Anda di halaman 1dari 30

Gaya Coulomb

Gaya Coulomb merupakan gaya tarik menarik atau tolak menolak antar dua muatan, yang
besarnya selalu berbanding terbalik dengan kuadrat jaarak yang memisahkannya. Jika ada dua
buah muatan sejenis yang diletakkan dalam jarak d, maka untuk mencari muatan ketiga yang
gaya Coulomb-nya sama dengan nol harus diletakkan muatan diantara keduanya. Dengan jenis
muatan bisa sembarang (bisa positif atau negatif). Besarnya r1 dan r2 dapat dicari dengan
menggunakan persamaan berikut:

Jika dua buah muatan yang terpisah dalam jarak r adalah berlawanan jenis, maka muatan ketiga
ditempatkan dekat dengan muatan yang lebih kecil (tanda tidak menunjukkan besar atau kecil).
Persamaan untuk mencari jarak adalah:

Dua persamaan di atas (muatan sejenis dan berlainan jenis) dapat digunakan untuk mencari jarak
pada kasus gaya Coulomb maupun Medan listrik.
Medan Listrik
Medan listrik adalah ruanga disekitar benda bermuatan listrik di mana benda bermuatan listrik
lainnya yang diletakkan dalam ruang ini akan mendapat gaya listrik/ gaya Coulomb. Besaran
yang digunakan untuk menyatakan vektor medan listrik disebut kuat medan listrik. Kuat medan
listrik disekitar muatan listrik dilukiskan sebagai garis-garis gaya yang arahnya keluar dari
muatan positif dan masuk menuju muatan negatif.Untuk lebih jelasnya persamaan dan
penjelasan mengenai medan listrik dapat dibaca di sini.
Contoh soal dan pembahasan
1. Tiga muatan qA = 4 C, qB = -C dan qC = + 2C ditempatkan pada segitiga sama sisi yang
panjang sisinya 60 cm seperti pada berikut. Tentukan gaya yang dirasakan muatan di titik C!

Pembahasan:
Muatan C dipengaruhi dua gaya F AC tolak menolak (muatan sejenis) dan F BC tarik menarik
(muatan berlainan jenis). Besar kedua gaya itu memenuhi:

FAC = (k QA QB)/RAC2
= (9 x 109 x 4 x 10-6 x 2 x 10-6 )/(0,6)2

= 0,2 N
Besar qB sama dengan qA dan jaraknya ke qC juga sama berarti besar gaya yang dirasakan sama.
Jenis berbeda akan mempengaruhi arahnya.
Berarti FBC = FAC = 0,2 N.
FBC dan FAC membentuk sudut 120o maka resultannya dapat menggunakan metode jajar genjang
seperti pada gambar, sehingga besar resultan gaya Coloumb yang didapat adalah:

2. Dua muatan Q1 dan Q2 menimbulkan gaya tolak-menolak sebesar F pada saat jarak antara
keduanya R. Tentukanlah jarak antar kedua muatan jika gaya tolak menolak menjadi 4F!
Pembahasan:
F1/F2 = (r2/r1)2
F/4F = (r2/R)2
r2 = R
3. Muatan +q1 dan +q2 terpisah pada jarak 9 cm, jika q1 = 4q2.Tentukanlah jarak muatan ketiga
agar gaya Coulomb yang terjadi sama dengan nol!
Pembahasan:

Gaya Coulomb

Gambar 4.1.2. Interaksi dua muatan positif

Hukum gaya elektrostatik ini pertama kali ditemukan secara eksperimen oleh Coulomb dalam tahun 1784, sehingga
hukum ini dinamakan hukum Coulomb, dan bentuk persamaannya adalah :

F= k

.................................................(4.1.1)

Harga konstanta elektrostatik k adalah : k =

= 9,0109 N.m2/C2.

Besaran o ini disebut konstanta permitivitas ruang hampa yang harganya 8,8510-12 C2/N.m2.
Dalam bentuk vektor hukum Coulomb dapat dinyatakan dalam bentuk :

=k

(4.1.2)

Misalkan dua muatan q1 dan q2 berada pada jarak r seperti pada Gambar 4.1.5. Vektor satuan digunakan untuk
menyatakan arah

dan

pada muatan tersebut.

