Anda di halaman 1dari 15

Nama : Intan Nur Firdausi

Nim : 1511410048

Teori Lapangan (Field Theory)

A. Latar Belakang Psikodinamika


Psikologi Gestalt menyatakan bahwa gejala psikologi terjadi pada suatu
medan/lapangan (field) yang merupakan suatu sistem yang saling tergantung
(interdependent) yang meliputi persepsi dan pengalaman masa lampau. Unsur-unsur
individu dari medan (field) tidak dapat dipahami tanpa mengetahui medan tersebut sebagai
suatu keseluruhan.
Beberapa tokoh yang menemukan Teori lapangan (Field Theory atau Teori
Psikodinamika):

1. Kurt Lewin, Tolman (1932)


2. Wheeler (1940), Lashley (1929)
3. Brunswik (1949).

Teori Lapangan Kurt Lewin sangat dipengaruhi oleh aliran Psikologi Gestalt. Oleh
karena itu tidak mengherankan jika teori lapangan dari Kurt Lewin juga sangat
mengutamakan keseluruhan daripada elemen atau bagian dalam studinya tentang jiwa
manusia.
Teori ini menggunakan metode konstruktif.Metode konstruktif, atau disebut juga
metode “genetik” adalah metode yang digunakan Lewin sebagai metode “klasifikasi”.
Metode klasifikasi menurut mempunyai kelemahan karena hanya mengelompokkan obyek
studi berdasarkan persamaan-persamaannya saja.
Konsekuensi dari metode konstruktif:

1. Sifat dinamis pada metode konstruktif yang mengklasifikasikan obyek-obyek


studinya berdasarkan hubungan antara satu obyek dengan obyek lainnya, teori
lapangan harus dapat mengungkapkan forces (daya, kekuatan) yang mendorong
suatu tingkah laku
2. Cara pendekatan harus psikologis. Semua konsep harus didefinisikan secara
operasional, namun efinisi operasional dalam teori lapangan tidak obyektif
melainkan subyektif.
3. Analisis dalam teori lapangan harus berawal dari situasi sebagai keseluruhan,
tidak dimulai dari elemen-elemen yang berdiri sendiri-sendiri. Dari awal yang
menyeluruh itu barulah dapat dilakukan analisis terhadap masing-masing elemen
atau bagian dari situasi secara khusus
4. Tingkah laku harus dianalisis dalam lapangan di saat di mana tingkah laku terjadi.
Cara pendekatannya sistematis, jadi tidak perlu menghubungkan dengan masa
lalu seperti psikoanalisis.
5. Bahasa yang digunakan dalam teori lapangan harus eksak dan logis, jadi harus
berupa bahasa matematik. Bahasa matematik menurut Lewin bersifat kualitatif.
Dalam hubungan ini ia meminjam istilah-istilah dari geometri untuk
menerangkan peristiwa-peristiwa Psikologik.

B. Konsep – Konsep Dasar Teori Lapangan

Metode konstruktif memerlukan konstruk-konstruk yaitu pengertian yang mencakup


serangkaian konsep. Dengan kata lain, konstruk adalah elemen dari teori lapangan,
sedangkan konsep adalah elemen dari konstruk, konstruk yang terpenting dari teori
lapangan tentunya adalah lapangan itu sendiri, yang dalam psikologinya diartikan sebagai
lapangan kehidupan (life space)

1. Lapangan Kehidupan

Lapangan kehidupan dari seorang individu terdiri dari orang itu sendiri dan
lingkungan kejiwaan (psikologi) yang ada padanya. Demikian pula lapangan
kehidupan suatu kelompok adalah kelompok itu sendiri ditambah dengan
lingkungan tempat kelompok itu berada pada suatu saat tertentu.

