Anda di halaman 1dari 96

andriazmulfauzi

A great WordPress.com site

Menu utama
Langsung ke isi

Beranda

About

Mei 25 2012

laporan praktikum fisika dasar 2


LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM
FISIKA DASAR II

OLEH
ANDRI AZMUL FAUZI
GID011001

LABORATORIUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS MATARAM
2009-2010

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

Laporan praktikum Fisika Dasar II ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi SKS dalam
mata kuliah Fisika Dasar II. Laporan ini disahkan pada:
Hari,tanggal

Tempat

: laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNRAM


Co. Praktikum

Penyusun
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami telah menyelesaikan praktikum sekaligus laporan tetap tepat pada
waktunya.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil praktikum dan ditambah dengan referensi dari berbagai
buku yang tentunya berhubungan dengan acara-acara dalam praktikum ini. Adapun maksud
dan tujuan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai syarat yang diperlukan untuk
menyelesaikan mata kuliah Fisika Dasar II. Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari
masih banyak kekeliruan dan kekurangannya, untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada:
1. Allah SWT, atas segala rahmat-Nya sehingga segala sesuatunya bisa berjalan lancar.

2. Bapak Bakti Sukrisna, M.Si selaku dosen mata kuliah Fisika Dasar II, atas semua
ilmu yang beliau berikan.
3. Koordinator praktikum serta para laboran, yang membantu serta mengatur persiapan
praktikum.
4. para co. ass yang tidak bosan-bosannya memberikan bimbingan pada saat praktkum.
5. Rekan-rekan lainnya yang turut membantu hingga laporan ini bisa terselesaikan.
Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca serta semua pihak yang
membutuhkan.
Mataram,7 Juni 2010
Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ..
KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI .
Acara 1. Lensa Tipis dan Kisi Difraksi
Acara 2. Refraktometer

Acara 3. Alat Ukur Listrik (Osciloskop) .


Acara 4. Karakteristik Beberapa Komponen Elektronika ..
Acara 5. Rangkaian Seri dan Paralel pada Resistor .
Acara 6. Kapasitas kapasitor
Acara 7. Jembatan Whetstone .

LENSA TIPIS
Dan
KISI DIFRAKSI

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

Laporan praktikum Fisika Dasar II ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi SKS dalam
mata kuliah Fisika Dasar II. Laporan ini disahkan pada:
Hari,tanggal

Tempat

: laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNRAM


Co. assisten

Penyusun

Habibi Sauki
G1B0070
LENSA TIPIS
(Percobaan O.01)

A.PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan

: a. Mempelajari sifat bayangan suatu lensa

b. Menentukan panjang titik api suatu lensa


2. Hari,tanggal

: Rabu, 15 April 2009

3. Tempat

: Laboratorium Fisika Dasar FMIPA Universitas Mataram

B.ALAT dan BAHAN


1.ALAT :
a. Sumber cahaya (lilin)
b. Bangku optic beserta penjepit lensa dan layer
c. Mistar
d. Meteran
2.BAHAN :
a. Lensa positif
b. Lensa negative
c. Benda
C.LANDASAN TEORI
Lensa tipis biasanya berbentuk lingkaran, dan kedua permukaannya melengkung.
Kedua permukaan bisa berbentuk cekung, cembung, atau datar. Keutamaan lensa ialah
membentuk bayangan benda. Jika berkas-berkas yang paralel dengan sumbu lensa (garis
lurus yang melewati pusat lensa dan tegak lurus terhadap kedua permukaannya) jatuh pada
lensa tipis,maka akan difokuskan pada satu titik yang disebut titik focus, F. Titik focus
merupakan titik bayangan untuk benda pada jarak tak terhingga dari sumbu
utama(Giancoli,2001:263-265).
Cermin tidak memeruskan cahaya, maka sinar-sinar yang dating pada permukaan cermin
hanya dapat dipantulkan, untuk cermin bola hubungan jarak benda, jarak bayangan dan jarijari kelengkungan pada kedua pemantulan oleh cermin bola dapat diperoleh dengan
menggunakan hubungan jarak benda, jarak bayangan, dan jari-jari kelengkungan pada
pembiasan oleh pemantulan bola lensa adalah system optic yang dibatasi oleh kedua
permukaan bias yang mempunyai sumbu utama bersama. Demi sebuah objek oleh permukaan
dibentuk bayangan dan bayangan ini merupakan objek dari permukaan. Sinar yang dating
dari benda terletak pada jarak S1 terhadap permukaan dalam medium dengan indeks bias
bila jari-jari kelengkungan permukaan ini R1 dan indeks bias maka jarak bayangan S dapat
diperoleh dari persamaan
Dan permukaan kedua berlaku hubungan :

adalah indeks bias medium disebelah kanan lensa dan R2 adalah jari-jari kelengkungan
permukaan (Sutrisno, 1995:94-95).
Titik focus untuk lensa tipis adalah posisi benda agar bayangan terletak jauh di tak terhingga.
Untuk lensa tipis, titik focus pertama dan kedua terletak pada sisi yang berlawanan dan
berjarak sama dari lensa. Jarak focus dapat dihitung dari persamaan dengan memasukkan O
dan i=f kita peroleh :
1 = (-1) (1/r1 1/rn)
F
Hubungan ini dikenal dengan persamaan pembuat lensa karena dari persamaan ini dapat
dihitung jarak focus lensa dinyatakan dalam jari-jari kelengkungan permukaannya dan indeks
refraksi bahannya bila persamaan lensa digabungkan maka persamaannya dapat ditulis
sebagai berikut :
1+1 =1
O

Sinar sejajar yang datang dengan membentuk sudut kecil dengan sumbu lensa. Sinar ini
diusatkan oleh lensa ke bidang fokus f f. bidang focus ini melalui focus dan tegak lurus ke
sumbu lensa. Semua sinar memiliki panjang linasan optis yang sama karena semua sinar
melalui sejumlah gelombang yang sama banyaknya dan gelombang itu tidak lain daripada
permukaan di mana gangguan gelombang memiliki harga kostanta yang sama besarnya
(Halliday,1996: 663-664).
Kaidah-kaidah pembentukan bayangan oleh lensa:(Soedojo,2004:104)
1. Sinar sejajar sumbu utama dari sebelah kiri bidang utama pertama akan dibiaskan ke
titik focus kedua setelah sampai di bidang tama kedua, sebaliknya sinar sejajar sumbu
utama dari sebelah kanan bidang utama kedua akan dibiaskan ke titik focus pertama
setelah sampai di bidang utama pertama.
2. Sinar yang melewati titik focus pertama akan dibiaskan sejajar sumbu utama setelah
sampai di bidang utama pertama, sebaliknya yang melewati titik focus kedua akan
dibiaskan sejajar sumbu utama setelah sampai bidang utama kedua.
3. Sinar menuju titik utama pertama akan dibiaskan sejajar dari titik utama kedua,
sebaliknya sinar yang menuju titik utama kedua akan dibiaskan sejajar dari titik utama
pertama.
D.PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menentukan panjang titik api lensa positif
a. Sumber cahaya, benda, lensa positif dan layardiletakkan secara berurutan

b. Letak lensa positif diatur untuk ukuran yang wajar lalu dicatat jarak benda dengan lensa
(S)
c. Letak layar digeser-geserkan hingga didapat bayangan benda yang paling tajam dan jelas
d. Dicatat jarak bayangan dengan lensa(S)
e. Diulangi langkah a-d untuk beberapa kali pengamatan untuk S yang berbeda
f.

Hasil pengamatan dicatat pada tabel pengamatan

2. Menentukan Panjang Titik Api Lensa Negatif dengan Susunan Lensa Negatif Terletak di
Belakang Lensa Positif
a. Cara 1a-1d diulangi lalu dicatat S
b. Lensa negative diletakkan di antara lensa positif dan layar, serta posisi layar diatur hingga
didapat bayangan yang jelas dan tajam pada layar
c. Diukur jarak antara kedua lensa (x),jarak bayangan dengan lensa negative (S2), serta
jarak bayangan dengan lensa positif(S1)
d. Cara di atas diulangi untuk beberapa kali pengamatan dengan S yang berbeda
e. Hasil pengamatan dicatat pada tabel
E.HASILPENGAMATAN
1. Menentukan Fokus Lensa Positif

No S (cm)

S(cm)

Sifat Bayangan

19

33,2

Nyata,terbalik,diperbesar

23

25

Nyata,terbalik, sama besar

22,5

26

Nyata,terbalik, sama besar

20

27

Nyata,terbalik,diperbesar

2. Menentukan Fokus Lensa Negatif

No

S (cm) S2(cm) S1(cm)

x(cm)

Sifat Bayangan

35

21,5

15,5

Nyata,terbalik, diperkecil

27,5

23

18

Nyata,terbalik,sama besar

26,5

24,5

18

Nyata, terbalik,dierbesar

24,5

25

20

Nyata, terbalik,sama besar

F.ANALISIS DATA
1. Menentukan Fokus Lensa Positif

Posisi Benda

Posisi Lensa

Posisi Bayangan

Fokus

Sifat Bayangan

15 cm

34 cm

67,2 cm

12,08
cm

Nyata,terbalik,
diperbesar

20 cm

43 cm

68 cm

11,98
cm

Nyata,terbalik, sama
besar

25 cm

47,5 cm

73,5 cm

12,0 cm

Nyata,terbalik, sama
besar

30 cm

50 cm

77 cm

11,49
cm

Nyata,terbalik,
diperbesar

S = Posisi lensa posisi benda

S= Posisi bayangan posisi lensa


Mencari focus

S = 34-15 = 19 cm

S= 67,2-34 = 33,2 cm
1 =1 + 1
F1 S

=1 + 1
19

33,2

= 52,2
630,8
F1 = 630,8 = 12,08 cm
52,2

S = 43 -20 = 23 cm

S= 68 43= 25 cm
1 = 1 +1
F2

=1 +1
23

25

= 48
575
F2 = 575 = 11,98 cm
48

S = 47,5 25 = 22,5 cm

S= 73,5 47,5 = 26 cm
1=1

+ 1

F3 22,5

26

= 48,5
585
F3= 585 = 12,06 cm
48,5

S = 50 30 = 20 cm

S= 77 50 = 27 cm
1=1 + 1
F4 20

27

= 47
540
F4= 540 = 11,49 cm
47
Mencari Fokus Rata-rata
Fr= F
n
= F1 + F2 + F3 +F4
4
= 12,08 + 11,98 + 12,06 + 11,49
4
= 47,61
4
= 11,90 cm
Mencari Standar Deviasi

S (cm) S (cm)

F (cm)

Fr (cm)

F- Fr

(F-Fr)2

19

33,2

12,08

11,90

0,18

0,0324

23

25

11,98

11,90

0,08

0,0064

22,5

26

12,06

11,90

0,16

0,0256

20

27

11,49

11,90

-0,41

0,1681

SD =
=
=

0,278

% error = SD x 100%
Fr
= 0,278 x 100%
11,90
= 2,3%
Fokus Lensa Positif
F = Fr SD
= (11,90 0,276) cm
(+) Fr + SD = 11,90 + 0,278
= 12,178 cm
(-) Fr + SD = 11,90 0,278

0,2325

= 11,622 cm
2. Menentukan Fokus Lensa Negatif

S(cm)

S1(cm) S2(cm)

X (cm)

F (cm)

Sifat Bayangan

35

21,5

15,5

Nyata,terbalik,diperkecil

27,5

23

18

Nyata,terbalik,sama besar

26,5

24,5

18

78

Nyata,terbalik,diperbesar

24,5

25

20

Nyata,terbalik, sama besar

Mencari Fokus

F1 = (x S1) S2

(x S1)+S2
= (15,5 21,5) 6
(15,5-21,5) +6
= (-6) 6
-6 +6
= -36 =
0

F2 = (x S1) S2

(x S1)+S2
= (18 23) 5

(18-23) + 5
= (-5) 5
-5 +5
= -25 =
0

F3 = (x S1) S2

(x S1)+S2
= (18 24,5) 6
(18-24,5) +6
= (-6,5)6
-6,5+6
= 78 cm

F4= (x S1) S2

(x S1)+S2
= (20 -25) 5
(20-25)+5
= (-5) 5
-5+5
= -25 =
0
Mencari Fokus Rata-rata
Fr = F
n
= F1 + F2 + F3 + F4
n

