk anorganik yang dapat
menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan dan tanaman itu sendiri. Pupuk
anorganik masih sering digunakan karena sangat mudah ditemukan di pasaran
(Dewanto,2013). Salah satu cara untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik
yaitu dengan menggunakan fermentasi limbah tahu. Komposisi yang dapat
digunakan adalah dari limbah cair tahu dan air kelapa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Al Amin et al. (2017), POC
dari limbah tahu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy
secara nyata pada semua parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun,
luas daun, berat segar tanaman, dan berat segar tanaman layak konsumsi tanaman
pakcoy (Brassica rapa L.). Kemudian, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Nurman et al. (2017) pemberian air kelapa menunjukkan pengaruh terhadap
pertumbuhan jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun sampel, lilit umbi,
berat segar umbi dan berat umbi layak simpan tanaman bawang merah (Allium
ascalonicum L.). Pemberian hasil fermentasi limbah juga berpengaruh untuk
meningkatkan tinggi, jumlah daun, dan bobot tanaman kangkung (Sastro, 2010),
sehingga fermentasi dari limbah tahu dan air kelapa ini juga diharapkan dapat
berpengaruh baik terhadap pertumbuhan kangkung darat dan menjadi alternatif
pengganti pupuk anorganik.
16

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh pemberian beberapa dosis hasil fermentasi dari limbah
pabrik tahu dan air kelapa yang diperkaya EM4 terhadap pertumbuhan
kangkung darat?
2. Apakah terdapat dosis optimal dari hasil fermentasi limbah pabrik tahu dan air
kelapa yang diperkaya EM4 terhadap pertumbuhan kangkung darat?

1.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
1. Terdapat pengaruh nyata dari pemberian beberapa dosis hasil fermentasi
limbah pabrik tahu dan air kelapa yang diperkaya EM4 terhadap pertumbuhan
kangkung darat.
2. Terdapat dosis optimal dari pemberian beberapa dosis hasil fermentasi limbah
pabrik tahu dan air kelapa yang diperkaya EM4 terhadap pertumbuhan.

1.4 Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Memperoleh dosis hasil fermentasi limbah pabrik tahu dan air kelapa yang
diperkaya EM4 yang optimal untuk pertumbuhan kangkung darat.
2. Meningkatkan pertumbuhan kangkung darat dengan hasil fermentasi limbah
pabrik tahu dan air kelapa yang diperkaya EM4.

1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data terkait
pertumbuhan dan produktivitas dari kangkung darat dengan pemberian fermentasi
dari limbah tahu dan air kelapa yang diperkaya EM4 sehingga fermentasi limbah
tahu ini dapat digunakan oleh masyarakat luas secara tepat dan diharapkan dapat
mengurangi penggunaan pupuk anorganik serta mengurangi pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh limbah cair pabrik tahu.
17

1.6 Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir yang menjadi landasan dilakukannya penelitian ini adalah
sebagai berikut (Gambar 1).

Limbah cair tahu yang Bioaktivator EM4


banyak dihasilkan oleh dapat membantu
Air kelapa banyak mempercepat proses
pabrik produksi tahu
mengandung mineral fermentasi dan
mengandung beberapa
dan hormon meningkatkan kualitas
unsur yang dapat membantu
pertumbuhan tanaman fermentasi

Pemberian fermentasi
dari limbah pabrik tahu
Terdapat dosis optimal dan air kelapa yang Masih sering
untuk pertumbuhan diperkaya EM4 sebagai digunakannya pupuk
kangkung darat alternatif pengganti anorganik oleh para
penggunaan pupuk petani kangkung
anorganik

Terpenuhinya kebutuhan
permintaan tanaman
Bertambahnya
kangkung serta
produktivitas tanaman
meminimalisir
kangkung darat
penggunaan pupuk
anorganik

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Pengaruh Pemberian Fermentasi Dari


Limbah Pabrik Tahu Dan Air Kelapa Yang diperkaya EM4 Terhadap
Pertumbuhan Kangkung Darat
18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah Cair Pabrik Tahu


Limbah merupakan sisa dari suatu kegiatan atau usaha yang kehadirannya
pada suatu waktu dan tempat tertentu tidak dikehendaki oleh lingkungannya karena
tidak memiliki nilai ekonomi (Sadimin, 2019). Limbah cair dari pabrik tahu
merupakan hasil samping dari produksi tahu, seperti pencucian, perebusan,
pengepresan dan juga pencetakan tahu. Limbah cair tahu yang berasal dari proses
pencucian kedelai belum memiliki kadar keasaman yang tinggi sehingga masih
cenderung tidak berbahaya apabila dibuang ke lingkungan. Tetapi, limbah cair yang
berasal dari proses penggumpalan, pencetakan, serta pengepresan tahu memiliki
Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand (BOD), pH, suhu,
serta Total Suspended Solid (TSS) yang cukup tinggi yang dikarenakan airnya
mengandung kadar asam serta berbau tidak sedap (Ngaisah, 2014).
Aroma yang tidak sedap dari limbah cair tahu ini, berasal dari hidrogen
sulfida dan juga ammonia yang berasal dari proses pembusukan polutan protein
yang banyak terdapat pada limbah cair tahu serta bahan-bahan organik lainnya
sehingga dapat mengganggu kesehatan. Limbah cair tahu juga mengandung sisa
protein yang tidak menggumpal serta suhu dari limbah cair tahu dapat mencapai
kisaran 40-46°C sehingga dapat mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan
oksigen, juga kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan (Marian &
Tuhuteru, 2019).
Allah bersabda dalam Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat 77 yang berbunyi :

‫َص ْي َب َك ِمنَ الدُّ ْن َيا َوا َ ْحس ِْن‬ ٰ ْ ‫َّار‬


َ ‫اْل ِخ َرة َ َو َْل ت َ ْن‬
ِ ‫سن‬ َ ‫ّٰللاُ الد‬
‫ىك ه‬َ ‫َوا ْبت َ ِغ فِ ْي َما ٓ ٰا ٰت‬
ُّ‫ّٰللاَ َْل يُ ِحب‬
‫ض ۗا َِّن ه‬ َ َ‫ّٰللاُ اِلَي َْك َو َْل تَب ِْغ ْالف‬
ِ ‫سادَ ِفى ْاْلَ ْر‬ ‫سنَ ه‬َ ‫َك َما ٓ ا َ ْح‬
َ‫ْال ُم ْف ِس ِديْن‬
Artinya : Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia
dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
19

kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan.(Q.S Al Qashash / 28 : 77)
Berdasarkan ayat diatas Allah memerintahkan kita untuk memanfaatkan
segala yang telah dianugerahkan kepada umat manusia. Serta menghindari
melakukan kerusakan pada bumi ini. Sebagaimana limbah dapat menyebabkan
kerusakan karena menimbulkan pencemaran. Namun, limbah cair tahu ini
mengandung berbagai macam zat organik seperti karbohidrat sebanyak 0,1%,
fosfor sebanyak 1,74%, protein sebanyak 0,42% , lemak sebanyak 0,13%, dan air
sebanyak 98,8% (Fatha, 2007). Selain itu menurut Asmoro (2008), limbah cair tahu
juga mengandung N sebanyak 1,24%, P2O5 sebanyak 5.54 %, K2O sebanyak 1,34
% dan C-Organik sebanyak 5,803 % yang dimana unsur-unsur tersebut merupakan
hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman. Sehingga, pemanfaatan dari limbah
ini dapat dilakukan dan sangat diperlukan guna mengurangi dampak pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh limbah pabrik tahu.

2.2. Air Kelapa


Kelapa merupakan salah satu jenis tanaman palem yang memiliki ukuran
buah yang cukup besar. Batang dari pohon kelapa ini tidak bercabang dan dapat
mencapai ketinggian sampai 14 meter. Pohon kelapa yang telah tumbuh besar dan
juga subur dapat menghasilkan setidaknya 2-10 buah kelapa pada setiap tangkainya.
Air kelapa adalah cairan endosperm dari buah kelapa yang mengandung berbagai
komposisi senyawa biologi aktif seperti mineral, gula, vitamin, asam amino dan
fitohormon seperti sitokinin yang memiliki fungsi signifikan terhadap pertumbuhan
suatu tanaman (Winarto & da Silva, 2015). Kandungan zat gizi dari air kelapa
tersebut tergantung pada umur masing-masing buah kelapa.
Air kelapa muda adalah bahan alami yang mengandung hormon sitokinin,
auksin dan giberelin yang dimana dapat membantu meningkatan perkecambahan
dan pertumbuhan. Salah satu hormon dalam air kelapa yang jumlahnya paling
dominan adalah hormon sitokinin yang berfungsi untuk merangsang pembelahan
sel pada tanaman. Hormon sitokinin ini juga dapat bekerja sama dengan hormon
auksin yang juga terdapat dalam air kelapa dalam menstimulasi pembelahan sel
serta mempengaruhi lintasan diferensiasi (Kurniati, 2017). Menurut Savitri (2005)
20

di dalam air kelapa muda terdapat hormon auksin (0,237 ppm IAA) sitokinin (0,441
ppm kinetin, 0,247 ppm zeatin), dan giberelin (0,460 ppm GA3, 0,255 ppm GA5,
0,053 ppm GA7), Air kelapa juga mengandung nitrogen, fosfor, kalsium,
magnesium, vitamin B dan C kompleks, besi, mangan, dan kandungan mineral-
mineral lainya (Astuti, 2021).
Air kelapa dapat digunakan untuk media pertumbuhan mikroorganisme
karena senyawa biologi yang dikandungnya cukup bagi mikroorganisme untuk
hidup. Selain itu, air kelapa dapat dimanfaatkan sebagai obat, khususnya air kelapa
hijau yang bermanfaat untuk mengatasi keracunan, demam, mengurangi rasa sakit
pada saat haid, disentri, gatal-gatal akibat eksim dan juga luka bakar (Winarno,
2014).