Gambar 4.1.5. Interaksi antara dua muatan

Gaya pada muatan q2 adalah

= k

Gaya pada muatan q1 adalah

=-k

Jika dua muatan mengerjakan gaya secara serentak pada muatan ketiga, maka gaya total yang dialami oleh muatan
ketiga itu di dapat dengan cara penjumlahan vektor.
CONTOH SOAL
1.

Dua muatan titik masing-masing sebesar 0,05 C dipisahkan pada jarak 10 cm. Tentukan (a) besarnya gaya
yang dilakukan oleh satu muatan pada muatan lainnya dan (b) Jumlah satuan muatan dasar pada masingmasing muatan.

Penyelesaian:
Kedua muatan dan gambar gaya yang bekerja seperti berikut.

Gambar 4.1.3

(a)

F=k

(b)

q = Ne

= 9 109

= 2,2510-3 N.

= 3,12 1011

N=
2.

Tiga muatan titik terletak pada sumbu x; q1 = 25 nC terletak pada titik asal, q2 = -10 nC berada pada x=2m,
dan qo = 20 nC berada pada x = 3,5 m. Tentukan gaya total pada qo akibat q1 dan q2.

Penyelesaian:
Ketiga muatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.1.4

F10 = k

= 9109

F20 = k

= 9109

= 0,367 N

Ftotal = F10 + F20 = 0,367 N - 0,799 N = - 0,432 n

= - 0,799 N

3.

Misalkan muatan positif total dan muatan negatif total di dalam sebuah uang tembaga dipisahkan sampai
sebuah jarak sehingga gaya tarik diantara muatan-muatan tersbut adalah 4,5 N. Berapakah seharusnya
jarak diantara muatan-muatan tersebut ?

Penyelesaian :
Berdasarkan persamaan 4.1.1, maka dengan mengambil q1q2 = q2 diperoleh :

Fl = k

r= q

=k

= 5,8 x 109 m

Tiga buah muatan q1, q2, dan q3 diletakkan pada titik seperti Gambar 4.1.6. Jika q1 = -1,0 10-6 C, q2 = +3,0 106
C, dan q3 = -2,0 10-6 C, r12 = 15 cm, r13 =10 cm, dan q = 30, tentukanlah gaya yang bekerja pada q1!

Gambar 4.1.6

Berdasarkan persamaan 4.1.1 dengan mengabaikan tanda-tanda muatan, karena kita hanya menghitung besarnya
gaya-gaya tersebut.

F12 = k

= 1,2 N

dan

F13 = k

= 1,8 N

Komponen-komponen gaya resultan F1 yang bekerja pada q1 adalah :


F1x = F12x + F13x = F12x + F13 sin = 2,1 N
dan

F1y = F12y + F13y = F12y - F13 cos = 0 (1,8N) cos 30 = -1,6 N.

Carilah besarnya F1 dan sudut yang dibuat F1 dengan sumbu x.

Medan Listrik
Interaksi listrik antara partikel bermuatan dapat dirumuskan dengan menggunakan konsep medan listrik. Untuk
menjelaskan pengertian medan listrik, perlu kiranya difahami dahulu arti medan itu sendiri. Medan adalah suatu
besaran yang mempunyai harga pada tiap titik dalam ruang. Suatu muatan listrik menghasilkan medan listrik di
daerah sekeliling muatan tersebut. Selanjutnya medan ini mengerjakan gaya pada setiap muatan lainnya yang
berada pada daerah tersebut.
Dengan demikian, medan listrik atau medan gaya listrik dapat diartikan sebagai besaran yang memiliki harga gaya
listrik pada tiap titik dalam ruang tersebut.

Gambar 4.1.8 Ilustrasi Medan Listrik


Misalkan benda A bermuatan q menghasilkan medan listrik di titik P. Bila di titik P diletakkan benda B bermuatan q o,
maka medan listrik ini mengerjakan gaya F pada muatan B. Jika besar muatan benda B adalah q o, maka
didefinisikan medan listrik (E) itu sebagai gaya (F) yang dialami oleh benda B per satuan muatan qo.

