14 December 2011
Search...
Submit
Blog Archive
2013 (1)
May (1)
LOMBA MENULIS PUISI "UCAP
(Ungkapan Cinta Ala Peny...
F. Bacon, 1620
2012 (5)
November (2)
Orang yang duduk sebangku dengan saya dan juga dua orang yang duduk di depan saya,
semua berasal dari Blitar dan semua akan turun di jakarta, kecuali saya tentunya.
Dingin angin sore tak hentinya menusuk memori otak saya, tiba-tiba teringat bagaimana
rencana ini tersusun,Sejak kecil saya selalu ingin keliling dunia, dan saya akan keliling
Indonesia lebih dulu. Mungkin jawa, keliling pulau jawa yang pertama, paling mudah
dijangkau, saya akan keliling jawa langsung mungkin selama 2 minggu atau lebih.
Pada awalnya semua hanya rencana kosong, mimpi yang tak berisi, hingga seminggu sebelum
keberangkatan, saya bertemu dengan Lady Dengker (Sasindo UGM09) dan Mbak Ajeng
(geofisika UGM08), teman seperjuangan semasa SMA. Mereka mengajak saya untuk pergi
ke jakarta, well tanpa pikir panjang langsung saya iyakan.
Lady mengajak saya ke jakarta tanggal 9 Februari dan tanggal 13 Februari saya sudah harus
berada di Blitar karena ada acara kebudayaan di sela-sela perjalanan yang harus saya ikuti,
sehingga saya harus menyesuaikan jadwal kereta dan jadwal saya, maka saya memutuskan:
Identitas
Globalisasi dan Studi Keamanan
Internasional
Dinamika Studi Kebijakan dan
-saya akan memulai perjalanan ini pada tanggal 7 Februari dengan dan dibagi menjadi 6
bagian, yaitu: Blitar-Jakarta lewat jalur utara, Jakarta-Blitar lewat jalur selatan, BlitarBanyuwangi, Banyuwangi-Surabaya, Surabaya-semarang, Semarang-Blitar.
Strategi Bisnis
The Art of War dan Studi Strategi
Klasik
Korea Selatan dalam Proses
Reunifikasi
Kemakmuran dan Kesenjangan di
-saya akan melakukan perjalanan ini sendirian, dan membuat janji untuk bertemu Lady dan
Mbak Ajeng di stasiun Jatinegara Jakartakarena sebelum sampai jakarta, saya berencana
untuk transit di sebuah kota, lagipula mereka berangkat dari Jogjadan saya dari Blitar.
-saya akan transit di beberapa kota untuk melakukan wisata atau sekedar hunting foto, kota
August (1)
January (1)
Confession of Love
Dinar!, tiba-tiba terdengar ada yang memanggil nama saya. Panggilan itu telah
membuyarkan lamunan saya, dan kembali saya melihat luar, hari pun sudah mulai gelap.
Hmmm ternyata suara itu berasal dari dekat pintu kereta. Teman lama saya dari Blitar,
Anggoro (Pend..olahraga UNS09) ternyata juga berada di kereta ini, dia akan turun di Stasiun
Jebres Solo. Kami pun bercakap-cakap sebentar sebelum akhirnya dia turun.
Tembakau-Tembakau Terlipat
2010 (14)
November (1)
Aku Menyayangimu
September (2)
May (1)
Ada sedikit kecemasan dalam pikiran saya, karena sebelum saya tiba di jakarta, saya akan
April (3)
transit di kota cirebon. Masalahnya, saya tidak bisa menemukan peta cirebon di internet
February (1)
January (6)
2009 (15)
Saya hanya berbekal pengetahuan saya tentang beberapa situs sejarah di kota itu, tanpa tahu
bagaimana akses untuk mengunjunginya. Saya akan tetap maju karena saya sudah teranjur di
2008 (14)
kereta dan berangat lebih awal daripada Lady dan Mbak Ajeng.
Untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Kota Cirebon, tanpa peta, tanpa kenalan,
tanpa tujuan, hahahaha. Lokasi pertama yang saya tuju adalah toilet dan musola Stasiun
Prujakan Cirebon.
Karena saya naik kereta ekonomi, kereta yang saya naiki berhenti di stasiun Prujakan bukan
Stasiun Kota, karena stasiun kota hanya digunakan oleh kereta bisnis dan eksekutif. setelah
membersihkan diri dan mengqodho solat, saya pun sudah siap berpetualang di Cirebon.
