Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT karennan buku ini telah selesai
disusun. Buku ini dibuat pada tanggal 26 Januari 2020 pada pukul 11:22 PM. Penulis didalam
penyusunan buku ini menyadari buku ini dibuat dalam waktu 4 jam 11:22 PM – 4:00 AM dengan sistem
SKS yaitu Sistem Kebut Semalam karena didalam kelompok penyusunan buku ini hanya beberapa orang
saja yang mengerti menggunnakan Microsoft Word 2016, namun penulis meyakini sepenuhnya bahwa
sekecil apapun buku ini tetap akan memberikan manfaat kepada pembaca yang tidak malas membaca.
kritik dan saran sangat diterima oleh penulis, silahkan contact.
@hanif88m
MuhammadHanifff08@gmail.com
DAFTAR ISI

 Ketua Kelompok
Nabila Rahmani

 Anggota Kelompok
Siti Zahra Khairunnisa
Muhammad Hanif
Muhammad Naufal Hibatullah
Muhammad Ferhad Sultan
Muhammad Rafiqi A. W.
Deddy Kusuma
Eko Saputra

SEMESTER 2
 Teknologi Sejarah Pengetahuann dan Teknologi Islam
 Tokoh-Tokoh
1. Al – Farabi
2. Al – Batani
3. Ibnu Sina
4. Ibnu Batutah
5. Ibnu Rusyd
6. Muhammad Bin Musa Al – Khawarizmi
7. Umar Khayyam
8. Tsabit bin Qurrah
9. Muhammad Bin Zakariya Al-Razi
10. Abu Musa Jabir Bin Hayyan
Abu Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi

Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi' (870-950, Bangsa Turk: Farabi, Bahasa
Persia: ‫ ) محمد فارابی‬singkat Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam berasal dari
Farab, Kazakhstan. Ia juga dikenal dengan nama Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber
ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al-
Farabi, juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir.
Ada yang mengatakan Al-Farabi sebagai pengikut Syi’ah Imamiyah, tetapi pendapat ini tidak
kuat dan hanya didasarkan pada teks dalam salah satu karyanya yang mengatakan seorang
filusuf-raja sama dengan seorang imam. Hal ini pun didukung oleh fakta bahwa Al-Farabi
terpaksa melarikan diri ke Aleppo tahun 330 H/945 M saat Dinasti Buyid yang cenderung Syiah
menaklukan Baghdad yang Sunni
Al-Farabi berpakaian rapi sejak kecil. Ayahnya seorang opsir tentara Turki keturunan Persia,
sedangkan ibunya berdarah Turki asli. Sejak dini ia digambarkan memiliki kecerdasan istimewa
dan bakat besar untuk menguasai hampir setiap subyek yang dipelajari. Pada masa awal
pendidikannya ini, al-Farabi belajar al-Qur’an, tata bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu agama
(fiqh, tafsir dan ilmu hadits) dan aritmatika dasar. Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan
musik di Bukhara, dan tinggal di Kazakhstan sampai umur 50. Ia pergi ke Baghdad untuk
menuntut ilmu di sana selama 20 tahun. Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di Baghdad yaitu
kira-kira pada tahun 920 M, al Farabi kemudian mengembara di kota Harran yang terletak di
utara Syria, di mana saat itu Harran merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil. Ia
kemudian belajar filsafat dari Filsuf Kristen terkenal yang bernama Yuhana bin Jilad.
Tahun 940M, al Farabi melajutkan pengembaraannya ke Damaskus dan bertemu dengan Sayf al
Dawla al Hamdanid, Kepala daerah (distrik) Aleppo, yang dikenal sebagai simpatisan para Imam
Syi’ah. Kemudian al-Farabi wafat di kota Damaskus pada usia 80 tahun (Rajab 339 H/ Desember
950 M) pada masa pemerintahan Khalifah Al Muthi’ (masih dinasti Abbasiyyah).
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulng di dunia Islam. Meskipun
kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal para filsuf Yunani; Plato,
Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang
seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku
tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia
juga dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik.
Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al-
Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian

1. Logika
2. Ilmu-ilmu Matematika
3. Ilmu Alam
4. Teologi
5. Ilmu Politik dan kenegaraan
6. Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).

Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama) yang
membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan
antara rejim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah islam. Filsafat
politik Al-Farabi, khususnya gagasannya mengenai penguasa kota utama mencerminkan
rasionalisasi ajaran Imamah dalam Syi'ah.

Menurut Al-Farabi manusia merupakan warga negara yang merupakan salah satu syarat
terbentuknya negara. Oleh karena manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan
bantuan orang lain, maka manusia menjalin hubungan-hubungan (asosiasi). Kemudian, dalam
proses yang panjang, pada akhirnya terbentuklah suatu Negara. Menurut Al-Farabi, negara
atau kota merupakan suatu kesatuan masyarakat yang paling mandiri dan paling mampu
memenuhi kebutuhan hidup antara lain: sandang, pangan, papan, dan keamanan, serta mampu
mengatur ketertiban masyarakat, sehingga pencapaian kesempurnaan bagi masyarakat menjadi
mudah. Negara yang warganya sudah mandiri dan bertujuan untuk mencapai kebahagiaan yang
nyata, menurut al-Farabi, adalah Negara Utama.
Keberadaan warga negara sangat penting karena warga negaralah yang menentukan
sifat, corak serta jenis negara. Menurut Al-Farabi perkembangan dan/atau kualitas negara
ditentukan oleh warga negaranya. Mereka juga berhak memilih seorang pemimpin negara, yaitu
seorang yang paling unggul dan paling sempurna di antara mereka.
Negara Utama dianalogikan seperti tubuh manusia yang sehat dan utama, karena secara alami,
pengaturan organ-organ dalam tubuh manusia bersifat hierarkis dan sempurna. Ada tiga
klasifikasi utama:
 Pertama, jantung. Jantung merupakan organ pokok karena jantung adalah organ pengatur
yang tidak diatur oleh organ lainnya.

 Kedua, otak. Bagian peringkat kedua ini, selain bertugas melayani bagian peringkat pertama,
juga mengatur organ-ogan bagian di bawahnya, yakni organ peringkat ketiga, seperti: hati,
limpa, dan organ-organ reproduksi.

 Organ bagian ketiga. Organ terbawah ini hanya bertugas mendukung dan melayani organ
dari bagian atasnya.

Al-Farabi membagi negara ke dalam lima bentuk, yaitu:

1. Negara Utama (Al-Madinah Al-Fadilah): negara yang dipimpin oleh para nabi dan
dilanjutkan oleh para filsuf; penduduknya merasakan kebahagiaan.
2. Negara Orang-orang Bodoh (Al-Madinah Al-Jahilah): negara yang penduduknya tidak
mengenal kebahagiaan.
3. Negara Orang-orang Fasik: negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, tetapi
tingkah laku mereka sama dengan penduduk negara orang-orang bodoh.
4. Negara yang Berubah-ubah (Al-Madinah Al-Mutabaddilah): pada awalnya penduduk
negara ini memiliki pemikiran dan pendapat seperti penduduk negara utama, tetapi
kemudian mengalami kerusakan.
5. Negara Sesat (Al-Madinah Ad-dallah): negara yang dipimpin oleh orang yang
menganggap dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia menipu orang banyak dengan
ucapan dan perbuatannya.
Abdullah Muhammad ibn Jabir Sinan al-Raqqi
al-Harrani al-Sabi al-Battani

Al Battani (sekitar 850 - 923) adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Al
Battani (Bahasa Arab ‫ ; البتاني الصابي الحراني سنان بن جابر بن محمد هللا عبد أبو‬nama lengkap: Abū
ʿAbdullāh Muḥammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-Ḥarrani aṣ-Ṣabiʾ al-Battānī), lahir
di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun
matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.
Ia adalah anak dari ilmuwan astronomi, Jabir Ibn San'an Al-Battani. Keluarga Al-Battani
merupakan penganut sekte Sabian yang melakukan ritual penyembahan terhadap bintang.
Namun, Al-Battani tidak mengikuti jejak nenek moyangnya. Ia memilih memeluk agama Islam.
Secara informal, Al-Battani dididik ayahnya yang juga seorang ilmuwan. Sejak kecil, ia sudah
menunjukkan ketertarikannya pada bidang keilmuan yang digeluti ayahnya. Ketertarikan pada
benda-benda yang ada di langit membuat Al-Battani kemudian menekuni bidang astronomi
tersebut. Kemudian, Al-Battani kecil mengikuti keluarganya pindah ke Raqqah. Di tempat baru
ini ia mulai menekuni bidang astronomi, mulai dari melakukan beragam penelitian hingga
menemukan berbagai penemuan cemerlang. Sayang, tidak ada data spesifik mengenai
pendidikan formal Al-Battani. Misalnya, tidak ada data yang menyebutkan di mana Al-Battani
belajar sains.
Dalam literatur hanya disebutkan bahwa semasa mudanya Al-Battani belajar di Raqqah. Di
tempat barunya itu, ia tekun mempelajari teks-teks kuno, khususnya karya Ptolomeus, yang
kemudian menuntunnya untuk terus mempelajari astronomi. Bidang keilmuan yang ditekuninya
itu kelak membuatnya menjadi terkenal tidak hanya di kalangan umat Muslim, melainkan juga di
dunia Barat.
Al-Battani terpesona dengan teori kosmologi geosentris yang berkembang pertama kali di
Yunani. Meskipun Al-Battani adalah pengikuti teori kosmologi geosentris Ptolomeus, namun
data observasinya berjasa bagi Nicholas Copernicus untuk mengembangkan teori kosmologi
heliosentris yang turut mempelopori revolusi sain pada abad ke-16 dan 17.
Keleluasaan Al-Battani dalam mempelajari teks-teks kuno, khususnya karya Ptolomeus, yang
mendorongnya menemukan teori baru dan berkontribusi besar dalam trigonometri, tidak lepas dari
kejayaan yang dicapai oleh Dinasti Abbasiyah, terutama pada era Khalifah Harun al Rasyid (786-809 M)
dan putranya al-Makmun (813-833 M). Pada masa itu, misalnya, Dinasti Abbasiyah mengirim tentaranya
menuju Mesir, Syiria, dan sepanjang tepi barat Laut Mediterania. Dalam penaklukan tersebut, dikuasai
pula perpustakaan-perpustakaan kuno, salah satunya yang terkenal di Alexandria, Mesir. Pemimpin yang
berkuasa saat itu kemudian memerintahkan untuk menerjemahkan manuskrip-manuskrip itu ke dalam
Bahasa Arab.

