Oleh :
KELOMPOK B-10
I. LENSA TIPIS
1. Tujuan Percobaan
Menentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta sifat bayangan
2. Alat-alat Percobaan
a. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa, benda, cermin,
dan tabir (layar)
b. Lensa cembung dan cekung
c. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskala
d. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya
3. Teori Dasar
3-1. Rumus Gauss
Benda nyata yang terletak didepan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata
dibelakang lensa. Bayangan ini dapat ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga dapat
terlihat. Secara sederhana pembentukan bayangan tersebut diperhatika pada gambar 1.
Gambar 1. Diagram pembentukan bayangan oleh lensa konvergen. f = titik fokus, O = pusat
sumbu optik lensa.
Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa
1 1 1
= +
𝔣 𝑏 𝑣
𝑏𝑣
f=
𝑏+𝑣
(1)
Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuan
f = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk divergen
Gambar 2. Kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir
Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang
menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan
𝒶 = jarak benda ke tabir
d = jarak antara dua kedudukan lensa yang menghasilkan bayangan tajam yang
diperbesar dan diperkecil
𝑣𝑏 = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar
𝑏𝑏 = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar
𝑣𝑘 = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil
Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar
Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga
terbentuk bayangan ditempat tak terhingga. Selanjutnyaoleh cermin datar berkas ini akan
dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehinga terbentuk bayangan sama
besar pada bidang fokus/benda.
(7)
4. Jalannya Percobaan
4-1. Menentukan Jarak Focus Lensa Kovergen
Merujuk pada teori di atas maka penentuan jarak focus lensa kovergen dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss, dan berbantuan cermin datar.
4-1-A. Cara Gauss
1. Ambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali. isikan pada tabel
data.
2. ambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak focusnya.
3. letakkan benda, lensa, dan tabir rel optik sehingga terbentuk susunan seperti gambar
1.
4. atur posisi benda, lensa, tabir sehingga terbentuk bayangan tajam diperkecil.
5. ukurlah v,b,tinggi bayangan h', dan posisi bayangan apakah tegak atau terbalik.
Isikan hasil ini pada tabel data.
6. Geser lensa mendekati benda sejarak 2cm dan atur posisi tabir sehingga terbentuk
bayangan tajam. Lakukan pengukuran seperti langkah 5.
7. ulangi langkah 6 terus menurus selama masih mungkin.
4-1-B. Cara Bassel
6. Hasil Percobaan
1. Menentukan jarak focus lensa konvergen
a. Cara gauss
Tinggi benda h = 3
No. v (cm) b (cm) h’ (cm) Tegak/terbalik Mt = h’/h M = - b/v
1 93 63 5 Terbalik 1,6 -0,67
2 100 72 6 Terbalik 2 -0,72
3 80 40 3,5 Terbalik 1,17 -0,5
Kesimpulan: pada percobaan lensa konvergen dengan cara gauss, didapat hasil percobaan
sesuai dengan sifat dari lensa konvergen. Yaitu didapat bayangan yang nyata, terbalik dan
diperbesar.
b. Cara Bessel
No. a (cm) vb (cm) vk (cm) D f (cm)
1 100 28 72,5 44,5 20,04
2 90 33 59 26 20,62
Kesimpulan : pada percobaan lensa konvergen dengan cara Bessel, pada kedua a (jarak
tabir dan benda), 100 cm dan 90 cm, didapatkan dua jenis bayangan yaitu bayangan besar
dan kecil dengan jarak vb dan vk berbeda. Semakin jauh lensa digeser ke arah tabir maka
akan semakin kecil bayangan yang didapat, kemudian sebaliknya.
c. Dengan cermin datar
v (cm) M = - b/v
10 10
20 20
Kesimpulan : pada percobaan lensa konvergen dengan cermin datar. Didapatkan v=f, karena
sifat cermin datar memantulkan bayangan yang tegak, bayangan yang dihasilkan sama besar
DAFTAR PUSTAKA
Sears, dan Zemansky. “Fisika untuk Universitas”, jilid III
Sutrisno, Seri Fisika Dasar, ITB
I. Tujuan percobaan
Untuk mengetahui ketajaman penglihatan
Snellen chart
V. Kesimpulan
Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol
berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran
dari simbol yang bervariasi.
I. Tujuan Percobaan
Mengetahui cara pemeriksaan serta jenis buta warna serta ada tidaknya buta warna pada o.p.
DAFTAR PUSTAKA
repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2801.ppt – sabtu, 03 april 2010.