(Andrie Wongso)
pangi
Saya berpikir bahwa di Stasiun Cirebon pasti ada peta kota dan ya ya ya ya saya
menemukannya! Tergantung di dinding dengan rapi! Memang bukan peta kertas yang bisa
saya pinjam, melainkan peta besar, sehingga saya harus memotretnya agar bisa dilihat
sewaktu-waktu.
Di peta itu saya bisa melihat beberapa tempat wisata di Cirebon yang pernah saya baca di
maen ke pangi
internet. Hmm sepertinya lumayan jauh dari Stasiun Prujakan tempat saya berdiri sekarang,
bagaimana cara untuk ke sana? Saya harus ke luar dan melihat kendaraan apa yang tersedia.
Tentang Dinar
Ternyata di luar stasiun gerimis menyerbu saya, hanya ada beberapa becak, dan sedikit
D in a r O k ti N o or
angkot yang lewat, oh angkot di Cirebon ternyata menggunakan kode, tidak menggukan
Sa tit a h
nama daerah yang jelas seperti angkot di Bandung atau di Malang. Hanya kode-kode seperti
Aa, B3, D4, dan kode-kode lainnya. Ya hampir mirip angkot di Surabaya lah.
Arloji saya menunjukkan pukul 05.30 WIB, hanya terlihat beberapa anak berseragam
sekolah, yang mungkin ada pendalaman materi pagi hari di sekolahnya sehingga masuk
sekolah lebih awal. Saya duduk sejenak di emperan stasiun untuk merilekskan kaki sembari
Berpikir, berpikir, dan berpikir, bagaimana saya menuju kompleks pariwisata yang ada di
dalam peta ini. Saya tidak mungkin menggunakan becak karena lumayan jauh dan tarifnya
06.00WIB
saya memutuskan untuk menghentikan angkot yang lewat, dan bertanya, Lewat kanoman
pak? Kanoman adalah pasar paling besar di Cirebon yang letaknya ada di depan keraton
kanoman Cirebon. Ternyata menurut bapak itu untuk pergi ke Kanoman saya harus oper
angkot 2 kali, wwwwww...gimana ini....?
Kembali saya melihat peta, lokasi kawasan pariwisata Cirebon terletak di ujung timur kota
dan ternyata hanya lurus dari Stasiun Kota. Oke, saya harus pergi ke Stasiun Kota, pasti ada
angukatan untuk ke sana. Beberapa kali saya smenghentikan angkot yang lewat, dan
Followers
with Google Friend Connect
Members (11)
beberapa sopir memberitahu untuk naik angkot D6. Oke, ada angkot D6 yang lewat.
berangkat!
Tiba juga di Stasiun Kota Cirebon, jauh lebih besar dari Stasiun Prujakan dan saya sambung
perjalanan ini dengan berjalan kaki menuju kompleks wisata sejarah Cirebon. Memang
lumayan jauh, sekitar 4 kilometer, tetapi hari masih pagi, gerimis sudah reda walaupun
mendung masih menyelimuti, suasana yang tepat untuk berjalan kaki.
YM Status
manisan dan kue keranjang, dan alat-alat untuk sembahyang. Saya terus masuk menerobos
pasar itu, karena letak Keraton Kanoman ada di balik Pasar Kanoman.
Terlihat beberapa tembok yang mengelilingi keraton ini, di sepanjang tembok terlihat hiasan
keramik Cina karena kabarnya dulu sang pendiri Cirebon memperistri putri dari Cina, dan
sang putri membawa keramik dari negerinya sejumlah 20 kapal.
Apa? saya datang terlalu pagi. Tidak ada aktivitas di keraton itu, hanya terlihat seorang ibu
yang berjalan membawa belanjaan. Pintu-pintu museum di keraton juga masih terkunci.
Baiklah, saya akan kemari lagi nanti, sementara saya akan hunting foto di Kota Cirebon.
Sekitar satu kilometer dari Keraton Kanoman, terdapat beberapa bangunan tua peninggalan
kolonial, karya arsitektur yang indah.