Al-Battani yang lahir dan besar saat ilmu pengetahuan berkembang pesat, membuatnya cukup
leluasa untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang disenanginya. Ia membaca manuskrip-
manuskrip ilmu pengetahuan, khususnya karya Ptolomeus, yang kemudian menuntunnya untuk
terus mempelajari astronomi. Namun, para astronom Arab, termasuk Al-Battani tidak hanya
berkiblat pada Ptolomeus. Mereka melakukan pengamatan sendiri dan sering melakukan
penelitian kembali dengan menggunakan instrumen yang lebih baik. Selama Al-Battani sibuk
melakukan observasi tentang astronomi antara tahun 878 hingga 918, ia tertarik pada konsep
matematika dari ilmuwan yang mengembangkan ilmunya di India. Konstribusi terbesar Al-
Battani pada ilmu astronomi adalah pengenalan penggunaan trigonometri. Konstribusi ini
memberikan pengetahuan baru mengenai penghitungan matematika yang lebih kompleks bagi
para astronom lain dan masih digunakan hingga sekarang.
Ia meninggal pada tahun 929 di Qar al-Jiss (sekarang di Irak modern) dalam perjalanan pulang
dari Bagdad. Berabad-abad setelah kematian Al-Battani, ringkasan pemikirannya yang
terangkum dalam Kitab al-Zij masih digunakan sebagai pedoman pada zaman Renaisance dan
memberikan banyak pengaruh terhadap astronom dan astrolog Barat. (Joseph A. Angelo,
JR, Encyclopedia of Space and Astronomy, 2006).
Al-Battani dianggap sebagai astronom terbaik dan terkenal dari peradaban Islam pada abad
pertengahan. Salah satu karyanya yang paling populer, yakni Kitab al-Zij, kemudian pada abad
ke-12 diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Robertus Retinensis. Pada abad ke-13, Raja
Alfonso dari Spanyol kembali menterjemahkan Kitab al Zij tersebut.
Ibnu Sina ( Avicenna )

Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai "Avicenna" di dunia Barat adalah seorang filsuf,
ilmuwan, dan dokter kelahiran Persia (sekarang Iran). Ia juga seorang penulis yang produktif
yang sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan kedokteran. Bagi banyak orang, dia
adalah "Bapak Kedokteran Modern". Karyanya yang sangat terkenal adalah al-Qānūn fī aṭ-
Ṭibb yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ‫ ابوعلى سينا‬Abu
Ali Sina, Arab : ‫)أبو علي الحسين بن عبد هللا بن سينا‬. Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnah daerah
dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan dan meninggal bulan
Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di antaranya
memusatkan pada filosofi dan kedokteran. " George Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling
terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat dan waktu".
Karyanya yang paling terkenal adalah Kitab Penyembuhan dan Qanun Kedokteran (Al-Qanun fi
At Tibb).
Ibnu Sina merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dokter, dan penulis aktif yang lahir di zaman
keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut ilmuwan-ilmuwan muslim banyak
menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia dan India. Teks Yunani dari zaman
Plato, sesudahnya hingga zaman Aristoteles secara intensif banyak diterjemahkan dan
dikembangkan lebih maju oleh para ilmuwan Islam. Pengembangan ini terutama dilakukan oleh
perguruan yang didirikan oleh Al-Kindi. Pengembangan ilmu pengetahuan pada masa ini
meliputi matematika, astronomi, Aljabar, Trigonometri, dan ilmu pengobatan.[4]. Pada
zaman Dinasti Samayid dibagian timur Persian wilayah Khurasan dan Dinasti Buyid dibagian
barat Iran dan Persian memberi suasana yang mendukung bagi perkembangan keilmuan dan
budaya. Di zaman Dinasti Samaniyah, Bukhara dan Baghdad menjadi pusat budaya dan ilmu
pengetahun dunia Islam.
Ilmu-ilmu lain seperti studi tentang Al-Quran dan Hadist berkembang dengan perkembangan
dengan suasana perkembangan ilmiah. Ilmu lainya seperti ilmu filsafat, Ilmu Fikih, Ilmu
Kalam sangat berkembang dengan pesat. Pada masa itu Al-Razi dan Al-Farabi menyumbangkan
ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu pengobatan dan filsafat. Pada masa itu Ibnu Sina memiliki
akses untuk belajar di perpustakaan besar di wilayah Balkh, Khwarezmia, Gorgan, Kota
Ray, Kota Isfahan dan Hamedan. Selain fasilitas perpustakaan besar yang memiliki banyak
koleksi buku, pada masa itu hidup pula beberapa ilmuwan muslim seperti Abu Raihan Al-
Biruni seorang astronom terkenal, Aruzi Samarqandi, Abu Nashr Mansur seorang
matematikawan terkenal dan sangat teliti, Abu al-Khayr Khammar seorang fisikawan dan
ilmuwan terkenal lainya.
Ibnu Sina lahir 980 masehi di Afsana, sebuah desa dekat Bukhara (sekarang dikenal
dengan Uzbekistan), ibukota Samaniyah, sebuah dinasti Persia di Central Asia dan Greater
Khorasan. Ibunya, bernama Setareh, berasal dari Bukhara; ayahnya, Abdullah, adalah seorang
Ismaili yang dihormati, sarjana dari Balkh, sebuah kota penting dari Kekaisaran Samanid
(sekarang dikenal dengan provinsi Balkh, Afghanistan). Ayahnya bekerja di pemerintahan
Samanid di desa Kharmasain, kekuatan regional Sunni. Setelah lima tahun, adiknya, Mahmoud
lahir. Ibnu Sina sejak kecil mulai mempelajari Al-Quran dan sasta, kira-kira sebelum ia berusia
10 tahun.
Sejumlah teori telah diusulkan mengenai madhab (pemikiran dalam islam) Ibnu Sina. Sejarawan
abad pertengahan Zahir al-din al-Baihaqi (d. 1169) menganggap Ibnu Sina menjadi
pengikut Ikhwan al-Safa. Di sisi lain, Dimitri Gutas bersama dengan Aisha Khan dan Jules J.
Janssens menunjukkan bahwa Avicenna adalah Sunni Hanafi. Namun, abad ke-14 Shia faqih
Nurullah Shushtari menurut Seyyed Hossein Nasr, menyatakan bahwa ia kemungkinan besar
adalah bermadhab Dua Belas Syiah. Sebaliknya, Sharaf Khorasani, mengutip penolakan
undangan dari Gubernur Sunni Sultan Mahmud Ghazanavi oleh Ibnu Sina di istananya, percaya
bahwa Ibnu Sina adalah Ismaili. Perbedaan pendapat serupa ada pada latar belakang keluarga
Avicenna, sedangkan beberapa penulis menganggap mereka Sunni, beberapa lagi menganggap
bahwa dia adalah Syiah.
FILSAFAT
Ibnu Sina menulis secara ekstensif pada filsafat Islam awal, terutama mata pelajaran logika,
etika, dan metafisika, termasuk risalah bernama Logika dan Metafisika. Sebagian dari karya-
karyanya ditulis dalam bahasa Arab - maka bahasa ilmu di Timur Tengah - dan beberapa dalam
bahasa Persia. Signifikansi linguistik bahkan sampai hari ini adalah beberapa buku yang ia tulis
dalam bahasa Persia hampir murni (terutama Danishnamah-yi 'Ala', Filsafat untuk Ala 'ad-
Dawla').
Buku tentang Penyembuhan menjadi tersedia di Eropa dalam terjemahan Latin parsial beberapa
puluh tahun setelah komposisi, dengan judul Sufficientia, dan beberapa penulis telah
mengidentifikasi "Latin Avicennism" sebagai berkembang untuk beberapa waktu, sejalan dengan
lebih berpengaruh Latin Averroism, tetapi ditekan oleh dekret Paris dari 1210 dan 1215.
psikologi dan teori pengetahuan Avicenna dipengaruhi William dari Auvergne, Uskup Paris dan
Albertus Magnus, sementara metafisika berdampak pada pemikiran Thomas Aquinas.
Metafisik
Filsafat dan Islam metafisika Islam awal, dijiwai karena dengan teologi Islam, membedakan
lebih jelas daripada Aristotelianisme antara esensi dan eksistensi. Sedangkan keberadaan adalah
domain dari kontingen dan disengaja, esensi bertahan dalam makhluk luar disengaja. Filsafat
Ibnu Sina, terutama bagian yang berkaitan dengan metafisika, berutang banyak al-Farabi.
Pencarian untuk filsafat Islam definitif terpisah dari okasionalisme dapat dilihat pada apa yang
tersisa dari karyanya.
Setelah memimpin al-Farabi, Ibnu Sina memulai penyelidikan penuh ke dalam pertanyaan dari
makhluk, di mana ia membedakan antara esensi (Mahiat) dan keberadaan (Wujud). Dia
berargumen bahwa fakta keberadaan tidak dapat disimpulkan dari atau dicatat dengan esensi dari
hal-hal yang ada, dan bentuk yang dan materi sendiri tidak dapat berinteraksi dan berasal
gerakan alam semesta atau aktualisasi progresif hal yang ada. Keberadaan harus, karena itu,
disebabkan agen-penyebab yang mengharuskan, mengajarkan, memberikan, atau menambah
eksistensi ke esensi. Untuk melakukannya, penyebabnya harus menjadi hal yang ada dan hidup
berdampingan dengan efeknya.
Pertimbangan Avicenna dari pertanyaan esensi-atribut dapat dijelaskan dalam hal analisis
ontologis tentang modalitas menjadi; yaitu kemustahilan, kontingensi, dan kebutuhan. Avicenna
berpendapat bahwa makhluk tidak mungkin adalah bahwa yang tidak bisa eksis, sementara
kontingen sendiri (mumkin bi-dhatihi) memiliki potensi untuk menjadi atau tidak menjadi tanpa
yang melibatkan kontradiksi. Ketika diaktualisasikan, kontingen menjadi 'ada diperlukan karena
apa yang selain itu sendiri' (wajib al-wujud bi-ghayrihi). Jadi, kontingensi dalam dirinya adalah
potensi beingness yang akhirnya bisa diaktualisasikan oleh penyebab eksternal selain itu sendiri.
Struktur metafisik kebutuhan dan kontinjensi berbeda. makhluk diperlukan karena itu sendiri
(wajib al-wujud bi-dhatihi) benar dalam dirinya sendiri, sedangkan makhluk kontingen adalah
'palsu dalam dirinya sendiri' dan 'benar karena sesuatu yang lain selain itu sendiri'. Yang
diperlukan adalah sumber keberadaan sendiri tanpa adanya dipinjam. Ini adalah apa yang selalu
ada.
The Necessary ada 'karena-to-Its-Self', dan tidak memiliki hakikat / esensi (mahiyya) selain
keberadaan (wujud). Selanjutnya, Ini adalah 'One' (wahid ahad) karena tidak bisa ada lebih dari
satu 'Diperlukan-yang Ada-karena-to-Hakikat' tanpa differentia (fasl) untuk membedakan
mereka dari satu sama lain. Namun, untuk meminta differentia mensyaratkan bahwa mereka ada
'karena-to-diri' serta 'karena apa yang selain diri mereka sendiri'; dan ini bertentangan. Namun,
jika tidak ada differentia membedakan mereka dari satu sama lain, maka tidak ada rasa di mana
ini 'Existent' tidak satu dan sama. Ibnu Sina menambahkan bahwa 'Diperlukan-yang Ada-karena-
to-Hakikat' tidak memiliki genus (jins), atau definisi (hadd), maupun rekan (nTambahkan) atau
berlawanan (melakukan), dan terlepas (bari) dari materi (madda), kualitas (kayf), kuantitas
(kam), tempat (ain ), situasi (segumpal), dan waktu (waqt).

