Anda di halaman 1dari 7

Pengelolaan Sampah melalui TPS 3R

Oleh: Muhlisin Sidik, M.Si.


Balitbangda Provinsi Banten. KP3B Serang
Email: muhlisinsidik@gmail.com
Sampah, menjadi masalah bersama baik di perdesaan maupun di
perkotaan. Peningkatan volume sampah terus meningkat sejalan dengan
peningkatan jumlah penduduk. Bila masalah sampah dibiarkan dan tidak
ditangani dengan baik pada saatnya nanti akan menjadi bom waktu yang dapat
merugikan manusia baik secara moril maupun materil. Contoh peristiwa yang
merupakan musibah terbesar di dunia akibat sampah adalah ledakan TPA
Payatas, Quezon City, Philiphina pada 10 Juli 2000 yang menewaskan 200-an
jiwa dan ratusan orang hilang; sedangkan peristiwa terbesar kedua di dunia yang
merupakan ledakan akibat sampah terjadi di negeri kita sendiri yaitu ledakan
TPA Leuwigajah Bandung, pada 21 Februari 2005 menewaskan 143 jiwa dan 137
rumah tertimbun sampah. Bukit sampah setinggi 30 meter dengan kemiringan
60 derajat ambrol. Ribuan ton kubik sampah longsor dan menimbun kebun dan
lahan pertanian.
Untuk memperingati terjadinya tragedi longsor sampah di Leuwigajah, Jawa
Barat, pada tahun 2005 dijadikan sebagai Hari Peduli Sampah (HPS).
Diperingatinya HPS merupakan cara pemerintah untuk mengenang sejarah
kelam pengelolaan sampah. Sekaligus membangun komitmen bersama untuk
tidak mengulang kembali bencana akibat tidak pedulinya setiap orang untuk
melakukan pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan. Untuk
itu, HPS dijadikan momentum untuk membangun kesadaran kolektif masingmasing individu bahwa pengelolaan sampah harus lebih baik bagi lingkungan
dan kesehatan manusia.
Paradigma lama pengelolaan sampah adalah dengan cara Mengumpulkan,
Mengangkut dan Menimbun (3M) sampah. Bila paradigma lama ini terus
dipertahankan, maka pada akhirnya akan berdampak pada semakin langkanya
tempat untuk membuang sampah. Sementara itu, produksi sampah tiada hentihentinya mencapai ribuan meter kubik per hari. Hal ini bisa menimbulkan
masalah banjir dan penumpukan sampah di TPA yang menimbulkan musibah
yang luar biasa. Pelaksanaan TPS 3R adalah paradigma baru pengelolaan
sampah, merupakan pilihan yang tidak terhindarkan guna mewujudkan
lingkungan yang bersih tanpa sampah. TPS 3R merupakan suatu tempat
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan
pendauran ulang (reduce, reuse dan recycle) skala kawasan. Oleh karena itu
pengetahuan tentang TPS 3R perlu kita semua miliki, dan upaya untuk
mewujudkannya di lingkungan masing-masing merupakan hal harus dilakukan.
Pengelolaan Sampah 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)
Pengelolaan sampah 3R adalah kegiatan memperlakukan sampah dengan
cara mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse), dan mendaur ulang
(recycle).
Reduce (R1); berarti atau reduksi sampah merupakan upaya untuk
mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan
sejak sebelum sampah dihasilkan. Upaya reduksi sampah dapat dilakukan
dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari
yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit
sampah. Seperti menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill), mengurangi
bahan sekali pakai, menggunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan

fotokopi, menggunakan alat tulis yang dapat diisi kembali. Namun demikian,
diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku
tersebut.
Upaya reduksi untuk skala rumah tangga dapat dilakukan melalui:
pemilihan produk dengan pengemas yang dapat didaur-ulang, menghindari
pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah
besar, memggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill), dan mengurangi
penggunaan bahan sekali pakai.
Sementara itu, untuk skala perkantoran, sekolah, dan fasilitas umum upaya
reduce dapat dilakukan melalui: penggunaan kedua sisi kertas untuk penulisan
dan fotokopi, penggunaan alat tulis yang dapat diisi kembali, penyediaan
jaringan informasi dengan komputer (tanpa kertas); pemaksimalan penggunaan
alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali, khusus
untuk rumah sakit, penggunaan insinerator untuk sampah medis; penggunaan
produk yang dapat diisi ulang, dan pengurangan penggunaan bahan sekali
pakai.
Untuk kawasan komersial, pusat perdagangan dan pasar resuksi dilakukan
dengan cara memberikan insentif oleh produsen bagi pembeli yang
mengembalikan kemasan yang dapat digunakan kembali, memberikan
tambahan biaya bagi pembeli yang meminta kemasan/bungkusan untuk produk
yang dibelinya, memberikan kemasan/bungkusan hanya pada produk yang
benar-benar memerlukannya, menyediakan produk yang kemasannya tidak
menghasilkan sampah dalam jumlah besar, mengenakan biaya tambahan untuk
kantong plastik belanjaan, menjual atau mem berikan sampah yang telah
terpilah kepada yang memerlukannya
Reuse ( R2); berarti penggunaan kembali sampah secara langsung, baik
untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain, penggunakan kembali bahan atau
material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan), seperti
menggunakan kertas bolak-balik, mengunakan kembali botol bekas minuman
untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susuisi ulang (refill),
menggunakan kembali wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang,
menggunakan baterai yang dapat dicharge kembali dan lain-lain.
Untuk skala rumah tangga, reuse dapat dilakukan melalui penggunaan
kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya,
penggunaan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang, penggunaan
batere yang dapat di-charge kembali, dan menjual atau memberikan sampah
yang telah terpilah kepada pihak yang memerlukan.
Di perkantoran, sekolah dan fasilitas umum reuse dapat dilakukan dengan
cara penggunaan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang, penggunaan
peralatan penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali, dan
pengunaan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
Di Kawasan komersial, pusat perdagangan dan pasar reuse dapat dilakukan
melalui penggunaan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan untuk
produk lain, seperti pakan ternak, memberi insentif bagi konsumen yang
membawa wadah sendiri, atau wadah belanjaan yang diproduksi oleh swalayan
yang bersangkutan sebagai bukti pelanggan setia, penyediaan perlengkapan
untuk pengisian kembali produk umum isi ulang (minyak, minuman ringan), dan
lain-lain.
Recycle (R3), mendaurulang berarti memanfaatkan kembali sampah setelah
mengalami proses pengolahan. Memilih produk dan kemasan yang dapat didaur
ulang dan mudah terurai, mengolah sampah organik menjadi kompos, mengolah
sampah non organik menjadi barang bermanfaat, mengolah sisa kain perca
menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas
menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot dan

