PENDAHULUAN
yang alkalis
kedalam duktus yang bagian dalamnya tersusun atau sel kolumnar dan bagian
luar tersusun atas epitel transisional.2
Kista bartholini adalah tersumbatnya saluran lubrikasi pada vagina atau
membesarnya muara saluran lubrikasi, yang berakibat tidak keluarnya cairan
lubrikasi yang mestinya keluar ( perempuan yang belum 40 tahun). Kondisi
ini disebabkan oleh adanya bakteri, yang antara lain adalah E- coli,
kuman/bakteri penyakit kelamin,dll.2
Kista bartholini merupakan masalah yang sering didapatkan pada wanita
usia reproduksi, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun
dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartholini atau abses
dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk
dicermati. Hal ini berhubungan dengan aktivitas kelenjar bartolin yang
berkurang pada masa menopause. Kista bartholini terbentuk akibat
tersumbatnya kelenjar minyak dibibir kemaluan bagian dalam ( ada dua,
dikiri dan kanan) akibat adanya nfeksi. Untuk menghindari timbulnya kista
dengan menjaga kebersihan ( hygienis). Selama kista ini tidak terinfeksi oleh
virus, bakteri, jamur kista ini tidak menimbulkan masalah, si wanita tidak
merasa sakit hanya saja akan ada rasa benjolan di labia mayoravagina ( bibir
bagian luar vagina ). Tapi seandainya kista ini terinfeksi maka disebut dengan
abses bartholini. Kelenjar bartholini berkembang dari epitelium pada area
posterior dari vestibula. Kelenjar bartholin terletak bilateral pada sepertiga
bawah labia minora dan mempunyai saluran kelenjar bartholin panjangnya
2cm- 2,5 cm dengan posisi pada jam 4 dan jam 8, bermuara pada vestibula. 3,4,5
Kelenjar
Batasan Masalah
Pembahasan referat ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, anatomi,
etiologi, manifestasi klinik, diagnosis, dan tata laksana Kista Bartholini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang
terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat didalam tubuh. Kista kelenjar
bartholini terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar bartholini bisa
tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi maka
saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya
sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi,
menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses
terjadi bila kista menjadi terinfeksi.2
2.2 EPIDEMIOLOGI
Dua persen wanita mengalami kista bartholini atau abses kelenjar pada
suatu saat dalam kehidupannya.3 Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih
banyak daripada kista. Salah satu penelitian kasus kontrol menemukan bahwa
wanita berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung untuk mengalami kista
bartholini atau abses bartholini daripada wanita hispanik, dan bahwa perempuan
dengan paritas yang tinggi memiliki resiko terendah.6,7 Kista bartholini, yang
paling sering terjadi pada labia majora. Involusi bertahap dari kelenjar bartolini,
dapat terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini mungkin
menjelaskan lebih seringnya terjadi kista bartolini dan abses selama usia
reproduksi. Biopsi eksisional mungkin diperlukan lebih dini karena masa pada
manusia pasca menopouse dapat l dan berkembang menjadi kanker. Beberapa
penelitian telah menyarankan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan karena
rendahnya resiko kanker kelenjar bartolini (0,114 kanker per 100.000 wanita
pertahun).8 Namun, jika didiagnosis kanker tertunda, prognosis dapat menjadi
lebih buruk. Sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartolini atau abses
didalam hidup mereka. Jadi, hal ini adalah masalah yang perlu dicermati.
3
Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia antara 20-30 tahun. 3 Namun, tidak
menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua atau lebih muda.
2.3 ANATOMI.
Kelenjar bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna, kelenjar
bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah berbentuk bundar,
dan berada disebelah dorsal dari bulbus vestibuli. Saluran keluar dari kelenjar ini
bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi
hymen. Glandula ini homolag denganglandula bulbouretralis pada pria. Kelenjar
ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk mebasahi atau
melicinkan permukaan vagina dibagian kaudal. Kelenjar bartolini diperdarahi oleh
arteri bulbi vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervus hemoroidal
inferior. Kelenjar bartolini tersususun dari jaringan erektil dari bulbus, jaringan
erektil dari bulbus menjadi sensistif selama ransangan seksual dan kelenjar ini
akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai lubrikans. Drainase
pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira-kira 2cm yang terbuka ke arah
orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar bartolini tidak teraba
pada pemeriksaan palpasi, seperi pada gambar dibawah ini:9
Histologi
Kelenjar bartolini dibentuk oleh kelenjar racemose dibatasi oleh epitel
kolumner atau kuboid. Duktus dari kelenjar bartolini merupakan epitel
transisisonal yang secara embriologi merupakan daerah transisi anatara tractus
urinarius dengan tractus genital. 9
Fisiologi
Kelenjar Bartholini berfungsi mensekresikan cairan ke permukaan vagina.