Teologi
Avicenna adalah seorang Muslim yang taat dan berusaha untuk mendamaikan filsafat rasional
dengan teologi Islam. Tujuannya adalah untuk membuktikan keberadaan Tuhan dan ciptaan-Nya
dari dunia ilmiah dan melalui akal dan logika. Avicenna tentang teologi Islam (dan filsafat) yang
sangat berpengaruh, membentuk bagian dari inti kurikulum di sekolah-sekolah agama Islam
sampai abad ke-19. Ibnu Sina menulis sejumlah risalah singkat berurusan dengan teologi Islam.
Ini risalah disertakan pada nabi (yang ia dipandang sebagai "filsuf terinspirasi"), dan juga pada
berbagai penafsiran ilmiah dan filosofis dari Quran, seperti bagaimana Quran kosmologi sesuai
dengan sistem filsafat sendiri. Secara umum risalah ini terkait tulisan-tulisan filosofis ide-ide
agama Islam; misalnya, akhirat tubuh.
Ada petunjuk singkat sesekali dan sindiran dalam bukunya lagi bekerja namun yang Avicenna
dianggap filsafat sebagai satu-satunya cara yang masuk akal untuk membedakan nubuatan nyata
dari ilusi. Dia tidak menyatakan ini lebih jelas karena implikasi politik dari teori semacam itu,
jika nubuat bisa dipertanyakan, dan juga karena sebagian besar waktu ia menulis karya pendek
yang berkonsentrasi pada menjelaskan teori-teorinya tentang filsafat dan teologi jelas, tanpa
menyimpang ke mempertimbangkan hal-hal epistemologis yang hanya bisa dipertimbangkan
oleh filsuf lain.
Kemudian interpretasi dari Avicenna filsafat dibagi menjadi tiga sekolah yang berbeda; mereka
(seperti al-Tusi) yang terus menerapkan filosofinya sebagai sistem untuk menafsirkan peristiwa
politik kemudian dan kemajuan ilmiah; mereka (seperti al-Razi) yang dianggap karya teologis
Avicenna dalam isolasi dari keprihatinan filosofis yang lebih luas; dan mereka (seperti al-
Ghazali) yang selektif digunakan bagian dari filsafat untuk mendukung upaya mereka sendiri
untuk mendapatkan wawasan spiritual yang lebih besar melalui berbagai cara mistis. Itu
interpretasi teologis diperjuangkan oleh orang-orang seperti al-Razi yang akhirnya datang untuk
mendominasi di madrasah.
Avicenna menghafal Al Qur'an pada usia sepuluh, dan sebagai orang dewasa, ia menulis lima
risalah mengomentari surah dari Al-Qur'an. Salah satu teks-teks ini termasuk Bukti Nubuat, di
mana dia komentar pada beberapa ayat-ayat Alquran dan memegang Quran di harga tinggi.
Avicenna berpendapat bahwa nabi Islam harus dianggap lebih tinggi dari filsuf.
Eksperimen pikiran
Sementara ia dipenjarakan di kastil Fardajan dekat Hamadhan, Ibnu Sina menulis yang terkenal
"Mengambang Man" nya - benar jatuh man - percobaan berpikir untuk menunjukkan manusia
kesadaran diri dan kekukuhan dan tidak material jiwa. Ibnu Sina percaya nya "Mengambang
Man" eksperimen pikiran menunjukkan bahwa jiwa adalah substansi, dan mengklaim manusia
tidak dapat meragukan kesadaran mereka sendiri, bahkan dalam situasi yang mencegah semua
input data sensorik. Pikiran percobaan kepada pembacanya untuk membayangkan diri mereka
diciptakan sekaligus sementara ditangguhkan di udara, terisolasi dari semua sensasi, yang
mencakup tidak ada kontak sensorik bahkan dengan tubuh mereka sendiri. Dia berargumen
bahwa, dalam skenario ini, kita masih akan memiliki kesadaran diri. Karena dapat dibayangkan
bahwa seseorang, ditangguhkan sementara udara terputus dari pengalaman rasa, masih akan
mampu menentukan eksistensi sendiri, poin pemikiran percobaan untuk kesimpulan bahwa jiwa
adalah kesempurnaan, independen dari tubuh dan immaterial zat. The conceivability ini
"Mengambang Man" menunjukkan bahwa jiwa dianggap intelektual, yang mencakup
keterpisahan jiwa dari tubuh. Avicenna disebut kecerdasan manusia hidup, terutama intelek aktif,
yang ia percaya untuk menjadi hypostasis yang melaluinya Tuhan berkomunikasi kebenaran
kepada pikiran manusia dan menanamkan ketertiban dan kejelasan dengan alam.

Karya Ibnu Sina


Jumlah karya yang ditulis Ibnu Sina (diperkirakan antara 100 sampai 250 buah judul). Kualitas
karyanya yang bergitu luar biasa dan keterlibatannya dalam praktik kedokteran, mengajar, dan
politik, menunjukkan tingkat kemampuan yang luar biasa. Beberapa Karyanya yang sangat
terkenal di antara lain :

 Qanun fi Thib (Canon of Medicine) (Terjemahan bebas : Aturan Pengobatan)


 Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
 An Najat
 Mantiq Al Masyriqin (Logika Timur)
Selain karya filsafatnya tersebut, Ibnu Sina meninggalkan sejumlah esai dan syair. Beberapa
esainya yang terkenal adalah :

 Hayy ibn Yaqzhan


 Risalah Ath-Thair
 Risalah fi Sirr Al-Qadar
 Risalah fi Al- 'Isyq
 Tahshil As-Sa'adah
Dan beberapa Puisi terpentingnya yaitu :

 Al-Urjuzah fi Ath-Thibb
 Al-Qasidah Al-Muzdawiyyah
 Al-Qasidah Al- 'Ainiyyah
Muhammad bin Batutah ( Ibnu Batutah )

Ibnu Batutah atau Muhammad bin Batutah (Bahasa Arab: ‫ )محمد ابن بطوطة‬yang bernama
lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Lawati At-Tanji bin Batutah (Bahasa
Arab: ‫ )أبو عبد هللا محمد بن عبد هللا اللواتي الطنجي بن بطوطة‬adalah seorang alim
(cendekiawan) Maroko yang pernah berkelana ke berbagai pelosok dunia pada Abad
pertengahan Dalam jangka waktu tiga puluh tahun, Ibnu Batutah menjelajahi sebagian
besar Dunia Islam dan banyak negeri non-Muslim, termasuk Afrika Utara, Tanduk
Afrika, Afrika Barat, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Tenggara, Asia Selatann dan Tiongkok
Menjelang akhir hayatnya, ia meriwayatkan kembali pengalaman-pengalamannya menjelajahi
dunia untuk dibukukan dengan judul Hadiah Bagi Para Pemerhati Negeri-Negeri Asing dan
Pengalaman-Pengalaman Ajaib (Bahasa Arab: ‫تحفة النظار في غرائب األمصار وعجائب األسفار‬, Tuḥfatun
Nuẓẓār fī Gharāʾibil Amṣār wa ʿAjāʾibil Asfār), yang lazim disebut Lawatan (Bahasa
Arab: ‫الرحلة‬, Ar-Rihlah).[4] Riwayat perjalanan Ibnu Batutah menyajikan gambaran tentang
peradaban Abad Pertengahan yang sampai sekarang masih dijadikan sumber rujukan.
Segala hal-ihwal terkait jati diri dan kehidupan pribadi Ibnu Batutah yang diketahui orang
sekarang ini bersumber dari riwayat hidupnya yang termaktub dalam Ar-Rihlah. Menurut sumber
ini, Ibnu Batutah adalah seorang keturunan Berber, terlahir sebagai putra keluarga Ulama
Fikih di Tanjah (Tangier), Maroko, pada 24 Februari 1304 (703 Hijriah), manakala Maroko
diperintah oleh sultan-sultan dari Bani Marin. Ia mengaku masih terhitung sebagai keturunan
dari salah satu suku Berber, yakni suku Lawata. Pada masa mudanya, Ibnu Batutah mendalami
ilmu fikih di sebuah madrasah Suni bermazhab Maliki, yakni bentuk pendidikan yang paling
banyak terdapat di Afrika Utara kala itu. Umat Muslim dari mazhab Maliki meminta Ibnu
Batutah menjadi kadi (hakim syariat) mereka, karena ia berasal dari negeri yang mengamalkan
mazhab Maliki.
Ikhtisar perjalanan 1325–1332

