Anda di halaman 1dari 7

HOME

14 December 2011

Solo Backpacker, Keliling Jawa Sendirian


dengan Kereta Api. Bagian I: Sehari di Cirebon
Siapapun yang bercita-cita untuk tidak menebak dan meramal tetapi untuk menemukan dan
memahami, siapapun yang bertujuan untuk tidak memikirkan mimik dan kehebatan dunia
miliknya tetapi untuk meneliti dan menguak sifat dari dunia itu, harus menghadapi
kenyataan apapun.

Search...

Submit

Blog Archive
2013 (1)
May (1)
LOMBA MENULIS PUISI "UCAP
(Ungkapan Cinta Ala Peny...

F. Bacon, 1620

2012 (5)
November (2)

07/02/2010 16.45 WIB @ Stasiun Blitar


Jalinan gerbong kereta ini masih banyak yang terlihat kosong dan kebetulan saya
mendapatkan tempat duduk di dekat pintu kereta yang berisi dua orang dalam satu bangku.
Kereta ekonomi matarmaja seharga Rp.37.000,00 jurusan pasar senen pun melaju, seperti
lamunan saya yang mulai berlari tentang nanti, ya nanti, bagaimana saya nanti. Senja
mengiringi kepergian kereta ini, tampak hamparan sawah, hijau dan terkena sentuhan merah
lembut sang rona di ufuk barat, sangat indah.

South East Asia Trip: Vientiane


dalam Kayuhan Sepe...
South East Asia Trip: Empat
Ksatria Mekong
October (1)
South East Asia Trip: Menyeberang
Perbatasan Thail...
May (2)

Orang yang duduk sebangku dengan saya dan juga dua orang yang duduk di depan saya,
semua berasal dari Blitar dan semua akan turun di jakarta, kecuali saya tentunya.
Dingin angin sore tak hentinya menusuk memori otak saya, tiba-tiba teringat bagaimana
rencana ini tersusun,Sejak kecil saya selalu ingin keliling dunia, dan saya akan keliling
Indonesia lebih dulu. Mungkin jawa, keliling pulau jawa yang pertama, paling mudah
dijangkau, saya akan keliling jawa langsung mungkin selama 2 minggu atau lebih.
Pada awalnya semua hanya rencana kosong, mimpi yang tak berisi, hingga seminggu sebelum
keberangkatan, saya bertemu dengan Lady Dengker (Sasindo UGM09) dan Mbak Ajeng
(geofisika UGM08), teman seperjuangan semasa SMA. Mereka mengajak saya untuk pergi
ke jakarta, well tanpa pikir panjang langsung saya iyakan.

Lost in Delhi 2: Lotion, Mak


Lampir, dan Terlunta ...
Lost in Delhi: Cowok Brewok dan
Cuban Rondho
2011 (13)
December (11)
Konseptualisasi ASEAN Way
Bentuk Baru dari Demokrasi dalam
Menghadapi Global...
Isu Lingkungan dan Ekonomi
Hijau Menurut Perspekti...
Hegemoni Budaya dan Resistensi

Lady mengajak saya ke jakarta tanggal 9 Februari dan tanggal 13 Februari saya sudah harus
berada di Blitar karena ada acara kebudayaan di sela-sela perjalanan yang harus saya ikuti,
sehingga saya harus menyesuaikan jadwal kereta dan jadwal saya, maka saya memutuskan:

Identitas
Globalisasi dan Studi Keamanan
Internasional
Dinamika Studi Kebijakan dan

-saya akan memulai perjalanan ini pada tanggal 7 Februari dengan dan dibagi menjadi 6
bagian, yaitu: Blitar-Jakarta lewat jalur utara, Jakarta-Blitar lewat jalur selatan, BlitarBanyuwangi, Banyuwangi-Surabaya, Surabaya-semarang, Semarang-Blitar.

Strategi Bisnis
The Art of War dan Studi Strategi
Klasik
Korea Selatan dalam Proses

-semua perjalanan jarak jauh ditempuh dengan menggunakan kereta api

Reunifikasi
Kemakmuran dan Kesenjangan di

-saya akan melakukan perjalanan ini sendirian, dan membuat janji untuk bertemu Lady dan
Mbak Ajeng di stasiun Jatinegara Jakartakarena sebelum sampai jakarta, saya berencana
untuk transit di sebuah kota, lagipula mereka berangkat dari Jogjadan saya dari Blitar.
-saya akan transit di beberapa kota untuk melakukan wisata atau sekedar hunting foto, kota

Dunia: Telaah Ekonom...