2.3. Effective Microorganism 4 (EM4)


Effective Microorganism 4 (EM4) adalah campuran yang berasal dari
mikroorganisme aerob dan anaerob. Terdiri dari lima kelompok, 10 Genus dan 80
Spesies. Sedangkan spesiesnya akan bertambah setelah digunakan pada lahan
penanaman. EM4 merupakan larutan berwarna coklat yang memiliki pH sekitar
3,5-4. Mikroorganisme utama yang terkandung dalam EM4 terdiri dari bakteri
fotosintetik, bakteri asam laktat, Actinomicetes, ragi dan juga jamur fermentasi
(Manuel & Sandryan, 2017).
EM4 merupakan larutan berwarna kuning kecoklatan. Cairan ini berbau segar
fermentasi dan memiliki pH kurang dari 3,5. EM4 tidak berbahaya bagi lingkungan
karena EM4 terbuat dari kultur campuran berbagai spesies mikroorganisme yang
berada dalam lingkungan alami (Ega, 2021). Sebelum digunakan, EM4 perlu
diaktifkan terlebih dahulu karena mikroorganisme di dalam EM4 berada dalam
keadaan dorman. Pengaktifan mikroorganisme di dalam EM4 dapat dilakukan
dengan cara memberikan air dan molase (makanan) bagi mikroorganisme dan
dilakukan pada wadah tertutup selama beberapa hari (Yuniwati, 2012).
EM4 juga dapat digunakan sebagai pengendali hama dan penyakit dengan
memanfaatkan mikroorganisme untuk dimasukkan ke dalam lingkungan hidup dari
suatu tanaman agar dapat menghambat pertumbuhan penyakit ataupun hama
dengan melakukan peningkatan aktivitas kompetitif dan antagonistik antar
21

mikroorganisme secara alami. Selain itu, dengan menggunakan EM4 dapat


meningkatkan kesuburan tanah dan juga menyediakan kandungan untuk
meningkatkan produktivitas dari suatu tanaman, mempercepat proses pengomposan
dari suatu bahan baik kotoran hewan maupun sampah organik, menyediakan nutrisi
bagi tanah, serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah (Dhamara,
2020).

2.4. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses pengubahan suatu zat yang dilakukan
dengan bantuan mikroorganisme yang nantinya akan menghasilkan karbohidrat
dengan melakukan proses kimiawi seperti oksidasi, reduksi, dan hidrolisis sehingga
menyebabkan perubahan sifat dari zat tersebut (Suningsih, 2019). Fermentasi dapat
didefinisikan juga sebagai proses perombakan senyawa organik menjadi senyawa
yang lebih sederhana yang melibatkan bantuan mikroorganisme baik dalam
keadaan aerob (memerlukan oksigen) maupun anaerob (tidak memerlukan oksigen)
melalui kerja enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Fakhirah, 2022).,
Fermentasi juga dapat dilakukan untuk mempercepat penyerapan nutrisi pada suatu
tanaman (Mujiatul, 2013).
Jumiati (2009) menyatakan bahwa proses fermentasi lebih cepat pada
lingkungan kedap udara (anaerob). Fermentasi dapat menghasikan sejumlah
senyawa organik seperti asam laktat, asam nukleat, biohormon, dan lain sebagainya
yang mudah diserap oleh akar tanaman. Senyawa organik ini juga dapat melindungi
tanaman dari hama penyakit.
Fermentasi bisa dilakukan melalui dua cara, yaitu secara spontan dan tidak
spontan. Fermentasi spontan merupakan proses fermentasi yang tidak
menambahkan mikroorganisme dalam bentuk ragi ataupun starter dalam prosesnya.
Sedangkan fermentasi tidak spontan merupakan fermentasi yang menggunakan
mikroorganisme dalam bentuk ragi atau starter dalam proses pembuatannya
(Suprihatin, 2010). Fermentasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH
awal, suhu, substrat, inoculum dan juga kandungan nutrisi medium (Suhartini,
2013).
22

2.5. Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea Reptans Poir.)


Kangkung merupakan jenis dari sayur-sayuran yang sangat digemari oleh
masyarakat umum. Kangkung termasuk ke dalam tanaman budidaya yang berusia
pendek dan harganya relatif terjangkau oleh berbagai macam kalangan masyarakat.
(Edi, 2014). Tingginya minat masyarakat terhadap kangkung mendorong para
pembudidaya kangkung untuk meningkatkan produktivitas dari tanaman kangkung.

Gambar 2. Tanaman Kangkung Darat


Sumber : Nurdinasari, 2018

Kangkung darat termasuk ke dalam famili Convulvulaceae dan genus


Ipomoea. Tanaman kangkung dibagi menjadi dua jenis menurut tempat tumbuhnya,
yaitu kangkung darat (Ipomoea reptans) dan kangkung air (Ipomoea aquatica)
(Maulana, 2018). Tanaman kangkung darat ini membutuhkan lahan yang terbuka
agar mendapat sinar matahari yang cukup untuk pertumbuhannya. Tanaman
kangkung darat juga tetap bisa tumbuh di lahan yang tertutup namun tanaman yang
dihasilkan akan kurus-kurus. Tanah yang dibutuhkanpun merupakan tanah yang
subur, dan mengandung banyak bahan organik. Tanaman kangkung akan mudah
membusuk apabila berada pada tanah yang tergenang (Santoso, 2019).
Menurut Fikri et al (2015) kangkung darat merupakan tipe sayuran dataran
rendah yang dapat hidup di daerah beriklim panas dan memiliki suhu tumbuh
optimal yaitu pada 25-30 ⁰C. Pertumbuhan optimal kangkung darat berada di
ketinggalan tidak lebih dari 700 m dpl. Tanaman ini sangat kuat menghadapi cuaca
23

yang terik serta kemarau dengan kelembapan 60%. Curah hujan yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman kangkung darat yaitu sekitar antara 500-5.000 mm/tahun.
Menurut Maulana (2018) Kangkung darat biasanya memiliki tampilan yang
lebih menarik dibandingkan dengan kangkung air. Terdapat ciri-ciri yang
membedakan kangkung darat dengan kangkung air, yaitu:
a) Batang dari kangkung darat lebih kecil dan bentuk daunnya lebih tipis serta
lebih lunak dibandingkan dengan kangkung air.
b) Batang kangkung darat berwarna putih kehijauan, sedangkan kangkung air
memiliki warna batang hijau.
c) Kangkung darat memiliki bunga yang berwarna putih bersih. Kangkung air
memiliki bunga berwarna putih kemerahan.
d) Produksi biji dari kangkung darat lebih banyak dibanding kangkung air
sehingga proses budidayanya biasanya menggunakan penyebaran
biji/benih.
Bagian dari tanaman kangkung yang paling banyak digunakan sebagai
bahan pangan adalah batang muda dan pucuk tanamannya. Tanaman kangkung
mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti vitamin A, vitamin B, vitamin
C dan juga mengandung bahan-bahan mineral seperti zat besi yang penting bagi
pertumbuhan dan kesehatan tubuh (Putra & Shofi, 2015).

2.6. Tanah Latosol


Tanah dapat diibaratkan sebagai dapur yang menyediakan seluruh makanan
yang dibutuhkan oleh tanaman. Di dalam tanah inilah disediakan semua keperluan
tanaman yang telah diolah sedemikian rupa dan menjadi makanan yang siap diserap
oleh tanaman (Marsono, 2013). Makanan yang dimaksud adalah kandungan hara
dalam tanah. Tanaman dapat memuhi kebutuhan dan menjalankan siklus hidupnya
dengan menggunakan kandungan hara. Fungsi kandungan itu sendiri tidak dapat
digantikan oleh bahan lain dan apabila tanaman mengalami kekurangan kandungan
maka kegiatan metabolisme di dalam tanaman akan terganggu atau bahkan berhenti
(I Wayan, 2016).
Salah satu ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang tanah adalah QS Al A’raf
ayat 58, yang berbunyi :
24

‫ث َْل َي ْخ ُر ُج ا َِّْل نَ ِكد ًۗا‬ ْ ‫ب َي ْخ ُر ُج نَ َباتُهٗ ِب ِا ْذ ِن َر ِب ٖۚه َوالَّذ‬