Pertama kali berhaji


Pada bulan Juni 1325, saat berusia dua puluh satu tahun, Ibnu Batutah berangkat meninggalkan
kampung halamannya untuk menunaikan ibadah haji, yakni perjalanan ziarah ke Mekah, yang
kala itu lazim memakan waktu enam belas bulan. Ia tidak pernah lagi melihat Maroko selama
dua puluh empat tahun semenjak keberangkatannya ke Mekah.]
Aku berangkat seorang diri, tanpa kawan seperjalanan sebagai pelipur lara, tanpa iring-iringan
kafilah yang dapat kuikuti, namun didorong oleh hasrat yang menggebu-gebu di dalam diriku,
dan impian yang sudah lama terpendam di dalam sanubariku untuk berziarah ke tempat-tempat
suci yang mulia ini. Jadi, kubulatkan tekadku untuk meninggalkan orang-orang terkasih,
perempuan maupun laki-laki, dan menelantarkan rumahku laksana burung-burung
menelantarkan sarang-sarangnya. Alangkah berat rasanya berpisah dari kedua orang tuaku, yang
masih hidup kala itu, dan baik beliau berdua maupun diriku sendiri sungguh-sungguh berduka
karena harus berpisah.
Ibnu Batutah berangkat ke Mekah melalui jalur darat, menyusuri kawasan pesisir Afrika Utara,
melintasi wilayah kesultanan Bani Abdul Wad dan wilayah kesultanan Bani Hafsi. Ia melewati
Kota Tlemsan, Kota Bijayah, dan kemudian singgah selama dua bulan di Kota Tunis.Demi
keamanan, Ibnu Batutah seringkali berangkat bersama rombongan kafilah agar terhindar dari
aksi perampokan. Ia bahkan sempat pula menikah di Kota Sifaks.Pernikahannya di Sifaks adalah
pernikahan pertama dari serentetan pernikahan yang kelak dilakukannya selama berkelana
menjelajahi pelosok-pelosok dunia.
Setelah pulang ke kampung halaman pada 1354, atas anjuran Sultan Abu Inan Faris, penguasa
Maroko dari Bani Marin, Ibnu Batutah meriwayatkan petualangan-petualangannya kepada Ibnu
Juzay, seorang alim yang pernah ia jumpai di Granada. Riwayat yang disusun oleh Ibnu Juzay
inilah satu-satunya sumber informasi tentang petualangan-petualangan Ibnu Batutah. Judul
lengkap dari naskah yang disusun oleh Ibnu Juzay ini adalah Hadiah Bagi Para Pemerhati
Negeri-Negeri Asing dan Pengalaman-Pengalaman Ajaib (bahasa Arab: ‫تحفة النظار في غرائب‬
‫األمصار وعجائب األسفار‬, Tuḥfatun Nuẓẓār fī Gharāʾibil Amṣār wa ʿAjāʾibil Asfār),namun seringkali
hanya disebut Lawatan (bahasa Arab: ‫الرحلة‬, Ar-Rihlah). Ar-Rihlah sebenarnya adalah sebutan
bagi salah satu ragam baku dari karya tulis dalam sastra Arab.
Tidak ada indikasi bahwa Ibnu Batutah mencatat sendiri pengalaman-pengalaman selama dua
puluh sembilan tahun bertualang. Manakala meriwayatkan kembali petualangan-petualangannya
untuk dicatat oleh Ibnu Juzay, Ibnu Batutah hanya mengandalkan ingatannya, dibantu naskah-
naskah yang dihasilkan oleh para musafir terdahulu. Ibnu Juzay tidak menyebutkan sumber-
sumber rujukannya, dan menyajikan sejumlah keterangan yang dikutip dari naskah-naskah lain
seakan-akan ia dengar langsung dari mulut Ibnu Batutah. Manakala menuliskan uraian tentang
Damaskus, Mekah, Madinah, dan beberapa tempat lain di Timur Tengah, ia jelas-jelas menyalin
ayat-ayat dari catatan musafir Andalusia, Ibnu Jubair, yang ditulis lebih dari 150 tahun
sebelumnya. Demikian pula sebagian besar uraian Ibnu Juzay tentang tempat-tempat di Palestina
sebenarnya disalin dari catatan perjalanan seorang musafir abad ke-13 yang
bernama Muhammad Al-Abdari.
Para pengkaji tidak percaya bahwa Ibnu Batutah benar-benar pernah berkunjung ke tempat-
tempat yang diriwayatkannya. Mereka berpendapat bahwa Ibnu Batutah mengandalkan kabar
angin dan mengutip riwayat-riwayat perjalanan para musafir terdahulu dalam menyajikan
gambaran komprehensif dari tempat-tempat di Dunia Islam. Sebagai contoh, sangat mustahil
Ibnu Batutah melakukan perjalanan memudiki Sungai Volga dari Kota Sarai
Baru menuju Bolgar. dan sejumlah perjalanan lain yang ia riwayatkan sangat diragukan
kebenarannya, misalnya perjalanan ke Kota Sana di Yaman, perjalanan
dari Balkh menuju Bistam di Khorasan dan perjalanan keliling Anatolia. Riwayat Ibnu Batutah
tentang seorang tokoh Magribi bernama "Abu Al-Barakat Si Orang Berber" yang menyebarkan
agama Islam di Maladewa bertentangan dengan riwayat dalam "Tarikh", catatan sejarah resmi
Maladewa, bahwasanya masyarakat Maladewa masuk Islam setelah menyaksikan mukjizat yang
diperbuat oleh seorang tokoh Tabrizi bernama Maulana Syekh Yusuf Syamsudin. Beberapa
pengkaji juga malah meragukan apakah ia benar-benar pernah berkunjung ke
Tiongkok.[140] Seluruh pengalaman dan penggambaran tentang Negeri Tiongkok mungkin saja
dijiplak Ibnu Batutah dari karya-karya pujangga lain seperti "Masalikul Absar fi Mamalikul
Amsar" karya Syihab Al-Umari, karya tulis Sulaiman At-Tajir, dan mungkin pula dari karya-
karya Al-Juwaini, Rasyidudin, dan dari salah satu hikayat Aleksander Agung. Selain itu, riwayat
Ibnu Batutah dan catatan perjalanan Marco Polo memiliki kemiripan bagian dan tema, bahkan
beberapa ulasannya pun mirip. Agaknya mustahil pula bahwasanya ada seorang tokoh dengan
nama yang persis sama dengan nama khalifah ketiga, yakni Utsman bin Affan, pernah bertemu
dengan Ibnu Batutah di Negeri Tiongkok, sebagaimana yang diriwayatkannya.
Batutah tetap saja merupakan sebuah karya tulis yang berisi keterangan-keterangan penting
mengenai keadaan dunia pada abad ke-14. Ibnu Batutah pernah menikmati layanan budak-budak
pemuas syahwat, misalnya ketika ia masih tinggal di Delhi. Ia pernah menikahi dan menceraikan
sejumlah perempuan, serta menghasilkan keturunan dengan budak-budak pemuas syahwat di
Malabar, Delhi, dan Bukhara. Ibnu batutah mencela orang-orang Yunani sebagai "musuh Allah",
"pemabuk", dan "pemakan babi", namun ketika berada di Efesus, ia justru membeli dan meniduri
seorang gadis Yunani, salah seorang dari sekian banyak budak pemuas syahwat miliknya yang
tersebar di seluruh Bizantium, Khorasan, Afrika, dan Palestina. Dua dasawarsa telah berlalu
sebelum ia kembali dan menelisik kabar tentang salah seorang istri beserta anaknya di
Damaskus.
Abu Al-Walid Muhammad bin Ahmad bin
Rusyd ( Ibnu Rusyd )