Jelaslah bahwa dalam konstruk yang paling dasar tentang lapangan


kehidupan ini Lewin hanya memperhitungkan hal-hal yang ada bagi individu atau
kelompok (subyek) belum tentu ada secara obyektif, sedangkan ada yang secara
obyektif belum tentu ada secara subyektif. Disinilah tampak bahwa kurt Lewin
lebih mementingkan deskripsi yang subyektif.
Ada atau tidak adanya sesuatu bagi subyek harus dibuktikan dengan ada
atau tidak adanya pengaruh dari sesuatu itu terhadap subyek yang bersangkutan.
Ibu, teman, dan kebutuhan adalah contoh hal-hal yang berpengaruh pada subyek.
Oleh karena itu, hal-hal tersebut ada dalam lapangan kehidupan subyek yang
bersangkutan. Sebaliknya, bencana alam di negara lain atau perubahan posisi dari
bintang-bintang tertentu dilangit tidak berpengaruh pada subyek, sehingga tidak
pada lapangan kehadapan subyek.

Ruang hidup (alwisol, 2004) merupakan gabungan antara daerah pribadi


dan daerah lingkungan psikologis, yang secara matematis dapat dirumuskan
dalam formula sebagai berikut:

Rh = ( P + E)

Keterangan:

Rh = Ruang Hidup

P = Daerah Pribadi

E = Daerah lingkungan psikologis

2. Tingkah laku dan Lokomosi

Tingkah laku menurut Lewin adalah lokomosi yang berarti perubahan atau
gerakan pada lapangan kehidupan. Misalnya, seorang pegawai pergi dari
kantornya (wilayah kerja) kerumah sakit (wilayah kesehatan) untuk
memeriksakan diri ke dokter, maka pegawai itu melakukan lokomosi.Namun,
kalau perpindahan itu terjadi pada waktu pegawai tersebut seorang pingsan di
kantor dan di gotong ke rumah sakit, maka itu bukanlah lokomosi atau tingkah
laku

Lokomosi dapat terjadi karena ada “ komunikasi” antara dua wilayah dalam
lapangan kehidupan seseorang.Komunikasi antara 2 wilayah itu menimbulkan
ketegangan pada salah satu wilayah dan ketegangan menimbulkan kebutuhan dan
kebutuhan inilah yang menyebabkan tingkah laku.
3. Daya (Force)

Daya ini didefinisikan sebagai suatu hal yang menyebabkan perubahan.

Perubahan dapat terjadi jika pada suatu wilayah ada valensi tertentu.
Valensi dapat bersifat negative atau positif tergantung pada daya tarik atau daya
tolak yang ada pada wilayah tersebut. Kalau suatu wilayah mempunyai valensi
positif maka ia akan menarik daya-daya dari wilayah-wilayah lain untu bergerak
menuju arahnya.Sebaliknya, jika valensi yang ada pada suatu wilayah negatif ,
maka daya-daya yang ada akan menghindar atau menjauhi wilayah.

Berbicara tentang daya, Kurt Lewin membagi-bagi daya dalam beberapa


jenis:

a. Daya Mendorong

b. Daya yang Menghambat

c. Daya yang Berasal dari kebutuhan sendiri

d. Daya yang berasal dari orang lain

e. Daya yang impersonal

4. Ketegangan

Meredakan ketegangan tidak berarti bahwa ketegangan itu harus hilang


sama sekali (dalam keadaan nol), melainkan ketegangan itu disebarkan secara
merata dari satu wilayah ke wilayah lain dalam lapang kehidupan.

Faktor yang penting yang dapat menurunkan ketegangan adalah tembusan,


yaitu sampai berapa jauh batas-batas suatu wilayah dapat ditembus oleh adanya
dari wilayah-wilayah lain disekitarnya

Substitusi lebih dimungkinkan jika antara dua wilayah yang bersangkutan


terdapat banyak persamaan. Selain itu, substitusi lebih mudah terjadi pada orang-
orang dengan lapang kehidupan yang cukup berdiferensiasi, berkembang dan
bercabang-cabang , asalkan batas-batas wilayah yang ada dalam lapang
kehidupan yang bersangkutan masih cukup tertembus oleh daya-daya yang akan
masuk.

Faktor lain yang juga berpengaruh adalah kejenuhan,kalau kebutuhan-


kebutuhan yang mendasari daya itu sudah dipuaskan sampai jenuh, maka
ketegangan itu akan berkurang dengan sendirinya

C. Penerapan Teori Lewin

Diatas telah diuraikan konsep-konsep dalam teori Lewin selanjutnya meninjau


bagaimana penerapan teori-teori pada gejala kejiwaan yang kongkret. Dua contoh gejala
kejiwaan akan dikemukakan dibawah ini, yaitu “konflik” dan “tingkah laku agresif”.