Thianren. 2008. Penurunan Visus Pada Katarak dengan Diabetes Mellitus.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf
I. Dasar Teori
Mata adalah struktur khusus tempat reseptor-reseptor peka cahaya yang penting untuk persepsi
penglihatan yaitu, sel kerucut dan sel batang ditemukan di lapisan retina. Iris mengontrol ukuran pupil
dan mengatur jumlah cahaya yang diperbolehkan masuk ke mata. Kornea dan lensa adalah struktur
refraktif utama yang membelokkan berkas cahaya masuk agar bayangan terfokus di retina. Kornea
merupakan penentu utama kemampuan refraktif mata. Kekuatan lensa dapat diubah-ubah melalui
kerja otot siliaris agar mata dapat berakomodasi untuk penglihatan jauh atau dekat.
Sel batang dan kerucut diaktifkan apabila fotopigmen yang mereka miliki menyerap berbagai
panjang gelombang cahaya. Penyerapan cahaya menyebabkan perubahan biokimiawi pada
fotopigmeen yang akhirnya dikonversikan menjadi perubahan kecepatan perambatan potensial aksi
di jalur penglihatan yang meninggalkan retina. Pesan visual di salurkan ke korteks penglihatan di otak
untuk pengolahan perceptual.
Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi, tetapi hanya dapat digunakan untuk
penglihatan di siang hari, karena memiliki kepekaan yang rendah terhadap cahaya. Penglihatan
warna ditimbulkan oleh bermacam-macam rasio stimulasi terhadap ketiga jenis sel kerucut oleh
berbagai panjang gelombang cahaya. Sel batang menghasilkan penglihatan yang samar berupa rona
abu-abu, tetapi karena sangat peka terhadap cahaya, sel-sel batang dapat digunakan untuk melihat
pada malam hari (Sherwood, L. 2001)
Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis
lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua
mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular
yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.
Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sampai ke
fotoreseptor di retina.Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus kepada kiasma optik. Traktus
optikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik, membawa impuls ke lobus serebral dimana
penglihatan diinterpretasikan.
Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin menipis lensa mata
untuk memfokusnya. Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh otot siliari yang terdapat pada badan
siliari, disebut akomodasi. Apabila terjadi kontraksi, fiber dalam ligamen suspensori meregang dan
menyebabkan lensa menebal dan menjadi lebih konveks.
PEMERIKSAAN LAPANGAN PANDANG
Pemeriksaan lapang pandangan sentral dan perifer dipergunakan untuk tiga alasan yaitu
mendeteksi kelainan tajam penglihatan, mencari lokasi kelainan disepanjang jaras saraf penglihatan,
melihat besar kelainan mata dan perubahannya dari waktu ke waktu atau follow up. Pemeriksaan ini
dipergunakan untuk mengeliminir differential diagnosis dan dipergunakan untuk melihat progresifitas
penyakit, dan biasanya menyertai pemeriksaan lain misalnya: pemeriksaan ketajaman penglihatan,
penglihatan warna atau pemeriksaan mata lainnya.
Tujuan:
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
1. Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta fenomena yang
berhubungan dengan peristiwa tersebut
2. Memeriksa luas lapangan pandang untuk beberapa macam warna dengan menggunakan
perimeter
3. Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanisme nya
4. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung dengan refleks pupil pada akomodasi
5. Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di kertas
6. Melihat gerakan eritrosit retina sendiri
Tata Kerja:
1. Suruh op duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter
2. Tutup mata op dengan sapu tangan
3. Letakan dagu op ditempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi bawah mata
kanannya terletak setinggi bagian tas batang vertikal sandaran dagu
4. Pasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan perimeter. Sebagai berikut:
a. Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan penjepit berada dibagian atas
perimeter
b. Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir letaknya berimpit dengan
garis 0-180, dan lingkaran konsentris formulir letaknya skala perimeter
5. Suruh op memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama pemeriksaan,
penglihatan op harus tetepa dipusatkan pada titik fiksasi tersebut
6. Gunakan beda yang dapat digeserpada busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang
pandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang (+5mm) pada benda tersebut.
P-VI 3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?
7. Gunakan perlahan bulatan putih itu menyusuri busur di tepi kiri op ketengah tepat saat op melihat
bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan.
8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.
