: Rahmina Harahap
Nim
: 1113015000037
: rahmina.harahap13@mhs.uinjkt.ac.id
TOKOH POLITIK ISLAM : AL-FARABI DAN AL-MAWARDI
AL-FARABI
Sosial-Politik Al-Farabi
Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkas ibn Auzalagh
demikian nama lengkapnya, dilahirkan di Uttar ( Farab ) pada 257 H/870 M,
dan meninggal dunia di Damakus pada 339 H/950 M dalam usia 80 tahun. Di
Eropa ia lebih dikenal dengan nama Alpha-rabius
Pada masa mudanya ia pernah belajar bahasa arab di Baghdad
kemudian belajar logika kepada Abu al-Basyar Matta Yunus dan belajar
filsafat pada Yuhanna ibn Khailan.
Ayahnya adalah seorang jendral berkebangsaaan Persia dan ibunya
berkebangsaan Turki. Al-Farabi pindah dari
setelah berusia kurang lebih 50
sehingga
Saif
al-Daulah
menyerbu
kota
Damaskus
dan
menguasainya.
Al-Farabi terkenal sebagai salah satu filsuf Islam yang memiliki
keahlian dalam banyak bidang keilmuan, dan memandang filsuf secara utuh,
sehingga filsuf Islam yang datang sesudahnya, seperti Ibnu Sina dan Ibnu
Rusyd, banyak mengambil dan mengupas system filsafatnya. Ia berusaha
untuk mengakhiri kontradiksi antara pemikiran Plato dan Aristoteles.
Risalahnya al-Jamu Baina Rayay al-Hakimain, Aflathun wa Aristhu. Dalam
bidang filsafat ia digelar dengan al-Muallim al-Tsani ( Guru kedua ), sedang
yang digelari sebagai al-Muallim al-Awwal ( Guru Pertama ) ialah aristoteles.
Hasil karya Al-Farabi sebenarnya sangat banyak, akan tetapi sangat sedikit
yang sampai kepada kita ( dikenal masyarakat ). Boleh jadi karena karangankarangan Al-Farabi hanya berupa risalah ( karangan pendek ), dan sedikit
sekali yang berupa buku besar yang mendalam pembicarannya. Kebanyakan
karangannya telah hilang dan yang masih ada kurang lebih 30 buah saja
yang ditulis dalam bahasa Arab.
Pada abad pertengahan, Al-Farabi sangat terkenal sehingga ornag-orang
Yahudi banyak mempelajari karangan-karangannya dan menerjemahkannya
ke dalam bahasa Ibrani. Sampai sekarang salinan-salinan tersebut masih
tersimpan
di
perpustakaan-perpustakaan
Eropa.
Ibnu
Sina
pernah
Bodoh
al-Madinah
al-Jahilah
yaitu
Negara
yang
sesat
al-madinah
al-Dhallah
yaitu
Negara
yang
tindakan,
cara,
hidup,
watak,
disposisi
positif
dan
akhlak.
hakiki (sebenarnya) tidak mungkin dapat diperoleh sekarang (di dunia ini),
tetapi sesudah kehidupan sekarang yaitu kehidupan akhirat. Namun
sekarang ini juga ada kebahagiaan yang nisbi seperti halnya kehormatan,
kekayaan, dan kesenangan yang dapat nampak dan dijadikan pedoman
hidup.
Ada dua macam problem politik yaitu:
1.
Pemerintah atas dasar penegakkan terhadap tindakan-tindakan yang
sadar, cara hidup, disposisi positif dasar ini dapat djadikan upaya untuk
mendapat kebahagiaan. Pemerintah atas dasar demikian disebut pemerintah
utama, dimana sebagai ciri kota-kota dan bangsa-bangsanya tunduk
terhadap pemerintah.
2.
Pemerintah atas dasar penegakkan terhadap tndakan-tindakan dan
watak-watak dalam rangka mencapai sesuatu yang diperkirakan mendapat
suatu kebahagiaan, maka muncul beraneka ragam bentuk pemerintah,
apabila yang dikejar kejayaan semata dapat dianggap sebagai pemerintah
yang rendah, jiak mengejar kehormatan, disebut pemerintah kehormatan,
dan pemerintahan bergantung kepada apa yang menjadi tujuannya.
Tujuan lain dari filsafat politik Al-Farabi adalah pembentukan
pemimpin-pemimpin politik yang handal pemimin politik memiliki fungsi
sebagai
dokter
yang
menyembuhkan
jiwa
sehingga
dengan
harus
digunakan
untuk
menjaga
nilai-nilai
yang
mampu
mengembangkan masyarakat.2
AL-MAWARDI
Al-mawardi merupakan salah satu tokoh pemikiran islam yang
terkenal, ia juga merupakan toko terkemuka mazhab syafii. Ia menjadi
hakim agung (Qadi al-Qudat) dalam pemerintahan abbsiyah disaat al-Qadir
2 Supriyadi Dedi, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), hlm.
80
seperti
jabatan
khalifah
dan
syarat-syaratnya,
cara
3 Drs. Muhammad Azhar, Ma.,filsafat politik (perbandingan antara islam dan barat),(
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1997 ), hal.81
4Dr. Muhammad Iqbal, M.ag dan Drs. H. Amin Husein Nasution, M.A., Pemikiran
Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia kontemporer, hlm. 10-16
berpendapat
bahwa
pemilihan
kepala
Negara
harus
memenuhi dua unsur , yaitu ahl al-ikhtiyar atau orang yang berwenang
untuk memilih kepala Negara, dan ahl al-Imamah atau orang yang berhak
menduduki jabatan kepala
Negara. Unsur
pertama
harus
memenuhi
wawasan
yang
luas
serta
kebijakan,
sehingga
dapat
system
pemerintahan.
Yang
pertama
adalah
kementrian
berasal dari suku Quraisy juga. Adapun kedua adalah kementrian yang
tugasnya hanyalah sebagai pelaksana kebijakan yang dibuat oleh kepala
Negara. Dia tidak memiliki wewenang mebuat
karenanya boleh dari selain suku Quraisy. Adanya syarat suku Quraisy
bagi wazir tafwidh ini memperlihatkan pemihakan Al-Mawardi terhadap
kekhalifahan Bani Abbas , sehingga supremasi Arab ( Quraisy ) masih
tetap dipertahankan.6
Mawardi telah meninggalkan bebrapa buah buku, yang didalamnya
mengandung politik dan administrasi kenegaraan sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Setia.
Iqbal Muhammad dan Amin Husein Nasution, 2010, Pemikiran Politik
Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia kontemporer, Jakarta: Kencana.
Sherwani, Haroon Kan, 1964, Mempelajari Pendapat Sarjana Islam
tentang Administrasi Negara, Penyalin M. Arief Lubis, Tintamas,