1. Konflik

Konflik adalah suatu keadaan dimana ada daya-daya saling bertentangan


arah’ tetapi dalam kadar kekuatan yang kira-kira sama.

Ada tiga macam konflik yaitu:

a. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict) yaitu orang berada


diantara dua valensi (nilai) positif yang sama kuat.
Contohnya: seorang artis harus memilih prfvesinya sebagai bintang sinotron
atau melanjutkan pendidikannya sebagai mahasiwa kedokteran.
b. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict ) yaitu orang –
berada diantara dua valensi negatif yang sama kuat.
Contohnya: seorang yang terjebak di gedung lantai 10 yang kebakaran. Ia
harus memilih lewat tangga darurat dengan waktu yang cukup lama (tidak
sempat sampai ke lantai satu) atau loncat dengan resiko akan mati.
c. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict) yaitu seseorang
menghadapi valensi positif dan negatife pada jurusan yang sama.
Contoh: anak meminta dan sayang kepada orang tua karena orang tua
memberi, tetapi anak juga membenci orang tua karena orang tua serba
melarang.(Sarwono, 2002)
2. Tingkah laku Agresif

Dalam eksperimennya, Kurt Lewin, dkk ( Lewin, Lippit, White, 1939,


dalam Sarwono, 2004) menemukan bahwa dalam kelompok anak laki-laki yang
diberi tugas-tugas tertentu dibawah pimpinan seorang pemimpin yang demokratis
tampak perilaku agresif yang sedang, sedangkan pemimpin yang otoriter tampak
perilaku agresi yang tinggi atau malahan sangat rendah.

Dalam kelompok demokratis daya-daya berimbang antara yang mendorong


dan menghambat agresivitas sehingga mencapai tingkat yang sedang. Dalam
kelompok yang otoriter, tingkah laku agresif meningkat tinggi apabila perasaan
kebersamaan berkurang/ mengendor. Atau sebaliknya ada daya penekan yang
begitu besar yang menghambat daya dorong tingkah laku agresif sehingga agresif
tidak muncul.

D. Teori-Teori Lapangan dalam Psikologi

Teori dari Kurt Lewin danggap lebih manusiawi sehingga banyak ahli psikologi
sosial yang tertarik dan mengembangkan lebih lanjut teori dari Kurt Lewin. Berikut ini
akan dijelaskan 4 teori lapangan yang diterapkan psikologi sosial, yaitu :

1. Teori tentang hubungan interpersonal (antarmanusia) dari Heider (1958)

Berbeda dengan Lewin yang menggunakan istilah-istilah khusus, Heider


menggunakan istilah sehari-hari yang digunakan orang awam sehingga psikologi
Heider disebut psikologi common sense (logika berfikir sehari-hari). Common
sense merupakan hal yang mengatur tingkah laku orang terhadap orang lain dan
juga banyak mengandung kebenaran.

Heider mengemukakan bahwa tingkah laku interpersonal dapat diuraikan


kedalam 10 aspek yaitu:

a. Mengamati orang lain

Pengamatan terhadap orang sebenarnya tidak berbeda dari


pengamatan terhadap objek-objek lainnya (seperti meja, mobil, pohon,
dll). Orang yang diamati disini memiliki kemampuan emosi, kehendak,
keinginan , yang tidak terdapat pada benda mati. Seseorang (P) yang
mengamati orang lain (O) tahu bahwaO tersebut juga mengamati P
kembali. Dalam pengalaman timbal balik tersebut, baik O maupun P
menghadapi dua pengalaman, yaitu pengalaman fenomenal dan
pengalaman kausal. Pengalaman fenomenal adalah segala sesuatu yang
terjadi dalam hubungan orang dengan lingkungannya, sedangkan
pengalaman kausal orang yang bersangkutan mencoba menganalisis
faktor-faktor/ kondisi-kondisi yang mendasari pengalaman fenomenal.