Ibnu Rusyd (bahasa Arab: ‫ ;ابن رشد‬Nama lengkap bahasa Arab: ‫أبو الوليد محمد ابن احمد ابن‬
‫رشد‬, translit. Abu Al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Rusyd; 1126 – 11 Desember 1198), sering
dilatinkan sebagai Averroes, adalah seorang filsuf dan pemikir dari Al-Andalus yang menulis dalam
bidang disiplin ilmu,
termasuk filsafat, akidah atau teologi Islam, kedokteran, astronomi, fisika, fikih atau hukum Islam,
dan linguistik. Karya-karya filsafatnya termasuk banyak tafsir, parafrase, dan ringkasan karya-
karya Aristoteles, yang membuatnya dijuluki oleh dunia barat sebagai "Sang Penafsir" (Bahasa
Inggris: The Commentator). Ibnu Rusyd juga semasa hidupnya mengabdi sebagai hakim dan dokter
istana untuk Kekhalifahan Muwahhidun.
Ibnu Rusyd lahir di Kordoba dari keluarga yang melahirkan hakim-hakim terkenal; kakeknya
adalah qadhi al-qudhat (hakim kepala) dan ahli hukum terkenal di kota itu. Pada tahun 1169 ia
bertemu dengan khalifah Abu Yaqub Yusuf, yang terkesan dengan pengetahuan Ibnu Rusyd. Sang
khalifah kemudian mendukung Ibnu Rusyd dan banyak karya Ibnu Rusyd adalah proyek yang
ditugaskannya. Ibnu Rusyd juga beberapa kali menjabat sebagai hakim di Sevilla dan Kordoba.
Pada 1182, ia ditunjuk sebagai dokter istana dan hakim kepala di Kordoba. Setelah wafatnya Abu
Yusuf pada tahun 1184, ia masih berhubungan baik dengan istana, hingga 1195 saat dia dikenai
berbagai tuduhan dengan motif politik. Pengadilan lalu memutuskan bahwa ajarannya sesat dan
Ibnu Rusyd diasingkan ke Lucena. Setelah beberapa tahun di pengasingan, istana memanggilnya
bertugas kembali, tetapi tidak berlangsung lama karena Ibnu Rusyd wafat.
Ibnu Rusyd adalah pendukung ajaran filsafat Aristoteles (Aristotelianisme). Ia berusaha
mengembalikan filsafat dunia Islam ke ajaran Aristoteles yang asli. Ia mengkritik
corak Neoplatonisme yang terdapat pada filsafat pemikir-pemikir Islam sebelumnya seperti Al-
Farabi dan Ibnu Sina, yang ia anggap menyimpang dari filsafat Aristoteles. Ia membela kegiatan
berfilsafat dari kritik yang dilancarkan para ulama Asy'ariyah seperti Al-Ghazali. Ibnu Rusyd
berpendapat bahwa dalam agama Islam berfilsafat hukumnya boleh, bahkan bisa jadi wajib untuk
kalangan tertentu. Ia juga berpendapat bahwa teks Quran dan Hadis dapat diinterpretasikan secara
tersirat atau kiasan jika teks tersebut terlihat bertentangan dengan kesimpulan yang ditemukan
melalui akal dan filsafat. Dalam bidang fikih, ia menulis Bidayatul Mujtahid yang membahas
perbedaan mazhab dalam hukum Islam. Dalam kedokteran, ia menghasilkan gagagan baru
mengenai fungsi retina dalam penglihatan, penyebab strok, dan gejala-gejala penyakit Parkinson,
serta menulis buku yang kelak diterjemahkan menjadi sebuah buku teks standar di Eropa.
Pengaruh Ibnu Rusyd ke dunia Barat jauh lebih besar dibanding dunia Islam. Ibnu Rusyd menulis
banyak tafsir terhadap karya-karya Aristoteles, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Ibrani dan bahasa Latin dan beredar di Eropa. Terjemahan karya-karya Ibnu Rusyd memicu para
pemikir Eropa Barat untuk kembali mengkaji karya-karya Aristoteles dan pemikir Yunani lainnya,
setelah lama diabaikan sejak jatuhnya kekaisaran Romawi. Pendapat-pendapat Ibnu Rusyd juga
menimbulkan kontroversi di dunia Kristen Latin, dan menginspirasi sebuah gerakan filsafat yang
disebut Averroisme. Salah satu doktrinnya yang kontroversial di dunia Barat adalah teori yang
disebut "kesatuan akal" (unitas intellectus dalam bahasa Latin), yang menyatakan bahwa semua
manusia bersama-sama memiliki satu akal atau "intelek". Karya-karyanya dinyatakan sesat oleh
Gereja Katolik Roma pada tahun 1270 dan 1277, dan pemikir Kristen Thomas Aquinas menulis
kritik-kritik tajam terhadap doktrin Ibnu Rusyd. Sekalipun demikian, Averroisme tetap memiliki
pengikut di dunia Barat hingga abad ke-16.

Pendidikan dan masa muda


Muhammad ibn Ahmad ibn Rusyd lahir pada tahun 1126 M/520 H di Kordoba, yang ketika itu
merupakan wilayah kerajaan Murabithun. Keluarga Ibnu Rusyd dikenal sebagai tokoh masyarakat di
Kordoba, terutama atas peran mereka dalam bidang hukum dan agama. Kakek Ibnu Rusyd, yang
juga bernama Abu al-Walid Muhammad (wafat 1126) menjabat qadhi al-qudhat (hakim kepala) di
kota tersebut, dan juga merupakan imam Masjid Agung Kordoba. Ayahnya, Abu al-Qasim Ahmad,
juga menjabat sebagai kadi atau hakim pada masa kekuasaan Murabithun, hingga Kordoba jatuh ke
tangan Kekhalifahan Muwahidun.
Menurut biografi-biografi klasik, Ibnu Rusyd menerima pendidikan yang istimewa, dimulai dari
pelajaran ilmu Hadis, fikih (hukum Islam), kedokteran maupun ilmu akidah (teologi Islam). Guru
fikihnya adalah Al-Hafiz Abu Muhammad ibn Rizq yang bermazhab Maliki dan guru hadisnya adalah
Ibnu Basykuwal, yang merupakan murid dari kakeknya. Ia juga belajar fikih dari ayahnya, yang
mengajarkannya kitab Muwatta karya Imam Malik, buku teks Maliki yang paling terkenal, yang
kemudian dihafalkan oleh Ibnu Rusyd. Guru kedokterannya adalah Abu Jafar Jarim at-Tajail, yang
kemungkinan juga mengajarkannya ilmu filsafat. Ia juga mempelajari karya-karya dari Ibnu
Bajjah (juga dikenal dengan nama Avempace) yang mungkin juga merupakan salah satu gurunya.Ia
mengikuti pertemuan rutin para filsuf, dokter dan sastrawan di kota Sevilla, yang juga dihadiri oleh
filsuf Ibnu Thufail dan Ibnu Zuhri serta Abu Yusuf Yaqub yang kelak akan menjadi khalifah.] Ibnu
Rusyd muda juga mempelajari akidah atau teologi kalam dari Mazhab Asy'ariyah, walaupun kelak ia
akan mengkritik mazhab ini. Menurut penulis abad ke-13 Ibnu al-Abbar, Ibnu Rusyd lebih tertarik
dengan ilmu hukum dan ushul fiqh (kaidah-kaidah hukum) dibanding ilmu hadis dan sunnah.Salah
satu spesialisasi yang ditekuninya adalah masalah ikhtilaf atau perbedaan pendapat dalam hukum
IslamIbnu Al-Abbar juga menyebutkan ketertarikan Ibnu Rusyd muda pada "ilmu-ilmu orang
terdahulu" (al-'ulum al-awa'il), yang kemungkinan maksudnya adalah ilmu alam dan filsafat yang
dikembangkan para ilmuwan Yunani.
Karya-Karya