Solo Backpacker, Keliling Jawa
Sendirian dengan Ke...
Desain Organisasional Korporasi
Global

untuk transit adalah cirebon, bandung, dan yogyakarta

August (1)

07/02/2010 21.30 WIB

January (1)

Confession of Love
Dinar!, tiba-tiba terdengar ada yang memanggil nama saya. Panggilan itu telah
membuyarkan lamunan saya, dan kembali saya melihat luar, hari pun sudah mulai gelap.
Hmmm ternyata suara itu berasal dari dekat pintu kereta. Teman lama saya dari Blitar,
Anggoro (Pend..olahraga UNS09) ternyata juga berada di kereta ini, dia akan turun di Stasiun
Jebres Solo. Kami pun bercakap-cakap sebentar sebelum akhirnya dia turun.

Tembakau-Tembakau Terlipat
2010 (14)
November (1)
Aku Menyayangimu
September (2)
May (1)

Ada sedikit kecemasan dalam pikiran saya, karena sebelum saya tiba di jakarta, saya akan

April (3)

transit di kota cirebon. Masalahnya, saya tidak bisa menemukan peta cirebon di internet

February (1)

karena kota itu terlalu kecil, mungkin sebesar kotamadya Kediri.

January (6)
2009 (15)

Saya hanya berbekal pengetahuan saya tentang beberapa situs sejarah di kota itu, tanpa tahu
bagaimana akses untuk mengunjunginya. Saya akan tetap maju karena saya sudah teranjur di

2008 (14)

kereta dan berangat lebih awal daripada Lady dan Mbak Ajeng.

Jika anda lunak terhadap diri anda, maka

8/02/2010 05.00 WIB @ Stasiun Prujakan Cirebon

jika anda keras terhadap diri anda, maka

Untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Kota Cirebon, tanpa peta, tanpa kenalan,

kehidupan akan lunak terhadap anda.

kehidupan akan keras terhadap anda.

tanpa tujuan, hahahaha. Lokasi pertama yang saya tuju adalah toilet dan musola Stasiun
Prujakan Cirebon.
Karena saya naik kereta ekonomi, kereta yang saya naiki berhenti di stasiun Prujakan bukan
Stasiun Kota, karena stasiun kota hanya digunakan oleh kereta bisnis dan eksekutif. setelah
membersihkan diri dan mengqodho solat, saya pun sudah siap berpetualang di Cirebon.

(Andrie Wongso)

pangi

Saya berpikir bahwa di Stasiun Cirebon pasti ada peta kota dan ya ya ya ya saya
menemukannya! Tergantung di dinding dengan rapi! Memang bukan peta kertas yang bisa
saya pinjam, melainkan peta besar, sehingga saya harus memotretnya agar bisa dilihat
sewaktu-waktu.
Di peta itu saya bisa melihat beberapa tempat wisata di Cirebon yang pernah saya baca di

maen ke pangi

internet. Hmm sepertinya lumayan jauh dari Stasiun Prujakan tempat saya berdiri sekarang,
bagaimana cara untuk ke sana? Saya harus ke luar dan melihat kendaraan apa yang tersedia.

Tentang Dinar

Ternyata di luar stasiun gerimis menyerbu saya, hanya ada beberapa becak, dan sedikit

D in a r O k ti N o or

angkot yang lewat, oh angkot di Cirebon ternyata menggunakan kode, tidak menggukan

Sa tit a h

nama daerah yang jelas seperti angkot di Bandung atau di Malang. Hanya kode-kode seperti

Dinar Okti Noor Satitah

Aa, B3, D4, dan kode-kode lainnya. Ya hampir mirip angkot di Surabaya lah.

adalah gadis yang lahir pada


25 Oktober 1991 di Blitar,

Arloji saya menunjukkan pukul 05.30 WIB, hanya terlihat beberapa anak berseragam

Jawa Timur. Memiliki ketertarikan yang

sekolah, yang mungkin ada pendalaman materi pagi hari di sekolahnya sehingga masuk

besar terhadap ilmu pengetahuan dan

sekolah lebih awal. Saya duduk sejenak di emperan stasiun untuk merilekskan kaki sembari

petualangan a la backpacker. saat ini

memakan beberapa roti yang saya beli ketika di Blitar.

menyelesaikan studinya di jurusan ilmu


hubungan internasional universitas

Berpikir, berpikir, dan berpikir, bagaimana saya menuju kompleks pariwisata yang ada di

airlangga dan aktif di beberapa organisasi

dalam peta ini. Saya tidak mungkin menggunakan becak karena lumayan jauh dan tarifnya

mahasiswa. cita-citanya adalah

yang tentu saja mahal! Dan tidak ada taksi di Cirebon!

berkeliling dunia dan berjuang untuk


keadilan rakyat di negara dunia ketiga.