sebagainya merupakan contoh recycle yang dapat dilakukan pada skala rumah
tangga.
Sementara itu untuk perkantoran, sekolah, dan fasilitas umum yang
mungkin dilakukan adalah mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan
kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah, sampah
basah yang dapat diolah menjadi kompos dan lain-lain.
Untuk kawasan komersial, pusat perdagangan dan pasar recycle dapat
dilakuakn melalui penjualan produk-produk hasil daur-ulang sampah dengan
lebih menarik, memberi insentif kepada masyarakat yang membeli barang hasil
daur-ulang sampah, megolah kembali buangan dari proses yang dilakukan
sehingga bermanfaat bagi proses lainnya, melakukan penanganan sampah
organik menjadi kompos atau memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan, dan
melakukan penanganan sampah anorganik
Membangun Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R
Untuk membangun TPS 3R berbasis masyarakat harus memenuhi
karakteristik sebagai beriku: 1) Mampu melayani 1000 jiwa atau setara dengan
200 KK atau setara dengan 3 m3 per hari; 2) Sampah masuk sudah dalam
keadaan terpilah antara sampah yang dapat dikomposkan (organik) dan sampah
tidak dikomposkan (non-organik); 3) Menggunakan lahan minimal 200 m 2; 4)
Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak manual atau gerobak
motor dengan kapasitas 1 m3; dan 5) Terdapat fasilitas pemilahan, pengomposan
dan penanganan barang daur ulang. Persyaratan lain yang juga harus dipenuhi
adalah sebagai berikut.
Lokasi
Kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan 2000 rumah) memerlukan
TPS 3R dengan luas 1000 m2. Sedangkan untuk cakupan pelayanan skala RW
(200 rumah), diperlukan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R dengan luas 200
- 500 m2. TPS3R dengan luas 1000 m2 dapat menampung sampah dengan atau
tanpa proses pemilahan sampah di sumber. TPS3R dengan luas < 500 m 2 hanya
dapat menampung sampah dalam keadaan terpilah (50%) dan sampah campur
50 %. TPS 3R dengan luas < 200 m2 sebaiknya hanya menampung sampah
tercampur 20 % dan sampah yang sudah terpilah 80 %.
Kriteria Utama Lokasi untuk pembangunan TPS 3R adalah: 1) Batasan
administrasi lahan TPS 3R dalam batas administrasi yang sama dengan area
pelayanan TPS 3R berbasis masyarakat; 2) Status kepemilikan lahan milik
pemerintah atau lainnya yang dibuktikan dengan Akte/Surat Pernyataan Hibah
untuk pembangunan prasarana dan sarana TPS 3R berbasis masyarakat; 3)
Ukuran minimal lahan yang harus disediakan 200 m 2; 3) Mempunyai kegiatan
lingkungan berbasis masyarakat
Sedangkan untuk kriteria pendukung di anataranya adalah: 1) Berada di
dalam wilayah permukiman penduduk, bebas banjir, ada jalan masuk, sebaiknya
tidak terlalu jauh dengan jalan raya; 2) Cakupan pelayanan minimal 200 KK atau
minimal mengolah sampah 3 m3/hari ; 3) Ada tokoh masyarakat yang disegani
dan mempunyai wawasan lingkungan yang kuat; 4) Penerimaan masyarakat
untuk melaksanakan kegiatan 3R merupakan kesadaran masyarakat secara
spontan; 5) Masyarakat bersedia membayar retribusi pengolahan sampah; dan
6) Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperti: PKK, Kelompok/forum
kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, klub jantung
sehat,
klub manula,
pengelola kebersihan/sampah,
Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) yang sudah terbentuk.
Fasilitas TPS3R meliputi wadah komunal, areal pemilahan, areal
komposting (kompos dan kompos cair), dan dilengkapi dengan fasilitas