= + + 78 +
4
=
Standar Deviasi
SD =
=
=
% error = SD x 100%
Fr
= x 100%

= 100%
Focus Lensa Negatif
F=
G.PEMBAHASAN

Dari hasil analisa data,


diperoleh focus lensa positif sekitar 11,622
cm 12,178 cm. dari hasil pengamatan,
bisa dilihat bayangan yang terbentuk
adalah nyata, terbalik, diperbesar. Pada
percobaan pertama untuk lensa positif,
diperoleh focus 12,08 cm, benda berada 19
cm dari lensa artinya pada ruang II. Jika
benda berada di ruang 2, maka bayangan
pasti di ruang 3(di belakang lensa) karena

Rbenda + R bayangan =5. Bayangan yang


terbentuk diperbesar karena Rbayangan > R
benda. Pada percobaan 2 dan 3 juga
sebenarnya sama, namun karena
perbedaan jarak benda dengan jarak
bayangan sedikit, jadi terlihat seperti sama
besar (antara benda dan bayangan). Untuk
menentukan nilai focus lensa positif
digunakan rumus:
1 =1 + 1
F

Sedangkan pada percobaan lens negative, terjadi hal yang sungguh tidak terduga, di mana %
error yang terjadi adalah 100%. Fokus rata-rata yang diperoleh pada lensa negative adalah .
Sedangkan bayangan yang dihasilkan tidak semuanya sama dalam ukurannya. Ada yang
diperkecil, diperbesar dan sama besar. Kesalahan yang terjadi pada percobaan kali ini adalah
karena ketidaktepatan dalam menentukan jarak antara lensa negative dengan layar, karena
jaraknya terlalu dekat, sehingga bilangan-bilangan decimal yang kecil diabaikan. Hal
tersebut, sekecil apapun ternyata sangat mempengarhi perhitungan. Untuk mencri focus lensa
negative menggunakan rumus :
F = (x S1) S2
(x S1)+S2
Di mana x adalah jarak antara lensa positif dan negative.
H.KESIMPULAN dan SARAN
1. Kesimpulan

Sifat bayangan yang dibentuk lensa positif adalah nyata, terbalik, diperbesar

Sifat bayangan oleh lensa negative ada 3 yaitu nyata terbalik diperkecil, nyata terbalik
diperbesar, dan nyata terbalik sama besar

Pada percobaan lensa negative fokusnya karena terjadi kesalahan sementara pad lensa
psitif fokusnya sekitar 11,622 12,178 cm

2. Saran
Dalam percobaan, sebaiknya jangan mengabaikan data sekecil apapun karena bisa
sangat mempengaruhi hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli.2001. Fisika Jilid 2. Jakarta:Erlngga.


Halliday dan Resnick.1996. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.
Soedojo,Peter, B.Sc.2004. Fisika Dasar. Yogyakarta : Andi
Sutrisno.1995. Fisika Dasa. Bandung :ITB.

KISI DIFRAKSI
(Percobaan O.02)

A.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan

: a. Mempelajari peristiwa oleh kisi difraksi


b. Menentukan panjang gelimbang sinar laser

2. Hari, tanggal
3. Tempat

: Rabu, 15 April 2009


: Laboratorium Fisika Dasar FMIPA Uiversitas Mataram

B.ALAT DAN BAHAN


1. ALAT
a. Sumber sinar laser
b. Roll meter
c. Statif
2. BAHAN
-Kisidifraksi
C.LANDASAN TEORI
Sejumlah besar celah parallel yang berjarak sama disebut kisi difraksi.Kisi dapat
dibuat dengan mesin presisi berupa garis-garis paralel yang sangat halus dan teliti di atas
pelat kaca. Jarak yanag tidak tergores di antara garis-garis tersebut berfungsi sebagai
celah.Kisi difraksi yang berisi celah-celah disebut kisi transmisi (Giancoli, 2001 : 302-303).
Kisidifraksi terdiri atas sebaris celah sempit yang saling berdekatan dalam jumlah banyak.
Jika seberkas sinar dilewatkan kisi difraksi akan terdifraksi dan dapat menghasilkan suatu
pola difraksi di layar. Jarak antara celah yang berurutan (d) disebut tetapan kisi. Jika jumlah
celah atau goresan tiap satuan panjang (cm) dinyatakan dengan N, maka : d = 1/N. Seberkas
sinar tegak lurus kisi dan sebuah lensa konvergen digunakan untuk mengumpulkan sinarsinar tersebut ke titik P yang dikehendaki pada layar. Distribusi intensitas yang diamati pada
layar merupakan gabungan dari efek interferensi dan difraksi. Setiap celah menghasilkan

difraksi seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dan sinar-sinar yang terdifraksi sebelumnya
tersebut berinterferensi pada layar yang menghasilkan pola akhir (Soekarno,1996: 150-155).
Pola interferensi yang diuraikan pada suatu arah sembarang, sebelum mencapai titik yang
diamati. Masing-masing sinar berasal dari celah yang berbeda pula. Untuk dua celah yang
berbeda, beda lintasan yang terjadi ialah d sin . Dengan demikian persyaratan umum pola
interferensi ialah :
d sin = n (n = 1,2,3,..)
Persyaratan tersebut dapat dinyatakan untuk menentukan panjang gelombang dengan
mengukur jika tetapan kisi d diketahui dengan bilangan bulat, n menyatakan orde difraksi.
Jiak gelombang yang datang pada kisi terdiri atas beberapa panjang gelombang masingmasing akan menyimpang atau akan membentuk maksimum pada arah yang berbeda. Kecuali
untuk n=0 yang terjadi pada arah = 0. Maksimum pusat (n = 0) meliputi berbagai panjang
sedangkan maksimum ke-1, ke-2 dan seterusnya memenuhi ( m +1) * /2 menurut panjang
gelombang masing-masing (Hikam,2005: 20-21).
Suatu celah yang dikenai cahaya dari arah depan akan memproyeksikan bayangan
terang yang sebentuk dengan celah tersebut di belakangnya. Tetapi di samping itu, terbentuk
juga bayangan-bayangan terang yang lain dari celah tersebut di sebelah menyebelah bayangn
aslinya, dan yang semakin ke tepi, terangnya semakin merosot. Jadi seolah-olah sinar cahaya
yang lolos lawat celah itu ada yang dilenturkan atau didifraksikan kea rah menyamping.
Gejala difraksi demikian tak lain ialah interferensi sinar-sinar gelmbang elektromagnetik
cahaya dari masing-masing bagian medan gelombang sebagai sumber gelombang cahaya
(Soedojo,2004 : 123).

D.PROSEDUR PERCOBAAN
Menentukan Panjang Gelombang Sinar Laser
1. Sumber laser diletakkan pada meja, tepat mendatar dan tegak lurus pada layar atau
tembok
2. Kisidifraksi diletakkan (dengan jarak antara celah yang telah diketahui) di depan lubang
tempat sinar laser keluar, sehingga pola difraksi terletak tepat horizontal pada layar
3. Diukur jarak antara kisi difraksi dengan laser
4. diukur jarak tiap pola difraksi yang terjadi (terang ke-n) ke pola difraksi pusat

E.HASIL PENGAMATAN

No

1/100 mm

y1= 16,5 cm

y2 = 33 cm

y3 = 50 cm
254 cm
2

1/300 mm

y1 = 50 cm

y2 = 104 cm

1/600 mm

y1 = 109 cm

F.ANALISIS DATA
Y
L
L

N
(grs/mm)

d= 1/N
(mm)

Y1(n=1)
(mm)

Y2(n=2)
(mm)

Y3(n=3)
(mm)

(mm)

100

1/100

165

330

500

6,51 x 10-4

300

1/300

500

600

1/600

1090

L = 254 cm = 2540 mm
Menentukan Panjang Gelombang
Y = d sin
n= d sin
n= dy
L
= dy
nL
Panjang Gelombang N = 100

1 = dy1

nL
= 165 x 10-2
2540
= 6,49 x 10-4 mm

2 = dy2

nL
= 330 x 10-2
2 x 2540
= 6,49 x 10-4 mm

nL

3 = dy3

1040

6,69 x 10-4

7,15 x 104

= 500 x 10-2
3 x 2540
= 6,56 x 10-4 mm
Panjang Gelombang Rata-rata
rata-rata =
n
= 1 + 2 + 3
N
= (6,49 + 6,49 + 6,56) x 10-4
3
= 6,51 x 10-4 mm
Standar Deviasi
SD =
=
= 4,06 x 10-6
%error = SD x 100%
r
= 4,06 x 10-6 x 100%
6,51 x 10-4
= 0,62 %
Panjang Gelombang
=r SD
= 6,51 0,0406) x 10-4 mm
(+) = r +SD
= 6,5506 x 10-4 mm

(-) = r SD
= 6,4694 x 10-4 mm
Panjang Gelombang N = 300

1 = dy1

nL
= 1/300 x 500
2540
= 6,56 x 10-4 mm

2 = dy2

nL
= 1/300 x 1040
2 x 2540
= 6,82 x 10 -4 mm
Panjang Gelombang Rata-rata
rata-rata =
n
= (6,5 + 6,82)10-4
2
= 6,69 x 10-4
Standar Deviasi
SD =
=
= 1,84 x 10 -5
% error = SD x 100%
r

= 1,84 x 10-5 x 100%


6,69 x 10-4
= 2,75%
Panjang Gelaombang
=r SD
= (6,69 0,184) x 10-4 mm
(+) = r +SD
= 6,874 x 10-4 mm
(-) = r SD
= 6,506 x 10-4 mm
Panjang Gelombang N= 600
= dy
nL
= 1/600 x 1090
2540
= 7,15 x 10-4 mm
G.PEMBAHASAN
Dari hasil analisa data dapat kita ketahui bahwa panjang gelombang pada tiap percobaan
dengan menggunakan ukuran kisi difraksi yang berbeda adalah hampir sama, yaitu sekitar 6,
4694 x 10-4 7,15 x 10-4 mm. panjang gelombang ini tidak akan bertambah ataupun
berkurang walaupun menggunakan kisi difraksi yang berbeda, karena kisi difraksi hanya
melenturkan gelombang cahaya laser.
Pada praktikum ini, bisa kita lhat dari hasil pengamatan bahwa jika jumlah celahnya berbeda,
walaupun n nya sama, jarak dari terang pusat ke terang ke-n tidak sama.Kisiyang memiliki
300 celah dalam tiap baris menghasilkan jarak yang lebih besar dari titik pusat ke pita terang
ke-n dibandingkan kisi difraksi 100 celah. Hal itu dikarenakan gelombang dari satu celah dan
gelombang lain dari yang kedua yang berjarak beberapa ratus celah bisa tepat berlawanan
fase;semua atau hampir semua cahaya akan saling meniadakan dengan cara ini. Jadi, cahaya
yang terlihat akan semakin jauh dari terang pusat jika celah kisi semakin banyak.
Pada percobaan dengan kisi difraksi 600 celah, hanya dilakukan satu kali percobaan saja. Hal
itu dikarenakan jarak antar cahayanya terlalu jauh sehingga sulit untuk diukur.

H.KESIMPULAN dan SARAN


1. Kesimpulan

Panjang gelombang cahaya selalu tetap walaupun melalui kisi yang berbeda

Kisidifraksi hanya melenturkan cahaya, sehingga terdapat jarak antartitik cahaya

Semakin banyak celah, maka jarak antar titik makin jauh begitu pula sebaliknya

Gelombang sinar laser adalah kurang lebih 6,4694 x 10-4 mm 7,15 x 10-4 mm

2. Saran
Pelaksanaan praktiku kali ini sudah cukup baik hanya saja untuk para praktikan haus
lebih teliti dalam pengambilan data agar hasilnya lebih baik dan maksimal. Untuk co. ass
terima kasih atas bimbingannya.
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli.2001. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Hikam.2005. Eksperimen Fisika Dasar untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Kencana.
Soedojo, Peter, B.Sc.2004. Fisika Dasar. Yogyakarta : Andi.
Soekarno.1996.
Sutrisno. 1989. Fisika Dasar 1. Bandung: ITB.
REFRAKTOMETER

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

Laporan praktikum Fisika Dasar II ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi SKS dalam
mata kuliah Fisika Dasar II. Laporan ini disahkan pada:
Hari,tanggal

Tempat

: laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNRAM


Co. assisten

Penyusun

Susi Rahayu
G1B007050

REFRAKTOMETER
(Percobaan O.03)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1) Tujuan

: a. Menentukan indeks bias larutan gula dengan konsentrasi tertentu.

b. Menentukan konsentrasi larutan gula dengan menggunakan refraktometer.