06.00WIB
saya memutuskan untuk menghentikan angkot yang lewat, dan bertanya, Lewat kanoman
pak? Kanoman adalah pasar paling besar di Cirebon yang letaknya ada di depan keraton
kanoman Cirebon. Ternyata menurut bapak itu untuk pergi ke Kanoman saya harus oper
angkot 2 kali, wwwwww...gimana ini....?
Kembali saya melihat peta, lokasi kawasan pariwisata Cirebon terletak di ujung timur kota
dan ternyata hanya lurus dari Stasiun Kota. Oke, saya harus pergi ke Stasiun Kota, pasti ada
angukatan untuk ke sana. Beberapa kali saya smenghentikan angkot yang lewat, dan

kontak bisa lewat twitter @oktidinar


View my complete profile

Followers
with Google Friend Connect

Members (11)

beberapa sopir memberitahu untuk naik angkot D6. Oke, ada angkot D6 yang lewat.
berangkat!
Tiba juga di Stasiun Kota Cirebon, jauh lebih besar dari Stasiun Prujakan dan saya sambung
perjalanan ini dengan berjalan kaki menuju kompleks wisata sejarah Cirebon. Memang
lumayan jauh, sekitar 4 kilometer, tetapi hari masih pagi, gerimis sudah reda walaupun
mendung masih menyelimuti, suasana yang tepat untuk berjalan kaki.

Already a member? Sign in

07.00 WIB @ Pasar Kanoman


Ramai sekali pasar ini, sulit sekali bagi saya untuk mengeluarkan kamera. Jika dilihat, di
pasar ini banyak sekali ditemui beberapa barang khas Cina, seperti pernak-pernik lampion,

YM Status

manisan dan kue keranjang, dan alat-alat untuk sembahyang. Saya terus masuk menerobos
pasar itu, karena letak Keraton Kanoman ada di balik Pasar Kanoman.
Terlihat beberapa tembok yang mengelilingi keraton ini, di sepanjang tembok terlihat hiasan
keramik Cina karena kabarnya dulu sang pendiri Cirebon memperistri putri dari Cina, dan
sang putri membawa keramik dari negerinya sejumlah 20 kapal.
Apa? saya datang terlalu pagi. Tidak ada aktivitas di keraton itu, hanya terlihat seorang ibu
yang berjalan membawa belanjaan. Pintu-pintu museum di keraton juga masih terkunci.
Baiklah, saya akan kemari lagi nanti, sementara saya akan hunting foto di Kota Cirebon.
Sekitar satu kilometer dari Keraton Kanoman, terdapat beberapa bangunan tua peninggalan
kolonial, karya arsitektur yang indah.
Saya kembali berjalan ke tengah kota dengan jalan yang berbeda dari yang saya lewati dan
menemukan area komunitas Arab, seperti daerah Ampel di Surabaya. Di tempat itu terdapat
Masjid Merah Panjunan.
09.00 @ Masjid Merah Panjunan
Seorang Ibu yang kira-kira berusia 50 tahun tiba-tiba mendatangi saya. Ibu tersebut bernama
Emi, merupakan istri dari juru kunci area Masjid Panjunan. Beliau segera menelepon
suaminya yang katanya sedang mengajar di sebuah SD di dekat masjid ini. Menurut Ibu Emi,
Masjid tersebut merupakan masjid pertama di Cirebon dan juga Masjid pertama di tanah

shoutbox

Jawa.
Dibangun oleh seorang pangeran asal Bagdad Iraq bernama Pangeran Panjunan, tapi saya
lupa nama Arabnya. Pangeran Panjunan juga dimakamkan di samping masjid ini.Yang
menarik dari masjid ini adalah warna dan ukuran bangunannya, tinggi bangunan ini hanya
sekitar 2 meter dan seluruh dindingnya berwarna merah bata. Menurut Ibu Emi, warna
merah pada bangunan, pintu, dan atap belum pernah direnovasi, juga bedug yang terletak di

ShoutMix
Live chat
software for
your website

samping masjid.
Di dinding masjid ini juga terdapat banyak keramik Cina. Setelah beberapa lama, suami dari
ibu Emi datang, beliau bercerita panjang lebar tentang sejarah Cirebon.Oh tidak, saya merasa

Click here to check

sangat bersalah, saya paham dengan sejarah Amerika, saya paham secara detail sejarah dunia,

it out now!

namun sedikitpun saya tidak tahu sejarah bangsa saya, saya sama sekali tidak tahu sejarah

0.0024s

penyebaran Islam di tanah Jawa.