Gambar 1 Lapang pandang baku (Visual Standart) mata kiri dan kanan
Batas minimal lapang pandang normal:
Temporal 85 derajat Nasal 60 derajat
Temporal Bawah 85 derajat Nasal atas 55 derajat
Bawah 65 derajat Atas 45 derajat
Nasal Bawah 50 derajat Temporal Atas 55 derajat
Luas lapang pandang total : 500 derajat
Dari hasil terlihat batas pandangan normal, dan mata lebih peka/batas lapang pandang lebih luas
saat melihat titik berwarna dibandingkan warna gelap/putih,
DAFTAR PUSTAKA
I. Dasar Teori
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah
getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi
(pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan
rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).
Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di
telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran
basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel
rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup
signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk
melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001).
Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan, neuron
aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian
membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara
berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling
jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang berfrekuensi
rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan. Otak
menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah neuron
aferen yang melepaskan potensial aksi (Corwin, 2001).
Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran
timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran normal,
disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran timpani kedua
yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk pendengaran normal,
disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga, hantaran tulang, adalah penyaluran getaran dari
tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga dalam. Hantaran tulang yang cukup besar terjadi
apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar langsung ke tengkorak. Jaras
ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras (Ganong, 2002).
Untuk memeriksa pendengaran :
1. Pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala merupakan tes kualitatif, yaitu:
a. Tes Rinne
Tujuan: untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang
pada telinga yang diperiksa.
Cara: garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus.
Setelah tidak terdengar garpu tala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila
masih terdengar disebut Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-). Dalam
keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran tulang.
c. Tes Schwabach
Tujuan: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa
yang pendengarannya normal.
Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus
mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus
mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat
mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar,
pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih mendengar, disebut
memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut
sama dengan pemeriksa.
Catatan: Pada tuli konduktif <30 dB, Rinne bisa masih positif
Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk
pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Oleh karena itu untuk
memeriksa pendengaran dipakai garpu tala 512, 1.024, dan 2.048 Hz. Penggunaan ketiga
garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini
terganggu penderita akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin
menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala ini
tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya (Soepardi et al, 2007).
2. Pemeriksaan dengan menggunakan Audiometer merupakan tes kuantitatif
Audiometri nada murni
Teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan untuk
mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah
memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.
Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC (air conductor) yaitu dibuat dengan
garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara 125 – 8000 Hz) dan grafik BC (bone
conductor) yaitu dibuat dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 – 4000
Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru, sedangkan telinga kanan warna merah.
Pemeriksaan audiometri nada murni bisa didapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi
(umumnya 3000 – 6000 Hz) dan pada frekwensi 4000 Hz sering terdapat takik (notch) yang
patognomonik untuk jenis ketulian ini.
Tes audiometri yang sederhana merupakan tes terhadap suara mesin dengan hantaran
udara untuk masing-masing telinga dengan frekuensi tertentu (500, 1000, 2000, 4000 dan
6000 Hz). Tes audiometri yang kompleks dilakukan dalam ruangan kedap suara dan masing-
masing telinga dengan frekuensi (250, 500, 1000, 2000, 3000,4000, 6000 dan 8000 Hz)
Tujuan :
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran.
2. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan Audiometer (Pemeriksaan Audiometer)
3. Menmbuat kesimpulan menegenai “hearing loss” dari hasil pemeriksaan audiometer sehingga
dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal atau tidak
Alat yang diperlukan :
1. Audiometer merek ADC lengkap dengan telepon telinga dan formulir
2. Penala berfrekuensi 256
3. Kapas untuk menyumbat telinga
I. TES PENALA
A. Tata Kerja
Pemeriksaan Pendengaran dengan Penala
a. Cara Rinne
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke
telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang keras.
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.
3. Tanyakanlah kepada o.p. apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga
yang diperiksa, bila demikian o.p. harus segera memberi tanda bila dengungan bunyi itu
menghilang.
4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus o.p. dan
kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang
sedang diperiksa itu.
5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :
Positif : Bila o.p. masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.
Negatif : Bila o.p. tidak mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.
b. Cara Webber
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti nomor A.1.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi o.p. di garis median.
3. Tanyakan kepada o.p. apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di
kedua telinganya atau terjadi lateralisasi.
4. Bila pada o.p. tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi secara
buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangi pemeriksaan.
c. Cara Schwabach
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti no A.1.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.
B. Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Pemeriksaan Pendengaran
Cara Rinne
Telinga (penala Telinga (penala
Orang Cara
digetarkan pada digetarkan lewat Cara Webber
Percobaan Schawabach
processus mastoideus) udara)
Kanan Kiri Kanan Kiri
Wita (OP1) + + + + Lateralisasi ke Schwabach
426.6 Hz kanan = kiri normal
Puspita (OP2) + + + + Lateralisasi ke Schwabach
288 Hz kanan = kiri normal
Radi (OP3) + + + + Lateralisasi ke Schwabach
kanan = kiri normal
Intan (OP4) + + + + Lateralisasi ke Schwabach
512 Hz kanan = kiri normal
C. Pembahasan
Pada percobaan rinne, bertujuan untuk membandingkan hantaran melalui udara dan
hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Saat penala digetarkan pada processus
mastoideus, terdengar suara dengungan, baik ditelinga kiri maupun telinga kanan, seluruh orang
percobaan. Begitu pula saat penala digetarkan di udara ,tanpa menyentuh processus
mastoideus, suara dengungan terdengar jelas.
Pada percobaan cara webber, bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan. Saat penala yang sudah digetarkan ditaruh pada dahi, semua orang
D. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan bahwa semua orang percobaan dapat
mendengar dengungan penala dengan baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa telinga
orang percobaan masih bekerja secara normal.
II. AUDIOMETRI
C. Pembahasan
Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC yaitu dibuat dengan garis lurus penuh
(intensitas yang diperiksa antara 125 – 8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis
terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 – 4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru,
sedangkan telinga kanan warna merah.
Pada hasil pemeriksaan bertujuan untuk memberikan gambaran luar mengenai tingkat
kehilangan pendengaran pasien dan penyebabnya. Pasien akan memberikan respon terhadap
rangsangan tone yang diberikan. Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi rendah ke
tinggi .
Pada awal, tone sebesar 30dB diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika
respon positif maka level tone diturunkan sebesar 10 dB sampai pasien tidak memberikan
respon. Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan 10 dB
HL sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB HL. Frekuensi
yang diujikan berkisar 125-500 Hz.
Diskriminasi nada (kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang
datang) bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris yang menyempit dan kaku diujung
jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya. Berbagai daerah di membrana
basilaris secara alamiah bergetar secara maksimum pada frekuensi yang berbeda.Ujung sempit
paling dekat jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada tinggi sedangkan ujung lebar
paling dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah
Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang
pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran
D. Menjawab Pertanyaan
p- VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya?
Jawab:
Teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan untuk
mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah
memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.
p-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekwensi hertz?
Jawab:
Hertz adalah jumlah getaran setiap satuan waktu. Standar Internasional untuk frekuensi. Hertz
menyatakan banyaknya gelombang dalam waktu satu detik (1 Hertz = 1 gelombang per detik).
E. Kesimpulan
Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah. Bila terjadi
air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh
bone conduction menggambarkan SNHL. Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan
bahwa orang percobaan memberikan respon terhadap rangsangan tone yang diberikan (dari
frekuensi rendah ke tinggi). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendengaran telinga
orang percobaan masih tuli ringan “mild hearing loss” pada saat AC telinga kanan (35dB), telinga
kiri (30dB) sedangkan BC telinga kiri (35dB) → (liat hasil pengamatan serta batas ambang
pendengaran menurut ISO).
DAFTAR PUSTAKA
Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-Hill companies
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier.. p663-6.
Marieb EN, Hoehn K. 2010. Human anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education,Inc
Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC
Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI. ; hal.
17-8
I. TUJUAN
1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin
2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit.
3. Memriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).
4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan
serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif).
5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (afterimage).
6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:
a. Kekerasan permukaan
b. Bentuk
c. Bahan pakaian
7. Memriksa daya menetukan sikap anggota tubuh.
8. Mengukur waktu reaksi.
9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.
D. Menjawab Pertanyaan:
Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk,
berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya?
Jawab:
Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan.gangguannya disebut “agnosia”.jika pasien
mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda itu,disebut “agnosia visual”.jika
ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya
gangguan sensorik di sebut “agnosia taktil”
Bentuk : Asterogsia (agnosia aktif)
A. Dasar Teori
Reseptor adalah ujung perifer khusus neuron-neuron aferen; reseptor berespon terhadap
rangsangan tertentu, mengubah bentuk-bentuk energi rangsangan menjadi sinyal listrik serta
bahasa sistem saraf. Reseptor untuk pengcapan adalah kuncup pengecap, yaitu suatu
kemoreseptor yang terletak terutama di lidah tetapi juga terdapat pada palatum lunak dan
epiglotis. Kuncup pengecap terdapat pada tonjolan mukosa lidah yang disebut papilla. Masing-
masing kuncup pengecap merupakan sekumpulan sel penunjang dan sel sensorik yang memiliki
rambut dan menonjol membentuk pori-pori pengecap serta dibasahi oleh saiva.