E = F/qo =k

=k

...........................................................(4.1.3)

Jadi, medan lisrik itu adalah gaya per satuan muatan, dan medan listrik merupakan besaran vektor.
Medan listrik dapat digambarkan dengan garis-garis gaya listrik yang menjauh (keluar) dari muatan positif dan masuk
muatan negatif. Garis-garis digambar simetris, meninggalkan atau masuk ke muatan. Jumlah garis yang
masuk/meninggalkan muatan sebanding dgn besar muatan. Kerapatan garis-garis pada sebuah titik sebanding
dengan besar medan listrik di titik itu. Gari-garis gaya itu, tidak ada yang berpotongan. Garis-garis medan listrik di
dekat tiap muatan hampir radial. Garis-garis medan listrik yang sangat rapat di dekat setiap muatan menunjukkan
medan listrik yang kuat di sekitar daerah ini. Perhatikan Gambar 4.1.10.

Gambar 4.1.10. Garis-garis gaya

Jika medan listrik di suatu titik itu disebabkan oleh banyak muatan, maka kuat medan listrik E adalah merupakan
jumlah vektor medan oleh masing-masing muatan itu.
E =E1 + E2 + E3 + . . . = Ei

E=

E=

+...

.....................................................................(4.1.4)

CONTOH SOAL
1.

Hitung kuat medan listrik pada jarak 1 cm dari sebuah muatan positif 10-6 coulomb.

Penyelesaian:

Gambar 4.1.9
Arah kuat medan listrik E adalah menjauhi muatan sumber q. Besar kuat medan listrik dihitung dengan :

E=k

2.

= (9 109)

= 9 107 NC-1.

Dua buah muatan titik q 1 = +12 nC, dan q 2 = -12 nC ditempatkan pada jarak 10 cm. Hitung medan listrik
yang ditimbulkan oleh kedua muatan ini pada titik a, b, dan c seperti pada Gambar.

Gambar 4.1.11.

Penyelesaian :
Medan pada titik a disebabkan oleh muatan q1 dan q2 dinyatakan dengan Ea1dan Ea2.

Ea1 = (9,0 109 Nm2 /C2)


= 3,0 104 N/C dengan arah menjauhi q1 (arah ke kanan)

Ea2 = (9,0 109 Nm2 /C2)


= -6,75 104 N/C dengan arah menuju q2 (arah ke kanan)
Jadi, arah Ea1 dan Ea2 adalah sama-sama ke kanan, oleh karena itu resultan :

Ea = Ea1+ Ea2 = 3,0 104 N/C + 6,75 104 N/C = 9,75 104 N/C (arah ke kanan)

Medan pada titik b disebabkan oleh muatan q1 dan q2 dinyatakan dengan Eb1dan Eb2.

Eb1 = (9,0 109 Nm2 /C2)


= 6,75 104 N/C dengan arah menjauhi q1 (arah ke kiri)

Eb2 = (9,0 109 Nm2 /C2)


= -0,55 104 N/C dengan arah menuju q2 (arah ke kanan)
Resultan meda di titik b yaitu :
Eb = Eb1+ Eb2
= 6,75 104 N/C - 0,55 104 N/C = 6, 20 104 N/C (arah ke kiri)

HUKUM OHM

Rumus Hambatan Listrik Seri


Hambatan dalam suatu rangkaian dapat dipasang secara seri, paralel, dan kombinasi
keduanya. Ketika dua atau lebih hambatan dihubungkan dari ujung ke ujung seperti pada
gambar di bawah ini, dikatakan hambatan dihubungkan secara seri.

Gambar: Contoh Hambatan Dihubungkan secara Seri

Muatan yang melewati R1 akan melewati R2 dan R3, sehingga arus I yang sama melewati

setiap hambatan.

Itot = I1 = I2 = I3
Jika dilihat dari rangkaian, tegangan sumber akan sama dengan jumlah tegangan dalam
setiap hambatan.

Vtot = V1 + V2 + V3
Berdasarkan hukum ohm maka tegangan untuk setiap hambatan adalah sebagai berikut.
V1 = IR1 ; V2 = IR2 ; V3 = IR3
Karena Vtot = V1 + V2 + V3
= IR1 + IR2 + IR3
= I(R1 + R2 + R3)

Vtot = IR

pengganti

dengan Rpengganti = R1 + R2 + R3
Persamaan ini berlaku untuk sejumlah hambatan berapa pun secara seri. Sebagai contoh,
jika baterai 12 V dihubungkan dengan resistor 4 , arus akan menjadi 3 A.
Akan tetapi jika baterai 12 V dihubungkan dengan tiga buah resistor 4 yang dirangkai
seri, hambatan totalnya 12 dan arus yang mengalir hanya sebesar 1 A.