َ ُ‫ِي َخب‬ َّ ُ‫َو ْال َبلَد‬
ُ ‫الط ِي‬
َ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَّ ْش ُك ُر ْون‬ ْٰ ‫ف‬
ِ ‫اْل ٰي‬ ُ ‫ص ِر‬ َ ُ‫َك ٰذ ِل َك ن‬
Artinya : Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin
Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana.
Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami)
bagi orang-orang yang bersyukur.(Q.S Al A’raf / 7 : 58)
Berdasarkan ayat diatas, tanah dibagi menjadi tanah yang subur dan tidak
subur. Allah memberikan tanah yang subur agar dapat dimanfaatkan manusia untuk
mencukupi kebutuhannya. Salah satu tanda tanah yang subur adalah memiliki
kandungan hara yang tersedia bagi tanaman di dalam tanah, sehingga tanaman yang
ditanam pada tanah tersebut dapat tumbuh subur.
Tanah yang disebut sebagai dapur dari sebuah tanaman harus menyiapkan
setidaknya 13 unsur agar pertumbuhan dari suatu tanaman berjalan normal. Unsur-
unsur tersebut antara lain nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), sulfur atau belerang (S), klor (Cl), besi (Fe), Mangan (Mn),
tembaga (Cu), zink (Zn), boron (B), dan juga molybdenum (Mo). Dari ke-13 unsur-
unsur tersebut yang paling banyak diserap oleh tanaman N, P, K, S, Ca, dan Mg.
Tetapi, jika dilihat dari kegunaan masing-masing unsur, hanya tiga unsur saja yang
mutlak harus berada di dalam tanah dan sangat diperlukan oleh tanaman. Ketiga
unsur tersebut adalah N, P, dan K (Marsono, 2013).
Tanah latosol adalah tipe tanah yang mengalami pelapukan secara intensif
dari bebatuan vulkanik yang berwarna coklat kemerahan, bertekstur dan memiliki
sifat gembur (Rohman, 2022). Menurut Brady (1974), tanah latosol ini merupakan
tanah mineral yang kadar nitrogen serta fosfornya biasanya terdapat dalam jumlah
yang kecil dan memiliki pH yang masam. Tanah ini banyak ditemukan di daerah
tropis yang tersebar luas di Indonesia. Tanah ini juga kaya akan seskuioksida tetapi
rendah kandungan unsur-unsur basa (Wicaksana, 2021).
Tanah mengandung nitrogen berkisar antara 0,03-0,3% dari keseluruhan
senyawa yang ada di dalam tanah. Nitrogen ini berasal dari bahan organik dan juga
penyerapan N2 dari atmosfer. Unsur ini diperlukan oleh tanaman untuk memacu
proses metabolisme yang dimana nitrogen ini berperan sebagai protein fungsional
sekaligus merangsang pertumbuhan dari tanaman. Fosfor adalah salah satu
25

kandungan makro yang berperan penting dalam perkembangan dan petumbuhan


tanaman, pembelahan sel dan juga memperbanyak hasil produksi yang berupa buah
dan biji (Firdausi & Muslihatin, 2016). Sedangkan kalium adalah kandungan ketiga
yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak. Kalium memberikan banyak
manfaat dalam pertumbuhan tanaman, yaitu menghasilkan daun yang ukurannya
lebih luas sehingga kemampuan fotosintesis menjadi meningkat. Dengan
meningkatnya proses fotosintesis, tanaman dapat meningkatkan resistensi dari
stomata yang dimana jumlah CO2 yang berdifusi akan lebih banyak dan
menghasilkan klorofil yang lebih banyak pula. Kekurangan kalium pada tanaman
dapat menyebabkan tanaman kekeringan (Nasution, 2019).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2022. Penelitian
dilaksanakan di Green House Kebun Agribisnis Pusat Laboratorium Terpadu
Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta dengan rata-rata suhu yaitu 32,5°C
dan kelembaban udara 72%. Pengukuran kandungan fermentasi limbah tahu
dilakukan di Balai Penelitian Tanah Bogor, Jawa Barat.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekop, polybag ukuran 20 x
20 cm, ember, pengaduk, alat penyaring, gelas ukur, jerigen ukuran 5 liter, label
nama, alat tulis, penggaris, botol , kamera ponsel, jangka sorong digital, dan
timbangan digital.
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah benih kangkung darat
serimpi Cap Panah Merah, limbah cair pabrik tahu, air kelapa muda, bioaktivator
EM4 pertanian (botol berwarna kuning), tanah latosol , pupuk kandang
“TAIKAM”, dan pupuk urea.

3.3. Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal
yaitu faktor dosis fermentasi yang diberikan. Terdapat 6 perlakuan dan setiap
perlakuan diulang sebanyak 4 kali dengan 3 satuan pengamatan pada masing-
masing pengulangan. Perlakuan dibagi menjadi kontrol positif yaitu pemberian
pupuk kandang dan urea, kontrol negatif yaitu tanpa pemberian pupuk apapun
(Fermentasi Limbah Tahu (FLT) 0%), FLT 10%, FLT 20%, FLT 30%, dan FLT
40%.

26
27

3.4. Cara Kerja


3.4.1. Pembuatan Campuran Fermentasi
Limbah pabrik tahu yang telah didapatkan (merupakan hasil penggumpalan,
pencetakan, dan pengepresan tahu dengan bahan utama kacang kedelai) sebanyak
10 liter dicampur dengan air kelapa muda sebanyak 5 liter dan bioaktivator EM4
sebanyak 300 ml ke dalam ember (Sukowati, 2010). Campuran tersebut diaduk agar
homogen lalu ember ditutup dan campuran tersebut difermentasi selama 15 hari
(Sutrisno, 2015). Menurut Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Pontianak,
tanda campuran sudah berhasil di fermentasi dan siap digunakan adalah adanya
semacam gumpalan putih dan aroma dari larutan tersebut harum menyengat seperti
tape. Setelah 15 hari, larutan yang telah difermentasi tersebut disaring dengan alat
penyaring kemudian diencerkan dengan 1 liter air sesuai dosis perlakuan (FLT 10%
= 100 mL hasil fermentasi diencerkan dengan 1 L air; FLT 20% = 200 mL hasil
fermentasi diencerkan dengan 1 L air; FLT 30% = 300 mL hasil fermentasi
diencerkan dengan 1 L air; dan FLT 40% = 400 mL hasil fermentasi diencerkan
dengan 1 L air) selanjutnya disimpan didalam botol berukuran 100ml untuk
digunakan pada tanaman kangkung.

3.4.2. Persiapan dan Penanaman Tanaman Kangkung Darat


Tanah latosol dimasukkan ke dalam masing-masing polybag sebanyak ¾
dari ukuran polybag. Benih kangkung darat direndam di dalam air selama kurang
lebih 5 menit, kemudian dipilih benih kangkung darat yang tenggelam karena benih
yang baik memiliki berat jenis yang tinggi. Setelah dipilih benih-benih yang
memiliki kualitas baik, benih tersebut ditanam di polybag yang telah diisi dengan
tanah. Masing-masing polybag diisi dengan satu benih kangkung dengan melubangi
tanah menggunakan jari sekitar 2-3 cm dan ditutup kembali. Tujuannya adalah agar
akar tanaman yang nanti tumbuh dapat berdiri tegak didalam polybag. Jarak antar
polybag adalah ±15 cm.
Setelah dilakukan penanaman kemudian dilakukan penyulaman.
Penyulaman bertujuan untuk menggantikan bibit tanaman kangkung darat yang
gagal tumbuh. Bibit yang gagal tumbuh tersebut akan digantikan dengan
28

menggunakan bibit cadangan yang sebelumnya telah disiapkan. Setelah dilakukan


penanaman, polybag diberi label nama agar tidak tertukar antar perlakuan.

3.4.3 Pemeliharaan Tanaman Kangkung Darat


Pemeliharaan tanaman kangkung darat dilakukan dengan penyiraman dan
penyiangan tanaman kangkung darat dari gulma. Penyiraman kangkung darat
dilakukan setiap hari selama penelitian. Penyiraman dilakukan setiap hari.
Penyiraman menggunakan air bersih sebanyak 100ml setiap kali penyiraman
dengan menggunakan alat penyiram tanaman. Sedangkan penyiangan tanaman
kangkung darat dilakukan apabila terdapat gulma atau benda-benda yang berada
dalam polybag yang mengganggu proses pertumbuhan tanaman kangkung darat.

3.4.4 Pemberian Campuran Fermentasi, Pupuk Kandang, dan Urea


Pemberian masing-masing perlakuan fermentasi limbah tahu mulai
dilakukan setelah tanaman kangkung darat memasuki 7 hari setelah tanam (HST)
begitu juga dengan pemberian pupuk kandang dan urea untuk kontrol positif.
Pemberian pupuk kandang dan urea diberikan sekali tanpa pengulangan setiap
minggunya dengan perbandingan 2:1 untuk pupuk kandang dan tanah (Darsiah,
2018), serta 1,5gram urea/10kg tanah (Mahrus,2020). Sedangkan pemberian
campuran fermentasi limbah tahu dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan dosis
sebanyak 100ml/polybag setiap sekali pemberian. Dilakukan cara yang sama pada
ulangan lainnya dengan masing-masing dosis perlakuan yang telah ditentukan.
Pemberian campuran fermentasi limbah tahu dilakukan dengan menggunakan
botol yang telah diisi sesuai dengan masing-masing dosis perlakuan kemudian
diberikan dengan cara disiram pada media tanaman kangkung darat.