penunjang lain seperti saluran drainase, air bersih, listrik, barrier (pagar tanaman
hidup) dan gudang penyimpan bahan daur ulang maupun produk kompos serta
biodigester (opsional).
Fasilitator
Agar pelaksanaan TPS 3R berkelanjutan perlu kehadiran fasilitator.
Fasilitator adalah orang yang memahami permasalahan TPS 3R yang terdiri
fasilitator bidang pemberdayaan dan bidang teknis. Peran Fasilitator secara
umumm dalam Perencanaan TPS 3R adalah menyeleksi lokasi, pembentukan
kelompok swadaya msyarakat (KSM), social mapping, survai komposisi sampah,
penentuan teknologi, penyusunan RKM, pembuatan DED dan RAB dan
pengoperasian TPS 3R.
Tugas fasilitaor secara khusus untuk bidang pemberdayaan adalah:
memfasilitasi dan membantu masyarakat untuk dapat membentuk KSM dan
membantu pemilihan anggota KSM secara demokratis, Melaksanakan survai
sosial guna memperoleh masukan dari masyarakat berkenaan dengan
penyelenggaraan TPS 3R berbasis masyarakat, memfasilitasi penyusunan
Rencana Kerja Masyarakat (RKM), tahap pelaksanaan, dan pasca pembangunan
sarana 3R; dan memfasilitasi koordinasi antara pemerintah daerah, Satker, dan
masyarakat. Sedangkan untuk fasilitator bidang teknis bertugas: melakukan
survai lapangan untuk mengetahui komposisi serta timbulan sampah di lokasi
terpilih,
melaksanakan
pelatihan
dan
supervisi
dalam
pelaksanaan,
pembangunan dengan pendekatan teknis pada kelompok masyarakat pelaksana
3R, memberikan dukungan dan bantuan teknis pada masyarakat dalam
pembuatan rancangan teknik pengolahan sampah 3R, serta penyusunan RAB;
membantu masyarakat dalam mengawasi pembangunan prasarana dan sarana
TPS 3R; melaksanakan pelatihan dan supervisi dalam rangka operasi dan
pemeliharaan serta perbaikan sarana 3R; mendampingi dan melatih kelompok
masyarakat dalam mengelola sarana 3R; membantu masyarakat dalam
melaksanakan monitoring sendiri pada pelaksanaan TPS 3R; dan melaporkan
hasil kegiatan ditingkat masyarakat secara periodik (bulanan) kepada instansi
penanganan sampah di kabupaten/kota.
Disain
Tempat penampungan sampah sementara (TPS) perlu dikondiskan sesuai
dengan sumber sampah yang sudah dipilahkan. Berarti TPS yang dibuat harus
dipisahkan/dipilahkan untuk sampah organik dan sampah anorganik. (sampah
basah dan sampah kering). Di lokasi TPS ini selain dipisahkan untuk sampah
basah dan kering di lokasi TPS ini juga dapat melakukan kegiatan pemilahan lagi,
apabila sampah yang berasal dari sumber belum dilakukan pemilahan, atau
sampah dari sumber sudah dilakukan pemilahan tetapi belum sempurna.
Selain kegiatan pemilahan sampah di Tempat penampungan sampah
sementara (TPS), dapat dilakukan pengolahan sampah (intermediate treatment)
dengan melakukan program pengomposan untuk sampah organik, dan kegiatan
daur ulang sampah anorganik seperti kertas, plastik, besi, aluminium, karton,
sampah elektronik/e-Waste dll. Jadi dengan adanya pemilihan dan pengolahan
yang ada di setiap sumber sampah sampah yang akan diangkut ke TPA akan
berkurang semaksimal mungkin; demikian pula proses pengolahan dengan daur
ulang kompos dan sampah organic akan menjadi lebih optimal.
Tempat Penampungan sampah Sementara 3 R (Reduce, Reuse, Recycle)
terbagi menjadi dua lokasi, terdiri dari:

1. Tempat Penampungan Sampah Sementara yang terbagi menjadi 4 bagian


lokasi yang mempunyai fungsi berbeda dengan kegiatan kegiatan sebagai
berikut:
a. Tempat penampungan sampah (loading) yang berasal dari semua sumber
dari perkantoran Geostek baik sampah yang sudah terpilahkan menjadi
sampah organik dan sampah anorganik berikut sampah yang masih
tercampur [belum terpilahkan dari sumbernya
b. Tempat/ruangan untuk melakukan pemilahan sampah menjadi sampah
organik dan sampah anorganik. Hasil dari pemilahan tersebut ditempatkan
di area atau tempat penampungan sementara sampah organik dan sampah
anorganik;
c. Tempat penampungan sampah anorganik yang terdiri dari beberapa
kotak/bangunan berbentuk kotak segi empat, untuk penampungan sampah
anorganik seperti: kertas, plastik, logam, dll;
d. Tempat penampungan sementara sampah organik yang dipakai sebagai
hasil penampungan sampah organik baik yang berasal dari taman maupun
dari hasil pemilahan di sumber maupun di TPS, Kemudian sampah organik
ini dibawa ke tempat pengolahan kompos sebagai bahan baku;
e. Pos Tempat penimbangan dan pencatatan karakteristik sampah ber B3
f. Tempat Penampungan sampah yang mengandung B3, di TPS ini dibangun
kotak/kubus yang tertutup sebagai penampungan/penyimpanan sementara
sampah yang mengandung B3 sebelum dibawa ke PPLI-Cilengsi untuk di
treatment. Kotak/bangunan persegi empat ini digolongkan sesuai dengan
karakteristik sampah seperti: mudah terbakar, mudah reaktif, infeksius,
korosif, beracun, dll;
g. Area/lokasi untuk loading dan unloading truk pengangkut sampah untuk
dibawa ke TPA;
h. Area penunjang untuk melakukan kegiatan penunjang kegiatan secara
keseluruhan, seperti: tempat peralatan, tempat pencucian, tempat
penyimpanan alat dan perlengkapan, dll. (lihat gambar skema di bawah)
2. Tempat Proses Komposting sampah Organik, terdiri dari:
a. Tempat penampungan sampah organik yang bersifat compostable, untuk
menampung sampah organik sudah dipilahkan baik dari sumbernya
maupun dari pemilahan di TPS-3R;
b. Ruang mesin pencacah untuk melakukan pencacahan (crushing) sampah
organik sebelum diproses untuk komposting;
c. Ruang proses komposting yang berupak kotak/bangunan berbentuk kubus
terbuka dengan penutup yang berengsel, sehingga dapat dibuka dan
ditutup.
d. Jumlah bangunan ini terdiri minimal lima kubus/kotak sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan dalam proses komposting menjadi kompos. Ditambah
lagi beberapa kubus/kotak untuk menampung kompos curah;
e. Ruang untuk melakukan kegiatan pengemasan kompos yang sudah jadi;
f. Ruang/area untuk penampungan kompos yang sudah dihasilkan sekaligus
sebagai gudang dan etalase/ruang paper;
g. Ruang demplot tanaman hias, bunga maupun pembibitan yang dipupuk
dengan menggunakan kompos yang dihasilkan;
h. Ruang/area untuk menempatkan peralatan biogas yang dipakai untuk
pemrosesan sampah organik menjadi biogas;
i. Lokasi/area Tempat sampah yang terdiri dari tiga kategori tempat sampah
dengan warna yang berbeda yang dipergunakan untuk: sampah organik,
sampah anorganik dan sampah campuran/residu yang sudah tidak dapat
dimanfaatkan.

Gambar 1 Disain Tempat Pembuangan Sementara 3R


Hal penting yang menunjang keberhasilan dalam mewujudkan TPS 3 R
adalah patisipasi masyarakat dan sistem pengelolaan sampah yang mendekati
masyarakat. Bila masyarakat sudah mampu mengurangi sampah dengan cara
mengompos sampah organik dan memanfaatkan kembali atau menjual sampah
anorganik, maka upaya mewujudkan kawasan yang nol sampah (zero waste)
akan mudah diwujudkan.

DAFTAR PUSTAKA
Ichrom, Y.N., A. Suryono, I. Hanafi Manajemen Tempat Pengelolaan Sampah
Terpadu Berbasis Masyarakat (Suatu Studi Pada Dinas Cipta Karya dan Tata

Ruang dan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu di Desa Mulyoagung


Kabupaten Malang), Jurnal Administrasi Publik (JAP), 13(1): 35 41 hlm.
Nawasis.com 2013. Tps 3R Berbasis Masyarakat, Tata Cara Penyediaan Fasilitas
Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah, Penyelenggaraan Prasarana
dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Rumah Tangga, Modul E.1
Subekti, S. 2010.Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat,
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Fakultas Teknik Universitas
Wahid Hasyim Semarang: 24 30 hlm.
USAID. 2007. Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Jakarta:
Environmental Services Program

Anda mungkin juga menyukai