Saya kembali berjalan ke tengah kota dengan jalan yang berbeda dari yang saya lewati dan
menemukan area komunitas Arab, seperti daerah Ampel di Surabaya. Di tempat itu terdapat
Masjid Merah Panjunan.
09.00 @ Masjid Merah Panjunan
Seorang Ibu yang kira-kira berusia 50 tahun tiba-tiba mendatangi saya. Ibu tersebut bernama
Emi, merupakan istri dari juru kunci area Masjid Panjunan. Beliau segera menelepon
suaminya yang katanya sedang mengajar di sebuah SD di dekat masjid ini. Menurut Ibu Emi,
Masjid tersebut merupakan masjid pertama di Cirebon dan juga Masjid pertama di tanah
shoutbox
Jawa.
Dibangun oleh seorang pangeran asal Bagdad Iraq bernama Pangeran Panjunan, tapi saya
lupa nama Arabnya. Pangeran Panjunan juga dimakamkan di samping masjid ini.Yang
menarik dari masjid ini adalah warna dan ukuran bangunannya, tinggi bangunan ini hanya
sekitar 2 meter dan seluruh dindingnya berwarna merah bata. Menurut Ibu Emi, warna
merah pada bangunan, pintu, dan atap belum pernah direnovasi, juga bedug yang terletak di
ShoutMix
Live chat
software for
your website
samping masjid.
Di dinding masjid ini juga terdapat banyak keramik Cina. Setelah beberapa lama, suami dari
ibu Emi datang, beliau bercerita panjang lebar tentang sejarah Cirebon.Oh tidak, saya merasa
sangat bersalah, saya paham dengan sejarah Amerika, saya paham secara detail sejarah dunia,
it out now!
namun sedikitpun saya tidak tahu sejarah bangsa saya, saya sama sekali tidak tahu sejarah
0.0024s
Begitu saya turun dari angkot, saya langsung didatangi oleh pemandu wisata di kawasan itu.
Saya masuk kompleks masjid pemakaman dan suasana mistis yang saya rasakan, bau dupa,
orang-orang yang berpakaian khas cirebon, barang-barang aneh seperti kepala kerbau, keris
Blognya Dinar
Link
OSIS SMASA
memandu saya berpikir bahwa saya kemari untuk mencari pesugihan, sehingga awalnya
Raditya Dika
Blognya si Donat
Dinar
Syirik menurut keyakinan saya, dan kembali saya tetapan niat saya di sini untuk melihat dan
Wedhoest
memahami apa yang terjadi di sekitar saya tanpa harus memberikan penilaian atau mengikuti
cara yang mereka gunakan.
Om Wawan
Bella
Ketika saya masuk, semua mata orang-orang yang bekerja di area wisata itu tertuju kepada
Mas Guslan
saya, karena memang pengunjung biasanya adalah sekelompok orang yang terdiri minimal 10
Mas Hanung
Lynn
Lady
orang yang tentu saja bertujuan untuk berziarah. Umumnya wisatawan melakukan doa di
XI IA 3
Sherina Munaf
Saya perempuan, seorang diri, berpenampilan khas backpacker yang membawa ransel, dan
tentu saja kamera DSLR dengan lensa tele panjang.
Orang-orang di dalam sangat ramah, saya ditunjukkan satu persatu kompleks wisata ini,
LencanaBlognya
Facebook
Rizka
Dinar Okti
Blog'e Wildan
Yughi
FOSMA
sambil sesekali bercanda karena minta mereka minta difoto. Pemandangan yang sama, yaitu
keramik Cina di sepanjang dinding.
Tempat ini terletak di daerah tinggi, seperti bukit dan dihiasi ornamen Cina karena istri dari
sunan gunung jati berasal dari Cina. Setelah puas melihat-lihat dan hunting foto di area
makam, saya pun memutuskan untuk kembali ke kota dengan menaiki angkot O6 tetapi
dengan arah berlawanan. Tidak lupa saya memberikan tips kepada bapak yang telah
memandu saya tadi.
Dari dalam angkot saya mendengarkan pembicaraan beberapa penumpang, bahasa di Cirebon
terdengar seperti gabungan antara bahasa jawa banyumasan dengan bahasa sunda. Saya
hanya bisa sedikit bahasa sunda karena pernah tinggal di Bandung dan sama sekali tidak bisa
berbahasa banyumasan.