3.4.5 Pemanenan Tanaman Kangkung Darat


Menurut Prasetio (2015) kangkung sudah dapat dipanen pada umur 20-25
hari setelah pembenihan. Pada penelitian ini, panen tanaman kangkung dilakukan
pada 28 HST. Tanda kangkung sudah dapat dipanen adalah bentuk daunnya
melebar terbuka menyerupai bentuk segitiga dan berwarna hijau tua. Sedangkan
menurut Prinajati (2018), ciri-ciri kangkung sudah memasuki masa panen adalah
29

apabila tinggi tanaman telah mencapai 15-20 cm dan juga belum berbunga.
Tanaman kangkung darat dipanen dengan cara mencabut tanaman dari polybag lalu
akar tanaman kangkung dibersihkan dari tanah yang ikut terbawa pada saat proses
pemanenan. Kemudian diukur parameter-parameter pengamatan yang telah
ditentukan.

3.4.6 Pengukuran Kandungan Fermentasi Limbah Tahu


Fermentasi limbah pabrik tahu dengan campuran air kelapa muda dan EM4
yang telah di fermentasi selama 15 hari, kemudian dikirim ke Badan Penelitian
Tanah Bogor, Jawa Barat untuk diuji kandungan nitrogen (N), fosfor (P), kalium
(K), pH, dan C-Organik nya. Selanjutnya dibandingkan apakah sudah memenuhi
peraturan SNI oleh kementerian pertanian.

3.5. Parameter Pengamatan


Parameter pengamatan pada penelitian ini, yaitu:
1. Tinggi Tanaman, pengukuran dimulai dari pangkal batang sampai daun yang
tertinggi setelah diluruskan. Pengukuran tinggi tanaman ini dimulai sejak
tanaman memasuki 14 HST dengan interval 1 minggu sekali sampai tanaman
kangkung darat siap panen.
2. Jumlah Daun, dihitung pada saat tanaman memasuki 14 HST dengan interval 1
minggu sekali sampai tanaman kangkung darat siap panen. Daun yang termasuk
dalam perhitungan adalah daun yang telah membuka sempurna dan masih hijau.
3. Luas Daun, dihitung pada saat tanaman sudah dipanen menggunakan metode
konstanta. Nilai konstanta dicari dengan menghitung luas daun sebenarnya
diatas kertas milimeter blok dibagi dengan panjang dan lebar daun
menggunakan rumus sebagai berikut (Ngapu, 2020):

Luas Daun = P x L x K

4. Diameter Batang, pengukuran dilakukan pada saat tanaman kangkung darat


sudah dipanen dan dilakukan dengan menggunakan jangka sorong digital.
5. Jumlah Buku, dihitung saat tanaman sudah dipanen dengan menghitung buku
setiap batang tanaman kangkung. Tanaman kangkung yang telah dipanen
30

kemudian dibersihkan lalu dihitung jumlah buku dari pangkal hingga ujung
batang tanaman kangkung.
6. Berat Basah Tanaman, pengukuran dilakukan setelah tanaman kangkung darat
dipanen. Dilakukan dengan menggunakan timbangan digital per sampel
tanaman.

3.6. Analisis Data


Data yang didapatkan dari penelitian ini merupakan data kuantitatif yang
selanjutnya dilakukan analisis sidik ragam (ANOVA). Hasil sidik ragam yang
berpengaruh nyata (F hitung < F tabel 5%) selanjutnya dilakukan uji lanjutan
dengan Uji Duncan's Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui perlakuan
yang berbeda nyata.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Pemberian Fermentasi Limbah Pabrik Tahu Terhadap Tinggi


Tanaman Kangkung Darat
Tanaman kangkung darat yang dihasilkan dalam penelitian menghasilkan
tanaman kangkung yang segar, hijau dan tidak terserang penyakit apapun. Setiap
hari dilakukan kontrol terhadap tanaman kangkung darat agar terhindar dari gulma
dan benda-benda yang dapat mengganggu proses pertumbuhan kangkung darat.
Kondisi lokasi penelitian, memiliki rata-rata suhu yaitu 32,5°C dan
kelembaban udara 72%. Kangkung merupakan tanaman yang cukup adaptif
sehingga tetap dapat tumbuh di kondisi apapun. Tetapi, tidak menutup
kemungkinan terdapat syarat dan faktor agar tanaman kangkung tumbuh secara
maksimal. Menurut Palada (2003) kangkung dapat tumbuh dengan baik di suhu
optimal yaitu berkisar 25-30° C dan kelembaban udara berkisar diatas 60% dan
penyinaran matahari yang cukup. Kangkung darat juga dapat tumbuh optimal pada
media tanah yang mengandung bahan organik, air yang cukup tinggi,dan memiliki
pH berkisar 5,3-6,0 (Westphal, 1994) dalam Maryam (2009). Suhu dari lokasi
penelitian ini, tidak berbeda jauh dengan suhu optimal petumbuhan kangkung dan
kelembaban udaranya termasuk ke dalam kategori optimal karena lebih dari 60%,
sehingga memungkinkan kangkung tetap tumbuh secara baik,
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di Balai Penelitian Tanah,
komposisi campuran fermentasi limbah tahu yang telah dibuat belum memenuhi
standar pada keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor
261/KPTS/SR.310/M/4/2019 tentang Persyaratan teknis minimal pupuk organik,
pupuk hayati, dan pembenah tanah (lampiran 13). Sehingga dalam hal ini masih
perlu optimalisasi dari dosis dan juga komposisi untuk meningkatkan kandungan
hara dari campuran yang telah dihasilkan. Meskipun nilai dari N, P, K, pH, dan C-
Organik dari fermentasi limbah tahu ini belum sesuai dengan standar baku mutu,
tetapi sudah dapat digunakan pada tanaman karena telah mengandung unsur hara

31
32

yang diperlukan meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit. Namun, belum
diperbolehkan untuk tujuan komersil (Permentan, 2011).
Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter dalam proses analisis
pertumbuhan suatu tanaman. Penambahan tinggi dari suatu tanaman berhubungan
erat dengan unsur hara makro salah satunya adalah Nitrogen (N). Dimana unsur N
ini berfungsi dalam merangsang pertumbuhan vegetatif dari suatu tanaman serta
mengaktifkan sel-sel tanaman yang mempertahankan jalannya proses fotosintesis
sehingga mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman (Simatupang & Yetti, 2016).
Selain itu, tinggi tanaman juga erat kaitannya dengan kemampuan suatu tanaman
dalam menyerap sinar matahari karena berhubungan dengan proses fotosintesis.
Penambahan EM4 dalam campuran fermentasi limbah tahu dan air kelapa
mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus tanah sehingga
mampu mengurai bahan organik menjadi asam amino yang mudah diserap oleh
tanaman dalam waktu singkat yang mana akan meningkatkan jumlah klorofil
sehingga mempengaruhi proses fotosintesis tanaman (Natsir, 2016).

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman kangkung darat pada 14, 21, dan 28 HST.
Perlakuan Rata-rata Rata-rata tinggi Rata-rata tinggi
tinggi tanaman tanaman 21 HST tanaman 28 HST
14 HST (cm) (cm) (cm)
P1 (Kontrol Positif) 16,592 32,475a 47,250a
P2 (Kontrol Negatif) 16,075 21,292b 30,400b
P3 (POC 10%) 16,517 22,675 b 31,825 b
P4 (POC 20%) 16,467 22,242 b 33,225 b
P5 (POC 30%) 15,092 22,367 b 32,567 b
P6 (POC 40%) 16,359 22,525 b 35,221 b
Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa pada hari ke-14 perlakuan
tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
dengan nilai P>0,05 (lampiran 7). Sedangkan pada 21 HST dan 28 HST, perlakuan
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dengan nilai P<0,05 (lampiran 8 dan 9).
Perlakuan yang menghasilkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi didapatkan oleh P1
yaitu P1 (kontrol positif) dan yang menghasilkan rata-rata tinggi tanaman terendah
adalah P2 (kontrol negatif). Hal ini dikarenakan pada P2 (kontrol negatif), tidak
33

adanya unsur hara tambahan atau pendukung sehingga hanya memanfaatkan unsur
hara yang terdapat pada media (tanah) (Al amin,2017).
Perlakuan lain seperti P3 (FLT 10%), P4 (FLT 20%), P5(FLT 30%), P6
(FLT 40%) menghasilkan tinggi tanaman yang telah sesuai kriteria tanaman
kangkung siap panen yaitu sekitar 20-25 cm (Rukmana, 1994) karena terdapat
hormon auksin dan sitokinin dalam air kelapa berperan penting dalam proses
pembelahan sel untuk mendorong pembentukan tunas dan pemanjangan batang.
Auksin menyebabkan sel membelah dengan cepat dan berkembang menjadi tunas
dan batang (Ariyanti, 2018). Namun nilai rata-rata tingginya tidak lebih optimal
dari P1 (kontrol positif). Hal ini dikarenakan pH dari fermentasi limbah tahu yang
tergolong masam yaitu 3,4 dapat mengganggu proses penyerapan unsur hara (Sari
et al., 2015) dan mengakibatkan lebih banyaknya penyerapan nitrat daripada
penyerapan ammonium sehingga tidak dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman
secara signifikan (Nugraha, 2010).
Selain itu, menurut Rahmah et al., (2014), perbedaan tinggi dari setiap
tanaman juga disebabkan oleh perbedaan kemampuan menyerap hara pada setiap
tanaman. Semakin tinggi konsentrasi pupuk yang diberikan pada tanaman, maka
akan mempercepat proses pertumbuhan organ tanaman seperti akar, sehingga
tanaman akan menyerap lebih banyak air dan zat hara yang juga akan
mempengaruhi tinggi suatu tanaman.
4.2. Pengaruh Pemberian Fermentasi Limbah Pabrik Tahu Terhadap
Pertumbuhan Batang Tanaman Kangkung
Batang merupakan salah satu bagian dari tanaman yang memiliki peran
penting. Batang disebut juga sumbu dari tumbuhan mengingat tempat dan
kedudukannya bagi suatu tumbuhan (Rosanti, 2013). Diameter batang merupakan
salah satu parameter ukur pertumbuhan dari suatu tanaman. Pertumbuhan diameter
batang berkaitan erat dengan unsur hara yang tersedia. Menurut Suhendra &
Armaini (2017), unsur hara yang paling dibutuhkan dalam perbesaran lingkar
batang adalah unsur K, Karena unsur K ini berperan dalam pembentukan Adenosin
Trifosfat (ATP) yang diperlukan dalam proses pemanjangan dan perbesaran sel.
Dengan tersedianya unsur K yang cukup, dapat meningkatkan kegiatan
metabolisme tanaman sehingga terjadi pembesaran di batang tanaman.
34

Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan batang tanaman kangkung darat


Perlakuan Rata-rata Rata-rata jumlah Rata-rata berat
diameter batang buku batang basah (g)
(cm)
P1 (Kontrol Positif) 5,9165a 9,2500a 20,333a
P2 (Kontrol Negatif) 3,2500c 6,5000c 6,250b
P3 (POC 10%) 3,4584bc 7,0000bc 7,167b
b
P4 (POC 20%) 4,3165 7,7500b 7,333b
P5 (POC 30%) 3,9668bc 7,7500b 7,333b
c
P6 (POC 40%) 3,2875 7,7500b 8,167b
Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah
berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Hasil uji analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan


pemberian fermentasi limbah tahu berpengaruh nyata terhadap diameter batang
tanaman kangkung darat (P<0,05) (lampiran 3). Rata-rata diameter batang tertinggi
terdapat pada P1 (kontrol positif) yang berbeda nyata dengan P2 (kontrol negatif),
P3 (FLT 10%), P4 (FLT 20%), P5 (FLT 30%), dan P6 (FLT 40%), disusul dengan
P4 (FLT 20%) yang berbeda nyata dengan P1 (kontrol positif), P2 (kontrol
negative), dan P6 (FLT 40%). Dengan rata-rata terendah terdapat pada P2 (kontrol
negatif) yang berbeda nyata dengan P1 (kontrol positif) dan P4 (FLT 20%).
Perlakuan pada tanaman kangkung darat yang diberikan fermentasi limbah tahu
belum memberikan hasil optimal dan lebih rendah dibanding kontrol positif karena
nilai unsur hara termasuk unsur K pada fermentasi limbah tahu masih rendah dan
belum sesuai baku mutu yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian (lampiran 13).
Meskipun begitu, kandungan hara yang terdapat pada fermentasi limbah
tahu yang telah dibuat, dapat memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi tanah
sehingga tanah akan menjadi lebih gembur dan membuat akar tanaman akan lebih
mudah menyerap air dan unsur hara (Sutanto, 2002). Menurut Sukawati (2010),
pertumbuhan tanaman akan baik apabila tumbuh pada media tanah yang cukup
menunjang tegakan tanaman, aerasinya baik, tidak terlalu masam (sekitar netral),
dan cukup tersedia unsur hara dan air yang seimbang.
Kangkung merupakan tanaman herbaceous yang memiliki batang
berbentuk bulat panjang dan berbuku-buku (Nurdinasari, 2018). Jumlah buku
adalah salah satu parameter pertumbuhan suatu tanaman karena jumlah buku akan
berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Menurut Riastuti (2021), buku-buku batang
merupakan tempat melekatnya daun pada batang atau biasa disebut juga nodus.
35

Buku batang ini dapat dibedakan dari bagian batang di antara dua buku-buku yang
berurutan atau internodus.
Berdasarkan hasil uji analisis ragam, perlakuan pemberian fermentasi
limbah tahu memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah buku tanaman kangkung
darat dengan nilai P<0,05 (lampiran 4). Rata-rata jumlah buku tertinggi terdapat
pada P1 (kontrol positif) kemudian P4 (FLT 20%), P5 (FLT 30%), dan P6 (FLT
40%) dengan rata-rata yang sama dan tidak berbeda nyata. Jumlah buku batang ini
berbanding lurus dengan rata-rata tinggi tanaman pada saat panen dimana rata-rata
tertinggi terdapat pada P1 (kontrol positif) selanjutnya P4 (FLT 20%), P5 (FLT
30%), dan P6 (FLT 40%).
Lakitan (1993) mengatakan bahwa berat basah tanaman adalah berat
tanaman yang ditimbang sesaat setelah panen sebelum tanaman menjadi layu
karena kehilangan air. Hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan
pemberian fermentasi limbah tahu berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman
kangkung darat dengan nilai P<0,05 (lampiran 5). Rata-rata berat basah tertinggi
terdapat pada P1 (kontrol positif) yang berbeda nyata dengan semua perlakuan dan
disusul oleh P6 (FLT 40%) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Biomassa suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara
sebagai sumber energi. Dengan tercukupinya unsur hara maka laju fotosintesis
akan menjadi optimal, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi maksimal (Hariadi
et al., 2015). Fermentasi limbah tahu yang memiliki kandungan hara lebih rendah
dibanding pupuk kandang dan urea, menyebabkan tidak optimalnya pertumbuhan
kangkung darat yang menyebabkan rendahnya berat basah apabila dibandingkan
dengan kontrol positif. Selain itu, tanaman kangkung memiliki batang yang banyak
mengandung air, sehingga semakin besar batang maka semakin tinggi kadar air
pada batang menyebabkan tanaman kangkung darat semakin berat.
4.3. Pengaruh Pemberian Fermentasi Limbah Pabrik Tahu Terhadap
Pertumbuhan Daun Tanaman Kangkung Darat
Daun merupakan salah satu organ terpenting dari sebuah tanaman yang
berperan dalam proses pembentukan senyawa-senyawa primer maupun sekunder
seperti proses fotosintesis, transpirasi dan juga respirasi (Susanti & Safrina, 2018).
Analisis ragam pada jumlah daun menunjukkan hasil bahwa perlakuan pemberian
36

fermentasi limbah tahu berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 14 HST, 21
HST, maupun 28 HST dengan nilai P<0,05 (lampiran 10, 11, dan 12). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriani (2020) yang menyebutkan bahwa
pemberian fermentasi bahan organik memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah
daun pada tanaman kangkung darat. Rata-rata tertinggi jumlah daun tanaman
kangkung darat terdapat pada P1 (kontrol positif) yang berbeda nyata dengan P2
(kontrol negatif), P4 (FLT 20%), P5 (FLT 30%), P6 (FLT 40%) pada 14 HST,
berbeda nyata dengan P2 (kontrol negatif), P3 (FLT 10%), P4 (FLT 20%), P5 (FLT
30%), dan P6 (FLT 40%) pada 21 HST dan berbeda nyata dengan dengan P2
(kontrol negatif), P3 (FLT 10%), P4 (FLT 20%), P5 (FLT 30%), dan P6 (FLT 40%)
pada 28 HST.

Tabel 3. Rata-rata jumlah pertumbuhan daun tanaman kangkung darat


Perlakuan Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
jumlah jumlah jumlah luas daun
daun 14 daun 21 daun 28 (cm2)
HST HST HST
a a
P1 (Kontrol Positif) 5,7500 10,5000 14,500a 21,826a
b b c
P2 (Kontrol Negatif) 4,7500 8,2500 6,000 9,177bc
P3 (POC 10%) 5,0000ab 8,5000 b 10,000b 10,779bc
b b b
P4 (POC 20%) 4,2500 8,2500 10,000 12,651b
P5 (POC 30%) 4,2500 b 8,5000 b 10,000 b 7,949c
b b b
P6 (POC 40%) 4,5000 7,5000 10,250 11,641bc
Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Perbedaan jumlah daun berhubungan dengan jumlah unsur nitrogen yang


diterima oleh tanaman, hal ini memperlihatkan bahwa unsur hara terutama unsur N
pada fermentasi limbah pabrik tahu belum mencapai nilai optimal sehingga rata-
rata jumlah daun yang dihasilkan lebih rendah dibanding P1 (kontrol positif) yang
menggunakan pupuk kandang dan urea. Menurut Girsang (2019) unsur nitrogen ini
sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman terutama pertambahan jumlah daun
karena unsur ini membantu dalam pembentukan klorofil yang berkaitan dengan
proses fotosintesis, apabila hasil dari proses fotosintesis diakumulasikan ke seluruh
bagian tumbuhan akan terjadi penambahan jumlah daun. Menurut Wijaya (2010),
produksi jumlah daun pada masing-masing tanaman akan berbeda tergantung pada
frekuensi pemberian dan dosis pemberian. Apabila frekuensi dan dosisnya tepat
37