b. Orang lain sebagai pengamat

Dalam pengamatan terhadap lingkungannya, termasuk terhadap


orang lain (O), seseorang (P) menyadari bahwa O juga mengamati P.
Pengetahuan ini berpengaruh terhadap P dalam berbagai hal, yaitu
tindakan, harapan, dan sifat-sifatnya. Misalnya, kalau Nanha melihat
Lina senang pada tindakannya, maka Nanha akan membuat tindakan itu
lagi, tetapi kalau Lina tidak senang, Nanha akan menghindari tindakan
tersebut.

c. Analisis yang naïf terhadap tindakan orang lain

Dalam menginterpretasikan perilaku orang lain dilakukan analisis


secara sederhana (naïf) dan dalam sifat itu dicari sifat-sifat bawaan
(dispotitional properties) dari orang yang sedang diamati tersebut. Sifat-
sifat bawaan adalah faktor-faktor yang mendasari perilaku seorang yang
tidak berubah-ubah (permanen) seperti intelegensi.

d. Kaulitas personal dan impersonal

Dalam kausalitas personal, seseorang (P) dengan sengaja


menghasilkan objek lain (X) tujuan P pada X adalah tetap (equifinality)
dan untuk mencapai tujuan itu, seseorang (P) mengubah-ubah
tindakannya kalau ia menghadapi situasi yang berbeda-beda. Disini
faktor yang penting adalah faktor motivasi.
Dalam kausalitas impersonal, seseorang (P) tidak dengan sengaja
menghasilkan objek lain (X). X yang dihasilkan seseorang (P) bisa
bermacam-macam (multifinality) tergantung pada situasi yang
dihadapinya. Motivasi disini tidak berpengaruh karena daya lingkungan
yang lebih menentukan.

e. Hasrat dan Kesenangan

Hasrat (desire) adalah sesuatu yang harus ada terlebih dahulu


sebelum timbul percobaan (trying). Dengan kata lain, hasrat merupakan
prakondisi dari percobaan, sedangkan kesenangan (pleasure) adalah
pengalaman yang timbul akibat (setelah) percobaan.

f. Sentimen

Perasaan yang timbul dalam diri seseorang(P) kepada orang lain


(O) atau benda-benda lain (X). Sentimen ada 2 macam yaitu positif dan
negatif yang dinamai oleh Heider suka (like) dan tidak suka
(dislike).Pengaruh dari dua jenis sentimen ini terhadap hubungan
interpersonal adalah bahwa ia dapat menimbulkan atau menghambat
pembentukan unit (Unit information) dan keadaan berimbang (balance
stale)

g. Keharusan dan Nilai

Keharusan adalah hal-hal yang dituntut oleh lingkungan (Bukan


untuk orang lain) untuk dilakukan seseorang (P). jadi, keharusan bersifat
impersonal.Nilai juga bersifat impersonal.Nilai menurut Heider hanya
menyangkut segi positif dari suatu hal.Jadi, kalau suatu hal dianggap
bernilai oleh seseorang, maka seseorang menganggap hal tersebut
positif.

h. Permintaan dan Perintah

Permintaan (request) dan perintah (Command) masing-masing


didasarkan pada sentimen dan kekuasaan.permintaan dasarnya adalah
sentimen positif. Sebaliknya perintah didasarkan pada kekuasaan
seseorang terhadap orang lain

i. Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan disini adalah apabila orang lain melakukan apa yang


diminta atau diperintahkan seseorang.Sebaliknya, apabila orang lain
tidak melakukan apa yang diminta seseorang maka akan merugikan
seseorang tersebut.

j. Reaksi terhadap Pengalaman Orang Lain

Persepsi terhadap pengalaman orang lain menimbulkan reaksi oleh


psikologi common sense disebut emosi. Emosi ada 2 yaitu concordant
dan discordant. Emosi yang concordant dikatakan oleh Heider sebagai
ungkapan perasaan simpati yang sejati (terkait dengan perasaan-perasaan
orang lain).Emosi discordant kebalikan dari emosi concordant yaitu
berupa isi hati dan kegembiraan yang jahil

Komentar Tentang Heider

Heider telah mengemukakan teori yang cukup berbobot khususnya yang


menyangkut teori atributif (teori sifat) dan teori keseimbangan (balanced
Theory).Sekalipun Heider berusaha menerangkan hubungan Interpersonal dengan
teorinya tersebut, tetapi sebagian besar dari teorinya itu hanya menerangkan
tentang persepsi.