2) Hari,tanggal

: Rabu,29 April 2009

3) Tempat

: Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNRAM

B. ALAT dan BAHAN


1) ALAT

Refraktometer

Gelas ukur

Timbangan elektronik

Pipet tetes

Gelas

Sendok

2) BAHAN

Sukrosa / gula

Air

Tissue

C. LANDASAN TEORI
Laju cahaya dalam udara hampa adalah c =3 x 108 m/det. Laju ini berlaku untuk
semua gelombang elektromagnetik, termasuk cahaya tampak. Di udara, laju tersebut hanya
sedikit lebih kecil. Pada benda transparan lainnya seperti kaca dan air, kelajuan selalu lebih
kecil dibanding di udara hampa. Sebagai contoh, di air cahaya kira-kira merambat dengan
laju c. perbandingan laju cahaya di udara hampa dengan laju v pada materi tertentu disebut
indeks bias dari materi tersebut : (Giancoli, 2001:256-257)
=c
v
Ketika seberkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang datar yang
memisahkan dua medium yang berbeda seperti sebuah permukaan kaca, energi cahaya
tersebut dipantulkan, dan di medium kedua, perubahan arah dari sinar yang ditransisikan
tersebt dikatakan pembiasan. Gelombang yang ditransmisikan adalah hasil interferensi dari
gelimbang datang dan gelombang yang dihasilkan oleh penyerapan dan radiasi ulang energi
cahaya oleh atom-atom dalam medium tersebut. Untuk cahaya yang memasuki kaca dari
udara, ada sebuah ketertinggalan fase antara gelombang yang diradiasikan kembali dengan
gelombang datang. Demikian juga ada ketertinggalan fase antara gelombang hasil dan
gelombang datang. Ketertinggalan fase ini berarti bahwa posisi puncak gelombang dari
gelombang yang dilewatkan diperlambat relative terhadap posisi puncak gelombang, dari
gelombang datang pada medium tersebut (Halliday,1978 : 446).
Suatu berkas cahaya yang semula menjalar pada media dengan indeks bias , kemudian
beralih ke dalam medium dengan indeks bias 2 akan dibelokkan mendekati garis normal
karena secara fisis,suatu gelombang akan memilih lintasan terpendek bila lajunya mengenai
karena 2 > 1, maka kelajuan cahaya dalam media tersebut akan lebih kecil yakni :
V2 = c/2 < V1 = c/1
dengan keterangan seperti gambar berikut:
Pada bagian itu kita pilih sembarang titik A yang terletak pada garis batas medium. Dari
titik A kita tarik garis tegak lurus garis pantul dan garis bias, maka titik B dan C masingmasing pada berkas cahaya pantul dan berkas cahaya bias adalah pada permukaan gelombang

yang sama. Hal ini berarti lintasan garisOBdanOC ditempuh dalam waktu yang sama maka:
(Renreng,1967:161-162)
Sin 1 = OB = v1t
OC

OC

Sin 2 = OC = v2t
OA

OA

Sehingga sin 1= v1= c/1 atau sin 1= 2


sin 2

v2 c/2

sin 2

Refraktometer adalah alat untuk mengukur kerapatan atau densitas media. Dalam hal
ini larutan gula digunakan untuk mengukur brix atau zat padat terlarut dalam larutan tersebut.
Prinsip dasar pengukuran adalah hubungan antara indeks bias dengan brix larutan
(http://www.scribd.com/doc/5006057/4-BAB-LAPORAN).
Indeks refraksi larutan gula tergantung jumlah zat-zat yang terlarut, dan densitas suatu zat
cair, meskipun demikian dapat digunakan untuk mengukur kandungan gula. Cara ini hanya
valid untuk pengukuran larutan gula murni, karena adanya zat selain gula mempengaruhi
indeks refraksi terhadap sukrosa (http://www.scribd.com/doc/5006057/4-BAB-LAPORAN).
Brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (dalam gram) seiap 100 gram larutan. Untuk
mengetahui banyaknya zat padat yang terlarut dalam larutan diperlukan suatu alat ukur.
Indeks bias suatu larutan gula atau nira mempunyai hubungan yang erat dengan brix. Artinya,
bahwa jika indeks bias nira bisa diukur, maka brix nira dapat dihitung berdasarkan indeks
bias tersebut. Alat untuk mengukur brix dengan indeks bias dinamakan refraktometer.
Dengan menggunakan alat ini, contoh nira yang digunakan sedikit dan alatnya tidak cepat
rusak (http://www.risvank.com/pengertian-brix-dan-pol.html).
Refraktometer adalah alat pengukur kadar garam(salinity) berdasarkan pembiasan cahaya
oleh kaca prisma. Selain mengukur salinitas, juga untuk pengukuran indeks bias. Cara
penggunaan refraktometer: (http://roydocklas.blogspot.com/)

Tetesi refraktometer dengan aquadest

Bersihkan dengan kertas tissue sisa aquadest yang tertinggal

Teteskan air sample yang ingin diketahui salinitasnya

Lihat di tempat yang bercahaya

Bilas kaca prisma dengan aquadest, usap dengan tissue dan simpan refraktometer di
tempat kering
D.PROSEDUR PERCOBAAN

1. Menentukan Indeks Bias Larutan Gula

Larutan gula (10%) dibuat dengan menggunakan bahan gula dan air dengan bantuan
gelas ukur

Bersihkan permukaan kaca larutan uji pada refraktometer kemudian ditetesi larutan
tersebut dan diamati pembiasan skala indeks biasnya

Diulangi pengamatan nilai indeks bias untuk 5 kali tetesan dengan konsentrasi larutan
gula yang sama

Dicatat hasil pengamatan nilai indeks bias untuk 5 kali percobaan tersebut

Percobaan yang sama dilakukan untuk larutan dengan konsentrasi 20%, 30%, 40%,
dan 50%

Berdasarkan data pengamatan, dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara


konsentrasi dan nilai indeks bias
2. Menentukan Konsentrasi Suatu Larutan Gula

Dibuat 2 larutan dengan konsentrasi larutan sembarang

Dilakukan perulangan pengamatan indeks bias untuk 5 kali tetesan dengan konsentrasi
larutan gula yang sama (indeks bias rata-rata)

Dengan menggunakan bantuan grafik yang telah dibuat sebelumnya, dicari besarnya
konsentrasi larutan
E.HASIL PENGAMATAN
Menentukan Indeks Bias Larutan Gula

Pengukuran Nilai Indeks Bias


No

Konsentrasi
larutan
I

II

III

IV

10%

1,348

1,348

1,348

1,349

1,349

20%

1,363

1,363

1,363

1,363

1,363

30%

1,370

1,370

1,370

1,370

1,370

40%

1,410

1,412

1,412

1,412

1,412

50%

1,416

1,4185

1,4185

1,4185

1,419

Menentukan Konsentrasi Suatu Larutan Gula

Pengukuran Nilai Indeks Bias


No

Konsentrasi
larutan
I

II

III

IV

X%

1,3755

1,382

1,377

1,380

1,381

Y%

1,361

1,362

1,362

1,362

1,3625

F.ANALISIS DATA
1. Menentukan indeks Bias Larutan Gula
a. Larutan Gula 10%

No

i r

(i r)2

1,348

-0,0004

16 x 10-8

1,348

-0,0004

16 x 10-8

1,348

-0,0004

16 x 10-8

1,349

0,0006

36 x 10-8

1,349

0,0006

36 x 10-8

6,742

i =
= 6,742
5
= 1,3484
SD =
=
= 5,477 x 10-4
b. Larutan Gula 20%

No

i r

(i r)2

1,363

1,363

1,363

1,363

1,363

6,815

i =
= 6,815
5

120 x 10-8

= 1,363
SD =
=
=0
c. Larutan Gula 30%

No

i r

(i r)2

1,370

1,370

1,370

1,370

1,370

6,850

i =
= 6,850
5
= 1,370
SD =
=
=0
d. Larutan gula 40%

No
i

i r

(i r)2

1,410

-0,0016

256 x 10-8

1,412

0,0004

16 x 10-8

1,412

0,0004

16 x 10-8

1,412

0,0004

16 x 10-8

1,412

0,0004

16 x 10-8

7,058

320 x 10-8

i =
= 7,058
5
= 1,4116
SD =
=
= 8,944 x 10-4
e. Larutan Gula 50%
No
i

i r

(i r)2

1,416

-0,0021

441 x10-8

1,4185

0,0004

16 x 10-8

1,4185

0,0004

16 x 10-8

1,4185

0,0004

16 x 10-8

1,419

0,0009

81 x 10-8

7,0905

570 x 10-8

i =
= 7,0905
5
= 1,4181
SD =
=
= 11,937 x 10-4

Tabel analog antara indeks bias rata-rata (y) dengan konsentrasi (x)

No

r (y)

x.y

x2

1,3484

0,1

0,13484

0,01

1,363

0,2

0,27260

0,04

1,370

0,3

0,41100

0,09

1,4116

0,4

0,56464

0,16

1,4181

0,5

0,70905

0,25

6,9111

1,5

2,09213

0,55

Least square : y = A + Bx
A = (y) (x2) (x) (xy)
i(x2) (x)2
= (6,9111) (0,55) (1,5) (2,09213)
5(0,55) (1,5)2
= 3,80115 3,138195
2,75 2,25
= 1,32582
B = i(xy) (x) (y)
i(x2) (x)2
= 5(2,09213) (1,5) (6,9111)
5(0,55) (1,5)2
= 10,46065 10,36665
2,75 2,25
= 0,188
Y = A + BX
Y = 1,32582 + 0,188X
HUBUNGAN KONSENTRASI(X) DAN INDEKS BIAS(Y)

NO

KONSENTRASI

INDEKS BIAS ( )

0,1

1,3484

0,2

1,3630

0,3

1,3700

0,4

1,4116

0,5

1,4181

Y= 1,32582 + 0,188X
2. Menentukan Konsentrasi Larutan Gula
a. Larutan X%

No

i r

(i r)2

1,3755

-0,0036

1296 x 10-8

1,382

0,0029

841 x 10-8

1,377

-0,0021

441 x 10-8

1,380

0,0009

81 x 10-8

1,381

0,0019

361 x 10-8

6,8955

3020 x 10-8

i =
= 6,8955
5
= 1,3791
SD =
=
= 27,477 x 10-4
Konsentrasi larutan X
Y = 1,32582 + 0,188X
X = Y 1,32582
0,188
= 1,3791 1,32582
0,188
= 0,28
Konsentrasi larutan X = 28%
b. Larutan Y%