Pada papilla didapatkan taste buds yang berfungsi untuk menerima rangsangan bahan kimia
dari luar. Pada sisi atas dan sisi samping lidah banyak dijumpai papilla pengecap, yang
jumlahnya ditaksir 2000 buah dan terletak tersebar diatas lidah.
Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir lidah adalah kumpulan otot
rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan
mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur
tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.
Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa latin
lingua atau glossal dari bahasa yunani. Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yag
terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis.
Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan instrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang diseut papilla. Papilla
terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai
reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Terdapat tiga jenis papilla yaitu :
1. Papilla filiformis (fili = benang) : berbentuk seperti benang halus
2. Papilla sirkumvalata (sirkum = bulat) : berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V dibelakang
lidah
3. Papilla fungiformis (fungi = jamur) : berbentuk seperti jamur
Pengecapan merupakan fungsi utama dari taste buds, tetapi inder penghidu pun sangat berperan
dalam persepsi pengecapan. Indera pengecapan memungkinkan kita merasakan tekstur lembut
atau kasar, at-zat yang terkandung dalam makanan, serta rasa makanan itu sendiri. Makna
pentingnya adalah bahwa pengecapan memungkinkan manusia memilih makanan sesuai
keinginannya. Sensasi pengecapan terjadi karena rangsangan terhadap berbagai reseptor
pengecapan, ada sedikitnya 13 reseptor kimia yang ada pada sel-sel pengecapan, antara lain :
a. 2 reseptor Natrium
b. 2 reseptor Kalium
c. 1 reseptor Klorida
d. 1 reseptor Inosin
e. 1 reseptor Manis
f. 1 reseptor Pahit
F. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan tentang senssasi rasa pada reseptor pengecap dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah
2. Waktu sensasi adalah waktu yang diperlukan oleh reseptor untuk mengenali dan menanggapi
rangsangan dan diteruskan keotak sehingga akan dikenali rasanya.
3. Sel–sel reseptor untuk pengecapan adalah sel–sel ephitelium yang telah termodifikasi yang
diorganisasikan menjadi kuncup pengecapan yang tersebar di sejumlah bagian permukaan
lidah dan mulut.
4. Dari tiap rasa makanan dan minuman otak mengintegrasikan input yang berbeda dari kuncup
pengecapan, dan mempersiapkan cita rasa yang kompleks.
5. Reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan
lidah, reseptor rasa asam terletak ditepi belakang lidah dan reseptor rasa pahit terletak di
pangkal lidah.
A. Tujuan Percobaan
Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta membedakan
wewangian mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak.
B. Dasar Teori
Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman
yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Reseptor ini merupakan sel saraf yang berupa
benang halus. Pada satu ujung sel saraf berinteraksi dengan zat berbau, sedangkan ujung yang
lainnya berkumpul dalam suatu tulang menuju bagian otak yang bertugas menerjemahkan
sensasi dari indra penciuman. Serangkaian proses terjadi dalam benang halus, dimulai dari
interaksi molekul dengan reseptor sampai dihasilkannya sinyal listrik.
Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu
protein yang berpasangan dengan reseptor (protein G) akan teraktifkan juga. Protein G yang
teraktifkan akan menstimulasi pembentukan cAMP, melalui pembentukan enzim adnylate cyclase
III. cAMP merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan suatu mekanisme
transfer ion, sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai “wangi/bau” molekul ke otak
berupa sinyal listrik.
Setiap satu sensasi wangi terdiri dari beberapa campuran zat “berbau” yang akan
menstimulasi reseptor. Kemudian dalam otak terdapat suatu system pemetaan yang
menerjemahkan sensai wangi ini. Itulah sebabnya meskipun hanya ditemukan 1000 sel saraf
penciuman, tapi kita dapat mengenal 10000 jenis wewangian. Indra penciuman akan cepat
beradatasi.
Sering kita merasa tidak lagi mencium wangi parfum yang telah kita semprotkan, padahal
orang lain yang baru bertemu dengan kita masih bisa menciumnya. Terjadinya fenomena ini
dapat dijelaskan dengan mekanisme berikut. Saat transfer ion untuk pengiriman sinyal ke otak,
Memungkinkan masuknya ion Ca2+, ion Ca2+ akan mengikat protein calmodulin (CaM).