Contoh Soal Hambatan (Resistor) Seri


Dua resistor 100 dihubungkan seri ke baterai 24,0 V. Berapa arus yang mengalir melalui
setiap resistor dan berapa hambatan penggantinya?
Penyelesaian:
Diketahui:
R1 = R2 = 100 (seri)
V = 24,0 V
Ditanya: I1, I2, dan Rpengganti
Jawab:
Vtot = V1 + V2
= IR1 + IR2
= I (R1 + R2)
I
= Vtot : (R1 + R2)
= 24,0 : (100+100)
= 0,12 A

Rpengganti = R1 + R2
= 100 + 100
= 200
Jadi, arus yang mengalir setiap hambatan adalah 0,12 A dengan hambatan pengganti 200
.

Rumus Hambatan Listrik Paralel


Cara sederhana lain untuk menghubungkan hambatan adalah paralel seperti pada gambar
di bawah ini

Gambar: Contoh Hambatan Disusun secara Paralel

Pada rangkaian paralel, arus total I yang meninggalkan baterai terbagi menjadi tiga cabang.
Karena muatan listrik tetap, arus yang masuk ke dalam titik cabang harus sama dengan
arus yang keluar dari titik cabang. Dengan demikian,

Itot = I1 + I2+ I3
Ketika hambatan terhubung paralel, masing-masing mengalami tegangan yang sama.
Dengan demikian, tegangan sumber diberikan pada setiap hambatan.

Vtot = V1 + V2 + V3
Untuk mengetahui hambatan pengganti pada rangkaian paralel maka:

Contoh Soal Hambatan Listrik (Resistor) Paralel


Berapa arus yang mengalir dari baterai yang ditunjukkan pada gambar berikut.

Penyelesaian:

Diketahui:
R1 = 400 ; R3 = 700
R2 = 500 ; V = 12,0 V
Ditanya: Itot?
Jawab:
R2 dan R3 dirangkai paralel, sehingga:

R1 dan Rp dirangkai seri, sehingga Rtot = R1 + Rp


Rtot = R1 + Rp
= 400 + 290
= 690
Jadi, hambatan bola tersebut adalah 690
Dengan Rtot = 690 , maka:

Jadi, arus yang mengalir dari baterai adalah 17 mA.

CONTOH SOAL

1. Tiga buah hambatan disusun secara seri, masing masing nilainya 4 ohm, 3 ohm dan 5
ohm. Hambatan ini kemudian dipasang pada tegangan 120 volt. Hitunglah besarnya
tegangan pada hambatan 3 ohm.
Jawab:
R1

= 4 ohm

R2

=3 ohm

R3

=5 ohm

V = 120 volt
Rtotal = 4 ohm + 3 ohm + 5 ohm = 12 ohm
V=I.R
I = V/Rtotal = 120 /12 = 10 A
V pada R2 (bernilai 3 ohm) adalah
VR2 = I X R2
= 10 X 3
= 30 volt
2. Tiga buah hambatan dihubungkan secara paralel. Hambatan tersebut masing masing
bernilai 2 ohm, 1 ohm dan 2 ohm. Jika rangkaian hambatan tersebut dihubungkan pada
tegangan 12 volt, hitunglah besarnya kuat arus total dan kuat arus yang mengalir pada
hambatan 1 ohm.
Jawab:
R1

= 2 ohm

R2

= 1 ohm

R3

= 2 ohm

V = 12 volt
1/Rtotal

= 1/R1 + 1/R2 + 1/R3

= + 1/1 +
= 4/2
Rtotal

= ohm

Kuat arus totalnya adalah:


V
Itotal

= Itotal X Rtotal
= V / Rtotal

= 12/(1/2)

= 24 ampere

Kuat arus pada resistor 1 ampere adalah


IR2

3.

= V / R2 = 12 / 1 =12 ampere

Hitunglah besar hambatan pengganti dari rangkain hambatan di bawah ini.

Karena rangkaian yang ujung bersifat terbuka sehingga arus tidak ada yang akan melewati resistor
7 ohm dan 14 ohm, maka kedua resistor tersebut tidak perlu dihitung sehingga rangkaian dapat
diubah menjadi seperti berikut.