Setelah sampai di kota, saya berhenti di perempatan Hero dan kembali berjalan menuju area
Pasar Kanoman. Panas terik menyengat badan saya, juga kaki saya yang terasa perih lecet dan
penuh darah.
12.30 @ Keraton Kanoman
Pasar Kanoman yang tadi pagi sangat ramai, siang ini juga masih ramai. Tidak lupa saya
membeli beberapa pernak-pernik Cina dan kue keranjang, rasanya mirip seperi dodol tetapi
dibungkus lebih besar.
Keraton Kanoman tetap sepi, tetapi ada beberapa pemuda yang duduk-duduk di sekitar balai
bangunan keraton. Saya melihat pintu museum kanoman yang masih terkunci dan salah
seorang pemuda mendatangi saya. Dia adalah salah satu anggota keluarga keraton ini,
kira-kira berusia 28 tahun, bertubuh ceking dan berambut gondrong, namanya Mas Domo.
Saya diajak berkeliling keraton dan memang keraton ini tidak seramai keraton Kasepuhan
Cirebon yang otoritasnya diakui. Kanoman diambil dari kata Nom dalam bahasa jawa yang
berarti muda, sedangkan Kasepuhan diambil dari kata sepuh yang berarti tua.
Mas Domo menjelaskan tentang sejarah keraton ini yang dulunya daerah ini adalah pesisir
pantai, terlihat beberapa batu karang yang masih tersisa. Di keraton ini ada bangunan
pertama yang didirikan oleh pendiri Cirebon, yang disebut WITANA. Diambil dari kata wiwit
yang berarti awal. Di dekat witana juga terdapat 7 mata air yang dipercaya membawa
keberuntungan.
Tentang adanya keraton kanoman dan kasepuhan ini menurut Mas Domo penguasa keraton
kanoman dan kasepuhan adalah saudara, yang lebih tua sebenarnya adalah penguasa keraton
kanoman. Menurut cerita, sang ayah dari kedua saudara tersebut mewariskan kerajaannya
kepada anak yang lebih muda, sehingga anak yang lebih tua tidak terima yang mendirikan
kerajaan sendiri.
Saya tidak tahu tentang batas wilayah antara dua keraton ini, karena jaraknya memang cukup
dekat. Setelah berkeliling keraton kanoman, Mas Domo mengantarkan saya ke keraton
kasepuhan, dan memang jaraknya hanya satu kilometer sehingga bisa saya tempuh dengan
jalan kaki.
Saya tidak langsung masuk ke area keraton, tetapi istirahat dan membeli makan siang terlebih
dulu. Di area keraton kasepuhan sangat ramai, terdapat pasar malam yang didominasi oleh
kios-kios makanan dan beberapa penjual pakaian. Saya mencari kaos yang bertuliskan
Cirebon, tetapi tidak juga ada. Pasar malam ini adalah bagian dari penyambutan sekaten,
upacara peringatan maulud nabi Muhammad. Pasar malam ini ada di tiga keraton di jawa,
yaitu Cirebon, Solo, dan Jogja yang nantinya akan diakhiri dengan grebeg sekaten.
Kami pun berbincang-bincang tentang banyak hal, saya bisa melihat bagaimana proses yang
ada di stasiun. Ketika kereta akan datang, mereka akan ditelepon, lalu membunyikan
interkom dan memutar pengungkit yang tersambung dengan lonceng.
Film yang kami lihat di televisi juga menarik, sebuah film laga hollywood tahun 1990an.
Kereta Brantas tiba di stasiun Prujakan Cirebon pukul 03.00 dini hari, saya segera
berpamitan dengan bapak-bapak petugas yang baik hati.
Kereta Brantas terlihat lebih sepi daripada kereta Tawang Jaya. Saya dengan mudah
mendapatkan tempat duduk. Sesaat kemudian, kereta ini melaju menembus pagi menuju ibu
kota. Berat juga meninggalkan Cirebon yang unik. suatu saat, insya Allah saya akan kembali
ke kota ini......ZzzZZzzzz
Posted by Dinar Okti Noor Satitah at Wednesday, December 14, 2011
Labels: Mbolanglang Buana
2 comments:
Anonymous said...
nice story..
Sambungan ceritanya mana mba'..
10 February, 2013
Post a Comment
Kasih comment plis....
Comment as:
Publish
Older Post
Create a Link