Waktu pun berlalu, tidak lupa saya bertanya tentang tempat-tempat wisata di Cirebon dan
bagaimana akses untu ke sana. Ibu Emi menyarankan saya untuk mengunjungi Situs Makan
Sunan Gunung Jati. Saya harus berjalan sekitar satu kilometer ke perempatan Hero yang tadi
saya lewati dan naik angkot dari sana. Dari penjelasan Ibu emi, saya harus menaiki angkot O6
menuju situs Gunung Jati di Cirebon utara.
10.30 @ Makam Sunan Gunung Jati

Free chat widget @ ShoutMix

Begitu saya turun dari angkot, saya langsung didatangi oleh pemandu wisata di kawasan itu.
Saya masuk kompleks masjid pemakaman dan suasana mistis yang saya rasakan, bau dupa,
orang-orang yang berpakaian khas cirebon, barang-barang aneh seperti kepala kerbau, keris

Blognya Dinar

dan tombak menghiasi dinding dalam.


Masjid dan beberapa makam ternyata menjadi tempat yang dikeramatkan, malah di dalam
kompleks itu dijual beberapa jimat yang dipercaya dapat membawa berkah. Bapak yang

Link
OSIS SMASA

memandu saya berpikir bahwa saya kemari untuk mencari pesugihan, sehingga awalnya

Raditya Dika
Blognya si Donat

saya hanya di aja berputar-putar di tempat mencari berkah.

Dinar
Syirik menurut keyakinan saya, dan kembali saya tetapan niat saya di sini untuk melihat dan

Wedhoest

memahami apa yang terjadi di sekitar saya tanpa harus memberikan penilaian atau mengikuti
cara yang mereka gunakan.

Om Wawan
Bella

Ketika saya masuk, semua mata orang-orang yang bekerja di area wisata itu tertuju kepada

Mas Guslan

saya, karena memang pengunjung biasanya adalah sekelompok orang yang terdiri minimal 10

Mas Hanung
Lynn

Lady

orang yang tentu saja bertujuan untuk berziarah. Umumnya wisatawan melakukan doa di

XI IA 3

makam atau masjid di dekat makam, tetapi saya tidak.

Sherina Munaf

Saya perempuan, seorang diri, berpenampilan khas backpacker yang membawa ransel, dan
tentu saja kamera DSLR dengan lensa tele panjang.
Orang-orang di dalam sangat ramah, saya ditunjukkan satu persatu kompleks wisata ini,

LencanaBlognya
Facebook
Rizka
Dinar Okti

Blog'e Wildan
Yughi
FOSMA

sambil sesekali bercanda karena minta mereka minta difoto. Pemandangan yang sama, yaitu
keramik Cina di sepanjang dinding.
Tempat ini terletak di daerah tinggi, seperti bukit dan dihiasi ornamen Cina karena istri dari

Buat Lencana Anda

sunan gunung jati berasal dari Cina. Setelah puas melihat-lihat dan hunting foto di area
makam, saya pun memutuskan untuk kembali ke kota dengan menaiki angkot O6 tetapi
dengan arah berlawanan. Tidak lupa saya memberikan tips kepada bapak yang telah
memandu saya tadi.
Dari dalam angkot saya mendengarkan pembicaraan beberapa penumpang, bahasa di Cirebon
terdengar seperti gabungan antara bahasa jawa banyumasan dengan bahasa sunda. Saya
hanya bisa sedikit bahasa sunda karena pernah tinggal di Bandung dan sama sekali tidak bisa
berbahasa banyumasan.
Setelah sampai di kota, saya berhenti di perempatan Hero dan kembali berjalan menuju area
Pasar Kanoman. Panas terik menyengat badan saya, juga kaki saya yang terasa perih lecet dan
penuh darah.
12.30 @ Keraton Kanoman
Pasar Kanoman yang tadi pagi sangat ramai, siang ini juga masih ramai. Tidak lupa saya
membeli beberapa pernak-pernik Cina dan kue keranjang, rasanya mirip seperi dodol tetapi
dibungkus lebih besar.
Keraton Kanoman tetap sepi, tetapi ada beberapa pemuda yang duduk-duduk di sekitar balai
bangunan keraton. Saya melihat pintu museum kanoman yang masih terkunci dan salah
seorang pemuda mendatangi saya. Dia adalah salah satu anggota keluarga keraton ini,
kira-kira berusia 28 tahun, bertubuh ceking dan berambut gondrong, namanya Mas Domo.
Saya diajak berkeliling keraton dan memang keraton ini tidak seramai keraton Kasepuhan
Cirebon yang otoritasnya diakui. Kanoman diambil dari kata Nom dalam bahasa jawa yang
berarti muda, sedangkan Kasepuhan diambil dari kata sepuh yang berarti tua.