Ibnu Rusyd adalah penulis yang amat produktif dan tulisan-tulisannya mencakup banyak
topik.[15] Menurut Fakhry, karyanya "mencakup lebih banyak bidang ilmu" dibanding para
pendahulunya di Dunia Timur.[15] Bidang-bidang ilmu yang ia bahas di antaranya filsafat,
kedokteran, teori hukum, serta linguistik.[15] Kebanyakan tulisannya adalah tafsir atau uraian
terhadap karya-karya Aristoteles, yang juga sering mengandung pemikiran baru dari Ibnu Rusyd
sendiri.[15] Menurut penulis Prancis Ernest Renan, selain tafsir-tafsir Aristoteles dan Plato Ibnu
Rusyd menulis sedikitnya 67 buku yang merupakan karya baru (bukan tafsir), termasuk 28 buku
mengenai filsafat, 20 buku mengenai kedokteran, 8 buku mengenai hukum, 5 buku mengenai
teologi atau akidah, 4 buku mengenai tata bahasa, dan 2 buku mengenai astronomi.[16] Teks asli
dari banyak karya Ibnu Rusyd yang berbahasa Arab telah hilang, dan yang masih ada hanyalah
terjemahannya dalam bahasa Latin atau Ibrani
Tafsir Aristoteles
Ibnu Rusyd menulis tafsir atau uraian pada hampir semua karya Aristoteles yang ada pada masa
hidupnya.[15] Yang tidak ia tulis tafsirnya hanya Politika, karena ia tidak bisa mendapatkan buku
tersebut, dan ia menggantinya dengan menulis tafsir buku Republik karya Plato. Ia membagi
karya-karya ini menjadi tiga tipe, dan sekarang para pakar menyebutnya "tafsir panjang", "tafsir
menengah" dan "tafsir pendek" (long, middle dan short commentary dalam bahasa
Inggris).[18] Tipe yang terpendek, disebut jami' dalam bahasa Arab, berisi ringkasan doktrin-
doktrin Aristoteles, dan kebanyakan ditulis pada awal karier Ibnu Rusyd.Yang menengah
(disebut talkhis) berisi parafrase atau uraian yang gunanya untuk memperjelas dan
menyederhanakan bahasa dalam buku-buku Aristoteles. Tafsir menengah ini kemungkinan
ditulis setelah Khalifah Abu Yaqub Yusuf mengeluh bahwa buku-buku Aristoteles rumit dan
susah dibaca, dan Ibnu Rusyd ingin membantu sang khalifah dan orang-orang lain yang memiliki
masalah yang sama. Tafsir panjang (disebut tafsir atau syarh dalam bahasa Arab) adalah tafsir
baris per baris, yang berisi teks asli Aristoteles ditambah analisis rinci di tiap baris.Tafsir panjang
ini berisi banyak pemikiran asli Ibnu Rusyd,[19] dan kemungkinan besar bukan ditujukan untuk
khalayak umum tetapi hanya untuk para pakar dan peminat Aristoteles.[18] Untuk kebanyakan
buku Aristoteles, Ibnu Rusyd hanya menulis satu atau dua dari tiga tipe tafsir ini.
Namun untuk lima buku: Fisika, Metafisika, De Anima ("Mengenai Jiwa"), De
Caelo ("Mengenai Langit"), dan Analytica Posteriora ia menulis ketiga tipe tafsirnya.[15]
Makalah filsafat
Ibnu Rusyd juga menulis makalah-makalah (Bahasa Arab: tunggal maqalah, jamak maqālāt)
dalam berbagai topik filsafat, di antaranya tentang akal atau intelek, waktu, dan benda-benda
langit (yang ketika itu termasuk topik filsafat). Ia juga menulis beberapa makalah polemik atau
perdebatan, termasuk mengkritik Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali dalam beberapa topik
Teologi
Ibnu Rusyd juga menulis karya bertopik akidah atau teologi. Sumber-sumber akademis seperti
Fakhry dan buku Encyclopedia of Islam menyebut tiga di antara karya Ibnu Rusyd yang
dianggap mengandung inti pemikiran Ibnu Rusyd dalam topik ini. Yang pertama adalah Fashl
al-Maqal fi ma baina al-Hikmah wa asy-Syariah min al-Ittishal, sebuah tulisan yang mengajukan
kesesuaian antara filsafat dan syariat Islam.Ia juga menulis Al-Kasyf 'an Manahij al-
'Adillah ("Penjelasan Metode Pembukitan") yang berisi argumen Ibnu Rusyd untuk
membuktikan keberadaan Tuhan (Allah), pendapat Ibnu Rusyd mengenai sifat-sifat dan
perbuatan-Nya, dan juga beberapa kritik terhadap ajaran akidah Asy'ariyah. Selain itu, karya
utamanya dalam bidang ini adalah kitab Tahafut at-Tahafut ("Kerancuan dari Kerancuan") yang
merupakan balasan terhadap kitab terkenal Tahafut al-Falasifah ("Kerancuan para Filsuf")
karya Al-Ghazali. Dalam Tahafut al-Falasifah, Al-Ghazali mengkritik ilmu filsafat (terutama
yang dibawakan Ibnu Sina) yang ia anggap tidak sesuai dengan akidah Islam.[24] Al-Ghazali
sendiri hidup pada tahun 1058–1111 dan telah wafat sebelum kelahiran Ibnu Rusyd, tetapi
bukunya masih sangat berpengaruh pada masa Ibnu Rusyd.[25] Tahafut karya Ibnu Rusyd
mencoba membalas kritik Al-Ghazali dengan pemikiran-pemikiran yang dikembangkan Ibnu
Rusyd di karya-karyanya sebelumnya. Selain membalas kritik, kitab ini juga mengkritik Ibnu
Sina dan filsafatnya yang bercorak Neoplatonism, bahkan kadang ia setuju dengan kritik Al-
Ghazali terhadap Ibnu Sina.
Kedokteran
Ibnu Rusyd yang pernah menjabat sebagai dokter istana khalifah, menulis beberapa buku di
bidang kedokteran. Yang paling terkenal berjudul al-Kulliyah fit-Thibb ("Prinsip Umum
Kedokteran") yang ditulis kr. 1162, sebelum ia menjabat di istana.[26] Buku ini terdiri dari 7 jilid,
yang berturut-turut membahas soal anatomi, fisiologi, patologi umum, diagnosis, obat-obatan,
kebersihan, dan pengobatan umum.Kelak buku ini diterjemahkan dalam Bahasa Latin (judulnya
berubah menjadi Colliget) dan menjadi salah satu buku teks kedokteran di Eropa selama
berabad-abad. Bersama Ibnu Zuhr, ia mengarang Al-Umur Al-Juz'iyyah, sehingga menurut Ibnu
Abu Ushaybi'ah, karya bersama mereka menjadi sebuah karya lengkap tentang seni
pengobatan. Ia juga menulis ringkasan karya-karya dokter Yunani Galenus (wafat kr. 210) dan
uraian terhadap karya Ibnu Sina Urjuzah fit-Thibb ("Puisi Mengenai Kedokteran").
Hukum
Ibnu Rusyd juga adalah seorang hakim dan menulis beberapa buku di bidang fikih atau hukum
Islam, termasuk ushul fiqh yang membahas kaidah-kaidah atau teori hukum. Satu-satunya
karyanya yang masih ada teksnya sampai sekarang adalah buku Bidāyat al-Mujtahid wa Nihāyat
al-Muqtaṣid ("Permulaan Seorang Mujtahid dan Akhir Seorang Muqtashid").[b] [30] Buku ini
bertopik fikih perbandingan atau ikhtilaf, yaitu perbedaan-perbedaan dalam hukum Islam.[31] Ia
menjelaskan perbedaan antara mazhab-mazhab Sunni, baik dari segi ushul (teori dan kaidah)
maupun dalam praktiknya.[31] Ibnu Rusyd adalah pengikut mazhab Maliki, tetapi buku ini juga
membahas mazhab-mazhab lain, serta pendapat-pendapat yang beragam termasuk ulama
konservatif dan liberal.[30] Selain buku ini, pada daftar-daftar pustaka juga disebutkan karya-
karya lain yang teksnya sudah tidak ditemukan lagi.
Di antaranya adalah rangkuman dari Al-Mustashfa min 'ilm al-Ushul, sebuah buku ushul
fiqh karya Al-Ghazali serta buku-buku kecil tentang Qurban dan pajak terhadap tanah.
Al – Khawarizmi

Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī (bahasa Arab: ‫ )محمد بن موسى الخوارزمي‬adalah


seorang ahli dalam bidang matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia.
Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di
Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan
di Baghdad yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma'mun, tempat ia belajar ilmu alam dan
matematik, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani
Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear
dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Al-Khwārizmī juga berperan penting
dalam memperkenalkan angka Arab melalui karya Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind yang
kelak diadopsi sebagai angka standar yang dipakai di berbagai bahasa serta kemudian
diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke-12. Ia
merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang
astronomi dan astrologi.
Kontribusinya tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata
"aljabar" berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan
notasi kuadrat, yang tercantum dalam bukunya. Kata algorisme dan algoritma diambil dari
kata algorismi, Latinisasi dari namanya. Namanya juga di serap dalam bahasa Spanyol, guarismo,
dan dalam bahasa Portugis, algarismo bermakna digit.
KARYA
Karya terbesarnya dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi, sebagai fondasi dan
kemudian lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri, dan pada bidang lain yang dia tekuni.
Pendekatan logika dan sistematisnya dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan
keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil dari nama salah satu bukunya pada tahun 830
M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala (Arab ‫ )الكتاب المختصر في حساب الجبر والمقابلة‬atau:
"Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku
pertamanya yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.
Pada bukunya, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825, memprinsipkan kemampuan
difusi angka India ke dalam perangkaan timur tengah dan kemudian Eropa. Bukunya diterjemahkan
ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata algoritmi menjadi bahasa
Latin.
Beberapa kontribusinya berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India, dan sumber-
sumber Yunani.
Sistemasi dan koreksinya terhadap data Ptolemeus pada geografi adalah sebuah penghargaan
untuk Afrika dan Timur –Tengah. Buku besarnya yang lain, Kitab surat al-ard ("Pemandangan
Bumi";diterjemahkan oleh Geography), yang memperlihatkan koordinat dan lokasi dasar yang
diketahui dunia, dengan berani mengevaluasi nilai panjang dari Laut Mediterania dan lokasi kota-
kota di Asia dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh Ptolemeus.
Ia kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Ma’mun dan berpartisipasi dalam
proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk membuat peta
yang kemudian disebut “ketahuilah dunia”. Ketika hasil kerjanya disalin dan ditransfer
ke Eropa dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan matematika dasar di
Eropa. Ia juga menulis tentang astrolab dan sundial.

Kitab I: Aljabar
Al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala (Arab: ‫الكتاب المختصر في‬
‫ حساب الجبر والمقابلة‬atau Kitab yang Merangkum Perhitungan Pelengkapan dan
Penyeimbangan) adalah buku matematika yang ditulis pada tahun 830. Kitab ini
merangkum definisi aljabar. Terjemahan ke dalam bahasa Latin dikenal
sebagai Liber algebrae et almucabala oleh Robert dari Chester (Segovia, 1145)
dan juga oleh Gerardus dari Cremona.
Dalam kitab tersebut diberikan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat dengan
menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar (di
sini b dan c adalah bilangan bulat positif)

 kuadrat sama dengan akar (ax2 = bx)


 kuadrat sama dengan bilangan konstanta (ax2 = c)
 akar sama dengan konstanta (bx = c)
 kuadrat dan akar sama dengan konstanta (ax2 + bx = c)
 kuadrat dan konstanta sama dengan akar (ax2 + c = bx)
 konstanta dan akar sama dengan kuadrat (bx + c = ax2)
dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi: al-jabr (
‫ ) الجبر‬atau pemulihan atau pelengkapan) dan al-muqābala (penyetimbangan). Al-
jabr adalah proses memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan
menggunakan nilai yang sama di kedua sisi.
Contohnya, x2 = 40x - 4x2 disederhanakan menjadi 5x2 = 40x. Al-muqābala adalah
proses memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi.
Contohnya, x2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x2 + 9 = x.
Beberapa pengarang telah menerbitkan tulisan dengan nama Kitāb al-ǧabr wa-l-
muqābala, termasuk Abū Ḥanīfa al-Dīnawarī, Abū Kāmil (Rasāla fi al-ǧabr wa-
al-muqābala), Abū Muḥammad al-‘Adlī, Abū Yūsuf al-Miṣṣīṣī, Ibnu Turk, Sind
bin ‘Alī, Sahl bin Bišr, dan Šarafaddīn al-Ṭūsī.