No

i r

(i r)2

1,361

-0,0009

81 x 10-8

1,362

0,0001

1 x 10-8

1,362

0,0001

1 x 10-8

1,362

0,0001

1 x 10-8

1,3625

6,8095

0,0006

36 x 10-8

120 x 10-8

i =
= 6,8095
5
= 1,3619
SD =
=
= 5,477 x 10-4

Konsentrasi larutan Y
Y = 1,32582 + 0,188X
X = Y 1,32582
0,188
= 0,19
Konsentrasi larutan Y = 19%
G.PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita memiliki dua tujuan, antara lain menentukan indeks bias larutan
gula dengan konsentrasi yang sudah ditentukan dan menentukan konsentrasi larutan gula
dengan refraktometer (melalui penentuan indeks biasnya). Dalam hal ini, indeks bias
merupakan perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya dalam
zat/medium.
Dari hasil analisis data, dalam menentukan indeks bias larutan gula dengan konsentrasi 10%,
10%, 30%, 40%, 50% diperoleh bahwa semakin besar konsentrasi larutan, maka indeks bias
larutan atau zat tersebut semakin besar. Hal ini karena semakin besar kerapatan, maka
kecepatan cahaya yang melaluinya semakin kecil, begitu pula sebaliknya. Sesuai dengan
rumus: sin 1 = 2

sin 2

di mana 1 adalah sudut datang,dan 2 adalah sudut bias pada medium. Jadi semakin rapat
suatu medium, maka cahaya yang melewatinya memiliki kecepatan yang makin kecil
sehingga 1 akan semakin kecil dan 2 (indeks bias medium tersebut) semakin besar.
Sedangkan untuk menentukan konsentrasi larutan yang telah kita ketahui rata-rata indeks
biasnya digunakan persamaan Y = A + BX, di mana A,B adalah konstan, Y adalah indeks bias
rata-rata dan X asalah konsentrasi larutan. Pada analisis data diperoleh nilai konsentrasi yaitu
28% dan 19%. Di mana konssentrasi 28% diperoleh dengan mencampurkan 5 jenis
konsentrasi larutan gula pada percobaan sebelumnya. Sedangkan konsentrasi 19% dibuat
dengan menambahkan air pada larutan yang konsentrasinya 28% tadi.
Untuk mengukur indeks bias, digunakan refraktometer. Sebelum menggunakannya, alat ini
harus dikalbrasi terlebih dahulu. Proses pengkalibrasian ini cukup rumit karena skala yang
terlihat pada refraktometer agak kecil sehingga benar-benar dibutuhkan ketelitan. Pada
refraktometer terdapat dua buah skala yaitu skala atas dan skala bawah. Nilai indeks bias
dapat dibaca pada skala bawah. Agar nilai indeks bias yang ditunjukkan oleh skala bawah
tepat, maka skala bagian atas harus dikalibrasi dengan tepat. Jadi kita tidak bisa langsung
membaca nilai indeks bias pada skala bawah sebelum mengkalibrasi skala atas.
H.KESMPULAN dan SARAN
1. Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi suatu larutan, maka semakin besar pula nilai indeks biasnya
Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya
dalam medium
Jika indeks bias suatu larutan sudah diketahui, kita bisa menentukan konsentrasi larutan
tersebut dengan mencari hubungan antara indeks bias dan konsentrasi
Refraktometer adalah alat untuk menentukan indeks bias pada suatu larutan
Untuk membaca nilai indeks bias suatu larutan dengan refraktometer, skala pada
refraktometer harus dikalibrasi terlebih dahulu.
Refraktometer terdiri dari dua skala, yaitu skala atas dan skala bawah
2. Saran
Pelaksanaan praktikum kali ini sangat baik dan lancar, jadi terus dipertahankan dan
ditingkatkan juga untuk ke depannya. Untuk co ass, sudah sangat bagus dan jelas dalam
memberikan bimbingannya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli.2001. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Halliday. 1978. Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga.


Renreng, Abdullah.1967. Asas-Asas Ilmu Alam Universitas. Ujung Pandang : Badan
Kerjasama PTN.
(http://www.risvank.com/pengertian-brix-dan-pol.html). (5/5/2009)
(http://www.roydocklas.blogspot.com/). (5/5/2009)
(http://www.scribd.com/doc/5006057/4-BAB-LAPORAN). (5/5/2009)
ALAT UKUR LISTRIK
(OSCILOSKOP)
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

Laporan praktikum Fisika Dasar II ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi SKS dalam
mata kuliah Fisika Dasar II. Laporan ini disahkan pada:
Hari,tanggal

Tempat

: laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNRAM


Co.assisten

Penyusun

Djarot Abdi
G1B0070

ALAT UKUR LISTRIK


(OSCILOSKOP)
(Percobaan L-B)

A.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan
: a. Dapat menggunakan osciloskop dengan baik dan benar sebagai
alat unuk pengukuran tegangan listrik dan pengamatan bentuk sinyal tegangan

b. Menentukan frekuensi antara dua input pulsa sumber dengan pengamatan kurva Lissajous
2. Hari, tanggal

: Rabu, 6 Mei 2009

3. Tempat

: Laboratorium Fisika Dasar FMIPA Universitas Mataram

B.ALAT dan BAHAN


1. Satu set osciloskop
2. Sumber tegangan
3. Generator pulsa
4. Kabel penghubung
C.LANDASAN TEORI
Osciloskop adalah alat untuk menampilkan tingkah laku besaran-besaran yang berubah
terhadap waktu yang hendak dianalisis. Saat ni memiliki CRT ( Cathode Ray Tube) yaitu
suatu sinar tabung katoda yang mengandung sumber yang memancarkan sinar elektronelektron(senapan elektron) ke suatu layar yang dilapisi lapisan tipis dari zat yang
berpendar(zat yang mengeluarkan cahaya jika dikenai oleh elaktron). Elektron dikeluarkan
dari katoda yang panas dan dipercepat ke arah layar dengan menggunakan anoda yang
bermuatan positif(Holdman,1985:215).
Ciri utama osciloskop sinar katoda adalah CRT, penguat horizontal dan vertikal, serta
rangkaian sapu menghasilkan gelombang gigi gergaji yang dapat digunakan untuk
memberikan defleksi horizontal pada berkas elektron sesuai dengan frekuensi yang
dikehendaki. Osciloskop sinar katoda dapat digunakan untuk mengukur pengisian fase dalam
rangkaian elektronik. Selain itu, osciloskop sinar katoda juga merupakan alat yang praktis
untuk membandingkan frekuensi sinyal melalui pemakaian diagram Lissajous
(Holdman,1985:216-217).
Arus listrik adalah laju aliran muatan yang melalui suatu luasan penampang melintang.
Berdasarkan konveksi arahnya dianggap sama dengan arah aliran muatan positif. Dalam
kawat pengahantar, arus listrik merupakan hasil aliran lambat elektron-elektron bermuatan
negatif yang dipercepat oleh medan listrik dalam kawat, dan kemudian segera bertumbukan
dengan atom-atom konduktor. Biasanya kecepaatn alur elektron-elektron dalam kawat
memiliki orde 0,01 mm/s (Tipler,1991:200-201).
Osciloskop dual trace dapat memperagakan dua buah sinyal sekaligus pada saat yang sama.
Cara ini biasanya digunakan untuk melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda
dalam suatu rangkaian elektronik, kadang-kadang sinyal osciloskop dinyatakan dengan 3
dimensi. Sumbu vertikal (y) mempresentasikan tegangan v dan horiontal (x)
menunjukkanbesaran waktu t, sumbu z mempresentasikan intensitas tampilan osciloskop.
Tapi bagian ini biasanya diabaikan karena tidak diperlukan dalam pengukuran. Beberapa
kegunaan osciloskop: (http://www.fi.itb.ac.id/ifd/indeks_php?aksi=1)
1. Mengukur tegangan liatrik dan hubungannya terhadap waktu.

2. Mengukur frekuensi sinyal yang berisolasi.


3. Mengecek jalannya suatu sinyal pada rangkaian listrik.
4. Membedakan arus AC dan DC.
5. mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.
6. Mengukur getaran/ frekuensi pada sebuah mesin.
Faktor gerakan, kecepatan, dan jumlah elektron yang bergerak menentukan besarnya arus
listrik yang mengalir. Dengan osciloskop dapat digunakan untuk mencatat arus sejalan yang
tetap atas tegangan dua arah sinusoidal. Banyak sekali bentuk gelombang yang berlainan
yang ditemukan dalam sirkuit elektronik. Gelombang-gelombang ini dapat ditunjukkan
dengan memakai osciloskop. Osciloskop memperlihatkan gambar variabel yang sedang
diukur dalam bentuk grafik berdasarkan waktu pada layar (Wollard,2003:345).
Arus pada sebuah titik tertentu dan mengalir dalam arah tertentu sebagai besarnya muatan
sesaat yang mengalir persatuan waktu. Di man muatan positif netto bergerak melalui titik
tersebut dalam arah tertentu (Hayt,1996:193).
D.PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pengukursn dan Pengamatan Bentuk Sinyal Tegangan
Dilakukan kalibrasi pada osciloskop sebelum melakukan pengukuran
Sumber tegangan dihubungkan dengan input osciloskop pada channel 1 (untuk sumber AC)
Dilakukan pengaturan bentuk sinyal pada layar serta posisi sinyal (agar mudah diamati)
dengan menggunakan tombol pengatur
Cara di atas dilakukan sebanyak 5 kali pengukuran dengan besar tegangan yang berbeda
Cara a-d diulangi dengan menggunakan sumber tegangan DC
2. Menentukan Frekuensi antara Dua Input Pulsa Sumber dengan Pengamatan Kurva
Lissajous
Sumber tegangan dihubungkan dengan channel 1, sedangkan generator pulsa ke channel 2
Dilakukan pengaturan DUAL untuk pengamatan dua sinyal pada layar
Pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali dengan mengubah frekuensipada generator pulsa
(channel2)
E.HASIL PENGAMATAN
1. Pengukuran dan Pengamatan Bentuk Sinyal Tegangan

a. Sumber AC

Skala
No

Tegangan
Sumber
Volt/div (v)

vertikal

Time/div (ms)

Horizontal

5 volt

3,4

3,4

7volt

4,4

3,4

9 volt

5,6

3,4

11 volt

3,4

13 volt

3,4

b. Sumber DC

Skala
No

Tegangan
Sumber
Volt/div (v)

vertikal

Time/div (ms)

Horizontal

5 volt

3,2

7volt

6,5

3,3

9 volt

3,3

11 volt

3,8

3,3

13 volt

4,4

3,3

2. Menentukan Frekuensi antara Dua Input Pulsa Sumber dengan Pengamatan Kurva
Lissajous
No
Fy

5,7

2,8

3,5

F.ANALISIS DATA
I. PENGOLAHAN DATA
1. Pengukuran dan Pengamatan Bentuk Sinyal Tegangan
a. Sumber AC
Vpp = volt/div x skala vertikal

(volt)

Vp (Vmax) = Vpp
2
Vef = Vmax
2
T = time/div x skala horizontal

(s)

f = 1/T

(Hz)
b. Sumber DC

Vp = volt/div x skala vertikal

(volt)

Vef = Vp
2
T = time/div x skala horizontal
f = 1/T

(s)

(Hz)
2. Pengukuran Frekuensi dengan Kurva Lissajous
Fx = x_

Fy

II.PERHITUNGAN DATA
1.Pengukuran dan Pengamatan Bentuk Sinyal Tegangan
1. Sumber AC
1. Vpp = volt/div x skala vertikal
= 5 x 3,4
= 17 volt
2
= 17
2
= 8,5 volt
Vef = Vmax
2
= 8,5
2
= 6,03 volt

Vp (Vmax) = Vpp

T = time/div x skala horizontal


= 5 x 3,4
= 17 ms
= 17 x 10-3 s
f = 1/T
= 1/17 x 10-3
= 58,82 Hz
2. Vpp = volt/div x skala vertikal
= 5 x 4,4
= 22 volt
2
= 22
2
= 11 volt
Vef = Vmax
2
= 11
2
= 7,80 volt
T = time/div x skala horizontal
= 5 x 3,4
= 17 ms
= 17 x 10-3 s
f = 1/T
= 1/17 x 10-3

Vp (Vmax) = Vpp

= 58,82 Hz
3. Vpp = volt/div x skala vertikal
= 5 x 5,6
= 28 volt
2
= 28
2
= 14 volt
Vef = Vmax
2
= 14
2
= 9,93 volt
T = time/div x skala horizontal
= 5 x 3,4
= 17 ms
= 17 x 10-3 s
f = 1/T
= 1/17 x 10-3
= 58,82 Hz
4. Vpp = volt/div x skala vertikal
=5x7
= 35 volt
Vp (Vmax) = Vpp
2