Design by Wordpress Themes.


Themes.
Buy My Themes
Themes,, Best Hostgator Coupon
Code and Bed Bug Killer.
Killer.

Mas Domo menjelaskan tentang sejarah keraton ini yang dulunya daerah ini adalah pesisir
pantai, terlihat beberapa batu karang yang masih tersisa. Di keraton ini ada bangunan
pertama yang didirikan oleh pendiri Cirebon, yang disebut WITANA. Diambil dari kata wiwit
yang berarti awal. Di dekat witana juga terdapat 7 mata air yang dipercaya membawa
keberuntungan.
Tentang adanya keraton kanoman dan kasepuhan ini menurut Mas Domo penguasa keraton
kanoman dan kasepuhan adalah saudara, yang lebih tua sebenarnya adalah penguasa keraton
kanoman. Menurut cerita, sang ayah dari kedua saudara tersebut mewariskan kerajaannya
kepada anak yang lebih muda, sehingga anak yang lebih tua tidak terima yang mendirikan
kerajaan sendiri.
Saya tidak tahu tentang batas wilayah antara dua keraton ini, karena jaraknya memang cukup
dekat. Setelah berkeliling keraton kanoman, Mas Domo mengantarkan saya ke keraton
kasepuhan, dan memang jaraknya hanya satu kilometer sehingga bisa saya tempuh dengan
jalan kaki.
Saya tidak langsung masuk ke area keraton, tetapi istirahat dan membeli makan siang terlebih
dulu. Di area keraton kasepuhan sangat ramai, terdapat pasar malam yang didominasi oleh
kios-kios makanan dan beberapa penjual pakaian. Saya mencari kaos yang bertuliskan
Cirebon, tetapi tidak juga ada. Pasar malam ini adalah bagian dari penyambutan sekaten,
upacara peringatan maulud nabi Muhammad. Pasar malam ini ada di tiga keraton di jawa,
yaitu Cirebon, Solo, dan Jogja yang nantinya akan diakhiri dengan grebeg sekaten.

13.00 WIB @ Keraton Kasepuhan


satu porsi nasi jamblang khas Cirebon ditambah air mineral botol yang sisanya bisa saya
minum nanti membuat tubuh saya kembali bertenaga. Selanjutnya saya mengunjungi masjid
keraton untuk membersihkan diri sekaligus solat dhuhur. Beberapa plester penutup luka
memenuhi kaki saya karena ternyata ada banyak sekali luka.