Buku 2: Dixit algorizmi


Buku lain dari al-Khawārizmī adalah tentang aritmetika, yang bertahan
dalam Bahasa Latin, tapi hilang dari Bahasa Arab yang aslinya. Translasi
dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard of Bath, yang juga menerjemahkan tabel
astronomi pada 1126.
Pada manuskrip Latin,biasanya tak bernama,tetapi umumnya dimulai dengan
kata: Dixit algorizmi ("Seperti kata al-Khawārizmī"), atau Algoritmi de numero
Indorum ("al-Kahwārizmī pada angka kesenian Hindu"), sebuah nama baru di
berikan pada hasil kerjanya oleh Baldassarre Boncompagni pada 1857. Kitab
aslinya mungkin bernama Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind ("Buku
Penjumlahan dan Pengurangan berdasarkan Kalkulasi Hindu").

Buku 3: Rekonstruksi Planetarium


Peta abad ke-15 berdasarkan Ptolemeus sebagai perbandingan.
Buku ketiganya yang terkenal adalah Kitāb ṣūrat al-Arḍ (Bhs.Arab: ‫كتاب صورة‬
‫" األرض‬Buku Pemandangan Dunia" atau "Kenampakan Bumi" diterjemahkan oleh
Geography), yang selesai pada 833 adalah revisi dan penyempurnaan Geografi
Ptolemeus, terdiri dari daftar 2402 koordinat dari kota-kota dan tempat geografis
lainnya mengikuti perkembangan umum.
Hanya ada satu kopi dari Kitāb ṣūrat al-Arḍ, yang tersimpan di
Perpustakaan Universitas Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan
di Biblioteca Nacional de España di Madrid. Judul lengkap bukunya adalah Buku
Pendekatan Tentang Dunia, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau
dan Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi
berdasarkan pendalaman geografis yamg ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.
Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang
menulis pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan
bahwa ini sangat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang
buruk untuk membuat pendekatan praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin,
tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena itu, Hubert
Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia berusaha
mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.

Buku 4: Astronomi
Kampus Corpus Christi MS 283
Buku Zīj al-sindhind (Arab: ‫" زيج‬tabel astronomi”) adalah karya yang terdiri dari
37 simbol pada kalkulasi kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial,
astronomial dan data astrologial sebaik data yang diakui sekarang.
Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain oleh
astronomor Spanyol Maslama al-Majrīṭī (1000) tetap bertahan dalam bahasa Latin,
yang diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126). Empat manuskrip
lainnya dalam bahasa Latin tetap ada di Bibliothèque publique (Chartres), the
Bibliothèque Mazarine (Paris), the Bibliotheca Nacional (Madrid) dan the
Bodleian Library (Oxford).
Umar Khayyam

'Umar Khayyām (18 Mei 1048 – 4 Desember 1131, dalam bahasa Persia ‫)خیام عمر‬, dilahirkan
di Nishapur, Iran. Nama aslinya adalah Ghiyātsuddin Abulfatah 'Umar bin
Ibrahim Khayyāmi Nisyābūri (‫)نيشابوري خیام ابراهيم بن عمر الفتح ابو الدين غياث‬. Khayyām berarti "pembuat
tenda" dalam bahasa Persia.

Sang matematikawan
Pada masa hidupnya, ia terkenal sebagai seorang matematikawan dan astronom yang berhasil
mengoreksi kalender Persia. Pada 15 Maret 1079, Sultan Jalaluddin Maliksyah Saljuqi (1072-1092)
memberlakukan kalender yang telah diperbaiki Umar, seperti yang dilakukan oleh Julius
Caesar di Eropa pada tahun 46 SM dengan koreksi terhadap Sosigenes, dan yang dilakukan
oleh Paus Gregorius XIII pada Februari 1552 dengan kalender yang telah diperbaiki Aloysius
Lilius (meskipun Britania Raya baru beralih dari Kalender Julian kepada kalender Gregorian pada
1751, dan Rusia baru melakukannya pada 1918).
Dia pun terkenal karena menemukan metode memecahkan persamaan kubik dengan memotong
sebuah parabola dengan sebuah lingkaran.

Sang astronom
Pada 1073, Malik-Syah, penguasa Isfahan, mengundang Khayyām untuk membangun dan bekerja
pada sebuah observatorium, bersama-sama dengan sejumlah ilmuwan terkemuka lainnya.
Akhirnya, Khayyām dengan sangat akurat (mengoreksi hingga enam digit di belakang koma)
mengukur lamanya satu tahun sebagai 365,24219858156 hari.
Ia terkenal di Persia dan dunia Islam karena observasi astronominya. Ia pernah membuat sebuah
peta bintang (yang kini lenyap) di angkasa.
Umar Khayyām dan Islam
Filsafat Umar Khayyām agak berbeda dengan dogma-dogma umum Islam. Tidak jelas apakah ia
percaya akan kehadiran Allah atau tidak, namun ia menolak pemahaman bahwa setiap kejadian dan
fenomena adalah akibat dari campur tangan ilahi. Ia pun tidak percaya akan Hari Kiamat atau
ganjaran serta hukuman setelah kematian. Sebaliknya, ia mendukung pandangan bahwa hukum-
hukum alam menjelaskan semua fenomena dari kehidupan yang teramati. Para pejabat keagamaan
berulang kali meminta dia menjelaskan pandangan-pandangannya yang berbeda tentang Islam.
Khayyām akhirnya naik haji ke Mekkah untuk membuktikan bahwa ia adalah seorang muslim.

Omar Khayyam, sang skeptik


Dan, sementara Ayam Jantan berkokok, mereka yang berdiri di muka / Rumah Minum berseru -
"Bukalah Pintu! / Engkau tahu betapa sedikit waktu yang kami punyai untuk singgah, / Dan bila kami
pergi, mungkin kami takkan kembali lagi."
Demikian pula bagi mereka yang bersiap-siap untuk HARI INI, / Dan meyangka setelah ESOK
menatap, / Seorang muazzin berseru dari Menara Kegelapan / "Hai orang bodoh! ganjaranmu bukan
di Sini ataupun di Sana!"
Mengapa, semua orang Suci dan orang Bijak yang mendiskusikan / Tentang Dua Dunia dengan
begitu cerdas, disodorkannya / Seperti Nabi-nabi bodoh; Kata-kata mereka untuk Dicemoohkan /
Ditaburkan, dan mulut mereka tersumbat dengan Debu.
Oh, datanglah dengan Khayyam yang tua, dan tinggalkanlah Yang Bijak / Untuk berbicara; satu hal
yang pasti, bahwa Kehidupan berjalan cepat; / Satu hal yang pasti, dan Sisanya adalah Dusta; /
Bunga yang pernah sekali mekar, mati untuk selama-lamanya.
Diriku ketika masih muda begitu bergariah mengunjungi / Kaum Cerdik pandai dan Orang Suci, dan
mendengarkan Perdebatan besar / Tentang ini dan tentang: namun terlebih lagi / Keluar dari Pintu
yang sama seperti ketika kumasuk.
Dengan Benih Hikmat aku menabur, / Dan dengan tanganku sendiri mengusahakannya agar
bertumbuh; / Dan cuma inilah Panen yang kupetik - / "Aku datang bagai Air, dan bagaikan Bayu aku
pergi."
Ke dalam Jagad ini, dan tanpa mengetahui, / Entah ke mana, seperti Air yang mengalir begitu saja: /
Dan dari padanya, seperti Sang Bayu yang meniup di Padang, / Aku tak tahu ke mana, bertiup
sesukanya.
Jari yang Bergerak menulis; dan, setelah menulis, / Bergerak terus: bukan Kesalehanmu ataupun
Kecerdikanmu / Yang akan memanggilnya kembali untuk membatalkan setengah Garis, / Tidak juga
Air matamu menghapuskan sepatah Kata daripadanya.
Dan Cawan terbalik yang kita sebut Langit, / Yang di bawahnya kita merangkak hidup dan mati, /
Janganlah mengangkat tanganmu kepadanya meminta tolong - karena Ia / Bergelung tanpa daya
seperti Engkau dan Aku.
Tsabit Bin Qurrah

Ilmuwan Muslim yang satu ini adalah seorang yang ahli matematika, astronomi, dan kedokteran.
Bahkan ia disebut-sebut mengungguli semua dokter pada masanya. Dia juga termasuk salah satu
dari penerjemah terkemuka yang memikul tanggung jawab mengalihkan berbagai macam ilmu
dari bahasa latin ke dalam bahasa Arab pada masa kejayaan terjemah. Namanya Abu Al-Hasan
bin Marwan Tsabit bin Qurrah Al-Harrani atau lebih dikenal sebagai Tsabit bin Qurrah.
Dia dilahirkan di Harran, suatu tempat yang terletak di antara sungai Dajlah dan Furat di Turki
pada tahun 221 H (836 M), dari keluarga Ash-Shaibah. Tsabit telah menampakkan kecerdasannya
sejak usia dini ketika dia masih belajar ilmu.
Pada suatu hari, dia berbeda pendapat dengan kelompoknya tentang beberapa hal yang membuat
mereka menganggapnya telah keluar dari kelompoknya sehingga mereka melaranggnya untuk
masuk ke tempat peribadatan mereka. Dia lalu hijrah ke suatu daerah yang disebut Kafrutuma.
Di tempat tersebut, dia bertemu dengan seorang ilmuwan besar dalam bidang matematika,
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi yang merasa kagum dengan kecerdasan Tsabit. Dia memang
memiliki kesiapan mental dan akal untuk belajarm hingga akhirnya al-Khawarizmi mengajaknya
ke Baghdad.
Pendidikan dan Kedudukannya
Di Badhdad, kiblat ilmu pada saat itu. Tsabit bin Qurrah mengajarkan ilmu matematika, astronomi,
kedokteran dan filsafat. Dia kemudian bergabung di sekolah Musa bin Syakir untuk mengajarkan
ilmu yang dikuasainya. Dia selalu mendapatkan pujian atas apa yang diajarkannya. Tsabit lalu
dikenal dengan sebutan khusus sebagai dokter. Akan tetapi sebagian besar karya dan
penemuannnya terdapat dalam ilmu matematika dan astronomi.
Kemampuannya sebagai seorang dokter, atronom, ahli matematika dan filsuf terdengar ke telinga
Khalifah Dinasti Abbasiyah bernama Al-Mu’tadh. Khalifah lalu memanggilnya ke Istana dan
mengumpulkannya bersama para astronom lainnya. Akan tetapi dia mengungguli mereka semua.
Dia telah menunjukan kemampuannya dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sehingga
menambah kecintaan Al-Mu’tadh kepadanya dan memberinya jabatan yang tinggi. Bahkan dia
didudukan di samping khalifah sambil bersenda gurau dengannya, tanpa keikutsertaan para
menteri dan orang-orang dekatnya.
Tsabit termasuk di antara salah seorang yang bekerja di teropong milik Khalifah Al-Ma’mudn di
Baghdad. Di sini dia mmbuat teori kecenderungan persamaan siang dan malam pada musim semi
dan musim gugur. Kedudukan Tsabit yang tinggi di Istana sangat berpengaruh dalam mengangkat
derajat Ash-Shaibah, dengan munculnya seorang ilmuwan dari kalangan mereka.
Tsabit merupakan ilmuwan yang menjadi pelanjut dan penyempurna atas karya-karya al-
Khawarizmi. Ia mengikuti metode-metode dan dasar-dasar yang telah dirintis oleh al-Khawarizmi
tentang Mu’dalah pangkat dua, sehingga memungkinkan baginya memakai geometri dari uraian
pangkat tiga. Pada abad XVI metode Tasbit ini dilanjutkan oleh seorang sarjana Italia bernama
Geerowlamo Cardan dalam menguraikan persamaan pangkat tiga. Dengan tegas ia mengakui
Tsabit bin Qurrah adalah orang pertama yang menciptakan integral Calculus dan Differential
Calculus.