2. Teori Lapangan tentang Kekuasaan dari Cartwright (1959)

Menurutnya definisi kekuasaan berbunyi dalam rangka mengubah X


menjadi Y.pada waktu tertentu sama dengan kekuatan maksimum dari daya-daya
yang dapat dihasilkan oleh A ke jurusan tersebut (X ke Y) pada waktu tersebut.

Kekuatan maksimum dari daya yang dapat dihasilkan A merupakan selisih


antara seluruh daya yang ada pada A dikurangi dengan daya tolak yang datang
dari B kearah yang berlawanan (dari Y menuju X). Istilah daya diambil dari
perbendaharaan istilah Kurt Lewin, tetapi Cartwright memberi arti tersendiri pada
istilah itu yang didasarkannya pada 7 istilah “primitive” yaitu:

a. Pelaku (agent)
b. Tindakan Pelaku (Act of Agent)
c. Lokus (locus)
d. Hubungan langsung (Direct Joining)
e. Dasar Motif (Motive Base)
f. Besaran (magnitude)
g. Waktu (Time)

Berdasarkan ke-7 istilah primitif tersebut Cartwright merumuskan daya


terdiri dari tindakan pelaku, dasar motif, sepasang lokus yang berhubungan
langsung besaran, dan waktu. Daya inilah yang membentuk kekuasaan.

Jelaslah bahwa kekuasaan A atas B terjadi, jika A dapat, menggerakkan


daya dari lokus X ke lokus Y dalam lapang kehidupan B.

 Kekurangan Cartwright:
- Kurang jelas dalam mendefinisikan istilah-istilah primitif
- Kurang jelas mendefinisikan arti “kekuasaan”
 Kelebihan Cartwright:
- Teorinya berhasil merangsang berkembangnya teori French (1956)
yang mempelajari kekuasaan dalam system social
3. Teori Kekuasaan Sosial oleh French

Teori yang dikembangkan French terutama membahas proses pengaruh


dalam kelompok.

Proses pengaruh mempengaruhi menurut French melibatkan 3 pola relasi


dalam kelompok yaitu:

- Hubungan kekuasaan antar anggota kelompok

- Pola komunikasi dalam kelompok


- Hubungan antar pendapat dalam kelompok

Dengan demikian, walaupun namanya teori kekuasaan sosial namun teori


French tidak secara eksplisit membicarakan kekuasaan sosial.

Model yang dikembangkan oleh French untuk menerangkan perubahan


pendapat didasarkan pada teori Lewin tentang keseimbangan semu (quasi –
stationery equilibrium). Digambarkan suatu garis pendapat yang dua dimensional
daripada garis itulah terjadi pergeseran-pergeseran daya (force).Daya dapat
dipaksakan dari A ke B disebut pengaruh sosial (social influence).Jumlah
kekuatan dari daya-daya disebut kekuasaan (power). Jadi kekuasaan A atas B
sebanding dengan kekuatan daya-daya yang ada yang dapat dipaksakan A kepada
B dalam lapang kehidupan B. Selanjutnya French mendefinisikan kekuasaan
dalam arti yang kurang lebih sama dengan definisi Cartwright.Rumusnya:

Kekuasaan (A atas B) = Daya A – Daya Perlawanan B

4. Teori Tentang Kerjasama dan Persaingan oleh Deutch (1949)

Pusat perhatian teori ini adalah pengaruh dan kerjasama dan persaingan
dalam kelompok kecil.

Perbedaan kerjasama dan persaingan menurut Deutch terletak pada sifat


wilayah-wilayah tujuan pada kedua situasi tersebut. Dalam situasi kerjasama,
wilayah yang menjadi tujuan dari seorang anggota kelompok atau sub kelompok
hanya dapat dimasuki oleh individu atau oleh sub-sub kelompok yang
bersangkutan jika individu-individu lain atau sub kelompok lain juga bisa
memasuki wilayah tujuan itu. Wilayah-wilayah tujuan dari anggota-anggota
kelompok itu dikatakan sebagai saling menunjang.