Untuk masuk kedalam


keraton Kasepuhan, terdapat
jalan kecil yang ternyata
ditarik tiket masuk. Dari tiket
masuk seharga Rp.3000,00
itu saya sudah mendapatkan
seorang pemandu yang akan
menemasi saya berkeliling
tempat ini. Namanya Mas
Nanang, mungkin berumur
27 tahun, cerdas, dan sopan.
Mas Nanang mulai mengajak saya untuk masuk ke pendopo utama, sekali lagi terdapat
keramik di dinding.
Sisi dalam Keraton tampak sepi, tidak ada siapapun selain kami. Bangunannya juga hanya
tampak seperti rumah Jawa yang besar.
Dijelaskan pula arti filosofis dari arsitektur bangunan keraton ini, Sang arsitek adalah adik
dari raja sendiri. Tiang bercabang 4 melambangkan 4 Mahzab yang dianut umat Islam.
Sedangkan gambar di dinding dimana terdapat burung kakak tua, daum teratai, buah
manggis, biji delima, dan dahan tumbuhan yang membentuk jaringan mempunyai arti
sendiri.
Burung kakak tua melambangkan seorang pemimpin yang harus cakap dan pandai
berdiplomasi, buah manggis melambangkan kejujuran dan hati yang bersih, jaringan dahan
tumbuhan ini melambangkan manusia yang harus bekerja sama, sedangkan delima
menggambarkan akronim dari dal yang berjumlah 5 buah, dal lima. Maksud dal yang
berjumlah lima ini adalah surat Al Ikhlas yang dalam ayat-ayatnya menyebutan huruf Arab
dal sebanyak lima kali, Al Ikhlas menggambarkan tauhid dan ke-Esaan Allah yang menjadi
dasar pendirian keraton ini.
Juga keramik yang ada di keraton ini berbeda dengan keramik yang saya temui sebelumnya.
Keramik yang ada di keraton ini berasal dari barat dimana dalam gambarnya terdapat
kisah-kisah tentang Yesus seperti yang dimuat dalam bible. Tetapi karena penguasa dan
mayoritas penduduk Cirebon adalah muslim, maka keramik itu dibentuk menyerupai bentuk
masjid.
Juga pintu depan keraton yang tidak sejajar dengan pintu belakang, hal ini terdapat dalam
Feng Shui dimana ketika pintu depan sejajar dengan pintu belakang akan mendatangkan
keburukan. Hal ini menggambarkan adanya berbagai macam budaya di Cirebon, sangatlah
wajar karena Cirebon merupakan kota pelabuhan yang menjadi tempat bertemunya berbagai

budaya dan peradaban asing.


Saya sempat bertanya tentang ukuran Masjid Panjunan yang begitu rendah, menurut Mas
Nanang hal itu melambangkan sifat kerendahan hati. Juga dinding-dinding di keraton, pagar
luar selalu berwarna merah dan dinding dalam berwarna putih. Saya juga diajak untuk
berkeliling museum keraton dimana terdapat barang-barang dari luar negeri dan beberapa
senjata yang pernah digunakan dalam berbagai pertempuran.
Mas Nanang pun menjelasan semua detail dari keraton ini, ternyata di area makam Sunan
Gunung Jati yang saya datangi tadi terdapat mercusuar, karena dulu daerah itu berada di tepi
pantai. Oke, saya sudah berkeliling area keraton ini, Mas Nanang menyarankan saya untuk
mengunjungi Keraton Kacirebonan. Dia merekomendasikan saya untuk menemui temannya
yang biasa dipanggil Kang Heri, seorang pelatih tari khas Cirebon yang biasanya melatih di
Keraton Kacirebonan.
Ketika berjalan menuju keraton Kacirebonan, saya menemukan sebuah toko yang menjual
beberapa souvenir khas Cirebon, topeng. Saya tidak membeli topeng yang besar, hanya
sebuah gantungan kunci berbentuk topeng yang berjumlah 5 buah. hahaha