Karena resistor 3 ohm, 2 ohm, 1 ohm, 2 ohm dan 4 ohm terhubung secara seri, maka kita dapat
menghitung hambatan totalnya (dari rangkaian seri 5 buah resitor tersebut) dengan menjumlahkan
sebagai berikut.
Rs

= 3 + 2 + 1 + 2 + 4 = 12 ohm

Rangkaian sekarang berubah menjadi seperti berikut.

Karena Rs dan resistor 6 ohm terhubung secara paralel, maka sekarang kita dapat menghitungnya
dengan rumus:
1/Rp= 1/Rs + 1/6
= 1/12 + 1/6
= 3/12
Rp

= 12/3
= 4 ohm

Sekarang rangkaian berubah seperti gambar berikut.

Karena masing masing resistor sudah terhubung seri maka sekarang kita tinggal menjumlahkan
ketiganya sehingga didapatkan sebagai berikut.
Rtotal = 2 ohm + 4 ohm + 3 ohm
= 9 ohm
Jadi hambatan total dari rangkaian di atas adalah 9 ohm
4. Sederhanakanlah rangkaian resistor berikut ini

Rangkaian di atas dapat pula kita gambarkan sebagai berikut.

Karena pada gambar terdapat tiga buah resistor 6 ohm yang terhubung secara paralel maka kita
dapat menghitungnya sebagai berikut.
1/Rp

= 1/6 + 1/6 + 1/6


= 3/6

Rp

= 6/3
= 2 ohm

Gambar rangkaiannya sekarang menjadi seperti berkut

Karena semua resistor sudah terhubung secara seri, maka untuk mencari hambatan totalnya kita
dapat menjumlahkan masing masing nilai resistor tersebut sehingga didapatkan nilai sebagai
berikut.
Rtotal

= 1 ohm + 4 ohm + 2 ohm + 12 ohm + 3 ohm

= 22 ohm

5. Carilah hambatan pengganti dari rangkaian hambatan berikut ini.

Dari gambar di atas, terlihat bahwa ada dua resistor yang terhubung paralel yaitu resistor 4 ohm.
Untuk pertama kali kita hitung dulu hambatan pengganti dari resistor paralel ini dengan rumus
berikut.
1/RP1

= + = 2/4

Rp1

= 4/2
= 2 ohm

Sekarang gambar rangkaian kita menjadi seperti berikut.

Karena resistor 2 ohm terhubung secara seri ke resistor R p1, maka sekarang kita tinggal hitung
hambatan seri keduanya dengan cara menjumlahkan seperti berikut.
Rs1

=2 ohm + Rs1

= 2 + 2 = 4 ohm

Gambar kita sekarang berubah sebagai berikut.

Karena Rs1 terhubung paralel dengan resistor 4 ohm, maka kita harus hitung dulu hambatan paralel
dari keduanya sebagai berikut.
1/ Rp2

= 1/ Rs1 +

Rp2

= 4/2

=+

=2/4

= 2 ohm
Sekarang rangkaian kita berubah menjadi seperti berikut.

Dari gambar terlihat bahwa resistor 2 ohm terhubung secara seri dengan resistor R p2, maka
sekarang kita tinggal hitung nilai hambatan seri antara keduanya seperti berikut.
Rs2

= 2 ohm + Rp2
=2+2
= 4 ohm

Gambar kita akan berubah seperti berikut.

Karena Rs2 terhubung secara paralel dengan resistor 4 ohm, maka kita hitung juga hambatan
paralel antara keduanya seperti berikut.
1/Rtotal = 1/Rs2 +
=+
= 2/4
Rtotal

= 4/2
= 2 ohm

6. hitunglah hambatan total dari rangkaian hambatan di bawah ini.

Untuk memudahkan gambar kita ubah dulu bentuknya menjadi seperti berikut.

Pertama kita hitung dulu hambatan seri kedua R 4 ohm seperti berikut.
Rs1

=4+4
= 8 ohm

Sekarang rangkaian kita menjadi seperti berikut.

Karena Rs1 terhubung secara paralel dengan hambatan 8 ohm, maka kita hitung dulu dengan cara
berikut.
1/Rp1

= 1/Rs1 + 1/8
= 1/8 + 1/8
= 2/8

Rp1

= 8/2
= 4 ohm

Sekarang gambar kita berubah seperti berikut.