maka akan mempercepat laju pembentukan daun sehingga hasil pertumbuhan


menjadi optimal.
Luas daun merupakan salah satu parameter penting dalam menganalisis
pertumbuhan suatu tanaman, karena luas daun mempengaruhi kemampuan dan
kapasitas daun dalam melakukan proses fotosintesis dan laju pertumbuhannya.
Selain itu, juga berperan dalam menentukan hubungan tanaman, tanah, dan air
(Abdullah et al., 2011). Berdasarkan hasil uji analisis ragam, pemberian fermentasi
limbah tahu berpengaruh nyata terhadap luas daun kangkung darat. Rata-rata
tertinggi luas daun kangkung darat terdapat pada P1 (kontrol positif) yang berbeda
nyata dengan P2 (kontrol negatif), P3 (FLT 10%), P4 (FLT 20%), P5 (FLT 30%),
dan P6 (FLT 40%). Rata-rata tertinggi kedua terdapat pada P4 (FLT 20%) yang
berbeda nyata dengan P1 (kontrol positif) dan P5 (FLT 30%). Penambahan air
kelapa pada fermentasi limbah tahu berperan penting dalam bertambahnya luas
permukaan daun karena adanya hormon pertumbuhan pada air kelapa muda.
Hormon pertumbuhan tidak hanya merangsang pertumbuhan batang, tetapi juga
merangsang pertumbuhan seluruh bagian tanaman, termasuk akar dan daun
(Campbell, 2003).
Berdasarkan hasil analisis, fermentasi limbah pabrik tahu menunjukkan
hasil nitrogen total dan fosfor yang belum memenuhi standar dari Kementerian
Pertanian (lampiran 13). Hal ini berpengaruh terhadap luas daun karena nitrogen
berperan penting dalam merangsang pertumbuhan vegetatif seperti pertumbuhan
luas daun (Rizal, 2017). Gardner et al. (1991) mengemukakan bahwa luas daun juga
dipengaruhi oleh faktor genetik. Kekurangan fosfor juga dapat mengganggu
metabolisme suatu tanaman dan pembentukan sel karena unsur ini berperan dalam
transfer energi, sehingga juga mempengaruhi pertumbuhan luas daun (Sitanggang,
2017). Hal tersebut yang menyebabkan rata-rata luas daun yang dihasilkan oleh
pemberian fermentasi limbah tahu dan kontrol negatif tidak optimal dan lebih
rendah dibandingkan dengan kontrol positif.
Rahmah (2014) juga mengemukakan bahwa tanaman juga mempunyai batas
tertentu dalam menyerap unsur hara. Hal tersebut yang menyebabkan mengapa P5
(FLT 30%) memiliki nilai luas daun yang lebih rendah dibanding perlakuan lainnya
yang memiliki konsentrasi lebih rendah. Selain itu, luas daun juga dipengaruhi oleh
38

beberapa faktor seperti genotip, hormon, dan aktivitas metabolisme masing-masing


tanaman (Gardner, 1991).
BAB V

PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian hasil
fermentasi limbah tahu dan air kelapa yang diperkaya EM4 memberikan pengaruh
nyata terhadap parameter diameter batang, berat basah, jumlah buku, luas daun,
tinggi tanaman (21 dan 28 HST), serta jumlah daun (14, 21, dan 28 HST) tanaman
kangkung darat. Dosis hasil fermentasi limbah tahu yang memberikan hasil terbaik
untuk pertumbuhan tanaman kangkung darat pada penelitian ini terdapat pada P6
yaitu FLT 40%, walaupun hasil yang dihasilkan tidak lebih optimal dibandingkan
kontrol positif.
5.2. Saran
Diperlukannya pengujian dan penelitian lebih lanjut pada komposisi, dosis,
dan lama waktu fermentasi limbah tahu yang lebih optimal sehingga campuran
fermentasi dapat memenuhi standar baku mutu dari Kementerian Pertanian. Serta
pengujian fermentasi limbah tahu bisa dilakukan pada jenis benih dan jenih media
tanah yang berbeda.

39
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, L., Budhie, D. D. S., & Lubis, A. D. (2011). Pengaruh Aplikasi Urin
Kambing Dan Pupuk Cair Organik Komersial Terhadap Beberapa Parameter
Agronomi Pada Tanaman Pakan Indigofera sp. Pastura. 1:5–8.
Al Amin, et al. (2017). Pemanfaatan Limbah Cair Tahu untuk Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Pakcoy (Brassica Rapa L.). Doctoral disertation. Riau
University.
Ariyanti, M., et al. (2018). Pertumbuhan tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) dengan
pemberian air kelapa. Jurnal Hutan Pulau-pulau Kecil. 2(2): 201-212.
Asmoro, Y., & Suranto, D. S. (2008). Pemanfaatan limbah tahu untuk peningkatan
hasil tanaman petsai (Brassica chinensis). Jurnal Bioteknologi, 5(2): 51-55.
Astuti, A. L., et al. (2021). Analisis Pertumbuhan dan Kandungan Total Flavonoid
Kultur Kalus Krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat) dengan Pemberian
Asam 2, 4-Diklorofenoksiasetat (2, 4-D) dan Air Kelapa. Jurnal Pro-Life.
8(1): 32-44.
Buchman, H.O. and N.C. Brady. (1974). The Nature and Propertises of Soil. New
York: Mc Millan Pub. Co. Inc.
Campbell. (2003). Biologi. Jakarta: Erlangga.
Cesaria, R. Y., Wirosoedarmo, R., & Suharto, B. (2014). Pengaruh penggunaan starter
terhadap kualitas fermentasi limbah cair tapioka sebagai alternatif pupuk cair.
Jurnal Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, 1(2), 8–14.
Darsiah, Y., Lestari, M. W., & Murwani, I. (2018). Aplikasi induksi listrik dan dosis
pupuk majemuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung
darat (Ipomoea reptans Poir). Folium: Jurnal Ilmu Pertanian. 2(1).
Dewanto, F.G. & J.J.M.R Londok. (2013). Pengaruh Pemupukan Anorganik Dan
Organik Terhadap Produksi Tanaman Jagung. Jurnal Zootek. 32 (5): 1- 8.
Dhamara, R. (2020). Pupuk Organik Cair Limbah Tahu Untuk Tanaman Sawi Hijau
(Brassica juncea L.). Doctoral disertation. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Djuariah, D. (1997). Germplasm evaluation of kangkong in medium evaluation
Rancaekek (Indonesia). Jurnal Hortikultura (Indonesia). 7(3): 756-762.
Dwicaksono, M. R. B., Suharto, B., & Susanawati, L. D. (2013). Pengaruh
penambahan effective microorganisms pada limbah cair industri perikanan
terhadap kualitas pupuk cair organik. Jurnal Sumberdaya Alam Dan
Lingkungan, 1(1), 7–11.
Edi, S. (2014). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir). Jurnal Agroekoteknologi
Universitas Jambi. 3(1): 17–24.
Ega, M. (2021). Efektivitas Ransum Pakan Ternak Dengan Penambahan Ampas Tahu
Dan Eceng Gondok (Eichhornia crassippes) Terfermentasi Sebagai Pakan
Alternatif Ayam Broiler (Gallus domesticus). Doctoral dissertation.
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Fakhirah, N. Z., & Irnaning, A. R. (2022). Pembuatan Pupuk Cair Berbahan Dasar
Sabut Kelapa dengan Proses Fermentasi. Doctoral dissertation. UPN Veteran
Jawa Timur.
Fatha, A. (2007). Pemanfaatan zeolit aktif untuk menurunkan BOD dan COD limbah

40
41

cair tahu. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.


Febriani, W. P. (2020). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair dari Daun Lamtoro
(Leucaena leucocephala L.) terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat
(Ipomea reptans Poir.). BIOCOLONY. 3(1): 10–18.
Fikri, M. S., et al. (2015). Pengaruh Pemberian Kompos Limbah Media Tanam Jamur
pada Pertumbuhan dan Hasil Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.).
Vegetalika. 4(2): 79–89.
Firdausi, N., & Muslihatin, W. (2016). Pengaruh Kombinasi Media Pembawa Pupuk
Hayati Bakteri Pelarut Fosfat Tehadap pH dan Unsur Hara Fosfor dalam
Tanah. Jurnal Sains Dan Seni ITS. 5(2).
Gardner, F. P., Pearce, R. B., & Mitchell, R. L. (1991). Physiology of Crop Plants
(Fisiologi Tanaman Budidaya, alih bahasa oleh Susilo). Universitas Indonesia.
Girsang, R. (2019). Peningkatan Perkecambahan Benih Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) Akibat Interval Perendaman H2SO4 Dan Beberapa Media
Tanam. Jasa Padi. 4(1): 24–28.
Hadisuwito, S. (2007). Membuat pupuk kompos cair. AgroMedia.
Hariadi, H., et al. (2015). Pemberian Kombinasi Pupuk Kandang Dengan Tricho-
kompos Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sorgum (Sorghum Bicolor. L).
Doctoral dosertation. Riau University.
Hikmah, N. (2016). Pengaruh pemberian limbah tahu terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.). Jurnal Agrotropika Hayati, 3(3),
46–52.
I Wayan, D. (2016). Kandungan Unsur Hara Makro Tanah Pada Berbagai Komoditas
Tanaman Pangan Dan Hortikultura Di Provinsi Bali. Skripsi. Universitas
Udayana.
Iskandar, A. (2018). Optimalisasi sekam padi bekas ayam petelur terhadap
produktivitas tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans). MIMBAR
AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan
Agribisnis. 1(3): 245-252.
Jasmiati, Sofia, A., dan Thamrin. (2010). Bioremediasi Limbah Cair Industri Tahu
Menggunakan Efektif Mikroorganisme (EM4). Journal of Environmental
Science. 2(4): 148-158.
Jumiati, E. (2009). Pengaruh berbagai konsentrasi em4 pada fermentasi pupuk organik
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam merah (Amaranthus tricolor
l.) secara hidroponik. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Kasim, S., Ahmed, O. H., & Majid, N. M. A. (2011). Effectiveness of liquid organic-
nitrogen fertilizer inenhancing nutrients uptake and use efficiency in corn (Zea
mays). African Journal of Biotechnology, 10(12).
https://doi.org/10.4314/ajb.v10i12.
Kelik, W. 2010. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair
Hasil Perombakan Anaerob Limbah Makanan Terhadap Pertumbuh-an
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). [Skripsi] Sebelas Maret. Surakarta.
Kurniati, F., Sudartini, T., & Hidayat, D. (2017). Aplikasi berbagai bahan ZPT alami
untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kemiri sunan (Reutealis trisperma
(Blanco) Airy Shaw). Jurnal Agro. 4(1): 40-49.
Lakitan. (1993). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Mahrus, M., & Raksun, A. (2020). Pengaruh Dosis Pupuk Urea Terhadap
42