15.00 WIB @ Keraton Kacirebonan
Ramai sekali keraton ini, tapi bukan wisatawan yang saya lihat, malah banyak sekali remajaremaja yang duduk di dalam gazebo keraton. Beberapa di antara mereka sedang berlatih
gerakan-gerakan seperti gabungan antara tari dan bela diri, mereka berlatih pencak silat.
Menurut Hesti, salah satu dari remaja yang berlatih di tempat itu, dia dan kawan-kawannya
sedang berlatih untuk pentas seni di sekolahnya, salah satu sekolah negeri di Cirebon.
Menurut Hesti, Kang Heri sedang tidak ada di tempat, yang ada hanya Mas Anto dan
mungkin sebentar lagi Kang Heri kembali.
Saya memutuskan untuk masuk ke dalam keraton dan menunggu di dalam, ternyata lebih
sepi dari yang dibayangkan. Saya beristirahat sejenak dan mencoba memotret bagian-bagian
dari bangunan, tak lama kemudian saya melihat ada pria asing yang masuk dan menghampiri
saya. Namanya Edward, usianya mungkin sekitar 50 tahun, berasal dari Australia dan
menjadi dosen di salah satu universitas swasta di Cirebon.
Mula-mula pembicaraan ini baik-baik saja. Namun setelah saya bercerita tentang perjalanan
saya dimana saya tidak menginap di hotel, saya tidak menggunakan kereta eksekutif, saya
lebih banyak berjalan kaki selama di Cirebon, orang itu langsung menawarkan uang untuk
saya.
Dia berpikir bahwa saya kekurangan uang, hmmm walaupun uang saya sebenarnya cukup
untuk menginap di hotel dan menggunakan kereta eksekutif, saya tidak akan melakukannya
(tanpa bermaksud sombong, hehehe). Perjalanan menantang seperti ini lebih menyenangkan
untuk saya.
Orang itu tetap menawarkan uang untuk saya, tetapi syaratnya saya harus mau diajak berbuat
asusila dengannya. Saya hanya tertawa dan TENTU SAJA MENOLAK.
Situasi yang kurang baik untuk seorang anak perempuan berusia 18 tahun, sendirian di kota
yang jauh dari rumah. Saya langsung meninggalkan orang itu dan kembali ke luar ke tempat
latihan pencak silat. Ternyata Mas Anto sudah tidak ada, hanya tinggal Hesti dan beberapa
temannya.
Saya memutuskan untuk kembali melanjutan perjalanan menuju stasiun Prujakan untuk
membeli tiket ke Jakarta. Tidak, kaki saya semakin berdarah, dan sangat sakit digunakan
untuk berjalan kaki.
Akhirnya, saya naik becak juga, melintasi kota tua Cirebon di kala senja, indah sekali.
Masih saja ada hal yang mengganggu pikiran saya. Waktu tempuh Cirebon-Jakarta adalah 4,5
jam, padahal Lady dkk yang naik kereta Matarmaja seperti yang saya naiki hari ini, baru
sampai di Jakarta sekitar pukul 09.00 WIB, berarti saya berangkat menuju Jakarta besok
pagi. Lalu apa yang harus saya lakukan untuk menghabiskan waktu setelah ini sampai besok
pagi?
Saya menghabiskan waktu di stasiun agar langsung bisa naik ketika kereta datang? Atau saya
menghabiskan waktu di tempat lain, tetapi dengan risiko kesulitan menuju Stasiun Prujakan
karena sulit mendapatkan angkutan di Cirebon, dan kaki saya sedang susah diajak
berkompromi.
Semua loket masih ditutup rapat ketika saya tiba di stasiun Prujakan, saya hanya melihat
beberapa jadwal dan kereta ekonomi ke Jakarta, tersedia pukul 23.00, pukul 02.30, dan
pukul 05.00.
Saya memutuskan untuk kembali lagi nanti setelah mahrib, sekarang saatnya saya
membersihkan diri. Tertarik juga saya mengunjungi aloon-aloon dan masjid agung Cirebon,