Karena Rp1 terhubung secara seri dengan resistor 2 ohm maka kita hitung dulu hambatan pengganti
keduanya seperti berikut.
Rs2

= Rp1 + 2
=4+2
= 6 ohm

Gambar kita sekarang berubah menjadi seperti berikut.

Sekarang kita hitung dulu hambatan pengganti dari ketiga resistor di atas dengan cara berikut.
1/Rp2

= 1/Rs2 + 1/6 + 1/6


= 1/6 + 1/6 + 1/6
=3/6

Rp2

= 6/3
= 2 ohm

Sekarang rangkaian kita berubah seperti gambar berikut.

Karena hambatan yang tersisa terhubung secar seri, maka sekarang kita sudah bisa menghitung
hambatan total dari rangkaian dengan cara berikut.
Rtotal

= 7 ohm + Rp2
=7+2

= 9 ohm

Pengertian dan Bunyi Hukum Kirchhof


Dickson Kho Teori Elektronika

Pengertian dan Bunyi Hukum Kirchhof Hukum Kirchhoff merupakan salah satu
hukum dalam ilmu Elektronika yang berfungsi untuk menganalisis arus dan tegangan
dalam rangkaian. Hukum Kirchoff pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika
Jerman yang bernama Gustav Robert Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845. Hukum
Kirchhoff terdiri dari 2 bagian yaitu Hukum Kirchhoff 1 dan Hukum Kirchhoft 2.

Pengertian dan Bunyi Hukum Kirchhof 1


Hukum Kirchhoff 1 merupakan Hukum Kirchhoff yang berkaitan dengan dengan arah
arus dalam menghadapi titik percabangan. Hukum Kirchhoff 1 ini sering disebut juga
dengan Hukum Arus Kirchhoff atau Kirchhoffs Current Law (KCL).
Bunyi Hukum Kirchhoff 1 adalah sebagai berikut :
Arus Total yang masuk melalui suatu titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik
sama dengan arus total yang keluar dari titik percabangan tersebut.

Untuk lebih jelas mengenai Bunyi Hukum Kicrhhoff 1, silakan lihat rumus dan rangkaian

sederhana dibawah ini :


Berdasarkan Rangkaian diatas, dapat dirumuskan bahwa :
I1 + I 2 + I 3 = I 4 + I 5 + I 6

Contoh Soal Hukum Kirchhof 1


Dari rangkaian diatas, diketahui bahwa
I1 = 5A
I2 = 1A
I3 = 2A
Berapakah I4 (arus yang mengalir pada AB) ?
Penyelesaian :
Dari gambar rangkaian yang diberikan diatas, belum diketahui apakah arus I4 adalah
arus masuk atau keluar. Oleh karena itu, kita perlu membuat asumsi awal, misalnya kita
mengasumsikan arus pada I4 adalah arus keluar.
Jadi arus yang masuk adalah :
I2 + I3 = 1 + 2 = 3A

Arus yang keluar adalah :


I1 + I4 = 5 + I4
3 = 5 + I4
I4 = 3 5
I4 = -2
Karena nilai yang didapatkan adalah nilai negatif, ini berbeda dengan asumsi kita
sebelumnya, berarti arus I4 yang sebenarnya adalah arus masuk.

Pengertian dan Bunyi Hukum Kirchhof 2


Hukum Kirchhoff 2 merupakan Hukum Kirchhoff yang digunakan untuk menganalisis
tegangan (beda potensial) komponen-komponen elektronika pada suatu rangkaian
tertutup. Hukum Kirchhoff 2 ini juga dikenal dengan sebutan Hukum Tegangan Kirchhoff
atau Kirchhoffs Voltage Law (KVL).
Bunyi Hukum Kirchhoff 2 adalah sebagai berikut :
Total Tegangan (beda potensial) pada suatu rangkaian tertutup adalah nol

Untuk lebih jelas mengenai Bunyi Hukum Kirchhoff 2


silakan lihat rumus dan rangkaian sederhana dibawah ini :
Berdasarkan Rangkaian diatas, dapat dirumuskan bahwa :
Vab + Vbc + Vcd + Vda = 0