Pertumbuhan Kangkung Darat (Ipomoea reptans poir.). Jurnal Pijar Mipa.


15(3): 260-265.
Makiyah, M., Sunarto, W., & Prasetya, A. T. (2015). Analisis kadar npk pupuk cair
limbah tahu dengan penambahan tanaman Thitonia diversivolia. Indonesian
Journal Of Chemical Science, 4(1).
Manuel, J., & Sandryan, R. (2017). Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Air
Kelapa Dengan Menggunakan Bioaktivator, Azotobacter chrococcum dan
Bacillus mucilaginosus. Doctoral disertation. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Marian, E., & Tuhuteru, S. (2019). Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Sebagai Pupuk
Organik Cair Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Putih (Brasica
pekinensis). Agritrop : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian (Journal of Agricultural
Science). 17(2):134.
Marsono, L. P. (2013). Petunjuk penggunaan pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
Maulana, D. (2018). Raih Untung Dari Budidaya Kangkung. Yogyakarta: Trans Idea
Publishing.
Mujiatul, M. (2013). Peningkatan Kadar N, P dan K Pada Pupuk Cair Limbah Tahu
dengan Penambahan Tanaman Matahari Meksiko (Thitonia
divesivolia). Skripsi. Universitas Negri Semarang.
Nasution, F. H. (2019). Pemetaan Status Hara P dan K pada Lahan Sawah di Desa
Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.
Natsir, N. A. (2016). Penerapan Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Dalam
Pengolahan Limbah Pasar Mardika Ambon. Biosel (Biology Science and
Education): Jurnal Penelitian Science dan Pendidikan. 5(1): 11-20.
Ngaisah, S. (2014). Pengaruh kombinasi limbah cair tahu dan kompos sampah organik
rumah tangga pada pertumbuhan dan hasil panen kailan (Brassica oleracea
Var. Acephala). Doctoral disertation. Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
Nugraha, Y. M. (2010). Kajian Penggunaan Pupuk Organik Dan Jenis Pupuk N
Terhadap Kadar N Tanah, Serapan N Dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) Pada Tanah Litosol Gemolong. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Nurdinasari, N. (2018). Perbandingan Media Tanam Arang Sekam Dengan Tanpa
Media Terhadap Hasil Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir)
Menggunakan Sistem Hidroponik Nft (Nutrient Film Technique). Doctoral
disertation. Universitas Pasundan.
Nurman, N., Zuhry, E., & Dini, I. R. (2017). Pemanfaatan zpt Air Kelapa dan Poc
Limbah Cair Tahu untuk Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium
Ascalonicum L.). Doctoral diseration. Riau University.
Palada, M. C. (2003). Suggested cultural practices for vegetable amaranth.
International Cooperators Guide. Taiwan: Vegetable Research and
Development Centre.
Pertanian, B. L. (2011). Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga.
Agroinovasi Sinar Tani Edisi. 3(3417): 2–11.
Prasetio, U. (2015). Panen sayuran hidroponik setiap hari. Jakarta: AgroMedia.
Prinajati, P. D. (2018). Analisis Pengolahan Pupuk Kompos Sampah Rumah Tangga
Sebagai Media Tanaman. ENVIROSAN: Jurnal Teknik Lingkungan. 1(2): 68-
71.
43

Purnamasari, D. K., Syamsuhaidi, S., Binetra, T. S., Pardi, P., Sumiati, S., & Sulastri,
S. (2020). Pelatihan Pengolahan Limbah Pertanian dan Peternakan Pada
Masyarakat Tani Ternak di Desa Tete Batu Kecamatan Sikur Kabupaten
Lombok Timur. Gema Ngabdi, 2, 248-55.
Putra, R. R., & Shofi, M. (2015). Pengaruh Hormon Napthalen Acetic Acid Terhadap
Inisiasi Akar Tanaman Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forssk.) Influence
Of Napthalen Acetic Acid For Root Initiation Of Water Spinach (Ipomoea
aquatica Forssk.). Jurnal Wiyata. 2(2): 108–113.
Rahmah, A., et al. (2014). Pengaruh pupuk organik cair berbahan dasar limbah sawi
putih (Brassica chinensis L.) terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis.
Buletin Anatomi Dan Fisiologi. 22(1): 65–71.
Riastuti, R. D., et al. (2021). Morfologi Tumbuhan Berbasis Lingkungan. Malang:
Ahlimedia Book.
Rizal, S. (2017). Pengaruh nutriasi yang diberikan terhadap pertumbuhan tanaman
sawi pakcoy (Brassica rapa l.) Yang ditanam secara hidroponik. Sainmatika:
Jurnal Ilmiah Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. 14(1): 38–44.
Rohman, H. R. N., Pangestu, F. B., & Munandar, A. (2022). Indonesia Analisis SIG
Berdasarkan Data Geologi dan Geospasial sebagai Inovasi Mitigasi Tanah
Longsor Studi Kasus Daerah Wukirsari Imogiri: Indonesia. Jurnal Studi
Inovasi. 2(2): 17-23.
Roring, M. A. S., Pioh, D. D., & Najoan, J. (2020). Identifikasi Sifat Kimia Tanah
Yang Ditanami Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.) Di Desa
Pinasungkulan Utara Kecamatan Modoinding. COCOS, 6(6).
Rosanti, D. (2013). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Rukmana, I. H. R. (1994). Bertanam kangkung. Yogyakarta: Kanisius.
Sadimin. (2019). Proses Pembuatan Tahu. Tangerang: Loka Aksara.
Santoso, H. B. (2019). Bertanam Kangkung Organik. Yogyakarta: Penerbit Pohon
Cahaya.
Saptaji, Setyono, & Rochman, N. (2015). Pengaruh Air Kelapa dan Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan Stek Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni). Jurnal
Agronida, 1(2).
Saptiningsih, E. (2015). Kandungan selulosa dan lignin berbagai sumber bahan
organik setelah dekomposisi pada tanah Latosol. Buletin Anatomi Dan
Fisiologi Dh Sellula, 23(2), 34-42.
Sari, M. P., et al. (2015). Pengaruh pupuk organik cair kulit buah pisang kepok
terhadap pertumbuhan bayam. Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi Ilmiah.
3(8).
Sastro, Y., & Lestari, L. P. (2010). Peran Pupuk Limbah Cair Peternakan Sapi
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi, Selada, dan Kangkung. Jurnal
Hortikultura, 20(1).
Savitri, S. V. H. (2005). Induksi akar stek batang Sambung Nyawa (Gynura
drocumbens (Lour) Merr.) menggunakan air kelapa. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor.
Schaetzl, R. J., & Thompson, M. L. (2015). Soils. Cambridge university press.
Sepriani, Y. (2015). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Urine Domba Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans). JURNAL
AGROPLASMA, 2(2).
Simatupang, H., & Yetti, H. (2016). Pemberian limbah cair biogas pada tanaman sawi
44

(Brassica juncea L.). Doctoral disertation. Riau University.