Vp (Vmax) = Vpp

= 35
2
= 17,5 volt
Vef = Vmax
2
= 17,5
2
= 12,41 volt
T = time/div x skala horizontal
= 5 x 3,4
= 17 ms
= 17 x 10-3 s
f = 1/T
= 1/17 x 10-3
= 58,82 Hz
5. Vpp = volt/div x skala vertikal
=5x8
= 40 volt
2
= 40
2
= 20 volt
Vef = Vmax
2
= 20

Vp (Vmax) = Vpp

2
= 14,18 volt
T = time/div x skala horizontal
= 5 x 3,4
= 17 ms
= 17 x 10-3 s
f = 1/T
= 1/17 x 10-3
= 58,82 Hz
1. SumberDC
1. Vp = volt/div x skala vertikal
=2x5
= 10 volt
Vef = Vp
2
= 10
2
= 7,09 volt
T = time/div x skala horizontal
= 5 x 3,2
= 16 ms
= 16 x 10-3 s
F = 1/T
= 1/16 x 10-3
= 62,50 Hz

1. Vp = volt/div x skala vertikal


= 2 x 6,5
= 13 volt
Vef = Vp
2
= 13
2
= 9,22 volt
T = time/div x skala horizontal
= 5 x 3,3
= 16,5 ms
= 16,5 x 10-3 s
F = 1/T
= 1/16,5 x 10-3
= 60,61 Hz
1. Vp = volt/div x skala vertikal
=2x8
= 16 volt
Vef = Vp
2
= 16
2
= 11,35 volt
T = time/div x skala horizontal
= 5 x 3,3

= 16,5 ms
= 16,5 x 10-3 s
F = 1/T
= 1/16,5 x 10-3
= 60,61 Hz
1. Vp = volt/div x skala vertikal
= 5 x 3,8
= 19 volt
Vef = Vp
2
= 19
2
= 13,48 volt
T = time/div x skala horizontal
= 5 x 3,3
= 16,5 ms
= 16,5 x 10-3 s
F = 1/T
= 1/16,5 x 10-3
= 60,61 Hz
1. Vp = volt/div x skala vertikal
= 5 x 4,4
= 22 volt
Vef = Vp
2

= 22
2
= 15,60 volt
T = time/div x skala horizontal
= 5 x 3,3
= 16,5 ms
= 16,5 x 10-3 s
F = 1/T
= 1/16,5 x 10-3
= 60,61 Hz
1. 2.

Pengukuran frekuensi dengan Kurva Lissajous


1. fx = x

fy y
fx = x . fy
y
= 1 . 5,7
2
= 2,85 Hz
1. fx = x
fy y
fx = x . fy
y
= 1 . 2,8
4
= 0,7 Hz

1. fx = x
fy y
fx = x . fy
y
=1.2
6
= 0,33 Hz
1. fx = x
fy y
fx = x . fy
y
= 1 . 3,5
5
= 0,7 Hz
1. fx = x
fy y
fx = x . fy
y
= 3. 8
4
= 6 Hz
GAMBAR SINYAL OSCILOSKOP

a. Sumber AC

Gambar a.1
Gambar a.2
Gambar a.3
Gambar a.4
Gambar a.5
b. Sumber DC

gambar b.1
Gambar b.2
Gambar b.3
Gambar b.4
Gambar a.5
c. Kurva Lissajous

Gambar c.1

Gambar c.2
Gambar c.3
Gambar c.4
Gambar c.5
G.PEMBAHASAN
Osciloskop adalah alat ukur listrik untuk pengukuran tegangan disertai gambaran
bentuk sinyal tegangan. Pada praktikum ini kita melakukan 3 kali percobaan. Percobaan
pertama dan kedua yaitu menentukan besarnya tegangan dan frekuensi dari suatu gelombang
yang dihasilkan oleh suatu sumber tegangan. Sumber tegangan yang kita gunakan adalah
sumber AC dan DC.
Dari hasil analisa data, kita bisa melihat bahwa frekuensi dari masing-masing sumber adalah
tetap, walaupun pada sumber DC ada sedikit perbedaan, tapi bisa diabaikan ( disebabkan

ketidaktelitian) karena perbedaannya tidak terlalu besar. Frekuensi sumber AC adalah 58,82
Hz, sedangkan DC 60,61 hingga 62,50 Hz. Selain itu dari hasil pengamatan bentuk sinyal
tegangan dari masing-masing sumber, kita bisa melihata bahwa bentuk sinyal tegangan dari
sumber AC dan DC berbeda. Pada sumber AC, satu gelombang terdiri dari satu bukit dan satu
lembah. Sedangkan pada sumber DC, satu gelombang terdiri dari dua bukit gelombang.
Pada percobaan ketiga, kita menentukan frekuensi sumber tegangan (fx) dengan
menggunakan pengamatan dari kurva Lissajous. Di mana channel 1 dihubungkan dengan
sumber tegangan, sedangkan channel 2 dihubungkan dengan generator pulsa. Dalam hal ini,
kita menentukan frekuensi pada generator pulsa (diatur frekuensinya) sehingga didapat
gambar sinyal yang jelas pada layar osciloskop. Kemudian dihitung jumlah x dan y, di mana
x (mewakili sinyal gelombang dari sumber tegangan) berarah horizontal, dan y (mewakili
sinyal gelombang dari sumber generator pulsa) berarah vertikal.
Dari hasil analisa data, diperoleh bahwa fx rata-rata lebih kecil dari fy. hal tersebut bisa
terlihat jelas pada gambar. Seperti kita ketahui bahwa frkuensi adalah banyaknya gelombang
yang dihasilkan tiap sekon. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa x mewakili gelombang yang
dihasilkan oleh sumber tegangan sedangkan y mewakili gelombang dari generator pulsa.
Pada gambar, kita lihat bahwa x lebih kecil dibandingkan y. jika kita anggap x dan y juga
mewakili banyaknya gelombanga yang dihasilkan (dalam waktu yang sama), maka sudah
jelas bahwa fx akan lebih kecil dari fy.
Dari ketiga percobaan tersebut, kita bisa mngetahui fungsi serta cara penggunaan osciloskop.
Dalam percobaan ini, bisa diketahiu bahwa osciloskop dapat digunakan untuk menentukan
tegangan serta frekuensi suatu gelombang. Sedangkan cara sama seperti sebagian besar
instrumen lain, sebelum digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu.
Pada osciloskop, terdapat tombol channel selektor yang fungsinya untuk menentukan input
mana yang ingin ditampilkan. Misalnya, yang ingin kita tampilkan pada layar adalah input
dari channel 1, maka channel selektor diarahkan ke ch 1. Sementara jika kita ingin
menampilkan dua input pada layar maka channel selektor diarahkan menuju DUAL.
Untuk mengatur tampilan gambar pada layar osciloskop, digunakan kontrol timebase dan
kontrol channel. Sama halnya seperti pada peta, pada osciloskop juga skala untuk mengatur
besar kecilnya gambar agar bisa atau mudah diamati. Misalnya gambar pada layar terlalu
besar sehingga melewati batas layar (sulit diamati), maka untuk memperkecil gambar
tersebut, kita harus memperbesar skalanya, begitu pula sebaliknya. Skalanya bisa diatur
dengan tombol time/div, untuk skala horizontal. Sedangkan untuk skala vertikal
menggunakan tombol volt/div. Skala vertikal untuk mengetahui tegangan, sedangkan skala
horizontal untuk menentukan periode suatu gelombang.
H.KESIMPULAN dan SARAN
1. Kesimpulan

Osciloskop dapat digunkan untuk menentukan tegangan serta frekuensi gelombang

Satu gelombang AC terdiri dari satu bukit dan satu lembah, sedangkan gelombang DC
hanya terdiri dari dua bukit

Frekuensi gelombang berbanding lurus dengan banyaknya gelombang yang dihasilkan

Pada percobaan, semakin kecil nilai x maka fx juga semakin kecil begitu pula
sebaliknya

Sebelum menggunakan osciloskop, harus dikalibrasi terlebih dahulu

Untuk mengatur tampilan gambar pada layar (ukuran maupun posisi gambar)
digunakan kontrol channel dan kontrol timebase

2. Saran
Lebih ditingakatkan lagi kinerja co ass maupun para praktikan
DAFTAR PUSTAKA
Hayt, Jack, dkk.1996. Rangkaian Listrik Edisi 4 Jilid 1. Surabaya : Erlangga.
Holdman, J P.1985. Metode Pengukuran Teknik. Jakarta : Erlangga.
http://www.fi.itb.ac.id/ifd/index-php?aksi=1.
Tippler, Paul A.1991. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi ke-3 Jilid 2.Surabaya : Erlangga.
Wollard, Barny.2003. Elektronika Praktis.Jakarta : Pradnya.
KARAKTERISTIK BEBERAPA KOMPONEN ELEKTRONIKA

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

Laporan praktikum Fisika Dasar II ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi SKS dalam
mata kuliah Fisika Dasar II. Laporan ini disahkan pada:
Hari,tanggal

Tempat

: laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNRAM


Co. assisten

Penyusun

Dwi Wahyudiati
G1B0060
KARAKTERISTIK BEBERAPA KOMPONEN ELEKTRONIKA
(Percobaan L-3)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan
: Mempelajari karakteristik beberapa komponen elektronika
berdasarkan hubungan arus dan tegangan
2. Hari, tanggal

: Selasa,12 Mei 2009

3. Tempat

: Laboratorium Fisika Dasar FMIPA Universitas Mataram

B.ALAT dan BAHAN


1. Alat
Power supply
Kabel penghubung
Multimeter
2. Bahan
Resistor 6,3 k
Diode
Lampu
Potensiometer

C.LANDASAN TEORI
Semua alat listrik, dari pemanas sampai bola lampu hingga amplifier stereo,
memberikan hambatan terhadap aliran arus. Umumnya, kawat penghubung memiliki
hambatan yang sangat kecil dibandingkan dengan hambatan filamen atau kumparan kawat.
Kebanyakan rangkaian, terutama pada alat-alat elektronik, resistor digunakan untuk
mengendalikan besar arus. Resistor mempunyai hambatan mulai dari kurang dari satu ohm,
sampai jutaan ohm. Dua jenis utama adalah resistor gulungan kawat yang terdiri dari
kumparan kawat halus dan resistor komposisi yang biasanya terbuat dari karbon
semikonduktor. Kalau kita mrnggunakan diagram rangkaian, kita nyatakan hambatan dengan
simbol
Sedangkan kawat yang hambatannya dapat diabaikan hanya digambarkan sebagai garis lurus
(Giancoli,2001: 69-70).
Kita menekankan bahwa hubungan V = IR bukanlah merupakan sebuah pernyataan hukum
ohm. Sebuah penghantar memenuhi hukum ini hanya jika kurva V-I nya adalah linier, yakni
jika R tidak tergantung dari V dan I. Hubungan R = V/I tetap sebagai definisi umum dari
hambatan sebuah penghantar tak peduli apakah sebuah penghantar tersebut menuruti hukum
ohm atau tidak. Ekivalen mikroskopik dari hubungan V = IR adalah persamaan E = j.
Sebuah bahan penghantar dikatakan menuruti hukum ohm jika grafik dari E terhadap j adalah
linier, yakni jika resistivitas tak tergantung dari E dan j. Hukum ohm adalah sebuah sifat
spesifik dari bahan-bahan tertentu dan bukan merupakan sebuah hukum umum mengenai
keelektromagnetan (Halliday,1984: 195).
Suatu penghantar yang memiliki nilai tahanan kecil atau mempunyai daya hantar yang besar
ini berarti mudah dialiri arus. Besar daya kemampuan penghantar arus ini disebut daya hantar
arus. Sedangkan penyekat atau isolator adalah suatu bahan yang mempunyai tahanan yang
besar sekali atau mempunyai daya hantar yang kecil ini berarti sukar dilalui arus listrik
(Suryatmo,1996:22).
D.PROSEDUR PERCOBAAN

Disusun rangkaian seperti pada gambar

Diamati arus dan tegangan yang melalui rangkaian untuk n pengmatan

Digambar grafik hubungan I terhadap V

Diganti resistor pada gambar dengan komponen lain ( lampu dan dioda) lalu dilakukan
langkah-langkah di atas

E.HASIL PENGAMATAN
1. Komponen Elektronika Lampu

Pengamatan ke-

V (volt)

I (mA)

3,8

0,3

3,74

0,3

4,18

0,3

4,4

0,3

4,49

0,2

2. Komponen Elektronika Dioda

Pengamatan ke-

V (volt)

I (mA)

5,1

0,3

5,34

0,3

5,65

0,3

5,69

0,3

5,74

0,3

3. Komponen Elektronika Resistor 6,3 k

Pengamatan ke-

V (volt)

I (mA)

1,48

0,2

1,80

0,2

2,29

0,2

2,95

0,2

5,63

0,3

F.ANALISIS DATA
GRAFIK HUBUNGAN ARUS DAN TEGANGAN
1.Komponen Elektronika Lampu

2.Komponen Elektronika Dioda

3.Komponen Elektronika Resistor

G.PEMBAHASAN
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui karakteristik beberapa
komponen elektronika berdasarkan hubungan arus dan tegangan. Hubungan antara arus dan
tegangan digambarkan oleh tiga grafik pada analisis data.
Pada grafik pertama, menggunakan hubungan arus dan tegangan pada lampu. Dari grafik,
dilihat bahwa semakin besar tegangan, arusnya semakin kecil. Hal ini dipengaruhi oleh
hambatan. Di sini, kita menggunakan potensiometer dalam rangkaian, di mana potensiometer
sama dengan hambatan, tapi nilainya dapat kita ubah. Jadi, nilai arus tidak sebanding dengan
tegangan karena pengaruh hambatan yang berubah-ubah.