Contoh Soal Hukum Kirchhof

Perhatikan rangkaian diatas, nilai-nilai Resistor yang terdapat di rangkaian adalah


sebagai berikut :
R1 = 10
R2 = 20
R3 = 40
V1 = 10V
V2 = 20V
Berakah arus yang melewati resistor R3 ?
Penyelesaian :
Di dalam rangkaian tersebut, terdapat 3 percabangan, 2 titik, dan 2 loop bebas
(independent).
Gunakan Hukum Kirchhoff I (Hukum Arus Kirchhoff) untuk persamaan pada titik A dan
titik B
Titik A :

I1 + I2 = I 3

Titik B :

I3 = I1 + I 2

Gunakan Hukum Kirchhoff II (Hukum Tegangan Kirchhoff) untuk Loop 1, Loop 2 dan Loop
3.
Loop 1 :

10 = R1 x I1 + R3 x I3 = 10I1 + 40I3

Loop 2 :

20 = R2 x I2 + R3 x I3 = 20I2 + 40I3

Loop 3 :

10 20 = 10I1 20I2

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa I3 adalah hasil dari penjumlahan I1 dan I2,
maka persamaannya dapat kita buat seperti dibawah ini :
Persamaan 1 :

10 = 10I1 + 40(I1 + I2) = 50I1 + 40I2

Persamaan 2 :

20 = 20I2 + 40(I1 + I2) = 40I1 + 60I2

Jadi saat ini kita memiliki 2 persamaan, dari persamaan tersebut kita mendapatkan nilai
I1 dan I2sebagai berikut :
I1 = -0.143 Ampere
I2 = +0.429 Ampere
Seperti yang diketahui bahwa I3 = I1 + I2
Maka arus listrik yang mengalir pada R3 adalah -0.143 + 0.429 = 0.286 Ampere
Sedangkan Tegangan yang melewati R3 adalah 0.286 x 40 = 11.44 Volt
Tanda Negatif (-) pada arus I1 menandakan arah alir arus listrik yang diasumsikan dalam
rangkaian diatas adalah salah. Jadi arah alir arus listrik seharusnya menuju ke V1,
sehingga V2 (20V) melakukan pengisian arus (charging) terhadap V1.

CONTOH SOAL
diketahui:
Rangkaian pada soal bisa diubah menjadi seperti gambar berikut

a. berdasarkan Hukum I Kirchhoff,


I1 + I3 = I2 atau I1 = I2 I3 .(1)
Berdasarkan hukum II Kirchhoff untuk loop I diperoleh
E + IR = 0
-4 + (0,5 + 1 + 0,5)I1 + 6I2 = 0
I1 + 3I2 = 2 .. (1)
Berdasarkan hukum Kirchhoff II, untuk loop II diperoleh
E + IR = 0
2 (2,5 + 0,5)I1 + 6I2 = 0
3I3 6I2 = 2 . (3)
Substitusikan persamaan (1) ke (2), sehingga diperoleh
I1 = 6/9 A
I2 = 4/9 A dan I3 = -2/9 A
Jadi, kuat arus yang mengalir pada hambatan 1 adalah 2/9 A, yang mengalir pada hambatan 2,5
adalah 4/9 A, dan yang mengalir pada hambatan 6 adalah 2/9 A (tanda( ) menunjukan bahwa
arah arus berlawanan arah dengan arah pemisalan.

CONTOH SOAL
Diberikan sebuah rangkaian yang terdiri dari dua buah loop dengan data sebagai berikut :
E1 = 6 volt
E2 = 9 volt
E3 = 12 volt

Tentukan :
a) Kuat arus yang melalui R1 , R2 dan R3
b) Beda potensial antara titik B dan C
c) Beda potensial antara titik B dan D
d) Daya pada hambatan R1
Penyelesaian:

a) Kuat arus yang melalui R1 , R2 dan R3


Langkah-langkah standar :
- menentukan arah arus
- menentukan arah loop
- masukkan hukum kirchoff arus
- masukkan hukum kirchoff tegangan
- menyelesaikan persamaan yang ada
Misalkan arah arus dan arah loop seperti gambar berikut :

Hukum Kirchoff Arus dan Tegangan :

Loop 1

(Persamaan I)
Loop II

(Persamaan II)

Gabungan persamaan I dan II :

b) Beda potensial antara titik B dan C

c) Beda potensial antara titik B dan D

d) Daya pada hambatan R1

Anda mungkin juga menyukai