Sitanggang, K. D. (2017). Respon Penggunaan Limbah Cair Ampastahu Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Pakcoi (Brassica rapa). JURNAL
AGROPLASMA. 4(1).
Suhartini, S., et al. (2013). Influence of powdered Moringa oleifera seeds and natural
filter media on the characteristics of tapioca starch wastewater. International
journal of recycling of organic waste in agriculture. 2(1): 1-11.
Suhendra, I., & Armaini, A. (2017). Aplikasi Beberapa Hasil Fermentasi Limbah
terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta (Coffea Canephora Pierre).
Doctoral disertation. Riau University.
Sukawati, I. (2010). Pengaruh kepekatan larutan nutrisi organik terhadap
pertumbuhan dan hasil baby kailan (Brassica oleraceae var. Albo-glabra) pada
berbagai komposisi media tanam dengan sistem hidroponik substrat. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret.
Sukowati, I. D. (2010). Pengolahan Limbah Cair Tahu Dengan Menggunakan
Effective Microorganism (EM4 dan EM5) dan Potensinya Sebagai Penghasil
Pupuk Dan Biogas. Doctoral dissertation. Universitas Negeri Malang.
Sundari, I., Ma’ruf, W. F., & Dewi, E. N. (2014). Pengaruh Penggunaan Bioaktivator
Em4 Dan Penambahan Tepung Ikan Terhadap Spesifikasi Pupuk Organik Cair
Rumput Laut Gracilaria SP. Jurnal Pengolahan Dan Bioteknologi Hasil
Perikanan, 3(3), 88–94.
Suningsih, N., Ibrahim, W., Liandris, O., & Yulianti, R. (2019). Kualitas fisik dan
nutrisi jerami padi fermentasi pada berbagai penambahan starter. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia. 14(2): 191-200.
Suprihatin, D. S. P. (2010, June). Pembuatan asam laktat dari limbah kubis. IMakalah
Seminar Nasional Teknik Kimia Soebardjo Brotohardjono” Ketahanan
Pangan dan Energi”. 24(1).
Susanti, D., & Safrina, D. (2018). Identifikasi luas daun spesifik dan indeks luas daun
pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) di Karangpandan, Karanganyar, Jawa
Tengah. Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia. 11(1): 11–17.
Sutanto, R. (2002). Penerapan Pertanian Organik: pemasyarakatan dan
pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius.
Vasia Anggis, E., & Hamidah, I. (2019). Tingkat Sanitasi Morfologi Ipomoea Sp
(Kangkung) Sebagai Bahan Konsumsi Masyarakat Indramayu. Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Sains. 98-101.
Walangitan, F. S., Supit, J. M., & Kawulus, R. I. (2021). Pengaruh Pemberian Pupuk
Kandang Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat
(Ipomoea reptans) Pada Tanah Marginal. In COCOS. 3(3).
Wicaksana, S. A. (2021). Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Batuan
Fosfat Alam (Bfa) Terhadap Ketersediaan Phosphate (P) Tanah Latosol.
Doctoral dissertation. UPN Veteran Yogyakarta.
Wijaya, K. (2010). Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik
Cair Hasil Perombakan Anaerob Limbah Makanan Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Sawi (Brassica juncea l.). Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Winarno. (2014). Kelapa Pohon Kehidupan. Bandung: Alfabeta.
Winarto, B., & da Silva, J. A. T. (2015). Use of coconut water and fertilizer for in
vitro proliferation and plantlet production of Dendrobium ‘Gradita 31.’ In
Vitro Cellular and Developmental Biology - Plant. 51(3).
45

Yacob, S. (2008). Pengaruh Dosis Em-4 (Effective Microorganisms-4) Dalam Air


Minum Terhadap Berat Badan Ayam Buras. Jurnal Agrisistem, 4(2), 112.
Yuniwati, M., & Padulemba, A. (2012). Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Kompos
Dari Sampah Organik dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4. Jurnal
Teknologi. 5(2): 172-181.
LAMPIRAN

Untuk percobaan masing-masing perlakuan, dosis yang digunakan adalah


sebagai berikut :
Lampiran 1. Dosis masing-masing perlakuan
Perlakuan Keterangan
P1 (Kontrol positif) Tanpa fermentasi limbah tahu,
menggunakan pupuk kandang dan
pupuk urea.
P2 ((Fermentasi limbah tahu 0%) Tanpa pemberian pupuk apapun.
Kontrol negatif)
P3 (10% FLT) 100 mL FLT / 1 L air
P4 (20% FLT) 200 mL FLT / 1 L air
P5 (30% FLT) 300 mL FLT / 1 L air
P6 (40% FLT) 400 mL FLT / 1 L air

Keterangan: FLT (Fermentasi Limbah Tahu) merupakan campuran limbah


pabrik tahu , air kelapa, dan EM4 yang telah di fermentasi selama
15 hari. Kemudian dilarutkan dengan air sesuai masing-masing
dosis dan diberikan pada tanaman kangkung darat.

46
47

Lampiran 2. Denah Penelitian

P6U4 P6U4 P6U4


P5U1 P5U1 P5U1
P4U2 P4U2 P4U2
P1U2 P1U2 P1U2
P5U3 P5U3 P5U3
P4U3 P4U3 P4U3
P2U1 P2U1 P2U1
P3U2 P3U2 P3U2
P6U2 P6U2 P6U2
P6U3 P6U3 P6U3
P2U3 P2U3 P2U3
P5U2 P5U2 P5U2
P4U1 P4U1 P4U1
P1U3 P1U3 P1U3
P5U4 P5U4 P5U4
P3U1 P3U1 P3U1
P3U3 P3U3 P3U3
P2U4 P2U4 P2U4
P4U4 P4U4 P4U4
P1U1 P1U1 P1U1
P3U4 P3U4 P3U4
P1U4 P1U4 P1U4
P6U1 P6U1 P6U1
P2U2 P2U2 P2U2
Keterangan:

P1 = Kontrol Positif U1 = Ulangan ke-1


P2 = FLT 0% (Kontrol Negatif) U2 = Ulangan ke-2
P3 = FLT 10% U3 = Ulangan ke-3
P4 = FLT 20% U4 = Ulangan ke-4
P5 = FLT 30%
P6 = FLT 40%

Lampiran 3. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu terhadap
diameter batang
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung Sig
keragaman bebas kuadrat tengah
Perlakuan 5 20,5249 4,1049 11,70 <0.0001
Galat 18 6,3150 0,3508
Total 23 26,8400
48

Lampiran 4. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu terhadap
jumlah buku
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung Sig
keragaman bebas kuadrat tengah
Perlakuan 5 17,3333 3,4666 15,60 <0.0001
Galat 18 4,0000 0,2222
Total 23 21,3333

Lampiran 5. Hasil Uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu
terhadap berat basah
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung Sig
keragaman bebas kuadrat tengah
Perlakuan 5 578.0099 115,6019 30,17 <0.0001
Galat 18 68,9726 3,8318
Total 23 646,9825

Lampiran 6. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu terhadap
luas daun
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung Sig
keragaman bebas kuadrat tengah
Perlakuan 5 489,1332 97,8266 14,65 <0.0001
Galat 18 120,1952 6,6775
Total 23 609,3285

Lampiran 7. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu terhadap
tinggi tanaman 14 HST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung Sig
keragaman bebas kuadrat tengah
Perlakuan 5 6,3675 1,2735 0,35 0,8745
Galat 18 65,2005 3,6222
Total 23 71,5681

Lampiran 8. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi libah tahu terhadap
tinggi tanaman 21 HST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung Sig
keragaman bebas kuadrat tengah
Perlakuan 5 355,3019 71,0603 15,61 <0,0001
Galat 18 81,9240 4,5513
Total 23 437,2260
49

Lampiran 9. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu terhadap
tinggi tanaman 28 HST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung Sig
keragaman bebas kuadrat tengah
Perlakuan 5 761,5636 152,3127 10,55 <0,0001
Galat 18 259,8292 414,4349
Total 23 1021,3929

Lampiran 10. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu
terhadap jumlah daun 14 HST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung Sig
keragaman bebas kuadrat tengah
Perlakuan 5 6,5000 1,3000 3,90 0,0143
Galat 18 6,0000 0,3333
Total 23 12,5000

Lampiran 11. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu
terhadap jumlah daun 21 HST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung Sig
keragaman bebas kuadrat tengah
Perlakuan 5 20,3333 4,0666 6,37 0,0014
Galat 18 11,5000 0,6388
Total 23 31,8333

Lampiran 12. Hasil uji One Way ANOVA pengaruh fermentasi limbah tahu
terhadap jumlah daun 28 HST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung Sig
keragaman bebas kuadrat tengah
Perlakuan 5 144,8750 28,9750 4,67 0,0066
Galat 18 111,7500 6,2083
Total 23 256,6250

Lampiran 13. Hasil uji fermentasi limbah tahu, air kelapa dan EM4

Parameter Uji Hasil Uji Satuan Baku Mutu


C- Organik 0,29 % 10
pH 3,4 - 4-9
Hara Makro : 0,12 % 2-6
N + P2O5 + K2O
50

Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian

Persiapan media tanam Pembuatan campuran limbah tahu

Pengukuran suhu dan kelembaban Pemberian fermentasi limbah tahu

Pengukuran berat basah Pengukuran diameter batang


51

Pemanenan tanaman kangkung darat Fermentasi limbah tahu, air kelapa dan
EM4
52

Lampiran 15. Hasil Uji Analisis Tanah


53

Lampiran 16. Tabel hasil pengamatan suhu dan RH lokasi penelitian

Suhu (°C) RH (%)

29,5 76
31,2 84
33 78
33,4 85
32 84
32,4 82
32,2 78
32,8 80
32,4 58
32 76
31,6 86
28,9 90
30,8 84
31,9 68
27,9 81
34,2 51
32,9 60
30,8 81
30,5 84
34,5 59
30,7 62
42,4 34
40,4 41
32,4 61
29,6 88
30,8 86
31,5 67
37,3 52
36,5 46
34 59
36,6 36
Ket : data diambil langsung oleh peneliti di lokasi penelitian selama 1 bulan.

Anda mungkin juga menyukai