Mukosa kelenjar dilapisi oleh sel-sel epitel kubus. Cairan ini mengalir ke dalam
duktus sepanjang 2,5 cm dan dilapisi oleh sel-sel epitel transisional. Duktus ini
bermuara diantara labia minor dan hymen dan dilapisi pada bagian ini terdiri atas
epitel skuamosa. Oleh karena itu, kelenjar ini dapat berkembang menjadi
karsinoma sel skuamosa atau adenokarsinoma. Kelenjar ini mengeluarkan lendir
untuk memberikan pelumasan vagina. Kelenjar bartholini mengeluarkan jumlah
lendir yang cukup sedikit sekitar satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang
wanita orgasme. Tetesan cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk
pelumas vagina , tetapi penelitian dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa
pelumas vagina berasal dari bagian vagina lebih dalam. Cairan mungkin sedikit
membasahi permukaan labia vagina, sehingga kontak dengan daerah sensitif
menjadi lebih nyaman bagi wanita.9
2.4 ETIOLOGI
Kista bartholini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar bartholini
tersumbat. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar kemudian terakumulasi,
menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses
terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses bartholini dapat disebabkan oleh
sejumlah bakteri. Ini termasuk organisme yang menyebabkan penyakit menular
seksual seperti Klamidia dan Gonore serta bakteri yang biasanya ditemukan
disaluran pencernaan , seperti Escherichia coli. Umumnya abses ini melibatkan
lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran bartholini bisa
mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan
pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam
kelenjar. Kista bartholini tidak selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar.
Kelenjar bartholini adalah abses polimikrobial. Meskipun Neisseria gonorrhoeae
adalah mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob
adalah patogen yang paling umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi
organisme kausatif. Namun, kista saluran bartholini dan abses kelenjar tidak lagi
dianggap sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi
vulvovaginal adalah penyebab umum kista dan abses tersebut. Infeksi pada
kelenjar
ini
disebabkan
oleh
kuman
gram
negative,
yaitu
golongan
berjalan, duduk atau melakukan hubungan seksual bisa menyebabkan rasa nyeri
pada vulva.11
Kista duktus bartholini dan abses glandular harus dibedakan dari massa
vulva lainny. Karena kelenjar bartholini biasanya mengecil saat menopause,
pertumbuhan vulva pada wanita postmenopause harus dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya keganasan, khususmya jika massa irreguler, nodular dan
indurasi persisten.11
Gejala Klinis
Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan akan tetapi kadang
dirasakan sebagai benda padat dan menimbulkan kesulitan pada waktu koitus. Jika
kista bartholini masih kecil dan terinfeksi, umumnya asimtomatik. Tetapi bila
berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang nyaman saat berjalan atau
duduk. Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak
nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada
daerah vulva.