Dalam situasi persaingan, jika seseorang individu atau suatu sub kelompok
sudah memasuki wilayah tujuan, maka individu-individu atau sub-sub kelompok
yang lain tidak akan bisa mencapai wilayah tujuan mereka masing-
masing.Hubungan antara wilayah-wilayah tujuan anggota-anggota kelompok
dinamakan saling menghambat.
Meskipun teori Deutsch memberikan konsep yang tajam dan jelas tentang
situasi kerjasama dan persaingan sehingga dapat dijadikan dasar untuk penelitian,
namun hipotesis yang diajukan hanya didasarkan pada suatu penelitian terhadap
sebuah kelompok kecil yang sangat khusus sifatnya, yaitu kelompok yang terdiri
dari 5 orang mahasiswa yang diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu.

E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Lapangan


1. Kelebihan

Penelitian psikologi sosial dapat dilakukan dengan metode eksperimental dan


dapat dilakukan dalam laboratorium.

2. Kelemahan
a. Kurt Lewin tidak menyajikan teorinya secara sistematis.
b. Banyak konsep dan konstruk tidak didefinisikan secara jelas sehingga memberi arti
yang kabur.
c. Teori ini terlalu bersibuk diri dengan aspek-aspek yang mendalam dari kepribadian
sehingga agak mengabaikan tingkah laku motoris yang “overt” (nampak dari luar)
d. Penggunaan konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti sebenarnya
(penyalahgunaan topologi).
Teori Kontemporer Dalam Psikologi Sosial

A. Teori Motivasi
Teori ini berfokus pada kebutuhan atau motif individu. Pengalaman sehari-hari
maupun riset psikologi sosial telah memberikan banyak contoh cara bagaimana kebutuhan
kita bisa memengaruhi persepsi kita, sikap kita, dan perilaku kita.
Pandangan Freudian, atau psikoanalitik, tentang motivasi manusia menunjukkan arti
penting dari dorongan “bawaan” kita, khususnya dorongan yang berhubungan dengan
seksualitas dan agresi. Sebaliknya, psikolog sosial lebih mempertimbangkan sederetan
kebutuhan dan keinginan manusia. Psikolog sosil juga menekankan cara dimana situasi
dan hubungan sosial tertentu dapat menciptakan dan menimbulkan kebutuhan dan motif.
B. Teori Belajar
Ide utama dalam teori belajar adalah bahwa perilaku seseorang sekarang adalah hasil
dari pengalaman sebelumnya. Dalam situasi tertentu, seseorang belajar perilaku tertentu,
yang sering dengan berjalannya waktu mungkin akan menjadi kebiasaan. Ketika dia
berhadapan dengan situasi serupa, orang itu akan cenderung berperilaku sesuai dengan
kebiasaan yang pernah dilakukannya. Pendekatan ini dinamakan Social Learning oleh
Albert Bandura.
Ada tiga mekanisme umum terjadinya proses belajar yaitu:
1. Asosiasi atau pengkondisian klasik (pavlov)
2. Reinforcement (b.f.skinner)
3. Observational Learning
C. Teori Kognitif
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang akan tergantung pada
cara dia memahami situasi sosial. Kurt Lewin mengaplikasikan gagasan Gestalt ke
psikologi sosial. Dia menekan pentingnya bagaiaman individu memahami lingkungan
sosial. Menurut Lewin, perilaku dipengaruhi oleh karakteristik personal individu (seperti
kemampuan, kepribadian, dan disposisi genetik) dan oleh pemahamannya tentang
lingkungan sosial.
D. Teori Pengambilan keputusan
1. Decision Making Theories
Mengasumsikan bahwa individu mengevaluasi untung rugi atau biaya dan
manfaat dari berbagai macam dan tindakan dan akan memilih alternatif terbaik
berdasarkan pertimbangan yang logis dan rasional.
2. Expectancy Value Theory
Memperluas gagasan teori untung rugi dengan menambahkan elemen penilaian
kemungkinan bahwa kemungkinan masing-masing pilihan akan terwujud (Edwards,
1954)
Daftar Pustaka

Alwisol.2004.Psikologi Kperibadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Dayakisni,T., Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Sosial (Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial). Jakarta:
Balai Pustaka

Sarwono, S.W. 2004. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT.Raja Grafindo

Anda mungkin juga menyukai