Kompleks Ca2+/Ca Mini dapat mengaktifkan enzim PDE yang selanjutnya dapat merusak
molekul cAMP (molekul pembawa pesan yang dapat mengaktifkan transfer ion dan bertanggung
jawab dalam pengiriman sinyal ke otak), akibatnya pengiriman sinyal ke otak yang membawa
informasi sensasi wangi terhenti.
Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena
memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip
komposisi (komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat
membaui lebih dari 600 aroma. Sistem olfaction dapat menerima stimulus benda-benda kimia
sehingga reseptornya disebut chemoreseptor. Sistem olfaction terdapat di hidung bagian atas
(concha nasal superior) yang peka terhadap penciuman dan lebih dekat ke saraf olfactorius.
Penciuman pada manusia secara umum dipengarui oleh :
Fisik : Lebih sensitif terhadap bau, hidung mancung lebih peka atau lebih sensitif
Psikologis : Wanita yang sedang PMS lebih sensitif
DAFTAR PUSTAKA
I. TUJUAN :
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Mengemukakan pelbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perangsangan kanalis
semisirkularis dan reaksi 11 menegakkan bada “setelah ekstriparsi labirin
2. Menyebutkan beberapa faktoer yang dapat mempengaruhi rekasi perubahan sikap diatas.
3. Mendemomstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia.
4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi Barany terhadap :
- Gerakan bola mata
- Tes penyimpangan penunjukan tes jatuh kesan (sensasi)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif
C. Pembahasan
Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan. Alat
ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian
petrosus (bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal, yang disebut labirin tulang. Di
dalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan yang di sebut labirin membranosa yang
merupakan bagian fungsional aparatus vestibular
Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi pontin
sistem retikular mendular juga sistem vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami
keadaan yang disebut kekakuan deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi
hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai.
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di
dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.
Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek
yang bergerak.
Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di
batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio
retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan
serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula
spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada
D. Menjawab Pertanyaan
P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?
Jawab:
Melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala katak dimiringkan ke kanan
P. VIA. 4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?
Jawab:
Cara mengetahuinya adalah katak yang terbius maka pergerakannya kurang dan tidak begitu
aktif daripada saat katak tersebut dalam keadaan tidak terbius (normal), ditusuk dengan jarum
pentul tidak memberikan respons
E. Kesimpulan
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di
dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine
Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi sistem
vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut kekakuan
deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot
leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.
Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek
yang bergerak. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehigga membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural
A. Cara Kerja
Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan:
1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus dengan mata terbuka dan
sikap kepala dan badan yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami
kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut.
2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup
3. Ulangi percobaan di atas (no. 1 dan 2) dengan:
a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
P.VI.4.8. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?
Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan somatosensori. Dimana 50% yang
paling berpengaruh pada keseimbangan adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi
pengeliminasian dari isyarat visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat
ke satu bagian (kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya
kecenderungan adanya deviasi kearah berlawanan dimana OP memiringkan kepalanya agar
tidak jatuh.
C. Menjawab Pertanyaan:
Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?
Jawab:
Ketika mata terbuka masukan informasi keseimbangan berasal dari mata dan posisi kepala,
maka jika mata tertutup dengan kepala, tubuh cenderung ingin jatuh ke arah kepala miring dan
diseimbangkan dengan berjalan berlawanan dengan miringnya kepala supaya tidak jatuh,
D. Kesimpulan
Mata (visual) sangat berpengaruh dengan keseimbangan atau arah berjalan kita.
I. DASAR TEORI
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di
tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak.
Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan
tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta
menggunakan aktivitas otot yang minimal.
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa
tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of
support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung
oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa
tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan
efisien.
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh
untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas
papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan
kesetimbangan ketika bergerak.
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik
(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi,
dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia,
cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal.
Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh
obat dan pengalaman terdahulu.
Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas
motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam
pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah :
menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat
massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika
bagian tubuh lain bergerak.
Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan
bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap
fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh
selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama
II. TUJUAN :
1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia.
2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi barany terhadap : gerakan bola mata
b. Dengan berjalan mengelilingi statif
V. KESIMPULAN AKHIR
Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis
semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Akselarasi
atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang
awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia.
Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan
menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke posisi
tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat
melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat
unutk berhenti. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus
berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.