seksual
Umumnya tidak disertai demam, kecuali jika terinfeksi dengan
mikroorganisme yang ditularkan melalui hubungan seksual atau
1.6 DIAGNOSIS
Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik sangat mendukung suatu
diagnosis, pada anamnesia ditanyakan tentang gejala seperti:11
- Panas
- Gatal
- Sudah berapa lama gejala berlangsung
- Kapan mulai muncul
- Faktor yang memperberat gejala
- Apakah penah berganti pasangan seks
- Keluhan saat berhubungan
- Riwayat penyakit menular seks sebelumnya
- Riwayat penyakit kulit dalam keluarga
- Riwayat keluarga mengidap penyakit kanker kelamin
- Riwayat penyakit yang lainnya misalnya diabetes dan hipertensi
- Riwayat pengobatan sebelumnya
Kista atau abses bartholini didiagnosis melalui pemeriksaan fisik,
khususnya dengan pemeriksaan ginekologis pelvis. Pada pemeriksaan fisis dengan
posisi litotomi, kista terdapat di bagian unilateral, nyeri, fluktuasi dan terjadi
pembengkakan yang eritem pada posisi jam 4 atau 8 pada labium minus posterior,
8
jika
kista
terinfeksi,
pemeriksaan
kultur
jaringan
dibutuhkan
untuk
mengidentifikasi jenis bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada tidaknya
infeksi akibat penyakit menular seksual seperti Gonorrhea dan chlamydia. Untuk
kultur diambil swab dari abses atau dari daerah lain seperti serviks. Hasil tes ini
baru diliat setelah 48 jam kemudian, tetapi hal ini tidak dapat menunda
pengobatan. Dari hasil ini dapat diketahui antibiotik yang tepat yang perlu
diberikan. Biopsi dapat dilakukan pada kasus yang dicurigai keganasan.
1.7 PENATALAKSANAAN
Tujuan penanganan
kista
bartholini
adalah
memelihara
dan
abscesses.
Sering terjadi rekurens
Cara:
tindakan insisi
Insisi diatas abses dengan menggunakan mass no.11
Insisi dilakukan vertikal didalam introitus eksternal terletak bagian luar
ring himen. Jika insisi terlalu lebar, word catheter akan kembali keluar
Selipkan word kateter kedalam lubang insisi
Pompa balon word kateter dengan injeksi normal salin sebanyak 2-3cc
Ujung word kateter diletakkan pada vagina
Proses epithelisasi pada tindakan bedah terjadi setelah 4-6 mgg, word catheter
akan dilepas setelah 4-6 mgg, meskipun epithelisasa bias terbentuk pada 3-4 mg.
Bedrest selama 2-3 hari mempercepat penyembuhan. Meskipun dapat
menimbulkan terjadinya selulitis, antibiotik tidak diperlukan. Antibiotik diberikan
bila terjadi selulitis ( jarang).12
10
Marsupialisasi
Banyak literatur menyebutkan tindakan marsupialisasi hanya digunakan
pada kista bartholin. Namun, sekarang digunakan juga untuk abses kelenjar
bartholin karena memberi hasil yang sama efektifnya. Marsupialisasi adalah suatu
teknik membuat saluran kelenjar bartholin yang baru sebagai alternatif lain dari
pemasangan word kateter. Komplikasi berupa dispareuni, hematoma, infeksi.12
Cara :
-
11
Penggunaan antibiotik12
Antibiotik sesuai dengan bakteri enyebab yang diketahui secara pasti
dari hasil pengecatan gram maupun kultur pus dari abses kelenjar
bartholin
Infeksi Neisseria gonorrhoe:
Ciprofloxacin 500mg single dose
Ofloxacin 400mg single dose
Cefixime 400mg oral (aman untuk anak dan bumil)
Ceftriaxon 200 mg i.m (aman untuk anak dan bumil)
Infeksi Chlamidia trachomatis:
Tetrasiklin 4x500mg/hari selama 7hari, po
Doxycyclin 2x100mg/hari selama 7hari, po
Infeksi Staphylococcus dan streptococcus:
Penisilin G Prokain injeksi 1,6-1,2 juta IU im, 1-2x hari
Ampisilin 250-500 mg/dosis 4x/hari, po
Amoksisilin 250-500mg?dosis, 3x/hari po.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hart David McKay. Ginaecology Illustrated. Edisi ke-5. New York :
Churcill living Stone Division. 2000;p.172.
2. Anonymous. Bartholins Cyst. Available from
URL:http//www.wapedia.com/. Accessed on February 10, 2013
3. Dodd NR. Bartholin Cyst. Available from
URL:http//www.emedicine.com/. Accessed on February 10, 2013
4. Anonymous. Bartholins Gland Cyst. Available from
URL:http//www.google.com/. Accessed on February 10, 2013
5. Wiknjosatro H, Prof, dr, DSOG, Ilmu Kebidanan, edisi ketiga cetakan
kesembilan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2007,
hal. : 32 dan 406-411.
12
Penatalaksanaan Ginekologi, Alih bahasa: Dr. Widjaja Kusuma, edisi ke2, Penerbit Binarupa Aksara, hal : 138-139.
13