saya tadi pagi sempat melewatinya saat menuju stasiun kota.


16.00 WIB Masjid Agung Cirebon
saya menaiki angkot D6, angkot yang membawa saya ke stasiun kota tadi pagi. Saya segera
membersihkan diri di masjid agung tersebut. Kamar mandinya lumayan bersih dan sangat
layak digunakan untuk mandi, lalu kembali bersujud kepada pencipta atas karunianya yang
luar biasa hari ini. Setelah solat ashar, saya sempatkan untuk hunting foto di area masjid
sembari membunuh waktu menanti Mahrib.
Entah kenapa suasana di masjid ini mengingatkan saya saat solat di Masjid Agung Kediri.
Tidak begitu ramai di dalam, hanya di luar terdapat beberapa orang yang terlihat seperti
wisatawan religi yang telah pulang mengunjungi makam wali.
Oh iya bagaimana saya kembali ke stasiun nanti? Angkot di Cirebon hanya sampai sore.
Sepertinya saya akan berjalan kaki lagi dari masjod agung ke Stasiun Prujakan.
Saya pun menanti waktu isya di masjid raya, tetapi semakin malam, jamaah di masjid itu
semakin banyak. Ternyata akan ada ceramah malam ini.
Saya bersiap keluar dan APA? SANDAL SAYA TIDAK ADA! SANDAL TRACK SAYA
SATU-SATUNYA!
Begitu banyak sandal ada di luar masjid, berbeda dengan yang saya lihat sore tadi,
pemandangan di luar masjid begitu ramai. Apakah saya harus berjalan kaki menuju stasiun
tanpa sandal? Saya rasa sandal saya tertindih beberapa sandal di luar.
Sepertinya memang saya harus menunggu ceramah ini selesai dan masjid menjadi sepi untuk
menemukan sandal saya. Ceramah ini membahas tentang riyadan disampaikan oleh ust.
Buya Yahya.
Saya sempat berbincang dengan panitia acara ini, semacam remaja masjid yang kira-kira
masih seusia saya. Namanya Mbak Esa, seorang mahasiswi semester 4 di salah satu
universitas swasta di Cirebon. Dia mengatakan akan memberikan tumpangan kendaraan
kepada saya ke stasiun setelah ceramah ini selesai. Dia agak kaget ketika saya berkata, saya
dari Blitar. Ternyata ustad Buya Yahya yang sedang berceramah di podium juga berasal dari
Blitar.
Alhamdulillah, sandal saya masih ada, ceramah sudah selesai, dan waktu menunjukkan
pukul 21.45 WIB. Suasana di luar menjadi kembali sepi. Jarak antara masjid dengan stasiun
ini lumayan jauh sehingga saya memutuskan untuk tidak menerima tawaran Mbak Esa,
karena dia juga dia akan pulang sendirian. Saya meminta Mbak Esa menemani saya untuk
mencari becak di depan masjid, ternyata masih ada, dan mau ditawar dengan harga yang
sangat murah, Rp3000,00 untuk jarak sekitar 3 km.
22.30 @ Stasiun Prujakan
Loket masih ditutup, hanya terlihat beberapa tukang becak dan penjual di sekitar stasiun.
Sepertinya hanya saya, satu-satunya penumpang malam ini. Hawa malam di Cirebon tidak
terlalu dingin, tetapi cukup banyak nyamuk yang bernyanyi di depan wajah saya.
Terdengar suara informasi, pembelian tiket kereta malam dilakukan di kantor, tidak di loket.
Saya segera menuju kantor petugas, nampak beberapa pria yang membeli tiket tujuan
Semarang dan Wonogiri.
Saya membeli tiket Kereta Tawang Jaya tujuan Jakarta seharga Rp.27.000,00 yang akan
berangkat setengah jam lagi. Mungkin saya akan menunggu pagi di Musola di Jatinegara
karena kereta akan tiba kira-kira pukul 04.30 pagi, dan saya harus menunggu dua teman dari
Jogja.
Saya meminta izin kepada petugas yang melayani pemesanan tiket, untuk menunggu di
dalam kantor karena ada tv di dalam. Di luar, tampaknya saya hanya satu-satunya
perempuan. Saya bisa menghabiskan waktu sejenak di dalam kantor, lebih aman.
Petugas di dalam sangat ramah, adanya televisi sangat membantu untuk menghabiskan
waktu dan kereta Tawang Jaya pun tiba.
apa? Penumpang sangat penuh, sepertinya saya tidak akan duduk. Akankah saya berdiri
sepanjang malam? Padahal saya ingin tidur ketika berada di kereta.
Bapak petugas kereta api menyaranan saya untuk menunggu kereta api brantas saja. Lagipula
lebih aman menunggu sendirian di stasiun Prujakan Cirebon daripada menunggu di stasiun
Jatinegara. Saya mengikuti saran beliau, sayapun kembali ke dalam kantor dan melihat
televisi.
Tiket Tawang Jaya mempunyai harga yang sama dengan Brantas sehingga saya bisa
menggunakan tiket yang sudah saya beli. Begitu ramahnya bapak-bapak petugas. Ketika saya
masuk ke dalam kantor kembali, segelas kopi panas sudah tersaji untuk saya.

Kami pun berbincang-bincang tentang banyak hal, saya bisa melihat bagaimana proses yang
ada di stasiun. Ketika kereta akan datang, mereka akan ditelepon, lalu membunyikan
interkom dan memutar pengungkit yang tersambung dengan lonceng.
Film yang kami lihat di televisi juga menarik, sebuah film laga hollywood tahun 1990an.
Kereta Brantas tiba di stasiun Prujakan Cirebon pukul 03.00 dini hari, saya segera
berpamitan dengan bapak-bapak petugas yang baik hati.
Kereta Brantas terlihat lebih sepi daripada kereta Tawang Jaya. Saya dengan mudah
mendapatkan tempat duduk. Sesaat kemudian, kereta ini melaju menembus pagi menuju ibu
kota. Berat juga meninggalkan Cirebon yang unik. suatu saat, insya Allah saya akan kembali
ke kota ini......ZzzZZzzzz
Posted by Dinar Okti Noor Satitah at Wednesday, December 14, 2011
Labels: Mbolanglang Buana

2 comments:
Anonymous said...
nice story..
Sambungan ceritanya mana mba'..
10 February, 2013

Raiirwan Irwan said...


Keren
13 April, 2013

Post a Comment
Kasih comment plis....

Comment as:

Publish

Links to this post


Newer Post
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Older Post

Create a Link

Anda mungkin juga menyukai