Pada grafik kedua, menunjukkan nilai arus tetap meskipun nilai tegangan berubah-ubah dan
hambatan juga berubah-ubah. Sedangkan pada grafik yang terakhir, bisa dikatakan bahwa
hubungan arus dan tegangan adalah sebanding. Namun, arus rata-rata dari resistor (grafik 3)
lebih kecil dari komponen lainnya. Hal itu karena kita menggunakan resistor 6,3 k selain
ditambah dengan potensiometer. Selain pengaruh hambatan, kelayakan alat juga perlu
diperhitungkan dalam pengukuran arus dan tegangan.
H.KESIMPULAN dan SARAN
1. Kesimpulan
Resistor berfungsi untuk mengatur besar kecilnya arus pada rangkaian
Dioda dapat mengijinkan arus mengalir pada satu arah saja
Faktor kelayakan alat sangat mempengaruhi pengaukuran
2. Saran
Diharapkan agar alat-alat yang ada di laboratorium diperiksa kelayakannya. Jika
memang sudah tidak layak pakai diganti secepatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas.2001. Fisika Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Halliday dan Resnick.1984. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Suryatmo. 1996. Teknik Pengukuran Listrik dan Elektronika.Jakarta : Bumi Aksara.
RANGKAIAN SERI dan PARALEL
Pada RESISTOR

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

Laporan praktikum Fisika Dasar II ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi SKS dalam
mata kuliah Fisika Dasar II. Laporan ini disahkan pada:
Hari,tanggal

Tempat

: laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNRAM


Co.assisten

Penyusun

Isnal Mufakkir
G1B007026

RANGKAIAN SERI dan PARALEL


Pada RESISTOR
(Percobaan L-5)
A.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan
resistor

: Mengamati arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel

2. Hari, tanggal

: Rabu, 13 Mei 2009

3. Tempat

: Laboratorium Fisika Dasar FMIPA Universitas Mataram

B.ALAT dan BAHAN


1. ALAT
Multimeter
Power supply
Papan rangkaian
Jembatan penghubung

Kabel penghubung
2. BAHAN
Resistor 100
Resistor 47 k
Resistor 100
C.LANDASAN TEORI
Kawat tahanan pada hakikatnya ialah kawat konduktor dari bahan logam yang
mengandung banyak elektron bebas. Dengan tiadanyamedan listrik, elektron-elektron bebas
itu dalam gerakannya tumbuk-menumbuk satu sama lain serta bertumbukan pula dengan
atom-atom bahan yang bergetar-getar di sekitar titik setimbangnya, sehingga gerakan elektron
bebas itu tidak karuan. Tetapi, apabla ujung-ujung kawat tahanan dihubungkan ke sumber
tegangan, sepanjang kawat akan munculmedan listrik yang mempercepat garakan elektronelektron bebas ke arah yang sesuai denganmedan listrik (Soedojo,2004:264).
Kita tinjau pengaliran arus listrik sepanjang kawat tahanan sepanjang l yang luas
penampangnya A dengan menghubungkan ujung-ujungnya ke sumber daya yang e.m.f nya V.
Mengingat turunnya potensial listrik sama dengan usaha oleh salah satu muatan listrik di
bawahgayamedanlistrik yang kuatnya E sepanjang kawat tahanan, berlakulah persamaan
berikut;
V = El ; V = iR ; R = l/A ; j = i/A
Di mana adalah tahanan jenis (Soedojo,2004:265).
Hubungan seri resistor didapati bila arus hanya dapat mengikuti satu jalan mengaliri dua atau
lebih resistor. Untuk hubungan seri beberapa hambatan, hambatan subtitusi atau hambata
ekivalennya adalah :
Rek = R1 + R2 + R3 +..
Perhatikan bahwa cara untuk mendapatkan Rek untuk hubungan seri sama dengan cara
mendapatkan Cek untuk hubungan paralel. Dalam hubungan seri, arus yang mengalir pada
tiap-tiap resistor sama. Beda potensial antara kedua ujung susunan adalah sama dengan
jumlah beda potensial antara masing-masing hambatan (Bueche,1987: 224).
Pada rangkaian paralel, arus yang masuk ke dalam titik cabang harus sama denagn arus yang
keluar dari titik cabang.
I = I1 + I2 + I3 +.
Ketika resistor terhubung paralel, masin-masing mengalami tegangan yang sama, sehingga
I1 = V ,

I2 = V, I3 = V

R1

R2

R3

Mari kita tentuka nilai resistor tunggal Rek yang akan menarik arus I yang sama dengan ketiga
hambata paralel ini. Resistor ekivalen Rek ini harus memenuhi
I = V_
Rek
Dengan menghubungkan persamaan-persamaan sebelumnya, kita peroleh :
V_ = V + V + V
Rek

R1 R2 R3

Karena V pada setiap resistor sama, serta sama dengan tegangan penuh sumber, maka:
( Giancoli, 2001:97)
_1_ = 1 + 1 + 1_
Rek

R1 R2 R3

D.PROSEDUR PERCOBAAN
1. Rangkaian Seri Resistor
Disusun rangkaian seperti gambar di bawah
R1

R2

Diatur tegangan sumber sebesar 1 V

Diamati arus dan tegangan yang melalui R1, R2 dan pada rangkaian

Dicatat hasil percobaan pada tabel 1

Diubah tegangan sumber untuk nilai yang berbeda (2V, 3V, 4V, 5V) da dilakukan
langkah 3-4
2. Rangkaian Paralel Resistor

Disusun rangkaian seperti gambar di bawah

R1

Diatur tegangan sumber sebesar 1V

Diamati arus dan tegangan yan gmelalui R1, R2 dan pada rangkaian

Dicatat hasil pengamatan pada tabel 2

Diubah tegangan sumber untuk beberapa nilai yang berbeda (2V, 3V, 4V, 5V) lalu
dilakukan langkah 3-4
3. Rangkaian Kombinasi Resistor

Disusun rangkaian seperti gambar di bawah

R1

R3

Diatur tegangan sumber 1V

Diamati arus dan tegangan yang melalui R1, R2, dan pada rangkaian (R1=Rek=R12 , R2
=R3)

Dicatat hasil pengamatan pada tabel 3

Diubah tegangan sumber untuk beberapa nilai berbeda (2V,3V,4V,5V) dan dilakukan
langkah ketiga dan keempat
E.HASIL PENGAMATAN
1.Rangkaian Seri

Arus (A)

Tegangan (V)

No V Sumber
Rangk

R1

R2

Rangk

R1

R2

1V

0,1

0,1

0,1

0,002

0,011

0,008

2V

0,2

0,1

0,1

0,002

0,003

0,004

3V

0,1

0,1

0,1

0,002

0,001

0,001

4V

0,1

0,1

0,1

0,002

0,001

0,0026

5V

0,1

0,1

0,1

0,003

0,002

0,001

2.Rangkaian Paralel

Arus (A)

Tegangan (V)

No V Sumber
Rangk

R1

R2

Rangk

R1

R2

1V

0,1

0,1

0,1

0,002

0,002

0,002

2V

0,3

0,1

0,1

0,001

0,003

0,001

3V

0,1

0,1

0,1

0,002

0,002

0,002

4V

0,1

0,1

0,1

0,002

0,002

0,003

5V

0,1

0,1

0,1

0,003

0,002

0,003

3.Rangkaian Kombinasi

Arus (A)

Tegangan (V)

No V Sumber
Rangk

R1

R2

Rangk

R1

R2

1V

0,1

0,1

0,1

0,002

0,003

0,002

2V

0,1

0,1

0,1

0,002

0,001

0,003

3V

0,1

0,1

0,1

0,002

0,002

0,002

4V

0,4

0,4

0,4

0,002

0,002

0,003

5V

0,3

0,1

0,2

0,003

0,001

0,003

R1 = 100
R2 = 47 k
R3 = 100
F.ANALISIS DATA
I. Pengolahan Data
1. Rangkaian Seri

R1

R2

Iek
Vek
Iek = IR1 =IR2
Iek = Vin , Rek = R1 + R2
Rek

Vek = VR1 + VR2


VR1 = Iek . R1
VR2 = Iek . R2

2. Rangkaian Paralel
Iek
Vek
R1
VR1 = VR2 = Vek = Vin
Iek = IR1 + IR2 , Rek = R1 . R2
R1+R2
IR1 = Vin
R1
IR2 = Vin

R2
3. Rangkain Kombinasi
Iek
Vek
R3
R1
Iek = IR3 = IR12
Iek = Vin , Rek = R1R2 + R3
Rek

R1+R2
Vek = VR3 + VR12
VR3 = Iek . R3
VR12 = Iek . R12

II. Perhitungan Data


1. Rangkaian Seri
R1 = 100
R2 = 47 k
Rek = R1 + R2
= 100 + 47000
= 47100
= 47,1 k
a. Vin = 1 V
Iek = IR1 = IR2 = Vin
Rek

Iek =

1__

47100
= 0,00002 A
= 2 x 10-5 A
VR1 = Iek x R1
= 0,00002 x 100
= 0,002 V
VR2 = Iek x R2
= 0,00002 x 47000
= 0,94 V
Vek = VR1 + VR2
= 0,942 V
b. Vin = 2 V
Iek = IR1 = IR2 = Vin
Rek
Iek =

2__

47100
= 0,00004 A
= 4 x 10-5 A
VR1 = Iek x R1
= 0,00004 x 100
= 0,004 V
VR2 = Iek x R2
= 0,00004 x 47000
= 1,88 V

Vek = VR1 + VR2


= 1,884 V

c. Vin = 3 V
Iek = IR1 = IR2 = Vin
Rek
Iek =

3__

47100
= 0,00006 A
= 6 x 10-5 A
VR1 = Iek x R1
= 0,00006 x 100
= 0,006 V
VR2 = Iek x R2
= 0,00006 x 47000
= 2,82 V
Vek = VR1 + VR2
= 2,826 V

d. Vin = 4 V
Iek = IR1 = IR2 = Vin
Rek
Iek =
47100
= 0,00006 A

4__

= 8 x 10-5 A
VR1 = Iek x R1
= 0,00008 x 100
= 0,008 V
VR2 = Iek x R2
= 0,00008 x 47000
= 3,76 V
Vek = VR1 + VR2
= 3,768 V
e. Vin = 5 V
Iek = IR1 = IR2 = Vin
Rek
Iek =

5__

47100
= 0,0001 A
= 1 x 10-4 A
VR1 = Iek x R1
= 0,0001 x 100
= 0,01V
VR2 = Iek x R2
= 0,0001 x 47000
= 4,7 V
Vek = VR1 + VR2
= 4,71 V
2. Rangkaian Paralel