Karya Tsabit Bin Qurrah


Tsabit Bin Qurrah banyak melakukan penerjemahan karya-karya ilmuwan Barat seperti
Apollonius, Archimedes, Euclid, dan Ptolemy. Meski bertugas untuk menerjemahkan karya-karya
besar Thabit bin Qurrah memainkan peran penting dalam penemuan hitungan integral, geometri
analitik, kalkulus, dalil trigonometri lingkaran, konsep angka-angka riil dan mengusulkan
beberapa teori yang mengarah ke pembangunan non-Euclidean geometri.
Dalam bidang matematika, Tsabit bin Qurrah menerjemahkan banyak karya ahli matematika
Yunani, seperti Appollunius, Euclid, Archimedes, dan Ptolemaios. Ia juga mengomentari buku
Elements dari Euclid dan buku Ptolemy yang berjudul Geograpia.
Selain menerjemahkan karya Yunani, Karya Tsabit bin Qurrah juga menghasilkan karya
berjudul Kitab al-Mafrudat (Kitab Data). Buku ini sangat populer di Abad Pertengahan yang berisi
penjelasan seputar geometri dan aljabar geometri.
Dalam Kitab Fi Ta'lif an-Nisab (buku tentang susunan rasio) Tsabit menjelaskan tentang teori
senyawa rasio. Teori ini kemudian melahirkan gagasan bilangan real dan untuk penemuan kalkulus
integral.
Salah satu karya Thabit yang fenomenal di bidang geometri adalah bukunya yang berjudul The
Composition of Ratios (Komposisi rasio). Dalam buku tersebut, Thabit mengaplikasikan antara
aritmatika dengan rasio kuantitas geometri. Pemikiran ini, jauh melampaui penemuan ilmuwan
Yunani kuno dalam bidang geometri.
Sebagai ahli astronomi, Tsabit mengatakan bahwa gerakan planet-planet itu memengaruhi
gelombang bumi. Gelombang bumi terjadi 26 tahun sekali. Sejak 5.000 tahun yang lalu, para ahli
perbintangan Mesir telah menemukan sebuah bintang yang mendekat ke kutub utara, yang disebut
dengan Alfa Al-Tanim.
Pada tahun 2.100 M nanti, bintang tersebut akan menjauhi kutub utara. Baru nanti pada 14.000 M,
akan muncul bintang utara lagi yang bernama al-Nasr. Bintang ini merupakan bintang utara yang
paling terang. Tsabit menentukan garis lintang dengan mengukur naiknya lintang kutub. Ia
mendapatkan ukuran dua lintang utara dan selatan sepanjang 56 mil. Berkaitan dengan luas bumi,
dia menggunakan garis bujur dan lintang yang memberi inspirasi kepada para pelaut, seperti
Colombus, untuk melakukan pelayaran keliling dunia.
Penemuannya yang tak kalah penting adalah adalah jam matahari (Mazawil al-Syamsiyah), karena
menggunakan sinar matahari untuk menghitung perbedaan waktu, dan menentukan waktu salat.
dengan cara menancapkan sepotong kayu atau seseorang berdiri di bawah terik matahari. Apabila
bayangan kayu atau orang tersebut, condong kea rah barat sedikit, berarti sudah menunjukkan
datangnya waktu zuhur. Bayangan kayu atau orang tersebut tidak akan nampak, saat matahari tepat
berada di atasnya ketika berada di titik 33,5 derajat antara lintang utara dan selatan.
Tsabit juga dikenal sebagai pendiri ilmu keseimbangan. Hal ini karena kitabnya yang berjudul
Kitab Fi' al-Qarastun (buku keseimbangan balok). Inilah karyanya yang monumental dalam bidang
ilmu mekanik.
Karyanya ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gherard dari Cremona dan menjadi
sangat populer di Dunia Barat. Ia juga dikenal sebagai penemu ilmu statistik.
Dalam astronomi, Tsabit menulis banyak risalah tentang pergerakan matahari dan bulan serta jam
matahari. Ia juga mengukur luas bumi dengan menggunakan garis bujur dan garis lintang secara
teliti.
Penemuan Tsabit tersebut memberikan inspirasi kepada para pelaut, seperti Colombus, untuk
melakukan pelayaran keliling dunia yang dimulai dari Laut Atlantik. Berkat penemuan tersebut,
para pelaut bisa memastikan jika mereka tidak akan tersesat dan kembali ke tempat semula.
Penemuan penting Tsabit yang lain adalah jam matahari. Jam ini menggunakan sinar matahari
untuk mengetahui peredaran waktu dan menentukan waktu shalat. Tsabit juga membuat kalender
tahunan berdasarkan sistem matahari. Karya Tsabit dalam astronomi yang terkenal
berjudul: Concerning the Motion of the Eighth SphereIa.
Tsabit Bin Qurrah meninggal pada 18 Februari 901 di Baghdad. Meski begitu, jasa dan
kontribusinya dalam beragam ilmu hingga kini masih dikenang.
Muhammad Bin Zakariya Al-Razi

Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Masehi dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925
Masehi. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan
jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu
Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.
Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tetapi dia kemudian lebih
tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti
menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi
cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi
mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir
di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi
Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah
Abbasiyah, al-Mu'tashim.
ar-Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian
dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa
Samania. ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur
ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-
Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.
Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk
kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku
Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak
murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada
pasiennya saat berobat kepadanya.

Kontribusi
Bidang Kedokteran
Cacar dan campak
Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama
yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:
"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan
mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak
basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur
yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada minuman
anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tetapi juga masa
dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan
penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."
Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan
pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya
dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara jelas,
patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara
mencegah wabah tersebut."
Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang
membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian
diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang
tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis
memperlihatkan cara berpikir ar-Razi dalam buku ini.
Berikut ini adalah penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam
yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk
ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan
gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi
perubahan warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah
perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."
Alergi dan demam
Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan
ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia
menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas.
ar-Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme
tubuh untuk melindungi diri.
Farmasi
Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula
dan mortar. ar-Razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.
Etika kedokteran
Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya
adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan
desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak
mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan
semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan
mutu seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari
informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bisa disembuhkan dan
yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa seorang dokter tidak
bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat
berat. Sebagai tambahan, ar-Razi menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang
bekerja di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang
dokter.
Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan
sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.[2]
Buku-buku Ar-Razi pada bidang kedokteran
Berikut ini adalah karya ar-Razi pada bidang kedokteran yang dituliskan dalam buku:

 Hidup yang Luhur (Arab: ‫)الحاوي‬.


 Petunjuk kedokteran untuk masyarakat umum (Arab:‫)الطبيب يحضره ال من‬
 Keraguan pada Galen
 Penyakit pada anak
Abu Musa Jabir Bin Hayyan

Abu Musa Jabir bin Hayyan (Bahasa Arab: ‫جابر بن حيان‬, Bahasa Persia: ‫جابر بن حيان‬, atau juga
nisbahs al-Bariqi, al-Azdi, al-Kufi, al-Tusi dan al-Sufi; fl. c. 721 - c. 815), atau dikenal dengan
nama Geber di dunia Barat, seorang polymath terkemuka; kimiawan, alkimiawan, ahli astronomi
dan astrologi, insinyur, ahli bumi, ahli filsafat, ahli fisika, apoteker dan dokter, diperkirakan lahir
di Kuffah, Irak pada tahun 750 dan wafat pada tahun 803. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam
bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Imam Ja'far bin Muhammad
AsShadiq keturunan ke 5 dari Nabi Muhammad saw, pada masa pemerintahan Manshur
Addawaniqy di Baghdad.[butuh rujukan] Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di
dalam maupun di luar penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali.
Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga
dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.
Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan
proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen
untuk melakukan proses-proses tersebut.

Buku
Karya Jabir antara lain:
 Kitab Al-Kimya (diterjemahkan ke Inggris menjadi The Book of the Composition of Alchemy)
 Kitab Al-Sab'een
 Kitab Al Rahmah
 Al Tajmi
 Al Zilaq al Sharqi
 Book of The Kingdom
 Book of Eastern Mercury
 Book of Balance

Anda mungkin juga menyukai