R1 = 100
R2 = 47 k
Rek = R1 . R2
R1+R2
= 100 x 47000
100 + 47000
= 99,79
a. Vin = Vek = VR1 = VR2 = 1 V
IR1 = Vin
R1
= 1_
100
= 0,01 A
IR2 = Vin
R2
=

1__

47000
= 0,00002 A
Iek = IR1 + IR2
= 0,01002 A
b. Vin = Vek = VR1 = VR2 = 2 V
IR1 = Vin
R1
= 2_
100

= 0,02 A
IR2 = Vin
R2
=

2__

47000
= 0,00004 A
Iek = IR1 + IR2
= 0,02004 A
c. Vin = Vek = VR1 = VR2 = 3 V
IR1 = Vin
R1
= 3_
100
= 0,03 A
IR2 = Vin
R2
=

3__

47000
= 0,00006 A
Iek = IR1 + IR2
= 0,03006 A
d. Vin = Vek = VR1 = VR2 = 4 V
IR1 = Vin
R1
= 4_

100
= 0,04 A
IR2 = Vin
R2
=

4__

47000
= 0,00008 A
Iek = IR1 + IR2
= 0,04008 A
e. Vin = Vek = VR1 = VR2 = 5 V
IR1 = Vin
R1
= 5_
100
= 0,05 A
IR2 = Vin
R2
=

5__

47000
= 0,0001 A
Iek = IR1 + IR2
= 0,0501 A
3. Rangkaian Kombinasi
R12 = 99,79
R3 = 100

Rek = R12 + R3
= 99,79 + 100
= 199,79
a. Vin = 1 V
Iek = Vin
Rek
=

1___

199,79
= 0,005 A
VR3 = Iek x R3
= 0,005 x 100
= 0,5 V
VR12 = Iek x R12
= 0,005 x 99,79
= 0,49 V
Vek = VR12 + VR3
= 0,99 V
b. Vin = 2 V
Iek = Vin
Rek
=
199,79
= 0,01 A
VR3 = Iek x R3
= 0,01 x 100

2___

=1V
VR12 = Iek x R12
= 0,01 x 99,79
= 0,99 V
Vek = VR12 + VR3
= 1,99 V
c. Vin = 3 V
Iek = Vin
Rek
=

3___

199,79
= 0,015 A
VR3 = Iek x R3
= 0,015 x 100
= 1,5 V
VR12 = Iek x R12
= 0,015 x 99,79
= 1,49 V
Vek = VR12 + VR3
= 2,99 V
d. Vin = 4 V
Iek = Vin
Rek
=
199,79

4___

= 0,02A
VR3 = Iek x R3
= 0,02 x 100
=2V
VR12 = Iek x R12
= 0,02 x 99,79
= 1,99 V
Vek = VR12 + VR3
= 3,99 V
e. Vin = 5 V
Iek = Vin
Rek
=

5___

199,79
= 0,025 A
VR3 = Iek x R3
= 0,025 x 100
= 2,5 V
VR12 = Iek x R12
= 0,025 x 99,79
= 2,49 V
Vek = VR12 + VR3
= 4,99 V
GRAFIK HUBUNGAN ARUS DENGAN TEGANGAN
1. Rangkaian Seri

Vek

Iek

0,942

1,884

2,826

3,768

4,710

10

2. Rangkaian Paralel

Vek

Iek

0,01

0,02

0,03

0,04

0,05

3. Rangkaian Kombinasi

Vek

Iek

0,99

0,005

1,99

0,010

2,99

0,015

3,99

0,020

4,99

0,025

G.PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kita mengamati hubungan antara arus dan tegangan dalam
rangkaian seri dan paralel dari resistor. Dari hasil analisis data, serta pada grafik bisa kita
lihat bahwa hubungan antara arus dan tegangan adalah sebanding. Artinya, semakin besar
tegangan, maka arus yang mengalir dalam rangkaian juga akan semakin besar. Namun,
hubungan tersebut berlaku jika hambatan total tetap.
Dalam hal ini, untuk rangkaian seri, hambatan totalnya 47100 , rangkaian paralel 99,79
sedangan rangkaian kombinasi, hambatan totalnya 199,79 . Hambatan total tersebut kita
buat konstan (nilainya tidak diubah) untuk masing-masing rangkaian. Sehingga pada grafik
diperoleh garis lurus (menandakan hambatan konstan) sedangkan yang berubah adalah arus
dan tegangan. Jika hambatan total tidak kita buat konstan, maka hubungan antara arus dengan
tegangan belum tentu sebanding. Misalnya jika V kita buat tetap, sedangkan hambatan
berubah-ubah, maka yang kita dapatkan adalah hubungan arus dan hambatan , di mana arus
berbanding terbalik dengan hambatan.
Selain itu, kita juga mengukur arus dan tegangan pada masing-masing rangkaian resistor
dengan multimeter sebagai pembanding. Namun, jika dibandingkan hampir semua data hasil
pengukuran dengan multimeter tidak sesuai dengan hasil perhitungan (analisis data).
Meskipun secara teori (jika tidak membandingkan nilai antara hasil analisis data dengan hasil
pengukuran), ada sebegian data yang benar. Misalnya pada rangkaian seri, di mana arus yang
mengalir di setiep titik adalah sama. Dari hasil pengukuran dengan multimeter, pada
rangkaian seri, hampir sebagian besar data benar yaitu arus pada setiap titik adalah sama
yaitu 0,1 ampere. Kesalahan pengukuran arus dan tegangan yang terjadi dikarenakan alat
ukur yang digunakan (multimeter) sudah tidak layak pakai. Selain itu, dari analisa data, kita
peroleh bahwa arus pada tiap titik sangat kecil. Dalam hal ini, multimeter tidak dapat
digunakan untuk mengukur arus yang sangat kecil.
H.KESIMPULAN dan SARAN
1. Kesimpulan

Jika hambatan tetap,maka nilai arus dan tegangan selalu berbanding lurus pada setiap
rangkaian
Arus selalu berbanding terbalik dengan hambatan
Multimeter tidak dapat digunakan untuk mengukur arus yang sangat kecil
Hambatan total untuk rangkaian paralel selalu lebih kecil dibandingkan pada rangkaian seri
(jika nilai masing-masing hambatan sama)
2. Saran
Seharusnya alat-alat yang rusak tidak digunakan dalam praktikum dan diganti
secepatnya demi kelancaran praktikum selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bueche, Frederick.1987. Fisika Edisi Kedelapan.Jakarta : Erlangga.
Giancoli, Douglas.2001.Fisika Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta : erlangga.
Soedojo, Peter.2004. Fisika Dasar. Yogyakarta : Andi.
KAPASITAS KAPASITOR

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

Laporan praktikum Fisika Dasar II ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi SKS dalam
mata kuliah Fisika Dasar II. Laporan ini disahkan pada:
Hari,tanggal

Tempat

: laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNRAM


Co. assisten

Penyusun

Mudzakki
G1B0060

KAPASITAS KAPASITOR
(Percobaan L-2)

A.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan
: a. Menentukan kapasitas kapasitor yang tidak diketahui
melelui perbandingan dengan menggunakan bantuan pembagian tegangan kapasitif
b. Menentukan kapasitas kapasitor lempeng
2. Hari, tanggal

: Rabu, 13 Mei 2009

3. Tempat

: Laboratorium Fisika Dasar FMIPA Universitas Mataram

B.ALAT dan BAHAN


1. ALAT

Multimeter

Kabel penghubung

Power supply

2. BAHAN

Kapasitor 10 F

Kapasitor lempeng

C.LANDASAN TEORI
Pada dasarnya suatu kapasitor listrik adalah dua buah lempeng yang terbuat dari suatu bahan
yang dapat menampung muatan listrik, yang satu sama lain berlawanan tanda dipisahkan oleh
suatu media isolator. Sedangkan dengan itu, pada suatu kondensator didefinisikan apa yang
disebut kapasitas kondensator sebagai besarnya muatan kondensator dibagi dengan selisih
potensial yang bekerja antara dua lempeng. Dalam hal ini, muatan yang dimaksud
kondensator ialah besar muatan listrik satu lempeng: hal mana yang bersangkutan dengan
kenyataan bahwa muatan total suatu kondensator lenyap. Karena muatan listrik di antara
kedua lempeng berlawanan tanda, tetapi sama besarnya, makamedanlistrik yang terjadi di
antara kedua lempeng itu arahnya dari lempeng bermuatan positif ke lempeng bermuatan
negatif. Andaikan besarnya muatan listrik kondensator adalah q, dan selisih potensial di
antara keduanya v, maka menurut definisi kapasitas kondensator : (Renreg,1983:19)
C=q
v
Kapasitor adalah piranti yang berguna untuk menyimpan muatan dan energi. Kapasitor terdiri
dari dua konduktor yang berdekatan tapi terisolasi satu sama lain dan membawa muatan yang
sama besar dan berlawanan. Kapasitor memiliki banyak kegunaan. Cahaya kilat pada kamera
menggunakan suatu kapasitor untuk menyimpan energi yang diperlukan untuk memberi
cahaya kilat secara tiba-tiba. Kapasitor memperluas trak yang timbul akibat arus bolak-balik
dikonversi menjadi arus searah pada catu daya, sehingga dapat digunakan pada kalkulator
atau radio ketika battry tidak dapat digunakan (Tipler,1996:109).
Untuk kapasitor- kapasitor yang dihubungkan seri, maka besarnya muatan adalah sama. Hal
ini karena muatan netto pada begian rangkaian yang dicakup oleh garis putus-putus pada
gambar haruslah sebesar nol, yakni muatan yang hadir mula-mula pada plat-plat ini adalah
nol dan dengan menghubungkan sebuah baterai antara a dan b hanya akan menghasilkan
pemisahan muatan, sedangkan muatan netto pada plat-plat ini masih tetap sebesar nol.
Dengan menganggap bahwa C1 maupun C2 tidaklah memercikkan bunga api, maka muatan
tidak dapat memasuki atau meninggalkan voluma yang digambarkan oleh garis putus-putus
tersebut (Halliday,1984:149).
D.PROSEDUR PERCOBAAN

Dirangkai alat seperti pada gambar

Diukur tegangan kapasitor C1 dengan cara:


1. Setelah dihubungkan dengan sumber tegangan, biarkan selama beberapa menit (30
detik)
2. b.

Kabel penghubung pada C1 dilepaskan lalu diukur tegangan pada kapasitor

Kapasitor C2 sebesar 10 F diukur tegangannya dengan cara:

a. Setelah C1 diukur tegangannya, kabel dihubungkan kembali tapi tanpa C2

b. Diukur tegenga pada C2


Percobaan pertama sampai ketiga diulangi sebanyak 5 kali dengan besar sumber tegangan
yang berbeda-beda

Kapasitas C1 dihitung dengan rumus:

C1V1 = C2V2
Kapasitor C1 yang belum diketahui nilainya tadi, diukur nilainya dengan multimeter
sebagai pembanding dengan nilai kapasitor yang diperoleh dari hasil perhitungan

E.HASIL PENGAMATAN

Tegangan Sumber

V C1 (mV)

V C2 (mV)

2V

29,3

30,2

4V

52,7

12,7

6V

42,0

56,6

8V

43,0

3,9

10 V

31,2

4,5

Kapasitor Lempeng = 0,473 F


C2 = 10 F

F.ANALISIS DATA
1. C2 = 10 F
V1 = 29,3 mV
V2 = 30,2 mV
C1 = C2 .V2
V1
= 10 . 30,2
29,3
= 10,307 F
2. C2 = 10 F
V1 = 52,7 mV
V2 = 12,7 mV
C1 = C2 .V2
V1
= 10 . 12,7
52,7
= 2,410 F
3. C2 = 10 F
V1 = 42 mV
V2 = 56,6 mV
C1 = C2 .V2
V1
= 10 . 56,6
42
= 13,476 F

4. C2 = 10 F
V1 = 43 mV
V2 = 3,9 mV
C1 = C2 .V2
V1
= 10 . 3,9
43
= 0,907 F
5. C2 = 10 F
V1 = 31,2 mV
V2 = 4,5 mV
C1 = C2 .V2
V1
= 10 . 4,5
31,2
= 1,442 F
G.PEMBAHASAN
Kapasitor merupakan komponen yang dapat menyimpan muatan listrik. Pada percobaan ini,
kita mencoba untuk menghitung kepasitas kapasitor yang belum diketahui (C1), kemudian
kita bandingkan hasil perhitungan tersebut dengan nilai kapasitor C1 yang sebenarnya. Di
mana, nilai sebenarnya setelah diukur dengan multimeter adalah 0,473 F.
Dari hasil analisa data, diperoleh bahwa nilai kapasitor C1 berbeda-bed dan tidak sesuai
dengan nilai sebenarnya. Hal ini karena ketidaktelitian dalam pengukuran tegangan pada C1
maupun C2, karena angka pada multimeter berubah begitu cepat sehingga sulit menentukan
angka yang pertama kali ditampakkan pada multimeter saat pengukuran tegangan. Selain itu,
pada pengukuran tegangan untuk C1, saat kabel penghubung dilepas, harus sesegera mungkin
diukur tegangannya. Jika terlalu lama, maka nilai nilai tegangan yang terbaca akan semakin
kecil. Sementara intuk memperoleh nilai kapasitor sebesar 0,473 F, sementara nilai kapasitor
C2 10 F, maka tegangan pada C1 haruslah lebih besar dari tegangan pada C2. Hal tersebut
sesuai dengan perbandingan:
C1 V 1 = C 2 V 2

Selain ketidaktelitian dari para praktikan, faktor kelayakan alat juga perlu diperhitungkan.
Bisa saja beberapa alat yang digunakan sebenarnya tidak layak pakai tapi tetap saja
digunakan karena belum dicek ulang.
Pada praktikum ini, kami melakukan dua kali pengulangan untuk memastikan kebenaran
pengukuran pada percobaan yang pertama. Ternyata hasilnya sangat jauh berbeda dengan
pengukuran pertama. Itu menandakan kalau alat yang dignakan juga perlu dipertanyakan
kelayakannya, karena pada pengukuran yang kedua kami mengganti multimeter yang
pertama kami gunakan.
H.KESIMPULAN dan SARAN
1. Kesimpulan
Pada rangkaian seri, muatan di setiap kapasitor adalah sama sehingga : C1V1=C2V2
Jika C1V1 = konstan (muatan tetap) maka tegangan selalu berbanding terbalik dengan
kapasitas kapasitor
Kapasitor dapat berfungsi menyimpan muatan listrik
2. Saran
Sebaiknya, semua alat yang ada di laboratorium diperiksa terlebih dahulu sebelum
diadakan praktikum dan alat yang rusak diganti secepatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Halliday dan Resnick.1984. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Renreng, Abdullah.1983. Asas-Asas Ilmu Alam Universitas. Ujung pandang : Badan
Kerjasama PTN.
Tippler, Paul.1996. Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid 2.Surabaya : Erlangga.
`
JEMBATAN WHEATSTONE

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

Laporan praktikum Fisika Dasar II ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi SKS dalam
mata kuliah Fisika Dasar II. Laporan ini disahkan pada:
Hari,tanggal

Tempat

: laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNRAM


Co. assisten

Penyusun

Resty Dwi Wulandari


G1B0060

PENGUKURA HAMBATAN MENGGUNAKAN


RANGAKAIAN JEMBATAN WHEATSONE
(Percobaan L-6)

A.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan
: a. memahami dasar pengukuran nilai hambatan denga metode
arus nol (metode Jembatan Wheatstone)
b. Menentukan besarnya nilai hambatan suatu penghantar
2. Hari, tanggal

: Rabu, 8 April 2009

3. Tempat

: Laboratorium Fisika Dasar FMIPA Universitas Mataram

B.ALAT dan BAHAN

1. ALAT
Bangku jembatan wheatstone
Sumber tegangan
Kabel penghubung
Galvanometer
2. BAHAN
Hambatan standar
Hambatan
Hambatan kawat
C.LANDASAN TEORI
Gambar 32.9 memperlihatkan dasar-dasar dari sebuah potensiometer, yakni sebuah alat untuk
mengukur tge x yang tak diketahui.dengan memakaikan eorema simpal kepada simpal abcd
maka dihasilkan
-x ir + (i0 i)R = 0
Di mana i0 i adalah arus di dalam hambatan R. dengan memecahkannya untuk I maka
dihasilkan
i = i0R x
R+r
Di mana R adalah sebuah hambatan yang variabel. Hubungan ini memperlihatkan bahwa jika
R diatur sehingga mempunyai nilai sebesar Rx di mana
i0Rx = x
maka arus i di dalam cabang abcd akan menjadi nol. Unyuk membuat keseimbangan
potensiometer dengan cara ini, maka R harus diatur dengan menggunakan tangan sampai alat
pengukur arus yang sensitif G menunjukkan pembacaan nol (Halliday,1978 :229)
The resistance of awire of uniform cross section is related to the resistivity by the formula
R = l_
A
We can use this formula to calculate the resistace if the resistivity of the material is known,
and we can also use it to calculate the resistivity if the resistance is known. The latter

calculation is important in the experimental determination of the resistivity of a material,


which is done by measuring the potentiel difference an current in a wire of given length and
cross section made of a sample of the material. This means that Ohms law is used both as a
definition of resistance and as a law relating current, potential difference, and resistance. If
the definiyions of force and of temperature we have already encountered similar instance of
such dual uses of laws (Ohanian,1985:637-638).
Bagian yang paling penting dari ammeter dan voltmeter analog, di mana pembacaan
ditunjukkan dengan jarum penunjuk pada suatu skala, adalah galvanometer. Galvanometer
bekerja dengan prinsip gayaantara medanmagnet dan kumparan kawat pembawa arus.
Pwnyimpangan jarum galvanometer sebanding dengan arus yang dibawanya. Sensitifitas arus
skala penuh Im dari sebuah galvanometer merupakan arus yang dibutuhkan agar jarum
menyimpang dengan skala penuh. Jika tidak ada arus, jarum menunjuk angka nol.
Galvanometer dapat digunakan langsung untuk mengukur arus DC yang kecil hingga kuran
A. Untuk arus yang lebih besar, resistor dipasang paralel dengan galvanometer
(Giancoli,2001:116).
D.PROSEDUR PERCOBAAN

Peralatan percobaan disiapkan dan diset seperti gambar

Salah satu R dipilih sebagai satu hambatan standar

Sumber tagangan dihidupkan dan tahanan geser diatur dengan menggerakkan jarum
pointer pada kawat sampai diperoleh arus pada galvanometer sama dengan nol

Apabila langkah ketiga sudah dilakukan, dan belum juga diperoleh arus nol, hambatan
standar Rs diganti kemudian tahanan geser diatur lagi sampai diperoleh arus nol

Dicatat harga Rs, L2, L4, serta nilai R tahanan yang ditentukan nilainya pada tabel

Percobaan diulangi dengan memvariasikan Rs, L2, L4 sampai 5 kali dan dicatat dalam
tabel

E
E.HASIL PENGAMATAN

Rs ()

L2 (cm)

L4 (cm)

16

20

80

16

29

71

16

39,5

60,5

16

54,5

45,5

16

24

76

16

30,5

69,5

16

33

67

16

39

61

16

46,5

53,5

16

46

54

F.ANALISIS DATA
1. Rs = 16
L4 = 80 cm
L2 = 20 cm
R1 = L 2 x Rs
L4
= 20 x 16

80
=4
2. Rs = 16
L4 = 71 cm
L2 = 29 cm
R1 = L 2 x Rs
L4
= 29 x 16
71
= 6,54
3. Rs = 16
L4 = 60,5 cm
L2 = 39,5 cm
R1 = L 2 x Rs
L4
= 39,5 x 16
60,5
= 10,45
4. Rs = 16
L4 = 45,5 cm
L2 = 54,5 cm
R1 = L 2 x Rs
L4
= 54,5 x 16
45,5

= 19,16
5. Rs = 16
L4 = 76 cm
L2 = 24 cm
R1 = L 2 x Rs
L4
= 24 x 16
76
= 5,05
6. Rs = 16
L4 = 69,5 cm
L2 = 30,5 cm
R1 = L 2 x Rs
L4
= 30,5 x 16
69,5
= 7,02
7. Rs = 16
L4 = 67 cm
L2 = 33 cm
R1 = L 2 x Rs
L4
= 33 x 16
67
= 7,88

8. Rs = 16
L4 = 61 cm
L2 = 39 cm
R1 = L 2 x Rs
L4
= 39 x 16
61
= 10,23
9. Rs = 16
L4 = 53,5 cm
L2 = 46,5 cm
R1 = L 2 x Rs
L4
= 46,5 x 16
53,5
= 13,91
10. Rs = 16
L4 = 54 cm
L2 = 46 cm
R1 = L 2 x Rs
L4
= 46 x 16
54
= 13,63
G.PEMBAHASAN

Salah satu cara untuk megukur hambatan adalah dengan metode jembatan
wheatstone. Seperti kita ketahui, jembatan wheatstone merupakan sebuah rangkaian yang
terdiri dari empat buah hambatan (yang salah satunya diukur nilainya) serta sebuah
galvanometer yang disusun paralel dan dihubungkan dengan sumber tegangan.
Pada percobaan ini, digunakan empat buah hambatan yaitu hambatan yang akan diukur
nilainya (R1), hambatan tetap (Rs), serta sebuah hambatan kawat (pengganti dua buah
hambatan lainnya yang disatukan). Untuk mengukur hambatan R1 , arus pada galvanometer
haruslah nol. Caranya yaitu dengan menggerakkan jarum pointer pada kawat ( jarum berada
di bawah kawat dan harus menyentuh kawat). Jika pada jarak tertentu pada kawat(L4), jarum
galvanometr menunjukkan angka nol, maka R1 dapat dihitung dengan rumus yang telah
ditentukan.
Jarak L4 pada kawat mewakili nilai hambatan R4 karena hambatan sebanding dengan panjang
kawat. Untuk mengetahui nilai hambatan R2, dapat diperoleh dengan mengurangi panjang
kawat seluruhnya dengan panjang kawat L4.
Dari hasil analisa data, diperoleh bahwa nilai hambatan R1 berbanding terbalik dengan
panjang kawat L4. Nilai R1 yang diperoleh, tidak lebih dari 20 sebagaimana tertera pada R1
tersebut.
Jika nilai R1 lebih besar dari 20 , hal itu bisa disebabkan beberapa hal :
1.

Ketidaktelitian Praktikan

Jika jarum pointer tidak bersentuhan dengan kawat, otomatis jarum pada galvanometer
menunjuk angka nol. Bisa saja jarum pointer terlepas dari kawat pada jarak tertentu dan
praktikan mengira kalau itu adalah jarak L4.
2.

Pengaruh rangkaian

Jika pemasangan rangkaian sudah tidak tepat, maka hasil pengukuran tidak mungkin benar.
H.KESIMPULAN dan SARAN
1.Kesimpulan

Nilai hambata suatu bahan, sebanding dengan panjang kawat

Nilai hambatan R1 berbanding terbalik dengan panjang kawat L4

Metode Jembatan Wheatstone adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menentukan nilai suatu hambatan
2.Saran
Sebaiknya, tidak hanya praktikan saja yang harus aktif bertanya maupun bekerja, tapi
co ass juga harus lebih aktif dalam memberikan bimbingan serta lebih fokus pada praktikum
yang sedang dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
Giancoli.2001. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Halliday.1978. Fisika jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Ohanian, Hans C.1991. General Physics.New York : W.W norton & Company.
Suryatmo. 1996. Teknik Pengukuran Listrik dan Elektronika.Jakarta : Bumi Aksara.
About these ads

Share this:

Twitter

Facebook1

Like this:
Suka Memuat...
By andrifauzi

Navigasi tulisan
Hello world!

Tinggalkan Balasan

MY OCLOCK
Cari
Mei 2012

Anda mungkin juga menyukai